• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Partisipatif dan Pembangunan (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perencanaan Partisipatif dan Pembangunan (1)"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS PRAKTIKUM 6

PERENCANAAN WILAYAH PARTISIPATIF (TSL 565)

PERENCANAAN PARTISIPATIF

DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BERBASIS MASYARAKAT

OLEH :

ELY TRIWULAN DANI NRP. A 156140041

ILMU PERENCANAAN WILAYAH

SEKOLAH PASCASARJANA, INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERENCANAAN PARTISIPATIF DAN PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT

Oleh Ely Triwulan Dani

A. Pendahuluan

Sampai saat ini pembangunan yang berfokus pada rakyat semakin intens

dilakukan. Seiring pembangunan tersebut, kapasitas pemerintah dan masyarakat

dalam pelaksanaan perencanaan pembangunan perlu selalu ditingkatkan dan

dikembangkan terutama di masyarakat agar pembangunan dapat dilaksanakan

secara partisipatif (Rustiadi et al., 2011:127). Perencanaan Pembangunan Daerah

dimaksudkan untuk melakukan perubahan yang lebih baik bagi suatu komunitas

masyarakat, pemerintah dan lingkungannya dalam wilayah/daerah tertentu dengan

memanfaatkan/mendayagunakan sumberdaya yang ada dan harus berorientasi

secara menyeluruh, lengkap, dan berpegang pada azas prioritas (Riyadi dan

Bratakusumah, (2004:7).

Pembangunan diarahkan untuk mewujudkan perubahan-perubahan dan

pembaharuan dalam kehidupan masyarakat secara menyeluruh, aspek-aspek yang

terkait di dalamnya dilaksanakan secara sinergis dalam proses pembangunan.

Perencanaan Pembangunan Daerah membentuk tiga hal pokok yaitu perencanaan

komunitas, menyangkut daerah dan sumber daya di dalamnya, dengan pendekatan

sosial budaya dalam pembangunan atau pengembangan wilayah (Riyadi dan

Bratakusumah, 2004:8).

Pengembangan wilayah dalam proses dan tujuannya sangat mengutamakan

pendekatan masyarakat dan sosial budaya. Pengembangan wilayah dapat dilakukan

dengan melakukan pengembangan masyarakat terlebih dahulu atau keduanya

dilaksanakan secara beriringan. Hal tersebut dapat diterapkan dalam upaya

(3)

B. Integrasi Kerangka Teoritis Perencanaan Wilayah Partisipatif

Pembangunan kerakyatan mempunyai konsep utama dengan pendekatan

yang memperhatikan inisiatif kreatif dari rakyat sebagai sumberdaya pembangunan

yang utama dengan tujuan untuk mensejahterakan masyarakat secara material dan

spiritual. Paradigma pembangunan konvensional berpusat pada produksi

(Production centered development) meskipun dinyatakan tujuan akhir yang

diharapkan adalah keuntungan untuk rakyat. Paradigma pembangunan yang

berpusat pada produksi rupanya didorong oleh model-model ilmu ekonomi sistem

terbuka yang konvensional, yang memandang orang dan lingkungan sebagai

variabel luar.

Paradigma konvensional tersebut telah melahirkan pembangunan yang

ber-ketidakadilan, seperti disebutkan Mahbub Ul Haq (1983) bahwa ada tujuh dosa

pembangunan, diantaranya: permainan angka; pengendalian-pengendalian yang

berlebihan; penanaman modal khayal; mode-mode pembangunan; perencanaan dan

pelaksanaan dipisahkan; sumberdaya manusia diabaikan; dan pertumbuhan tanpa

keadilan. Sehingga seiring dengan semakin berkembangnya konsep-konsep

pemikiran di masyarakat mengakibatkan terjadinya sebuah pergeseran paradigma

pembangunan yang berpusat pada rakyat (People centered development), dimana

dalam paradigma ini manusia dan lingkungan menjadi variabel endogen yang

utama, yaitu sebagai titik tolak bagi perencanaan pembangunan.

Pergeseran paradigma membuat pemikiran baru terkait dalam

pembangunan, yaitu sebuah perencanaan wilayah partisipatif. Pelaksanaan

perencanaan ini membutuhkan peran dari semua stakeholder dalam sebuah proses

pembangunan, mulai dari perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan evaluasi.

