• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 2 Tinjauan Pustaka - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kualitas Jaringan Komputer Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jawa Tengah Studi Kasus : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (DINHUBKOMINFO) Provinsi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Bab 2 Tinjauan Pustaka - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Analisis Kualitas Jaringan Komputer Sekretariat Daerah (Setda) Provinsi Jawa Tengah Studi Kasus : Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika (DINHUBKOMINFO) Provinsi "

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

7

Bab 2

Tinjauan Pustaka

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang “Analisis Perhitungan Kinerja Local Area Network menggunakan Router” membahas mengenai analisis kinerja Local Area Network (LAN) menggunakan Router

yang memanfaatkan sistem antrian M/M/1, dimana jumlah frame

yang ditransmisikan bervariasi untuk menghitung parameter kinerja jaringan yaitu delay, throughput dan loss probability. Hasil analisis tersebut menunjukkan bahwa delay, throughput dan

loss probability akan semakin besar seiring dengan pertambahan jumlah frame dan laju kedatangan rata-rata frame. Hal ini disebabkan karena semakin banyak frame yang masuk ke dalam antrian, akan menambah waktu tunda dan waktu transmisi paket di dalam system. Tetapi, pada penelitian tersebut tidak fokus untuk membahas penyebab-penyebab banyaknya jumlah frame

(2)

Pada penelitian yang berjudul “Analisis Protokol Routing

pada Jaringan Komputer Universitas Sumatera Utara dengan

Router Simulator” membahas mengenai static route dan protokol dinamik routing digunakan oleh Router untuk mempelajari

network remote dan membangun tabel routing-nya. Hasil analisis tersebut menunjukkan kelebihan utama menggunakan protokol

routing dinamik adalah bahwa Router akan menukarkan informasi routing kapanpun terjadi perubahan topologi. Pertukaran informasi memungkinkan Router untuk mempelajari secara otomatis tentang network baru dan juga untuk menemukan jalur alternative ketika terjadi kegagalan/kerusakan link ke

network tersebut. Penelitian tersebut menyarankan, jika Router

digunakan pada jaringan komputer USU dan dikonfigurasi

dinamik routing, maka dapat membuat kinerja jaringan komputer USU semakin baik serta dapat membantu/meringankan kerja

administrator dalam memaintain jaringan komputer USU. (Adriansyah, 2008).

Pada penelitian yang berjudul “Perancangan Bandwidth

(3)

bagian tidak dapat dilakukan secara efektif dan efisien. Alasan tersebut menjadi ide dasar dalam penelitian tersebut yaitu membangun sebuah aplikasi yang dapat melakukan monitoring traffic data pada jaringan, mengatur pembagian bandwidth yang digunakan oleh komputer dalam jaringan secara otomatis dan merata di setiap komputer, dapat melakukan pemetaan jaringan pada komputer dalam jaringan, dapat menghasilkan output

informasi dari traffic keluar masuknya data sehingga kinerja dosen dan mahasiswa yang memanfaatkan internet bisa lebih optimal. Yang pada akhirnya, penelitian tersebut merancang sebuah sistem yang mampu mengirimkan ICMP packet ke semua

client yang aktif kemudian mencatat IP address client-client

tersebut dan mengatur alokasi bandwidth secara merata ke semua

client. (Efendi, 2012).

Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu yang telah dilakukan tentang analisis perhitungan kinerja Local Area

Network menggunakan Router, analisis protokol routing, serta penelitian untuk merancang bandwidth adaptif, dimana pada penelitian-penelitian terdahulu bertujuan untuk meningkatkan kualitas jaringan, maka dilakukan suatu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis kualitas jaringan komputer Setda Provinsi Jawa Tengah, untuk mengetahui penyebab-penyebab dari permasalahan kurang baiknya kualitas jaringan komputer Setda, melalui proses pengujian Ping, Traceroute, serta pengecekan

(4)

2.2 Internet Control Message Protocol (ICMP)

Internet Control Message Protocol (ICMP) merupakan

protocol yang bertugas mengirimkan pesan-pesan kesalahan dan kondisi lain yang memerlukan perhatian khusus. Pesan / paket ICMP dikirim jika terjadi masalah pada layer IP dan layer

diatasnya (TCP/UDP). (Rozi, 2008).

2.2.1 Karakteristik ICMP

Berikut merupakan beberapa karakteristik dari ICMP, yaitu: 1. ICMP merupakan bagian internal dari IP dan

diimplementasikan disetiap module IP.

2. ICMP digunakan untuk menyediakan feedback tentang beberapa error pada sebuah proses datagram.

3. Tidak mendukung kehandalan pengiriman paket IP.

Datagram/paket bisa tidak terkirim dan tidak ada report

pemberitahuan tentang kehilangan datagram. Jika diperlukan adanya kehandalan maka harus diimplementasikan pada layer transport ( pada arsitektur

TCP/IP).

4. Tidak ada respon ICMP yang dikirimkan untuk menghindari adanya perulangan tak terbatas, kecuali

respon dari query message (ICMP type 0, 8-10, 13-18). 5. ICMP error message tidak pernah dikirimkan sebagai

respon sebuah datagram untuk tujuan broadcast atau

(5)

Ada dua tipe pesan yang dapat dihasilkan oleh ICMP yaitu ICMP Error Message dan ICMP Query Message. ICMP

Error Message sesuai namanya dihasilkan jika terjadi kesalahan pada jaringan. Sedangkan ICMP Query Message adalah jenis pesan yang dihasilkan oleh protocol ICMP jika pengirim paket menginginkan informasi tertentu yang berkaitan dengan kondisi jaringan. (Rozi, 2008).

