• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODA PELAKSANAAN GEDUNG II DOC

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "METODA PELAKSANAAN GEDUNG II DOC"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PEKERJAAN : PEKERJAAN PERENCANAAN DED PEMBANGUNAN GEDUNG TEKNIS BERSAMA PEMKOT BEKASI

TAHUN ANGGARAN 2017

A. PENDAHULUAN

Teknologi dalam industri konstruksi pada dasarnya berkaitan erat dengan terpadunya keterampilan manusia dan kapasitas peralatan serta permesinan. Perkembangan dari waktu ke waktu cenderung menunjukan perubahan mengikuti garis orientasi permesinan, seiring dengan inovasi dan penemuan baru di bidang itu. Keberhasilannya memang mengagumkan, akan tetapi sekaligus mengungkapkan fakta bahwa tradisi mengandalkan tenaga manusia secara total integration pada industri sepertinya semakin ditinggalkan. Kenyataan bahwa upah tenaga telah lari jauh meninggalkan produktifitas berdampak meningkatnya pembiayaan melampui ambang kemampuan konsumen (owner) untuk membayarnya.

Metode Pelaksanaan pada hakekatnya merupakan penjabaran tata cara dan teknik-teknik pelaksanaan pekerjaan, merupakan inti dari seluruh kegiatan dalam sistem manajemen konstruksi. Metode pelaksanaan merupakan kunci untuk mewujudkan seluruh perencanaan menjadi bentuk fisik. Pada dasarnya metode konstruksi merupakan penerapan konsep rekayasa dari hasil analisis dan analisa yang berpijak pada keterkaitan antara persyaratan dalam dokumen pelelangan, keadaan teknis ekonomis yang ada di lapangan dan seluruh sumber daya termasuk pengalaman kontraktor.

Kombinasi dan keterkaitan ketiga elemen secara interaktif membentuk kerangka gagasan dan konsep metode optimal yang diterapkan dalam pelaksanaan pekerjaan konstruksi fisik.

Latar Belakang

(2)

Untuk menunjang pelaksanaan pembangunan tersebut di atas, maka diperlukan Pengelolaan Pelaksanaan (Project Management), agar pekerjaan berjalan lancar dan menghasilkan hasil akhir pekerjaan yang baik. Yang perlu diingat banyaknya hal – hal yang harus dipertimbangkan serta dievaluasi kembali dalam pekerjaan ini, dikarenakan tingginya Kompleksitas pekerjaan yang ada disamping terbatasnya waktu pelaksanaan.

Oleh sebab itu perlu dilakukan seleksi yang ketat untuk mendapatkan Konsultan serta Kontraktor yang benar – benar mampu dan berpengalaman dalam menangani pekerjaan gedung bertingkat sehingga pelaksanaan pekerjaannya tidak menyebabkan banyak kesalahan yang mengganggu efektivitas dan efisiensi proyek serta aktivitas masyarakat setempat.

B. METODE KONSTRUKSI

Metode Konstruksi yang dimaksud disini adalah : metode-metode pelaksanaan per item pekerjaan dari barang yang diterima proyek hingga barang tersebut terpasang dengan baik mengacu kepada Spesifikasi Teknis dan Bahan tentunya dengan tidak mengganggu fungsi dan meminimalisir ketidaknyamanan yang ditimbulkan akibat adanya pekerjaan ini. Adapun fungsi dari metode ini adalah untuk meng-interpretasikan pemahaman Kontraktor terhadap pihak owner. Dengan demikian pihak owner/ pemilik pekerjaan dapat kejelasan akan rencana yang akan dikerjakan Kontraktor.

C. UMUM

Sebagai dasar untuk mendukung Project Management di atas, diperlukan suatu acuan sebagai berikut :

1. Persyaratan Umum Pemeriksaan Bahan bangunan di Indonesia (PUBI 1982) NI-3 2. Peraturan Portland Cement Indonesia 1972 ( NI - 8 )

3. Mutu dan Cara Uji Semen Portland ( SII 0013-81 ) 4. Mutu dan Cara Uji Agregat Beton ( SII 0052-80 ) 5. ASTM C-33 Standard Specification For Aggregats. 6. Baja Tulangan Beton ( SII 0136-84 )

7. Standar Nasional Indonesia tentang Bangunan Gedung. 8. Standar Industri Indonesia ( SII )

(3)

11. Peraturan Perburuhan di Indonesia dan Peraturan Umum tentang Tenaga Kerja yang dikeluarkan oleh Dinas Tenaga Kerja Republik Indonesia

12. Peraturan - Peraturan Daerah setempat yang berlaku.

Termasuk mengacu kepada :

- Gambar Rencana yang telah disyahkan oleh Pemberi Tugas - Rencana Kerja dan Syarat-syarat ( RKS )

- Berita Acara Penjelasan Pekerjaan ( Aanwijzing ) - Kontrak Kerja

- Gambar Kerja yang telah disyahkan/mendapat persetujuan ( Shop Drawing), kecuali bila dalam 2 x 24 jam setelah diterimanya permohonan persetujuan dari Team Pelaksana tidak di dapat, maka shop drawing yang diajukan dianggap disetujui, dan Team Pelaksana dapat melanjutkan pekerjaan yang dimaksud. - Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan yang telah mendapat persetujuan.

(4)

SERAH TERIMA

Setiap kegiatan harus memiliki Petunjuk Pelaksanaan/Instruksi Kerjanya (P). Setiap kegiatan harus memiliki kriteria penerimaannya (Q).

(5)

APRESIASI DAN INTERPRETASI

LINGKUP PEKERJAAN

Secara garis besar lingkup pekerjaan yang akan dilaksanakan meliputi :

1 PEKERJAAN PENDAHULUAN DAN PERSIAPAN

I. PEKERJAAN PENDAHULUAN DAN PERSIAPAN

2 PEKERJAAN STANDARD

I. PEKERJAAN STRUKTUR

II. PEKERJAAN ARSITEKTUR

III. PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PLAMBING

IV. PEKERJAAN INFRASTRUKTUR JALAN

3 PEKERJAAN NON STANDARD

I. PEKERJAAN STRUKTUR

2 PEKERJAAN FINISHING INTERIOR DAN EKTERIOR GEDUNG

3 PEKERJAAN MEKANIKAL ELEKTRIKAL DAN PLAMBING

4 PEKERJAAN SARANA DAN PRASARANA

1 PEKERJAAN SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN

5 PEKERJAAN BANGUNAN PENUNJANG

VI. PEKERJAAN BANGUNAN KANTIN

VI. PEKERJAAN BANGUNAN UTILITAS

VII. PEKERJAAN BANGUNAN POS JAGA

PEKERJAAN SAMBUNGAN DAYA PLN KE GEDUNG

TATALAKSANA PROYEK

Setelah rekanan tersebut ditunjuk selaku pelaksana proyek (Pemenang Lelang), perlu disusun tatalaksana proyek .

Pada hakekatnya pelaksanaan proyek suatu perusahaan, hanyalah merupakan satuan tugas yang khusus menangani proyek bersangkutan, sebagai sub ordinasi dari tugas pokok dan fungsi perusahaan yang telah mengadakan kontrak kerja dengan pihak/instansi lain sebagai pemilik proyek yang dimaksud.

1. Pengelolaan Pelaksanaan Proyek (Manajement Proyek)

(6)

Untuk itu perlu disusun bagan Organisasi Lapangan dan hubungan – hubungannya agar tidak terjadi kesimpang siuran pekerjaan

Tujuan dari Organisasi Lapangan tesebut diatas, yakni agar Direktur Utama dan Direktur selalu mengetahui segala keadaan dari proyek tersebut, Komunikasi yang cepat dan langsung diperlukan untuk tujuan tersebut diatas.

Keuangan dan administrasi dan bagiannya bertugas untuk melakukan pembukuan keuangan proyek,

melakukan pembayaran, dan segala administrasi keuangan termasuk melakukan penagihan kepada pihak pemilik proyek.

Dan Seorang keuangan, sekali-kali dapat melakukan peninjauan kelapangan, untuk dapat mengenal personil lapangan, cara-cara pelaksanaan, sehingga diharapkan akan lebih menyadari akan tugas pekerjaannya.

Tenaga Ahli K3 pada Organisasi tersebut peranannya cukup penting, bertugas dan bertanggung jawab untuk

merencanakan detail kemungkinan resiko dan pengendalian K3 dalam pelaksanaan, Pengawasan, dan Pengendalian Proyek .

Bagian Survey / juru ukur bertugas dan bertanggung jawab atas pelaksanaan pengukuran volume kemajuan

pekerjaan yang dilaporkan kepada Bagian Perencanaan sebagai bahan untuk mengevaluasi dan merencakan bila terjadi perubahan ukuran, atau perubahan Volume, dan dapat dimungkinkan untuk direncakan jika ada pekerjaan baru yang belum terdapat dalam kontrak.

Site Manager bertugas dan bertanggung jawab untuk menjalankan program pelaksaan proyek sesuai dengan

hasil perencanaan, mengatur tenaga kerja secara optimal sehingga waktu yang direncakan dapat dicapai secara tepat.

Disamping itu seorang Site Manager bertugas untuk melakukan Koordinasi dengan para Sub Kontraktor, para Suplier, dan para pelaksana agar program yang direncanakan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.

Pelaksana lapangan Bertugas untuk melaksanakan program yang telah diatur dan dijadwalkan oleh site

manager secara optimal dan berkordinasi dengan site manager mengenai setia[p detail pekerjaan yang akan di kerjakan, dan bekerja sama dengan mandor mandor sesuai dangan tugas dan wewenangnya.

Logistik bertugas menyediakan, memelihara semua peralatan dan perlengkapan yang dipergunakan di lokasi

(7)

akan di kerjakan, mencatat keluar masuk barang dan matrial yang dipakai, selalu berkordinasi dengan pelaksana dan site manager.

