NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN QUALITY OF WORKLIFE TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIASI
(Studi pada Perawat RSUD Ambarawa)
MUGINAH NIM: 1442020074
PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN QUALITY OF WORKLIFE TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIASI
(Studi pada Perawat RSUD Ambarawa)
Diajukan oleh:
MUGINAH NIM: 1442020074
Untuk Berkala Penelitian Tesis Telah disetujui oleh Pembimbing
Pembimbing I
______________________ Pada Tanggal ……….
Pembimbing II
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Mahasiswa Program Pascasarjana Univeristas Stikubank :
Nama : Muginah
NIM : 1442020074
Jenjang Program Studi : S2 Manajemen
(Setuju / tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian (calon naskah berkala penelitian Pascasarjana) yang disusun oleh yang bersangkutan setelah mendapat arahan dari Pembimbing, dipublikasikan (dengan / tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing sebagai co-auditor.
Kemudian harap maklum
Semarang, ……….
MUGINAH
NIM : 1442020074
Mengetahui, Pembimbing I,
( )
Pembimbing II,
PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN QUALITY OF WORKLIFE TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN KEPUASAN KERJA SEBAGAI MEDIASI
(Studi pada Perawat RSUD Ambarawa)
Muginah
Fakultas Ekonomi, Universitas Stikubank Semarang e-mail :
Dr. Endang Tjahjaningsih, M.Kom
Fakultas Ekonomi, Universitas Stikubank Semarang e-mail :
Abstract
This research determined to prove the effect of Employee Engagement and Quality Of Worklife, to the employee performance with the mediation effect of work satisfaction.
The result proved that simultaneously Employee Engagement, Quality Of Worklife and Work Satisfaction affecting the employee performance. It’s also proved that the work satisfaction affected by the Employee Engagement andQuality Of Worklife. The partial hypothesis test also proved that partially the employee performance affected by Employee Engagement, Quality Of Worklife and work satisfaction. Meanwhile the work satisfaction partially affected by Employee Engagement and Quality Of Worklife. The mediating test proved that work satisfaction only mediated the effect of Employee Engagement to the employee performance.
Keywords : employee engagement, Quality of Worklife, work satisfaction, performance
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk dapat mengetahui Employee Engagement dan Quality Of Worklife
Terhadap Kinerja Pegawai Dengan Kepuasan Kerja Sebagai Mediasi dari para pegawai tersebut. Hasil analisis membuktikan bahwa secara simultan Employee engagement, dan Quality of Worklife berpengaruh secara bersama-sama terhadap kepuasan kerja para pegawai. Demikian juga telah terbukti bahwa secara simultan Employee engagement, Quality of Worklife dan kepuasan kerja mempengaruhi kinerja. Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa kepuasan kerja pegawai dipengaruhi oleh employee engagement dan QWL. Sementara kinerja pegawai terbukti dipengaruhi secara parsial oleh employee engagement, QWL dan kepuasan kerja. Uji mediasi membuktikan bahwa kepuasan kerja hanya dapat memediasi pengaruh dari employee engagement terhadap kinerja pegawai.
Kata kunci : employee engagement, Quality of Worklife, Kepuasan Kerja, Kinerja
PENDAHULUAN
Setiap perusahaan berusaha untuk memberdayakan potensi karyawan guna mencapai kinerja yang tinggi, karena kinerja yang dicapai pada akhirnya akan
organisasi dalam memperbaiki kinerja perusahaan. Tuntutan akan kinerja karyawan yang tinggi memang sudah menjadi bagian dari semua perusahaan, namun fakta yang ada sekarang memperlihatkan bahwa belum semua karyawan memiliki kinerja yang tinggi sesuai dengan harapan perusahaan. Untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dan profesional, perlu ditumbuhkan budaya kerja yang baik. Budaya kerja akan mampu muncul dalam kinerja seseorang karyawan jika mereka mempunyai dasar nilai-nilai yang baik dan luhur. Kemunculan tersebut didorong oleh suatu lingkungan kerja yang kondusif.
Kualitas kehidupan kerja merupakan masalah utama yang patut mendapat perhatian organisasi (Lewis dkk, 2001) Hal ini merujuk pada pemikiran bahwa kualitas kehidupan kerja dipandang mampu untuk meningkatkan peran serta dan sumbangan para anggota atau karyawan terhadap organisasi. Selain kualitas lingkungan kerja, faktor yang dianggap mempengaruhi kinerja dan kepuasan kerja karyawan adalah faktor
employee engagement, yaitu sebuah konsep dimana seorang pegawai merasa terikat dan terkait dengan lingkungan pekerjaannya. Selama periode Tahun 2015 terjadi kecenderungan peningkatan jumlah ketidakhadiran pegawai di tempat kerja.
Ketidak hadiran di tempat kerja menurut Robbins dan Judge (2012) adalah indikasi dari motivasi kerja serta pencapaian kerja yang rendah pada diri seorang pegawai. Mengacu pada tabel 1.1 diatas, terlihat bahwa semenjak Bulan April hingga Desember 2015 terjadi peningkatan yang terus terjadi dengan sesekali diselingi penurunan jumlah absensi pegawai. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja pegawai selama Tahun 2015 mengalami penurunan yang mana akan mengakibatkan penurunan kinerja rumah sakit secara keseluruhan. Berdasarkan uraian latar belakang serta kondisi permasalahan yang ada di RSUD Ambarawa tersebut, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH EMPLOYEE ENGAGEMENT DAN QUALITY OF
WORKLIFE TERHADAP KINERJA
DENGAN KEPUASAN KERJA
SEBAGAI MEDIASI”.
TELAAH PUSTAKA Employee Engagement
Schaufeli (2002) mendefinisikan employee engagement sebagai keadaan motivasional yang positif yang mengandung karakteristik
vigor, dedication dan absorbtion. Vigor
menginvestasikan tenaga, presistensi dan tidak mudah lelah. Dedication diartikan sebagai keterlibatan yang kuat ditandai oleh antusiasme dan rasa bangga dan inspirasi.
Absorption diartikan sebagai keadaan terjun total pada karyawan.
Quality Of Work Life (QWL)
QWL atau kualitas kehidupan kerja merupakan pendekatan manajemen yang terus menerus diarahkan pada peningkatan kualitas kerja. Kualitas yang dimaksud adalah kemampuan menghasilkan barang atau jasa yang dipasarkan dan caramemberikan pelayanan yang terus menerus disesuaikan dengan kebutuhan konsumen, sehingga barang atau jasa yang dihasilkan mampu bersaing dan berhasil merebut pasar (Usman, 2009).
Kepuasan Kerja
Menurut Blum (1956) dalam Moch. As’ad ( 1995 : 104 ) mengemukakan bahwa kepuasan kerja merupakan sikap
umum yang merupakan hasil dari beberapa sikap khususterhadap faktor – faktor pekerjaan, penyesuaian diri dan hubungan sosial individu diluar kerja.
