• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Model Pembelajaran Langsung Pa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Model Pembelajaran Langsung Pa"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT, Tuhan semesta alam karena atas izin dan kehendak-Nya jualah makalah sederhana ini dapat diselesaikan penulis tepat pada waktunya.

Pembuatan dan penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran Matematika. Adapun yang penulis bahas dalam makalah yang sederhana ini mengenai Model Pembelajaran Langsung.

Dalam penulisan makalah ini penulis menemui berbagai hambatan dikarenakan terbatasnya ilmu pengetahuan penulis mengenai hal yang berhubungan dengan penulisan makalah ini. Oleh karena itu sudah sepatutnya penulis mengucapkan terima makasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari akan kemampuan penulis yang masih amatir. Dalam makalah sederhana ini penulis sudah berusaha semaksimal mungkin, tetapi penulis yakin makalah sederhana yang penulis buat masih banyak kekurangan, karena itu penulis mohon maaf.

Akhir kata, harapan penulis semoga makalah sederhana ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah sederhana ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Penulis mengharapkan saran dan juga kritik membangun agar lebih maju di masa yang akan datang. Terima kasih.

(2)

DAFTAR ISI

Kata pengantar...i Daftar isi ii

BAB I

PENDAHULUAN 1

1.1 Latar Belakang...1 1.2 Rumusan Masalah2

1.3 Tujuan Makalah 2 BAB II

PEMBAHASAN 3

2.1 Konsep dan Karakteristik Model Pembelajaran Langsung 3 2.1.1 Karakteristik Model Pembelajaran Langsung 3

2.1.2 Ciri Model Pembelajaran Langsung...4 2.1.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung4

2.2 Teori Bandura 13

2.3 Peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung 16 2.4 Pelaksanaan Pengajaran Langsung 16

2.5 Tujuan Pembelajaran dan Hasil Belajar Siswa...26

BAB III

PENUTUP 27

3.1 Kesimpulan 27

3.2 Saran………...28 Daftar pustaka...29 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) 130

(3)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Banyak orang yang berpendapat bahwa pembelajaran langsung identik dengan pembelajaran ceramah. Bahkan awalnya penulis berpendapat seperti itu, tapi sebenarnya tidak seperti itu. Memang pembelajaran langsung didesain berorientasi pada guru. Dalam prakteknya sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelola proses pembelajaran. Pembelajaran ini relevan bagi guru yang ingin mengajar melalui demontrasi. Metode demontrasi itu sendiri merupakan penyajian bahan pembelajaran dengan cara memperagakan/ mempertunjukkan proses tertentu. (Zulkarnain, 2011:40)

Pembelajaran langsung dikembangkan berdasarkan teeori belajar sosial dari Albert Bandura. Pembelajaran langsung merupakan suatu model pembelajaran yang sebenarnya bersifat teacher center. Dalam menerapkan model pembelajaran langsung, guru harus mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan yang akan dilatihkan kepada siswa setahap demi setahap (menggunakan LKS atau lembar materi ajar). Karena dalam pembelajaran peran guru sangat dominan, maka guru dituntut agar menjadi seorang model yang menarik bagi siswa. (Zulkarnain, 2011: 47)

Setiap guru harus memiliki keahlian dalam memilih model pengajaran yang digunakan sehari-hari di kelas. Pemilihan model yang tepat dalam pengajaran tentu saja berorientasi pada tujuan pengajaran, termasuk tujuan setiap materi yang akan diberikan pada siswa. Dari beberapa model pengajaran yang baru, salah satu bentuk model penyajian materi yang penting untuk diketahui adalah Model Pembelajaran Langsung (Direct instruction). Istilah lain yang sering dipergunakan ialah pengajaran aktif, Master learning dan Explicit Instruction (Nur, 2000:3).

(4)

Pengajaran langsung adalah model pembelajaran yang berpusat pada guru, yang mempunyai 5 langkah dalam pelaksanaannya, yaitu menyiapkan siswa menerima pelajaran, demontrasi, pelatihan terbimbing, umpan balik, dan pelatihan lanjut (mandiri) (Nur, 2000:7).

Pengembangan model pengajaran langsung dilandasi oleh latar belakang teoritik dan empirik tertentu. Di antaranya adalah ide-ide dari bidang sistem analisis, teori pemodelan sosial dan prilaku, serta hasil penelitian tentang keefektifan guru dalam melaksanakan fungsinya. Secara historis, beberapa aspek dari model pengajaran langsung berasal dari prosedur pelatihan dalam industri (Nur, 2000:9)

Selanjutnya Nur (2000:18) juga mengatakan bahwa : Pengajaran langsung paling cocok diterapkan untuk mata pelajaran yang berorientasi pada keterampilan seperti matematika dan membaca dimana mata pelajaran itu dapat di ajarkan selangkah demi selangkah.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa konsep Karakteristik Model pembelajaran langsung? 2. Apa Teori Bandura?

3. Apa peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung? 4. Bagaimana Pelaksanaan pengajaran Langsung?

5. Apa Implementasi Model Pembelajaran Langsung? 6. Apa Tujuan Pembelajaran dan hasil Belajar siswa?

1.3 TUJUAN

1. Mengetahui apa saja konsep Karakteristik Model pembelajaran langsung. 2. Mengetahui apa itu Teori Bandura.

3. Mengetahui apa saja peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung. 4. Memahami bagaimana Pelaksanaan pengajaran Langsung.

(5)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 KONSEP DAN KARAKTERISTIK MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

Model pembelajaran langsung dirancang secara khusus untuk menunjang proses belajar siswa berkaitan dengan pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yaitu pengetahuan tentang sesuatu. Pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (Kardi dan Nur, 2000).

Model Pembelajaran berasal dari kata Model dan Pembelajaran. ”Model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan” (Nur, 1996 : 78). Hakikat pembelajaran atau hakikat mengajar adalah membentuk siswa untuk memperoleh informasi, ide, keterapilan, nilai, cara berfikir, sarana untuk mengekspresikan dirinya, dan cara-cara bagaimana belajar (Joyce dan Weil dalam Nur, 1996 : 79). Berdasarkan pengertian di atas dapat dipahami bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan dapat berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan para pendidik dalam merencanakan dan melaksanakan aktifitas proses belajar mengajar.

Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa. Lingkungan belajar harus diciptakan berorientasi pada tugas-tugas yang diberikan pada siswa.

2.1.1 Karakteristik Model Pembelajaran Langsung

(6)

Fokus akademik merupakan prioritas pemilihan tugas-tugas yang harus dilakukan siswa selama pembelajaran, aktivitas akademik harus ditekankan. Pengarahan dan kontrol guru terjadi ketika memilih tugas-tugas siswa dan melaksanakan pembelajaran, menentukan kelompok, berperan sebagai sumber belajar selama pembelajaran dan meminimalkan kegiatan non akademik. Kegiatan pembelajaran diarahkan pada pencapaian tujuan sehingga guru memiliki harapan yang tinggi terhadap tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh siswa.

