• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Pendidi kan Transformatif i

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Pendidi kan Transformatif i"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan manusia dalam abad ke 21 mengalami perubahan dahsyat seperti yang dialami masyarakat dan budaya manusia dalam revolusi industri abad ke 18. Pada abad ke 21 revolusi yang terjadi terutama disebabkan oleh kemajuan teknologi komunikasi serta kemajuan teknologi informasi yang telah mengubah dimensi waktu dan tempat kehidupan manusia. Bukan saja dimensi-dimensi itu berubah, tetapi juga tata cara kehidupan manusia seperti dalam hubungan negara-negara ikut berubah. Manusia dewasa ini hidup di dalam dunia tanpa batas, menghilangnya kebiwaan negara tradisional, terbukanya dunia untuk perdagangan bebas dengan mengalirnya dana secara internasional ditopang oleh kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat cepat, menghasilkan apa yang disebut arus globalisasi yang menerjang kehidupan umat manusia tanpa ampun.

Pendidikan Transformatif memiliki visi mengubah masyarakat tradisional menuju masyarakat modern. Sebagaimana dimaklumi saat ini masyarakat Indonesia merupakan masyarakat agraris dengan etika, estetika dan kepribadian agraris yang belum sepenuhnya familiar dengan ilmu pengetahuan dan teknologi beserta perkembangannya. Tugas pendidikan adalah mengubah peradaban masyarakat, khususnya dalam “menanamkan” dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta etika, estetika dan perubahan’ ke dalam sistem sosial masyarakat Indonesia sesuai dengan tuntutan perkembangan jaman tanpa harus kehilangan jati diri sebagai bangsa. Pendidikan diharapkan menghantarkan masyarakat Indonesia menjadi masyarakat modern yang sarat dengan IPTEK, etika, estetika dan kepribadian yang unggul untuk mencapai tujuan kehidupan berbangsa dan bernegara.Proses tersebut sudah barang tentu perlu ditunjang oleh investasi berupa pernyataan teknologi dengan modul ke dalam sistem sosial masyarakat. Sementara itu, masyarakat yang secara bertahap berubah menjadi berperadaban modern (sarat IPTEK, etika, estetika, dan kepribadian yang unggul) dapat menjadi umpan balik bagi pengembangan sistem pendidikan nasional yang bermutu.

(2)

yang terkait dan di susun dengan metode sederhana dengan memaparkan berbagai macam perubahan yang terjadi pada wilayah pendidikan yang di sebut, pendidikan transformatif.

B. Rumusan Masalah

1. Apa itu Teologi Pendidikan Transformatif? 2. Apa itu Bantuan Jaminan Sosial?

3. Seperti apa Transformasi Sumber Daya Manusia? 4. Bagaimana Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat? 5. Bagaimana Transformasi Institusi?

C. Tujuan Makalah

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

A. Teologi Pendidikan Transformatif

Teologi (bahasa Yunani theos, "Allah, Tuhan", dan logia, "kata-kata," "ucapan," atau "wacana") adalah wacana yang berdasarkan nalar mengenai agama, spiritualitas dan Tuhan (Lih. bawah, "Teologi dan agama-agama lain di luar agama Kristen"). Dengan demikian, teologi adalah ilmu yang mempelajari segala sesuatu yang berkaitan dengan keyakinan beragama. Teologi meliputi segala sesuatu yang berhubungan dengan Tuhan. Para teolog berupaya menggunakan analisis dan argumen-argumen rasional untuk mendiskusikan, menafsirkan dan mengajar dalam salah satu bidang dari topik-topik agama.

Teologi transformatif adalah sebuah teologi yang berusaha menggerakkan rakyat/masyarakat untuk mengubah dirinya dan berperan dalam perubahan sosial yang mendasar. Disini, islam dimaknai sebagai sumber refleksi dan aksi gerakan tranformatif social untuk memecahkan permasalahan kehidupan seperti ketertindasan dan keterbelakangan sabagai efek dari globalisasi dan neoliberalisasi. Para penganut teologi transformasi menghendaki agama sebagai ruang transformatif sosial yang mampu melaksanakan pemerdayaan (empowerment) masyarakat.

Pendidikan transformatif bisa kita ambil dari ajaran islam yang menuntut setiap orang untuk bekerja dan berusaha menjalankan bisnis, sehingga ia dapat mencukupi kebutuhan dirinya dan keluarganya. Tetapi tidak bisa ditampik, setinggi apapun peradaban suatu bangsa, akan selalu ada anggota masyarakat yang tidak mampu bekerja, karena alas an-alasan objektif, sehingga mereka tidak berpenghasilan. Ada juga yang mampu bekerja, tetapi mereka menganggur, karena “tergusur” oleh kebijakan yang tidak memihak rakyat atau pemerintah gagal menyiapkan lapangan kerja yang sesuai bagi mereka. Ada pula yang sebenarnya sudah bekerja, hanya saja pemasukan mereka belum mencukupi standar yang layak, karena sedikitnya pemasukkan (income), banyaknya keluarga yang ditanggung, atau karena sebab-sebab yang lain.

Menghadapi situasi seperti itu, kita jangan sampai membiarkan mereka terlantar. Maka dari itu, pendidikan transformatif tidak hanya mengajarkan kerja dan membangun bisnis, tetapi juga kesederhanaan, kedermawanan dan kasih sayang.