Kinerja
Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang. Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Indikator untuk mengukur kinerja karyawan secara individu ada enam indikator, yaitu (Robbins, 2006:260):
1. Kualitas. 2. Kuantitas.
3. Ketepatan waktu. 4. Efektivitas.. 5. Kemandirian. Model Penelitian
Gambar 2.1
Model Grafis Keterkaitan Antar Variabel
Employee Engagement
(X1)
Kinerja (Y2) Kepuasan Kerja
(Y1)
Quality of Worklife
METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitan ini adalah karyawan RSUD Ambarawa. Sampel penelitian adalah sekelompok individu yang mewakili populasi yang akan diteliti. Sampel penelitian harus memiliki kriteria yang sama dengan populasi yang akan diteliti sehingga hasilnya dapat mewakili populasi sebenarnya (Gravetter and Forzano,2006).
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan didalam penelitian ini adalah teknik analisis kuantitatif, yaitu teknik analisis yang dilakukan dengan perhitungan angka-angka berdasarkan rumus-rumus tertentu untuk mengevaluasi suatu keadaan.
Beberapa analisis yang dilakukan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut : 1. Analisis Deskripsi Responden
Teknik analisis yang digunakan dalam melakukan kajian deskripsi responden penelitian adalah dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi
2. Analisis Deskripsi Variabel
Teknik analisis yang dipergunakan untuk mendeskripsikan gambaran kondisi variabel penelitian yaitu
employee engagement, wuality of
worklife, kepuasan kerja, dan kinerja
pegawai dilakukan dengan menggunakan teknik analisis distribusi frekuensi.
3. Uji Instrumen Penelitian a. Uji Validitas Data
Dalam penelitian ini, uji validitas menggunaan teknik analisis faktor. b. Uji Reliabilitas Data
Dalam pengujian ini, uji reliabilitas dilakukan dengan menggunakan koefisien cronbach alpha.
c. Uji Kelayakan Model (Uji F)
Kelayakan setiap model ditentukan atas signifikansi dari pengaruh simultan semua variabel bebas terhadap variabel terikat pada setiap model yang dikembangkan (Ghozali, 2011).
d. Uji Koefisien Determinasi
4. Pengujian Model
Uji model penelitian dilakukan dengan mengamati nilai determinan dari setiap variabel bebas terhadap variabel terikat penelitian.
Model penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini antara lain :
Y1 = a + b1X1 + b2X2 + e
Y2 = a + b3X1 + b4X2 + b5Y1 + e Dimana :
Y2 = Kinerja
Y3 = Kepuasan Kerja
X1 = Employee
Engagement
X2 = Quality of Worklife
a = konstanta regresi e = error yang muncul
dalam model penelitian 5. Uji Hipotesis
Analisis ini menggunakan hasil analisis regresi linier, dimana besaran pengaruh serta signifikansi pengaruh yang terjadi dilihat dari besaran koefisien regresi dan nilai signifikannya
yang dapat dilihat pada besaran koefisien beta di tabel koefisien regresi. Hipotesis yang dapat ditarik kesimpulannya antara lain :
a. Pengaruh variabel employee engagement terhadap kepuasan kerja
b. Pengaruh variabel quality of worklife terhadap kepuasan kerja c. Pengaruh variabel employee
engagement terhadap kinerja
d. Pengaruh variabel quality of worklife terhadap kinerja
e. Pengaruh variabel kepuasan kerja terhadap kinerja
6. Uji Mediasi
Mediasi atau intervening merupakan variabel antara yang berfungsi memediasi hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Untuk menguji pengaruh variabel mediasi digunakan metode analisis jalur (Path Analysis).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN HASIL UJI VALIDITAS
Variabel dan KMO Butir pertanyaan loading factor Syarat
loading factor Keterangan
Employee Engagement KMO = 0,604> 0,5
X1.1 0,672
0,4
Valid
X1.2 0,777 Valid
X1.3 0,704 Valid
X1.4 0,737 Valid
X1.5 0,648 Valid
Variabel dan KMO Butir pertanyaan loading factor Syarat
loading factor Keterangan
Quality of Worklife KMO = 0,765> 0,5
X2.1 0,832 Valid
X2.2 0,825 Valid
X2.3 0,724 Valid
X2.4 0,684 Valid
X2.5 0,661 Valid
X2.6 0,766 Valid
X2.7 0,893 Valid
Kepuasan Kerja KMO = 0,684> 0,5
Y1.1 0,604 Valid
Y1.2 0,692 Valid
Y1.3 0,733 Valid
Y1.4 0,709 Valid
Kinerja
KMO = 0,559> 0,5
Y2.1 0,530 Valid
Y2.2 0,729 Valid
Y2.3 0,707 Valid
Y2.4 0,825 Valid
Y2.5 0,770 Valid
Setelah dilakukan analisi
s faktor, hasil perhitungan analisis faktor ialah seperti yang tampak pada tabel diatas. memperlihatkan bahwa variabel employee engagement memiliki besaran KMO 0,604; variabel quality of worklife mendapat besaran KMO 0,765; variabel kepuasan kerja mendapatkan nilai KMO sebesar 0,684 sedangkan variabel kinerja mendapatkan nilai KMO sebesar 0,559. Setiap variabel telah memperoleh nilai KMO yang memenuhi syarat. Sedangkan seluruh butir data yang tersisa setelah proses eliminasi terbukti memiliki besaran loading factor yang memenuhi syarat minimal 0,4.
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Hasil uji
Nilai CA Keterangan Employee engagement 0,801> 0,6 Reliabel Quality of worklife 0,877> 0,6 Reliabel Kepuasan kerja 0,609> 0,6 Reliabel Kinerja 0,765> 0,6 Reliabel
Hasil uji CA pada tabel diatas memperlihatkan besaran nilai CA setiap variabel penelitian yaitu variabel Employee engagement (0,801); quality of worklife
memenuhi syarat sebagai input data analisis penelitian. Hasil Uji Regresi Linier
Equation Model Adj. R
engagement kinerja
0,619 0,000 diinterpretasikan kedalam model persamaan struktural regersi linier sebagai berikut : 1. Model persamaan 1 :
Kepuasan kerja = 0,611 Employee engagement– 0,081 Quality of worklife
2. Model persamaan 2 :
Kinerja = 0,199 employee engagement + 0,393 quality of worklife
– 0,377 kepuasan kerja
Persamaan struktural tersebut diatas dapat diartikan sebagai berikut :
1. Employee engagement berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan kerja, dengan besaran koefisien pengaruh sebesar 0,611. Hal ini berarti semakin tinggi employee engagement
yang dialami oleh para pegawai maka
akan semakin tinggi tingkat kepuasan kerja dari para pegawai tersebut.
2. Quality of worklife tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja pegawai. Pengaruh quality of worklife terhadap kepuasan kerja adalah sebesar 0,081 yang berarti peningkatan
quality of worklife akan meningkatkan tingkat kepuasan kerja pegawai dari kondisi semula kepuasan kerja yang dirasakan pegawai.
semakin tinggi kinerja dari para pegawai tersebut.
4. Quality of worklife berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, dengan besaran koefisien pengaruh sebesar 0,393. Hal ini berarti semakin baik quality of worklife yang diberikan kepada para pegawai maka akan semakin tinggi kinerja dari para pegawai tersebut.
5. Kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja, dengan besaran koefisien pengaruh sebesar 0,377. Hal ini berarti semakin tinggi kepuasan kerja yang dialami oleh para pegawai maka akan semakin rendah kinerja dari para pegawai tersebut. Uji Kelayakan Model
1. Uji F
Syarat dari uji F adalah besaran nilai signifikansi F harus lebih kecil dari batas signifikansi penelitian 0,05. Hasil uji F untuk kedua model berdasarkan hasil pada Tabel 4.10 disimpulkan bahwa kedua model telah memenuhi syarat sign. F < 0,05 sehingga kedua model dinyatakan layak.