2.1.2 Ciri Model Pembelajaran Langsung

Sebagian besar tugas guru iala mmembantu siswa memperoleh pengetahuan prosedural, yaitu pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu, misalnya bagaimana cara menggunakan alat dan bagaimana melakukan suatu eksperimen. Guru juga membantu siswa untuk memahami pengetahuan deklaratif, yaitu pengetahuan tentang sesuatu (dapat diungkapkan dengan kata-kata), misalnya nama-nama bagian alat, fungsi dan kegunaan alat.

Model pembelajaran Langsung dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar siswa tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratuf yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah. Selain model pembelajaran langsung efektif untuk digunakan agar siswa menguasai pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif. Model ini juga efektif untuk mengembangkan keterampilan belajar.

Model pembelajaran langsung memiliki ciri-ciri sebagai berikut (Kardi dan Nurm 2000): 1. Adanya tujuan pembelajaran dan pengaruh model pada siswa termasuk prosedur

penilaian hasil belajar

2. Sintaks atau pola keseluruhan dan alur kegiatan pembelajaran

3. Sintaks pengelolaan dan lingkungan belajar model yang diperlukan agar kegiatan pembelajaran tertentu dapat berlangsung dengan hasil.

2.1.3 Sintaks Model Pembelajaran Langsung

(7)

siswa untuk menerima penjelasan guru. Selanjutnya diikuti oleh presentasi materi ajar yang diajarkan atau demonstrasi tentang keterampilan tertentu. Pada proses pembelajaran juga diberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan pelatihan dan pemberian umpan balik terhadap keberhasilan siswa.

Pada model pembelajaran langsung terdapat lima fase sebagai berikut:

Fase-fase Perilaku Guru

Fase 1

Menyampaikan Tujuan dan mempersiapkan siswa

Guru menyampaikan tujuan, informasi latar belakang pelajaran, pentingnya pelajaran. Mempersiapkan siswa untuk belajar. Fase 2

Mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan

Guru mendemonstrasikan keterampilan yang benar atau menyajikan informasi tahap demi tahap

Fase 3

Membimbing pelatihan Guru merencanakan dan memberikan pelatihan awal Fase 4

Mengecek Pemahaman dan memberikan umpan balik

Mencek apakah siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik

Fase 5

Memberikan kesempatan untuk pelatihan lanjutan dan penerapan

Guru mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada penerapan kepada situasi lebih baik kompleks dalam kehidupan sehari-hari

Sumber : Kardi dan Nur (2000)

Kelima fase dalam pembelajaran langsung dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut. 1. Menyampaikan Tujuan Dan Mempersiapkan Siswa

Sebenarnya fase yang pertama dari model pengajaran langsung ini juga dilakukan pada model-model pembelajaran yang lain, karena menyampaikan tujuan pembelajaran dan menyiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran adalah langkah pertama yang wajib dilakukan oleh setiap guru.

(8)

baik dalam mengikuti pembelajaran. Ada 2 bagian dari fase ke-1 sintaks model pembelajarang langsung ini, yaitu: (a) menyampaikan tujuan pembelajaran; dan (b) mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran.

a. Menyampaikan Tujuan Pembelajaran

Setiap guru wajib menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa selama atau setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran. Dengan penyampaian tujuan pembelajaran yang jelas dan lugas oleh guru maka siswa akan memiliki alasan mengapa mereka harus terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar. Selain itu, tentu saja membantu siswa untuk tahu persis apa yang harus mereka kuasai dari kegiatan belajar mengajar yang akan dilakukan.

Bila siswa tahu apa yang akan mereka pelajari, maka mereka akan mencoba membuat hubungan-hubungan materi pembelajaran itu dengan kehidupan mereka sendiri. Dengan demikian, siswa akan berupaya untuk belajar dengan giat. Dengan mengetahui apa yang akan dipelajari juga menolong siswa dalam menarik kembali pengetahuan awal (bekal awal) yang telah mereka miliki dari sistem memori jangka panjang (long-term memory), di mana nantinya bekal awal ini akan dipadukan dengan informasi dan hasil pengamatan yang diperoleh dari presentasi dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru selama kegiatan pembelajaran.

Untuk menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai secara lugas dan jelas, guru dapat mengkomunikasikan tujuan tersebut di papan tulis, menjelaskan tahap-tahap kegiatan belajar yang akan dilakukan, serta materi pembelajaran yang akan dipelajari. Bahkan lebih bagus lagi apabila guru menjelaskan alokasi waktu yang diperlukan untuk setiap tahap kegiatan belajar. Melalui penjelasan guru inilah diharapkan siswa akan memiliki gambaran umum tentang kegiatan belajar yang akan mereka ikuti, hingga tahap-tahap dan hubungan antar tahap-tahap kegiatan belajar.

Guru dapat menulis, menempel di papan tulis, atau menyajikan slide dengan power point singkat seperti contoh berikut:

Tujuan Pembelajaran :

(9)

Kegiatan dan Alokasi Waktu:

 Pendahuluan, preview, penyampaian tujuan pembelajaran (3 menit)

 Rasional Pembelajaran (2 menit)

 Demonstrasi oleh guru tentang cara memfokuskan lensa mikroskop dan tanya jawab (10 menit)

 Latihan memfokuskan lensa mikroskop oleh siswa dalam kelompok praktikum masing-masing (20 menit)

 Kesimpulan/Rangkuman (3menit)

 Tugas Rumah / PR untuk pertemuan berikutnya (2 menit)

b. Mempersiapkan Siswa untuk Mengikuti Pembelajaran

Selain menyampaikan tujuan pembelajaran, hal kedua yang harus dilakukan guru adalah menarik perhatian siswa. Guru harus memusatkan perhatian mereka sehingga mereka siap mengikuti kegiatan pembelajaran.

Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran penting sebab:

1) memudahkan siswa mengingat kembali pengetahuan yang telah mereka miliki (bekal awal) yang ada kaitannya, yang terdapat di dalam sistem memori jangka panjang ( long-term memory), dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.

2) siswa masuk ke dalam kelas dengan berbagai macam pemikiran masing-masing. Pikiran-pikiran ini perlu dihilangkan sehingga tidak mengganggu konsentrasi mereka selama mengikuti kegiatan belajar nantinya.

3) membuat siswa menjadi termotivasi untuk mengikuti kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan oleh guru.

Cara untuk mempersiapkan siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik sangat variatif. Setiap guru akan mempunyai beragam ide untuk melaksanakan hal penting pada fase pertama sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Makin kreatif guru, akan makin bagus cara yang dilakukannya untuk mempersiapkan siswa.

(10)

Agar guru berhasil melaksanakan fase kedua dari sintaks model pembelajaran langsung (direct instruction) ini, maka guru perlu menerapkan teknik-teknik presentasi dan demonstrasi yang efektif. Fase kedua sintaks model pembelajaran langsung ini (mempresentasikan dan mendemontrasikan pengetahuan atau keterampilan) adalah fase yang sangat krusial.

a. Mempresentasikan Pengetahuan dengan Jelas

Apabila guru menyajikan informasi (pengetahuan) dengan jelas, maka dampaknya sangat besar terhadap proses pembelajaran pada siswa. Penelitian telah banyak membuktikan hal ini. Biasanya, kemampuan memberikan presentasi atau penyajian informasi yang jelas diperoleh bersama waktu (pengalaman). Walaupun demikian, karena kemampuan mempresentasikan informasi atau pengetahuan dengan jelas merupakan sebuah keterampilan, maka ini dapat dipelajari dan dilatihkan oleh seorang guru muda (pemula) yang belum berpengalaman.