(4)

Anggaran belanja keluarga muslim tidak hanya meliputi nafkah hidup untuk keluarga inti, suami-istri dan anak-anak, tapi juga keluarga besar, seperti nafkah kedua orang tua dan kaum kerabat yang fakir. Tanggung jawab sosial [takaful] ini dimulai dari keluarga yang mempunyai hubungan kerabat dan pertetanggaan, sampai dengan pelayanan yang bersifat insidental, seperti menyuguh tamu, menolong orang yang kesulitan, meminjami orang yang memerlukan, memberi bantuan kepada orang yang tertimpa bencana di negeri sendiri atau di negara lain yang memerlukan bantuan makan, pakaian, pengobatan, atau tempat tinggal, karena peperangan, kelaparan, kebakaran, dan lain lain

Islam mengajarkan gerakan transformative dengan mewajibkan tiap-tiap orang yang berkecukupan untu memberi nafkah kepada keluarganya yang membutuhkan, sebagai bentuk silaturahim dan pemenuhan kewajiban yang dibebankan kepadanya. Kemudain lingkup takaful ini menjadi melebar ke tetangga dan penghuni kampong, sesuai dengan hak tetangga yang telah ditekankan oleh islam. Di dala Al-Qur’an dan hadits disebutkan :

Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang apa yang harus mereka infakkan. Katakanlah: “Harta apa saja yang kamu infakkan hendaknya diperuntukkan bagi : [1] kedua orangtua, [2] kerabat, [3] anak yatim, [4] orang miskin, dan [5] ibn sabil.” Dan kebaikan apa saja yang kamu kerjakan maka sensungguhnya Allah Maha Mengetahui. (Qs. Al-Baqarah [2]: 215)

Berikut seruan Al-Qur’an yang menjanjikan kepada orang yang berinfak di jalan Allah di dunia dan pahala di akhirat kelak. Di bawah ini juga dikutip riwayat-riwayat dari Rasulullah saw. tentang gambaran solidaritas Islam, sebagai berikut:

Hai orang-orang yang beriman, nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik dan sebagian dari apa yang kai keluarkan dari bumi untuk kamu. Dan janganlah kamu memilih yang buruk-buruk lalu kau nafkahkan daripadanya, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memicingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji. Syetan menakut-nakuti kamu dengan kemiskinan dan menyuruh kamu berbuat berbuat kejahatan (kikir), sedang Allah menjanjikan untukmu ampunan dari-Nya dan karunia. Dan Allah Maha Luas (karunia-dari-Nya) lagi Maha Mengetahui (Qs. Al-Baqarah [2]: 268)

Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya dan enggan (menolong dengan) barang berguna. (Qs. Al-Ma’un [107]: 1-7)

(5)

karena itu, Al-Qur’an menetapkan adanya kewajiban zakat bagi orang kaya bersifat rutin, tetap pasti.

Negara bertanggungjawab memastikan semua warga negara yang mampu wajib zakat membayar kewajibannya dalam usaha mewujudkan keadilan bagi seluruh rakyat. Mereka yang mangkir, tidak bayar zakat harus ditindak tegas, dihukum dalam rangka mendidik (ta’zir), bila tidak diindahkan perlu diambil dengan paksa. Apabila ia memiliki kekuatan untuk melawan, maka diperangi sampai takluk dan bertaubat dengan menunaikan kewajiban. Apabila secara terang-terangan ia mengingkari kewajiban zakat, sedang dia bukan orang yang baru dalam islam, maka pantaslah dihukumi murtad dan keluar dari agama islam. Khalifah Abu Bakar Ash-Shidiq bersama para sahabatnya pernah memerangi suku atau kabilah yang menolak membayar zakat.

Gerakan transformasi sosial di atas, secara konsisten dilaksanakan dalam sistem pendidikan agama dengan memberikan beasiswa dan pemenuhan kebutuhan hidup santri di asrama, mulai makan, seragam, hingga buku dan perlengkapan belajar lainnya. Selain itu, juga melaksanakan program pengentasan kemiskinan dengan menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan, pembiayaan keuangan syariah untuk UMKM dan pengembangan isntitusi melalui Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN) dan Koperasi Masjid.

Manfaat Studi Teologi Transformati :

1. Teologi Transformatif memampukan seseorang untuk lebih memahami tradisi keagamaannya sendiri ataupun tradisi keagamaan lainnya;

2. Menolong membuat perbandingan antara berbagai tradisi, melestarikan, memperbaharui suatu tradisi tertentu;

3. Menolong penyebaran suatu tradisi, menerapkan sumber-sumber dari suatu tradisi dalam suatu situasi atau kebutuhan masa kini, atau untuk berbagai alasan lainnya.

B. Transformasi Bantuan dan Jaminan Sosial

Transformasi adalah perubahan rupa yang meliputi bentuk, sifat, dan fungsi. Transformasi mengubah secara cermat dan dramatis bentuk, penampilan, dan karakter. Untuk membayangkan transformasi dengan mudah, kita lihat transformasi biologis yang mengubah ulat menjadi kupu-kupu.

(6)

serangga bersayap cantik. Ia tidak lagi melata dan makan daun-daunan, melainkan terbang dengan sayapnya dan hinggap di kelopak bunga dan menghisap noktar, sari madu.

