• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tugas makalah agama jadi perbaikan nilai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Tugas makalah agama jadi perbaikan nilai"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.A latar belakang masalah

Islam sangat mementingkan pendidikan. Dengan pendidikan yang benar dan berkualitas, individu-individu yang beradab akan terbentuk yang akhirnya memunculkan kehidupan sosial yang bermoral. Sayangnya, sekalipun institusi-institusi pendidikan saat ini memiliki kualitas dan fasilitas, namun institusi-institusi tersebut masih belum memproduksi

individu-individu yang beradab. Sebabnya, visi dan misi pendidikan yang mengarah kepada terbentuknya manusia yang beradab, terabaikan dalam tujuan institusi pendidikan. Penekanan kepada pentingnya anak didik supaya hidup dengan nilai-nilai kebaikan, spiritual dan moralitas seperti terabaikan. Bahkan kondisi sebaliknya yang terjadi. Saat ini, banyak institusi pendidikan telah berubah menjadi industri bisnis, yang memiliki visi dan misi yang pragmatis. Pendidikan diarahkan untuk melahirkan individu-individu pragmatis yang bekerja untuk meraih kesuksesan materi dan profesi sosial yang akan memakmuran diri, perusahaan dan Negara. Pendidikan dipandang secara ekonomis dan dianggap sebagai sebuah investasi. Gelar dianggap sebagai tujuan utama, ingin segera dan secepatnya diraih supaya modal yang selama ini dikeluarkan akan menuai keuntungan. Sistem pendidikan seperti ini sekalipun akan memproduksi anak didik yang memiliki status pendidikan yang tinggi, namun status tersebut tidak akan menjadikan mereka sebagai individu-individu yang beradab. Pendidikan yang bertujuan pragmatis dan ekonomis sebenarnya merupakan pengaruh dari paradigma pendidikan Barat yang sekular.

Dalam budaya Barat sekular, tingginya pendidikan seseorang tidak berkorespondensi dengan kebaikan dan kebahagiaan individu yang bersangkutan. Dampak dari hegemoni pendidikan Barat terhadap kaum Muslimin adalah banyaknya dari kalangan Muslim memiliki pendidikan yang tinggi, namun dalam kehidupan nyata, mereka belum menjadi Muslim-Muslim yang baik dan berbahagia. Masih ada kesenjangan antara tingginya gelar pendidikan yang diraih dengan rendahnya moral serta akhlak kehidupan Muslim. Ini terjadi disebabkan visi dan misi pendidikan yang pragmatis. Sebenarnya, agama Islam memiliki tujuan yang lebih komprehensif dan integratif dibanding dengan sistem pendidikan sekular yang semata-mata menghasilkan para anak didik yang memiliki paradigma yang pragmatis.

(2)

dalam Islam secara induktif dengan melihat dalil-dalil naqli yang sudah ada dalam al-Qur’an maupun al-Hadits, juga memadukannya dalam konteks kebutuhan dari masyarakat secara umum dalam pendidikan, sehingga diharapkan tujuan pendidikan dalam Islam dapat diaplikasikan pada wacana dan realita kekinian.

I.B RUMUSAN MASALAH

Didalaam makalah ini akan kami bahas beberapa rumusan masalah berkaitan dengan pendidikan dalam Al-Qur’an, yaitu :

a. Apakah pengertian dari pendidikan ?

b. Apakah tujuan Pendidikan dalam Al-Qur’an? c. Bagaimana pendidikan sebagai proses humanisasi? d. Bagaimanakah sifat pendidik yang baik ?

e. Bagaimanakah sifat peserta didik yang baik ?