Syarat yang harus dimiliki oleh seorang guru untuk mencapai kejelasan presentasi atau penyajian informasi adalah: (1) menguasai teknik / keterampilan komunikasi dengan baik; dan (2) menguasai sepenuhnya isi materi pembelajaran yang akan disajikan.

Selain kedua hal tersebut di atas, guru juga perlu melakukan perencanaan dan persiapan bila akan melakukan presentasi. Berikut tips yang dapat digunakan agar sukses melakukan presentasi:

1) Kejelasan tujuan dan poin-poin kunci.

Untuk mendapatkan hal ini, nyatakan tujuan presentasi dengan jelas. Buat fokus pada sebuah titik (arah) dalam suatu waktu tertentu. Selalu berhati-hati saat presentasi agar tidak menyimpang dari pokok pembicaraan (presentasi).

(11)

Caranya, buat presentasi dalam langkah-langkah kecil yang berurutan secara logis. Sajikan terlebih dahulu outline (kerangka utama) bila bahan presentasi sangat kompleks.

3) Beri contoh kongkrit yang beragam dan pengulangan

Kejelasan presentasi dapat diperoleh melalui contoh kongkrit yang beragam, yang mudah dipahami siswa. Bila perlu lakukan pengulangan untuk poin-poin sulit.

4) Cek pemahaman siswa

Sebelum melanjutkan presentasi pada langkah berikutnya, pastikan siswa telah paham langkah sebelumnya. Gunakan pertanyaan agar siswa juga dapat memantau pemahaman mereka masing-masing. Bila perlu minta siswa mengutarakannya dalam bahasa mereka sendiri.

b. Mendemontrasikan Keterampilan

Mendemonstrasikan suatu keterampilan adalah ruh dari model pembelajaran langsung yang berpegang pada Teori Belajar Sosial (Teori Pemodelan Tingkah Laku). Asumsi dari teori belajar pemodelan tingkah laku adalah, bahwasanya belajar dilakukan sesorang melalui proses mengamati orang lain. Belajar dengan melakukan pemodelan (peniruan) akan sangat mengehmat waktu, tenaga, biaya, bahkan menghindarkan pebelajar dari bahaya. Pebelajar tidak perlu melakukan trial and error (coba-coba dan gagal).

Agar demonstrasi keterampilan yang dilakukan guru sukses, maka guru perlu memperhatikan 2 hal berikut: (1) melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar; dan (2) berlatih sebelum melakukan demonstrasi.

1) Melakukan demonstrasi keterampilan dengan benar

(12)

dilakukan dengan analisis tugas (task analyisis) saat guru merencanakan sebuah demonstrasi keterampilan yang rumit atau kompleks.

2) Berlatih sebelum melakukan demonstrasi

Latihan yang dilakukan guru untuk melakukan demonstrasi suatu keterampilan akan membuat pelaksanaan demonstrasi sukses. Latihan harus dilakukan oleh guru agar ia dapat yakin saat mendemonstrasikan keterampilan tidak melakukan kesalahan. Semakin sulit dan kompleks suatu keterampilan, semakin wajib guru melakukan latihan. Telah banyak penelitian membuktikan, siswa tidak dapat melakukan suatu keterampilan kompleks dengan baik dikarenakan guru kurang tepat atau kurang baik saat melakukan demonstrasi.

3. Membimbing Pelatihan

Fase ketiga sintak model pembelajaran langsung (direct instruction) adalah membimbing pelatihan. Guru harus memberikan latihan terbimbing kepada siswa. Pada fase ini siswa tidak sekedar berlatih saja, tetapi siswa harus berlatih di bawah bimbingan guru. Tujuan diberikan pembimbingan adalah agar latihan yang dilakukan siswa dapat efektif. Setidaknya ada 4 (empat) prinsip yang harus dipegang guru saat melakukan latihan terbimbing untuk siswanya, yaitu: (a) latihan singkat tapi utuh; (b) keterampilan harus benar-benar dikuasai; (c) hati-hati terhadap kelebihan dan kelemahan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice); dan (d) perhatikan tahap awal latihan.

a. Latihan Singkat Tapi Utuh

Suatu keterampilan yang baru dipelajari oleh siswa harus dilatihkan. Keterampilan yang sulit atau kompleks perlu dilatihkan dengan cara disederhanakan, dilakukan secara singkat, akan tetapi tetap utuh.

b. Keterampilan Harus Benar-Benar Dikuasai

(13)

mikroskop apabila lensa-lensa mikroskop belum fokus. Sub keterampilan yang merupakan prasyarat bagi sub keterampilan selanjutnya harus dilatihkan hingga benar-benar dikuasai oleh siswa. Bila tidak, sia-sia saja guru melanjutkan untuk mengajarkan sub keterampilan berikutnya.

c. Latihan Berkelanjutan (Massed Practice) Dan Latihan Terdistribusi (Distributed Practice)

Bila suatu keterampilan amat kompleks dan rumit, maka dalam sekali kegiatan pembelajaran, keterampilan itu tentu saja tak akan dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Karena itu diperlukan latihan berkelanjutan (massed practice) dan latihan terdistribusi (distributed practice). Misalnya, keterampilan menggunakan mikroskop dapat dilatihkan pada kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya di sepanjang semester atau tahun pembelajaran. Latihan dilakukan dengan tujuan meningkatkan kemahiran mereka dengan meningkatkan tingkat kesulitan, dan juga dengan membagi-bagi latihan ke dalam segmen-segmen. Hal ini perlu dilakukan karena bila suatu keterampilan kompleks diajarkan dalam tempo yang lama tanpa berselang, maka siswa akan bosan. Akibatnya latihan yang diberikan tidak lagi efektif.

d. Tahap Awal Latihan Sangat Penting

Perhatikan kemampuan siswa melakukan suatu keterampilan pada tahap-tahap awal. Ini sangat penting karena siswa mungkin melakukannya tanpa sadar. Guru perlu memperbaiki (membetulkan) kesalahan ini selagi masih di tahap awal, supaya lebih mudah terkoreksi. Analoginya, lebih mudah meluruskan batang bambu yang masih muda dibandingkan batang bambu yang sudah tua. Sebelum keterampilan yang keliru itu menjadi begitu terotomatisasi, maka akan lebih mudah memperbaikinya.

4. Mencek Pemahaman dan Umpan Balik

(14)

memberikan umpan balik positif, sehingga kemampuan melakukan keterampilan yang sudah baik akan dipertahankan oleh siswa.

