• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT TERHADAP KONVERGENSI IFRS

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE AUDIT TERHADAP KONVERGENSI IFRS"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

1 PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN , DEWAN KOMISARIS DAN KOMITE

AUDIT TERHADAP KONVERGENSI IFRS

Dewi Arisandi Monalisa1, Herawati1, Yunilma1 Email: dewiarisandi54@gmail.com

hera-deviopi@yahoo.com candyzashafira@gmail.com

Accounting Department, Faculty Of Economics, Bung Hatta University

Abstract

This research aims to empirically prove the influence of ownership structure, board of Commissioners and the audit committee with respect to the convergence of IFRS. In this study the sample was 110 manufacturing companies listed on the Indonesia stock exchange chosen by purposive sampling method. Types of data used are secondary data sourced from the annual financial reports on manufacturing companies registered in BEI.

This research use the dependent and independent variables. The dependent variable is the convergence of IFRS. The independent variable of the structure of ownership as measured by production management, ownership, institutional ownership, ownership of the public, as well as corporate governance as measured by the number of members of the Board of Commissioners and the number of members of the audit committee. The hypothesis was tested by using the logistic regression model. Based on statistical test results found that the variables of institutional ownership, ownership of production management and the audit committee individually significant convergence towardsIFRS effect on manufact ring companies listed on the Indonesia stock exchange. While the public ownership and the number of members of the Board of Commissioners was not influence significantly to convergence IFRS at the manufacturing companies listed on the Indonesia stock exchange.

Keywords: Managerial Ownership, Institutional Ownership, Public Ownership and Convergence IFRS

PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Dalam beberapa tahun terakhir seiring dengan peningkatan kinerja pasar modal Indonesia tingkat persaingan bisnis terutama dalam bidang akuntansi menunjukan peningkatan tajam. Persaingan bisnis ditandai dengan semakin tingginya frekuensi dan volume perdagangan sekuritas dipasar sekunder.

Keadaan tersebut tentu menciptakan tantangan bagi pihak otoritas pasar modal untuk memberikan informasi yang tepat, lengkap dan akurat kepada pelaku pasar terutama stakeholders. Informasi pasar termasuk pihak yang aktif didalamnya tentu sangat penting untuk menjadi patokan didalam pengambilan keputusan investasi.

(2)

2 Banyaknya permasalahan yang

muncul ketika pasar tidak efisien mendorong pakar akuntansi international merevisi standar baku akuntansi yang lama dengan memperbaiki kelemahannya, hasil dari revisi tersebut menciptakan standar akuntansi yang baru yaitu IFRS. Untuk melaksanakan sebuah standar yang berat tentu dibutuhkan sebuah proses sosialisasi. Hal tersebut dilakukan pada awal tahun 2010 – 2011. Selama dua tahun tersebut memang belum diwajibkan kepada seluruh perusahaan, khususnya yang telah melakukan proses go publik, setelah dua tahun diperkenalkan, IFRS resmi ditetapkan mulai tanggal 1 Januari 2011.

Menurut Utami et al., (2012) didalam pengungkapan pelaksanaan (konvergensi) IFRS terdapat sejumlah variabel yang mempengaruhinya yaitu struktur kepemilikan, keberadaan dewan komisaris, dan komite audit. Konvergensi menunjukan total pengungkapan informasi yang berhasil diperoleh oleh seluruh pengguna laporan keuangan, semakin tinggi jumlah pengungkapan menunjukan pelaksanaan IFRS untuk menciptakan pasar modal yang efisien relatif berhasil. Keberhasilan perusahaan didalam melaksanakan pengungkapan IFRS sangat dipengaruhi oleh fungsi monitoring yang terdapat didalam perusahaan.

LANDASAN TEORI

2.1 International Financial Reporting Standard (IFRS)

Mengacu pada pendapat Lam dan Lau (2010) dasar atau latar belakang terbentuknya standar akuntansi internatioal IFRS dikarena setiap negara menggunakan prosedur, prinsip, dan standar akuntansi yang berbeda untuk mengatur penyusunan laporan keuangan entitas secara hukum.Agar dapat terjadi hamonisasi standar akuntansi di setiap negara, maka dibentuklah Internasional Financial Reporting Standards (IFRS)dan International Accounting Standars (IAS) menurut Arens et al (2010) mengungkapkan bahwa International Accounting Standard Board (IASB) merupakan suatu lembaga independen pembentuk International Financial Reporting Standards (IFRS) yang berlokasi di London, sedangkan International Accounting Standard Committee (IASC) merupakan lembaga pembentuk International Accounting Standard (IAS) dan sebagai pendahulu IASB, didirikan pada tahun 1973 sebagai hasil kesepakatan oleh beberapa badan akuntansi di Australia, Kanada, Perancis, Jerman, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris

