• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Mesin Produksi Pengecoran atau P

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Mesin Produksi Pengecoran atau P"

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Mesin Produksi

Pengecoran atau Penuangan (Casting)

Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas salah satu mata kuliah Program Studi Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin Jurusan Teknik Mesin

Disusun Oleh :

Eldi Amrillah NIM: 111234006

Muh Khoerul Umam NIM: 111234020

Valianto Sitanggang NIM: 111234032

(2)

KATA PENGANTAR

Puji serta syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mesin produksi dengan judul “Pengecoran atau Penuangan (Casting)”.

Makalah mesin produksi ini disusun untuk memenuhi salah satu mata perkuliahan pada semester 7 pada jenjang pendidikan diploma empat (D-4) pada Program Studi Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin, Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan rasa terima kasih yang tak terkira kepada kedua orang tua tercinta yang telah membesarkan, mendidik penulis dengan pelita kehidupan, do’a dan kasih sayang serta dukungan moril maupun materiil kepada penulis.

Dalam penyusunan laporan ini, penulis banyak menerima bantuan berupa bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Parno selaku Ketua Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bandung

2. Bapak Angki A. Rahmat selaku Ketua Program Studi Teknik Perancangan dan Konstruksi Mesin Politeknik Negeri Bandung

3. Bapak Ir. Sugeng Isdwiyanudi, MT. selaku pengajar pada mata kuliah Perancangan IV.

4. Teman-teman Program Studi Teknik Perancangan Dan Konstruksi Mesin angkatan 2011

5. Teman-teman Jurusan Teknik Mesin angkatan 2011

6. Pihak-pihak lain yang turut membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung selama masa kerja praktek ini

(3)

Akhirul kalam, semoga karya akhir ini dapat lebih bermanfaat bagi kami dan bagi semua pihak yang membutuhkan. Semoga Allah SWT selalu melindungi, memberikan hidayah dan melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin.

Bandung, Desember 2014

(4)

Daftar Isi

KATA PENGANTAR...i

Daftar Isi...iii

Daftar Tabel...iv

Daftar Gambar...v

PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Target dan Tujuan...1

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah...1

1.4 Sistematika Laporan...1

BAB II TINJAUAN PUSTSKA...3

1. Pengertian Pengecoran atau Penuangan (Casting)...3

BAB III ISI DAN PEMBAHASAN...5

3.1 Metoda Penuangan...5

(5)

Daftar Tabel

(6)

Daftar Gambar

Gambar III.1 Pressure Die Casting...9

Gambar III.2 Skematik diagram dari proses injection molding dalam operasi kerja dimana mold dalam keadaan tertutup...9

Gambar III.3 Skematik diagram dari proses injection molding dalam operasi kerja dimana mold dalam keadaan terbuka...10

Gambar III.4 Electric with component...10

Gambar III.5 Touner housing untuk suku cadang televisi dibuat dengan die casting dengan injection mold...11

Gambar III.6 Centrifugal Casting...12

Gambar III.7 Vertical Centrifugal Casting...13

Gambar III.8 Horizontal Centrifugal Casting...14

Gambar III.9 Prinsip dasar penuangan Continouos Casting...15

Gambar III.10 Prinsip dasar penuangan berlanjut (continuous casting) langkah pembuatan cetakan (mould) pada sistem shell moulding...16

Gambar III.11 Langkah pembuatan cetakan (mould) pada system shell moulding17 Gambar III.12 Valve assy merupakan salah satu bentuk hasil pengecoran dengan investment casting...18

Gambar III.13 Vacuum-furnace...19

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang

Pembuatan makalah mesin produksi “Pengecoran atau Penuangan (Casting) dilatar belakangi oleh lingkup khusus program studi D4 TPKM yaitu perancangan yang mana sangat erat kaitannya dengan proses produksi. Seorang perancang diharuskan mengetahui berbagai jenis produksi sebuah produk atau alat agar rancangannya mudah diproduksi.

E.1

Target dan Tujuan

Target dan tujuan dari pembuatan makalah mesin produksi “Pengecoran atau Penuangan (Casting) yaitu untuk mengetahui sistem kerja dari proses pengecoran itu sendiri serta mengetahui berapa biaya produksi yang dibutuhkan dalam proses pengecoran.