I.C PEMBAHASAN 1. Pengertian Pendidikan

Pengertian Konsep Pendidikan dalam Al-qur’an

Istilah pendidikan bisa ditemukan dalam al-Qur'an dengan istilah ‘at-Tarbiyah’,‘at-Ta’lim’, dan ‘at-Tadhib’, tetapi lebih banyak kita temukan dengan ungkapan kata ‘rabbi’, kata at-Tarbiyah adalah bentuk masdar dari fi’il madhi rabba , yang mempunyai

pengertian yang sama dengan kata ‘rabb’ yang berarti nama Allah. Dalam al-Qur'an tidak ditemukan kata ‘at-Tarbiyah’, tetapi ada istilah yang senada dengan itu yaitu; ar-rabb, rabbayani, murabbi, rabbiyun, rabbani. Sebaiknya dalam hadis digunakan istilah rabbani. Semua fonem tersebut mempunyai konotasi makna yang berbeda-beda.

(3)

2. Tujuan Pendidikan dalam Al-Qur’an Al-Qur’an Surat al-Dzariyat [51] ayat 56

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi/beribadah kepada-Ku.” (Q.S. al-Dzariyat [51] : 56).

Ayat ini dengan sangat jelas mengabarkan kepada kita bahwa tujuan penciptaan jin dan manusia tidak lain hanyalah untuk “mengabdi” kepada Allah SWT. Dalam gerak langkah dan hidup manusia haruslah senantiasa diniatkan untuk mengabdi kepada Allah. Tujuan pendidikan yang utama dalam Islam menurut Al-Qur’an adalah agar terbentuk insan-insan yang sadar akan tugas utamanya di dunia ini sesuai dengan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid. Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata.

Mengabdi dalam terminologi Islam sering diartikan dengan beribadah. Ibadah bukan sekedar ketaatan dan ketundukan, tetapi ia adalah satu bentuk ketundukan dan ketaatan yang mencapai puncaknya akibat adanya rasa keagungan dalam jiwa seseorang terhadap siapa yang kepadanya ia mengabdi. Ibadah juga merupakan dampak keyakinan bahwa pengabdian itu tertuju kepada yang memiliki kekuasaan yang tidak terjangkau dan tidak terbatas. Ibadah dalam pandangan ilmu Fiqih ada dua yaitu ibadah mahdloh dan ibadah ghoiru mahdloh. Ibadah mahdloh adalah ibadah yang telah ditentukan oleh Allah bentuk, kadar atau waktunya seperti halnya sholat, zakat, puasa dan haji. Sedangkan ibadah ghoiru mahdloh adalah sebaliknya, kurang lebihnya yaitu segala bentuk aktivitas manusia yang diniatkan untuk memperoleh ridho dari Allah SWT.

Segala aktivitas pendidikan, belajar-mengajar dan sebagainya adalah termasuk dalam kategori ibadah. Hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :

(ربلا دبع نبا هاور) ةملسم و ملسم لك ىلع ةضيرف ملعلا بلط

“Menuntut ilmu adalah fardlu bagi tiap-tiap orang-orang Islam laki-laki dan perempuan” (H.R Ibn Abdulbari)

(ىذمرتلا هاور) عجري ىتح ل لابل ىف ىفف ملعلا بلط ىف جرخ نم

“Barangsiapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan

(4)

Tirmidzi)

Pendidikan sebagai upaya perbaikan yang meliputi keseluruhan hidup individu termasuk akal, hati dan rohani, jasmani, akhlak, dan tingkah laku. Melalui pendidikan, setiap potensi yang di anugerahkan oleh Allah SWT dapat dioptimalkan dan dimanfaatkan untuk

menjalankan fungsi sebagai khalifah di muka bumi. Sehingga pendidikan merupakan suatu proses yang sangat penting tidak hanya dalam hal pengembangan kecerdasannya, namun juga untuk membawa peserta didik pada tingkat manusiawi dan peradaban, terutama pada zaman modern dengan berbagai kompleksitas yang ada.

Dalam penciptaaannya, manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan dengan dua fungsi, yaitu fungsi sebagai khalifah di muka bumi dan fungsi manusia sebagai makhluk Allah yang memiliki kewajiban untuk menyembah-Nya. Kedua fungsi tersebut juga dijelaskan oleh Allah SWT dalam firman-Nya berikut:

“…’Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi’…” [Q.S Al-Baqarah(2): 30].

