• Tidak ada hasil yang ditemukan

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran SAVI pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 3 di SD Kristen Karmel 02 Thekelan Kec. Getasan Kab. Semarang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Keaktifan Siswa dengan Penerapan Model Pembelajaran SAVI pada Mata Pelajaran Matematika Kelas 3 di SD Kristen Karmel 02 Thekelan Kec. Getasan Kab. Semarang "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

Kajian teori ini merupakan paparan dari para ahli untuk mendukung penilitian yang dilakukan dan diambil dari beberapa teori para ahli yang mengkaji beberapa pandangan dan pendapat yang berbeda-beda. Dalam pembahasan kajian teori ini berisi pembelajaran dengan model pembelajaran SAVI dan hasil belajar Matematika. Dalam kajian teori dibahas tentang Hakikat Matematika di SD, Hasil belajar matematika, Model Pembelajaran SAVI, Penelitian yang relevan, kerangka berpikir, hipoteisis tindakan.

2.1.1 Hakikat Matematika

Matematika dipelajari oleh anak sejak berada di tingkat pendidikan terendah yaitu tingkat Sekolah Dasar (SD). Ilmu matematika juga seringkali diterapkan dalam kehidupan sehari-hari bahkan sebelum anak menginjak usia sekolah. Berkaitan dengan pembelajaran matematika di SD akan dijelaskan sebagai berikut.

2.1.1.1Matematika

Mata pelajaran Matematika perlu diberikan kepada siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berhitung berpikir kritis, dan kreatif, serta kemampuan memecahkan masalah. Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

(2)

matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang, dan diskrit. Untuk mengusai dan menciptakan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan matematika yang kuat sejak dini.

Menurut Ruseffendi (dalam Heruman 2012:1) matematika adalah bahasa simbol ilmu deduktif yang tidak menerima pembuktian secara deduktif; ilmu tentang keteraturan, dan struktur yang terorganisasi, mulai dari unsur yang tidak didefinisikan, unsur yang didefinisikan, ke aksioma atau postulat, dan akhirnya ke dalil.

Dari beberapa pernyataan di atas dapat di simpulkan dasar materi yang diberikan di tingkat sekolah dasar adalah materi bilangan, yang digunakan sebagai dasar untuk mempelajari materi pembelajaraan yan merupakan pola dan hubungan sebab dari sekumpulan konsep tertentu atau model tertentu yang dapat dibuat generalisasinya untuk dibuktikan kebenarannya secara deduktif.

2.1.1.2Tujuan Pembelajaran Matematika

Berdasarkan PERMENDIKNAS No. 22 Tahun 2006, Mata Pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan berikut :

1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat, dalam pemecahan masalah. sekolah.

2) Menggunakan penalaran pada pola dan sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika.

3) Memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh

4) Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah

(3)

2.1.1.3Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

Menurut ( Heruman, 2012 : 2) dalam mengajarkan matematika harus bisa memahami dan mengetahui bahwa kemampuan setiap siswa itu berbeda, dan semua siswa belum tentu senang dengan pembelajaran matematika. Memang tujuan akhir dalam pembelajaran matematika di SD agar siswa terampil dalam menggunakan konsep matematika dalam kehidupan sehari-hari.

Pembelajaran matematika di sekolah diarahkan pada pencapaian standar kompetensidasar pada siswa. Pembelajaran matematika tidak hanya berorientasi pada penguasaan materi matematika saja, tetapi materi matematika diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan dengan kompetensi yang harus dicapai siswa sesuai tahapan.

Standar kompetensi matematika merupakan seperangkat kompetensi matematika yang dibakukan dan harus ditunjukkan oleh siswa sebagai hasil belajarnya dalam mata pelajaran matematika. Standar kompetensi ini dirinci dalam kompoetensi dasar, indikator, dan materi pokok, untuk setiap aspeknya.Pengorganisasian dan pengelompokan materi pada aspek tersebut didasarkan menurut kemahiran atau kecakapan yang hendak ingin di capai.