Pengecekan pemahaman dapat dilakukan guru dengan melontarkan pertanyaan-pertanyaan. Siswa diminta menjawab berdasarkan bahasa dan pemahaman mereka sendiri sehingga guru dapat mengetahui hasil presentasi pengetahuan atau demonstrasi dan latihan-latihan yang telah dilakukan.

5. Memberi Kesempatan Pelatihan Lanjutan dan Penerapan

Fase terakhir (kelima) dari sintaks model pembelajaran langsung adalah memberi kesempatan pelatihan lanjutan dan penerapan kepada siswa. Jenis pelatihan lanjutan dan penerapan yang sering diberikan oleh guru adalah pelatihan mandiri dalam bentuk penugasan rumah (PR). Melalui pelatihan lanjutan siswa dapat berlatih secara mandiri untuk menerapkan keterampilan yang baru diperolehnya. Pelatihan lanjutan sebenarnya juga dimaksudkan sebagai perpanjangan waktu belajar di luar pembelajaran yang telah diberikan oleh guru di kelas.

Ada 3 hal yang dapat dijadikan panduan bagi guru saat memberikan pelatihan lanjutan dan penerapan, yaitu: (a) PR bukan lanjutan proses pembelajaran; (b) memberi informasi kepada orang tua siswa; dan (c) memberi umpan balik terhadap PR yang telah diberikan.

a. PR bukan lanjutan proses pembelajaran

Perlu dicatat, bahwa PR bukan kelanjutan dari sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas. PR adalah latihan lanjutan, atau dapat juga difungsikan sebagai sarana untuk mempersiapkan siswa mengikuti pembelajaran berikutnya.

b. Keterlibatan Orang Tua Siswa

(15)

c. Umpan Balik Terhadap PR yang Telah Diberikan

Umpan balik harus jelas. Guru tidak dapat hanya sekedar mencek apakah siswa mengerjakan PR yang diberikan. Tetapi, guru juga harus betul-betul menelaahnya dengan baik, di mana kelebihan siswa dan di mana kekurangan (kesulitan) yang masih dimiliki siswa. Bila guru hanya mencek apakah siswa mengerjakan atau tidak PR yang diberikan, lambat laun siswa akan sadar bahwa ia tidak perlu serius mengerjakan PR: cukup mengerjakan (yang penting mengerjakan) atau sekedar menuliskan sesuatu di atas kertas, dan semuanya menjadi beres. Hasil telaah penting untuk bahan pertimbangan perencanaan pembelajaran berikutnya agar dapat sukses.

2.2 TEORI BANDURA

Pemodelan merupakan konsep dasar dari teori belajar sosial yang dikembangakan oleh Albert Bandura yang juga merupakan dasar model pembelajaran langsung. Untuk itu sebelum kita masuk pada model pembelajaran langsung, sebaiknya kita pelajari terlebih dahulu teori Bandura ini.

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain (Arends, 1997: 69).

Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamti tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan tersebut kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali.

Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi. 1. Fase Atensi

(16)

Guru yang menggunakan model pembelajaran langsung (direct instruction) di kelasnya harus dapat:

a. Memperoleh Perhatian Siswa.

Untuk memperoleh perhatian atau atensi awal dari siswa, guru dapat menggunakan isyarat-isyarat seperti tepuk tangan, benda-benda aneh dan atau menarik. Selanjutnya, guru dapat pula mengarahkan perhatian saat berbicara tentang pokok-pokok penting yang sedang dibicarakannya dengan mengatakan ”lihatlah ke arah saya, perhatikan baik-baik” dan sebagainya.

b. Memudahkan Pengamatan Siswa

Suatu tingkah laku yang kompleks akan sulit diamati siswa walaupun telah dimodelkan dengan amat baik. Karena itu, guru perlu melakukan analisis tugas (task analysis). Misalnya saat mengajarkan bagaimana melakukan dribble dalam permainan basket (sebuah keterampilan yang cukup kompleks), maka guru dapat mengajarkan per komponen, misalnya bagaimana cara menyentuh atau memegang bola pada saat melakukan dribble, bagaimana posisi badan, bagaimana posisi kaki dan langkah-langkah kaki, bagaimana arah pandangan mata, dan sebagainya, sedemikian rupa sehingga keterampilan itu lebih mudah diamati untuk ditiru. Memperkenalkan melulu keseluruhan keterampilan yang kompleks, tanpa melakukan analisis tugas, dapat memberatkan kemampuan dan kapasitas perhatian siswa dan mengakibatkan terjadinya kesalahan-kesalahan.

2. Fase Retensi

Fase ini bertanggung jawab atas pengkdean tingkah laku model dan menyimpan kode-kode itu di dalam ingatan, yaitu memori jangka panjang (Gredler, dalam Sudibyo, e. 2001: 5). Pengkodean adalah proses pengubahan pengalaman yang diamati menjadi kode memori(Trianto. 2012: 78).untuk memastikan terjadinya retensi jangka panjang guru dapat menyediakan pelatihan, yang memungkinkan siswa mengulang keterampilan baru secara begiliran, baik secara fisaik maupun secara mental.

(17)

a. Memberikan Kaitan Keterampilan Baru yang akan Dipelajari dengan Pengetahuan (Bekal) Awal Siswa

Untuk melakukan pengaitan keterampilan baru yang akan dipelajari dengan pengetahuan (bekal) awal siswa, misalnya terkait pembelajaran melakukan dribble

pada permainan bola basket, guru dapat meminta siswa mengingat-ingat kembali bagaimana bagaimana langkah-langkah atau cara-cara yang harus dilakukannya saat melakukan shoot ke ring (bila sudah diajarkan).

b. Meyakinkan Bahwa Telah Terbentuk Retensi Jangka Panjang

Untuk meyakinkan bahwa telah terbentuk retensi jangka panjang pada diri siswa, guru bisa memberikan pelatihan lanjutan, sehingga siswa mempunyai kesempatan mengulang-ulang keterampilan baru yang dipelajarinya baik secara fisik maupun mental. Siswa dapat melakukannya setahap demi setahap sebagaimana hasil analisis tugas yang diberikan guru.

3. Fase Reproduksi

Fase reproduksi dipengaruhi oleh tingkat perkembangan individu. Fase ini mengizinkan model untuk melihat apakah komponen urutan tingkah laku sudah dikuasai oleh si pengamat (pebelajar). Pada fase ini juga si model hendak memberikan umpan balik terhadap aspek yang sudah benar ataupun pada hal-hal yang masih salah dalam penampilan.

Untuk melakukan pemodelan korektif ini guru dapat:

a. Memastikan Sikap Positif Terhadap Keterampilan Baru

Guru yang baik saat siswa memodelkan (menirukan) tingkah laku atau keterampilan baru harus selalu mendapatkan pujian-pujian yang sifatnya positif, dan bila sisw dan melakukan kekeliruan-kekeliruan hendaknya segera diberikan koreksi dengan menunjukkan letak masalah dan bagaimana cara memperbaiki kekeliruan-kekeliruan itu.

b. Memperbaiki Subketerampilan yang Salah

(18)

salah. Untuk mengatasi hal ini guru harus kembali memberikan contoh lalu meminta siswa mengamati dan memodelkan ulang hingga subketerampilan itu benar-benar ia kuasai dengan baik.

