• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEMOROID

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEMOROID"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

KLIEN HEMOROID

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN HEMOROID DISUSUN OLEH :

BANGUN SUTOPO (14.321.054) LISMIATI (14.321.076) MAIKE MITRA P (14.321.079)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA

JOMBANG 2015

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah pada junjungan kita, Rasulullah Muhammad SAW. Puji syukur dan shalawat selalu mengawali penulis dalam setiap langkah, sehingga dapat menyelesaikan Tugas Kelompok Makalah Neuro 1 ini yang berjudul “ASUHAN

KEPEERAWATAN PADA KLIEN HEMOROID”.

(2)

datang. Terselesaikannya makalah cedera spinalis ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan, serta bantuan dari semua pihak yang terlibat.

Kami ngin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Drs.H Zainul Arifin M.Kes, selaku Ketua STIKES ICME JOMBANG

2. Ibu Dwi Prasetianingati, S.Kep.,Ns. selaku dosen pembimbing yang selalu memberikan arahan dan ilmu serta sabar dalam membimbing kami.

3. Orang tua, atas doa yang selalu mengiringi setiap langkah kami dan motivasi dalam menyelesaikan makalah ini.

4. Rekan-rekan satu kelompok yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini memberikan informasi bagi pembaca dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Jombang, 01 november 2015

Penyusun

DAFTAR ISI BAB 1

 Latar

belakang……… …. 4

 Rumusan

masalah……….. 5

 Tujuan………

…………. 5 BAB 2

 Definisi………

(3)

 Etiologi………

……… 7

 Patofisiologi……… …………. 8

 Manifestasi klinis……… 10

 Penatalaksanaan……… …….. 11

 Pemeriksaaan penunjang………. 13

 Komplikasi……… ………. 14

 Diagnosa banding……….. 14

BAB 3 3.1 Pengkajian keperawatan pada klien hemaroid………. 15

3.2 diagnosa keperawatan pada klien hemaroid………. 16

3.3 Intervensi keperawatan pada klien hemaroid……… 16

3.4 Implementasi keperawatan pada klien hemaroid……… 23

3.5 Evaluasi keperawatan pada klien hemaroid……….. 23

BAB 4  Kesimpulan……… ……… 25

 Saran……… …………. 25

DAFTAR PUSTAKA………. 26

BAB I PENDAHULUAN

(4)

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Hemoroid sering terjadi pada orang dewasa dengan umur 45 sampai 65 tahun ( Chong dkk.2008 ). Penyakit hemoroid yang terjadi di Amerika Serikat merupakan penyakit yang cukup umum dimana pasien dengan umur 45 tahun yang didiagnosis hemoroid mencapai 1.294 per 100.000 jiwa (Everheart, 2004). Sebuah penelitian yang dilakukan di Iran menunjukan sebanyak 48 persen dari pasien yang menjalani sigmoidoskopi dengan keluhan perdarahan pada anosrektal memperlihatkan adanya hemoroid ( Nikpour dan Asgari, 2008 ). Berdasarkan penelitian dari sepuluh juta orang di Indonesia di laporkan menderita hemoroid dengan prevalensi 4 persen.

Penyakit hemoroid dibagi menjadi 2, yang pertama adalah hemoroid interna yaitu hemoroid yang berasal dari bagian atas sfingter anal serta di tandaidengan perdarahan. Yang kedua adalah hemoroid eksterna yaitu hemoroid yang cukup besar, sehingga varises muncul keluar anus dan di sertai nyeri. ( Broker, 2009 )