Ketika Allah menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi dan dengannya Allah SWT mengamanahkan bumi beserta isi kehidupannya kepada manusia, maka manusia merupakan wakil yang memiliki tugas sebagai pemimpin dibumi Allah.

Ghozali melukiskan tujuan pendidikan sesuai dengan pandangan hidupnya dan nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, yaitu sesuai dengan filsafatnya, yakni memberi petunjuk akhlak dan pembersihan jiwa dengan maksud di balik itu membentuk individu-individu yang tertandai dengan sifat-sifat utama dan takwa.

(5)

Untuk memahami profil imam/pemimpin bagi orang yang bertaqwa, maka kita perlu mengkaji makna takwa itu sendiri. Inti dari makna takwa ada dua macam yaitu; itba’ syariatillah (mengikuti ajaran Allah yang tertuang dalam al-Qur’an dan Hadits) dan sekaligus itiba’ sunnatullah (mengikuti aturan-aturan Allah, yang berlalu di alam ini), Orang yang itiba’ sunnatullah adalah orang-orang yang memiliki keluasan ilmu dan kematangan profesionalisme sesuai dengan bidang keahliannya. Imam bagi orang-orang yang bertaqwa, artinya disamping dia sebagai orang yang memiki profil sebagai itba’ syaria’tillah sekaligus itba’ sunnatillah, juga mampu menjadi pemimpin, penggerak, pendorong, inovator dan teladan bagi orang-orang yang bertaqwa.

3. Pendidikan Sebagai Proses Humanisasi Al-Qur’an Surat al-Baqarah [2] ayat 247

“Nabi mereka mengatakan kepada mereka: “Sesungguhnya Allah Telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.” mereka menjawab: “Bagaimana Thalut memerintah kami,

padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang diapun tidak diberi kekayaan yang cukup banyak?” nabi (mereka) berkata: “Sesungguhnya Allah telah memilih rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.” Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha luas pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.” (Q.S. al-Baqarah [2] : 247).

(6)

Nabi Syamuil mengatakan kepada Bani Israil, bahwa Allah SWT telah mengangkat Thalut sebagai raja. Orang-orang Bani Israil tidak mau menerima Thalut sebagai raja dengan alasan, bahwa menurut tradisi, yang boleh dijadikan raja itu hanyalah dari kabilah Yahudi, sedangkan Thalut sendiri adalah dari kabilah Bunyamin. Lagi pula disyaratkan yang boleh menjadi raja itu harus seorang hartawan, sedang Thalut sendiri bukan seorang hartawan. Oleh karena itu secara spontan mereka membantah, “Bagaimana Thalut akan memerintah kami, padahal kami lebih berhak untuk mengendalikan pemerintahan daripadanya, sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang cukup untuk menjadi raja?”

Nabi Syamuil menjawab bahwa Thalut diangkat menjadi raja atas pilihan Allah SWT karena itu Allah menganugerahkan kepadanya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa sehingga ia mampu untuk memimpin Bani Israil. Dari ayat ini diambil pengertian bahwa seorang yang akan dijadikan raja ataupun pemimpin itu hendaklah memiliki sifat-sifat sebagai berikut:

1. Kekuatan fisik sehingga mampu untuk melaksanakan tugasnya sebagai kepala negara. 2. Ilmu pengetahuan yang luas, mengetahui di mana letaknya kekuatan umat dan

kelemahannya, sehingga dapat memimpinnya dengan penuh kebijaksanaan. 3. Kesehatan jasmani dan kecerdasan pikiran.

4. Bertakwa kepada Allah supaya mendapat taufik daripada-Nya untuk mengatasi segala kesulitan yang tidak mungkin diatasinya sendiri kecuali dengan taufik dan hidayah-Nya.