2. Uji Koefisien Determinasi
Hasil seperti pada tabel analisis regresi memperlihatkan bahwa besaran kontribusi seluruh variabel bebas untuk
masing-masing model adalah sebagai berikut:
1) Kotribusi dari seluruh variabel bebas terhadap setiap perubahan yang dialami oleh variabel kepuasan kerjaadalah sebesar 41,9 %
2) Kotribusi dari seluruh variabel bebas terhadap setiap perubahan yang dialami oleh variabel kinerja adalah sebesar 61,9 %;
Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil perhitungan nilai t hitung untuk setiap model penelitian seperti pada tabel 4.12, dapat disimpulkan :
1. Hipotesis 1 diterima, terbukti dengan nilai signifikansi 0,000 yang telah memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga disimpulkan bahwa Employee engagement berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja; 2. Hipotesis 2 ditolak, terbukti dengan
nilai signifikansi 0,376 yang tidak memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga disimpulkan bahwa quality of worklife
tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja.
engagement berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja;
4. Hipotesis 4 diterima, terbukti dengan besaran signifikansi 0,000 yang telah memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga disimpulkan bahwa quality of worklife
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja;
5. Hipotesis 5 diterima, terbukti dengan nilaisignifikansi 0,000 yang memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga disimpulkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja; Hasil Uji Mediasi
Mediasi Kepuasan kerja pada Pengaruh
Employee engagement terhadap
Keinginan Berpindah Bagian
Berdasarkan diagram diatas kita ketahui bahwa Employee engagement berpengaruh terhadap kinerja. Sementara Employee engagement terbukti berpengaruh terhadap kepuasan kerja, dan kepuasan kerja sendiri terbukti berpengaruh terhadap kinerja. Berdasarkan pembuktian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa kepuasan kerjadapat memediasi pengaruh dari Employee engagement terhadap kinerja secara parsial.
Mediasi parsial ini berarti Employee engagement dapat mempengaruhi kinerjabaik secara langsung maupun melalui mediasi dari kepuasan kerja.
Mediasi Kepuasan kerja pada Pengaruh Quality of Worklife terhadap Keinginan Berpindah Bagian
Berdasarkan diagram diatas kita ketahui bahwa quality of worklife tidak memiliki pengaruh terhadapkepuasan kerja. Tidak berpengaruhnya quality of worklife terhadap kepuasan kerja membuat tidak ada mediasi yang dapat dilakukan oleh kepuasan kerja pada pengaruh quality of worklife terhadap kinerja. Hal ini berarti kepuasan kerja tidak dapat memediasi pengaruh quality of worklife terhadap kinerja.
PENUTUP Kesimpulan
1. Employee engagement terbukti berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja yang berarti semakin tinggi
2. Quality of worklife terbukti tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan kerja dimana hal ini berarti perubahan apapun yang terjadi pada tingkat quality of worklife pegawai tidak akan merubah kondisi kepuasan kerja yang dirasakan oleh para pegawai; 3. Employee engagement terbukti
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja yang berarti Employee engagement yang dirasakan oleh para pegawai pada kenyataannya membuat kinerja dari para pegawai tersebut menjadi semakin baik;
4. Quality of worklife terbukti berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja dimana semakin baik quality of worklife yang diberikan kepada pegawai akan menyebabkan semakin baiknya kinerja dari para pegawai tersebut; 5. Kepuasan kerja terbukti berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai, dimana semakin tinggi kepuasan kerja para pegawai maka akan semakin tinggi kinerja dari para pegawai tersebut;
6. Kepuasan kerjaterbukti dapat memediasi pengaruh dari Employee engagement terhadap kinerja dengan jenis mediasi penuh, dimana pengaruh dari Employee engagement dapat
diberikan baik secara langsung terhadap kinerja maupun melalui mediasi kepuasan kerja;
7. Kepuasan kerja tidak dapat memediasi pengaruh dari quality of worklife
terhadap kinerja pegawai, hal ini disebabkan quality of worklife tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kepuasan kerja.
Saran
1. Implikasi Teoritis
Hasil dari penelitian ini memperlihatkan bahwa seluruh variabel bebas terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja para pegawai. Mengacu pada hasil ini, maka ketiga variabel layak untuk dijadikan sebagai referensi variabel bebas yang dapat mempengaruhi kinerja pegawai.
Sementara variabel kepuasan kerjasendiri terbukti hanya dipengaruhi secara positif dan signifikan oleh
employee engagement, sedangkan
dikesampingkan untuk dijadikan sebagai referensi variabel bebas dari kepuasan kerja.
Hasil uji mediasi memperlihatkan bahwa kepuasan kerjaterbukti dapat memediasi pengaruh dari employee engagement terhadap kinerja, namun tidak dapat memediasi pengaruh dari quality of worklife
terhadap kinerja. Hasil perbandingan koefisien pengaruh juga menyatakan bahwa pengaruh employee engagement
terhadap kinerja lebih baik dilakukan dengan mediasi dari kepuasan kerja. Untuk itu, terkait dengan konsep mediasi jalur pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat, maka disarankan agar mediasi melalui kepuasan kerja dijadikan referensi dalam membahas pengaruh dari
employee engagement terhadap kinerja. 2. Implikasi Praktis dan Kebijakan
Hasil penelitian memperlihatkan bahwa untuk meningkatkan kinerja, maka sebaiknya dilakukan peningkatan terhadap employee engagement dan kepuasan kerja serta peningkatan
quality of worklife pegawai. Peningkatan employee engagement dan kepuasan kerja akan membuat pegawai merasa nyaman dalam bekerja sehingga
hasil kerjanya menjadi semakin baik. Sementara peningkatan quality of worklife akan membuat pegawai memiliki kemampuan dan kapasitas yang lebih baik dalam bekerja dan karenanya akan meningkatkan kinerja dari para pegawai. Mengacu pada kondisi tersebut maka sangat disarankan kepada instansi untuk dapat melakukan langkah yang dapat meningkatkan
employee engagement, kepuasan kerja pegawai dan meningkatkan quality of worklife.
Sementara itu, untuk meningkatkan kepuasan kerjapegawai dapat dilakukan dengan meningkatkan
Employee engagement para pegawai. Apabila tingkat employee engagement
semakin tinggi, maka para pegawai akan bekerja secara lebih nyaman dan lebih baik serta memiliki keyakinan atas kemampuannya dalam bekerja, kondisi ini akan meningkatkan kepuasan kerja dari para pegawai karena akan merasa bekerja dengan suasana dan kondisi yang mendukungnya dalam bekerja. 3. Implikasi Manajerial
menerapkan kebijakan yang memperlihatkan bahwa para pegawai memperoleh quality of worklife yang bagus. Demikian juga perlu dilakukan upaya-upaya untuk dapat menjadikan keterkaitan pegawai dengan pekerjaannya menjadi semakin baik;
b. Untuk dapat
meningkatkankepuasan kerja, maka ada baiknya dilakukan strategi peningkatan Employee engagement. Ada baiknya diupayakan berbagai strategi yang membuat para pegawai dapat mengetahui apa yang harus dilakukannya dalam bekerja, membuat mereka memiliki fasilitas yang memadai dalam membantu mereka menyelesaikan pekerjaan, serta memberikan penghargaan atas prestasi mereka.