Merujuk pada standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dicapai siswa maka ruang lingkup materi matematika adalah aljabar, pengukuran dan geomerti, peluang dan statistik, trigonometri, serta kalkulus diantaranya :

1) Kompetensi aljabar ditekankan pada kemampuan melakukan dan

menggunakan operasi hitung pada persamaan, pertidaksamaan dan fungsi. 2) Pengukuran dan geometri ditekankan pada kemampuan menggunakan sifat

dan aturan dalam menentukan porsi, jarak, sudut, volum, dan tranfrormasi. 3) Peluang dan statistika ditekankan pada menyajikan dan meringkas data

dengan berbagai cara.

4) Trigonometri ditekankan pada menggunakan perbandingan, fungsi, persamaan, dan identitas trigonometri.

(4)

2.1.2 Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil dari proses pembelajaran secara keseluruhan dari awal sampai akhir yang berupa nilai. Penilaian terhadap hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar.

Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang baik. Menurut (Nasution, 2006 : 36) hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi tindak belajar mengajar dan biasanya ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan guru.

Hasil belajar merupakan hasil yang dicapai oleh siswa setelah proses pembelajaran dalam waktu tertentu yang diukur dengan menggunakan alat evaluasi tertentu. (Widoyoko, 2009 : 1), mengemukakan bahwa hasil belajar terkait dengan pengukuran, kemudian akan terjadi suatu penilaian dan menuju evaluasi baik menggunakan tes maupun non-tes. Pengukuran, penilaian dan evaluasi bersifat hirarki. Evaluasi didahului dengan penilaian (assessment), sedangkan penilaian didahului dengan pengukuran.

Hasil yang dapat dicapai dari suatu kegiatan atau usaha yang didapat tersebut

diartikan sebagai hasil dari proses belajar mengajar yakni penguasaan, perubahan,

emosional, atau perubahan tingkah laku yang dapat diukur dengan tes tertentu.

Menurut Bloom (dalam Suprijono 2011:6) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Yang perlu diingat dalam hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil belajar dapat di peroleh dari 6 aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian.

(5)

2.1.2.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Hasil Belajar

Proses belajar mengajar selalu berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar banyak jenisnya, tetapi menurut (Slameto, 2003: 54 – 72) dapat digolongkan menjadi dua golongan yaitu: faktor intern (faktor dari dalam diri siswa) dan faktor ekstern (faktor dari luar siswa).

a) Faktor Intern

Faktor intern individu merupakan faktor yang paling penting dalam pencapaian hasil belajar yang optimal. Dalam melakukan proses belajar, semua kemampuan yang dimiliki individu dicurahkan untuk mencerna materi yang akan dipelajari. Faktor yang berasal dari diri siswa sendiri meliputi dua faktor yaitu faktor jasmaniah dan psikologis.

1) Faktor jasmaniah

Secara umum kondisi jasmaniah dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pembelajaran, kondisi tubuh yang lemah dapat menurunkan kualitas belajar siswa.

2) Faktor psikologis

Faktor psikologis dapat mempengaruhi hasil belajar. Faktor psikologis terdiri dari tujuh faktor, yaitu : intelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi, kematangan, kesiapan.

b) Faktor Ekstern

Faktor ekstern individu dapat dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Ketiga faktor ini satu sama lain memberikan warna tersendiri pada perkembangan individu, terutama dalam kegiatan belajar.

1) Lingkungan Keluarga

(6)

2) Lingkungan Sekolah

Peranan sekolah dalam membekali seseorang dalam disiplin ilmu tertentu merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam mempelajari sesuatu.

3) Lingkungan Masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga sangat berpengaruh terhadap beajar siswa. Faktor-faktor masyarakat yang dapat mempengaruhi adalah sebagai berikut : kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, media masa

Berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar diatas, pembelajaran dengan percobaan sederhana yang digunakan untuk meningkatkan aktivitas belajar, menumbuhkan rasa senang belajar dan membangun rasa santai serta semangat dalam belajar

2.1.3 Pengertian Keaktifan siswa

Menurut Depdiknas (2006 : 31) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik mental intelektual dan emisional guna memperoleh hasil belajar yang baik.