Manusia sebagai khalifah di bumi bisa melaksanakan amanah memakmurkan bumi jika manusia tersebut mempunyai 4 karakter diatas. Karakter-karakter tersebut hanya bisa diperoleh dengan pendidikan yang baik dan usaha yang terus menerus. Pendidikan jasmani akan menghasilkan raga yang sehat, kuat dan tangguh. Pendidikan rohani akan

menghasilkan pengetahuan yang luas, akhlak yang baik dan ketaqwaan kepada Sang Kholik. Kedua jenis pendidikan ini saling terkait dan sama pentingnya untuk

menghasilkan manusia-manusia paripurna yang bisa mengemban amanat sebagai khalifah. Adapun harta kekayaan tidak dimasukkan menjadi syarat untuk menjadi raja (pemimpin) karena bila syarat-syarat yang empat tersebut telah dipenuhi, maka mudahlah baginya untuk mendapatkan harta yang diperlukan sebab Allah Maha Luas Pemberian-Nya lagi Maha Mengetahui.

(7)

pendidikan Islam lebih mendalam dan menyangkut persoalan hidup multi dimensional, yaitu pendidikan yang tidak terpisahkan dari tugas kekhalifahan manusia, atau lebih khusus lagi sebagai penyiapan kader-kader khalifah dalam rangka membangun kehidupan dunia yang makmur, dinamis, harmonis dan lestari sebagaimana diisyaratkan oleh Allah dalam al Qur’an. Pendidikan Islam adalah pendidikan yang ideal, sebab visi dan misinya adalah “Rohmatan Lil ‘Alamin”, yaitu untuk membangun kehidupan dunia yang yang makmur, demokratis, adil, damai, taat hukum, dinamis, dan harmonis.

4. Sifat Pendidik Yang Baik

Al-Qur’an Surat al-Qashash [28] ayat 26

“Salah seorang dari kedua wanita itu berkata: “Ya bapakku ambillah ia sebagai orang yang bekerja (pada kita), Karena sesungguhnya orang yang paling baik yang kamu ambil untuk bekerja (pada kita) ialah orang yang kuat lagi dapat dipercaya” al-qashash(28:26).

Rupanya orang tua itu (Nabi Syuaib) tidak mempunyai anak laki-laki dan tidak pula mempunyai pembantu. Oleh sebab itu yang mengurus semua urusan keluarga itu hanyalah kedua putrinya saja, sampai keduanya terpaksa menggembala kambing mereka, di

samping mengurus rumah tangga. Terpikirlah salah seorang putri itu untuk memintanya supaya datang memenuhi undangan bapaknya alangkah baiknya kalau Musa yang nampaknya amat baik sikap dan budi pekertinya dan kuat tenaganya diangkat menjadi pembantu di rumah ini. Putri itu mengusulkan kepada bapaknya angkatlah Musa itu sebagai pembantu kita yang akan mengurus sebagian urusan kita sebagai penggembala kambing, mengambil air dan sebagainya. Saya lihat dia seorang yang jujur dapat dipercaya dan kuat juga tenaganya. Usul itu berkenan di hati bapaknya, bahkan bapaknya bukan saja ingin mengangkatnya sebagai pembantu, malah ia hendak mengawinkan putrinya itu dengan Musa dan sebagai maharnya Musa harus bekerja di sana selama delapan tahun dan bila Musa menyanggupi sepuluh tahun dengan suka rela itulah yang lebih baik.

(8)

dan masyarakat di negeri Madyan. Konon Nabi Musa adalah seorang yang gagah perkasa, kuat, pandai memimpin dan jujur lagi dapat dipercaya. Karena sifat-sifat terpuji itulah yang membuat anak gadis Nabi Syuaib terkesima dan Nabi Syuaib juga berencana menikahkan salah satu diantara anak gadisnya dengan Nabi Musa.