Keterbatasan Penelitian
1. Variabel bebas bagi kinerja pegawai hanya ditentukan atas employee engagement, quality of worklife dan kepuasan kerja sementara masih banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi kinerja. Sementara variabel yang mempengaruhi kepuasan kerja ditentukan atas employee engagement
dan quality of worklife padahal masih banyak variabel lain yang dapat mempengaruhi motivasi
2. Hasil uji koefisien determinasi (KD) memperlihatkan bahwa besaran KD untuk kontribusi variabel bebas terhadap kepuasan kerja hanya sebesar 0,419 (41,9 %) sehingga masih ada 58,1 % kontribusi dari variabel bebas lain. Hal ini dipengaruhi oleh hanya satu dari dua variabel bebas yang terbukti berpengaruh signifikan terhadap kepuasan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Abraham dan Shanley. (1997). Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta : EGC Asi, Sri.P., (2011). Pengaruh Iklim
Organisasi dan Kepuasan kerja terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Jurnal Aplikasi Manajemen. 11 (3). 515-523. Arifin, A. Hamid. D, Hakam. (2014).
Pengaruh Quality of worklife dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan (Studi pada Karyawan CV. Catur Perkasa Manunggal). Jurnal Administrasi Bisnis. 8 (2). 1-8.
Batraman, T. dan G. Casimir. (2007). The Relationship between Leadership and Follower in-role Performance and Satisfaction with the Leader: The Mediating Effects of Empowerment and Trust in the Leader. Leadership and Organization Development Journal.28 (1).4-19.
Organization.Participation and Empowerment (An International Journal).7 (8).204-212.
Fadzillah, Ari. (2006). Analisis Pengaruh
Quality of worklife Karyawan dan Self of Efficacy terhadap Kinerja Karyawan Bagian Penjualan (Studi Kasus pada PT. Sinar Sosro Wilayah Pemasaran Semarang). Jurnal Studi Manajemen & Organisasi. 3 (1). 12-27.
Febrina, S. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sres Kerja. Jurnal Ecopsy. 1 (1). 24-28.
Goodhue, D.L, dan Thompson, R.L. (1995). Task Technology Fit and Individual Performance. MIS Quarterly. 1827-1844.
Haryanti, Farida, A., Puji, P., (2013). Hubungan Antara Beban Kerja dengan
Employee engagement Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal Manajemen Keperawatan. 1 (1). 48-56.
Hidayati, R. Yadi P, Susatyo, Y. (2008). Kecerdasan Emosi, Employee engagement dan Kinerja Karyawan.
Jurnal Psikologi. 2 (1). 91-96.
Isrorina dan Setyowati, W. (2009). Pengaruh
Quality of worklife Pegawai dan Karakteristik Pekerjaan terhadap Kinerja Pegawai dengan Mediasi Iklim Organisasi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Pekalongan.
TEMA. 6 (1). 19-31.
Kreitner, R dan Angelo Kinichi. (2004).
Organization Behavior. Sixth Edition. The McGraw-Hill Companies Inc. New York.
Kristanto, A.A., Kartika, S.D., Endah, K.D. (2009). Faktor-faktor penyebab stress kerja pada perawat ICU Rumah sakit tipe C di kota Semarang. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro.
Laloma, A. (2013). Analisis Faktor-Faktor Penunjang dan Penghambat Kinerja Birokrasi Sekretariat daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Diunduh dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/j ia/article/download/6244/5767 pada tanggal 18 Februari 2015.
Maharani, P.A., dan Triyoga, A. (2012). Kejenuhan Kerja (Kepuasan kerja) dengan Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan.
Jurnal STIKES. vol.5. 167–178.
Mangkunegara, Anwar. (2006). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama.
Maslach, C. (2003). Current Directions in Psychological Science.Sage Journals.
12 (5). 189-192.
Moeheriono. (2010). Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Cetakan kedua. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Munandar, A. (2001). Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Pariaribo, N. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Supiori. Diunduh dari http://e-journal.uajy.ac.id/4769/1/Jurnal.pdf pada tanggal 12 Februari 2015.
Prestiana dan Purbandini. (2012). Hubungan Antara Efikasi Diri (Self Efficacy) dan
Employee engagement Dengan Kejenuhan Kerja (Kepuasan kerja)
Pada Perawat IGD dan ICU RSUD Kota Bekasi. Jurnal Soul. 5(2).1-14. Robbins, Stephen.P dan Judge, Timothy. A,
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH STRES DAN PEMBERDAYAAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI
DENGAN BURNOUT SEBAGAI MEDIASI
(Studi pada Perawat RSUD Ambarawa)
SRI HERI AMBARWATI
NIM: 1442020092
PROGRAM STUDI S2 MANAJEMEN
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS STIKUBANK SEMARANG
NASKAH PUBLIKASI
PENGARUH STRES DAN PEMBERDAYAAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI
DENGAN BURNOUT SEBAGAI MEDIASI
(Studi pada Perawat RSUD Ambarawa)
Diajukan oleh:
SRI HERI AMBARWATI
NIM: 1442020092
Untuk Berkala Penelitian Tesis
Telah disetujui oleh Pembimbing
Pembimbing I
______________________ Pada Tanggal ……….
Pembimbing II
PERNYATAAN
Dengan ini kami selaku Mahasiswa Program Pascasarjana Univeristas Stikubank :
Nama : Sri Heri Ambarwati
NIM : 1442020092
Jenjang Program Studi : S2 Manajemen
(Setuju / tidak setuju*) naskah ringkasan penelitian (calon naskah berkala penelitian
Pascasarjana) yang disusun oleh yang bersangkutan setelah mendapat arahan dari
Pembimbing, dipublikasikan (dengan / tanpa*) mencantumkan nama tim pembimbing
sebagai co-auditor.
Kemudian harap maklum
Semarang, ……….
SRI HERI AMBARWATI
NIM : 1442020092
Mengetahui,
Pembimbing I,
( )
Pembimbing II,
PENGARUH STRES DAN PEMBERDAYAAN TERHADAP KINERJA PEGAWAI DENGAN BURNOUT SEBAGAI MEDIASI
(Studi pada Perawat RSUD Ambarawa)
Sri Heri Ambarwati
Fakultas Ekonomi, Universitas Stikubank Semarang e-mail :
Dr. Endang Tjahjaningsih, M.Kom
Fakultas Ekonomi, Universitas Stikubank Semarang e-mail :
Abstract
This research determined to prove the effect of work stres and empowerment to the employee performance with the mediation effect of burnout.
The result proved that simultaneously work stres,empowerment and burnout affecting
the employee performance. It’s also proved that the burnout affected by the work stres and empowerment. The partial hypothesis test also proved that partially the employee performance affected by work stress, empowerment and burnout. Meanwhile the burnout partially affected only by work stress. The mediating test proved that burnout only mediated the effect of work stress to the employee performance.