2. Pendayagunaan Sumberdaya

a. Sumberdaya Manusia

Pemanfaatan sumberdaya manusia yang setidak-tidaknya memenuhi persyaratan berikut :  Berkompeten pada bidang pekerjaannya

 Memiliki inisiatif dan kreatif

 Bersikap tegas dan berani mengambil keputusan  Mau bekerja keras dan pantang menyerah

Posisi dalam pelaksanaan proyek meliputi bidang tugas :  Manajerial

 Teknik  Administrasi  Keuangan

 Pelaksanaan lapangan

b. Sumberdaya Bahan

Pemanfaatan sumberdaya bahan sesuai dengan spesifikasi yang dipersyaratkan untuk setiap item pekerjaan meliputi :

 Material lokal  Material fabrikan  Material terangkai

Hal pokok yang perlu diperhatikan dalam pengadaan bahan adalah :

 Tersedia beberapa alternatif sumber material (pemasok, toko, pabrik, workshop),  Tersedia seperangkat daftar harga material dari beberapa sumber

 Kuantitas material di pasaran tersedia untuk memenuhi kebutuhan proyek  Kualitas material yang dibutuhkan memenuhi Spesifikasi

(8)

c. Sumberdaya Peralatan

Penggunaan peralatan dimaksudkan untuk mempercepat penyelesaian pekerjaan, dengan lebih mempertimbangkan optimalisasi terhadap waktu, biaya dan mutu.

Dengan demikian peralatan disiapkan secara selektif menurut pertimbangan  Kegunaan pemakaian alat

 Jenis alat sesuai dengan volume pekerjaan

 Operator/petugas yang mampu mengoperasikan alat bersangkutan  Keandaian dan produktivitas alat

 Biaya operasional penggunaan alat dibandingkan produktivitasnya Tipologi peralatan yang dibutuhkan dalam pelaksanaan proyek, meliputi :  Angkutan untuk mobilisasi / demobilisasi bahan / material

 Peralatan standar untuk pelaksanaan konstruksi bangunan  Peralatan baku masing - masing Tukang

 Peralatan komunikasi

 Peralatan pendukung kegiatan administrasi pelaporan

d. Sumberdaya Finansial

Pekerjaan pelaksanaan konstruksi adalah pekerjaan yang menuntut kemampuan profesional. Proyek pelaksanaan konstruksi bukanlah komoditas dagangan yang siap diperjual belikan dimana saja, kapan saja, kepada siapa saja. Oleh karena itu dalam pelaksanaannya diperlukan sumberdaya finansial, sekalipun hanya berupa modal awal bekerja.

Modal awal sejumlah hingga 20 % dari nilai proyek dialokasikan untuk menutupi biaya pekerjaan persiapan, uang muka pemesanan bahan serta pembelian atau peminjaman peralatan, hingga diperoleh angsuran pembayaran dari proyek. Selanjutnya prestasi pekerjaan fisik lapangan terus dipacu agar dapat segera ditagihkan pengangsurannya, sehingga cash flow proyek benar-benar dapat dijalankan.

(9)

 Pembiayaan Manajemen Rutin kantor Perusahaan, merupakan bentuk kontribusi biaya setiap proyek bagi kebutuhan rutin perusahaan

 Pembiayaan Manajemen proyek, merupakan bentuk biaya tak langsung terhadap pelaksanaan proyek.  Pembiayaan Konstruksi Proyek, merupakan bentuk biaya langsung terhadap pelaksanaan proyek

 Pembiayaan Overhead dan Taktis Proyek, merupakan bentuk biaya sampingan dan tak terduga sehubungan pelaksanaan proyek

 Sisa Hasil Usaha , merupakan keuntungan yang diperoleh atas pengelolaan pelaksanaan konstruksi proyek, dengan perhitungan adalah nilai netto proyek dikurang dengan jumlah seluruh pembiayaan tersebut

e. Rencana Kerja

Rencana kerja dipersiapkan dan disusun sebagai panduan bagi seluruh kinerja Tim Pelaksana Proyek, agar pelaksanaan kegiatan bisa tepat guna dan berhasil guna.

Rencana kerja memuat substansi sebagai berikut :  Jadwal Pelaksanaan Kegiatan

 Strategi dan Taktik Penanganan berbagai persoalan dalam pelaksanaan kegiatan lapangan

 Susunan Tim Pelaksana, Struktur Organisasi Kerja dan Pemberian Tugas Masing-masing, berikut rencana kebutuhan tenaga kerja lapangan (mandor, tukang, kepala tukang, laden)

 Rencana kebutuhan Bahan, Peralatan, dan Finansial

 Sistem dan Mekanisme Koordinasi Kerja secara internal dan eksternal

 Strategi dan Taktik Penanganan berbagai persoalan dalam pelaksanaan kegiatan lapangan

 Susunan Tim Pelaksana, Struktur Organisasi Kerja dan Pemberian Tugas Masing-masing, berikut rencana kebutuhan tenaga kerja lapangan (mandor, tukang, kepala tukang, laden)

 Rencana kebutuhan Bahan, Peralatan, dan Finansial

 Sistem dan Mekanisme Koordinasi Kerja secara internal dan eksternal

Bobot MINGGU KE MINGGU KE MINGGU KE MINGGU KE MINGGU KE MINGGU KE MINGGU KE MINGGU KE

6 7 8

KOMULATIF

MINGGU KE MINGGU KE MINGGU KE

(10)

3. Seleksi Material dan Peralatan

Seleksi material / kesesuaian spesifikasi material dan Peralatan merupakan faktor penunjang kesuksesan dalam suatu tatanan pekerjaan pelaksanaan konstruksi. Hal ini dimaksudkan sebagai upaya untuk memperoleh hasil tepat guna, dan hasil guna terhadap pelaksanaan pekerjaan dimaksud. Dengan demikian hendaknya persoalan yang terkait dengan penggunaan material dan peralatan sudah dapat diantisipasi dan ditentukan sebelum kegiatan dilakukan. Sehingga biaya-biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan material dan peralatan dalam proyek dapat ditekan.

Untuk itu dalam menentukan jenis material dan peralatan ini hendaknya berpedoman kepada :

a. Klarifikasi seluruh jenis pekerjaan proyek yang akan dilaksanakan, untuk menentukan jenis material dan peralatan yang sesuai secara teknis dan biaya. Di Tingkat lapangan, material dan peralatan tersebut diseleksi lagi kualitas dan kelayakannya oleh Project Engineer melalui bagian Quality Control.

b. Material yang akan digunakan sebaiknya diajukan contoh terlebih dahulu dan dimintakan secara tertulis persetujuan dari Konsultan Pengawas (Supervisi) Konsultan perencana serta Pemberi Tugas. Waktu pengajuan harus cukup tersedia, untuk antisipasi apabila terjadi perubahan jenis material.

c. Dilakukan Pemesanan (Delivery Order) kebutuhan material dan peralatan ke lokasi, yang disesuaikan dengan jadwal pekerjaan. Jumlah material tidak boleh kurang dari volume yang sudah dihitung, bahkan untuk mengantisipasi kerusakan dan kekurangan material di lapangan sebaiknya dilakukan tambahan pesanan kebutuhan.

d. Tes Laboratorium harus dilakukan terhadap bahan yang dibuat seperti Cor Beton dengan mutu tertentu untuk mengantisipasi secara dini mutu/kwalitas bahan.

e. Mobilisasi Alat Penunjang dan Peralatan lainnya yang diperlukan ke lokasi sesuai dengan kebutuhan, begitu pula dengan mobilisasi tenaga kerja (setempat) maupun tenaga kerja inti.

PERENCANAAN LAPANGAN ( SITE PLANNING )

Proyek ini merupakan proyek PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG TEKNIS BERSAMA PEMKOT BEKASI Dengan tingkat kompleksitas yang tinggi pekerjaan ini dilaksanakan, dengan waktu kerja yang cukup

(11)

Didalam rencana pembangunan sebuah gedung ada beberapa hal yang perlu dipertimbangkan serta dievaluasi sedini mungkin untuk mendapatkan suatu rencana yang matang dalam pekerjaan gedung sehingga akan mendapatkan hasil yang optimal, antara lain :

Pemahaman kondisi lapangan sangat berguna untuk merencanakan lapangan kerja (Site Planning) untuk mengatur penempatan peralatan dan sarana penunjang lainnya yang akan digunakan dalam pelaksanaan pembangunan proyek, misal : Direksi keet, gudang, los kerja, pagar pengaman proyek, alat keamanan kerja dan lain-lain. Dalam menempatkan barang dan material kebutuhan pelaksanaan, baik di gudang maupun di halaman terbuka akan diatur sedemikian rupa sehingga :

 Tidak mengganggu Ketertiban umum.

 Memudahkan pemeriksaaan dan penelitian bahan-bahan oleh Pengawas,

 Tidak menimbulkan polusi suara dan polusi udara yang menggangu kenyamanan masyarakat sekitar.  Keamanan terjamin

 Memudahkan pelaksanaan pada setiap tahapan pekerjaan,  Tidak menimbulkan masalah kesehatan dan keselamatan kerja.

PEMAHAMAN DAN ORIENTASI LOKASI PROYEK

Sebagai dasar evaluasi dalam penyajian penawaran harga, maka PT. MAM ENERGINDO, dalam hal ini diwakili oleh team teknik, dipandang perlu untuk memahami situasi dan kondisi :

1. Akses menuju lokasi proyek.

2. Radius Lokasi proyek terhadap Sumber Material (Material alam atau Material fabrikan/jadi)

3. Lokasi Proyek yang akan dibangun dan lingkungan sekitar proyek. kultur masyarakat disekitar lokasi pekerjaan dan hal-hal yang dipandang perlu dan akan menimbulkan dampak terhadap pelaksanaan proyek.

MANAJEMEN MUTU

UMUM

Proyek dapat didefinisikan sebagai suatu rangkaian aktifitas yang bersifat khusus untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang dibatasi oleh waktu dan sumber daya. Rangkaian aktivitas ini dibatasi oleh tiga variabel proyek, yaitu waktu (Time), mutu (Quality) dan harga (Cost). Kegiatan-kegiatan ini menghasilkan suatu output, baik software (design), maupun hardware (pelaksanaan fisik).