2.2.2 Jenis-jenis ICMP Error Messages:

Berikut merupakan jenis-jenis dari ICMP Error Message, yaitu: 1. Destination Unreachable, pesan ini dihasilkan oleh

Router jika pengiriman paket mengalami kegagalan akibat masalah putusnya jalur, baik secara fisik maupun secara

logic.

2. Time Exceeded, paket ICMP jenis ini dikirimkan jika isi

field Time to Live (TTL) dalam paket IP sudah habis dan paket belum juga sampai ke tujuannya. Karena setiap kali sebuah paket IP melewati satu Router, maka nilai TTL

dalam paket tersebut dikurangi satu. TTL ini diterapkan untuk mencegah timbulnya paket IP yang terus menerus berputar di network karena suatu kesalahan tertentu, sehingga menghabiskan sumber daya jaringan yang ada. 3. Parameter Problem, paket ini dikirimkan jika terdapat

kesalahan paameter pada header paket IP.

4. Source Quench, paket ICMP ini dikirimkan jika Router

(6)

jaringan akibat penumpukan paket data. Sebagai respons

pada paket ini, pihak pengirim paket harus memperlambat pengiriman paketnya.

5. Redirect, paket ini dikirimkan jika Router merasa host mengirimkan paket IP melalui Router yang salah. Paket ini seharusnya dikirimkan melalui Router lain.

2.2.3 Jenis-jenis ICMP Query Messages

Berikut merupakan jenis-jenis dari ICMP Query Message, yaitu: 1. Echo and Echo Reply, bertujuan untuk memeriksa apakah

system tujuan dalam keadaan aktif. Program ping merupakan program pengiriman paket ini. Responder

harus mengembalikan data yang sama dengan data yang dikirimkan.

2. Timestamp and Timestamp Reply, menghasilkan informasi waktu yang diperlukan system tujuan untuk memproses suatu paket.

3. Address Mask, untuk mengetahui berapa netmask yang

harus digunakan oleh suatu host dalam suatu network.

(7)

2.2.4 Round Trip Time (RTT)

Dalam telekomunikasi, Round Trip Time Delay (RTD) atau Round Trip Time (RTT) adalah lamanya waktu yang dibutuhkan sinyal untuk dikirim, ditambah panjang waktu yang dibutuhkan sinyal untuk diterima. Oleh karena itu, waktu tunda (Delay) terdiri dari waktu propagasi antara dua titik sinyal. Jika dikaitkan dalam konteks jaringan komputer, sinyal umumnya merupakan paket data, dan RTT juga dikenal sebagai waktu Ping. Pengguna Internet dapat menentukan RTT dengan menggunakan perintah Ping.

(http://en.wikipedia.org/wiki/Round-trip_delay_time).

Pada pengiriman data melalui sebuah jaringan akan terdapat Latency yang mengacu kepada Delay. Biasanya Latency

(8)

membuat tabel routing. Konfigurasi routing adalah suatu hal yang spesifik dalam suatu jaringan, dalam arti dimungkinkan suatu jaringan memerlukan protokol jaringan untuk membuat tabel routing tapi dimungkinkan juga tidak diperlukan protokol

routing. (Sugeng, 2010).

Berikut merupakan tiga perintah melakukan konfigurasi routing

yaitu:

1. Routing Minimal

Routing minimal dibentuk untuk kebutuhan jaringan yang khusus dan terisolasi dari jaringan TCP/IP lain diluarnya. Untuk kebutuhan pembentukan tabel routing dibentuk melalui perintah

ifconfig dalam melakukan konfigurasi antarmuka jaringan

komputer. Karena tidak memiliki atau tidak diperlukan akses ke jaringan TCP/IP lain maka di sini tidak diperlukan proses

subnetting jaringan.

2. Routing Statis

(9)

sebuah jaringan yang kecil tentu bukanlah suatu masalah, hanya beberapa entri yang perlu diisikan pada forwarding tabel di setiap

router. Tetapi, akan sangat merepotkan jika dalam skala jaringan yang besar karena harus mengisi secara manual entri dalam

forwarding tabel dengan jumlah router yang banyak.

3. Routing Dinamis

Perubahan entri-entri forwarding table router dilakukan melalui protokol routing. Routing dinamis adalah cara yang digunakan untuk melepaskan kewajiban mengisi entri-entri

forwarding table secara manual. Protokol routing mengatur

router-router sehingga dapat berkomukasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah

isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya. Dengan cara ini, router-router mengetahui keadaan jaringan yang terakhir dan mampu meneruskan datagram ke arah yang benar.

Hal pertama yang pelu diketahui oleh router adalah berapa banyak jumlah port yang dimilikinya dan apa tipe-tipenya. Informasi ini biasanya diketahui secara otomatis oleh sistem operasi router, dan tidak membutuhkan konfigurasi. Informasi berikutnya yang harus diketahui oleh router adalah alamat host

dan alamat IP dari masing-masing port. Konfigurasi alamat-alamat ini hampir selalu dilakukan secara manual (alamat-alamat IP dan

(10)

Skema antarmuka router terlihat dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Antarmuka Router (Adriansyah, 2008).