4. Fase Motivasi

Pada fase ini si pengamat akan termotivasi untuk meniru model, sebab mereka merasa bahwa dengan berbuat seperti model,mereka akan memperoleh penguatan. Aplikasi fase di dalam kelas dalam pembelajaran pemodelan sering berupa pujian atau pemberian nilai.

2.3 PERAN GURU DALAM MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

1. Guru menjelaskan TPK, materi prasyarat, memotivasi siswa dan mempersiapkan siswa (memberikan informasi latarbelakang dan menerangkan mengapa pelajaran ini penting).

2. Guru mendemonstrasikan keterampilan atau meyajikan informasi tahap demi tahap. 3. Guru memberikan latihan terbimbing.

4. Guru memeriksa/mengecek kemampuan siswa seperti memberi kuis terkini dan memberi umpan balik seperti membuka diskusi untuk siswa.

5. Guru mempersiapkan latihan untuk siswa dengan menerapkan konsep yang dipelajari pada kehidupan sehari-hari.

2.4 PELAKSANAAN PENGAJARAN LANGSUNG

Sebagaimana halnya setiap mengajar, pelaksanaan yang baik model pengajaran langsung memerlukan tindakan-tindakan dan keputusan-keputusan yang jelas dari guru selama berlangsungnya perencanaan, pada saat melaksanakan pembelajaran, dan waktu menilai hasilnya. Ciri khusus yang terlihat dalam melaksanakan suatu pengajaran langsung adalah sebagai berikut.

1. Tugas-tugas Perencanaan

(19)

a. Merumuskan Tujuan

Untuk merumuskan tujuan pembelajaran dapat digunakan model Mager (Kardi dan Nur,2000: 18). Mager mengemukakan bahwa tujuan pembelajaran khusus harus sangat spesifik. Tujuan yang dalam format Mager dikenal sebagai tujuan perilaku dan terdiri dari tiga bagian.

1) Perilaku siswa, apa yang akan dilakukan siswa/jenis-jenis perilaku siswa yang diharapkan sebagai bukti bahwa tujuan itu telah dicapai.

2) Situasi pengetesan, di bawah kondisi tertentu perilaku itu akan teramati atau diharapkan terjadi.

3) Kriteria kinerja, ditetapkan standar atau tingkat kinerja yang dapat diamati.

Menurut Marger tujuan yang baik perlu berorientasi pada siswa dan spesifik, mengandung uraian yang jelas tentang situasi penilaian (kondisi evaluasi), dan mengandung tingkat ketercapaian kinerja yang diharapkan (kriteria keberhasilan).

b. Memilih Isi

Bagi guru yang masih dalam proses menguasai sepenuhnya materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar, disarankan agar dalam memilih materi ajar mengacu pada GBPP kurikulum yang berlaku, dan buku ajar tertentu (Kardi dan Nur, 2000: 20).

c. Melakukan Analisis Tugas

Analisis tugas ialah alat yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasidengan presisi yang tinggi hakekat yang setepatnya dari suatu keterampilan atau butir pengetahuan yang terstruktur dengan baik, yang diajarkan oleh guru. (Kardi dan Nur, 2000: 23)

d. Merencanakan Waktu dan Ruang

Ada dua hal yang perlu diperhatikan oleh guru: (1) memastikan bahwa waktu yang disediakan sepadan dengan bakat dan kemampuan siswa, dan (2) memotivasi siswa agar mereka tetap melakukan tugas-tugasnya dengan perhatian yang optimal. (Kardi dan Nur, 2000: 23).

(20)

a. Menyampaikan Tujuan dan Menyiapkan Siswa

Tujuan langkah awal ini untuk menarik dan memusatkan perhatian siswa, serta memotivasi mereka untuk berperan serta dalam pelajaran itu.

b. Menyampaikan Tujuan

Siswa perlu mengetahui dengan jelas, mengapa mereka berpartisipasi dalam suatu pelajaran tertentu, dan apa yang mereka dapat lakukan setelah selesai berperan serta dalam pelajaran itu.

c. Menyiapkan Siswa

Kegiatan ini bertujuan untuk menarik perhatian siswa, memusatkan perhatian siswa pada pokok pembicaraan, dan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki.

d. Presentasi dan Demonstrasi

Fase kedua pengajaran langsung adalah melakukan presentasi atau demonstrasi pengetahuan dan keterampilan.

e. Mencapai Kejelasan

Kemampuan guru untuk memberi informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, mempunyai dampak positif terhadap proses belajar siswa.

f. Melakukan Demonstrasi

Pada pengajaran langsung, sebagian besar yang dipelajari (hasil belajar) berasal dari mengamati orang lain, dan menghindari siswa dari belajar melalui “trial and error”. Guru perlu dengan sepenuhnya menguasai konsep atau keterampilan yang akan didemonstrasikan.

g. Mencapai Pemahaman dan Penguasaan

(21)

h. Berlatih

Agar dapat mendemonstrasikan sesuatu dengan benar diperlukan latihan intensif, dan memerhatikan aspek-aspek penting dari keterampilan atau konsep yang didemonstrasikan.

i. Memberikan Latihan Terbimbing

Salah satu tahap penting pengajaran langsung ialah cara guru mempersiapkan dan melaksanakan “pelatihan terbimbing”

Menurut Kardi dan Nur (2000: 35-36) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam menerapkan dan melakukan pelatihan.

(1) Menugasi siswa melakukan latihan singkat dan bermakna;

(2) Memberikan pelatihan pada siswa sampai benar-benar menguasai konsep yang dipelajari;

(3) Hati-hati terhadap latihan yang berkelanjutan, pelatihan secara berkepanjangan dapat menimbulkan kejenuhan pada siswa; dan

(4) Memerhatikan tahap-tahap awal pelatihan, mungkin saja siswa melakukan keterampilan yang kurang benar atau bahkan salah tanpa disadari.

j. Mengecek Pemahaman dan Memberikan Umpan Balik

Tahap ini kadang-kadang disebut juga dengan tahap resitasi, yaitu guru memberikan beberapa pertanyaan lisan atau tertulis kepada siswa dan merespon jawaban yang diberikan.

Menurut Kardi dan Nur (2000: 38-42), untuk memberikan umpan balik yang efektif kepada siswa yang jumlahnya banyak, dapat digunakan beberapa pedoman yang patut dipertimbangkan, sebagai berikut:

(1) Memberikan umpan balik sesegera mungkin setelah latihan, umpan balik seharusnya diberikan cukup segera setelah latihan sehingga sisa dapat mengingat dengan jelas kinerja mereka sendiri:

(2) Mengupayakan agar umpan balik jelas dan spesifik: (3) Umpan balik ditujukan langsung pada tingkah laku:

(22)

(6) Apabila memberi umpan balik negatif, tunjukkan bagaimana melakukannya dengan benar.