Unsur-unsur yang dikelola dalam sebuah proyek, yaitu :

- money (uang dan material)

(12)

- machine (alat-alat untuk mempermudah pelaksanaan proyek)

- methode (mekanisme dan prinsip kerja yang diterapkan dalam menjalankan suatu proyek)

- marketing (pemasaran proyek setelah proyek jadi atau dalam proses pengerjaan)

Sebuah proyek diawali oleh adanya prakarsa atau gagasan atau ide dari pihak pengguna jasa (owner/employer) yang kemudian dituangkan ke dalam pekerjaan perencanaan dan direalisasikan menjadi suatu wujud fisik tiga dimensional. Dalam hal ini yang akan dibahas secara mendalam adalah proyek dalam kelompok industri konstruksi.

Dalam proyek seperti ini, dimana kegiatan – kegiatan yang dihadapi sudah sangat kompleks dengan berbagai macam permasalahan dan resiko yang sangat besar. Maka tata pelaksanaan pembangunan harus dilakukan secara menyeluruh mulai dari perancangan, perencanaan dan pembangunan fisik. Agar efisiensi dan efektivitas kerja terpenuhi dengan baik, maka di dalam pelaksanaan proyek diperlukan manajemen proyek yang baik, sehingga kita dapat merencanakan dan mengendalikan waktu perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan sebagainya sesuai dengan perjanjian tertulis di dalam dokumen kontrak dengan biaya murah dan mutu yang baik.

Dengan demikian manajemen proyek memegang peranan penting untuk mencapai tujuan pembangunan secara optimal. Dalam perkembangannya, penerapan manajemen proyek akan semakin rumit dan kompleks dengan adanya sumber daya yang berlainan dan bervariasi di setiap tahapan pembangunan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pun beraneka ragam sehingga melibatkan banyak pihak terkait, yang merupakan satu tim yang saling berkaitan dan berhubungan.

Tujuan utama dari manajemen adalah mengelola fungsi- fungsi manajemen sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil optimum sesuai dengan persyaratan yang telah ditetapkan, penggunaan sumber daya yang seefisien dan seefektif mungkin.

Manajemen proyek adalah tata cara atau sistem kerja dari pekerjaan konstruksi dalam mengelola sumber daya dan dana suatu proyek untuk mencapai tujuan dengan menggunakan metode-metode dan sistematika tertentu agar tercapai daya guna dan hasil yang seoptimal mungkin. Tata cara tersebut memadukan tahapan – tahapan proyek, antara lain :

 Tepat waktu.

 Tepat quantity atau bentuk proyek.

(13)

A. PENGENDALIAN MUTU (QUALITY CONTROL)

Pengendalian Mutu ditujukan untuk setiap jenis kegiatan yang mendukung pekerjaan ini. Upaya ini dilakukan untuk mendapatkan hasil maksimal sesuai dengan RKS, sehingga diharapkan mendapatkan hasil maksimal pekerjaan secara keseluruhan.

Pelaksanaan Pengendalian Mutu di lakukan pada tahap/prosedur pelaksanaan tiap kegiatan, Langkah tersebut dapat disederhanakan sebagai berikut ;

a. Pembuatan contoh Material yang sudah jadi sesuai dengan proposal teknis.

b. Pembuatan instruksi/manual pelaksanaan tiap item pekerjaan sebelum pelaksanaan kerja kepada semua kelompok kerja dan garis perintah (disesuaikan dengan spesifikasi dalam RKS).

c. Memberikan contoh, volume dan mutu bahan untuk disepakati oleh pengguna jasa sebelum dan selama pelaksanaan pekerjaan.

d. Melakukan monitoring selama pelaksanaan pekerjaan serta evaluasi setelah pelaksana-an pekerjaan secara berkesinambungan bersama penggunan jasa dan pengawas/ supervisor.

B. JAMINAN MUTU (QUALITY ASSURANCE)

Jaminan mutu dilakukan selama dan sesudah pelaksanaan pekerjaan dilakukan, antara lain;

a. Pemeriksaan mutu seperti : Beton, Besi Beton, Agregat lainnya dan kalau diminta oleh pengguna jasa dapat dilakukan di Laboratorium demikian pula dengan kegiatan lainnya.

b. Pemeriksaan semua item kegiatan yang berkenaan dengan contoh, volume, mutu bahan dan mutu produk sesuai dengan RKS dan telah disepakati bersama pengguna jasa.

Komitmen Manajemen Mutu secara sederhana dapat digambarkan sebagai berikut;

a. Penyedia jasa bertanggung jawab dalam proses pengendalian mutu produk pekerjaan sejak awal dan untuk seluruh item pekerjaan yang telah disepakati dalam kontrak kerja.

b. Penyedia jasa bekerja sama dengan tim supervisi (dari pihak pengguna jasa kalau ada) memberikan laporan kemajuan kerja kepada pengguna jasa yang meliputi seluruh kegiatan pengendalian mutu, seperti; rencana dan urutan tiap jenis kegiatan (termasuk shop drawing apabila diperlukan), pemilihan dan pemakaian bahan yang akan digunakan, kontrol proses kerja dan evaluasi hasil/produk kerja. c. Tim Supervisi: bertanggung jawab mewakili pengguna jasa di lapangan, antara lain bertugas untuk

(14)

bahan, interpretasi gambar yang kurang jelas, memeriksa dan mengkoreksi shop drawing yang dibuat penyedia jasa dan membuat as built drawing dll.).

d. Penyedia jasa bekerja sama dengan konsultan supervisi memberikan laporan kemajuan kerja kepada pengguna jasa yang meliputi seluruh kegiatan pengendalian mutu, seperti; rencana dan urutan tiap jenis kegiatan, pemilihan dan pemakaian bahan yang akan digunakan, kontrol proses kerja dan evaluasi hasil/produk kerja. Seluruh pekerjaan maupun sub pekerjaan dicatat/record dan didokumentasikan sebagai laporan akhir yang akan digunakan oleh semua pihak yang terkait.

DIAGRAM MANAJEMEN MUTU TIAP PEKERJAAN/ ITEM PEKERJAAN

PENGAWASAN MUTU PERSIAPAN TENAGA, ALAT & BAHAN TIAP

ITEM PEKERJAAN OLEH PROYEK MANAGER PEDOMAN/PROSEDUR

PEMERIKSAAN TENAGA, ALAT DAN BAHAN

(KUALITAS & KUANTITAS ) DAN PEMBUATAN

SHOP DRAWING DIKOORDINASI OLEH SITE

MANAGER

PELAKSANAAN KONSTRUKSI TIAP PEKERJAAN OLEH PELAKSANA

DIKOORDINASI OLEH SITE MANAGER

RECORD & DOCUMANTATION (INCL. AS BUILT DRAWING & FINAL REPORT)

(15)

DIAGRAM MANAJEMEN MUTU PROYEK

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN

Pekerjaan Persiapan

Pekerjaan Persiapan adalah saat pelaksanaan pekerjaan akan dimulai, dimana harus dilakukan beberapa tahapan pelaksanaan pekerjaan persiapan yang meliputi :

 Penandatangan Naskah Dokumen Kontrak , SPMK, dan SPL oleh kedua belah pihak.

 Pembuatan Papan Nama Proyek

 Pembuatan Direksi Keet

 Pembuatan Los Kerja dan Gudang Bahan

 Uitzet / Pengukuran

 Pemasangan Bouwplank

 Penyediaan Air Kerja

 Penyediaan Listrik Kerja

(16)

 Dokumentasi / Pelaporan/as built drawing

 Asuransi CAR ( Contruction All Risk )

 Biaya Kuli Turun Matrial

1.1. Dokumen Kontrak

ISI :

Surat Perjanjian Pelaksanaan Pemborongan

 SPMK

 SPL

 Berita Acara

 Syarat-syarat Administrasi Pelaksanaan

 ………..

 ………...

 ………..

 ………...

1.2. Papan Nama Proyek

Kontraktor wajib membuat dan memasang papan nama proyek di bagian depan halaman proyek sehingga mudah dilihat umum. Ukuran dan redaksi papan nama tersebut sesuai dengan petunjuk Pemerintah Daerah setempat. Kontraktor tidak diijinkan menempatkan atau memasang reklame dalam bentuk apapun di halaman dan di sekitar proyek tanpa ijin dari Pemberi Tugas

(17)

Sebelum melangkah kepada pekerjaan Fisik Bangunan dibuat Direksi Keet , yang dilengkapi dengan Furniture Sederhana, Papan Tulis, Rak Buku, serta WC (Water Closset). Untuk Penempatan Direksi Keet ditempatkan pada areal yang strategis terhadap pekerjaan dan tidak mengganggu kelancaran kendaraan logistik ke dan dari Lokasi Pekerjaan.

Direksi Keet yang dibuat harus sesuai dengan persyaratan yang telah ditentukan dalam Syarat-Sayrat Rencana

Kerja (RKS), baik tempatnya maupun luasan, serta bahan-bahan yang digunakan.

Direksi Keet tersebut juga diperlukan dalam rangka melaksanakan Contruction Meeting Berkala, baik Mingguan, maupun Bulanan, untuk itu maka haruslah dilengkapi dengan fasilitas lainnya seperti, Meubelair, Meja Rapat, Papan Tulis dan jika dibutuhkan dapat dilengkapi dengan Telepon dll.

1.4. Pembuangan / Pembersihan Site

Pembuangan / Pembersihan dari bekas bongkaran dilaksanakan berangsur-angsur agar tidak terjadi penumpukan puing bongkaran dilokasi pekerjaan, yang mana akan mengganggu terhadap tahapan pelaksanaan berikutnya .

1.5. Uitzet / Pengukuran

Pengukuran ulang perlu dilaksanakan untuk ceking kembali antara ukuran yang ada pada gambar rencana terhadap keadaan lahan yang akan di bangun.