Gambar 2.1 Antarmuka Router (Adriansyah, 2008)

Pada Gambar 2.1 memperlihatkan sebuah router yang memiliki satu antarmuka ethernet, satu antarmuka token ring, dan satu antarmuka ISDN (Integrated Services Digital Network). Untuk mengidentifikasi antarmuka-antarmuka ini, tipe antarmuka biasanya disingkat menjadi satu atau dua huruf, kemudian diikuti angka yang mengindikasikan urutan antarmuka diantara antarmuka-antarmuka yang bertipe sama. Karena pada sebagian besar router nomor urutan port dimulai dari 0, ketiga ID antarmuka adalah e0, to0, dan bri0. Antarmuka ethernet0 (e0)

(11)

2.3.2 Tabel Routing

Setelah router mengetahui informasi seperti yang terlihat pada Gambar 2.1, router akan menggabungkan informasi tersebut untuk membentuk entri-entri sebuah tabel. Tabel ini berada di dalam memori router dan biasanya disebut sebagai tabel routing. Tabel routing dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Tabel Routing (Adriansyah, 2008)

Pada Tabel 2.1 menjelaskan table routing memiliki dua

field yaitu : alamat jaringan dan hop berikutnya, yang dapat berupa ID sebuah antarmuka, semisal e0 dan bri0, atau alamat IP sebuah simpul tetangga. Setiap entri di dalam tabel disebut sebagai sebuah rute. Oleh karena itu, router pada Gambar 2.1

akan memiliki kedua rute. Tabel routing ini berfungsi menampung semua NLRI yang diketahui oleh router, sehingga

router hanya perlu merujuk ke satu tempat saja untuk menentukan ke mana sebuah paket harus dikirimkan. Di dalam

(12)

2.3.3 Proses Routing

Hal berikutnya yang harus diketahui router adalah bagaimana mengidentifikasikan alamat tujuan paket-paket. Untuk mengetahui ke alamat mana paket-paket ditujukan, router harus membaca header IP setiap paket yang melewatinya, header IP memuat sebuah field alamat tujuan dan berbagai field lainnya. Nilai yang tertera pada field alamat tujuan adalah alamat IP dari terminal yang menjadi tujuan paket.

Setelah router membaca field alamat IP tujuan di dalam paket, router akan membandingkannya dengan semua nilai alamat yang ada di dalam tabel routing-nya. Ketika router

menemukan alamat IP di mana perangkat tujuan berada, router

akan meneruskan paket tersebut ke antarmuka yang sesuai.

Sebagai contoh, perhatikan kembali Gambar 2.1. Apabila

router menerima sebuah paket dari antarmuka e0, dengan alamat tujuan 10.1.2.0, router akan mencari sebuah rute yang menuju ke alamat tersebut di dalam tabel routing-nya. Ketika rute ke

jaringan 10.1.2.0 berhasil ditemukan, router akan meneruskan paket itu ke antarmuka to0. (Adriansyah, 2008).

2.3.4 Routing Protocol

Routing protocol pada dasarnya adalah metode-metode yang digunakan oleh router untuk saling mengkomunikasikan informasi NLRI. Dengan demikian, sebuah router dapat menginformasikan rute-rute yang diketahuinya kepada router

(13)

Tujuan-tujuan penggunaan routing protocol adalah:

1. Menyederhanakan proses manajemen jaringan karena alamat-alamat yang dicapai dapat segera diketahui secara otomatis.

2. Menemukan rute-rute bebas loop di dalam jaringan.

3. Menetapkan rute terbaik diantara beberapa pilihan yang tersedia.

4. Memastikan bahwa semua router yang ada didalam jaringan menyetujui rute-rute terbaik yang telah ditetapkan.

Terdapat banyak routing protocol yang digunakan dewasa ini, dengan kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Sebagian diantaranya adalah standar terbuka (open standard)

yang dikelola oleh badan-badan standar internasional, seperti IETF dan ISO, dan sebagian lainnya adalah standar proprieter

(proprietary standard) yang kepemilikannya dikuasai oleh perusahaan-perusahaan swasta. Akan tetapi, semua protokol ini

menyediakan suatu mekanisme bagi router untuk berkomunikasi satu sama lain, sehingga NLRI dapat terkumpul secara lengkap, selanjutnya diolah dan digunakan untuk menentukan rute-rute terbaik di dalam jaringan serta mengatasi berbagai potensi

looping.

Untuk dapat memilih rute yang terbaik, protokol-protokol

(14)

tingkat prioritas atau preferensi sebuah rute, terhadap rute-rute lainnya yang menuju ke satu tujuan yang sama. Metrik dapat dihitung berdasarkan berbagai faktor yang berbeda, yaitu : hop,

Bandwidth, delay, reliability, dan load. Kondisi dimana semua

router di dalam jaringan dapat mencapai kesepakatan bulat dalam menentukan rute terbaik, berarti dapat dikatakan jaringan dalam keadaan konvergen.