Demikian halnya dengan transformasi kelembagaan jaminan sosial Indonesia. Transformasi keempat BUMN PT (Persero) menjadi BPJS bersifat sangat mendasar. Perubahan ini mencakup filosofi, badan hukum, organisasi, tata kelola, dan budaya organisasi, sebagai berikut:

1. filosofi penyelenggaraan jaminan sosial ditetapkan kembali sebagai upaya untuk mewujudkan hak konstitusional warga negara atas jaminan sosial,

2. bentuk badan hukum diubah menjadi badan hukum publik dengan kewenangan publik dan privat, serta termasuk lembaga negara berkedudukan langsung di bawah Presiden,

3. organ badan penyelenggara diubah menjadi organ yang terdiri dari Dewan Pengawas dan Direksi dengan proses perekrutan secara terbuka,

4. penataan ulang tata kelola program yang bercirikan prinsip asuransi sosial, segmentasi pengelolaan ke dalam dua kelompok program (program jaminan kesehatan dan program jaminan non kesehatan), pemisahan aset BPJS dengan aset Dana Jaminan Sosial, serta penyertaan dana Pemerintah,

5. budaya organisasi mencerminkan upaya merealisasikan tujuan publik untuk memberikan kepastian perlindungan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sistem pendidikan berbasis komunitas adalah milik bersama, milik publik, sebagaimana masjid yang ada di wilayah tersebut. Pembiayaan pendidikan ditanggung bersama oleh komunitas itu melalui infak pendidikan yang dibayarkan secara rutin setiap bulan. Bagi anak yatim, yang tidak memiliki Ayah atau Ayahnya tidak bekerja karena alas an objektif, maka biaya pendidikan digratiskan. Inilah realisasi dari gagasan “subsidi silang” yang lebih banyak diwacanakan oleh pemerintah, tetapi tidak bisa dilaksanakan oleh sekolah-sekolah negeri, karena bertele-telenya birokrasi.

Lebih dari itu, model pendidikan berbasis asrama melaksanakan pendidikan dan pengasuhan secara komprehesif. Pendidikan berbasis pesantren tidak hanya melaksanakan pendidikan dan pengajaran, tetapi juga menjalankan fungsi pelayanan sosial dan dakwah, serta pemberdayaan usaha mikro kecil menengah (UMKM) dan pengembangan masyarakat Islam.

(7)

“Yatim” tidak sekedar dalam arti anak di bawah umur (belum baligh) yang ditinggal mati oleh Ayah sebagai penanggungjawab nafkah keluarga.

Seluruh belanja itu diperoleh dari masyarakat. Misalnya, asrama dan seluruh perawatnya diperoleh dari wakaf. Sedangkan belanja hidup, mulai pangan, sandang, dan lain-lain diperoleh dari zakat, infak, dan shodakoh. Madrasah berbasis pesantren mengembangkan semangat ukhuwah islamiyah melalui gerakan orang tua asuh untuk anak Yatim dan dhu’afa.

C. Transformasi Sumber Daya Manusia

Abad ke-21 ditandai sebagai abad keterbukaan atau abad globalisasi, artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Dikatakan abad ke-21 adalah abad yang meminta kualitas dalam segala usaha dan hasil kerja manusia. Dengan sendirinya abad ke-21 meminta sumberdaya manusia yang berkualitas, yang dihasilkan oleh lembaga-lembaga yang dikelola secara profesional sehingga membuahkan hasil unggulan. Tuntutan-tuntutan yang serba baru tersebut meminta berbagai terobosan dalam berfikir, penyusunan konsep, dan tindakan-tindakan. Dengan kata lain diperlukan suatu paradigma baru dalam menghadapi tantangan-tantangan yang baru, tantangan yang baru menuntut proses terobosan pemikiran (breakthrough thinking process) apabila yang diinginkan adalah output yang bermutu yang dapat bersaing dengan hasil karya dalam dunia yang serba terbuka (Tilaar, 1998:245).

Abad ke-21 juga dikenal dengan masa pengetahuan (knowledge age), dalam era ini, semua alternative upaya pemenuhan kebutuhan hidup dalam berbagai konteks lebih berbasis pengetahuan. Upaya pemenuhan kebutuhan bidang pendidikan berbasis pengetahuan (knowledge based education), pengembangan ekonomi berbasis pengetahuan (knowledge based economic), pengembangan dan pemberdayaan masyarakat berbasis pengetahuan (knowledge based social empowering), dan pengembangan dalam bidang industri pun berbasis pengetahuan (knowledge based industry) (Mukhadis, 2013:115)

(8)

Kemiskinan tidak bisa diselesaikan dengan mengandalkan bantuan. Dalam janga panjang, mata rantai kemiskinan dapat diakhiri melalui pendidikan. Atas dasar itu, satuan pendidikan melaksanakan konsep pendidikan holistik dalam rangka menyiapkan sumber daya manusia unggul yang cerdas komprehensif dan berdaya saing di segala bidang kehidupan.

Pendidikan holistik sendiri dipahami sebagai suatu pola pendidikan yang memposisikan guru sebagai fasilitator, mentor maupun sahabat bagi siswa. Hal yang menonjol dalam system pendidikan holistik adalah berkurangnya pola pengajaran guru yang identik sebagai pengontrol serta pemimpin dalam suatu proses pembelajaran.