1.3 Ruang Lingkup dan Batasan Masalah

A. Rumus teoritik untuk menuangkan material cair

B. Waktu yang diperlukan material cair untuk menjadi padat C. Biaya yang diperlukan untuk melakukan proses pengecoran

1.4 Sistematika Laporan

Sistematika penulisan laporan penelitian sesuai dengan sistematika penulisan yang ditetapkan untuk memudahkan penelitian yaitu sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

(8)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang studi kepustakaan yang berhubungan dengan masalah yang diteliti dan dapat digunakan sebagai acuan teori dan dasar dari pemecahan masalah yang dilakukan.

BAB III ISI DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang inti dari masalah yang dibahas dan sedikit pembahasan lebih dalam terhadap hal tersebut.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengumpulan data dan pengolahan data.

DAFTAR PUSTAKA

(9)

BAB II

TINJAUAN PUSTSKA

2.1Pengertian Pengecoran atau Penuangan (

Casting

)

Pengecoran atau penuangan (casting) merupakan salah satu proses pembentukan bahan baku/bahan benda kerja yang relative mahal dimana pengendalian kualitas benda kerja dimulai sejak bahan masih dalam keadaan mentah. Komposisi unsur serta kadarnya dianalisis agar diperoleh suatu sifat bahan sesuai dengan kebutuhan sifat produk yang direncanakan namun dengan komposisi yang homogen serta larut dalam keadaan padat.

Proses penuangan juga merupakan seni pengolahan logam menjadi bentuk benda kerja yang paling tua dan mungkin sebelum pembentukan dengan panyayatan (chipping) dilakukan. Sebagai mana ditemukan dalam artifacts kuno menunjukkan bukti keterampilan yang luar biasa dalam pembentukan benda dari bahan logam dengan menuangkan logam yang telah dicairkan (molten metals) kedalam cetakan pasir khusus menjadi bentuk tertentu. Pengecoran dengan menggunakan cetakan pasir juga merupakan teknologi yang menuangkan larutan cair dari logam secara hati-hati kedalam cetakan pasir yang sudah dipersiapkan dengan hasil yang mendekati sempurna.

Dalam perkembangannya pembentukan benda kerja melalui penuangan ini tidak hanya pada lingkup seni dan konsumsi kalangan aristocrat semata, namun juga pada pengembangan teknologi penuangan itu sendiri termasuk pengembangan peralatan dan mesin-mesin perkakas moderen sebagaimana yang kita gunakan pada saat ini, sehingga metoda penuangan dengan cetakan pasir (sand casting) menjadi salah satu metoda penuangan dimana berbagai metoda penuangan tersebut antara lain meliputi :

(10)
(11)

BAB III

ISI DAN PEMBAHASAN

3.1Metoda Penuangan

3.1.1 Sand Casting (Penuangan dengan Cetakan Pasir).

Proses pembentukan benda kerja dengan metoda penuangan logam cair kedalam cetakan pasir (sand casting), secara sederhana cetakan pasir ini dapat diartikan sebagai rongga hasil pembentukan dengan cara mengikis berbagai bentuk benda pada bongkahan dari pasir yang kemudian rongga tersebut diisi dengan logam yang telah dicairkan melalui pemanasan (molten metals). Proses pembentukan cetakan pasir ini harus dilakukan secara hati-hati dan memperlakukannya seperti mendirikan periuk emas murni atau perak atau tembaga. Kendati sekarang telah benar-benar mampu melakukan loncatan kemampuan dalam pekerjaan pengecoran (casting) seperti pembuatan sejumlah poros luar dari mesin kapal laut Queen Mary yang sangat besar dan panjang juga rel kereta api.

Cetakan pasir untuk pembentukan benda tuangan melalui pengecoran harus dibuat dan dikerjakan sedemikian rupa dengan bagian- bagian yang lengkap sesuai dengan bentuk benda kerja sehingga diperoleh bentuk yang sempurna sesuai dengan yang kitA kehendaki. Bagian-bagian dari cetakan pasir ini antara lain meliputi:

a. Pola, mal atau model (pattern), yaitu sebuah bentuk dan ukuran benda yang sama dengan bentuk asli benda yang dikehendaki, pola ini dapat dibuat dari kayu atau plastik yang nantinya akan dibentuk pada cetakan pasir dalam bentuk rongga atau yang disebut mold jika model ini dikeluarkan yang kedalamnya akan dituangkan logam cair.