Protokol routing dapat dikelompokkan berdasarkan perilaku routing-nya. Terdapat dua algoritma routing yang utama, yaitu distance vector, dan link-state. Keduanya menggunakan algoritma-algoritma yang berbeda, memanfaatkan informasi rute yang berbeda, menggunakan metode komunikasi antar router

yang sama sekali berbeda, dan menerapkan perhitungan metrik

yang berbeda juga. (Adriansyah, 2008).

Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing routing

protocol yaitu:

1. Routing Information Protocol (RIP)

(15)

1. Routing protocol distance vector.

2. Metric berdasarkan jumlah lompatan (hop count) untuk pemilihan jalur.

3. Jika hop count lebih dari 15, maka paket dibuang. 4. Update routing dilakukan secara broadcast setiap 30

detik.

2. Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)

Interior Gateway Routing Protocol (IGRP) adalah sebuah

routingprotocol yang dikembangkan di pertengahan tahun 1980-an oleh Cisco Systems. Tujuan utama dalam menciptakan IGRP adalah untuk memberikan routing protocol yang kuat dalam suatu

Autonomous System (AS). Diantaranya adalah menggunakan

Interior Gateway Routing Protocols. Karakteristik IGRP yaitu: 1. Protokol routing distance vector.

2. Menggunakan composite metric yang terdiri atas

bandwidth, load, delay dan reliability.

3. Update routing dilakukan secara broadcast setiap 90 detik.

(16)

1. Menggunakan protokol routing enhanced distance vector.

2. Menggunakan cost load balancing yang tidak sama. 3. Menggunakan algoritma kombinasi antara distance

vector dan link-state.

4. Menggunakan Diffusing Update Algorithm (DUAL) untuk menghitung jalur terpendek.

5. Update routing dilakukan secara multicast

menggunakan alamat 224.0.0.10 yang diakibatkan oleh perubahan topologi jaringan.

4. Open Shortest Path First (OSPF)

OSPF menggunakan protokol routing link-state, dengan

karakteristik sebagai berikut : 1. Protokol routing link-state.

2. Merupakan open standard protokol routing yang dijelaskan di RFC 2328.

3. Menggunakan algoritma SPF untuk menghitung cost

terendah.

4. Update routing dilakukan secara floaded saat terjadi perubahan topologi jaringan.

5. Border Gateway Protocol (BGP)

(17)

1. Menggunakan routing protocol distance vector. 2. Digunakan antara ISP dengan ISP dan client-client. 3. Digunakan untuk merutekan trafik internet antar

autonomous system.

2.3.5 Algoritma Distance Vector

Algoritma routing Distance Vector secara periodik mengirimkan tabel routing dari router ke Router dimana Router

-Router tersebut saling berhubungan. Tabel routing yang diterima akan di-update oleh Router yang menerimanya. Algoritma

Distance Vector juga disebut dengan algoritma Bellman-Ford. Setiap Router menerima tabel routing dari Router tetangga yang terhubung langsung dengannya. (Adriansyah, 2008).

Skema konsep kerja dari algoritma Distance Vector terlihat dalam

Gambar 2.2.

(18)

Pada Gambar 2.2 memperlihatkan konsep Algoritma

Distance Vector. Terlihat Router B menerima informasi dari

Router A. Router B menambahkan nomor Distance Vector, seperti jumlah hop. Router B melewatkan tabel routing baru ini ke Router-Router tetangganya yang lain, yaitu Router C. Proses ini akan terus berlangsung untuk semua Router. Algoritma ini mengakumulasi jarak jaringan (berdasarkan hop) sehingga dapat digunakan untuk memperbaiki database informasi mengenai topologi jaringan.

2.3.6 Algoritma Link-State

Algoritma Link-State juga dikenal dengan Algoritma

Dijkstra atau Algoritma Shortest Path First (SPF). Algoritma

Dijkstra adalah Algoritma yang digunakan untuk menghitung

jarak terpendek dari suatu simpul ke simpul yang lain pada kelompok protokol Link-State, misalnya OSPF. Algoritma SPF mengkalkulasi jaringan yang dapat dicapai. Router membangun topologi logika ini sebagai pohon (tree), dengan Router itu

sendiri sebagai root-nya. (Adriansyah, 2008).

Algoritma Distance Vector memiliki informasi yang tidak spesifik tentang jarak antar jaringan dan tidak mengetahui jarak

Router. Sedangkan Algortima Link-State memperbaiki

(19)

Gambar 2.3 Konsep Algoritma Link-State (Adriansyah, 2008)

Pada Gambar 2.3 memperlihatkan konsep Algoritma

Link-State. Terlihat Router yang berada dalam internetwork

(jaringan) melakukan pertukaran LSA, tentang informasi yang mereka miliki. Masing-masing Router membangun database

topologi yang berisi informasi LSA yang diberikan kepadanya.

2.3.7 Traceroute

Tool penting lain yang berguna untuk memetakan konfigurasi jaringan suatu target adalah dengan menggunakan sebuah command sederhana yang dikenal dengan Traceroute. Kegunaannya adalah untuk mengirimkan secara serempak sebuah urutan paket dengan menambahkan nilai TTL (Time to Live). Ketika sebuah router lanjutan menerima sebuah paket terusan, maka akan mengurangi nilai TTL sebelum meneruskan nya ke

(20)

mencapai nilai nol sebuah pesan “time exceeded” akan dikirim balik ke host asal.