Untuk memulai pelaksanaan pekerjaan Pembangunan, yang pertama kali harus dilakukan ialah pekerjaan

pengukuran dengan cara membuat suatu titik tolak / titik duga yang disebut BM (Bench Mark) berupa patok

(18)

dapat dilakukan pengukuran dengan menggunakan benang-benang, unting-unting, penyipat datar serta meteran ukur biasa.Bench Mark tersebut harus dijaga dan dipelihara mulai dari saat pelaksanaan hingga berakhirnya pekerjaan. Untuk mencapai keakuratan pengukuran untuk posisi horizontal digunakan alat ukur Theodolite T. 2 , sedangkan untuk posisi vertikal digunakan dengan alat ukur Waterpass.

Hal ini sangat penting dilakukan untuk menghasilkan akurasi pasangan dinding, lantai dan plafond serta kemiringan saluran drainase yang merupakan masalah rumit bagi sebuah bangunan.

1.6. Penyediaan Air Kerja

Penyediaan Air Kerja untuk pelaksanaan proyek ini dengan membuat sumur pantek, sumur gali,

mendatangkan dari luar, atau penyambungan dari PDAM, sehingga dapat digunakan sebagai air minum,

mandi, dan cuci. Air kerja tersebut harus benar-benar bersih terbebas dari zat-zat kimiawi, serta zat-zat organik lainnya yang dapat mebahayakan bagi manusia serta bangunan. Untuk menjamin kebersihan air tersebut terlebih dahulu agar dilakukan Tes Laboratorium.

1.7. Penyediaan Listrik Kerja

Penyediaan Listrik Kerja yang merupakan kebutuhan dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan terutama untuk

mesin-mesin, serta untuk penerangan di malam hari bila kerja lembur juga untuk kebutuhan lain seperti pemakaian komputer dan lain-lain. Listrik kerja tersebut dengan menggunakan Genset atau dapat juga dengan melakukan penyambungan sementara dari PLN.

1.8. Mobilisasi Alat dan Perlengkapan

(19)

1.9. Dokumentasi dan Pelaporan

Kontraktor dalam melaksanakan Pekerjaan : PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG TEKNIS BERSAMA

PEMKOT BEKASI, diawasi oleh Konsultan Pengawas yang bertugas melakukan pengawasan pekerjaan

kontraktor, dan diwajibkan untuk melaksanakan Rapat Berkala yang diadakan oleh Konsultan Pengawas yang dihadiri oleh pihak Pengelola Proyek.

Dalam hal ini Kontraktor diwajibkan untuk :

1. Membuat Laporan Harian yang

berisi :

 jenis kegiatan yang dikerjakan

 Bahan – bahan yang digunakan

 Alat – alat yang didatangkan

 Jumlah tukang / tenaga kerja

 Keadaan cuaca

 Besarnya prestasi pekerjaan

(20)

2. Membuat pemotretan :

TAHAPAN PELAKSANAAN

Tahapan Teknis Pelaksanaan Pekerjaan : PEKERJAAN PEMBANGUNAN GEDUNG TEKNIS BERSAMA

PEMKOT BEKASI adalah sebagai berikut :

Setelah SPK di tandatangani oleh Kedua Belah Pihak, Maka Pelaksanaan Pekerjaan tersebut di atas harus segera di laksanakan dan paling lambat 1 (satu) inggu terhitung mulai tanggal SPK di tandatangani.

Hal khusus yang perlu di perhatikan dalam pelaksanaan pekerjaan proyek tersebut di atas, adalah Waktu

Pelaksanaan, mengingat mayoritas presentase adalah Pekerjaan Struktur Beton, dimana Pekerjaan ini di batasi

dengan Umur Teknis Beton terutama pada Pembukaan Bekisting, Untuk Itu kami selaku Pelaksana mengusulkan untuk Pembuakaan Bekisting Kolom Paling Cepat 1 (satu) hari, Balok dan Plat Lantai Paling Cepat 7 (tujuh) hari.

Secara prinsip pelaksanaan pekerjaan dengan batasan waktu pelaksanaan yang di batasi maka pelaksanaannya harus dilakukan secara SIMULTAN. Dengan tidak melanggar kaidah/norma – norma teknis yang di ijinkan atau menurut Perhitungan empiris yang dibuktikan dengan Dasar Perhitungan.

Berkaitan dengan Waktu pelaksanaan yang cukup singkat maka Untuk Metode Pelaksanaan PEKERJAAN

PEMBANGUNAN GEDUNG TEKNIS BERSAMA PEMKOT BEKASI ini perlu di rencanakan secermat mungkin

sebagai berikut :

1. Dibuat Schedul Kedatangan Bahan/Material Lokal (Pasir, Koral, Batu, Bata, Kayu dll)

2. Dibuat Schedul Kedatangan Bahan/Material Fabrikan (Tiang Pancang, Besi, Ready Mixed, Semen, Bahan Bekisting dll)

3. Dibuat Schedul Tenaga Kerja / Man Power (Sesuai dengan Keahliannya serta Kebutuhannya) 4. Dibuat Schedul Kedatangan Alat (Sesuai dengan kebutuhannya)

5. Rekruitment Tenaga Kerja secara Selektif

6. Rekruitment Tenaga Ahli/Pelaksana yang Handal, Cakap, Mempunyai Dedikasi yang tinggi

Pemotretan yang menggambarkan

kemajuan pekerjaan minimum 5 kali,

yakni ketika pekerjaan mencapai prestasi

(21)

7. Menambah Jam Kerja (Over Time) atau Dengan System Ship. 8. Penyediaan Lampu Penerangan yang cukup

9. Menyiapkan Cadangan-cadangan Baik Bahan, Tenaga kerja, Peralatan, Sub Kontraktor dll. 10. Mengajukan Ijin Pelaksanaan dan Aproval Shop Drawing serta Aproval Material Secepat Mungkin 11. Hindari Kesalahan Pelaksanaan (Jangan sampai bongkar Pasang)

12. Jika dalam 1 x 24 Jam Belum ada keputusan baik itu Ijin Pelaksanaan, Aproval Material dll, maka harus di anggap bahwa hal tersebut disetujui.

METODE PELAKSANAAN

PEKERJAAN TANAH

Pekerjaan Tanah meliputi :

a.Galian tanah untuk pondasi disesuaikan menurut petunjuk gambar, dan tanah bekas galian diatur untuk memudahkan pengangkutan bahan yang akan dipasang.Pekerjaan ini dikerjakan setelah pemasangan profil sebagai dasar ukuran dan dimensi agar pekerjaan galian tersebut sesuai dengan ukuran yang telah ditentukan dalam gambar pelaksanaan.

Lebar galian tanah untuk pondasi harus lebih lebar kurang lebih 20 cm dari lebar dari gambar rencana, hal ini dimaksudkan agar tukang dapat leluasa dalam bekerja.

Tanah bekas galian ditempatkan pada lokasi yang aman sehingga tidak mengganggu aktifitas disekitarnya.

Pekerjaan ini dinyatakan selesai setelah dilakukan pengecekan dan disetujui oleh pengawas pekerjaan. Tahapan pelaksanaan pekerjaan ini adalah :

- Pembersihan lokasi - Penggalian

- Pengecekan kedalaman galian

Peralatan yang digunakan berupa alat gali (Cangkul, linggis, sekop) serta Alat pendukung lainnya (pengki, gotrok).

- Sebelum melaksanakan penggalian, posisi galian dan ukuran seperti tertera dalam gambar sudah dipastikan benar dan harus mendapat persetujuan Direksi / Pengawas lapangan.

- Penggalian tanah pondasi dapat dimulai setelah pemasangan bouwplank dan patok-patok disetujui Direksi / Pengawas lapangan.

- Dasar galian harus mencapai tanah keras, dan jika pada galian terdapat akar-akar kayu, kotoran-kotoran dan bagian-bagian tanah yang longgar (tidak padat), maka bagian ini harus dikeluarkan seluruhnya kemudian lubang yang terjadi diisi dengan pasir urug.

(22)

b. Urugan tanah kembali bekas galian harus dipadatkan agar tidak ada penurunan lantai dikemudian hari c. Urugan pasir dilakukan pada dasar permukaan galian tanah sebelum pemasangan pondasi batukali. d.

PEKERJAAN PONDASI

a. Pondasi batu kali

Pondasi yang digunakan adalah pondasi batu belah dengan batu yang cukup keras/kuat (batu keropos jangan dipaksakan dipasang)agar dapat memikul beban dengan baik sehingga tidak ada penurunan atau retakan dinding dan spasi bahan 1:6 pada adukan dilakukan dengan takaran yang benar dan tetap.

Pekerjaan ini dilaksanakan setelah pekerjaan galian tanah untuk pondasi kedalamannya telah mencapai ukuran sesperti dalam gambar dan mendapatkan persetujuan dari Direksi, pekerjaan galian tanah telah mencapai panjang 20% dari total volume galian maka pekerjaan pasang batu sudah bisa dimulai. Tahapan pelaksanaan pekerjaan ini adalah sebagai berikut :

 Persiapan pengadaan material seperti batu belah, pasir, semen (PC) dan air.

Batu belah

harus kekar, padat berwarna ke abu-abuan, Tidak berongga, tidak pecah dan jika dipukul berbunyi nyaring, ukuran batu minimal 20 cm dengan ketebalan 15 cm.

Pasir pasang

Harus berbutir keras dengan gradasi baik bervariasi, bersih dari kotoran, lempung dan bahan lainnya.

Semen (PC)

Semen yang dipakai harus memenuhi standar SNI dan disyaratkan dapat untuk pekerjaan konstruksi pengairan serta dalam keadaan layak pakai, tidak mengeras.

Air

Air yang disyaratkan adalah air yang bersih, tidak berwarna, tidak bau, tidak mengandung garam, asam dan senyawa kimia lainnya yang dapat mengurangi kekuatan mortar (adukan).

Persiapan pengadaan peralatan

(23)

Pemasangan

Sebelum batu dipasang terlebih dahulu batu dibersihkan dengan sikat kawat agar kotoran yang menempel hilang, kemudian batu disiram air, maksudnya agar permukaan batu dengan adukan terjadi ikatan yang homogen.Pada dasar pondasi yang berhubungan dengan tanah perlu diberi lantai kerja setebal 5 cm, setelah itu baru batu dipasang diatasnya, antara batu dengan batu yang lainnya tidak boleh bersinggungan, jarak batu dengan batu kurang lebih 1,5 cm dan dibalut dengan adukan.Berikut adalah tahapan pekerjaan pasangan batu.