Selanjutnya seiring dengan partisipasi aktif dari semua pihak, hal yang penting juga

adalah adanya pemberdayaan, yang mempunyai hubungan timbal balik dengan

partisipasi.

Perencanaan partisipatif bertujuan melaksanakan pembangunan yang

berkelanjutan yang membangun aspek ekonomi dan lingkungan, serta mampu

(4)

investasi untuk mendorong pembangunan yang dilakukan dengan bentuk

pengembangan dan pendampingan (Cernea, 1993). Keberhasilan pelaksanaan

pembangunan berkelanjutan sangat bergantung kepada keberlanjutan kelembagaan

dengan pendekatan perencanaan partsipatif yang melibatkan stakeholders dengan

strategi-strategi tertentu. Ketiga komponen tersebut merupakan sebuah proses yang

saling bersinergi satu sama lain, semakin aktif salah satu komponen bergerak, maka

komponen lain akan ikut bergerak.

Kelembagaan lokal dalam kaitannya dengan pengembangan kelembagaan

tidak terlepas dari kegiatan pembinaan kelembagaan (institutional development)

yang merupakan proses perbaikan kemampuan lembaga guna mengefektifkan

penggunaan sumberdaya manusia dengan keuangan yang tersedia (Israel, 1990)

dengan memperhatikan konsep efisiensi dan efektifitas dalam sistem manajemen

pengembangan. Kelembagaan lokal senantiasa berevolusi menyesuaikan diri ke

bentuk dan tingkat yang sejalan dengan proses dan tingkat evolusi sosial

masyarakat dan lingkungannya. Kelembagaan yang tidak mampu beradaptasi

terhadap perubahan lingkungannya akan kehilangan peranannya dan akhirnya mati

digantikan oleh kelembagaan baru yang lebih sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Proses pembangunan memerlukan sebuah kelembagaan lokal dan kapital

sosial yang kuat. Kelembagaan lokal ini berupa jaringan kerja yang saling

terintegrasi satu sama lain, memiliki aturan dan saling mendukung antara sesama

unsur yang terkait di dalamnya dengan pranata nilai dan norma yang disepakati

bersama untuk mencapai tujuan semua pihak yang saling menguntungkan bagi

lembaga yang bekerjasama maupun pihak-pihak di luar kelembagaan tersebut pada

tingkatan lokal (lokalitas, komunitas dan kelompok). Sedangkan kapital sosial

sebagai sistem hasil dari organisasi sosial dan ekonomi yang menekankan

kepercayaan (trust), jaringan (network), dan kelembagaan (institution).

Saat ini kemampuan dan kapasitas yang dimiliki masyarakat mulai

berkembang dan berperan dalam mengawasi jalannya pembangunan. Pembangunan

dan pengembangan wilayah semakin bergeliat di semua wilayah, namun yang tidak

(5)

pelaksanaan pengembangan wilayah adalah mengembangkan masyarakat, atau juga

keduanya dapat dilakukan secara simultan/beriringan.

Perencanaan partisipatif dalam kerangka pengembangan masyarakat dan

pembangunan adalah mendorong pembangunan yang berangkat dari bawah dengan

mengakomodir keinginan masyarakat, menciptakan keterlibatan masyarakat dalam

bentuk interaksi dan komunikasi, meningkatkan kapasitas kelembagaan dan

penguatan manajemen organisasi yang baik, sehingga diharapkan mampu

meningkatkan kesejahteraan sosial, ekonomi, dan budaya, dalam konteks

pembangunan berkelanjutan dengan berfokus pada masyarakat. Gambaran konsep

Perencanaan Wilayah Partisipatif secara terintegrasi disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagan Alir Integrasi Konsep Perencanaan Wilayah Partisipatif

(6)

C. Pembangunan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat

Sejak ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, penyelenggaraan pemerintahan di daerah khususnya

kabupaten/kota dilaksanakan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan

prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan

Republik Indonesia, yang disebut sebagai Otonomi Daerah. Pelaksanaan otonomi

daerah semakin berkembang, ada yang sudah berjalan dengan baik namun ada yang

belum dijalankan secara maksimal. Pemerintah pusat semakin memperhatikan dan

menekankan pembangunan masyarakat desa melalui otonomi pemerintahan desa.

Penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan desa harus mampu

mengakomodasi aspirasi masyarakat, mewujudkan peran aktif masyarakat untuk

turut serta bertanggungjawab terhadap perkembangan kehidupan bersama sebagai

sesama warga desa. Dalam konteks pengembangan wilayah, pengembangan

perdesaan seharusnya memegang posisi terpenting yang diformulasikan

negera-negara Dunia Ketiga seperti Indonesia karena sebagian besar penduduknya tinggal

di perdesaan, maka tidak mungkin fasilitasi self-sustain tanpa fokus perdesaan

(Rustiadi et al., 2011).

Pengembangan perdesaan dikaitkan dengan pengembangan wilayah dalam

pendekatan perencanan partisipatif dan pengembangan masyarakat seperti

digambarkan dengan Permendagri No. 51 Tahun 2007 tentang Pembangunan

Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat. Pengembangan wilayah memerlukan

pendekatan perencaanan partisipatif yang disinergikan dengan aspek pembangunan

lainnya. Permendagri No. 51 Tahun 2007 menyebutkan bahwa pengembangan

kawasan perdesaan dilatarbelakangi dari fenomena pergeseran paradigma

pembangunan yang ditandai bahwa dalam rangka mendorong pertumbuhan

ekonomi yang selaras dengan pelestarian lingkungan hidup dan konservasi sumber

daya alam dengan memperhatikan kepentingan antar kawasan dan kepentingan

umum dalam kawasan perdesaan, dan kepentingan umum dalam kawasan

perdesaan secara partisipatif, produktif dan berkelanjutan dengan berbasis

(7)

partisipatif dan hubungannya dengan paradigma people centered development,

pembangunan berkelanjutan dan upaya pemberdayaan masyarakat.

Tulisan ini membahas dan menganalisa lebih lanjut pelaksanaan

pembangunan kawasan perdesaan di provinsi Bali dan Kabupaten Jembrana.

Dimana kedua contoh studi tersebut rencana tata ruang sudah ada dan diperdakan.

Gambaran lokasi wilayah studi disajikan pada Gambar 2. Provinsi Bali terbagi

menjadi 1 (satu) kota dan 8 (delapan) kabupaten. Secara berurutan sebagai berikut:

Kota Denpasar, kab. Klungkung, Kab. Badung, kab. Gianyar, kab. Bangli, kab.

Karang Asem, kab. Buleleng, kab, Tabanan dan kab. Jembrana.

Gambar 2. Wilayah Studi Analisa Rencana Tata Ruang Wilayah (Provinsi Bali)

Rencana tata ruang wilayah di Provinsi Bali tergolong unik dan berbeda

dengan provinsi maupun kabupaten/kota lainnya di Indonesia, yaitu sangat kental

diwarnai kebudayaan Bali, dijiwai oleh agama Hindu dan falsafah Tri Hita Karana.

Hal tersebut dikarenakan sebagian besar agama yang dianut di Bali adalah agama

Hindu, yang budaya dan tradisinya masih dilestarikan bahkan menjadi daya Tarik

sendiri bagi para wisatawan domestik maupun mancanegara, dan yang terkenal di

Bali adalah sistem menejemen pertaniannya yang juga terjaga sampai saat ini yaitu

subak. Analisa lebih dalam mengenai perencanaan pembangunan kawasan

pedesaan berbasis masyarakat di Bali dibandingkan dengan beberapa peraturan

(8)

D. Analisa Peraturan Perundangan terkait Perencanaan Wilayah

Peraturan perundangan terkait perencanaan wilayah yang akan dianalisa

pada pembahasan antara lain:

1) Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan

Ruang.

2) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang

Pengelenggaraan Penataan Ruang.

3) Peraturan Menteri Dalam negeri Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2007

tentang Pengembangan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat.

4) Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009 – 2029.

5) Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana

Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana Tahun 2012 – 2032.

Analisa perbandingan peraturan perundangan diuraikan pada Tabel 1

(Matrik Hasil Analisis Peraturan Perundangan terkait Perencanaan Wilayah).