Penyakit hemoroid ini disebabkan beberapa fakrtor beberapanya obtipasi (konstipasi/sembelit) yang menahun, penyakit yang sering membuat penderita mengejan, penyempitan saluran kemih, sering melahirkan anak, sering duduk, diare yang menahun dan bendungan pada rongga pinggul karena tumor rahim atau kehamilan. (Riyadi, 2010) tanda dan gejala penyakit hemoroid tidak dapat disembuhkan, hemoroid ekstera bias mengalami thrombosis karena tekanan tinggi pada vena kanalis yang menyebabkan ditandai adanya implamasi dan edema.nyeri akan sangat kuat pada saat defekasi. Hemorrhoid dapat dicegah dengan minum air putih yang cukup, makan sayuran yang banyak, dan buah-buahan yang banyak, sehingga membuat feces tidak mengeras. Apabila banyak memakan makanan yang mengandung serat dan banyak minum air putih yang banyak dapat meperlancar defekasi, selain itu ginjal menjadi sehat (Gotera, 2006). Selain itu hemorrhoid dapat dicegah dengan cara olahraga yang cukup, duduk tidak terlalu lama dan berdiri tidak terlalu lama (Merdikoputro, 2006). Dalam hal ini, peran perawat sangat dibutuhkan dalam membantu klien yang mengalami hemoroid agar mempu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki dalam melaksanakan aktivitas daily living untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia. Oleh karena itu, kami sempat tertarik untuk membahas asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.

RUMUSAN MASALAH

Dengan melihat latar belakang yang dikemukakan sebelumnya maka terdapat masalah yang akan dirumuskan dalam makalah ini adalah:

1. Bagaimana tinjauan medis dengan hemoroid?

2. Bagaimana asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid?

(5)

1. Penulis mampu mengidentifikasi tinjauan medis pada klien dengan

2. Penulis ampu mengidentifikasi asuhan keperawatan pada klien dengan hemoroid.

BAB II

(6)

Hemoroid adalah kumpulan dari pelebaran satu segmen atau lebih vena hemoroidalis di daerah anorektal. Hemoroid bukan sekedar pelebaran vena hemoroidalis, tetapi bersifat lebih kompleks yakni melibatkan beberapa unsure berupa pembuluh darah, jaringan lunak dan otot disekitar anorektal (Felix, 2006). Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Klasifikasi hemoroid

1. Ambeien Internal

Hemoroid internal adalah pembengkakan terjadi dalam rektum sehingga tidak bisa dilihat atau diraba. Pembengkakan jenis ini tidak menimbulkan rasa sakit karena hanya ada sedikit syaraf di daerah rektum. Tanda yang dapat diketahui adalah pendarahan saat buang air besar. Masalahnya jadi tidak sederhana lagi, bila ambeien internal ini membesar dan keluar ke bibir anus yang menyebabkan kesakitan. Ambeien yang terlihat berwarna pink ini setelah sembuh dapat masuk sendiri, tetapi bisa juga didorong masuk. Hemoroid interna dibagi menjadi 4 derajat yaitu :

1. Derajat I

2. Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi 3. Tanpa disertai rasa nyeri

4. Tidak terdapat prolaps

5. Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang menonjol ke dalam lumen

6. Derajat II

7. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi

8. Terjadi prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)

3. Derajat III

4. Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi

5. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus didorong dengan jari (reposisi manual)

6. Derajat IV

1. Terdapat perdarahan sesudah defekasi

2. Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah direposisi akan keluar lagi)

7. Ambeien / Hemoroid Eksternal

Hemoroid eksternal diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan hematoma, bentuk ini sangat nyeri dan gatal karena ujung-ujung saraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.

(7)

Menurut Vill alba dan Abbas (2007), etiologi hemoroid sampai saat ini belum diketahui secara pasti, beberapa factor pendukung yang terlibat diantaranya adalah :

1. Penuaan 2. Kehamilan 3. Hereditas

4. Konstipasi atau diare kronik

5. Penggunaan toilet yang berlama – lama

6. Posisi tubuh, misal duduk dalam waktu yang lama 7.

Menurut Mutaqqin (2011), kondisi hemoroid biasanya tidak berhubungan dengan kondisi medis atau penyalit, namun ada beberapa predisposisi penting yang dapat meningkatkan risiko

hemoroid seperti berikut:

1. Perubahan hormon (kehamilan)

2. Mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram 3. Berdiri terlalu lama

4. Banyak duduk

5. Sering mengangkat beban berat 6. Sembelit diare menahun (obstipasi)

7. Makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah) 8. Keturuna penderita wasir(genetik)

PATOFISIOLOGI

Menurut Nugroho (2011) hemoroid dapat disebabkan oleh tekanan abdominal yang mampu menekan vena hemoroidalis sehingga menyebabkan dilatasi pada vena. dilatasi tersebut dapat dibagi menjadi 2, yaitu :

1. Interna (dilatasi sebelum spinter) 2. Bila membesar baru nyeri

3. Bila vena pecah, BAB berdarah anemia 4. Eksterna (dilatasi sesudah spingter)

1. Nyeri

2. Bila vena pecah, BAB berdarah-trombosit-inflamasi.

Hemoroid dapat terjadi pada individu yang sehat. Hemoroid umumnya menyebabkan gejala ketika mengalami pembesaran, peradangan, atau prollaps. Diet rendah serat menyebabkan bentuk feses menjadi kecil yang bisa mengakibatkan kondisi mengejan selama BAB.

(8)

Obstipasi, sering mengejan, kehamilan, banyak duduk, kongesti renal

Tekanan intra abdomen

Hemoroid

Prolaps Hemoroidectomy

(9)

Kurang pengetahuan Feses mengeras tentang penyakit,

pengobatan Konstipasi

Gangguan Eliminasi BAB

Kelemahan fisik Inflamasi mikroorganisme Diskontiunitas jaringan

Resiko Infeksi

Kurang perawatan diri Nyeri

Muttaqin,2011, Yasmin Asih,2006, Made Sumarwati,2010 )

MANIFESTASI KLINIS

Gejala klinis hemoroid dapat dibagi berdasarkan jenis hemoroid (Vill Alba dan Abbas, 2007 ) yaitu :

(10)

2. Prolaps dan keluarnya 3.

4. Rasa tak 5.

6. Hemoroideksternal 1. Rasa terbakar.

2. Nyeri (jikamengalami trombosis). 3.

Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut :

1. Perdarahan

Keluhan yang sering dan timul pertama kali yakni : darah segar menetes setelah buang air besar (BAB), biasanya tanpa disertai nyeri dan gatal di anus. Pendarahan dapat juga timbul di luar wakyu BAB, misalnya pada orang tua. Perdaran ini berwarna merah segar.

1. Benjolan

Benjolan terjadi pada anus yang dapat menciut/ tereduksi spontan atau manual merupakan cirri khas/ karakteristik hemoroid.

1. Nyeri dan rasa tidak nyaman

Dirasakan bila timbul komplikasi thrombosis ( sumbatan komponen darah di bawah anus), benjolan keluar anus, polip rectum, skin tag.

1. Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus

Akibat penegluaran cairan dari selaput lender anus disertai perdarahan merupakan tanda hemoroid interna, yang sering mengotori pakaian dalam bahkan dapat menyebabkan pembengkakan kulit.

PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan hemoroid tergantung pada macam dan derajat hemoroidnya. 1. Hemoroid Eksterna

(11)

memerlukan waku hanya beberapa menit dan segera menghilangkan gejala. Penatalaksanaan secara bedah yaitu pasien berbaring dengan posisi menghadap ke lateral dan lutut di lipat (posisi seems), dasar hematom diinfiltrasi dengan anestetik lokal. Bagian atas bokong didorong untuk memaparkan trombosis hemoroid. Kulit dipotong berbentuk elips menggunakan gunting iris dan forsep diseksi; hal ini dengan segera memperlihatkan bekuan darah hitam yang khas di dalam hemoroid yang dapat dikeluarkan dengan tekanan atau diangkat keluar dengan forsep.

2. Hemoroid Interna

Pengobatan hemoroid interna tergantung dari derajat hemoroidnya. Hemoroid Interna

Derajat Berdarah Prolaps Reposisi

I + – –

II + + Spontan

III + + Manual

IV + Tetap Irreponibel

Hemorroid interna diterapi sesuai dengan gradenya. Tetapi hemorroid eksterna selalu dengan operasi. Konservatif indikasi untuk grade 1-2, < 6 jam, belum terbentuk trombus. Operatif indikasi untuk grade 3-4, perdarahan dan nyeri.