Dengan mengirimkan paket dengan nilai TTL 1 akan memperbolehkan router pertama didalam jalur paket untuk mengembalikan pesan “time exceeded” yang akan memperbolehkan/mengizinkan attacker untuk mengetahui IP

Address router pertama. Kemudian paket berikutnya dikirimkan dengan menambahkan nilai 1 pada TTL, sehingga attacker akan mengetahui setiap loncatan antara host asal dengan target host. Dengan menggunakan teknik ini, attacker tidak hanya mengetahui jejak jalur sebuah paket saat menuju target tetapi juga memberikan informasi topologi target network. Informasi ini sangat penting untuk attacker di dalam melakukan perencanaan

penyerangan ke sebuah network. (Rozi, 2008).

Berikut merupakan contoh pemakaian command Traceroute

dapat dilihat pada Gambar 2.4.

(21)

Pada Gambar 2.4 memperlihatkan contoh pemakaian

Command Traceroute. Terlihat proses Traceroute dalam mengirimkan paket dari client untuk menuju ke

www.google.co.id, dimana paket yang dikirim harus melewati 1

IP gateway yaitu (192.168.50.101), kemudian akan melompati 6 IP jaringan yang berbeda yaitu (202.93.40.5, 202.93.41.26, 202.93.41.113, 72.14.196.77, 64.233.175.207, 66.249.94.6) sebelum akhirnya paket tersebut dapat tiba pada

www.google.com.

2.4 Quality of Service (QoS)

Quality of Service (QoS) merupakan metode pengukuran tentang seberapa baik jaringan dan merupakan suatu usaha untuk mendefinisikan karakteristik dan sifat dari satu servis. QoS

digunakan untuk mengukur sekumpulan atribut kinerja yang telah dispesifikasikan dan diasosiasikan dengan suatu servis.

QoS didesain untuk membantu end user menjadi lebih produktif dengan memastikan bahwa user mendapatkan kinerja

(22)

Berikut merupakan komponen-komponen dari QoS.

1. Delay

Delay, merupakan total waktu yang dilalui suatu paket dari pengirim ke penerima melalui sebuah jaringan. Delay

pengiriman ke penerima pada dasarnya tersusun atas hardware latency, delay akses, dan delay transmisi.

2. Jitter

Jitter, merupakan variasi delay antar paket yang terjadi pada jaringan berbasis IP. Besarnya nilai jitter akan sangat dipengaruhi oleh variasi beban trafik dan besarnya tumbukan antar-paket (congestion) yang ada dalam jaringan tersebut. Semakin besar beban trafik di dalam jaringan akan menyebabkan semakin besar pula peluang terjadinya congestion, dengan

demikian nilai jitter-nya akan semakin besar. Semakin besar nilai

jitter akan mengakibatkan nilai QoS akan semakin turun. Kategori pengukuran Jitter dapat dilihat pada Tabel 2.2.

(23)

Pada Tabel 2.2 memperlihatkan kategori kinerja jaringan berbasis IP dalam jitter versi Telecommunications and Internet

Protocol Harmonization Over Networks (TIPHON)

mengelompokkan menjadi empat kategori penurunan kinerja jaringan berdasarkan nilai jitter.

3. Bandwidth

Bandwidth, merupakan kapasitas atau daya tampung kabel

ethernet agar dapat dilewati trafik paket data dalam jumlah tertentu. Bandwidth juga biasa berarti jumlah konsumsi paket data per satuan waktu dinyatakan dengan satuan bit per second

(bps).

4. Latency

Latency, apabila mengirimkan data sebesar 3Mbyte pada

saat jaringan sepi waktunya 5 menit tetapi pada saat ramai sampai 15 menit, hal ini disebut latency. Latency pada saat jaringan sibuk berkisar 50-70 msec.

5. Losses

Losses, jumlah paket yang hilang saat pengiriman paket data ke tujuan, kualitas terbaik pada jaringan LAN/WAN jika jumlah losses paling kecil.

6. Ping

(24)

komputer dalam sebuah jaringan melalui protokol TCP/IP. Ping akan mengirimkan Internet Control Message Protocol (ICMP)

Echo Request messages pada IP Address komputer yang dituju dan meminta respons dari komputer tersebut. Kategori pengukuran Ping dapat dilihat pada Tabel 2.3.

Tabel 2.3 Kategori Ping(Wicaksono & Riadi, 2011)

Pada Tabel 2.3 memperlihatkan kategori pengukuran Ping berdasarkan total delay (ms) dan packet loss (%). Kualitas Ping dengan keterangan “Hasil memuaskan” terjadi ketika total delay

< 50 ms diikuti packet loss 0 %, dan kualitas Ping dengan keterangan “Jelek” terjadi ketika total delay > 500 ms diikuti

packet loss 20 %.

2.4.1 Queue

(25)

bandwidth, maka sudah melakukan usaha perbaikan terhadap kualitas layanan di jaringan (Quality of Service). Quality of Service (QoS) akan memberikan jaminan alokasi bandwidth

minimum pada setiap komputer user di dalam jaringan, sehingga setiap komputer user tidak perlu khawatir akan tidak kebagian

bandwidth. (Jasakom, 2013).