Flowchart pekerjaan pasangan batu

PEKERJAAN STUKTUR

Penjelasan Umum Pekerjaan Beton

Meliputi pekerjaan beton yang bertulang dan tidak bertulang dan pelaksanaan yang benar untuk

menghasilkan beton yang bermutu baik. Maka perlu penyedian tenaga kerja yang terampil, alat bantu yang memadai sesuai dengan fungsinya dan material/bahan berdasarkan standart peraturan beton bertulang PB1 1971 dan SK.SKNI.T-15.1991-03

Ketentuan-ketentuan dalam melaksanakan pekerjaan seperti yang dijelaskan sebagai berikut :  Bahan

 Portland camen

PAHAMI GAMBAR RENCANA DAN

RAB

BUAT GAMBAR KERJA UNTUK PEKERJAAN PONDASI

PERIKSA KEDALAMAN TANAH RENCANA PONDASI

PELAJARI KONDISI

PENGUKURAN/PERSIAPAN

(24)

Portland cament yang digunakan adalah jenis-jenis yang memenuhi ketentuan-ketentuan dalam N1-1 atau menurut standart Portland cemen yang digariskan oleh Asosiasi Semen Indonesia.

Semen yang digunakan harus berkualitas baik dan pada saat digunakan harus dalam keadaan fresh (belum mulai mengeras)

Untuk menjaga mutu semen,cara penyimpanan harus mengikuti syarat-syarat penyimpangan bahan tersebut.

 Air

Yang digunakan harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971. Air tawar yang dipakai harus bersih, tidak mengandung minyak, asam alkali bahan-bahan organis dan bahan-bahan lain yang dapat menurungkan mutu beton.

 Batu Split/Kerikil/Batu Pecah

Kerikil/batu pecah yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971.

Kerikil/batu pecah harus mempunyai gradasi yang baik, tidak porous, memenuhi syarat kekerasannya.

Kerikil tidak boleh mengandung lumpur lebih dari 1% ditentukan terhadap berat kering. Apabila kadar lumpur melampaui 1%, maka kerikil harus dicuci.

 Pasir

Pasir yang dipakai harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971.

Pasir yang dipakai dapat berupa pasir alam, atau pasir buatan yang dihasilkan oleh alat-alat pemecah batu. Pasir harus terdiri dari butir-butir yang tajam dan mempunyai gradasi yang baik, tidak porous cukup syarat kekerasannya.

Pasir tidak boleh mengandung lumpur lebuh dari 5% ditentukan terhadap berat kering.

 Besi Beton

(25)

Dimensi dan ukuran penempang bulat besi beton / baja tulangan harus sesuai dengan petujuk gambar kerja (memenuhi batas toleransi minimal) seperti yang di syaratkan dalam PBI 71.

Besi beton / baja tulangan yang tidak memenuhi syarat harus segera dikeluarkan dari lokasi pekerjaan dalam waktu 24 jam setelah ada perintah tertulis dari Direksi.

Kawat pengikat harus terbuat daru baja lunak dengan diameter minimal 1mm dan tidak bersepuh seng.

Material lain yang digunakan diutamakan produksi dalam negeri.

Pengecoran Beton

 Beton tidak bertulang/beton tumbuk/ rabat beton dibuat dengan adukan. 1PC : 3 Psr : 5krl

dipergunakan untuk lantai kerja, lantai alas keramik untuk lantai kerja, lantai alas keramik, neut-kusen dan rabat beton, ukuran disesuaikan dengan gambar.

 Semua pekerjaan konstruksi beti pada bangunan dikerjakan dengan mutu beton K-300. Semua pekerjaan konstruksi beton harus memenuhi syarat-syarat PBI 1971

 Adukan beton harus benar-benar rata dan matang dengan menggunakan Ready Mix pada K-300.  Untuk beton konstruksi bermutu K-125 dan K-175 dapat dilakukan dengan cara manual.

 Pengecoran beton dapat dilakukan setelah cara pemasangan pembesian disetujui oleh Direksi Pelaksanaan secara tertulis dan tersedian cukup bahan, perlatan serta tenaga kerja.

Pekerjaan Besi beton

 Besi beton yang dipakai bermutu U-24.dan U-39 (SI.1). ukuran-ukurannya diameter besi beton yang terpasang harus sesuai dengan gambar rencana, sedangkan perubahan diameter tulangan harus dengan persetujuan Direksi/Pengawas. Penggatian diameter tulangan tidak diperkenankan.

 Besi beton bekas dan yang sudah berkarat tidak diperkenankan dipakai dalam konstruksi. Besi beton harus bebas dari sisik, karat dan lain-lain lapisan yang dapat mengurangi daya lekatnya pada beton.  Ikatan besi beton harus rapih dan kuat, bahan untuk pengikat adalah kawat beton dengan diameter

minimum 1mm.

 Untuk mendapatkan jaminan akan kualitas besi yang diminta, maka disamping adanya sertifikat dari pabrik, juga diminta harus ada sertifikat dari laboratorium.

Berkesting dan Acuan

 Sebelum penulangan beton dikerjakan harus terlebih dahulu dibuat bekesting atau pun acuan yang kokoh dan rapat, sehingga air semen tidak bocor.

(26)

 Pembukaan bekesting ataupun acuan harus teratur dan beton sudah berumur minimal 14 (empat belas) hari.

Urutan untuk pekerjaan pondasi telapak (Pile cap) adalah :  Pek. Persiapan

 Pek. Lantai Kerja  Pek. Pembesian  Pek. Pengecoran Beton

 Pek. Urugan Tanah dan Pemadatan  Pek. Urugan Pasir dan Pemadatan  Pek. Lantai Kerja untuk Plat  Pek. Plat Pembesian untuk Plat  Pek. Pengecoran Beton Plat Teknis dan Bahan

 Pek. Lantai Kerja

~ Bentuk, ukuran dan mutu dari lantai kerja harus ideal agar disamping fungsinya sebagai lantai kerja juga dapat digunakan sebagai penahan acuan pile cap.

 Pek. Acuan

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, terddapat beberapa persyaratan detail untuk acuan yaitu :

~ Bahan yang digunakan dapat berupa kayu, multiplek atau baja ~ Ketentuan-ketentuan yang dipakai PUBI 1970 & PBI 1971 ~ Acuan dapat dibuka setelah 36 jam setelah pengecoran  Persyaratan Beton

~ SKSNI T-15-1991-03 ~ PUBB NI-3 1970, NI-8 1964

~ PBI NI-2 1971 mengenai, persyaratan bahan, pelaksanaan pekerjaan dan pekerjaan tulangan ~ Mutu Beton K 300

~ Pembuatan Mix Design

~ Untuk beton bertulang campuran yang digunakan 1PC : 2PS : 3KR

~ Untuk beton tidak bertulang campuran yang digunakan adalah 1PC : 3 PS : 5 KR  Persyaratan Bahan

~ Semen sekualitas tiga roda

(27)

~ Baja tulangan U-39 sekualitas Cilegon Steel atau KS

Galian tanah pondasi Lantai kerja pondasi pile cap

Pembesian pondasi Bekisting pondasi

Pengecora

Untuk pengecoran poer menggunakan beton mixer molen, mutu beton sesuai spesifikasi yaitu K. 300, Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Beton Indonesia. pengecoran dilakukan hanya bila semua tulangan telah diperiksa kembali, bekisting begian dalam dibasahi, tidak ada kesempatan untuk lolosnya air cemen dari sambungan-sambungan bekisting, termasuk kekokohan bekisting. Dan berikut adalah beberapa hal yang akan diperhatikan dalam pelaksanaan pengecoran yaitu :

- Material semen, pasir, kerikil yang dibutuhkan dikumpulkan pada lokasi pengecoran untuk pemeriksaan kualitas dan volume yang dibutuhkan.

- Aproval pelaksanaan pengecoran.

- Pencampuran dilaksanakan dengan menggunakan beton molen dengan kapasitas sesuai kebutuhan

- Pengecoran dilakukan dengan baik agar menghasilkan cor padat berkualitas a. Pekerjaan Sloof

Urutan pekerjaan :  Pek. Persiapan  Urugan Pasir

 Pembuatan Lantai Kerja  Pembesian

Lantai Kerja (Leveling Concrete )

Urugan Pasir ( Sand Fill ) 40 D + tinggi rencana

(28)

 Pembuatan Bekisting  Pengecoran Beton

 Pek. Urugan Tanah dan Pemadatan Persyaratan teknis

 Persyaratan Beton ~ SKSNI T-15-1991-03 ~ PUBB NI-3 1970, NI-8 1964

~ PBI NI-2 1971 mengenai, pelaksanaan pekerjaan dan pekerjaan tulangan ~ Mutu Beton K 300 Ready mix

~ Pembuatan Mix Design

~ Untuk beton bertulang campuran yang digunakan 1PC : 2PS : 3KR ~ Untuk beton tidak bertulang campuran yang digunakan 1PC : 3 PS : 5 KR  Persyaratan Bahan

~ Semen sekualitas tiga roda

~ Pasir Beton yang memenuhi persyaratan PBI 1971 ~ Koral& Kerikil Beton yang memenuhi persyaratan PBI 1971 ~ Air (air tawar)

Persyaratan Pelaksanaan Pekerjaan

o Sebelum dilaksanakan pekerjaan sloof beton harus dibuat mix design terlebih dahulu

dilaboratorium, mix design diperlukan untuk acuan dalam takaran adukan beton dan jenis raw material dari lokasi mana yang terbaik sehingga kita mendapatkan mutu dan biaya yang optimal.

o Bahan-bahan yang digunakan adalah bahan lokal yang telah memenuhi persyaratan teknis

dimana semen PC yang digunakan berkualitas baik tidak mengeras, kerikil / batu split yang digunakan bersih dari lumpur dan tanah, pasir cor yang digunakan berbutir tajam dan bersih dari kotoran dan tanah, pembesian menggunakan besi / baja tulangan yang baru dengan kwalitas baik dan sebelum digunakan dibersihkan dahulu dari karat.

o Untuk menahan getaran atau lengkungan akibat tekanan adukan beton maka diberi perkuatan

pada jarak tertentu. Sebelum dilakukan pengecoran acuan/cetakan dibersihkan dari serbuk gergaji, potongan kawat pengikat, dll. Selimut beton dibuat sesuai dengan penggunaannya dimana untuk pondasi atau pekerjaan yang berhubungan dengan tanah tebal selimut beton 3 cm, kolom dan balok beton 2.5 cm, Pengecoran dilakukan atas persetujuan/ instruksi pengawas.

o Untuk menghindari keropos pada beton, digunakan alat penggetar/concrete vibrator.