(3)

3 dan Amerika Serikat. Sejak tahun 1983

sampai 2001, anggota IASC termasuk sebuah badan akuntansi professional menjadi anggota International Federation of Accountants Consult (IFAC). Pendirian IASB bertujuan untuk mencapai harmonisasi prosedur dan standar akuntansi ke seluruh dunia, dan IAS dibentuk oleh IASC untuk mendukung harmonisasi tersebut.

2.2 Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah jumlah kepemilikan saham oleh pihak manajemen dari seluruh modal saham perusahaan yang dikelola.Kepemilikan manajerial dihitung dengan menggunakan persentase saham yang dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan yang secara aktif ikut serta dalam pengambilan keputusan perusahaan (Komisaris dan Direksi) (Riyanto, 2004)

Kepemilikan Manajerial menunjukkan kepemilikan manajer atas saham di dalam sebuah perusahaan.Ini berarti seorang manajer akan berkedudukan ganda, tidak hanya sebagai seorang manajer saja tetapi juga merupakan pemegang saham. Diharapkan dengan posisinya ini, manajer bisa mengambil keputusan yang tepat bagi pihak manajemen dan pemegang saham karena tentu saja ia tidak menginginkan

keputusan yang akan diambilnya tersebut merugikan posisinya, baik sebagai manajer maupun sebagai pemegang saham. Dengan demikian, konflik kepentingan antar pemilik dapat terjadi (Widyastuti, 2009).

2.3 Kepemilikan Institusional

Menurut Ross (2005) kepemilikan institusional adalah pengelompokan struktur hak yang dimiliki secara institusi atau bersifat berkelompok. Kepemilikan institusional memperlihatkan adanya kepemilikan yang bersifat komperatif. Semakin banyak nilai investasi yang diberikan ke dalam sebuah organisasi, tentu akan membuat sistem monitoring di dalam organisasi semakin tinggi. Di dalam prakteknya kepemilikan institusional tentu memiliki fungsi monitoring yang lebih efektif dibandingkan struktur kepemilikan managerial.

Menurut Phalipu (2005) kepemilikan institusional merupakan pengelompokan kepemilikan yang dimiliki secara berkelompok atau dimiliki secara bersama oleh individu-individu di dalam sebuah organisasi. Di dalam menjalankan fungsinya kepemilikan institusional lebih memiliki peran yang lebih baik di dalam pelaksanaan pengawasan secara individual.

(4)

4 Menurut Ross (2005) kepemilikan

publik adalah sejumlah hak dan kewajiban masyarakat didalam sebuah perusahaan yang telah melakukan penjualan sahamnya secara bebas. Kepemilikan pablik dapat dilakukan pada perusahaan yang telah melakukan proses go publik dan menawarkan sahamnya secara bebas kepada masyarakat.

Menurut Phalipu (2005) kepemilikan publik menunjukan sejumlah hak dan kewajiban yang dimiliki oleh individu yang tidak berprofesi sebagai investor didalam sebuah perusahaan, individu tersebut hanya sekedar membeli sejumlah saham dan tidak dikenakan sejumlah kewajiban didalam proses pengambilan kebijaksanaan didalam sebuah perusahaan. Pada umumnya perusahaan yang memiliki kepemilikan publik adalah perusahaan yang telah melaksanakan proses initial publik offering (IPO) dan rutin melakukan perdagangan saham dipasar sekunder.

2.5 Komite Audit

Salah satu implikasi dari pelaksanaan GCG adalah dibentuknya komite audit. Menurut Soemarso (2007) komite audit adalah sebuah komite yang beranggotakan minimal 3 orang dimana dua diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan. Komite

audit bertugas untuk melakukan pengawasan terhadap aktifitas manajerial yang dilakukan manajer.

Komite audit merupakan team independen yang bersumber dari kumpulan individu yang berasal dari luar perusahaan. Komite audit bersifat independen dalam bertugas. Komite audit bertanggung jawab kepada para stakeholder yang dipublikasikan di dalam rapat umum pemegang saham yang dilakukan satu kali dalam setahun. Berdasarkan uraian ringkas tersebut dapat disimpulkan bahwa komite audit merupakan alat yang bersifat independen yang bertugas untuk mengawasi aktifitas manajerial yang dilakukan oleh manajer atau pun pihak-pihak tertentu di dalam organisasi.