Dalam menjalankan Queue, Router Mikrotik memiliki dua cara, yaitu:

1. Queue Simple

Queue simple merupakan cara termudah untuk melakukan pengaturan bandwidth, diterapkan pada jaringan skala kecil sampai menengah untuk mengatur pemakaian bandwidth upload dan download pada setiap user.

2. Queue Tree

Queue tree merupakan cara yang lebih rumit dari Queue simple, karena harus menggunakan fitur Mangle pada Firewall jika akan menerapkan Queue tree. Queue tree dapat melakukan

pembatasan bandwidth berdasarkan group bahkan secara hirarki.

Dalam penerapan Queue, terdapat dua rate atau alokasi bandwidth yang akan didapat oleh setiap user, yaitu:

1. Committed Information Rate (CIR)

Committed Information Rate (CIR) merupakan alokasi

bandwidth terendah yang bisa didapatkan oleh sebuah komputer

(26)

dari jaringan tersebut, komputer user tidak akan mendapatkan alokasi bandwidth di bawah dari CIR.

2. Maximum Information Rate (MIR)

Maximum Information Rate (MIR) merupakan alokasi

bandwidth yang bisa didapatkan komputer user. MIR biasanya akan didapatkan seorang user jika ada alokasi bandwidth yang tidak digunakan lagi oleh user lain.

2.4.2 Penggunaan Waktu

Dalam penerapan Queue, bisa juga untuk menambahkan opsi waktu dalam melakukan pembatasan pemakaian bandwidth. Misalnya pembatasan bandwidth hanya dilakukan di hari-hari tertentu maupun di jam-jam tertentu saja. (Jasakom, 2013).

2.4.3 Priority

Priority atau prioritas merupakan pembagian alokasi

bandwidth lebih besar yang didapatkan oleh satu user dibanding

user lain, selama tidak mengganggu nilai CIR dari user-user lain. Opsi priority hanya bisa digunakan jika baris konfigurasi bersifat

hirarki (memiliki parent). (Jasakom, 2013).

Router Mikrotik memberikan skala prioritas dengan nilai 1 sampai 8, dengan nilai 1 sebagai prioritas tertinggi, menyusul 2 dan seterusnya dengan nilai 8 sebagai prioritas terendah.

2.4.4 Per Connection Queue (PCQ)

Router Mikrotik menyediakan fitur Per Connection Queue

(27)

pengaturan bandwidth secara besar-besaran. Dengan menggunakan fitur PCQ, walaupun jumlah komputer user ada ratusan, maka hanya diperlukan satu atau dua konfigurasi Queue. Metode PCQ dapat diterapkan pada Simple Queue, maupun

Queue Tree. (Jasakom, 2013).

PCQ bekerja dengan membuat sub-stream berdasarkan parameter pcq-classifier yang dapat berupa IP Address pengirim (src-address), IP Address tujuan (dst-address), port pengirim (src-port) maupun port tujuan (dst-port). Misalnya dalam suatu jaringan terdapat 2 komputer user yang sedang melakukan

download, maka PCQ akan membuat 2 sub-stream. Jika ternyata tiba-tiba ada 50 komputer user melakukan download, maka PCQ juga akan membuat 50 sub-stream, demikian sterusnya.

PCQ akan membagi rata bandwidth untuk setiap

sub-stream, sehingga teknik ini cocok untuk jaringan yang memiliki jumlah komputer banyak dengan pembatasan bandwidth yang seragam. Jadi, PCQ tidak akan memberikan alokasi bandwidth

256 kbps untuk suatu sub-stream dan memberikan 512 kbps untuk sub-stream lainnya.

Jadi, jika seandainya bandwidth yang tersedia adalah 1 Mbps, dan ternyata ada 2 sub-stream, maka masing-masing akan mendapatkan 512 kbps. Jika ada 4 sub-stream, maka masing-masing akan mendapatkan 256 kbps, jika ada 8 sub-stream, maka masing-masing akan mendapatkan 128 kbps. Jika ada 10

(28)

2.4.5 Mangle

Mangle merupakan salah satu fitur pada firewall Router

Mikrotik yang digunakan untuk memberi tanda (mark) pada paket data. Kadang pekerjaan memberi tanda ini disebut marking, dan pekerjaan ini wajib dikuasai dengan benar oleh user, selain tentunya routing maupun bridging. Tujuan memberikan tanda ini dimaksudkan agar paket tersebut lebih mudah dikenali lagi, yang pada akhirnya akan mempermudah user dalam menerapkan filter,

masquerade, routing, maupun pada saat akan melakukan manajemen bandwidth. (Jasakom, 2013).

Untuk dapat menggunakan fitur Mangle dengan tepat,

user harus mengetahui arah dan tujuan paket data, jenis-jenis

protocol, penggunaan source/destination port, maupun

connection state dari suatu paket data. Fitur Mangle memiliki 3 jenis marking yang dapat digunakan yaitu:

1. Connection Mark

Connection Mark merupakan jenis marking yang digunakan untuk menandai adanya suatu koneksi. Connection Mark dapat digunakan untuk memberikan tanda (marking) pada paket pertama, baik paket pertama yang merupakan request dari

client, maupun paket pertama yang merupakan response dari

server.

2. Packet Mark

(29)

Mark adalah melakukan marking pada paket-paket lanjutan setelah paket pertama yang keluar dan masuk dari sebuah komputer client. Karena dalam komunikasi TCP/IP, data yang dikirimkan akan dipecah-pecah sehingga akan membentuk stream

data.