(29)

o Untuk mencegah pengeringan beton terlalu cepat maka beton harus dibasahi terus - menerus

selama beberapa hari. Cetakan yang telah diisi adukan beton harus dibasahi terus-menerus sampai cetakan dibongkar.

Bekisting pondasi sloof

Pembesian pondasi sloof

Pengocoran

Untuk pengecoran kaki kolom menggunakan Ready Mix, mutu beton sesuai spesifikasi yaitu K. 225, ( tegangan tekan hancur karakteristik untuk kubus beton berukuran 15 x 15 x 15 cm3 pada usia 28 hari ), atau f'c = 25 Mpa ( tegangan tekan hancur karakteristik untuk silinder beton ukuran diameter 15 cm dan tinggi 30 cm pada usia 28 hari ), Evaluasi penentuan karakteristik ini digunakan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Peraturan Beton Indonesia. pengecoran dilakukan hanya bila semua tulangan telah diperiksa kembali, bekisting begian dalam dibasahi, tidak ada kesempatan untuk lolosnya air cemen dari sambungan-sambungan bekisting, termasuk kekokohan bekisting, dan Trial Mix dari laboratorium telah didapat.

(30)

b. Pekerjaan Kolom struktrur

Demikian juga dengan kolom struktur, pengecoran dilaksanakan bila semua penulangan telah sesuai dan disetujui Direksi Pekerjaan serta acuan / bekisting telah sesuai dengan type kolom masing-masing pada setiap posisinya.

Setelah pekerjaan Sloof di lanjutkan dengan pekerjaan Pembesian kolom beton. Yang harus diperhatikan dalam pekerjaan ini yakni :

 Dimensi Besi sesuai dengan beban yang di pikul

 Jarak sengkang / ring sesuai dengan gayanya ( Gb. 1)

 Jumlah tulangan sesuai dengan berat beban ( Gb. 2 ) Alat yang digunakan dalam pembesian :

 Bar Bender

 Bar Cutter

 Dimensi Besi sesuai dengan beban yang di pikul

Lalu dilakukan pengecekan ulang oleh Quality Control apakah telah siap untuk dilakukan tahap berikutnya

Setelah Pengecekan pembesian dilakukan segera dipasang Bekisting Kolom dari bahan yang baik

Gambaran pekerjaan bekisting kolom

(31)

Target Kualitas Pekerjaan Kolom :  Warna beton sama

 Sisi kolom siku dan tidak geripis  Pertemuan dengan plat tidak melendut

 Pertemuan dengan kepalaan kolom tidak melendut  Kolom tegak lurus / sesuai dengan rencana

Untuk mendapat Pengecoran Kolom , yang baik agar menggunakan bucket, Pemadatan Beton menggunakan Concrete Vibrator

Dengan tahapan pengecoran sebagai berikut :  Pembersihan Lokasi

 Pembongkaran Bekisting setelah 12 Jam

 12 Jam Setelah pengecoran bekisting kolom dapat dilepas secara hati-hati

 Perawatan Beton dengan menggunakan karung goni basah yang disiram air, lembaran plastik atau disemprot dengan obat

c. Pek. Plat Beton

Sama hal nya dengan pekerjaan beton sebelumnya, persyaratan bahan mengacu kepada peraturan yang ada, berikut adalah beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran pelat :

 Pengerasan landasan plat lantai  Chek Pembesian Wiremesh M6  Cleaning Of Slab Form

 Floor Slab Rebar

 Checking Of Reinfored Steel Overlapping  Final Checking Before Foundry

 Pengecoran Plat Lantai

 Standard kualitas dari balok dan plat  Penyelesaian dari permukaan beton

(32)

Gambaran Pengecoran Lantai

d. Pekerjaan balok / ring balok

Hal yang perlu diperhatikan dalam pengecoran ring balok addalah :  Pemasangan Bekisting Balok

 Pemasangan Bekisting Bawah dari Balok  Pemasangan Bekisting Kepalaan Kolom  Pemasangan Besi Balok

 Pemasangan Bekisting samping balok  Chek Kekuatan Bekisting Balok  Pemasangan Bekisting Plat Lantai  Cleaning Of Slab Form

 Floor Slab Rebar

 Checking Of Reinfored Steel Overlapping  Final Checking Before Foundry

(33)

Gambaran pelaksanaan pengecoran Dak

PEKERJAAN TIANG PANCANG

Urutan kerja pekerjaan tiang pancang

1. Pekerjaan persiapan awal meliputi :

– Pengadaan tiang pancang

– Pengukuran lokasi / posisi tiang pancang

– Memeriksa Bench Mark yang diberikan

(34)

– Set up equipment

– Pengiriman dan Penyimpanan Tiang Pancang

– Pengaturan lokasi material pancang

2. Pekerjaan persiapan pemancangan :

 Buat skala pada tiang pancang menurut kedalamannya

 Check posisi titik / koordinat pancang

 Pengangkatan tiang pancang

 Pengangkatan pile dilakukan dengan menggunakan sling baja yang diikatkan ke pile di dua lokasi yang berjarak 0.6 panjang pile.

 Perlu dibuat penandaan oleh fabrikan untuk menentukan dimana lokasi pengangkatan yang diizinkan

 Tiang pancang berada di dalam topi pancang

 Check ketegakkan tiang pancang terhadap 2 sumbu yang saling tegak lurus

 Pembuatan Cushion, berfungsi untuk menjaga agar kepala tiang tidak rusak akibat pemukulan, bertempat di antara anvil dan kepala tiang

3. Pekerjaan Pemancangan :

 Tiang pancang ini digunakan hanya untuk mendukung bangunan/konstruksi ringan dengan kedalaman maksimal 12 m, penggunaan tiang pancang mini lebih dalam dari 12 m sebaiknya tidak dilakukan dengan alasan menghindari terjadinya bahaya tekukan

 Selama pemancangan pastikan posisi tiang pancang tetap tegak lurus terhadap 2 sumbu horizontal yang saling tegak lurus

 Catat jumlah pukulan hammer dari saat mulai sampai dengan berakhirnya pemancangan  Penghentian pemancangan hanya diijinkan setelah mendapat ijin dari pengawas  Membuat pile record + data hasil kalendering

 Membuat sambungan jika diperlukan

4. Catatan :

i. Bila diragukan tiang pancang mini pile belum menuju tanah keras walaupun seluruh tiang sudah tertanam diusulkan adanya penambahan jumlah tiang pancang mini pile sebagai solusinya

(35)

4. Mesin las : 2 unit

a. Pemotongan Tiang Pancang Beton Bulat Pretensioned, dia 50 cm

1) Untuk pemotongan tiang pancang digunakan tenaga manual, dan hasil potongan dikumpulkan serta dibuang ke area yang telah ditentukan.

2) Untuk ikatan antara Tiang pancang dengan Lantai Konstruksi ditambahkan besi pada tiang pancang.

b. Pelaksanaan test yang dilakukan adalah:

– PDA Test

– Loading Test

– Tensioned Load Test

PEKERJAAN BOBOKAN TIANG PANCANG

Dalam melaksanakan pemancangan tentunya berusaha untuk mengikuti kedalaman maksimal yang ditentukan oleh konsultan perencana, akan tetapi pada pelaksanaan dilapangan setiap titik kadang berbeda-beda

kedalamannya. Untuk itulah diperlukan pemotongan dan pembobokan tiang pancang, dengan mengiktui tahap-tahap berikut :

 Tiang Pancang yang kelebihan panjangnya bila diukur waterpas terhadap poer pondasi harus dilakukan pemotongan mengikuti ketentuan yang berlaku.

 Pemotongan harus rapi dan rata permukaannya, dengan memperhitungkan ketinggiannya terhadap adanya pasir urug dan lantai kerja.

 Besi stek dari tiang pondasi pancang disisakan sesuai peraturan yang berlaku (PBl 71) sepanjang 40 x diameter ukuran besi yang ada.

(36)

TOWER CRANE

Dalam pembangunan gedung bertingkat tinggi membutuhkan alat yang dapat mengangkat beban berat sampai sekian ribu ton. alat yang bisa digunakan yaitu mobile crane yang dapat berpindah tempat secara cepat, atau bisa juga menggunakan tower crane (TC) yang diam ditempat. Posisi TC diatur sedemikian rupa agar dapat melayani sebanyak mungkin aktifitas pembangunan. Perlu perencanaan yang matang agar didapatkan alat terbaik.