2.6 Pengembangan Hipotesis 2.6.1 Pengembangan Hipotesis I

Utami (2013) menemukan bahwa kepemilikan managerial berpengaruh positif yang signifikan terhadap konvergensi IFRS. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa berjalannya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pihak manajemen, tentu menghambat ruang gerak manajer, akibatnya menajer benar benar melaksanakan segala aturan didalam IFRS, kondisi tersebut mendorong jumlah pengungkapan IFRS menjadi meningkat.

(5)

5 Puspita (2012) menemukan bahwa

corporate governance yang diukur dengan kepemilikan managerial berpengaruh signifikan terhadap konvergensi IFRS. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa berjalannya fungsi pengawasan yang dilihat dari pengawasan yang dilkakukan secara individual akan mendorong pengungkapan IFRS menjadi semakin kuat. Berdasaarkan uraian ringkas tersebut dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap konvergensi IFRS

Berdasarkan uraian ringkas latar belakang tersebut maka diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu :

H1 Kepemilikan managerial berpengaruh signifikan terhadap konvergensi IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.6.2 Pengembangan Hipotesis II Utami (2013) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap konvergensi IFRS, hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa semakin meningkat aktifitas pengawasan yang dilakukan secara institusi, mendorong manajer untuk menjalankan segala sesuatunya didalam perusahaan dengan sebaik baiknya, akibatnya jumlah pengungkapan IFRS

mengalami peningkatan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kepemilikan manajerial menunjukan adanya fungsi monitoring didalam perusahaan yang akan mendorong meningkatnya jumlah pengungkapan IFRS didalam sebuah perusahaan.

Puspita (2012) menemukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap konvergensi IFRS. Temuan yang diperoleh tersebut terjadi karena fungsi pengawasan yang dilakukan dengan mengatasnamakan perusahaan lebih efektif sehingga mengakibatkan praktek kecurangan yang dilakukan oleh manajer menjadi berkurang, selain transparansi informasi juga semakin tinggi, yang dibuktikan dengan jumlah pengungkapan IFRS yang semakin luas.

Berdasarkan uraian ringkas beberapa hasil penelitian terdahulu maka diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu :

H2 Kepemilikan institusional

berpengaruh signifikan terhadap konvergensi IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.6.3 Pengembangan Hipotesis III Utami (2013) menemukan bahwa kepemilikan publik tidak berpengaruh

(6)

6 signifikan terhadap konvergensi IFRS.

Puspita (2012) berhasil menemukan bahwa kepemilikan publik berpengaruh terhadap konvergensi IFRS. Hasil tersebut menunjukan bahwa pengawasan yang dilakukan secara bersama sama oleh masyarakat yang berinvestasi didalam perusahaan mendorong berkurangnya berbagai kecurangan yang berada didalam perusahaan, akibatnya transformasi informasi yang diterima oleh individu yang berada pada kelompok kepemilikan publik makin tinggi, keadaan tersebut mendorong meningkatknya jumlah pengungkapan IFRS didalam perusahaan, sesuai dengan hasil penelitian terdahulu maka peneliti mengajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu:

H3 Kepemilikan publik berpengaruh

signifikan terhadap konvergensi IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.6.4 Pengembangan Hipotesis IV Utami (2013) menemukan bahwa dewan komisaris independen tidak berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan atau konvergensi IFRS. Puspita (2012) hasil penelitiannya menunjukan bahwa pembentukan dewan komisaris berpengaruh terhadap konvergensi IFRS, temuan tersebut menunjukan bahwa

berjalannya fungsi pengawasan yang dilakukan oleh dewan komisaris tentu akan mendorong meningkatnya konvergensi IFRS.

Berdasarkan uraian ringkas beberapa hasil penelitian terdahulu diajukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu:

H4 Dewan komisaris berpengaruh

signifikan terhadap konvergensi IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

2.6.5 Pengembangan Hipotesis V Prawinandi et al (2012) berhasil menemukan bahwa komite audit berpengaruh positif yang signifikan terhadap konvergensi IFRS. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa semakin gencar dan berkelanjutan aktifitas monitoring dilakukan oleh anggota komite audit independen akan mendorong meningkatnya jumlah pengunakapan konvergensi IFRS. Didalam sebuah perusahaan.