3. Route Mark

Route Mark adalah jenis marking yang diberikan kepada paket data untuk keperluan routing. Hasil dari Route Mark ini dapat dimanfaatkan pada saat akan melakukan konfigurasi default gateway maupun routing statik. Route Mark juga dibutuhkan pada saat akan membuat suatu kebijakan atau manajemen routing

(policy route).

2.5 Enkapsulasi (Encapsulation)

Enkapsulasi atau encapsulation adalah sebuah proses menambahkan header dan trailer atau melakukan pemaketan pada sebuah data. Dengan enkapsulasi, data akan memiliki identitas sehingga dapat sampai ke tujuan. Enkapsulasi terjadi

ketika sebuah protokol yang berada pada lapisan yang lebih rendah menerima data dari protokol yang berada pada lapisan yang lebih tinggi dan meletakkan data ke format data yang dipahami oleh protokol tersebut. Dalam OSI Reference Model, proses enkapsulasi yang terjadi pada lapisan terendah umumnya disebut sebagai "framing”.

(30)

atau framing data sebelum dapat ditransmisikan di atas media jaringan (kabel, radio, atau cahaya). Dalam teknologi jaringan

Local Area Network (LAN), hal ini dilakukan oleh Carrier Sense Multiple Access with Collision Detection (CSMA/CD) untuk jaringan Ethernet, token-passing untuk jaringan Token Ring, dan lain-lain.

(http://id.wikipedia.org/wiki/Enkapsulasi_(komputer))

Berikut merupakan Model Open System Interconnection (OSI)

Layer dapat dilihat pada Gambar 2.5.

Gambar 2.5 Model Open System Interconnection (OSI) Layer (Mukhammad, 2010)

(31)

1. Layer 7 Application: Layer dimana user berinteraksi dengan network, berfungsi sebagai interface yang memungkinkan aplikasi-aplikasi saling berkomunikasi melalui network.

2. Layer 6 Presentation: mendefinisikan bagaimana format

data ditampilkan, sehingga data yang dikirimkan dapat dikenali oleh komputer penerima.

3. Layer 5 Session: mendefinisikan bagaimana menjalin, mengontrol, dan mengakhiri komunikasi antara 2 host

(komputer). Layer Session berfungsi menjaga agar

session-session yang terjalin antar 2 host tetap terpisah. 4. Layer 4 Transport: menjalin komunikasi end-to-end logik

antar 2 sistem. Transport Layer akan memecah data yang

telah dikelompokan menjadi bagian-bagian yang disebut dengan segment, kemudian akan menyatukan kembali (reassemble) pada sisi penerima. Transport Layer

berfungsi memastikan data sampai pada tujuan dengan

urutan yang benar (sequencing) dan terhindar dari error

(error recovery).

5. Layer 3 Network: menyediakan pengalamatan logik (IP

Address), dan berfungsi menemukan alur terbaik ke suatu tujuan (routing). Fitur yang dimiliki Network Layer

adalah Packet Filtering dan Packet Forwarding. Device yang bekerja pada Network Layer adalah Switch Layer 3,

(32)

6. Layer 2 Data Link: menyediakan pengalamatan fisik (MAC Address). Data Link Layer akan mendeteksi error

(error detection) dengan Frame Check Sequence (FCS) dan tidak melakukan error recovery. Data Link Layer

mengontrol agar penerima tidak kebanjiran data yang diterima. Device yang digunakan pada Layer ini adalah

Switch Layer 2 dan Bridge.

7. Layer 1 Physical Layer: mengatur bagaimana data diletakkan dalam media komunikasi (kabel dan sinyal).

Physical Layer melakukan konversi bit-bit frame Data

Link menjadi sinyal-sinyal elektronik (encode) kemudian mengirimkan sinyal tersebut ke media fisik. Physical Layer akan menentukan kecepatan pengiriman data

melalui media fisik yang digunakan pada Layer ini yaitu kabel UTP, Fiber, dan sinyal Wireless.

Fungsi dari enkapsulasi paket dengan header adalah agar

paket dapat di-routing-kan oleh router. Namun dengan penambahan header, tentunya paket akan bertambah besar sesuai dengan panjang header. Pertambahan panjang paket ini akan berakibat pada bertambahnya waktu delay pengiriman paket. (Sugeng, 2010).

(33)

Gambar 2.6 Enkapsulasi Data (Mukhammad, 2010)

Pada Gambar 2.6 memperlihatkan enkapsulasi data. Terlihat proses pengiriman data dari PC pengirim menuju ke

Switch, dimana data tersebut akan mengalami proses enkapsulasi melalui Model OSI Layer dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Data yang dikirimkan oleh PC akan menuruni 7 model OSI Layer, dari Application Layer sampai Physical Layer.

2. Setiap Layer akan membungkus data dengan sebuah

header, dimana proses ini disebut dengan enkapsulasi data.

(34)

4. Layer 6 sampai Layer 2 akan menambahkan header yang berisi informasi yang diperlukan oleh Layer yang setara pada sisi penerima.

5. Selain header, Data Link Layer juga akan menambahkan

trailer.