Keaktifan berasal dari kata dasar aktif, menurut Kamus Besar Bahasa

Indonesia, aktif diartikan sebagai giat.Keaktifan siswa berarti suatu usaha atau kerja

yang dilakukan dengan giat dan menghasilkan perubahan dari tidak melakukan

apa-apa menjadi melakukan sesuatu. Sedangkan aktivitas siswa dapa-apat digolongkan dalam

bentuk sikap, kesibukan, maupun kegiatan siswa dalam proses belajar mengajar.

Keaktifan siswa itu seperti mengerjakan tugas, berdiskusi, mengumpulkan

data, berpendapat, dan presentasi. Ketika siswa hanya mendengarkan penjelasan guru

saja, maka ia akan cepat lupa dengan informasi yang ia dengar. Karena belajar yang

hanya mengandalkan indera pendengaran mempunyai kelemahan cepat lupa, padahal

(7)

2.1.3.1 Unsur keaktifan siswa

Sudjana menjelaskan bahwa kegiatan belajar atau aktivitas belajar sebagai proses terdiri dari enam unsur, yaitu unsur belajar, peserta didik, tingkat kesulitan belajar, stimulus dan lingkungan, peserta didik yang memahami situasi, pola respon. Menurut Paul B. Dierdich yang dikutip oleh S. Nasution, aktivitas siswa dapat digolongkan menjadi delapan, yaitu:

a) Visual Activities yaitu membaca, memperhatikan gambar, demonstrasi.

b) Oral Activities yaitu menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan: wawancara, diskusi.

c) Listening Activities yaitu mendengarkan: uraian, percakapan, diskusi, pidato. d) Writing Activities yaitu menulis: cerita, karangan, laporan, tes, angket,

menyalin.

e) Drawing Activities yaitu menggambar, membuat grafik, peta, pola, diagram.

f) Motor Activities yaitu melakukan percobaan, membuat konstruksi,,

mereparasi, bermain, memelihara binatang, berkebun.

g) Mental Activities yaitu menanggapi, mengingat, memecahkan soal,

menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan.

h) Emotional Activities yaitu menaruh minat, merasa, bosan, gembira, berani, senang, gugup.

2.1.4 Model pembelajaran SAVI

(8)

1) Somatic

”Somatic” berasal dari bahasa Yunani yaitu tubuh=soma. pembelajaran somatic adalah pembelajaran yang memanfaatkan dan melibatkan tubuh (indera, peraba, kinestetik, melibatkan fisik dan menggerakkan tubuh sewaktu kegiatan pembelajaran berlangsung).

2) Auditory

Belajar dengan berbicara dan mendengar. Hal ini dapat diartikan dalam pembelajaran siswa hendaknya mengajak siswa membicarakan apa yang sedang mereka alami, menerjemahkan pengalaman siswa dengan kata-kata. 3) Visual

Belajar dengan mengamati dan menggambarkan. Setiap siswa yang menggunakan visualnya lebih mudah belajar jika dapat melihat langsung. Secara khususnya pembelajaran visual yang baik jika mereka dapat melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan dan sebagainya ketika belajar. 4) Intelektual

Belajar dengan memecahkan masalah dalam kehidupan. Dengan pikiran mereka secara internal akan menggunakan kecerdasan untuk merenungkan suatu pengalaman dan mencari solusi. Hal ini diperkuat dengan makna intelektual adalah bagian diri yang terdiri dari merenung, mencipta, dan memecahkan masalah.

(9)

2.1.5 Sintak Model Pembelajaran SAVI

Sintak Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial. Model pembelajaran mengacu pada pendekatan pembelajaran yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pengajaran, tahap-tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Sintak pembelajaran SAVI melalui beberapa fase:

1) Fase persiapan (kegiatan pendahuluan) adalah sebagai bentuk penerapan belajar auditori. Pada awalnya guru memberikan beberapa pertanyaan seputar materi yang akan disampaikan. Untuk membangkitkan minat belajar siswa, guru memberikan tepuk tangan bagi yang bisa menjawab agar tercipta suasana kelas yang menyenangkan. .