Keywords : work stress, empowerment, burnout, performance
Abstrak
Penelitian bertujuan untuk dapat mengetahui pengaruh dari Stres kerja dan Pemberdayaan terhadap Kinerja Pegawai dengan burnout sebagai mediasi dari para pegawai tersebut.
Hasil analisis membuktikan bahwa secara simultan stres kerja dan pemberdayaan berpengaruh secara bersama-sama terhadap burnout para pegawai. Demikian juga telah terbukti bahwa secara simultan stres kerja, pemberdayaan dan burnout mempengaruhi kinerja. Hasil uji hipotesis membuktikan bahwa burnout pegawai dipengaruhi oleh stres kerja sementara pemberdayaan tidak berpengaruh. Sementara kinerja pegawai terbukti dipengaruhi secara parsial oleh stres kerja, pemberdayaan dan burnout. Uji mediasi membuktikan bahwa burnout hanya dapat memediasi pengaruh dari stres kerja terhadap kinerja pegawai.
Kata kunci : stres kerja, pemberdayaan, burnout, kinerja
PENDAHULUAN
Pembahasan terkait dengan keberadaan
sebuah organisasi selalu dikaitkan dengan
kinerja dari organisasi tersebut dalam
usahanya untuk mencapai tujuan yang
dicita-citakan dan selalu diupayakan untuk
dapat diraih oleh organisasi tersebut. Faktor
utama yang mempengaruhi kemampuan
organisasi dalam mencapai tujuannya
adalah kemampuan dari organisasi tersebut
dalam memberdayakan seluruh sumber
daya modal yang dimilikinya,
Meningkatkan kinerja sebuah perusahaan
dapat dilakukan secara optimal dengan
meningkatkan kinerja pegawai perusahaan
tersebut, dan oleh karenanya meningkatkan
semua faktor yang mempengaruhi kinerja
untuk memperoleh kinerja yang tinggi
dibutuhkan sikap mental yang memiliki
pandangan jauh ke depan.
Sejak tahun 2010, Indonesia meluncurkan
visi Indonesia Sehat yang mana pemerintah
ingin melakukan perombakan dalam
pelayanan dan pemberian fasilitas
kesehatan yang lebih baik dan lebih
bermutu. Hal tersebut menjadikan rumah
sakit sebagai salah satu tempat untuk
menciptakan masyarakat sehat dituntut
memiliki standar yang memadai.
Keberhasilan suatu rumah sakit dalam
menjalankan fungsinya ditandai dengan
adanya peningkatan mutu pelayanan rumah
sakit.
Sebagai tenaga medis, perawat memiliki
peran yang tidak kalah penting dari dokter.
Perawat memegang peranan penting dalam
hal melayani dan merawat orang yang sakit
secara langsung. Faktor yang
mempengaruhi beban kerja perawat adalah
kondisi pasien yang selalu berubah, jumlah
rata-rata jam perawatan yang di butuhkan
untuk memberikan pelayanan langsung
pada pasien melebihi dari kemampuan
seseorang, keinginan untuk berprestasi
kerja, tuntutan pekerjaan tinggi serta
dokumentasi asuhan keperawatan sering
menimbulkan tekanan yang mengakibatkan
mudahnya timbul stres dan mengalami
kecenderungan burnout.
Stres kerja dapat mengakibatkan
menurunnya kualitas kerja dan pelayanan
terhadap pasien. Selain itu, perawat yang
mengalami stres kerja yang berat dapat
menurunkan burnout kerja sehingga akan
menimbulkan kejenuhan dalam bekerja
yang pada akhirnya mengakibatkan sering
tidak masuk kerja (Abraham & Steanly,
1997).
Salah satu upaya yang dilakukan
manajemen RSUD Ambarawa untuk
meningkatkan kompetensi perawat salah
satunya dengan melaksanakan pelatihan
keperawatan diantaranya pelatihan BCTLS,
TNT, IPCN, CSSD, keselamatan pasien,
komunikasi efektif, TOT K3, Kongres
hukum kesehatan, workshop keperawatan,
dll. Pelatihan yang menjadi bagian dari
pemberdayaan tersebut diharapkan dapat
meningkatkan tanggung jawab dan inisiasi
kerja agar dapat mencapai kinerja yang
maksimal.
TELAAH PUSTAKA
Stres Kerja
Stres merupakan ketegangan atau tekanan
emosional yang dialami seseorang yang
sedang menghadapi tuntutan yang sangat
besar, hambatan-hambatan, dan adanya
kesempatan yang sangat penting yang dapat
mempengaruhi emosi, pikiran dan kondisi
fisik seseorang (Hariandja, dalam
Tunjungsari, 2011).
Handoko (2001) mengemukakan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya
1. Faktor lingkungan
2. Faktor organisasi
3. Faktor induvidu
Pemberdayaan Pegawai
Pemberdayaan pegawai merupakan suatu
upaya yang dapat dilakukan manajemen
dalam memberikan wewenang dan
kepercayaan pada pegawai agar pegawai
lebih leluasa dalam mengeluarkan dan
menggunakan segala kemampuan yang
dimiliki.
Agar dapat melaksanakan pemberdayaan
dengan baik, ada beberapa kondisi dasar
yang harus diciptakan untuk mendukung
terlaksananya pemberdayaan pegawai,
yaitu (Luthan, dalam Isrorina & Setyowati,
2009):
a. Partisipasi
b. Inovasi
c. Perhatian terhadap informasi
d. Pertanggungjawaban
Burnout
Burnout yaitu kelelahan fisik, mental, dan
emosional yang terjadi karena stres yang
diderita dalam jangka waktu yang cukup
lama pada situasi yang menuntut
keterlibatan emosional yang cukup tinggi
(Leatz dan Stolar, dalam Tawale, 2011).
Burnout dapat diindikasikan dengan adanya
kelelahan fisik, mental, emosional, serta
menarik diri dari lingkungan pekerjaan.
Sementara itu Moore (2000), menyatakan
beberapa penyebab yang mempengaruhi
kelelahan kerja (burnout) antara lain:
1. Pekerjaan yang berlebihan.
2. Kekurangan waktu.
3. Konflik peran.
4. Ambiguitas peran.
Kinerja
Secara etimologi, kinerja berasal dari kata
job performance atau actual performance
yang berarti prestasi kerja atau prestasi
sesungguhnya yang dicapai seseorang
(Mangkunegara, 2006). Menurut Goodhue
dan Thompson (1995) kinerja yang
semakin tinggi melibatkan kombinasi dari
peningkatan efisiensi, peningkatan
efektivitas, peningkatan produktivitas dan
peningkatan kualitas yang mana kinerja
yang lebih baik akan tercapai jika individu
dapat memenuhi kebutuhan individual
dalam melaksanakan dan menyelesaikan
tugas.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi
Kinerja Perawat, yaitu faktor individu,
faktor organisasional, dan faktor psikologis.
Laloma (2013) menyebutkan bahwa
pengukuran kinerja hendaknya dapat
diterjemahkan sebagai suatu kegiatan
evaluasi untuk menilai atau melihat
keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan
Model Penelitian
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Rancangan penelitian yang dipilih dalam
penelitian ini adalah kuantitatif
cross-sectional desain.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini
adalah 243 perawat yang terbagi dalam
perawat ruang rawat inap, perawat rawat
jalan, perawat IGD, perawat ICU dan
perawat IBS. Metode pengambilan sampel
yang digunakan adalah saturated sampling
method atau metode sensus di mana
seluruh perawat dijadikan responden
dalam penelitian.