(12)

demikian keadaan ketebalan dinding, lubang dan bentuk-bentuk khusus dari benda tuangan (casting) tidak akan terjadi perubahan.

c. Cope, yaitu setangah bagian dari bagian atas dari cetakan pasir. d. Drag, yakni setengah bagian bawah dari cetakan pasir tersebut.

e. Gate ialah lubang terbuka dimana dituangkannya logam cair kedalam cetakan diatara core dan drag

f. Riser ialah lubang pengeluaran yang disediakan untuk mengalirnya sisa lelehan logam cair dari dalam cetakan serta sedikit reserve larutan logam cair Komponen-komponen utama untuk pembuatan cetakan tersebut diatas merupakan komponen utama yang digunakan dalam pembuatan cetakan untuk pengecoran logam. Kelengkapan lainnya adalah Chaplet, yakni kelengkapan pendukung Cores, walaupun pemakaian pendukung cores ini dianggap kurang praktis, dan beberapa peralatan yang lain tidak ada dalam perdagangan.

3.1.1.1 Bahan Cetakan dan Bahan Teras

a. Pasir Cetakan

Cetakan dan teras merupakan bagian yang akan bekerja menerima panas dan tekanan dari logam cair yang dituang sebagai bahan produk,oleh karena itu pasir sebagai bahan cetakan harus dipilih sesuai dengankualifikasi kebutuhan bahan yang akan dicetak baik sifat penuangannyamaupun ukuran benda yang akan dibentuk dalam penuangan ini dimanasemakin besar benda tuangan maka tekanan yang disebut tekanan metallostatic akan semakin besar dimana cetakan maupun teras harusmemiliki kestabilan mekanis yang terandalkan. Beberapa jenis bahan cetakan dan teras yang sering digunakan antara lain :

a. Pasir tanah liat  Pasir kering  Pasir basah b. Pasir minyak

(13)

d. Pasir kaca air e. Pasir semen

E.1.2 Die Casting

Sebagaimana telah bahas pada uraian terdahulu tentang proses pengecoran denga cetakan Logam, bahwa cetakan logam ini dirancang tidak saja pada bentuk benda kerja yang dikehendaki akan tetapi karakteristik serta kualitas dari benda tuangan itu sendiri pentingmenjadi pertimbangan dimana kualitas dari benda tuangan ini juga dipengaruhi oleh proses penuangan yang dilakukannya. Proses penuangan sebagaimana dilakukan dengan sentrifugal casting memiliki tujuan tertentu yang berbeda dengan proses penuangan dengan metoda yang lain, antara lain metoda penuangan pada dies casting ini dibedakan menjadi dua selain metoda sentrifugal yang telah diuraikan diatas, antara lain :

1. Pressure die casting 2. Gravity die casting

a. Pressure die casting

(14)

Proses pengecoran dengan pressure die casting (injection moulding) dilakukan dengan langkah-langkah sebagaimana diperlihatkan pada gambar illustrasi berikut, antara lain:

Sesuai gambar :

A. Pemasangan dan penyesuaian kedudukan die pada mesin injeksi (injection moulding machine)

B. Penyetelan posisi dari kedua bagian dies yang biasanya dalam pembentukan bagian luar dari dies diberi tanda penyesuai antara keduanya.

C. Proses Injeksi yakni memasukan bahan tuangan (logam cair) ke dalam rongga cetakan.

D. Tekanan dihentikan jika lubang-lubang saluran dibelakang telah terisi melepaskan tekanan dengan menggeser bagian cetakan (moving platen)

(15)

Gambar III.1 Pressure Die Casting

Dies dibuat melalui proses pembentukan dipemesinan sesuai dengan bentuk yang dikehendaki, bagian dari badan dies disesuaikan dengan bentuk kedudukan pada Mesin injeksi yang digunakan atau dapat disesuaikan dengan pamakaian Jig

(16)

Gambar III.3 Skematik diagram dari proses injection molding dalam operasi kerja dimana mold dalam keadaan terbuka

b b. Gravity die casting

Gravity die Casting (penuangan curah) ialah proses penuangan logam cair kedalam cetakan dengan cara dicurahkan melalui saluran-saluran cetakan yang telah disediakan pada cetakan dengan menggunakan panci tuang (ladle). Proses penuangan ini dilakukan sebagaimana dijelaskan pada contoh dalam pengecoran bahan roda gigi.