(7) Membantu siswa memusatkan perhatiannya pada proses dan bukan pada hasil. (8) Mengajari siswa cara memberi umpan balik kepada dirinya sendiri, dan bagaimana

menilai keberhasilan kinerjanya sendiri.

k. Memberikan Kesempatan Latihan Mandiri

Menurut Kardi dan Nur (2000: 42-43) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam memberikan tugas mandiri, yaitu:

(1) Tugas rumah yang diberikan bukan merupakan kelanjutan dari proses pembelajaran, tetapi merupakan kelanjutan pelatihan untuk pembelajaran berikutnya;

(2) Guru seyogyanya menginformasikan kepada orang tua siswa tentang tingkat keterlibatan mereka dalam membimbing siswa di ruman;

(3) Guru perlu memberikan umpan balik tentang hasil tugas yang diberikan kepada siswa di rumah.

3. Strategi Pembelajaran Modeling

Strategi modeling adalah strategi yang dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa seseorang dapat belajar melalui pengamatan perilaku orang lain. Strategi belajar modeling berangkat dari teori belajar sosial, yang juga disebut belajar melalui observasi atau menurut Arends disebut juga dengan teori pemodelan tingkah laku (Kardi dan Nur (2000: 11)).

Langkah-langkah modeling menurut Bandura terdiri dari fase atensi, fase retensi, fase produksi, dan fase motivasi yang dalam pelatihan dilaksanakan sebagai berikut:

Fase Atensi: (1) Guru (model) memberi contoh kegiatan tertentu (demonstrasi) di depan siswa. (2) Guru bersama peserta didik mendiskusikan hasil pengamaatan yang dilakukan.

(23)

Fase Produksi, pada fase ini peserta didik ditugasi untuk menyiapkan langkah-langkah kegiatannya (demonstrasi) sendiri sesuai langkah0langkah yang telah dicontohkan, hanya dari sudut yang berbeda.

Fase Motivasi berupa presentasi hasil kegiatan (simulasi) dan kegiatan diskusi. [ada saat diskusi kelompok lain diberi kesempatan untuk menyampaikan hasil pengamatannya.

Akhirnya guru dan peserta didik akan menympulkan kegiatan secara overview untuk memberikan justifikasi hasil kegiatan yang telah dilakukan.

2.5 IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG

Model pengajaran langsung atau yang lebih dikenal sebagai model pembelajaran langsung tentu saja pengelolaan pelaksanaannya berbeda dengan model pembelajaran lain seperti model pembelajaran kooperatif atau model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM). Berikut ada beberapa tips yang dapat kita ikuti untuk mengimplementasikan model pembelajaran ini di kelas.

1. Tips agar Implementasi Model Pembelajaran Langsung Sukses

a. Pusatkan Perhatian Siswa

(24)

b. Lakukan Presentasi atau Demonstrasi dengan Baik dan Efektif

Guru harus melakukan presentasi dan demonstrasi dengan baik. Penerapan model pembelajaran langsung (direct instruction) mensyaratkan ini. Prinsip ekonomi dan prinsip power sebagaimana telah diuraikan pada tulisan Merencanakan Implementasi Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) harus diterapkan. Prensentasi dan demonstrasi harus dilakukan secara singkat, per sub komponen keterampilan, dengan urutan yang logis. Guru harus bersikap aktif, agar siswa tidak kehilangan atensi terhadap presentasi dan demonstrasi yang sedang dilakukan.

c. Jaga Motivasi Siswa agar Selalu dalam Level yang Cukup

Membuat siswa tetap termotivasi selama kegiatan pembelajaran bukanlah hal yang mudah. Tetapi, dalam implementasi model pembelajaran langsung (direct instruction) hal ini sangatlah penting dan krusial, lebih-lebih siswa harus memperhatikan setiap presentasi dan demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Karena itu guru harus mengatur tempo pembelajaran, penanganan siswa yang mengganggu proses pembelajaran sehingga mengganggu konsentrasi siswa lain, dan untuk melakukan ini diperlukan teknik-teknik tersendiri.

d. Sediakan Lingkungan Belajar yang Baik

Sedikit sudah disebut di tips ketiga di atas bahwa guru harus membuat suasana kelas kondusif untuk membuat siswa tetap fokus pada presentasi atau demonstrasi yang dilakukan oleh guru. Selain mengatur tingkah laku siswa yang mungkin dapat mengganggu kelancaran pembelajaran atau perhatian siswa lain maka penataan ruangan dan susunan tempat duduk juga menjadi kunci penting kesuksesan pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) ini. Lingkungan belajar dengan ruangan yang memiliki penerangan yang cukup, pengaturan tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan presentasi atau demonstrasi dari guru, hingga hal-hal kecil lainnya dapat mempengaruhi keberhasilan penerapan model pembelajaran langsung.

e. Terapkan Strategi-Strategi Mengajar yang Baik

(25)

mengajar seperti bertanya, menjawab pertanyaan guru, melakukan latihan, dan sebagainya. Selain itu strategi-strategi khsusus untuk penanganan siswa yang suka berbicara, siswa yang menyimpang tingkah lakunya dari kegiatan pembelajaran juga sangat penting. Di bawah ini akan dibahas secara khusus strategi-strategi mengajar yang penting diterapkan pada model pembelajaran langsung (direct instruction).

2. Strategi-Strategi Mengajar yang Penting Diterapkan pada Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Beberapa strategi penting untuk diterapkan pada model pembelajaran langsung (direct instruction) antara lain: (a) penanganan siswa yang suka berbicara; (b) pengaturan tempo pembelajaran; (c) penanganan penyimpangan tingkah laku siswa; dan (d) pengaturan partisipasi (giliran).

a. Penanganan Siswa yang Suka Berbicara

Siswa yang suka berbicara dan bertanya di luar waktu yang tepat yang telah disediakan guru dapat mengganggu kemulusan presentasi atau demonstrasi guru. Siswa yang seperti ini dapat memperlanbat tempo pembelajaran. Tingkat keseriusan masalah yang diakibatkan oleh siswa yang suka bicara dan bertanya bisa macam-macam, mulai dari yang sekedar mengganggu presentasi atau demonstrasi guru, hingga yang mengganggu keseluruhan kelas (termasuk siswa lain) yang sedang memperhatikan guru.

Untuk pencegahan terjadi perilaku siswa yang kontraproduktif dengan pembelajaran langsung ini, maka guru harus mempunyai peraturan untuk diberlakukan, misalnya, untuk bertanya siswa harus memanfaatkan waktu yang diberikan guru, di luar itu pertanyaan akan diabaikan. Selain itu, juga harus ada aturan berbicara di kelas. Peraturan harus dilaksanakan secara konsisten sehingga siswa akan terbiasa dengannya.

b. Pengaturan Tempo Pembelajaran

(26)

tiba-tiba menghentikannya walaupun belum selesai karena melontarkan pertanyaan kepada siswa. Guru juga seringkali lupa fragmentasi presentasinya sehingga tidak lagi sesuai dengan perencanaan. Penjelasan yang terlalu panjang lebar di suatu kelas mungkin berguna, tetapi justru tidak efektif di kelas lain.

c. Penanganan Penyimpangan Tingkah Laku Siswa

Model pembelajaran langsung biasanya diterapkan di dalam kelas dengan jumlah siswa yang cukup banyak. Di antara sekian banyak siswa ini biasanya selalu ada yang melakukan berbagai tingkah laku yang menyimpang dari kegiatan belajar efektif. Mereka dengan tingkah lakunya dapat mengganggu siswa lain di sekitarnya atau bahkan mengganggu seluruh siswa dan juga guru di kelas itu. Pada saat seperti ini, tidak penting untuk mencari penyebab penyimpangan tingkah laku tersebut, karena akan menyita waktu yang cukup banyak. Hal yang sangat urgen dilakukan guru adalah menghentikan sesegera mungkin penyimpangan tingkah laku tersebut.