Pendidikan yang memberdayakan dilakukan melalui kegiatan praktik. Misalnya, pendidikan kewirausahaan dilembagakan melalui pendirian Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN). Santri melakukan inovasi dan terobosan dalam pembangunan desa dan memberdayakan masyarakat dalam mengatasi kemela-ratan dan keberpenyakitan. Dalam pemberdayaan masyarakat itu, madrasah menetapkan standar kompetensi lulusan (SKL) dengan standar tinggi dan menempatkan alumni atau santri senior pada posisi yang sesuai dengan keahliannya, sehingga terhindar dari penyerahan tugas kepada yang bukan ahlinya.

D. Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat

(9)

Abad ke-21 baru berjalan satu dekade, namun dalam dunia pendidikan sudah dirasakan adanya pergeseran, dan bahkan perubahan yang bersifat mendasar pada tataran filsafat, arah serta tujuannya. Tidaklah berlebihan bila dikatakan kemajuan ilmu tersebut dipicu oleh lahirnya sains dan teknologi komputer. Dengan piranti mana kemajuan sains dan teknologi terutama dalam bidang cognitive science, bio-molecular, information technology dan nano-science kemudian menjadi kelompok ilmu pengetahuan yang mencirikan abad ke-21. Salah satu ciri yang paling menonjol pada abad ke-21 adalah semakin bertautnya dunia ilmu pengetahuan, sehingga sinergi di antaranya menjadi semakin cepat. Dalam konteks pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi di dunia pendidikan, telah terbukti semakin menyempitnya dan meleburnya faktor “ruang dan waktu” yang selama ini menjadi aspek penentu kecepatan dan keberhasilan penguasaan ilmu pengetahuan oleh umat manusia (BSNP:2010).

Transformasi sosial merupakan perubahan-perubahan yang terjadi pada lembaga-lembaga kemasyarakatan dalam suatu masyarakat yang memengaruhi sistem sosialnya, termasuk nilai, sikap-sikap sosial, dan pola perilaku di antara kelompok-kelompok dalam masyarakat atau proses di mana terjadi perubahan struktur dan fungsi suatu sistem sosial. Perubahan tersebut terjadi sebagai akibat masuknya ide-ide pembaruan yang diadopsi oleh para anggota sistem sosial yang bersangkutan. Proses perubahan sosial bisa tediri dari tiga tahap:

1.Invensi, yakni proses di mana ide-ide baru diciptakan dan dikembangkan

2.Difusi, yakni proses di mana ide-ide baru itu dikomunikasikan ke dalam sistem sosial. 3.Konsekuensi, yakni perubahan-perubahan yang terjadi dalam sistem sosial sebagai

akibat pengadopsian atau penolakan inovasi.

Faktor yang menimbulkan adalah timbunan kebudayaan, kontak dengan kebudayaan lain, penduduk yang heterogen, kekacauan sosial dan perubahan sosial itu sendiri. Dalam transformasi sosial akan melibatkan penduduk, teknologi, nilai-nilai kebudayaan dan gerakan sosial. Dalam ensiklopedi nasional Indonesia disebutkan pula, seringkali istilah transformasi sosial diartikan sama dengan perubahan sosial.

Pengaruh Transformasi Sosial terhadap Pendidikan

(10)

siap pakai yang akan dapat memanfaatkan dan berhasil ikut mengarahkan perubahan-perubahan kontemporer melainkan mereka yang pikirannya terbuka dan antusias pada hal-hal baru. Keadaan tersebut akan berpengaruh besar pada pendidikan. Oleh sebab itu sekolah, di tingkat manapun, yang tetap menjalankan pendidikan dengan orientasi siap pakai untuk para pelajarnya tidak boleh terpengaruh oleh akibat perubahan, akan tetapi sebaliknya harus mampu menjadi pengemban misi sebagai agent of changes bukan sekedar consumers of changes.

Dari sekolah dengan pandangan siap pakai tidak akan dihasilkan orang-orang muda yang dengan kecerdasannya berhasil memperbaiki kedudukannya dalam susunan sosial output dari sekolah semacam itu hanya dua, yaitu:

- Pertama, orang-orang muda yang terlahir berada dan akan terus menduduki strata sosial tinggi.

- Kedua, para pemuda tak berpunya yang akan tetap menelan kecewa karena ternyata mereka makin sulit naik ke tangga sosial yang lebih tinggi dari orang tua mereka.

Sekolah yang tetap kukuh dengan prinsip-prinsip pedagogis, metode-metode pendidikan dan teknik-teknik pengajaran yang bersemangat siap pakai hanya akan menjadi lembaga reproduksi sosial bukan lembaga perubahan sosial.

Transformasi Ekonomi & Masyarakat

Transformasi struktural merupakan prasyarat dari peningkatan dan kesinambungan pertumbuhan dan penanggulangan kemiskinan, sekaligus pendukung bagi kelanjutan pembangunan.