Semua indikator (partisipasi, pemberdayaan, modal sosial, kelembagaan

berkelanjutan, pembangunan berkelanjutan, pengembangan masyarakat,

pengembangan wilayah/kaw. Perdesaan, kebijakan insentif kelembagaan) telah

diakomodasi dalam semua peraturan perundangan yang dianalisa, sesuai dengan

keperluan masing-masing. Namun dalam Permendagri 51/2007 semua indikator

dibahas secara rinci dan menyeluruh sehingga memberi ruang lebih untuk

(9)

Tabel 1. Matrik Hasil Analisis Peraturan Perundangan terkait Perencanaan Wilayah

No Aspek UU 26/2007 PP 15/ 2010 Permendagri 51/2007 Perda Prov. Bali 16/2009 Perda Kab. Jembrana 11/2012

1 Partisipasi Masyarakat

Pasal 55 ayat (4) dan (5) Pengawasan Pemerintah & Pemda melibatkan peran masyarakat (menyampaikan laporan dan/atau

pengaduan)

Pasal 61

Bentuk partisipasi: menaati tata ruang, memanfaatkan ruang sesuai ketentuan, memberikan akses untuk kawasan milik umum.

Pasal 65 ayat (1) dan (2) Penyelenggaraan penataan ruang dilakukan pemerintah dengan peran masyarakat (penyusunan, pemanfaatan dan pengendalian

pemanfaatan ruang)

Pasal 5 ayat (2)

Pemerintah, pemda prov & pemda kab/kota mendorong peran masyarakat dalam penyusunan dan penetapan standar dan kriteria teknis sebagai operasionalisasi perpu dan pedoman penataan ruang.

Pasal 6 huruf c Pasal 7 ayat (4) Pasal 20, 25, 27, 32, 35 Peningkatan peran

masyarakat dalam pembinaan penataan ruang, beserta para pemangku kepentingan

Pasal 2, 3 dan 4 Pembangunan kawasan perdesaan berbasis masyarakat (PKPBM) dilakukan berdasarkan prinsip: adil, partisipatif, holistic, keseimbangan, keanekaragaman, keterkaitan ekologis, sinergis, keberpihakan ekonomi rakyat, transparan dan akuntabel

Pasal 8

Masyarakat desa menyusun RDTR Desa yang diselaraskan dengan RTRWP dan RTRWK/K

Pasal 26 s/d 33

Peran masyarakat dalam pengawasan

Pasal 138, 140

Peran masyarakat dalam proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

Menimbang huruf a

visi pembangunan Kabupaten Jembrana untuk mewujudkan Jembrana yang Jagadhita berlandaskan Tri Hita Karana membutuhkan penataan ruang wilayah secara terpadu yang hijau, lestari, aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan kebudayaan Bali (hal tsb mewarnai isi RTR Kab.)

Pasal 103

Peran masyarakat dalam penataan ruang dilakukan melalui partisipasi dalam penyusunan, pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ruang

2 Pemberdayaan Masyarakat

Pasal 48 Ayat (1) huruf a Penataan ruang perdesaan diarahkan untuk

pemberdayaan masyarakat.

Pasal 18 huruf c

Penyelenggaraan tata ruang untuk mencapai kesejahteraan masyarakat

Pasal 2, 3 dan 4 Prinsip PKPBM

Pasal 10

Penataan ruang desa partisipatif dilakukan untuk pemberdayaan masyarakat

Pasal 3 huruf e

(10)

No Aspek UU 26/2007 PP 15/ 2010 Permendagri 51/2007 Perda Prov. Bali 16/2009 Perda Kab. Jembrana 11/2012

Pasal 14

Penetapan dan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar Desa (PPTAD)

Pasal 16

Penguatan kapasitas masyarakat, kelembagaan&kemitraan

pemberdayaan masy. kaw. perdesaan potensi SDA, SDM dan SD buatan; kondisi eko, sos, bud, pol, huk, hankam, LH, serta IPTEK

Pasal 48 ayat (1) huruf d Penataan ruang perdesaan untuk pelestarian warisan budaya lokal

Pasal 49

Kriteria kaw. strategis dari sudut kepentingan sosial & budaya

Pasal 13

Pengembangan PPTAD untuk pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis potensi komunitas & desa

Pasal 14

Pengembangan PPTAD dengan penguatan akses masyarakat terhadap modal

Pasal 19 s/d 23

Tentang kemitraan antar desa dengan forum PKPBM

Menimbang huruf a

RTRW berlandaskan budaya, dijiwai Agama Hindu sesuai falsafah Tri Hita Karana (Hal tsb mewarnai isi RTW Prov. Bali)