Beberapa teknik dapat dilakukan untuk mencegah munculnya perilaku menyimpang yang parah pada siswa. Teknik-teknik seperti: (1) being with it; (2) overlappingness; dan (3) menghentikan segera perilaku menyimpang, harus dikuasai oleh guru.

1) Being With It

Being with it adalah suatu istilah untuk memerikan bagaimana seorang guru selalu awas dengan seluruh siswa yang ada di kelasnya, bahkan ketika ia sedang berada dalam posisi memunggungi mereka. Kebanyakan guru berpengalaman memiliki keterampilan ini. Guru-guru seperti ini seakan mempunyai “mata” di bagian belakang kepala mereka. Guru-guru dengan kemampuan being-with-it-ness mampu mengenali dengan segera siswa yang mulai menunjukkan perilaku menyimpang dari kegiatan belajar. Bila terjadi sedikit kekacauan di salah satu sudut kelas, dengan tepat ia akan mampu mengenali siswa yang harus bertanggung jawab atas kekacauan itu. Latihanlah yang membuat guru menguasai keterampilan ini.

2) Overlappingness

(27)

sedang melakukan presentasi tetapi di saat yang sama mengetahui ada siswa dengan tingkah laku yang tidak sesuai dengan aktivitas pembelajaran, maka sembari terus melakukan presentasi ia berjalan ke arah siswa yang melakukan tingkah laku menyimpang tadi untuk menghentikannya dengan cara menyentuh bahunya, tanpa perlu menegur atau menasihatinya. Dengan demikian guru melaksanakan sekaligus dua kegiatan: pertama melakukan presentasi dan kedua menghentikan perilaku menyimpang. Pengalaman dan latihan yang baik juga membuat keterampilan overlappingness ini akan terasah sempurna.

3) Menghentikan Segera Perilaku Menyimpang

Kadangkala, di dalam pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) ada saja siswa yang benar-benar susah dihentikan perilaku menyimpangnya dengan cara-cara halus (misalnya mendekati dan menyentuh bahunya, atau memandang lurus ke arah siswa tersebut untuk memberi isyarat agar ia berhenti dengan tingkah lakunya yang tidak sesuai itu). Karena itu siswa tersebut harus segera dihentikan sebelum gangguan yang ditimbulkannya semakin parah. Untuk ini, guru dapat melakukannya dengan memberikan langsung peringatan lisan(walaupun akan mengganggu sesaat kegiatan pembelajaran) dengan menunjukkan kejelasan maksud dan ketegasan. Perlu diingat bahwa teguran secara langsung untuk menghentikan dengan segera perilaku menyimpang ini tidak boleh dilakukan dengan kata-kata kasar. Ketegasan dan kejelasan tidak sama dengan kekasaran. Contoh kata-kata yang dapat diucapkan guru untuk menghentikan perilaku menyimpang siswa selama pelaksanaan model pembelajaran langsung (direct instruction) misalnya: “Jangan berbicara selagi saya sedang menjelaskan sesuatu!” Atau “Hentikan segera, sangat tidak menyukai perbuatan seperti itu!”

3. Pengaturan Partisipasi (Giliran)

(28)

siswa-siswa yang duduk di deretan depan. Guru dapat pula mengubah-ubah posisi berdirinya dengan tidak melulu berada di depan, tetapi juga sesekali ke sudut-sudut kelas atau ke bagian belakang jika memungkinkan.

2.6 TUJUAN PEMBELAJARAN DAN HASIL BELAJAR SISWA

Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural. Pengetahuan deklaratif (dapat diungkapkan dengan kata-kata) adalah pengetahuan tentang sesuatu, sedangkan pengetahuan prosedural adalah pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu (Kardi dan Nur, 2000: 4).

Suatu contoh pengetahuan deklaratif yaitu: tekanan adalah hasil bagi antara gaya danluas bidang bendayang dikenai gaya (P = F/A). Pengetahuan prosedural yang berkaitan dengan pengetahuan deklaratif di atas adalah bagaimana memperoleh rumus/persamaan tekanan tersebut.

(29)

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Konsep dan karakteristik model pembelajaran Langsung

Pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Pembelajaran langsung berpusat pada guru tetapi tetap harus menjamin terjadinya keterlibatan siswa.

2. Teori Bandura

Menurut Bandura sebagian besar manusia belajar melalui pengamatan secara selektif dan mengingat tingkah laku orang lain (Arends, 1997: 69).

Seseorang belajar menurut teori ini dilakukan dengan mengamti tingkah laku orang lain (model), hasil pengamatan tersebut kemudian dimantapkan dengan cara menghubungkan pengalaman baru dengan pengalaman sebelumnya atau mengulang-ulang kembali.

Berdasarkan pola perilaku tersebut, selanjutnya Bandura mengklasifikasi empat fase belajar dari pemodelan, yaitu fase perhatian, fase retensi, fase reproduksi, dan fase motivasi.

3. Peran Guru dalam Model Pembelajaran Langsung

Guru menjelaskan TPK, materi prasyarat, memotivasi siswa, Guru mendemonstrasikan keterampilan atau meyajikan informasi tahap demi tahap, Guru memberikan latihan terbimbing, Guru memeriksa/mengecek kemampuan siswa dan Guru mempersiapkan latihan untuk siswa.

4. Pelaksanaan Pembelajaran Langsung

(30)

5. Implementasi pembelajaran Langsung

Model pengajaran langsung atau yang lebih dikenal sebagai model pembelajaran langsung tentu saja pengelolaan pelaksanaannya berbeda dengan model pembelajaran lain seperti model pembelajaran kooperatif atau model pembelajaran berdasarkan masalah (PBM).Ada beberapa tips yang dapat kita ikuti untuk mengimplementasikan model pembelajaran ini di kelas: Tips agar Implementasi Model Pembelajaran Langsung Sukses, Strategi-Strategi Mengajar yang Penting Diterapkan pada Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction).

6. Tujuan dan hasil pembelajaran siswa

Para pakar teori belajar pada umumnya membedakan dua macam pengetahuan, yakni pengetahuan, yakni pengetahuan deklaratif dan pengetahuan prosedural.

3.2 SARAN

Banyak faktor yang mempengaruhi ketercapaian dari tujuan pembelajaran sehingga dalam melaksanakan pembelajaran guru harus memiliki pengetahuan untuk mengidentifikasi gaya belajar yang dimiliki oleh siswa. Dengan adanya tuntutan tersebut maka pendidik sebaiknya mencari berbagai referensi untuk memperdalam pemahaman mengenai pelaksanaan proses pembelajaran guna tercapainya tujuan optimal yang diharapkan.