Teknik Analisis
Analisis Deskripsi Responden
Teknik analisis yang digunakan
dalam melakukan kajian deskripsi
responden penelitian adalah dengan
menggunakan analisis distribusi frekuensi.
Dalam analisis distribusi frekuensi
ditentukan rata-rata karakteristik
responden, perhitungan atas karakteristik
dari para responden tersebut.
Analisis Deskripsi Variabel
Teknik analisis yang dipergunakan untuk
mendeskripsikan gambaran kondisi
variabel penelitian yaitu stres kerja,
pemberdayaan, burnout, dan kinerja
pegawai dilakukan dengan menggunakan
teknik analisis distribusi frekuensi.
Pengujian Instrumen Penelitian
1. Uji Validitas
Uji Validitas instrumen digunakan
untuk mengukur sah atau valid
tidaknya suatu kuesioner. Pengujian
validitas dilakukan dengan
menggunakan Product Momen
Pearson Correlation dengan
menunjukkan pearson correlation di
atas 0,30 dan melakukan korelasi
antara skor butir pertanyaan dengan
total skor konstruk atau variabel.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas menunjukkan tingkat
kestabilan di mana ketika instrumen
tersebut digunakan pada objek yang
sama maka akan menghasilkan hasil
yang konsisten (Supramono, 2001:53).
tidaknya suatu variabel dilakukan uji
statistik dengan melihat nilai
Cronbach’s Alpha.
Pengujian Model
Pengujian terhadap model sebuah regresi
bertujuan untuk menentukan apakah
sebuah model regresi yang dikembangkan
dalam sebuah penelitian sudah memenuhi
syarat kelayakan / kebaikan dari model
tersebut atau belum memenuhi syarat
(Goodness of Fit).
Uji Hipotesis
Analisis regresi digunakan untuk
mengukur kekuatan hubungan antara dua
variabel atau lebih, dan untuk
menunjukkan arah hubungan antara
variabel dependen dengan variabel
independen.
Uji Mediasi
Uji mediasi digunakan untuk
menarik kesimpulan hipotesis pengaruh
variabel bebas terhadap variabel terikat
yang dimediasi oleh variabel lainnya.
Untuk menguji pengaruh variabel mediasi
digunakan metode analisis jalur (Path
Analysis).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Hasil Uji Validitas
Variabel dan KMO Butir pertanyaan loading factor Syarat
loading factor Keterangan
Variabel dan KMO Butir pertanyaan loading factor Syarat
loading factor Keterangan Y2.4 0,661 Valid
Y2.5 0,733 Valid
Y2.6 0,732 Valid
Y2.7 0,728 Valid
Y2.8 0,572 Valid Sumber : Analisis Penelitian, 2015
Variabel stres kerja memiliki besaran
KMO 0,762; variabel pemberdayaan
mendapat besaran KMO 0,719; variabel
burnout mendapatkan nilai KMO sebesar
0,809 sedangkan variabel kinerja
mendapatkan nilai KMO sebesar 0,818.
Setiap variabel telah memperoleh nilai
KMO yang memenuhi syarat. Seluruh
butir data memiliki besaran loading factor
yang memenuhi syarat minimal 0,4.
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel Hasil uji
Nilai CA Keterangan
Stres Kerja 0,868> 0,7 Reliabel / Andal Pemberdayaan 0,787> 0,7 Reliabel / Andal
Burnout 0,856> 0,7 Reliabel / Andal
Kinerja 0,856> 0,7 Reliabel / Andal
Hasil uji CA diatas menunjukkan bahwa
seluruh variabel sudah andal (reliabel)
sehingga dinyatakan bahwa seluruh
variabel penelitian memiliki tingkat
keandalan yang memenuhi syarat sebagai
input data analisis penelitian.
Hasil Uji Analisis Regresi Linier Berganda
Equation
Hasil seperti pada hasil penelitian dapat
diinterpretasikan kedalam model
persamaan struktural regersi linier sebagai
berikut :
1. Model persamaan 1 :
Burnout = 0,996 Stres kerja – 0,021
2. Model persamaan 2 :
Kinerja = -0,390 stres kerja + 0,121
pemberdayaan – 0,511burnout
Persamaan struktural tersebut
diatas dapat diartikan sebagai berikut :
1. Stres kerja berpengaruh positif dan
signifikan terhadap burnout, dengan
besaran koefisien pengaruh sebesar
0,996.
2. Pemberdayaan berpengaruh positif
namun tidak signifikan terhadap
burnout pegawai. Besaran koefisien
pengaruh pemberdayaan terhadap
burnout adalah sebesar 0,021 yang
berarti peningkatan pemberdayaan
hanya akan meningkatkan tingkat
burnout pegawai sebesar 0,021 dari
kondisi semula burnout yang
dirasakan pegawai.
3. Stres kerja berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja, dengan
besaran koefisien pengaruh sebesar
-0,390. Peningkatan pada stres kerja
pegawai akan menurunkan kinerja
pegawai sebesar 0,390 dari kondisi
sebelumnya.
4. Pemberdayaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja
pegawai, dengan besaran koefisien
pengaruh sebesar 0,121. Peningkatan
pada pemberdayaan pegawai akan
meningkatkan kinerja pegawai sebesar
0,121 dari kondisi sebelumnya.
5. Burnout berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja, dengan
besaran koefisien pengaruh sebesar
-0,511. Peningkatan pada burnout
pegawai akan menurunkan kinerja
pegawai sebesar 0,511 dari kondisi
sebelumnya.
Uji Kelayakan Model
Uji F
Hasil uji F seperti terlihat pada Tabel hasil
regresi memperlihatkan bahwa syarat
terpenuhinya uji F telah dapat dipenuhi
oleh masing-masing model, dimana model
1 dan model 2 penelitian memiliki
signifikansi F hitung lebih kecil dari 0,05.
Disimpulkan :
a. Stres Kerja dan pemberdayaan secara
signifikan berpengaruh terhadap
burnout.
b. Stres Kerja, pemberdayaan dan
burnout secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap kinerja.
Hasil uji Koefisien Determinasi berupa
besaran Adjusted R Squareseperti tabel
hasil regresi memperlihatkan bahwa
besaran kontribusi seluruh variabel bebas
untuk masing-masing model adalah
sebagai berikut:
a. Kontribusi dari seluruh variabel bebas
terhadap setiap perubahan yang
dialami oleh variabel burnoutadalah
b. Kotribusi dari seluruh variabel bebas
terhadap setiap perubahan yang
dialami oleh variabel kinerja adalah
sebesar 89,3 %;
Uji Hipotesis
Berdasarkan hasil perhitungan nilai t
hitung untuk setiap model :
a. Hipotesis 1 diterima, terbukti dengan
nilai signifikansi 0,000 yang telah
memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga
disimpulkan bahwa Stres Kerja
berpengaruh secara signifikan
terhadap burnout;
b. Hipotesis 2 ditolak, terbukti dengan
nilai signifikansi 0,088 yang tidak
memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga
disimpulkan bahwa pemberdayaan
berpengaruh positif namun tidak
signifikan terhadap burnout.
c. Hipotesis 3 diterima, terbukti dengan
nilai signifikansi 0,021 yang telah
memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga
disimpulkan bahwa Stres Kerja
berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja;
d. Hipotesis 4 diterima, terbukti dengan
besaran signifikansi 0,000 yang telah
memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga
disimpulkan bahwa pemberdayaan
berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja;
e. Hipotesis 5 diterima, terbukti dengan
nilaisignifikansi 0,002 yang
memenuhi syarat sig < 0,05 sehingga
disimpulkan bahwa burnout
berpengaruh secara signifikan
terhadap kinerja;
Uji Mediasi
Mediasi burnout pada pengaruh stres
kerja terhadap kinerja
Berdasarkan diagram diatas kita ketahui
bahwa Stres Kerja berpengaruh terhadap
kinerja. Sementara Stres Kerja terbukti
berpengaruh terhadap burnout, dan
burnoutsendiri terbukti berpengaruh
terhadap kinerja. Berdasarkan pembuktian
tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
burnoutdapat memediasi pengaruh dari
Stres Kerja terhadap kinerja secara parsial.