Pada kenyataannya,pertumbuhan ekonomi di Indonesia tidak disertai dengan perubahan struktur tenaga kerja yang berimbang..artinya titik balik untuk aktivitas ekonomi tercapai lebih dahulu dibanding titik balik penggunaan tenaga kerja. Sehingga terjadi masalah-masalah yang seringkali diperdebatkan diantaranya apakah pangsa PDB sebanding dengan penurunan pangsa serapan tenaga kerja sektoral dan industri mana yang berkembang lebih cepat, agroindustri atau industri manufaktur. Apabila transformasi kurang seimbang dikuatirkan akan terjadi proses pemiskinan dan eksploitasi sumber daya manusia pada sektor primer.

(11)

1. Merosotnya pangsa sektor primer (pertanian) 2. Meningkatnya pangsa sektor sekunder (industri)

3. Pangsa sektor jasa kurang lebih konstan, tetapi kontribusinya akan meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi.

Dalam menganalisis struktur ekonomi terdapat dua teori utama, yaitu teori Arthur Lewis (teori migrasi) dan Hollins Chenery (teori transformasi struktural).

Dalam teorinya, Lewis mengasumsikan bahwa perekonomian suatu negara pada dasarnya terbagi menjadi dua yaitu perekonomian tradisional di pedesaan yang didominasi sektor pertanian dan perekonomian modern di perkotaan dengan industri sebagai sektor utama. Di pedesaan, pertumnuhan pertumbuhan penduduknya tinggi sehingga terjadi kelebihan suplai tenaga kerja. Akibat over supply tenaga kerja ini, tingkat upah menjadi sangat rendah. Sebaliknya, di perkotaan, sektor industri mengalami kekurangan tenaga kerja. Hal ini menarik banyak tenaga kerja pindah dari sektor pertama ke sktor kedua sehingga terjadi suatu proses migrasi dan urbanisasi.selain itu tingkat pendapatan di negara bersangkutan meningkat sehingga masyarakat cenderung mengkonsumsi macam-macam produk industri dan jasa. Hal ini menjadi motor utama pertumbuhan output di sektor-sektor nonpertanian.

Teori Chenery memfokuskan pada perubahan struktur dalam tahapan proses perubahan ekonomi di suatu negara yang mengalami transformasi dari pertanian tradisional ke sektor industri sebagai mesin utama pertumbuhan ekonomi.

Faktor-faktor penyebab transisi ekonomi:

1. Kondisi dan Struktur awal ekonomi dalam negeri 2. Besarnya pasar dalam negeri

3. Pola distribusi pendapatan 4. Karakteristik Industrialisasi 5. Keberadaan sumber daya alam 6. Kebijakan perdagangan luar negeri

(12)

Namun dengan adanya kemudahan masyarakat dengan menggunakan teknologi ada beberapa hal yang menjadi tantangan bagi pemerintah dalam menghadapi masyarakat informasi yang selalu berkembang, diantarnya:

1. Hukum kita perlu diperbaharui dalam hal untuk mendukung transaksi elektronik. 2. Masyarakat kita perlu untuk dididik mengenai teknologi yang baru.

3. Bisnis harus online jika mereka ingin menjadi sukses. 4. Pelayanan pemerintah harus tersedia secara elektronik.

Pengaruh Transformasi Sosial dalam Masyarakat Informasi

Dengan memanfaatkan informasi dari berbagai media yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, diharapkan akan ada perubahan sosial, ekonomi, politik dan budaya. Perubahan sosial yang terjadi dalam konteks sikap masyarakat dapat dilihat dari pola interaksi masyarakat dan bagaimana masyarakat bersikap dengan informasi yang ada. Dengan adanya kemudahan akses informasi dan adanya keterbukaan informasi, masyarakat diharapkan akan semakin kritis, cerdas dan berani. Dengan kaya informasi, masyarakat akan mempunyai sikap kritis, yaitu sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang ada disekitarnya mulai dalam bidang pendidikan sampai politik. Selain itu juga berani mengungkapkan pendapat apabila sesuatu persoalan tidak sepaham dengan pendapat yang dimilikinya.

E. Transformasi Institusi

1. Transformasi Institusi Madrasah / Sekolah

Pendidikan Islam telah berlangsung kurang lebih 14 abad yang lalu, yakni sejak nabi Muhammad SAW diutus mejadi rasul, Pada awalnya berlangsung secara sederhana, dengan masjid sebagai proses pembelajaran, “Al-qur’an dan Hadits”, dan Rasululloh sendiri berperan sebagai guru dalam proses pendidikan tersebut, tetapi setelah Rosululloh wafat Islam terus berkembang sampai keluar zajirah Arab, sehingga pendidikan Islampun mengalami banyak perkembangan. Perbedaan kultur antar masyarakat di luar zajirah Arab menjadikan ilmu-ilmu baru yang perlu dicarikan pemecahan dan solusi dalam pengembangan pendidikan Islam.

(13)

pengetahuan dan teknologi saja akan tetapi juga perlu diimbangi dengan nilai-nilai spiritual agar tidak terjadi kesenjangan dalam berkepribadian.