1. Hemoroid derajat I dan II

Kebanyakan pasien hemoroid derajat I dan II dapat ditolong dengan tindakan lokal yang sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi, misalnya sayuran dan buah-buahan Makanan berserat tinggi ini membuat gumpalan isi usus menjadi besar namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengedan secara berlebihan.

2. Hemoroid Derajat III dan IV

Pengobatan dengan krioterapi pada derajat III dilakukan jika diputuskan tidak perlu dilakukan hemoroidektomi. Pengobatan dengan criyosurgery (bedah beku) dilakukan pada hemoroid yang menonjol, dibekukan dengan CO2 atau NO2 sehingga mengalami nekrosis dan akhirnya fibrosis.

Tidak dipakai secara luas karena mukosa yang dibekukan (nekrosis) sukar ditentukan luasnya. Hemoroidektomi dilakukan pada pasien yang mengalami hemoroid yang menahun dan

mengalami prolapsus besar (derajat III dan IV).

(12)

1. Metode Langen-beck : yaitu dengan cara menjepit radier hemoroid interna, mengadakan jahitan jelujur klem dengan catgut crhomic No. 00, mengadakan eksisi di atas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jahitan jelujur di bawah klem diikat, diikuti usaha kontinuitas mukosa. Cara ini banyak dilakukan karena mudah dan tidak mengandung risiko pembentukan jaringan parut sirkuler yang biasa menimbulkan stenosis.

2. Metode whitehead : yaitu mengupas seluruh v. hemoroidalis dengan membebaskan mukosa dari sub mukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu, sambil mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.

3. Metode stapled : yaitu dengan cara mengupas mukosa rektum. Metode ini lebih unggul dan lebih banyak dipakai karena perdarahannya dan nyeri post operasinya berkurang dibandingkan dengan metode yang lain.

2.6 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. Anamnesa atau riwayat penyakit 2. Pemeriksaan fisik yaitu inspeksi

Pada inspeksi hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung trombus. Hemoroid interna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan.

1. rektaltouche (colok dubur)

Pada pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid dapat diraba apabila sangat besar. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar yang lebar. Pemeriksaan colok dubur ini untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum.

1. Pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi

Dengan cara ini dapat dilihat hemoroid internus yang tidak menonjol keluar. Anoskop

dimasukkan untuk mengamati keempat kuadran. Penderita dalam posisi litotomi. Anoskop dan penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Hemoroid interna terlihat sebagai struktur vaskuler yang menonjol ke dalam lumen. Apabila penderita diminta mengejan sedikit maka ukuran hemoroid akan

(13)

letak ,besarnya dan keadaan lain dalam anus seperti polip, fissura ani dan tumor ganas harus diperhatikan.

1. Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi

Proktosigmoidoskopi perlu dikerjakan untuk memastikan keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat tinggi, karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai.

1. frontgen (colon inloop) dan kolonoskopi

2. pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding).

KOMPLIKASI HEMOROID

Komplikasi hemoroid yang paling sering terjadi yaitu : 1. Perdarahan, dapat sampai anemia.

2. Trombosis (pembekuan darah dalam hemoroid)

3. Hemoroidal strangulasi adalah hemoroid yang prolaps dengan suplai darah dihalangi oleh sfingter ani.

4. Luka dan infeksi

DIAGNOSA BANDING

1. Perdarahan juga dapat terjadi pada : 2. Carcinoma kolorektal

3. Divertikulitis 4. Kolitis ulserosa 5. Polip adenomatosa

6. Benjolan juga dapat terjadi pada : 7. Anorektal

(14)

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADDA KLIEN DENGAN HEMOROID

PENGKAJIAN KEPERAWATAN

Penting bagi perawat untuk mengetahui bahwa setiap adanya riwayat trauma pada servikal merupakan hal yang penting diwaspadai.