Ibnu Taimiyah dalam bukunya as-Syiasah Asyriyyah merujuk pada ayat di atas, demikian juga ucapan penguasa Mesir ketika memilih dan mengangkat Nabi Yusuf A.S sebagai kepala badan logistik negara. Dalam firman alloh menyebut:

“Maka tatkala raja telah bercakap-cakap dengan dia (Yusuf), dia berkata: “Sesungguhnya kamu (mulai) hari Ini menjadi seorang yang berkedudukan tinggi lagi dipercayai pada sisi kami” (Q.S. Yusuf [12] : 54). Hal ini menegaskan bahwa pentingnya kedua sifat tersebut, yaitu kuat dan dipercaya, untuk dimiliki oleh orang yang diberi amanat mengemban tugas berat.

Pengertian kuat disini adalah kekuatan dalam berbagai aspek dan bidang. Oleh karena itu terlebih dahulu harus dilihat bidang apa yang akan ditugaskan kepada yang dipilih.

Sedangkan kepercayaan tersebut diatas yang dimaksud adalah integritas pribadi dari orang yang diberi amanat. Di zaman modern sekarang ini diperlukan orang-orang yang ahli di bidangnya masing-masing dan mempunyai integritas pribadi yang unggul dan terpuji guna mengembangkan segala aspek kehidupan yang lebih bermakna. Diharapkan orang

mukmin mempunyai spesialisasi tertentu di bidang iptek dan punya integritas pribadi tangguh untuk mengembangkan ummat Islam menuju kejayaan. Mukmin kuat dalam berbagai bidang lebih baik dibandingkan dengan mukmin lemah, hal ini sesuai dengan sabda Nabi SAW :

(9)

E. Sifat Peserta Didik Yang Baik

Al-Qur’an Surat Ali Imron [3] ayat 19

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya.”

Ayat diatas menunjukkan sebagai berita dari Allah SWT yang menyatakan bahwa tidak ada agama yang diterima dari seseorang di sisi-Nya selain Islam, yaitu mengikuti para Rasul yang diutus oleh Allah SWT di setiap masa, hingga diakhiri dengan Nabi

Muhammad SAW yang membawa agama yang menutup semua jalan lain kecuali jalan yang telah ditempuhnya. Karena itu, barangsiapa yang menghadap kepada Allah – sesudah Nabi Muhammad SAW diutus – dengan membawa agama yang bukan syariatnya, maka hal itu tidak diterima oleh Allah.

(10)

jumhur ulama lebih kuat.

Kemudian Allah SWT memberitakan bahwa orang-orang yang telah diberikan Al-Kitab kepada mereka di masa-masa yang lalu, mereka berselisih pendapat hanya setelah hujjah ditegakkan atas mereka, yakni sesudah para Rasul diutus kepada mereka dan kitab-kitab samawi diturunkan buat mereka. Sebagian dari mereka merasa dengki terhadap sebagian yang lainnya, lalu mereka berselisih pendapat dalam perkara kebenaran. Hal tersebut terjadi karena terdorong oleh rasa dengki, benci dan saling menjatuhkan, hingga sebagian dari mereka berusaha menjatuhkan sebagian yang lain dengan menentangnya dalam semua ucapan dan perbuatannya, sekalipun benar. Terhadap orang-orang yang ingkar kepada ayat-ayat Allah yang telah diturunkan, maka sesungguhnya Allah akan membalas perbuatannya dan melakukan perhitungan terhadapnya atas kedustaannya itu, dan akan menghukumnya akibat ia menentang Kitab-Nya.

Keterangan di atas menunjukkan kedengkian dan kebencian umat Yahudi dan Nasrani terhadap umat Islam pada zaman sekarang setelah hujjah dan penjelasan datang pada mereka tentang kebenaran Islam. Walaupun mereka diberi akal dan pengetahuan oleh Allah SWT, tetapi karena hatinya tertutup oleh rasa sombong dan dengki terhadap Islam sehingga tidak mau menerima kebenaran Islam. Pengetahuan yang mereka peroleh digunakan untuk menuruti hawa nafsu mereka belaka, seperti dapat kita lihat di negara-negara yang mayoritas penduduknya Yahudi dan Nasrani. Pengetahuan yang telah diperoleh untuk memperkaya diri, menyombongkan diri bahkan saling berusaha menguasai dan menjajah diantara satu dengan lainnya dalam segala bidang kehidupan. Sehingga pengetahuan yang mereka peroleh kering dari makna serta membuat semakin kehilangan arah ke-ilahi-an dan miskin dimensi transendental.