Madrasah sebagai lembaga pendidikan Islam yang hidup dari, oleh, dan untuk masyarakat belum mendapat sentuhan pikiran dan tangan kita semua. Peningkatan mutu tidak akan terealisir tanpa andil semua pihak, untuk itu demi peningkatan mutunya maka madrasah perlu dibantu, dibela dan diperjuangkan. Prioritas utama pembangunan madrasah adalah menciptakan citra dimasyarakat bahwa madrasah yang bersangkutan memiliki kualitas pendidikan yang cukup baik. Hal ini penting karena citra ini akan mempengaruhi pilihan masyarakat apakah akan mengirimkan anaknya ke madrasah tersebut atau tidak? Citra ini dapat diciptakan dengan cara antara lain penampilan gedung yang menarik, tim olah raga atau kesenian yang sering menang dalam lomba, seragam sekolah yang menarik, guru-guru yang berkualitas, disiplin sekolah yang diterapkan, dan hasil ujian nasional yang baik.

Masuknya madrasah sebagai sub-sistem pendidikan nasional mempunyai berbagai konsekuensi antara lain dimulainya suatu pola pembinaan mengikuti suatu ukuran yang mengacu pada sekolah-sekolah pemerintah. Keuntungan positif yang diperoleh melalui UU No. 2 Tahun 1989 tentang system pendidikan nasional serta PP No. 28 Tahun 1990 telah melahirkan berbagai kendala dualisme pembinaan antara departemen agama dan departemen pendidikan dan kebudayaan terus berlangsung. Keamburadulan manajemen pendidikan dasar terbias juga dalam pembinaaan madrasah di bawah departemen agama. Selama 10 tahun lebih sejak lahirnya UU No. 2 Tahun 1989. Penegasan UU No. 20 Tahun 2003 tentang system pendidikan nasional, pasal 30 (2) dinyatakan:pendidikan keagamaan berfungsi mempersiapkan peserta didik menjadi anggota masyarakat yang memahami dan mengamalkan nilai-nilai ajaran agamanya dan/atau menjadi ahli ilmu agama. Ternyata tidak secara otomatis dapat mengangkat citra madrasah sebagai lembaga pendidikan alternative, kecuali beberapa madrasah khusus berkualitas tinggi binaan masyarakat.

Pengertian Madrasah

(14)

setara dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Madrasah Aliyah (MA) setara dengan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Madrasah Modern Dalam Persaingan Global

Globalisasi adalah suatu proses yang mendunia akibat kemajuan-kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan Madrasah terutama di bidang telekomunikasi dan transportasi dalam era globalisasi membawa dampak positif dan negative bagi kepentingan bangsa dan negara. Dampak positif, misalnya kita semakin mudah memperoleh informasi dari luar dan dapat membantu kita menemukan alternative baru dalam usaha memecahkan masalah yang kita hadapi. Dampak negatifnya adalah masuknya informasi-informasi yang tidak kita perlukan atau bahkan dapat merusak tatanan nilai yang selama ini kita anut.

Madrasah dalam konteks mempersiapkan peserta didik menghadapi perubahan zaman akibat globalisasi ini memiliki peran yang amat penting. Keberhasilan madrasah dalam menyiapkan peserta didik dalam menghadapi tantangan masa depan yang lebih komplek akan menghasilkan lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif dan menjadi pemimpin umat, pemimpin bangsa yang ikut menentukan arah perkembangan bangsa ini. Dalam kaitannya dengan era globalisasi dan perdagangan bebas yang penuh dengan persaingan, madrasah juga harus mempersiapkan peserta didiknya untuk siap bersaing apa saja yang mereka masuki. Hal ini dimaksudkan agar lulusan madrasah tidak terpinggirkan oleh lulusan sekolah umum dalam perebutan tempat dan peran dalam gerakan pembangunan bangsa.

Agar lulusan madrasah memiliki wawasan global, maka madrasah harus mempersiapkan peserta didiknya dapat melanjutkan studi keluar negeri dan bekerja di luar negeri. Untuk itu penguasaan keterampilan berbahasa asing (terutama Arab dan Inggris) menjadi amat penting, demikian pula pengenalan budayanya.

(15)

dilembaga madrasah, tetapi yang lebih penting ialah perwujudan dari nilai keislaman di dalam totalitas kehidupan madrasah.

2. Transformasi Institusi Perguruan Tinggi

Secara historis, Perguruan Tinggi Agama Islam (PTAI) khususnya IAIN, lahir dari peleburan PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri) yang berkedudukan di Yogyakarta dan mengacu PP. No. 34/ 1950 dan ADIA (Akademi Dinas Ilmu Agama) Jakarta berdasarkan Penetapan Menteri Agama No. 1 tahun 1957 Tgl. 1 Januari 1957. Unifikasi kedua lembaga pendidikan tersebut menjadi IAIN didasarkan atas Peraturan Presiden No. 77 tahun 1960 tanggal 9 Mei 1960, dengan sebutan lain “al-Jami’ah al-Islamiah al-Hukumiyah.”

Pada awalnya, pendirian IAIN hanya dimaksudkan sebagai kelanjutan dari program “memodernisasi” pendidikan Islam tradisional dan mempersiapkan tenaga-tenaga yang dapat mengisi tugas-tugas di bidang keagamaan. Namun, kini tujuan tersebut telah mengalami pergeseran dan perluasan misi, sejalan dengan perkembangan IAIN itu sendiri dalam menjawab tuntutan zaman. Bahkan secara institusional, selain terdapat 14 IAIN di Indonesia, hampir semua IAIN cabang yang ada selama ini telah diubah menjadi STAIN (Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri). Kendatipun demikian, tampaknya pengembangan kelembagaan tersebut belum menjamin lembaga pendidikan tinggi itu untuk dapat menjadi tempat belajar dengan predikat academic excellence.