Berdasarkan uraian ringkas tersebut maka diakukan sebuah hipotesis yang akan dibuktikan yaitu:

H5 Komite audit berpengaruh signifikan

terhadap konvergensi IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

(7)

7 Kerangka Penelitian

Sesuai dengan landasan teori dan beberapa hasil penelitian terdahulu maka dapat dibuat sebuah model kerangka berfikir yang akan dipedomani dalam tahapan pengolahan data didalam penelitian terlihat pada gambar I dibawah ini:

METODE PENELITIAN 3.1 Populasi dan Sampel

Pada penelitian ini yang menjadi sampel adalah beberapa perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, karena jumlah perusahaan manufaktur memiliki jumlah yang relatif banyak mendorong peneliti untuk menggunakan sebuah metode pengambilan sampel. Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling

3.2 Metode Analisis

Untuk melakukan pengujian hipotesis maka dilakukan dengan menggunakan metode analisis kuantitatif. Didalam metode tersebut tahapan pengolahan data dilakukan dengan menggunakan tahapan pengujian statistik. Secara umum tahapan pengujian statistik yang dilakukan adalah

a. Melakukan uji instrument yang meliputi uji validitass dan reliabilitas data.

b. Melakukan pengujian asumsi klasik yang meliputi pengujian normalitas, multikolinearitas dan heteroskedastisitas.

c. Melakukan pengujian statistik dengan tahapan melakukan pembentukan persamaan regresi berganda, analisis koefisien determinasi, analisis uji F-statistik dan uji t-statistik.

PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Normalitas

Berdasarkan hasil pengujian normalitas terlihat bahwa masing masing variabel penelitian telah memiliki nilai asymp sig (2-tailed) diatas atau sama dengan 0,05 sehingga variabel tersebut dapat disimpulkan telah berdistribusi normal, sedangkan variabel kepemilikan

(8)

8 managerial tidak dinormalkan karena

memiliki sifat data yang dikotoumus, sehingga tidak wajib untuk dinormalkan. Oleh sebab itu tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilakukan.

4.2 Pengujian Asumsi Klasik

Salah satu syarat yang harus terpenuhi sebelum dilakukan pembentukan model regresi linear berganda adalah terbebasnya masing-masing variabel penelitian dari gejala asumsi klasik yang meliputi pengujian multikolinearitas, autokorelasi dan heteroskedastisitas. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada sub bab dibawah ini:

4.2.1 Pengujian Multikolinearitas Berdasarkan hasil pengujian multikolinearitas terlihat bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan telah memiliki nilai Tolerance diatas 0,10 sedangkan nilai Variance Influence Factor (VIF) yang dihasilkan masing-masing variabel independen berada dibawah 1 sehingga dapat disimpulkan bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan didalam model penelitian saat ini terbebas dari gejala multikolinearitas, sehingga tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilakukan.

4.2.2 Pengujian Autokorelasi

Berdasarkan proses pengujian terlihat bahwa nilai DW yang diperoleh dalam penguijan adalah sebesar 1,811. Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa -2 ≤ 1,811 ≤ -2 sehingga dapat disimpulkan bahwa didalam model penelitian saat ini tidak terjadi gejala autokorelasi baik bertanda positif atau pun negatif, sehingga tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilaksanakan.

4.2.3 Pengujian Heteroskedastisitas (Model Glejser)

Berdasarkan hasil pengujian heteroskedastisitas dengan menggunakan model glejser terlihat bahwa didalam model regresi masing-masing variabel independen dengan variabel dependen yang ditransformasikan kedalam bentuk absolute menghasilkan nilai signifikan diatas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa gejala heteeroskedastisitas tidak terjadi pada setiap variabel penelitian yang akan dibentuk kedalam sebuah persamaan regresi. Oleh sebab itu tahapan pengolahan data lebih lanjut dapat segera dilaksanakan.

(9)

9 Setelah seluruh variabel penelitian

telah berdistribusi normal, serta masing-masing variabel penelitian terbebas dari gejala asumsi klasik, maka tahapan pengujian hipotesis dapat segera dilakukan. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan bukti empiris pengaruh kepemilikan managerial, kepemilikan institusional, kepemilikan publik, dewan komisaris dan komite audit terhadap konvergensi IFRS. Berdasarkan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh ringkasan hasil terlihat pada Tabel 4.8 dibawah ini:

Tabel 4.8

Hasil Pengujian Hipotesis Variabel

Penelitian Sig Alpha

(Constanta) - - Kep Managerial 0,093 0,10 Kep Institusional 0,080 0,10 Kep Publik 0,169 0,10 Dew Komisaris 0,697 0,10 Ko Audit 0,099 0,10 R2 0.333 F-prob 0,0000