Urutan pekerjaan pemasangan tower crane

a. Menentukan TC yang akan digunakan, dari mana alat tersebut akan diadakan, apakah mau sewa atau beli untuk mendapatkan harga termurah sekaligus kualitas terbaik. dari evaluasi tersebut maka dapat diputuskan tipe alat apa yang akan dipakai.

b. Desain Pondasi TC, Berdasarkan data-data yang tersedia entah itu brosur TC serta informasi lain, dapat digunakan sebagai pedoman perencanaan untuk menentukan seperti apa pondasi yang kuat dan murah. Hasilnya berupa bentuk dan ukuran pondasi, jenis dan jumlah besi yang digunakan dan tipe beton K berapa yang mau dipakai.

c. Gambar Pondasi dan perletakan TC, dilanjutkan dengan pembuatan shop drawing tower crane yang berfungsi untuk proses perizinan sekaligus pedoman pelaksanaan dilapangan.

d. Pengukuran Posisi TC dilapangan, menentukan dimana titik lokasi pondasiTC akan dibuat. e. Galian Tanah, dilanjutkan dengan menggali tanah sebagai tempat dimana berdirinya pondasi. f. Bekisting pondasi, berfungsi sebagai batas cor sekaligus alat cetak pondasi beton bertulang. g. Pembesian / pemasangan besi tulangan, besi berfungsi sebagai penahan gaya tarik,tekan dan

geser bekerjasama dengan beton agar pondasi kuat.

h. Pasang angkur TC, bisa dibilang sebagai sepatunya tower crane, dimana alat berat ini berpijak.

i. Cor pondasi TC, selanjutnya dapat dilakukan pengecoran menggunakan tipe beton sesuai rencana.

j. Pemasangan Tower crane, sering disebut juga sebagai erection TC. k. Pasang lampu dan perlengkapan TC.

l. TC siap dioperasikan.

Memasang dan Membongkar Tower Crane

(37)

Gambar 1 Fondasi Tower Crane sebelum di cor

Gambar 2 Fixing Angle

(38)

Setelah fondasi selesai dibuat, perlu waktu 1 minggu untuk menunggunya menjadi keras dan kering, sebelum

diinstal keseluruhan rangkaian alat tersebut. Dan Tower crane akan berdiri dan di „baut‟ dengan pondasi untuk

menjaga stabilitasnya, kemudian dihubungkan dengan bagian menara (tower) penopang tower crane tersebut.

Dalam pemasangan tower crane ada 2 cara :

2. Apabila tidak lebih tinggi dari 200 kaki, maka langsung dapat dirakit bagian per-bagian menggunakan pertolongan sebuah mobile-crane.

3. Jika crane yang dirakit lebih tinggi harus menggunakan proses ” self assembly “.

Bagian-bagian tower crane biasanya didatangkan ke area konstruksi menggunakan trailer.

Gambar 4 Mobilisasi segmen Tower Crane dengan Trailer

(39)

Gambar 7 Pemasangan Jib

Gambar 6 Segment mast akan dimasukkan untuk penambahan ketinggian

(40)

meter dan memasukannya dalam celah yang dibuka oleh climbing frame tadi. Begitu segmen ini berhasil disambungkan, berarti crane sudah menjadi lebih tinggi 6 meter.

Kebanyakan tower crane dirakit untuk mencapai ketinggian yang diinginkan, sejak pertama alat tersebut dirakit dan digunakan. Kemudian, alat tersebut akan tumbuh semakin tinggi bersamaan dengan tumbuhnya bangunan yang sedang dibangun. Dan jika struktur yang dibangun sangat tinggi, maka tower crane dapat juga dihubungkan pada bangunan, untuk mendapatkan tambahan kestabilan.

Sehingga dapat disimpulkan, dalam meninggikan crane, tower crane akan membangun dirinya sendiri sampai ketinggian yang dikehendaki. Setelah tersusun 4 section di atas 1 section dipasanglah sabuk, yakni besi penghubung tower crane dengan bangunan yang fungsinya untuk menjaga kestabilan tower crane. Panjang sabuk sekitar 7 meter dan dipasang sekitar 3 buah pada setiap sectionnya. Sabuk dipasang pada setiap 20 meter antara satu section dengan section yang lainnya.

Pembongkaran tower crane

Apabila pekerjaan telah selesai dan sudah waktunya untuk membongkar crane tersebut. Tahapan pembongkaran tower crane adalah kebalikan dari pemasangannya. Mula-mula hooke akan melepaskan bagian section terakhir, sehingga timbul ruang kosong antara slewing dengan section ke 2 terakhir dan teleskop diturunkan perlahan-lahan hingga menyatu dengan section berikutnya. Kemudian hooke melepaskan section berikutnya, sehingga timbul slewing dengan section ke 3 terakhir. Proses ini dilakukan terus menerus hingga slewing menyatu dengan section 1.

Dengan bantuan mobil crane, tower crane dilepaskan satu per-satu. Dimulai dari hoist dilepaskan 3 buah terlebih dahulu, setelah itu jib beserta perlengkapannya dilepaskan. Berikutnya, counter jib dilepaskan beserta perlengkapannya. Tower crane menjadi bentuk ( I ) kembali. Top head dan slewing dilepaskan dengan mobil crane, dilanjutkan dengan teleskop, section 1 hingga basic master. Setelah selesai pembongkaran hanya menyisakan pondasi tower crane, selanjutnya dibongkar dengan menggunakan alat berat untuk mengambil fine angel yang akan digunakan kembali untuk mendirikan tower crane berikutnya.

PEKERJAAN ARSITEKTUR

PEKERJAAN DINDING DAN PELESTERAN

1. Siapkan gambar shopdrawing yang telah di approved untuk digunakan sebagai acuan.

(41)

3. Cek / sortir bata ringan agar didapat ukuran yang sama sehingga bilamana dipasang akan mendapat permukaan yang rata.

4. Siapkan tempat kerja dan permukaan yang akan dipasang bata ringan.

5. Pasanglah petunjuk/alat bantu yang cukup untuk kerataan pasangan bata/ dinding (marking).

Marking

6. Pasang Profil dengan memakai hollow besi.

Profil Hollo

7. Pasang starterbar lantai atas dan bawah sesuai approval, termasuk pasang besi kolom praktis sesuai approval. Dengan ketentuan :

· Tidak boleh pasang dinding sebelum starter bar atas dan bawah terpasang.

(42)

8. Bersihkan area kerja dari kotoran – kotoran yang ada.

9. Bersihkan bata ringan dari kotoran dan debu sebelum dipasang agar perekat dapat bekerja dengan baik.

10. Siapkan campuran adukan tinbed/ perekat bata ringan dan masukan kedalam bak adukan / ember plastik

bak adukan

11. Aduk campuran adukan hingga rata dan homogen dengan menggunakan hand mixer.

(43)

Leveling

12. Lakukan pemasangan bata ringan secara manual sebagaimana umumnya dengan tebal speci yang dianjurkan ±3mm dengan roskam gerigi, untuk bagian bawah joint lantai dan atas join slab menggunakan MU-380/ 301-Tinbed ( Campuran MU 380 dengan air dan diaduk menggunakan Hand mixer), seperti gambar terlampir.

13. Pemasangan starter bar pada kolom praktis disesuaikan dengan spesifikasi yang telah disetujui.

starter bar

· Campuran untuk kolom praktis 1 pcs : 2 ps : 3 sp : 1 lt aiRDengan perbandingan 1 ember semen, 2 ember pasir, & 3 ember split kecil serta 1 liter air. Material yang digunakan sesuai dengan yang telah di ajukan approval.

15. Pengadukan campuran beton untuk kolom praktis menggunakan molen

(44)

Pengecoran kolom

17. Untuk memastikan kelurusan dari pasangan dinding bata ringan tersebut digunakan hollow alumunium / jidar Uk. 50 / 100 sebagai alat control kerataan.

control kerataan

18. Setelah pekerjaan pasangan bata ringan selesai dan dipastikan telah mengering dilanjutkan dengan pekerjaan plesteran/ acian dengan MU-301/AKA-200 atau sejenisnya.

plesteran

(45)

Rendering

Gambaran Pekerjaan Dinding

PEKERJAAN PLAFOND

Bahan – bahan :

Gypsum Jaya Board 9 mm 120 x 240 Profil Besi Hollow 40 x 40 x 2 Profil Besi Hollow 20 x 40 x 1.2 Paku Ramset + Mesiu

Klem Penggantung Ke Beton Kelm Penggantung ke plafond Kawat Galvanis

Kain Kassa

(46)

Tenaga Kerja : serta titik-titik paku kait pada langit-langit dengan jarak sesuai gambar shop drawing

b. Pasang rangka tepi tepat pada sipatan marking elevasi plafond c. Tentukan jarak penempatan kait penggantung

d. Pasang tarikan benang sebagai pedoman penentu kelurusan dan ketinggianrangka plafond e. Pasang rangka utama denga jarak 1200 mm

f. Pasang rangka pembagi dengan jarak 600 mm g. Cek elevasi dan jarak rangka plafond

h. Cek sparing, sparing dan perlengkapan mekanikal dan elektrikal

i. Pasang panel gypsum pada rangka dengan sekrup/paku denga jarak 600 mm dan setiap sambungan harus tepat pada rangka

j. Cek kerapihan dan kerataan bidangplafond dengan menggunakan waterpass k. Peralatan sambungan plafond dengan menggunakan ceiling net lakban l. Kemudian ditutup menggunakan paper tape dan coumpound ceiling m. Setelah itu diamplas

n. Finishing permukaan plafond gypsum tersebut dengan cat

-Ratakan permukaan plafond gypsum tersebut dengan menggunakan plamursampai terlihat rata dan lurus

- Haluskan dengan amplas sampai rata dan benar-benar halus -Cat seluruh permukaan plafond secara merata dengan

-kuas untuk bagian tepidan sudut, serta rol cat untuk bidang yang luas

PEKERJAAN ACP

Alat Pasang ACP:

1. Spidol/pensil

Buatlah pola ACP sesuai modul yg diinginkan. Gambar pola di bagian belakang ACP, namun ingat, yang akan tampak adalah bagian depan (jadi gambar lah seperti mirror/terbalik/sisi kanan adalah sisi kiri dan sebalik nya)

(47)

Groving bertujuan untuk membuang (membuat sayatan/coak) pada bagian belakang ACP, yang di coak hanyalah lapisan Aluminium belakang dan lapisan polietilen/plastic nya saja, lapisan aluminium depan, tidak boleh terluka. Setelah dibuat pola/digambar, grooving bagian yang digaris (yang akan ditekuk/lipat). Biasanya bagian kuping (1-2 cm), bagian pinggir modul, yg nantinya akan ditekuk/dilipat kesamping (membentuk sudut 90°). Bagian kuping inilah yang nantinya akan disekrup ke spigot/stiffener

3. Spigot

Spigot/klem dapat terbuat dari besi atau aluminium siku, dengan lebar 1-2cm. cukup untuk tempat ACP disekrup saja.