(11)

BAB II

Nasihat Luqman

II.A latar belakang

Mendidik anak adalah tugas yang berat bagi orang tua, karena semakin majunya teknologi orang tua harus lebih ekstra memperhatikan perkembangan anak-anaknya. Banyak tokoh yang bisa di tiru dalam mendidik seorang anak, seperti halnya lukman dalam mendidik anaknya. Beliau menanam kuat-kuat tentang keimanan kepada Allah, dan selalu menasehati anaknya, agar selalu berbakti kepada kedua orang tua. Alqur’an pun sering menyinggung tentang bagaimana seharusnya seorang anak menghormati orang tuanya.Dalam makalah ini kami akan sedikit menjelaskan bagaimana seharusnya menjadi orang tua yang bisa memberikan yang terbaik kepada anaknya dengan meniru lukman di dalam mendidik anak.

B. tujuan makalah

(12)

II.B Penjelasan

1.

Surat luqman ayat 13- 15

13. dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar".

14. dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam Keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun[1180]. bersyukurlah kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

15. dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, Maka janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, Maka Kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.

(13)

2. Asbabul Nuzul

a. Surat Lukman ayat 13

Abdillah mengatakan ayat ini diturunkan berkenaan dengan nasihat Rasulullah kepada para sahabat tentang wasiat lukman kepada anaknya. Saat turun QS. 6:82. Para sahabat keberatan. Mereka menghadap Rasulullah dan bertanya. “wahai Rasul, siapa diantara kami yang dapat membersikan keimanan dari kedzaliman?” “apa kalian telah mendengar wasiat lukman kepada anaknya. ‘Anakku, janganlah kamu menyekutukan Allah, karena itu adalah kedzaliman yang sangat besar’. “bersabda” (HR. Bukhari)

b. Surat Lukman ayat 15

Sa’ad bin malik berkata, “ayat ini diturunkan berkenaan denganku. Aku sangat mencintai dan menghormati ibuku. Saat aku masuk islam ibuku tidak setuju dan berkata, ‘Anakku , kamu pilih salah satu, kamu tinggalkan islam atau aku akan mogok makan dan minum hingga aku mati’. Aku bertekad untuk tetap dalam islam. Namun ibuku melaksanakan ancamannya selama tiga hari tiga malam. Aku sedih dan berkata,’ibu, jika ibu memiliki seribu jiwa (nyawa) dan satu persatu meninggal, aku akan tetap dalam islam. Karena itu terserah ibu mau makan atau tidak. ‘akhirnya, ibuku pun luluh dan mau makan kembali.”(HR. Thabrani)

3 . Penjelasan surat lukman ayat 13-15

(14)

Nasihat seorang ayah kepada anaknya adalah bebas dari segala syubhat dan jauh dari segala prasangka. Sesungguhnya perkara tauhid dan larangan berbuat syirik merupakan perkara lama yang selalu di serukan oleh orang-orang yang di anugrahkan oleh Allah diantara manusia. Tidak ada kehendak lain di baliknya melainkan kebaikan semata-mata, dan sama sekali tidak menghendaki selain yang demikian. Inilah pengaruh jiwa yang di maksudkan dalam ayat di atas. “… Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lamah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun… “.

Ayat ini menggambarkan nuansa pengorbanan yang agung dan dahsyat. Seorang ibu dengan tabiatnya harus menaggung beban yang amat berat dan lebih kompleks. Namun, luar biasa, ia tetap menganggungnya dengan senang hati dan cinta yang lebih dalam, lembut dan halus. Walapun satu tarikan nafas dalam proses kehamilan dan kelahirannya, tetap tidak dapat di balasoleh seorang anak. Pasalnya, ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah.