(17)

Gambar III.5 Touner housing untuk suku cadang televisi dibuat dengan die casting dengan injection mold

3.1.3 Centrifugal Casting (Pengecoran)

(18)

Gambar III.6 Centrifugal Casting

Penuangan (pengecoran) dengan cara centrifugal ini ialah menggunakan putaran yang tinggi dari dies dengan demikian logam cair yang cukup berat akan terlempar keluar dari posisi penuangan yakni ke posisi bentuk dies sebagai bentuk benda kerja yang kita kehendaki.

(19)

Jadi walaupun sebenarnya centrifugal casting memiliki keunggulan seperti hasil penuangan yang padat, permukaan tuangan yang halus serta dapat membentuk dinding tuangan pada ukuran yang tipis dan lain-lain, namun hal ini akan bergantung pula pada kemungkinan pengecoran yang paling baik yang dapat dilakukan untuk menghasilkan benda cor yang memuaskan menurut bentuk yang dikehendaki.

Pada gambar berikut diperlihatkan prinsip pengecoran dengan centrifugal secara Vertical dan semi centrifugal.

(20)

Gambar III.8 Horizontal Centrifugal Casting

3.1.4 Continous Casting

Teknik convesional yang lain penerapan proses pembentukan melalui penuangan (pengecoran) dengan cetakan ini ialah pembuatan baja batangan (Ingot), dimana pemanasan ulang pada ingot untuk menghasilkan bentuk serta ukuran yang sesuai dan dikehendaki.

(21)

Gambar III.9 Prinsip dasar penuangan Continouos Casting

(22)

juga memiliki sistem pengendalian gerakkan casting hingga masuk pebagian pemotongan (flying shears) yang akan memotong casting ini sepanjang yang diinginkan.

Continouos casting ini dapat diterapkan dalam pembentukan bagian yang berukuran kecil serta menghasilkan produk dengan kualitas baik dan mendekati kualitas yang dihasilkan oleh hot working processes serta dengan gerakan kerja secara otomatis.

3.1.5 Shell Moulding

Shell Moulding merupakan salah satu bentuk cetakan pasir dimana cetakan tipis bentuk benda yang terbagi atas dua bagian dan dibuat dari pasir dengan perekat resin-bond, cetakan dihasilkan melalui pemanasan model yang diperoleh dari proses pengerasan kimiawi bahan resinoid, dengan demikian maka akan diperoleh bentuk dan ukuran yang akurat dari cetakan yang diinginkan, namun dalam pembuatannya memerlukan teknik serta biaya yang relatif mahal. Sebagai ilustrasi dapat dilihat pada gambar berikut.

(23)

Gambar III.11 Langkah pembuatan cetakan (mould) pada system shell moulding

3.1.6 Invesment Casting

Investment casting merupakan salah satu cara/metoda pembentukan produk melalui proses pengecoran dimana berbeda dengan metoda yang telah dibahas seperti sand casting, dies casting dan lain-lain terutama dalam proses pembentukan cetakannya. Proses pembentukan cetakan dimana cetakan dibuat dari pasir cetak (sand casting)diawali dengan pembuatan model (pattern) dan untuk model yang dipakai dalam proses ini ialah dipilih dari bahan-bahan yang memiliki titik cair sangat rendah misalnya lilin (wax), inidigunakan dalam berbagai pembuatan model dengan bentuk yang sangat rumit, dalam proses ini model dibentuk dengan bahan lilin, selanjutnya dilapisi dengan bahan pelapis seperti ethil atau sodium silikat untuk menghaluskan permukaan model. Kemudian model ini ditempatkan (invested) didalam bahan cetakan seperti “resin” yang, selanjutnya investment dikeringkan melalui pemanasan, proses pengeringan dengan pemanasan dari 1000 sampai 1100C

(24)

melalui pori-pori bahan cetakan sehingga membentuk rongga sesuai dengan bentuk produk yang diinginkan, kemudian pemanasan dilanjutkan sampai 10000C untuk

mengeraskan cetakan tersebut.