4. Stiffener

Pilih salah satu, apakah kita akan menggunakan spigot atau stiffener. Stiffener berfungsi seperti spigot (untuk meng klem), hanya dengan menggunakan stiffener, pekerjaan memasang sekrup pada ACP dan Hollow menjadi lebih mudah. Permukaan ACP juga akan lebih flat/tegang jika stiffener dipasang penuh mengelilingi modul.

Jika gambar tidak nampak, dapat dibuka via PC/Notebook

5. Hollow

Hollow dapat digunakan besi ataupun aluminium. Hollow besi selain dapat karat, juga lebih berat, sehingga rangka klem ke dinding harus lebih kuat/banyak. Hollow Aluminium lebih ringan dan tahan karat. Ketebalan sebaiknya >1mm.

6. Siku Besi >4cm, tebal >3mm

Berfungsi sebagai klem antara rangka ACP (hollow) ke dinding. Makin tinggi gedung, siku besi yang digunakan harus lebih lebar dan tebal. Rangka Hollow diklem ke Siku Besi menggunakan sekrup. Siku besi diklem ke dinding menggunakan dynabolt.

7. Dynabolt

(48)

8. Sekrup

Gunakan sekrup sesuai kebutuhan, untuk klem bagian mana. Ukuran sekrup yg digunakan bergantung dari beban yg akan ditanggung nya. Untuk modul yg besar, gunakan sekrup yg lebih besar.

9. Spon

Lapisan busa ini berfungsi untuk mengisi nad (space antara 2 modul). Fungsi spon untuk menampung air yg mungkin bocor menembus sealent, sehingga tidak bocor ke dalam.

10. Sealant

Setelah Nad diisi oleh Spon, kemudian Nad di isi selaent, untuk merekatkan posisi spon dan rangka serta ACP. Sealent yg digunakan haruslah type yg netral atau non stain, karena jika yg digunakan sealent type acid (yg mudah larut terkena panas matahari dan air hujan), maka luruhan sealant ini dapat mengotori warna ACP. Untuk warna sealant bermacam macam, dikembalikan ke ownner/arsitek/aplikator untuk rasa.

11. Circular Saw

Gergaji ini berfungsi untuk memotong ACP, siku besi/aluminium, hollow dll

12. Mesin Bor

Digunakan untuk melubangi kuping ACP, spigot/stiffener, hollow, siku klem, memasang sekrup dll

13. Las Listrik

Digunakan saat membuat dudukan rangka / siku yg akan di klem ke dinding

14. Waterpass

Penting untuk selalu mengontrol maju mundur tampak ACP

15. Stegger/scaffolding

Untuk memasang ACP pada ketinggian

(49)

Masking, helm, sepatu safety, sarung tangan, harness dll

PEKERJAAN LANTAI

Keramik yang digunakan adalah ukuran 10x60 cm, 30x60 cm, 30x30 cm, 40x40 cm dan 60 X 60 cm dengan spesifikasi merk sekualitas Pelaksanaan pemasangan keramik lantai harus dikordinasikan dengan pemasangan instalasi listrik dan plumbing yaitu apabila ada pemasangan dibawah lantai. Sebelumpekerjaan dilakukan pastikan pasangan pasir urug sudah dilakukan dan elevasi telah dicapai. Bahan – bahan :

 Keramik Lantai 10x60 cm, 30x60 cm, 30x30 cm, 40x40 cm dan 60 X 60 cm  Pasir pasang

 Semen  Air Peralatan :

 Water pass  Benang  Sendok mortar  Bak spesi  Ember

(50)

 Palu karet  Busa/spon  Kain lap basah

 Molen untuk mengaduk mortar  Selang air

Tenaga Kerja :

 Tukang Batu  Pekerja  Mandor

Kesehatan dan keselamatan kerja :

 Gunakan pakaian dan perlengkapan kerja yang betul (Sarung Tangan, Topi/Helm Proyek, Sepatu dll)

 Bersihkan tempat pekerjaan dari kotoran atau benda-bendda yang dapat mengganggu Pekerjaan

 Tempatkan bahan-bahan pada tempat yang tidak mengganggu dalam melaksanakan pekerjaan dan mudah dijangkau

 Tempatkan alat-alat pada tempat yang aman dan tidak mudah jatuh sertaMudah dijangkau  Hindarkan pemakaian alat yang tidak sesuai dengan kegunaanya

 Perhatikan dan pelajari dengan seksama gambar rencana pola pemasangan Lantai Langkah Pekerjaan :

a. Persiapkan peralatan dan bahan yang akan digunakan

b. Sortir keramik pada kedua sisinya dan sesuaikan dengan ukurannya untuk mendapatkan keseragaman

c. Rendam pada bak/drum air keramik yang akan dipasang selama 1 jam

d. Keramik dianginkan dengan cara diletakan pada tempat dudukan/tatakan keramiksetelah proses perendaman

e. Tentukan garis dasar pasangan serta peil dari lantai.

f. Pasang benang arah Horizontal dan vertikal pada lantai sesuai dengan elevasirencana/dalam gambar

g. Pasang keramik sebagai kepalaan pemasangan sepanjang garis yang telah dipasang

h. Cek kesikuan keramik dengan besi siku dan kerataan elevasi keramik denganmenggunakan waterpass

i. Isi bagian daerah permukaan lantai yang lainnya dengan adukan spesi.

(51)

k. Jika keramik sudah terpasang semua, ketuk permukaan keramik dengan palu karet untuk mendatarkan/meratakan permukaan keramik supaya tidak rusak/cacat

l. Setelah itu cek kerataan elevasi keramik dengan waterpass

m. Bersihkan permukaan pasangan keramik yang telah terpasang dengan kan lap basah sampai bersih

n. Untuk menghindarkan naiknya lantai, maka buatlah deletasi

o. Kemudian siapkan isian/bahan cor nad pada bak air (ember) dan aduklah hingga rata

p. Setelah adukan rata , isi sela-sela nad dengan bahan cor nad dengan menggunakan sendok spesi. Pengisian nad dilakukan apabila kedudukan keramik telah kuat atau spesi telah kering q. Kemudian rapikan nad tersebut dengan cape

r. Diamkan dan tunggu sampai nad tersebut benar-benar kering

s. Stelah kering, bersihkan permukaan pasangan keramik yang sudah dipasang nad dari sisa-sisa bahan cor nad dengan menggunakan kain / lap basah sampai bersih.

Gambaran rencana pasangan kramik

PEKERJAAN KUSEN, PINTU DAN JENDELA

Pintu, Kusen dan Jendela merupakan komponen penting dalam sebuah bangunan. Pada proyek-proyek besar biasanya mempunyai jumlah pintu yang banyak, sehingga pelaksanan pekerjaan ini dilapangan memerlukan metode pelaksanaan yang tepat. Adapun metode pelaksanaan pekerjaan pintu, kusen dan jendela, adalah sebagai berikut :

Persiapan

 Pembuatan dan pengajuan gambar shop drawing pekerjaan pintu, kusen dan jendela aluminium.  Approval material yang akan digunakan.

 Persiapan lahan kerja.

 Persiapan material kerja, antara lain : alumunium kusen, alumunium frame, hardware, sekrup, fisher, engsel, sealant, baut dynabolt, dll.

(52)

Pengukuran

 Lakukan pengecekan dan pengukuran dilapangan untuk opening yang akan dipasang kusen aluminium apakah sudah sesuai dengan gambar kerja atau belum.

Fabrikasi kusen alumunium

 Kusen dan frame alumunium difabrikasi di lokasi proyek untuk memudahkan apabila ada perbaikan.  Alumunium dipotong dan di sambung/dirangkai menggunakan sekrup galvanis.

 Alumunium yang sudah di fabrikasi di proteksi dengan menggunakan protection tape (blue sheet) dan diberi tanda untuk memudahkan waktu pemasangan.

Pemasangan kusen alumunium dan frame

 Kusen alumunium yang telah difabrikasi dipasang setelah kondisi lapangan siap yaitu pekerjaan plesteran dan acian sudah selesai. Sistem pemasangan dengan di screw fisher menggunakan fisher S8.

 Sebelum kusen dimatikan ke dinding, harus dicek dahulu elevasi dan kesikuan kusen alumunium dengan alat bantu waterpass/unting-unting. Apabila tidak lurus maka diganjal dengan bahan dari hardboard, sehingga lebih kuat dan tahan lama.

 Untuk mencegah kebocoran maka hubungan antara alumunium dengan dinding di isi silicone sealant.  Setelah kusen aluminium terpasang, dilanjutkan dengan pemasangan frame untuk pintu/jendela, kaca

dan hardwere. Frame pintu/jendela dipasang pada kusen dengan menggunakan penggantung engsel yang disekrup ke kusen.

Gambar

Gambar pengecoran sloof
Gambar 2     Fixing Angle
Gambar 4    Mobilisasi segmen Tower Crane dengan Trailer
Gambar 7   Pemasangan Jib
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil pembahasan yang diuraikan pada bab sebelumnya, maka dalam bab ini peneliti akan mengutarakan kesimpulan dari hasil penelitian dan pengembangan

Berdasarkan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya tentang pengaruh kualitas produk, citra merek dan gaya hidup terhadap keputusan

Berdasarkan hasil pengolahan analisis data dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya mengenai pengaruh kualitas produk, harga, promosi dan kualitas pelayanan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal penting dalam penelitian ini adalah sebagai

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut. 1) Profil pelaksanaan pembelajaran

Pada bab hasil dan pembahasan ini akan diuraikan mengenai hasil preparasi bahan dasar petroleum coke, proses aktivasi, produk karbon aktif serta hasil

BAB III PEMBAHASAN Berdasarkan pokok bahasan yang diajukan dalam penyusunan skripsi ini dan sesuai dengan paparan data dan temuan dalam bab sebelumnya, maka dalam bab ini diuraikan

PENUTUP Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta mengacu pada perumusan masalah yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan.1 Kemampuan berpikir kritis