Pengkajian Anamnesa

Tanggal MRS : Tanggal Pengkajian : No. Registrasi : Diagnose Medis : Pengumpulan data

2. Identitas

Nama Pasien : Usia : Jenis Kelamin : Alamat : Pendidikan : Agama :

(15)

Pasien datang dengan keluhan perdarahan terus menerus saat BAB. Ada benjolan pada anus atau nyeri pada saat defikasi.

4. Riwayat penyakit

5. Riwayat penyakit sekarang

Pasien mulai keluar benjolan di anusnya beberapa minggu hanya ada benjolan yang keluar dan beberapa hari setelah BAB ada darah yang keluar menetes.

1. Riwayat penyakit dahulu

Pasien pernah menderita penyakit hemoroid sebelumnya, sembuh atau terulang kembali. Dan pada pasien waktu pengobatan terdahulu tidak dilakukan pembedahan sehingga akan kembali RPD.

5. Pemeriksaan Fisik

Pasien di baringkan dengan posisi menungging dengan kedua kaki di tekuk dan menempel pada tempat tidur.

Inspeksi

 Pada insfeksi lihat ada benjolan sekitar anus.

 Benjolan tersebut terlihat pada saat prolapsi.

 Warna benjolan terlihat kemerahan.

 Benjolan terletak di dalam ( internal ). o Palpasi

Dilakuakan dengan menggunakan sarung tangan ditambah vaselin dengan melakuakan rektal tucher, dengan memasukan satu jari kedalam anus. Dan ditemukan benjolan tersebut dengan konsistensi keras, dan juga ada perdarahan.

DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri fisik (insisi pembedahan)

2. Resiko infeksi berhubungan dengan tindakan invasive, insisi post pembedahan, imunitas tubuh primer menurun

3. PK: Perdarahan

4. Kurang pengetahuan tentang Ca Rekti dan pilihan pengobatan berhubungan dengan kurang paparan sumber informasi

5. Sindrom defisit self care b/d kelemahan, penyakitnya, nyeri

(16)

Menurut Arif Muttaqin (2008) tujuan perencanaan dan implementasi dapat mencakup perbaikan pola pernapasan, perbaikan mobilitas, pemeliharaan integritas kulit, menghilangkan retensi urine, perbaikan fungsi usus, peningkatan rasa nyaman, dan tidak terdapatnya komplikasi.

Diagnosa keperawatan RENCANA INTERVENSI Nyeri akut berhubungan

dengan:

Agen injuri (biologi, kimia, fisik, psikologis), kerusakan jaringan (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

· Terfokus pada diri sendiri

· Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan)

· Tingkah laku distraksi, contoh :

jalan-NOC : selama …. Pasien tidak mengalami nyeri, dengan kriteria hasil: · Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu frekuensi dan tanda nyeri)

· Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

· Tanda vital dalam rentang normal

NIC :

· Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi

· Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

· Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

· Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan farmakologi: napas dala,

relaksasi, distraksi, kompres hangat/ dingin

(17)

jalan, menemui orang lain dan/atau aktivitas, aktivitas berulang-ulang)

· Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi dan dilatasi pupil)

· Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

· Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas panjang/berkeluh kesah) · Perubahan dalam nafsu makan dan minum

· Tidak mengalami gangguan tidur

dan antisipasi ketidaknyamanan dari prosedur

· Monitor vital sign sebelum dan sesudah pemberian analgesik pertama kali

Risiko infeksi

Faktor-faktor risiko : · Prosedur Infasif · Kerusakan jaringan dan peningkatan paparan lingkungan dan sesudah tindakan

keperawatan

· Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung · Ganti letak IV perifer dan dressing sesuai dengan petunjuk umum

(18)

Leukopenia, penekanan tidak adekuat (kerusakan kulit, trauma jaringan, gangguan peristaltik)

tanda dan gejala infeksi infeksi sistemik dan lokal

· Pertahankan teknik isolasi k/p

· Inspeksi kulit dan membran mukosa terhadap kemerahan, panas, drainase

· Monitor adanya luka · Dorong masukan cairan · Dorong istirahat

· Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi · Kaji suhu badan pada pasien neutropenia setiap 4 jam