Pada ringkasan hasil pengujian statistik yang telah dilakukan diperoleh nilai koefisien determinasi yang dihasilkan adalah sebesar 0,333. Hasil tersebut menunjukan bahwa pelaksanaan corporate governance yang terlihat dari adanya

pembagian struktur kepemilikan secara managerial, institusional, publik dan dibentuknya dewan komisaris dan komite audit mampu berkontribusi untuk mempengaruhi kepatuhan pengungkapan IFRS sebesar 33.30% sedangkan sisanya sebesar 66,70% lagi dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan didalam model penelitian saat ini.

Pada tahapan pengujian statistik juga diperoleh nilai hasil pengujian F-statistik sebesar 0,000. Pada tahapan pengujian statistik digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,05. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,000 < alpha 0,05 maka keputusannya adalah Ho ditolak dan Ha diterima sehingga dapat disimpulkan bahwa setiap variabel independen yang digunakan didalam penelitian ini dapat terus dianalisis serta dibentuk kedalam sebuah model regresi berganda.

Pada tahapan pengujian statistik juga terlihat bahwa masing-masing variabel independen yang digunakan memiliki arah koefisien regresi yang relatif berbeda antara satu dengan yang lain. Kontribusi masing-masing variabel tersebut dapat dijelaskan pada sub bab dibawah ini:

(10)

10 Berdasarkan hasil pengujian

hipotesis pertama dengan menggunakan variabel kepemilikan managerial diperoleh nilai koefisien regresi bertanda negatif sebesar 0,312 dengan tingkat signifikansi hasil pengujian statistik sebesar 0,093. Pada tahapan pengujian digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,10. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,093 < alpha 0,10. Hasil yang diperoleh menunjukan kepemilikan managerial berpengaruh negatif yang signifikan terhadap konvergensi IFRS.

4.5.2 Pembahasan Hipotesis II

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kedua dengan menggunakan variabel kepemilikan institusional diperoleh koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,013 didalam pengujian diperoleh nilai signifikan sebesar 0,080, Pada tahapan pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,10. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,080 < alpha 0,10 Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap konvergensi IFRS.

4.5.3 Pembahasan Hipotesis III

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis ketiga dengan menggunakan variabel kepemilikan publik, hasil pengujian statistik diperoleh koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,011 didalam pengujian statistik diperoleh nilai signifikan sebesar 0,169, didalam tahapan pengujian digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,10. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,169 > alpha 0,10 Hasil yang diperoleh dalam tahapan pengujian hipotesis ketiga menunjukan bahwa kepemilikan publik bukanlah variabel yang mempengaruhi penurunan atau peningkatan konvergensi IFRS,

4.5.4 Pembahasan Hipotesis VI

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis keempat dengan menggunakan variabel jumlah dewan komisaris diperoleh nilai koefisien regresi bertanda positif sebesar 0,019 dalam pengujian statistik diperoleh nilai signifikan sebesar 0,697. Pada tahapan pengolahan data digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,10. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan sebesar 0,697 jauh berada diatas 0,10. Hasil yang diperoleh dalam tahapan pengujian statistik menunjukan bahwa jumlah dewan komisaris tidak berkontribusi signifikan untuk mempengaruhi pengungkapan konvergensi

(11)

11 IFRS khususnya pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.

4.5.5 Pembahasan Hipotesis V

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis kelima dengan menggunakan variabel komite audit diperoleh koefisien regresi bertanda negatif sebesar 0,206 dengan nilai signifikan sebesar 0,099. Pada tahapan pengujian statistik digunakan tingkat kesalahan sebesar 0,10. Hasil yang diperoleh tersebut menunjukan bahwa nilai signifikan tersebut menunjukan bahwa tingkat kesalahan yang digunakan masih berada dibawah 0,10.

PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis, maka diajukan beberapa kesimpulan penting yang merupakan inti dari pemecahan masalah yang dibahas didalam penelitian ini yaitu:

1. Kepemilikan managerial berpengaruh negatif yang signifikan terhadap konvergensi kepatuhan IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Hipotesis I ditolak).

2. Kepemilikan institusional berpengaruh positif yang signifikan terhadap konvergensi kepatuhan IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Hipotesis II diterima). 3. Kepemilikan publik tidak

berpengaruh signifikan terhadap konvergensi kepatuhan IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Hipotesis III ditolak).

4. Jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap konvergensi kepatuhan IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Hipotesis IV ditolak).

5. Komite audit berpengaruh negatif yang signifikan terhadap konvergensi kepatuhan IFRS pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (Hipotesis V ditolak).

5.3 Saran

Sesuai dengan kesimpulan dan keterbatasan penelitian peneliti mengajukan beberapa saran yang tentunya dapat memberikan kontribusi positif bagi:

1. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mencoba memperpanjang periode observasi data, karena

(12)

12 semakin panjang periode observasi

tentu akan menambah jumlah data yang diolah serta memberikan peluang bagi peningkatan ketepatan dan akurasi hasil penelitian yang diperoleh.

2. Peneliti selanjutnya disarankan untuk mencoba menambahkan minimal satu variabel penelitian yang tidak digunakan didalam model penelitian ini seperti kepemilikan keluarga, kepemilikan asing, frekuensi rapat dan sebagainya. Saran tersebut tentu menjadi sangat penting sebagai upaya untuk meningkatkan ketepatan dan akurasi hasil penelitian dimasa mendatang. 3. Organisasi disarankan untuk

memberikan pelatihan dan melaksanakan seminar yang berhubungan dengan implikasi IFRS, program tersebut tentu sangat penting untuk meningkatkan kompetensi anggota organisasi terutama yang berada dalam bidang akuntansi dalam menguasai IFRS. Saran tersebut sangat penting untuk meningkatkan kepatuhan atau konvergensi IFRS.

DAFTAR PUSTAKA

Arens, Elder, Beasley. 2010. Auditing and Assurace Service. 14th Edition. Prentice Hall. Boston.

Lam & Lau. 2010. Market Reaction to the Potensial Adoption International Accounting Standard in The U.S. Correponding Author. School of Accounting.

Phalipu Healy. 2005. Corporate Financial Statement. McGrawhill, Irwin. Prawinandi Wardani, Suhardjanto Djoko,

dan Triatmoko Hanung. 2013. Peran Struktur Corporate Governance Dalam Tingkat Kepatuhan Mandatory Diclosure Konvergensi IFRS. Jurnal Akuntansi Keuangan Volume 5 Nomor 3. Universitas Brawijaya, Malang.

Puspita Yulia. 2012. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Konvergensi Laporan Keuangan Publik (Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di BEI). Jurnal Ekonomi dan Bisnis Volume 3 Nomor 11. Univeristas Sumatera Utara, Medan.

Riyanto, Bambang. 2004. Dasar Dasar Perbelanjaan Perusahaan.

(13)

13 Badan Penerbit Universitas

Gajahmada, Yogyakarta.

Ross, William, Jeff. 2005. Corporate Financial Statement. Edisi Indonesia. Gramedia Pustaka, Jakarta.

Soemarso. 2007. Dasar Dasar Akuntansi (Pengantar). Badan Penerbit Universitas Gajahmada, Yogyakarta.

Utami Dwi Wulan, Djoko Sihardjanto dan Sri Hartoko. 2012. Investigasi Dalam Konvergensi IFRS di Indonesia: Tingkat Kepatuhan Pengungkapan Wajib dan Kaitannya dengan Mekanisme Corporate Governance. Jurnal Akuntansi Keuangan Volume 3 Nomor 3 Universitas Brawijaya, Malang.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Dengan demikian penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Kusumawati dan Riyanto (2005) yang menyatakan bahwa ukuran dewan komisaris

Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dalam berwirausaha Karang Taruna Desa Nelayan Indah dibidang usaha jasa sewa kapal untuk

 Dari hasil menyimak, peserta didik membuat laporan sederhana tentang penggolongan hewan berdasarkan jenis makanannya  Peserta didik membuat teks nonfiksi yang

aniayaan terhadap suatu kelompok tertentu atau perkumpulan yang didasari persamaan paham politik, ras, kebangsaan, etnis, budaya, agama, jenis kelamin, atau alasan lain yang

4.2 Perlakuan terhadap karyawan yang mengalami lebih bayar pada bulan Januari - Agustus setelah adanya penerapan perhitungan PTKP 2016. Dengan adanya perubahan besaran PTKP yaitu

Untuk field yang anda tanda bintang maka berarti field tersebut harus diisi (tidak boleh kosong), apabila kosong maka akan tampil peringatan bahwa ada field yang

Untuk divisi penjual yang menjual seluruh (hampir seluruh) produknya ke divisi lain dalam perusahaan yang sama, divisi penjual disebut CAPTIVE SUPPLIER  memiliki