(15)

memusuhinya atau durhaka kepadanya. Pendeknya perkataan ibu, bapak itu wajib untuk dituruti, selama tidak melanggar peraturan agama Islam.

4. Implikasi surat lukman ayat 13-15

Islam sangat memperhatikan pendidikan anak, sehingga diceritakan kisah lukman dan anaknya. Yang perlu kita tiru dari kisah lukman dalam mendidik anak ialah:

a. Menanamkan keimanan kepada anak sejak dini untuk selalu iman kepada Allah, dan melarang untuk menyekutukanNya.

b. Selalu bersyukur kepada Allah atas segala nikmatNya.

c. Selalu bersyukur kepada kedua orang tua atas kasih sayangnya.

d. Mentaati kedua orang tua selagi tidak melanggar peraturan agama islam.

e. Tidak melawan kedua orang tua ketika mereka memaksa untuk menyekutukan Allah, akan tetapi tetap memperlakukan mereka dengan baik.

Akan tetapi didalam mendidik perlu ada beberapa unsur untuk bisa menjadikan anak itu menjalankan apa yang diperintahkan orang tua.

Menurut Abbudin nata ada enam komponen di dalam mendidik anak, yaitu:

1. Komponen pendidik yang didalam hal ini adalah orang tua khususnya luqman (ayah) sebagai kepala keluarga.

2. Komponen anak didik (murid) dalam hal ini adalah anaknya luqman sendiri.

3. Komponen lingkungan dimana kegiatan pendidik tersebut berlangsung yang dalam hal ini adalah lingkungan keluarga.

4. Komponen materi (kurikulum) pendidikan yang dalam ayat-ayat tersebut mencakup materi pendidikan tentang keimanan atau akidah yang kokoh. Antara lain dengan menjauhi perbuatan syirik; aklhak mulia anytara lain memuliakan kedua orang tua, mendirikan shalat, memerintah peruatan baik dan menjauhi prbuatan munkar, berrsikap tabah dan tidak menyombongkan diri ddan bersikap rendah hati.

5. Komponan hubungan, pendekatan dalam proses belajar mengajar yang dalam hal ini mengembangkan pola hubungan yang demokratis menghargai pendapat orang lain, manusiawi, berorientasi kepada kebenaran ilmiah, dan profesional.

(16)

Dengan mengikuti iuran tersebut diatas tampak dengan jelas bahwa ajaran islam (Al-Qur’an) amat memperhatikan pembinaan generasi muda. Pembinaan tersebut dilakukan melalui kegiatan pendidikan yang dimulai dari rumah tangga atau pendidikan keluarga. Yang selanjutnya dilanjutkan oleh sekolah denga biaya ditanggung keluarga.

Untuk menghasilkan generasi muda yang baik yaitu generasi muda yang sehat fisiknya berilmu pengetahuan, berketerampilan, berakidah yang kokoh, taat menjalankan ibadah dan berakhlak yang mulia dan seterusnya terdapat pula petunjuk yang dapat dilakukan kedua orang tua.

III KESIMPULAN

Dari uraian dan penjelasan di atas, pemakalah menyimpulkan :

a. Tujuan utama dalam pendidikan Islam adalah membentuk pribadi muslim yang sadar akan tujuan asal mula penciptaannya, yaitu sebagai abid (hamba). Sehingga dalam melaksanakan proses pendidikan, baik dari sisi pendidik atau anak didik, harus didasari sebagai pengabdian kepada Allah SWT semata, selain itu dalam setiap gerak langkahnya selalu bertujuan memperoleh ridho dari Yang Maha Kuasa.

b. Pendidikan Islam mempunyai misi membentuk kader-kader khalifah fil ardl yang mempunyai sifat-sifat terpuji seperti amanah, jujur, kuat jasmani dan mempunyai pengetahuan yang luas dalam berbagai bidang. Diharapkan akan terbentuk muslim yang mampu mengemban tugas sebagai pembawa kemakmuran di bumi dan “Rahmatan Lil Alamin“.

c. Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah membentuk manusia yang sehat jasmani dan rohani serta moral yang tinggi, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akherat, baik sebagai makhluk individu maupun sebagai anggota masyarakat.