Konstipasi berhubungan dengan

(19)

· Psikologis: depresi, stress emosi, gangguan mental obesitas, obstruksi pasca bedah, abses rektum, tumor

· Fisiologis:

perubahan pola makan dan jenis makanan, penurunan motilitas gastrointestnal, dehidrasi, intake serat dan cairan kurang, perilaku makan yang buruk dan gejala konstipasi yang menetap

· Jelaskan pada pasien manfaat diet (cairan dan serat) terhadap eliminasi

· Jelaskan pada klien konsekuensi menggunakan laxative dalam waktu yang lama · Kolaburasi dengan ahli gizi diet tinggi serat dan cairan

(20)

· Mual

· Defekasi dengan nyeri

DO:

· Feses dengan darah segar

· Perubahan pola BAB

· Feses berwarna gelap

· Penurunan frekuensi BAB

· Penurunan volume feses

· Distensi abdomen · Feses keras · Bising usus hipo/hiperaktif · Teraba massa abdomen atau rektal · Perkusi tumpul · Sering flatus · Muntah

(21)

Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, implementasi keperawatan adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan.

EVALUASI

Menurut Setiadi,(2012) dalam buku Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. Komponen catatan perkembangan, antara lain sebagai berikut :

1. Kartu SOAP(data subjektif, data objektif, analisis/assessment, dan perencanaan/plan) dapat dipakai untuk mendokumentasikan evaluasi dan pengkajian ulang.

2. Kartu SOAPIER sesuai sebagai catatan yang ringkas mengenai penilaian diagnosis keperawatan dan penyelesaiannya. SOAPIER merupakan komponen utama dalam catatan perkembangan yang terdiri atas:

1. S (Subjektif) : data subjektif yang diambil dari keluhan klien, kecuali pada klien yang afasia.

2. O (Objektif) : data objektif yang diperoleh dari hasil observasi perawat, misalnya tanda-tanda akibat penyimpanan fungsi fisik, tindakan keperawatan, atau akibat pengobatan. 3. A (Analisis/assessment) : masalah dan diagnosis keperawatan klien yang dianalisis/dikaji

dari data subjektif dan data objektif. Karena status klien selalu berubah yang

mengakibatkan informasi/data perlu pembaharuan, proses analisis/assessment bersifat diinamis. Oleh karena itu sering memerlukan pengkajian ulang untuk menentukan perubahan diagnosis, rencana, dan tindakan.

4. P (Perencanaan/planning) : perencanaan kembali tentang pengembangan tindakan keperawatan, baik yang sekarang maupun yang akan datang (hasil modifikasi rencana keperawatan) dengan tujuan memperbaiki keadaan kesehatan klien. Proses ini

berdasarkan kriteria tujaun yang spesifik dan periode yang telah ditentukan. 5. I (Intervensi) : tindakan keperawatan yang digunakan untuk memecahkan atau

menghilangkan masalah klien. Karena status klien selalu berubah, intervensi harus dimodifikasi atau diubah sesuai rencana yang telah ditetapkan.

6. E (Evaluasi) : penilaian tindakan yang diberikan pada klien dan analisis respons klien terhadapintervensi yang berfokus pada kriteria evaluasi tidak tercapai, harus dicari alternatif intervensiyang memungkinkan kriteria tujuan tercapai.