Proses pengecoran dengan Investment casting ini menghasilkan produk yang akurat karena cetakan (mould)nya sangat kaku (rigid) serta digunakan hanya untuk satu buah produk dan untuk produk berikutnya harus membentuk mould baru, namun dalam satu rangka cetak dapat terdiri dari beberapa buah pola untuk beberapa buah produk yang tersusun dengan perencanaan saluran tunggal untuk proses penuangan (mono-shelles Mold).

Gambar III.12 Valve assy merupakan salah satu bentuk hasil pengecoran dengan investment casting

(25)

dalam mengeluarkan benda hasil penuangan dari dalam cetakan sebagaimana yang tejadi dalam Dies Casting.

Gambar III.13 Vacuum-furnace

(26)
(27)

3.2 Perhitungan Biaya proses

casting

Proses pengecoran logam tidak lepas dari kebutuhan biaya material, proses dan operasi. Kebutuan akan biaya tersebut dapat diperhitungkan melalui berbagai macam cara, salah satu cara menghitung biaya proses casting adalah sebagai berikut. 3.2.1 Perhitungan biaya proses sand casting

Cpi=Rt

(

0,313Nsp1,27+0,085A1,2p

)

n0,7

Dimana,

Rt = toolmaking (pattern shop) rate Nsp = jumlah permukaan,

Ap = projected area of impressions, [cm2] n = number of identical impressions

Nsp (the number of surface “patches”) adalah jumlah area permukaan benda kerja yang kontinyu, seperi sebuah cakram memiliki tiga buah permukaan, sedangkan jika terdapat lubang, akan berarti memiliki empat buah permukaan.

Variable costs tiap jam:

N = jumlah cavity yang akan digunakan dalam satu siklus (kurang dari atau sama dengan 100),

n = jumlah pola yang harus dimanufaktur (kurang dari atau sama dengan N), V = volume part yang akan di cor [mm3]

A = area yang digunakan untuk menempatkan kotak sebagai cetakan, dengan asumsi jarak aman dari kotak tersebut adalah 100 mm tiap sisinya [mm2]

(28)

Up = upah pekerja tiap jam [Rp/jam]

Tj = Waktu yang dibutuhkan pekerja melakukan satu buah pekerjaan [jam] Harga material untuk N benda dalam satu kali penuangan digunakan persamaan:

Mc=1.03× N ×m × ρ ×V

Persamaan ini diasumsikan terdapat 2% limbah yang akan dihasilkan. Proses penuangan logam cair dan menyetel cetakan: Sm = Up× Tj Proses pendinginan logam cair: Cd = 0.3 × A × Up

Total harga tiap jam adalah: TPH = Mc + Sm + Cd Maka, total harga untuk proses ini adalah: TH = TPH/N

3.2.2 Perhitungan biaya proses die casting

Biaya dasar = 1000 + 10.58 x A x (d + 6) ^ (. 4) (Rp)

Biaya Mold mesin = 75 A0,5 + 2.700 * (. 08 + 04 * SP)1.27 + 300 + 120 * A1,2 (Rp) Sebuah wilayah = diproyeksikan (di2)

d = bagian dalamnya (di)

SP = jumlah patch permukaan pada bagian

Biaya variabel per bagian adalah biaya bahan ditambah waktu biaya pendinginan (asumsi Rp 500.000 / jam untuk mesin) yang adalah sebagai berikut:

(29)

3.2.3 Perhitungan biaya proses injection molding

Injection molding membutuhkan perkakas relatif mahal. Untuk alasan ini, molding injection adalah cocok untuk volume produksi yang besar. Tingkat produksi bisa tinggi terutama untuk cetakan kecil. Cetakan multi-rongga yang sering digunakan. Cetakan prototipe dapat dibuat dengan menggunakan cetakan rongga tunggal bahan yang lebih murah. Biaya cetak injeksi terutama didorong oleh biaya bahan, peralatan yang dibutuhkan (press) waktu siklus pada mesin, dan diperlukan perkakas peralatan.