Pasal 11 huruf f

Menguatkan eksistensi desa pakraman, subak dan organisasi kemasyarakatan lainnya dalam memantapkan kearifan lokal sebagai pondasi

pengembangan pariwisata berbasis ekowisata;

Pasal 56 ayat (3)

Kawasan strategis dari sudut kepentingan sosial budaya

4 Kelembagaan Berkelanjutan

Pasal 1 ayat (10) Peningkatan kinerja penataan ruang oleh pemerintah, pemda & masyarakat dengan pembinaan penataan ruang

Pasal 6

Pembinaan penataan ruang: peningkatan

kualitas&efektifitas, kapasitas&kemandirian stakeholder, peran masyarakat dan kualitas struktur dan pola ruang

Pasal 14, 15, 17 Penguatan kapasitas kelembagaan

Pasal 134 dan 136

Pengawasan penataan ruang diantaranya kinerja

pengaturan, pembinaan dan pelaksanaan

Pasal 9 huruf e

Menggunakan irigasi lokal (subak) dalam rangka LP2B, ketahanan pangan, pelestarian lingkungan dan budaya

Pasal 10

(11)

No Aspek UU 26/2007 PP 15/ 2010 Permendagri 51/2007 Perda Prov. Bali 16/2009 Perda Kab. Jembrana 11/2012

Pasal 13

Pembinaan penataan ruang kepada pemda prov, pemda kab/kota dan masyarakat

Pasal 58 ayat (2)

Peningkatan kinerja fungsi & manfaat penyelenggaraan penataan ruang disusun standarnya

Pasal 47 huruf e Penguatan system

kelembagaan kelompok tani yang terintegrasi dengan subak abian

5 Pembangunan

Berkelanjutan

Pasal 19 huruf c dan e Penyusunan RTRWN memperhatikan: pemerataan pembangunan &

pertumbuhan serta stabilitas ekonomi; daya dukung & daya tampung lingkungan hidup

Pasal 48 ayat (1) huruf c Penataan ruang kawasan perdesaan untuk konservasi sumber daya alam

Pasal 25 ayat (2) huruf d Perumusan konsepsi rencana memperhatikan: pemerataan pembangunan & pertumbuhan serta stabilitas ekonomi; daya dukung & daya tampung lingkungan hidup.

Pasal 2 dan 3 Prinsip keseimbangan

Menimbang huruf a Pemanfaatan ruang secara berkelanjutan (Hal tsb mendasari isi RTW Prov. Bali)

Pasal 5

Tujuan penataan ruang salah satunya adalah keberlanjutan

6 Pengembangan

masyarakat

Pasal 13

Pembinaan penataan ruang kepada pemda prov, pemda kab/kota dan masyarakat, melalui koordinasi; sosialisasi; bimbingan, supervisi & konsultasi; diklat; litbang; pengembangan

Pasal 6 huruf c Peningkatan peran

masyarakat dalam pembinaan penataan ruang

Pasal 9 s.d. Pasal 17 Pembinaan penataan ruang (sama dg pasal 13 UUPR)

Pasal 13

Pengembangan PPTAD untuk pemberdayaan ekonomi rakyat berbasis potensi komunitas & desa

Pasal 138 huruf a

(12)

No Aspek UU 26/2007 PP 15/ 2010 Permendagri 51/2007 Perda Prov. Bali 16/2009 Perda Kab. Jembrana 11/2012

Tentang kemitraan antar desa dengan forum PKPBM

7 Pengembangan

Wilayah (kawasan perdesaan)

Pasal 49

Rencana tata ruang kawasan perdesaan

Penetapan dan Pengembangan Pusat Pertumbuhan Terpadu Antar Desa (PPTAD)

Pasal 19

Rencana pengembangan dan kriteria sistem perdesaan

Pasal 11 huruf b memantapkan dan

mengembangkan sebaran desa-desa wisata dan daya tarik wisata dengan daya tarik keindahan alam, aktivitas budaya lokal, pertanian, spiritual, industri kecil,

petualangan dan olahraga dan lainnya yang berbasis ekowisata

8 Kebijakan Insentif kelembagaan

Pasal 35 dan 38 ayat (2) Pengendalian pemanfaatan ruang dengan memberikan insentif kepada masyarakat, swasta dan/atau pemda