(22)

BAB 4 PENUTUP

 KESIMPULAN

Hemoroid adalah Suatu pelebaran dari vena-vena didalam pleksus Hemoroidalis (Muttaqin, 2011). Hemoroid adalah pelebaran pembuluh darah vena hemoroidalis dengan penonjolan membrane mukosa yang melapisi daerah anus dan rectum (Nugroho, 2011). Menurut Mutaqqin (2011) etiologi hemoroid yaitu : perubahan hormon (kehamilan), mengejan secara berlebihan hingga menyebabkan kram, berdiri terlalu lama, banyak duduk, sering mengangkat beban berat, sembelit diare menahun (obstipasi), makanan yang dapat memicu pelebaran pembuluh vena (cabe, rempah-rempah), keturuna penderita wasir(genetik). Sedangkan tanda dan gejala menurut Lumenta (2006) pasien hemoroid dapat mengeluh hal-hal seperti berikut : Perdarahan, Benjolan, Nyeri dan rasa tidak nyaman, Basah, gatal dan hygiene yang kurang di anus. Pemeriksaan penunjang hemoroid yaitu : anamnesa atau riwayat penyakit, pemeriksaan fisik yaitu inspeksi dan rektaltouche (colok dubur), pemeriksaan dengan teropong yaitu anoskopi dan rektoskopi, Pemeriksaaan dengan Proktosigmoidoskopi, rontgen (colon inloop) dan kolonoskopi,

pemeriksaan darah, urin, feses sebagai pemeriksaan penunjang. Komplikasi dari hemoroid adalah Anemia, jarang terjadi dan trombosis akut pada prolaps hemorroid.

(23)

Selayaknya seorang mahasiswa keperawatan dan seorang perawat dalam setiap pemberian asuhan keperawatan termasuk dalam asuhan keperawatan pada klien hemoroid menggunakan konsep yang sesuai dengan kebutuhan dasar manusia yang bersifat holistic yang meliputi aspek biopsikospiritual dan semoga makalah ini dapat digunakan sebagai titik acuh khalayak umum.

DAFTAR PUSTAKA

Pierce A, Grace & Neil R Borley. 2007. At a Glance : Ilmu Bedah Ed.3.Jakarta : EMS R. Syamsuhidajat & Wim de Jong. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Ed.2.

beberapa sumber web : Conectique.com, hemorrhoid.net dan dewabenny.com Carpenito, Moyet dan Lynda Juall. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih Bahasa Yasmin Asih. Editor Monika Ester. Edisi 10. Jakarta: EGC, 2006.

Grace, Pierce A. dan Neil R. Borley. At a Glance Ilmu Bedah . Alih Bahasa dr. Vidia Umami. Editor Amalia S. Edisi 3. Jakarta: Erlangga, 2006.

Muttaqin, Arif Dan Kumala Sari. Gangguan Gastrointestinal Aplikasi Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika, 2011.

Sjamsuhidajat, R. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta : EGC, 2010.

Sjamsuhidayat, Win de Jong. Hemoroid, Dalam : Buku Ajaran Ilmu Bedah, Ed.2.jakarta. EGC, 2004.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam penulisan laporan ini identifikasi masalahnya adalah bagaimana aplikasi asuhan keperawatan pada klien dengan masalah keperawatan utama Gangguan konsep diri: Harga

Tujuan : Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien dengan Benigna Prostat Hiperplasia Post Open Prostatectomi meliputi pengkajian, intervensi, implementasi,

Tujuan Penulisan: Menguraikan hasil analisis asuhan keperawatan pada klien dengan masalah hambatan mobilitas fisik di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Prof Margono

Berdasarkan beberapa judul yang mempunyai keterkaitan dengan judul penelitian ini tidak ada yang membahas tentang “Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Klien Skizofrenia

Tujuan umum dalam penyusunan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami tentang konsep dasar penyakit sindrom nefrotik dan asuhan keperawatan yang benar pada pasien dengan

Memperoleh pengalaman nyata dalam melakukan evaluasi pelaksanaan asuhan keperawatan pada klien dengan strumectomy indikasi struma nodusa ditinjau dari asuhan

penulisan Studi Kasus dengan judul “Asuhan Kep erawatan Gerontik pada Klien dengan Diagnosa Medis Gout Artritis dengan Masalah Keperawatan Nyeri Kronis di UPTD

Selain itu terdapat faktor pendukung lainya diantaranya penulis mendapat bimbingan selama pendidikan dengan merencanakan asuhan keperawatan yang disesuaikan dengan kondisi klien.