Kekhawatiran tersebut sesungguhnya telah menggambarkan betapa kepercayaan terhadap diri sendiri di kalangan umat masih lemah. Selain itu juga menunjukkan bahwa sampai saat ini belum ada kesepahaman tentang apa sesungguhnya yang disebut ilmu ke-Islam-an itu sendiri. Tidak sedikit orang masih terkungkung oleh pemahaman bahwa yang disebut dengan ilmu Agama Islam adalah ilmu syariah, tarbiyah, ushuluddin, dakwah dan adab, sedangkan lainnya bukan masuk kategori ilmu Agama Islam.

(16)

Islam. Karena ditempat itulah, pengkajian terhadap suatu masalah mendapatkan porsi yang jauh lebih banyak dibanding jenjang pendidikan lainnya.

Namun demikian, fakta juga menyebutkan bahwa tak sedikit dari PTAI yang justru hanya menjadi beban bagi umat. Ia tidak melahirkan kader dan tidak memberikan sumbangsih bagi kehidupan umat. Untuk itu, harus ada pemikiran visioner yang memiliki visi yang berlandaskan nilai-nilai ke-Islaman, sehingga diharapkan antara umat dan mahasiswa muslim secara berkesinambungan saling memberikan kontribusinya. Dalam hal ini, aspek dakwah kian menjadi sorotan tajam sejumlah lembaga pendidikan Islam untuk terus dikembangkan menjadi media utama gerak langkah perguruan tinggi.

Perguruan tinggi merupakan organisasi atau lembaga pendidikan yang senantiasa dituntut untuk mengikuti perubahan. Hal ini karena perguruan tinggi itu sendiri adalah institusi pencetak agen-agen perubahan. Perubahan-perubahan tersebut dilakukan agar perguruan tinggi mampu mengikuti perkembangan zaman yang semakin cepat melaju.

Bentuk-bentuk perubahan yang dilakukan oleh perguruan tinggi sangat variatif. Biasanya disesuaikan dengan visi dan misinya dan faktor-faktor pendorong lain. Baik dorongan yang berasal dari internal maupun eksternal perguruan tinggi itu sendiri. Di antara faktor tersebut ada yang didorong oleh keinginan internal para pengelola kampus untuk melakukan perubahan, ada pula yang didorong oleh pihak eksternal. Selain itu juga ada yang disebabkan karena bertemunya dua dorongan itu secara bersama-sama. Sehingga menyebabkan adanya gerakan yang serentak antara kepentingan internal dan eksternal perguruan tinggi.

Menghadapi peradaban modern dewasa ini, yang perlu diselesaikan adalah persoalan-persoalan internal pendidikan Islam yaitu (1) persoalan-persoalan dikotomik, (2) tujuan dan fungsi lembaga pendidikan Islam, (3) persoalan kurikulum atau materi. Ketiganya saling terkait satu sama lain yang harus diselesaikan secara simultan agar bentuk baru organisasi (lembaga) pendidikan Islam menuju pada integrasi antara ilmu agama dan ilmu umum. Dalam konsep Islam segenap alam semesta dan jagad raya ini beserta isinya termasuk ilmu pengetahuan (fenomena alam dan sosial adalah satu yaitu berasal dari, milik dan kuasa Allah SWT).

(17)

perkembangan dan kebutuhan masyarakat. Kemudian disain pendidikan Islam tersebut dapat dan mampu ditransformasikan atau diproses secara sistematis dalam masyarakat. Persoalan pertama ini lebih bersifat filosofis, yang kedua lebih bersifat metodologis. Pendidikan Islam perlu menghadirkan konstruksi pada dataran wacana filosofis dan metodologis.

PTAI cukup lama “terjebak” dalam tataran dikotomik seperti paparan di atas, tidak semua PTAI siap menerima integrasi keilmuan. Sehingga sebagian PTAI baik negeri maupun swasta masih tetap bertahan sebagai lembaga pendidikan Islam (IAIN-STAIN) yang para lulusannya diharapkan mampu mengisi bidang-bidang keagamaan secara lebih baik. Dengan demikian konsentrasi atau fokus lembaga pendidikan Islam ini pada” ilmu keislaman” semata.

Berbeda dengan di beberapa tempat lain, STAIN Malang yang kini telah berubah menjadi Universitas Islam Negeri Malang berusaha memformat diri menjadi lembaga pendidikan tinggi Islam ideal. Pikiran-pikiran yang pijakan selama ini adalah bahwa perguruan tinggi Islam seharusnya mampu mengantarkan mahasiswa memiliki empat kekuatan, yaitu: (1) kedalaman spiritual, (2) keagungan akhlaq, (3) keluasan ilmu dan (4) kematangan professional. Selama ini perguruan tinggi lebih menekankan aspek akademik, sedangkan pesantren lebih mengedepankan akhlak dan spiritual lewat kultur yang dikembangkan. Jika kedua kekuatan ini (tradisi kampus dan pesantren) dipadukan maka diharapkan melahirkan sosok pendidikan yang lebih mendekati ideal sebagaimana yang ditunggu-tunggu kehadirannya oleh umat Islam di Indonesia.