Pasal 148, 169, 170, 171, 172, 173, 174, 175 Pemberian insentif dalam rangka pengendalian pemanfaatan ruang

Pasal 39

Pendanaan PKPBM (APBN, APBD Prov, APBD Kab, APB Desa dan sumber lain)

Pasal 127 Pemberian insentif

Pasal 98

(13)

DAFTAR PUSTAKA

[Bappeda Bali] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi Bali. 2009. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor 16 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali Tahun 2009 - 2029. Bali: Pemerintah Daerah Provinsi Bali.

[Bappeda Bali] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Jembrana. 2012. Peraturan Daerah Kabupaten Jembrana Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Jembrana Tahun 2012 - 2032. Bali: Pemerintah Daerah Kabupaten Jembrana.

[Kemendagri] Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. 2007. Peraturan Menteri Dalam negeri Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2007 tentang Pengembangan Kawasan Perdesaan Berbasis Masyarakat. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

[Kemen PU] Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2007. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

[Kemen PU] Kementerian Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Penataan Ruang. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pengelenggaraan Penataan Ruang. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia.

Cernea, Michael M. 1993. The Sociologist’s Approach to Sustainable Development in making Development Sustainable : From Concept to Action. Environmentally Sustainable Development Occasional, Paper series No. 2 The World Bank, Washington DC.

Dani, Ely Triwulan. 2015. Tugas Praktikum 1, Tugas Praktikum 2, Tugas Praktikum 3, Tugas Praktikum 4, Tugas Praktikum 5. Mata Kuliah Perencanaan Wilayah Partisipatif (TSL 565). Bogor: Sekolah Pascasarjana-IPB.

Israel, Arturo. 1990. Pengembangan Kelembagaan: Pengalaman Proyek-Proyek Bank Dunia. Jakarta: LP3ES (Halaman 11-60).

Nasdian, Fredian Tonny. 2015. Bahan Kuliah Perencanaan Partisipatif. (PB 01, PB 02, PB, 03, PB, 04 dan PB 05). Bogor: Sekolah Pascasarjana-IPB. Riyadi, Bratakusumah, Deddy Supriady. 2004. Perencanaan Pembangunan

Daerah Strategi Menggali Potensi dalam Mewujudkan Otonomi Daerah. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama.

Rustiadi, Ernan, Saefulhakim, Sunsun, Panuju, Dyah R.. 2011. Perencanaan Pengembangan Wilayah. Edisi Kedua. Bogor: Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan Jurusan Tanah Fakultas Pertanian IPB. Ul Haq, Mahbub. 1983. Tirai Kemiskinan. Tantangan-tantangan untuk Dunia

Gambar

Gambar 1. Bagan Alir Integrasi Konsep Perencanaan Wilayah Partisipatif
Gambar 2. Wilayah Studi Analisa Rencana Tata Ruang Wilayah (Provinsi Bali)

Referensi

Dokumen terkait

Proses penetapan target retribusi parkir di Kota Semarang melibatkan beberapa dinas/lembaga, antara lain; Dishubkominfo Kota Semarang, Pemerintah Kota Semarang (DPKAD

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: Perangkat pembelajaran kooperatif tipe TPS pada materi

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Ketersediaan airtanah di Cekungan Bandung yang terus menurun, menjadi permasalahan yang serius di wilayah ini. Indikasi menurunnya ketersediaan airtanah tersebut dapat dilihat

Alasan dari penilaian ini adalah perencanaan hasil studi dilakukan setelah waduk sudah selesai dibangun, sudah dilakukan optimasi kebutuhan air yang diperlukan, dan

Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 191/PMK.05/2019 tentang Tarif Layanan Badan Layanan Umum Balai Pendidikan dan Pelatihan Penerbangan Palembang

Berdasarkan hasil analisis secara spasial, ternyata karang tersebar di lokasi Desa Waha, Desa Sombu, dan Pulau Kapota yang memiliki persentase tutupan karang

Oleh karena itu, dengan berat hati jawaban dari keinginan tersebut belum bisa dihadapkan ke raja dan rakyat Kerajaan Sawing maupun Lipur.” Mandalika kembali menarik