2) Fase penyampaian (kegiatan inti) adalah sebagai bentuk penerapan visual. Pada tahap ini guru menggunakan alat peraga berupa benda nyata yang berada dekat dengan lingkungan siswa. Pada materi ini guru menyampaikan gambaran percobaan yang berkaitan dengan materi pembelajaran. Kemudian siswa diajak untuk mengalami secara langsung dengan mengamatinya.

3) Fase pelatihan (kegiatan inti) adalah bentuk penerapan somatic. Pada tahap ini guru memberikan lembar pengamatan untuk dikerjakan bersama teman kolompoknya kemudian dipresentasikan di depan kelas dengan bimbingan guru dibahas bersama-sama dan dikumpulkan.

4) Fase penampilan hasil kegiatan penutup adalah sebagai bentuk belajar. Pada tahap ini guru memberikan soal pelatihan/ pertanyaan umpan balik secara individu dan memberikan pemantapan berupa mengaitkan pembelajaran yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari.

(10)

2.2 Kajian Hasil-hasil Penelitian yang Relevan

Penelitian yang telah dilakukan Purwanti Silvianawati, 2011 dengan judul

Pengaruh Penerapan Pembelajaran Tematik Kelas II SD dengan Menggunakan

Model Pembelajaran SAVI Terhadap Hasil Belajar Siswa SD Negeri Mangunsari

04 Salatiga Semester 2 Tahun 2010/2011”. Penelitian dengan pembelajaran SAVI lebih baik dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada tema Hewan dan Tumbuhan, dengan hasil rata-rata prestasi untuk kelas eksperimen 82.8125 dan 69.6875 untuk kelas kontrol. Dari hasil penelitian ini dapat ditarik kesimpulan bahwa dengan menerapkan pembelajaran tematik dengan menggunakan model pembelajaran SAVI pada saat proses belajar mengajar sehingga hasil belajar siswa lebih meningkat.

Penelitian yang telah diteliti oleh Fitrianingsih, Ika 2009 Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan “SAVI” Ditinjau dari Motivasi Belajar Siswa. Menyimpukan bahwa hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kombinasi efek antara pembelajaran matematika dengan penerapan pembelajaran model SAVI. Ini berarti bahwa prestasi belajar akan lebih tinggi dapat dicapai pada pembelajaran dengan penggunaan pendektan SAVI dengan ditinjau dari hasil belajar siswa yang meningkat

2.3 Kerangka pikir

(11)

Gambar. 2.1 Bagan Kerangka pikir Model Pembelajaran SAVI

Pembelajaran Matematika

Siswa kurang aktif, hasil belajar

rendah Pembelajaran

disampaikan secara konvesional Guru

menyampaikan materi belajar

Guru sebagai

fasilitator Pembelajaran

dengan model SAVI

Keaktifan siswa meningkat, hasil belajar

siswa mencapai KKM

Siklus I Perencanaan

Tindakan siklus II Refleksi

Refleksi Tindakan siklus I

(12)

2.4 Hipotesis Tindakan

Gambar

Gambar. 2.1 Bagan Kerangka pikir Model Pembelajaran SAVI

Referensi

Dokumen terkait

Fungsi jaminan secara yuridis adalah sarana perlindungan bagi keamanan kreditur, yaitu kepastian akan pelunasan hutang debitur atau pelaksanaan suatu prestasi oleh

[r]

Mahasiswa menguasai teori dan penerapan elektronika digital yang meliputi penggunaan sistem bilangan untuk operasi aritmatika, penyederhanaan rangkaian logika, perancangan

[r]

[r]

 Dalam mempelajari kinematika (bagian fisika lainnya) kerangka acuan perlu ditetapkan untuk menghindari kesalahan sistematis yang terjadi karena pemakaian kerangka yang

Mahasiswa mampu menjelaskanberbagai masalah danmacam- macam Lembaga Keuangan yang ada dalam sistem perekonomian, serta menjelaskan secara komprehensif mengenai lembaga

“Dari Abu Said Al-Khudry Radliyallaahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Zakat itu tidak halal diberikan kepada orang kaya kecuali