Mediasi parsial ini berarti Stres Kerja
dapat mempengaruhi kinerja baik secara
langsung maupun melalui mediasi dari
burnout.
Besaran mediasi yang terjadi
dihitung atas rumus :
Koefisien mediasi =
0,996 x 0,551 = 0,549
Besaran mediasi yang terjadi yaitu 0,549
terbukti lebih besar dari besaran pengaruh
secara langsung sebesar 0,390. Oleh
karenanya mengacu pada hasil perhitungan
tersebut, maka pengaruh dari stres kerja
dilakukan dengan melalui mediasi dari
burnout.
Mediasi burnout pada pengaruh
pemberdayaan terhadap kinerja
Berdasarkan diagram diatas kita ketahui
bahwa pemberdayaan tidak memiliki
terhadap burnout. Tidak berpengaruhnya
pemberdayaan terhadap burnout membuat
tidak ada mediasi yang dapat dilakukan
oleh burnout pada pengaruhpemberdayaan
terhadap kinerja. Hal ini berarti burnout
tidak dapat memediasi pengaruh
pemberdayaan terhadap kinerja.
Besaran koefisien pengaruh langsung
pemberdayaan terhadap kinerja adalah
sebesar 0,121 sementara besaran pengaruh
tidak langsung pemberdayaan terhadap
kinerja dengan mediasi burnout dihitung
dengan rumus berikut :
Besaran mediasi yang terjadi dihitung atas
rumus :
Koefisien mediasi = 0,021 x 0,551
= 0,01151
Besaran mediasi yang terjadi yaitu 0,01151
terbukti lebih kecil dari besaran pengaruh
secara langsung sebesar 0,121. Oleh
karenanya mengacu pada hasil perhitungan
tersebut, maka pengaruh dari
pembedayaan lebih baik dilakukan secara
langsung terhadap kinerja pegawai.
PENUTUP
Kesimpulan
1. Stres Kerja terbukti berpengaruh
positif terhadap burnout yang berarti
semakin tinggi Stres Kerja yang
dialami seorang pegawai, maka akan
semakin tinggi tingkat burnout
pegawai tersebut;
2. Pemberdayaan terbukti tidak
berpengaruh secara signifikan
terhadap burnout dimana hal ini
berarti perubahan apapun yang terjadi
pada tingkat pemberdayaan pegawai
tidak akan merubah kondisi burnout
yang dirasakan oleh para pegawai;
3. Stres Kerja terbukti berpengaruh
negatif dan signifikan terhadap kinerja
yang berarti Stres Kerja yang
didapatkan oleh para pegawai pada
kenyataannya membuat kinerja dari
para pegawai tersebut menjadi
semakin rendah;
4. Pemberdayaan terbukti berpengaruh
secara positif dan signifikan terhadap
kinerja dimana semakin baik
pemberdayaan yang diberikan kepada
pegawai akan menyebabkan semakin
baiknya kinerja dari para pegawai
tersebut;
5. Burnout terbukti berpengaruh secara
negatif dan signifikan terhadap kinerja
pegawai, dimana semakn tinggi
pegawai maka akan semakin rendah
kinerja dari para pegawai tersebut;
6. Burnout terbukti dapat memediasi
pengaruh dari Stres Kerja terhadap
kinerja dengan jenis mediasi parsial,
dimana pengaruh dari Stres Kerja
dapat diberikan baik secara langsung
terhadap kinerja maupun melalui
mediasi burnout;
7. Burnout tidak dapat memediasi
pengaruh dari pemberdayaan terhadap
kinerja pegawai, hal ini disebabkan
pemberdayaan tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap
burnout.
Saran
1. Implikasi Teoritis
Hasil dari penelitian ini
memperlihatkan bahwa seluruh
variabel bebas terbukti berpengaruh
secara signifikan terhadap kinerja para
pegawai. Stres kerja dan burnout
terbukti berpengaruh negatif dan
signifikan terhadap kinerja, sementara
pemberdayaan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kinerja.
Mengacu pada hasil ini, maka ketiga
variabel layak untuk dijadikan sebagai
referensi variabel bebas yang dapat
mempengaruhi kinerja pegawai.
Sementara variabel burnout sendiri
terbukti hanya dipengaruhi secara
positif dan signifikan oleh stres kerja,
sedangkan pemberdayaan tidak
memiliki pengaruh terhadap burnout.
Mengacu pada hasil ini maka
disarankan untuk menjadikan stres
kerja sebagai variabel bebas yang
mempengaruhi burnout sementara
pemberdayaan dapat dikesampingkan
untuk dijadikan sebagai referensi
variabel bebas dari burnout.
Hasil uji mediasi memperlihatkan
bahwa burnouti terbukti dapat
memediasi pengaruh dari stres kerja
terhadap kinerja, namun tidak dapat
memediasi pengaruh dari
pemberdayaan terhadap kinerja. Hasil
perbandingan koefisien pengaruh juga
menyatakan bahwa pengaruh stres
kerja terhadap kinerja lebih baik
dilakukan dengan mediasi dari
burnout. Untuk itu, terkait dengan
konsep mediasi jalur pengaruh
variabel bebas terhadap variabel
terikat, maka disarankan agar mediasi
melalui burnout dijadikan referensi
dalam membahas pengaruh dari stres
kerja terhadap kinerja.
2. Implikasi Praktis dan Kebijakan
Hasil penelitian memperlihatkan
bahwa untuk meningkatkan kinerja,
maka sebaiknya dilakukan penurunan
terhadap stres kerja dan burnoutserta
peningkatan pemberdayaan pegawai.
Penurunan tingkat stres kerja dan
burnout akan membuat pegawai
sehingga hasil kerjanya menjadi
semakin baik. Sementara peningkatan
pemberdayaan akan membuat pegawai
memiliki kemampuan dan kapasitas
yang lebih baik dalam bekerja dan
karenanya akan meningkatkan kinerja
dari para pegawai. Mengacu pada
kondisi tersebut maka sangat
disarankan kepada instansi untuk
dapat melakukan langkah yang dapat
menurunkan stres kerja, menurunkan
burnout pegawai dan meningkatkan
pemberdayaan.