2.6 Virtual Local Area Network (VLAN)

VLAN merupakan suatu metode untuk membagi satu koneksi fisik pada sebuah LAN menjadi beberapa koneksi logika. Pada LAN yang konvensional, tiap-tiap workstation terhubung dengan sebuah hub atau repeater. Jika ada dua workstation yang mengirimkan data pada waktu yang bersamaan, akan terjadi tubrukan (collision) dan data yang ditransmisikan akan hilang. Untuk mencegah terjadinya collision, maka pada jaringan

digunakan perangkat Switch. (Prama, 2008).

Berikut merupakan koneksi pada LAN secara fisik dapat dilihat pada Gambar 2.7.

(35)

Pada Gambar 2.7 memperlihatkan koneksi fisik dari LAN. Terlihat workstation dan hub berada dalam sebuah segmen LAN. Dimana, segmen LAN juga disebut collision domain karena

collision terjadi di dalam sebuah segmen. Daerah dimana terjadi

broadcast disebut dengan broadcast domain.

VLAN dapat membagi sebuah segmen LAN menjadi beberapa broadcast domain. Karena VLAN membagi segmen LAN menggunakan koneksi logikal, tiap workstation tidak harus diletakkan pada lokasi yang sama dan dapat ditempatkan secara terpisah. Berikut merupakan koneksi pada VLAN secara fisik dapat dilihat pada Gambar 2.8.

Gambar 2.8 Koneksi Fisik VLAN (Prama, 2008)

Pada Gambar 2.8 memperlihatkan koneksi fisik dari

VLAN. Terlihat lantai yang berbeda pada suatu gedung. Karena

broadcast di dalam suatu VLAN tidak dapat diteruskan ke wadah VLAN lainnya, komunikasi antara VLAN tersebut harus melalui

(36)

2.6.1 Prinsip Kerja VLAN

Ketika switch menerima data dari sebuah workstation,

switch dapat mengetahui identitas VLAN yang mengirim data tersebut, atau disebut juga dengan VLAN ID. VLAN ID dapat diketahui berdasarkan dari port pengirim, alamat dari Media Access Control (MAC Address) pengirim, dan alamat jaringan. (Prama, 2008).

2.6.2 Jenis-jenis Koneksi VLAN

Perangkat-perangkat yang terhubung pada VLAN dapat dihubungkan dengan beberapa cara. Perangkat-perangkat ini terdiri dari perangkat yang dipakai untuk VLAN, atau disebut juga VLAN-aware dan perangkat yang tidak digunakan untuk VLAN, atau disebut VLAN-unaware. Adapun jenis koneksi pada

VLAN adalah koneksi trunk (trunk link) dan koneksi akses (access link). (Prama, 2008).

1. Trunk Link

Sebuah trunk link dapat membawa trafik dari beberapa

VLAN sekaligus melalui satu koneksi. Untuk membawa trafik beberapa VLAN melalui sebuah koneksi, misalnya antara dua

switch, maka dibutuhkan koneksi trunk. Contoh koneksi VLAN

(37)

Gambar 2.9 Koneksi VLAN mode Trunk Link (Prama, 2008)

Pada Gambar 2.9 memperlihatkan contoh koneksi VLAN

mode trunk link. Terlihat trunk link menghubungkan perangkat VLAN-aware dan workstation. Dimana, tiap frame pada trunk link harus memiliki header khusus agar dapat dikenali.

2. Access Link

Access link adalah sebuah koneksi atau interface pada

switch menuju peralatan jaringan seperti personal komputer, file

server, router yang biasanya memiliki LAN card (ethernet NIC) sehingga dapat berkomunikasi melalui jaringan. Komunikasi yang terjadi pada jaringan tersebut menggunakan standar ethernet frame yakni Ethernet II atau IEEE 802.3. Contoh koneksi VLAN

(38)

Gambar 2.10 Koneksi VLAN mode Access Link (Prama, 2008)

Gambar

tabel routing tapi dimungkinkan juga tidak diperlukan protokol
Gambar 2.1 Antarmuka Router (Adriansyah, 2008)
Tabel routing dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Gambar 2.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1)Bagaimana Perwakilan BPKP DKI Jakarta I melaksanakan prosedur audit kinerja pada BUMN/BUMD?, (2)Standar/ukuran apakah

Merupakan perusahaan industri barang konsumsi yang telah terdaftar.. di Bursa Efek Indonesia (BEI) sampai

Red cayenne pepper has higher antioxidant activity (DPPH radical scavenging activity) than green cayenne pepper due to its higher levels of total phenolic compounds,

Tabel 1. Data Frekuensi Nilai Pemahaman Konsep Pratindakan. Siswa yang mendapat nilai di atas KKM ha-.. Dari hasil analisis tersebut, maka di- perlukan tindakan lanjutan

Sprektrum photoluminescence yang dihasilkan oleh GaAs sampel 1, pada suhu kamar yang disinari dengan Laser HeNe yang kerapatan dayanya = 0,95 mWatt/Cm 2.. Sprektrum

Tidak adanya perbedaan pada nilai rerata Z-score BB/U pada anak 0-12 bulan baik yang tinggal di rumah dengan kondisi rumah dan lingkungan kurang baik dibandingkan anak

[r]

Terdapat banyak faktor yang dapat mempengaruhi audit delay itu sendiri baik faktor internal maupun faktor eksternal (Aryaningsih, 2013). Penelitian tentang audit delay