Ukuran alat ditentukan oleh kekuatan penjepit yang ditentukan oleh ukuran bagian dan jumlah cavitities. Namun, kami tidak akan model ukuran mesin yang berbeda dan biaya eksplisit dalam IPD.

Siklus waktu molding pada mesin terdiri dari waktu injeksi (yang tergantung pada ukuran ditembak dan mesin listrik, tetapi biasanya kecil: 1-2 detik) dan waktu pendinginan (ini biasanya mendominasi). Waktu pendinginan dapat diperkirakan sebagai berikut, yang sebagian besar didorong oleh kuadrat dari ketebalan dinding maksimal:

Waktu pendinginan

hmax = maksimum ketebalan dinding

Tx = direkomendasikan suhu ejeksi bagian, C Tm = suhu temperatur cetakan direkomendasikan, C Ti = Suhu injeksi polymer, C

(30)

Namun, disini akan menggunakan model yang disederhanakan. Lihat bagian biaya variabel di bawah ini.

Estimasi Biaya Mold

Biaya cetakan terdiri dari biaya dasar cetakan, dan biaya rongga dan inti fabrikasi. Kami akan mendekati biaya ini menggunakan versi sederhana dari logika di Botthroyd, Dewhurst dan Ksatria (2002)

Biaya dasar cetakan

Biaya dasar cetakan adalah biaya bahan baku yang akan mesin untuk membuat bagian. Hal ini tergantung pada daerah proyeksi bagian (s) dan kedalaman yang dibutuhkan. Untuk mendapatkan angka-angka ini, menarik bagian Anda dalam persegi, seolah-olah Anda sedang melihat ke bawah pada alat seeing adalah panjang dan lebar, tetapi tidak mendalam. Artinya, sketsa garis besar bagian-bagian dan menggambar persegi di sekitarnya (atau mereka, jika Anda membuat beberapa bagian dengan satu tembakan). Tinggalkan 100 mm antara setiap bagian dan bagian lain, dan setiap bagian dan tepi alun-alun. Ini 100 mm kelonggaran untuk meninggalkan ruang untuk runner, saluran pendinginan, dan hal-hal lain yang dibutuhkan alat. Jadi, misalnya, jika akan membuat 5 bagian dalam satu tembakan Anda akan memiliki 5 lubang yang semuanya minimal 100 mm dari satu sama lain dan 100 mm dari tepi persegi.

Project Area = diproyeksikan (di2) = area untuk produk dan 100mm batas di semua sisi.

d = bagian dalamnya (dalam), ini berasal dari mengukur kedalaman bagian yang sebenarnya, karena akan berbaring di dalam kotak. Tidak perlu menambahkan batas ini, hanya mengukur bagian itu sendiri.

Biaya dasar cetakan:

(31)

Biaya rongga dan Core Manufacturing

Kegiatan-kegiatan berikut selama manufaktur cetakan adalah biaya utama: - Rolling rongga

- Lubang pengeboran mendalam untuk saluran pendingin - Side Action

- Sistem Ejector

Boothroyd, Dewhurst dan Ksatria mengutip sejumlah studi yang memperkirakan biaya cetakan sebagai fungsi dari berbagai masukan. Sebagai contoh, jumlah pin ejector diperlukan dalam alat ini kurang lebih sama dengan akar kuadrat dari daerah yang diproyeksikan. Dan, perkiraan kasar adalah 2,5 jam per manufaktur ejector pin untuk sistem ejector. Biaya tenaga kerja keluar ini di Rp 30 / jam menghasilkan biaya untuk sistem ejector dari:

(30) (2,5) (A)0,5 = 75 A0,5 (Rp)

di mana A = luas proyeksi dari kotak yang dijelaskan di atas.

Kompleksitas bagian ditentukan oleh jumlah "patch permukaan," yang merupakan permukaan kontinyu. Ini menentukan sebagian besar biaya mesin, sehingga menghitung secara seksama. Biaya mesin:

2700 (08 + 02 SP)1,27 (Rp)

di mana SP = jumlah patch permukaan.