Sebagai calon guru, hendaknya kita mempelajari berbagai macam model-model pembelajaran dengan sungguh-sungguh, sehingga kita dapat mengaplikasikannya dalam pembelajaran yang akan kita alami kemudian hari. Model pembelajaran sangat penting karena dapat mempengaruhi keberhasilan pengajaran bagi guru, dan belajar bagi siswa. Penggunaan model harus disesuaikan dengan keadaan sekolah, keadaan guru, keadaan siswa, serta kurikulum yang ada.

(31)

DAFTAR PUSTAKA

 Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstuktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.

 Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: Bumi Aksara.

 Zulkarnain, Heleni Susda. 2011. Bahan Ajar Strategi Pembelajaran Matematika. Pekanbaru: Universitas Riau.

 2013. Cara Mengimplementasikan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction). http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2013/05/implementasi-model-pembelajaran-langsung.html

(32)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) 1

Nama Sekolah : SDN 053 Ranah Kecamatan Kampar

Mata Pelajaran : Matematika

Kelas/Semester : V/2

Alokasi Waktu : 2 x 35 menit

I. STANDAR KOMPETENSI

Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah. II. KOMPETENSI DASAR

- Menjumlah dan mengurang berbagai bentuk pecahan. III. INDIKATOR

1. Menjumlahkan 2 buah bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa yang berpenyebut sama.

2. Menjumlahkan 2 buah bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama.

3. Menjumlahkan 2 buah bilangan pecahan campuran dengan pecahan campuran. IV. TUJUAN PEMBELAJARAN

1. Siswa dapat menjumlahkan 2 bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa yang berpenyebut sama.

2. Siswa dapat menjumlahkan 2 bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama.

(33)

V. MATERI AJAR

1. Menjumlahkan 2 bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa dengan

penyebut sama.

Contoh: 25+35

= ...

Langkah menyelesaikan soal ini adalah:

1. Tanpa mengubah penyebutnya jumlahkan kedua pembilang yang di atas sehingga akan didapat hasilnya.

2

5+35

=

2+53

=

55

=

1

Jadi, 25+35

= 1

2. Menjumlahkan 2 bilangan pecahan biasa dengan pecahan biasa dengan penyebut tidak sama.

Contoh: 125 +153

= ...

Langkah penyelesaian soal ini adalah:

Ubah kedua penyebut dengan KPK dari 12 dan 15, yaitu 60. 2

5×55

=

2560

3

15×44

=

1260

5

12+153

=

2560+1260

=

3760 Jadi, 125 +153

=

3760

(34)

8 16

+

1 57

=

9

+

16

+

57

=

9

+

427

+

3042

=

93742

VI. METODE DAN MODEL PEMBELAJARAN

Model pembelajaran : Pembelajaran langsung.

Metode pembelajaran : Ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. VII. KEGIATAN PEMBELAJARAN

1. Kegiatan Awal (10 menit).

 Mengaitkan permasalahan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dengan pecahan.

 Menyampaikan tujuan pembelajaran dan memperiapkan siswa. (Fase 1)  Memberikan motivasi siswa dan menginformasikan manfaat dan kegunaan

pecahan dalam kehidupan sehari-hari. 2. Kegiatan Inti (50 menit)

 Guru mendemonstrasikan cara menjumlahkan bilangan pecahan. (Fase 2)  Guru menjelaskan cara menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan biasa

yang berpenyebut sama.

 Guru menjelaskan cara menjumlahkan pecahan biasa dengan pecahan biasa yang berpenyebut tidak sama.

 Guru menjelaskan cara menjumlahkan pecahan campuran dengan pecahan campuran.

 Guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa.

(35)

 Guru mengecek pemahaman siswa dengan memberikan pertanyaan lisan pada siswa kemudian memberikan umpan balik terhadap hasil jawaban yang benar. (Fase 4)

3. Kegiatan Akhir (10 menit).

 Guru bersama-sama siswa menyimpulkan materi yang telah diajarkan.  Guru memberikan tes formatif pada siswa.

 Guru memberikan PR kepada siswa sebagai latihan lanjutan untuk

memantapkan pemahaman siswa terhadap materi yang telah diajarkan. (Fase 5)

VIII. MEDIA PEMBELAJARAN DAN SUMBER BACAAN

o Kertas gambar yang ditulis dengan bilangan pecahan.

o Buku paket Pelajaran Matematika Untuk SD kelas V Penekanan Pada Berhitung. (Erlangga) hal 109-111.

IX. PENILAIAN

Bentuk tes: Essay

Selesaikanlah soal di bawah ini.

Jumlahkanlah pecahan-pecahan di bawah ini!

1. 37

+

17

= ...

2. 46

+

103

= ...

3. 325

+ 4

18

= ...

Kunci jawaban: 1) 37+17

=

3+51

=

47

2)

46+103

=

... (KPK dari 6 dan 10 yaitu 60)

(36)

3

10×66

=

1860

Jumlahkan kedua pecahan tersebut. 4

6+103

=

4060+1860

=

5860

=

2930

Jadi, 46+103

=

5860

=

2930

3) Langkah penyelesaiannya adalah: 325

+

4 18 = 7

+

25

+

18

= 7

+

1640

+

405

= 7 2140

Kepala SDN 053 Ranah Ranah, 05 Mei 2009

Kecamatan Kampar Guru kelas V

H. USMAN ALI AZHAR

(37)

Lampiran I SILABUS

Nama Sekolah : SDN 053 Ranah Kecamatan Kampar Mata Pelajaran : Matematika

Kelas : V

Semester : 2

Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

(38)
(39)

Referensi

Dokumen terkait

Atas pembayaran/penyetoran pajak yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT tahunan, dikenakan sanksi administrasi berupa bunga 2% perbulan dihitung mulai

perbedaan yang signifikan antara kelas yang diajar oleh guru yang belum. sertifikasi dan guru yang

Terkait dengan kesaksian gereja bagi konteks Indonesia, nampaknya GPIB telah dan terus berupaya menjadi gereja yang bukan saja menuntut orang lain untuk bersikap terbuka, tetapi

Hasil penelitian dapat dilengkapi dengan tabel, grafik (gambar), dan/atau bagan. Bagian pembahasan memaparkan hasil pengolahan data, menginterpretasikan penemuan secara

Langkah pertama yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengidentifikasi karakteristik PKL makanan siap saji di tempat yang terdapat di Kawasan Pendidikan Tinggi Jebres

Dalam kerangka teori sinyal disebutkan bahwa dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara manajer perusahaan dan pihak luar

Pada tulisan ini akan dibahas pembuatan keramik berpori dengan cara yang cukup sederhana, dengan memper- gunakan karet busa sebagai model cetakan dan ba- han baku yang dipakai

Semakin banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam suatu penyaluran barang, maka akan semakin besar perbedaan harga yang harus dibayar konsumen dengan yang