Kebijakan pemerintah berupa pemberian otonomi pendidikan dan otonomi daerah yang segera diberlakukan, mau tidak mau menuntut lembaga pendidikan, termasuk perguruan tinggi agama Islam, memiliki kemandirian, terbuka dan peduli dengan tuntutan zaman, dan mampu berkompetisi dengan lembaga pendidikan lainnya. Kemandirian harus ditempuh dan tidak boleh lagi bersikap menunggu dari atas. Mereka seharusnya tidak patut sekedar melakukan peran-peran sebagai pelaksana sebagaimana yang terjadi pada masa lalu.

(18)

swasta; berakreditasi A, B atau C. Masyarakat akan semakin realistis dalam memilih perguruan tinggi. Tentu, perguruan tinggi yang dipilih adalah yang benar-benar mampu memberi bekal hidup dan nilai tambah bagi lulusannya. Oleh karena itu, perguruan tinggi yang ingin berdiri tegak harus lebih terbuka dan mampu melihat tuntutan riil masyarakat.

(19)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Teologi transformatif adalah sebuah teologi yang berusaha menggerakkan rakyat/masyarakat untuk mengubah dirinya dan berperan dalam perubahan sosial yang mendasar.

2. Transformasi kelembagaan jaminan sosial Indonesia. Transformasi keempat BUMN PT (Persero) menjadi BPJS bersifat sangat mendasar. Pendidikan menjalankan misi sosial dalam Al-Qur’an surat Al-Ma’un yang dituangkan secara legal dalam konstitusi, UUD 1945 pasal 34, bahwa “Fakir miskin dan anak-anak yang terlantar di pelihara oleh negara”

3. Transformasi Sumber daya Manusia artinya kehidupan manusia pada abad ke-21 mengalami perubahan-perubahan yang fundamental yang berbeda dengan tata kehidupan dalam abad sebelumnya. Seperti Pengetahuan, Teknologi, Ekonomi dsb. 4. Transformasi Sosial Ekonomi Masyarakat menjadikan mereka akan mempunyai sikap

kritis, yaitu sikap kritis untuk mengkritisi berbagai persoalan yang ada disekitarnya mulai dalam bidang pendidikan sampai politik. Selain itu juga berani mengungkapkan pendapat apabila sesuatu persoalan tidak sepaham dengan pendapat yang dimilikinya Serta mengikuti perkembangan Ekonomi dengan kemajuan Teknologi.

(20)

yang modern pendidikan merupakan pilar utama untuk mengimbangi laju berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi.

B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah tersebut dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di pertanggung jawabkan.

DAFTAR PUSTAKA

Fadlullah, Pujiastuti, H., Darman, D. R., Zidny, R. 2016. Profesi Tenaga Pendidik dan Kependidikan. Jakarta : Hartomo Media Pustaka.

Arif Arifudin. 2008. Pengantar Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Kultura GP Press Group

Usman & Ida Inayawati. 2011. Ayo Mengkaji Akidah Akhlak Untuk Madrasah Aliyah Kelas XI. Jakarta : Erlangga.

Asih Eka Putri. 2014. Paham Transformasi Jaminan Sosial Indonesia. Jakarta : CV. Komunitas Pejaten Mediatama.

Tambunan, Tulus T.H. 2001. Perekonomian Indonesia. Teori Dan Temuan Empiris. Jakarta : Indonesia.

Azra, Azyumardi. 2016. Pendidikan Islam, Tradisi, dan Modernisasi Menuju Milenium Baru. Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu.

Etistika Yuni Wijaya., Dwi Agus Sudjimat., Amat Nyoto. 2016. TRANSFORMASI PENDIDIKAN ABAD 21 SEBAGAI TUNTUTAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI ERA GLOBAL. Jurnal UNM. Vol. 1. No. 1. hlm. 264-265.

(21)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini ditujukan untuk melihat tingkat keterkaitan sektor kehutanan dengan sektor-sektor ekonomi lainnya dan peranan sektor kehutanan dalam penciptaan output,

Dalam displin ilmu sosial seperti anntropologi dan etnologi tipe ini memiliki spsifikasi tersendiri, disebut antropologi visual dan film etnografi, yang dibuat

Kadar air cangkang sawit sebesar 1,51% memberikan penyalaan flare lebih cepat dibandingkan kadar air tinggi, flare mulai menyala pada menit ke-2 dengan warna

Turnamen Free Fire Indonesia Masters 2020 Spring, bersama dengan para tim yang sudah berprestasi di dunia esports Free Fire seperti EVOS Esports yang menjadi juara dunia

19680 25 1992031006 Demikian laporan ini kami sampaikan untuk dijadikan data seperlunya , dan atas perhatiannya kami ucapkan terimakasih. Sersama ini kami sampaikan dengan

Beberapa alternatif pilihan yang dapat dilakukan dalam menindaklanjuti hasil pemantauan kesejahteraan janin adalah melakukan penanganan yang memadai ditempat kerja,

Kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam penyusunan skripsi ini baik secara langsung maupun tidak langsung yang tidak dapat kami sebutkan satu-persatu.. Kami selaku

Penulis selaku peneliti memilih tokoh kedua tersebut adalah tokoh utama dalam film merupakan cerminan guru yang pastinya ada dalam kehidupan nyata tetapi diceritakan secara lucu