Sementara itu, untuk menurunkan
burnoutpegawai dapat dilakukan
dengan menurunkan Stres Kerja para
pegawai. Apabila tingkat stres kerja
semakin rendah, maka para pegawai
akan bekerja secara lebih nyaman dan
lebih baik serta memiliki keyakinan
atas kemampuannya dalam bekerja,
kondisi ini akan menurunkan burnout
dari para pegawai karena akan merasa
bekerja dengan suasana dan kondisi
yang mendukungnya dalam bekerja.
3. Implikasi Manajerial
a. Sebaiknya dilakukan berbagai hal
yang dapat membuat para
pegawai tidak merasa bahwa stres
dalam bekerja sangat tinggi,
sebaliknya ada baiknya
menerapkan kebijakan yang
memperlihatkan bahwa para
pegawai memperoleh
pemberdayaan yang bagus.
Demikian juga perlu dilakukan
upaya-upaya untuk dapat
menjadikan tingkat kelelahan
pegawai (burnout) menjadi
rendah;
b. Untuk dapat menekan burnout,
maka ada baiknya dilakukan
strategi penurunan Stres Kerja.
Ada baiknya diupayakan berbagai
strategi yang membuat para
pegawai dapat bekerja secara
lebih nyaman, meningkatkan
relasi dengan rekan kerja dan
atasan dari para pegawai tersebut.
Keterbatasan Penelitian
1. Penelitian hanya ditujukan pada para
perawat RSUD Ambarawa sehingga
pembahasan dalam penelitian ini
hanya dapat diaplikasikan pada para
perawat yang bekerja di RSUD
Ambarawa;
2. Variabel bebas yang mempengaruhi
kinerja hanya dibatasi pada stres kerja,
pemberdayaan, dan burnout.
Sementara variabel yang
mempengaruhi burnout hanya dibatasi
DAFTAR PUSTAKA
Abraham dan Shanley. (1997). Psikologi Sosial untuk Perawat. Jakarta : EGC Asi, Sri.P., (2011). Pengaruh Iklim
Organisasi dan Burnout terhadap Kinerja Perawat RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Jurnal Aplikasi Manajemen. 11 (3). 515-523.
Arifin, A. Hamid. D, Hakam. (2014). Pengaruh Pemberdayaan dan Burnout terhadap Kinerja Perawat (Studi pada Karyawan CV. Catur Perkasa Manunggal). Jurnal Administrasi Bisnis. 8 (2). 1-8. Batraman, T. dan G. Casimir. (2007). The
Relationship between Leadership and Follower in-role Performance and Satisfaction with the Leader: The Mediating Effects of Empowerment and Trust in the Leader. Leadership and
Organization Development
Journal.28 (1).4-19.
Duvall, C. K. (1999). Developing Individual Freedom to Act Empowerment in the Knowledge Organization.Participation and Empowerment (An International Journal).7 (8).204-212.
Fadzillah, Ari. (2006). Analisis Pengaruh Pemberdayaan Karyawan dan Self of Efficacy terhadap Kinerja Perawat Bagian Penjualan (Studi Kasus pada PT. Sinar Sosro Wilayah Pemasaran Semarang). Jurnal Studi Manajemen & Organisasi. 3 (1). 12-27.
Febrina, S. (2013). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Sres Kerja. Jurnal Ecopsy. 1 (1). 24-28.
Goodhue, D.L, dan Thompson, R.L. (1995). Task Technology Fit and Individual Performance. MIS Quarterly. 1827-1844.
Haryanti, Farida, A., Puji, P., (2013). Hubungan Antara Beban Kerja dengan Stres Kerja Perawat di Instalasi Gawat Darurat RSUD Kabupaten Semarang. Jurnal
Manajemen Keperawatan. 1 (1). 48-56.
Hidayati, R. Yadi P, Susatyo, Y. (2008). Kecerdasan Emosi, Stres Kerja dan Kinerja Perawat. Jurnal Psikologi. 2 (1). 91-96.
Isrorina dan Setyowati, W. (2009). Pengaruh Pemberdayaan Pegawai dan Karakteristik Pekerjaan terhadap Kinerja Pegawai dengan Mediasi Iklim Organisasi pada Sekretariat Daerah Kabupaten Pekalongan. TEMA. 6 (1). 19-31.
Kreitner, R dan Angelo Kinichi. (2004). Organization Behavior. Sixth Edition. The McGraw-Hill Companies Inc. New York.
Kristanto, A.A., Kartika, S.D., Endah, K.D. (2009). Faktor-faktor penyebab stress kerja pada perawat ICU Rumah sakit tipe C di kota Semarang. Jurnal Psikologi Universitas Diponegoro. Retrieved from
core.ac.uk/download/pdf/11711054. pdf.
Laloma, A. (2013). Analisis Faktor-Faktor Penunjang dan Penghambat Kinerja Birokrasi Sekretariat daerah Kabupaten Kepulauan Talaud.
Diunduh dari
http://ejournal.unsrat.ac.id/index.ph p/jia/article/download/6244/5767 pada tanggal 18 Februari 2015. Maharani, P.A., dan Triyoga, A. (2012).
Kejenuhan Kerja (Burnout) dengan Kinerja Perawat dalam Pemberian Asuhan Keperawatan. Jurnal STIKES. vol.5. 167–178.
Mangkunegara, Anwar. (2006). Evaluasi Kinerja Sumber Daya Manusia. Bandung: PT. Refika Aditama. Maslach, C. (2003). Current Directions in
Psychological Science.Sage Journals. 12 (5). 189-192.
Munandar, A. (2001). Psikologi Industri Dan Organisasi. Jakarta: Universitas Indonesia.
Pariaribo, N. (2014). Pengaruh Gaya Kepemimpinan Burnout Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Serta Dampaknya Terhadap Kinerja Pegawai Pada Badan Perencanaan Pembangunan Daerah di Kabupaten Supiori. Diunduh dari http://e-journal.uajy.ac.id/4769/1/Jurnal.pdf pada tanggal 12 Februari 2015. Prestiana dan Purbandini. (2012).
Hubungan Antara Efikasi Diri (Self Efficacy) dan Stres Kerja Dengan Kejenuhan Kerja (Burnout) Pada Perawat IGD dan ICU RSUD Kota Bekasi. Jurnal Soul. 5(2).1-14. Robbins, Stephen.P dan Judge, Timothy.
A, 2008, Perilaku Organisasi. Jakarta:Salemba Empat
Russeng, S., Usman. M., Saleh, L.M. (2007). Stres Kerja Pada Perawat di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr. Tadjuddin Chalid Makasar.
Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia. 3 (1). 1-5.
Sutarto. (2010). Psikologi Industri dan Organisasi. Jakarta: Kencana. Tawale, E., Widjayaning. B., Gartinia.
(2011). Hubungan antara Burnout Kerja Perawat dengan Kecenderungan mengalami Burnout pada Perawat di RSUD Serui–Papua. INSANI. 13 (02). 74-84.
Tunjungsari, Peni. (2011). Pengaruh Stres Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan Pada Kantor Pusat PT. POS Indonesia (Persero) Bandung. Jurnal Universitas Komputer Indonesia. 1 (1). 1-14.
Yuxiu, Pu.,WipadaKunaviktikuland., PetsuneeThungjaroenkul. (2011). Job Characteristics and Job Performance amongProfessional Nurses in the University Hospitals of
People’sRepublic of