Islam sangat memperhatikan pendidikan anak, sehingga diceritakan kisah lukman dan anaknya. Yang perlu kita tiru dari kisah lukman dalam mendidik anak ialah:

1. Menanamkan keimanan kepada anak sejak dini untuk selalu iman kepada Allah, dan melarang untuk menyekutukanNya.

(17)

3. Selalu bersyukur kepada kedua orang tua atas kasih sayangnya.

4. Mentaati kedua orang tua selagi tidak melanggar peraturan agama islam.

5. Tidak melawan kedua orang tua ketika mereka memaksa untuk menyekutukan Allah, akan tetapi tetap memperlakukan mereka dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Abrasy M. Athiyah, 1968, At-Tarbiyah al-Islamiyah (terj; Bustami A.Goni, dan Djohar Bakry) , Jakarta : Bulan Bintang.

Al-Attas An Naquib, 1988, Konsep Pendidikan Dalam Islam, Bandung : Mizan. Ali Ashraf, 1989, Horison Baru Pendidikan (Islam dan Umum), Jakarta : Pustaka Firdaus.

Syahminan Zaini, 1986, Prinsip-Prinsip Dasar Konsepsi Pendidikan Islam, Jakarta : Pustaka al-Husna.

Drs. H. Moh. Rifa’i, Ilmu Fiqh Islam Lengkap, Semarang : PT. Karya Toha Putra, hlm 13 Azyumardi Azra, Pendidikan Islam; Tradisi dan Modernisasi Menuju Milenium Baru,

Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 2002

Al-Attas An Naquib, . Konsep Pendidikan Dalam Islam. (Bandung, Mizan, 1988) Tafsir, Ahmad. Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam. (Bandung, Rosda Karya., 1992) Departemen Agama RI, Al-Qur’an Tafsir per kata,2011,Banten, Kalim

Departemen Agama RI, Al- Qur’an dan Tafsirnya,2010,Jakarta, Lentera abadi

Mustafa Ahmad Al- Muroghy, tafsir Al-Muroghy,tt,beirut,darul ihya' at- turats al-

gozali

Referensi

Dokumen terkait

Inclusion criteria: the adolescent age group (10–18), idiopathic scoliosis Lenke I type who undergone posterior spinal fusion with pedicle screws; hybrid fixation and hook

Miskonsepsi bermaksud model pemikiran, kefahaman atau idea salah yang dibentuk oleh pelajar serta bertentangan dengan teori dan konsep yang digunakan dalam

Dalam kedudukannya sebagai pengelola barang, dan dihubungkan dengan amanat pasal 6 ayat (2) Undang-undang nomor 17 tahun 2003, Gubernur juga berwenang mengajukan usul untuk

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun petai cina (Leucaena glauca (L.) Benth.) memiliki kemampuan untuk menangkap radikal bebas dengan

Hasil jumlah iterasi dalam satu kali konvergen terhadap jumlah varian data training pada metode improved semi supervised k-means dengan k-means Pada pengujian ketiga

Communication Objective Dari riset penyelenggara pasca event yang dilakukan melalui 60 responden yang mengetahui Klub sepatu roda kota Semarang, sebanyak 43, yang berminat gabung

Menurut Manuaba (2008; h.389) disebutkan perdarahan terjadi karena gangguan hormon, gangguan kehamilan, gangguan KB, penyakit kandungan dan keganasan genetalia. 55)

Dalam bab ini akan dibahas penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, dan teori-teori yang mendukung analisis yang diperlukan dalam penelitian, antara lain: pemberian