Selain kompleksitas, ukuran cetakan mempengaruhi biaya mesin dengan menambahkan istilah

(32)

biaya alat. Jadi, dalam ringkasan, biaya untuk memproduksi cetakan adalah: 75 A0,5+ 2.700 * (. 08 + 04 * SP)1,27 + 300 + 120 * A1,2 (Rp)

Sebuah wilayah = diproyeksikan (di2) SP = jumlah patch permukaan.

Ringkasan biaya tetap untuk injection molding

Biaya tetap total untuk injection molding akan menjadi biaya dasar ditambah biaya mesin, di mana

Biaya dasar = 1000 + 10.58 x A x (d + 6)0,4 (Rp)

Biaya Mold mesin = 75 A0,5 + 2.700 * (0,08 + 04 * SP)1,27 + 300 + 120 * A1,2 (Rp) d = bagian dalamnya (di)

SP = jumlah patch permukaan pada bagian Biaya Variabel

Biaya variabel per bagian yang dihasilkan adalah biaya bahan ditambah biaya mesin waktu. Biaya mesin waktu didorong oleh waktu pendinginan, yang pada gilirannya tergantung pada kuadrat dari ketebalan dinding maksimal. Berikut adalah model-model untuk menggunakan:

Material

Hitunglah volume material di setiap tembakan (jumlah dari volume bagian dalam masing-masing ditembak, jika hanya satu bagian dibuat per ditembak itu adalah volume bagian) dan kalikan 1,03 untuk memperhitungkan kerugian tingkat memo dan pelari.

(33)

Persamaan perpindahan panas di atas dapat diperkirakan dalam bentuk disederhanakan untuk memperkirakan waktu pendinginan (dalam detik) sebagai 131 hmax ^ 2 / α (detik)

dimana

α = difusivitas termal dari grafik di bawah ini (mm ^ 2 / detik)

hmax = maksimal ketebalan dinding (mm)

Dengan estimasi biaya Rp 600.000 mesin waktu / jam, sehingga biaya akan 2.18 hmax ^ 2 /α (Rp / shot)

Nilai dari koefisien difusivitas termal untuk injection molding secara umum dapat dilihat dari table di bawah ini.

Gambar

Gambar III.2 Skematik diagram dari proses injection molding dalam operasi
Gambar III.3 Skematik diagram dari proses injection molding dalam operasi
Gambar III.5 Touner housing untuk suku cadang televisi dibuat dengan die
Gambar III.6 Centrifugal Casting
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata pendapatan bulanan per pelanggan (ARPU) untuk pelanggan selular pada TW1 2016 yang berakhir pada tanggal 31 Maret 2016 adalah sebesar Rp26,4 ribu, mengalami

Dari tabel 1, disimpulkan bahwa responden kebanyakan berusia muda, berpendidikan tinggi, laki-laki lebih banyak dari pada perempuan, tidak merokok, menyikat gigi 1–2 kali sehari

Terbentuknya sistem informasi untuk meningkatkan upaya pengurangan resiko krisis kesehatan 2 orang petugas, termos Cakupan kebutuhan imunisasi di puskesmas sesuai standar 2

Dahlia berasa susah hati kerana kedua-dua ibu bapanya masih di hospital sedangkan mereka memerlukan 6M1555 untuk membayar 'ek Kiah bagi menyelamatkan tanah dan

Rasa sambal tempoyak dengan waktu fermentasi 5 hari menimbulkan rasa yang tidak terlalu asam, sedangkan pada fermentasi tempoyak 3 hari rasa yang ditimbulkan sedikit

Selanjutnya, tiga ekor domba yang ditulari dengan tiga virus MCF isolat dari kerbau menunjukkan bahwa dua ekor domba menjadi sakit ingusan ringan pada minggu

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kain tradisional sasirangan “Irma Sasirangan” Kampung Melayu Kalimantan Selatan, yang difokuskan pada proses pembuatan

Pada bidang akuakultur teknologi rekyasa genetika yang selama ini telah banyak digunakan untuk ikan-ikan konsumsi (salmon, nila, udang, patin, mas) ini berguna untuk meningkatkan