• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Keterbatasan Akal Budi Manusia M (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Keterbatasan Akal Budi Manusia M (1)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1

Keterbatasan Akal Manusia

Manusia merupakan mahluk yang paling sempurna diantara semua mahluk ciptaan Tuhan lainnya. Sebab pada dasarnya hanya manusia yang diberi anugrah lebih oleh Tuhan dibanding mahlukNYA yang lain. Selain hawa nafsu yang menjadi faktor penggerak bagi setiap manusia untuk berbuat sesuatu, manusia juga dianugrahkan akal budi oleh Tuhan untuk memfilter segala sesuatu tindakan yang akan dilakukan sesuai kehendak hawa nafsu tadi.

Sehingga bukan hal yang aneh jika manusia mampu berbuat sesuatu yang terkadang keluar dari koridor sisi – sisi kemanusiaannya. Hal tersebut dikarenakan buah fikir yang dimiliki manusia yang senantiasa mencoba sesuatu pembaharuan dan ingin memecahkan segala hal yang semestinya hanya menjadi rahasia Tuhan. Hal itu sah – sah saja karena tidak ada aturan tersendiri yang mengharuskan manusia untuk tidak memikirkan hal – hal yang seharusnya tidak pantas untuk difikirkan karena tidak sesuai dengan kemampuan akal budi yang dimiliki oleh manusia.

Namun seperti yang dijelaskan diatas bahwa salah satu sifat mendasar yang dimiliki oleh manusia adalah rasa ingin tau sehingga memunculkan nafsu untuk mencoba melakukan satu tindakan yang terkadang dilaur batas nalar. Tentunya kita masih ingat bagimana seorang Revolusioner, Charles Darwin dengan karyanya The Origin of Species yang menjelaskan tentang teori evolusi melalui seleksi alam. Teori ini sontak menggemparkan seisi seantero dunia pada pertengahan abad 19 dimana dengan hasil penelitiannya tersebut Darwin berani menyatakan bahwa nenek moyang dari manusia adalah kera.

(2)

2

Meski perlahan teori evolusinya Darwin mulai ditinggalkan dan dianggap sebagai eksperimen usang yang tidak berdasar, namun hingga kini masih ada para Daarwinisme yang tetap mendewakan hasil fikir dari Darwin tersebut.

Seiring kemajuan teknologi yang dibuat manusia, maka hal – hal yang dahulu dianggap kontroversi mulai lebih gampang untuk dibuktikan keakuratannya melalui bantuan teknologi yang juga diciptakan oleh buah fikir manusia. Saat ini semua hal yang dihasilkan oleh akal budi manusia harus ditelisik akurasi datanya sebelum diakui secara universal kebenarannya.

Namun seiring kemajuan zaman yang terjadi, metode tentang kekuatan akal budi manusia justru semakin pesat pula perkembangannya untuk diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu yang ada didunia. Manusia sekarang justru merasa bahwa melalui kemampuan pola fikirnya, maka semua hal yang ada didunia ini dapat dirasionalisasikan dengan kaedah – kaedah teoritis yang dihasilkan oleh akal budi manusia.

Bahkan hal yang paling naif adalah bagaimana seorang manusia dengan berbekal kecerdasan yang ia miliki ingin mencoba menembus batas pengetahuan yang selama ini tidak mungkin untuk terpecahkan oleh daya nalar manusia.

Konsep ketuhanan yang seyogyanya tidak dapat dirasionalisasikan secara utuh dengan pola fikir manusia yang pada hakekatnya sengat terbatas, belakangan mulai dikaji oleh manusia – manusia yang meyakini dirinya memiliki kemampuan untuk merasionalisasikan segala hal yang bahkan diakui sebagai rahasia Tuhan.

(3)

3

David Hume pernah menyatakan bahwa peran akan budi dalam memutuskan masalah – masalah moral merupakan hasil dari rasa simpati atau sentimen dari manusia itu sendiri. Dengan kata lain Hume menegaskan bahwa keidealisan seorang manusia dalam menilai sesuatu tidak akan pernah benar secara mutlak dimana akal budi yang dia hasilkan pasti akan terkontaminasi dengan nafsu pribadinya. Sebab semua manusia yang ada didunia memiliki nafsu yang ada didalam dirinya, sehingga tidak menutup kemungkinan disaat seorang manusia mencoba mengkaji sesuatu dengan kemampuan akal budinya, maka nafsu yang dia miliki juga ikut ambil bagian dalam menyimpulkan hasil buah fikirnya akan sesuatu.

Yang jadi pertanyaan adalah seberapa dominan akal budi tersebut untuk dijadikan Tuan atau justru diperbudak oleh hawa nafsu yang melekat didalam diri seorang manusia.

Manusia Yang Mulai Lupa Dengan Hakikatnya

Dari penjabaran hakikat dan sifat dasar manusia diatas dapat sedikit disimpulkan bahwa pada dasarnya manusia itu memang tidak dapat merasionalkan segala hal yang ada didunia karena ada keterbatasan daya nalar yang dimiliki oleh akal budi seorang manusia. Meskipun tidak jarang ada manusia yang meyakini dirinya memiliki kemampuan untuk mengkaji segala hal termasuk konsep ketuhanan sekalipun.

Namun dengan segala kemampuan yang dimiliki oleh manusia itu, terkadang manusia justru lupa dengan hakikat dan sifat dasarnya. Dimulai dari rasa egoisme dan individualis yang lebih dominan untuk menguasai dirinya dalam berfikir karena dia meyakini setiap tindakan yang dilakukannya senantiasa benar dan tidak keliru karena sesuai dengan apa yang dia kehendaki.

(4)

4

Seperti yang dijelaskan diatas bahwa banyak tindakan yang seharusnya tidak lazim untuk dilakukan oleh seorang manusia, tidak jarang dilakukan oleh manusia itu sendiri. Terlepas dari apa alasan yang mendasari pemikirannya yang justru harus kaluar dari orientasi sifat kemanusiaan manusia itu karena pemikirannya yang keluar dari daya nalarnya sehingga menyita perhatian publik karena memang tidak wajar untuk dilakukan oleh manusia bila mengingat hakikatnya.

Seperti hal yang paling lumrah terjadi adalah dimana seorang manusia yang mencoba mengkaji konsep ketuhanan, menemukan kesimpulan – kesimpulan baru yang digunakannya untuk berinteraksi dengan Tuhan dengan gaya dan cara yang menurutnya benar meskipun terkadang justru sangat kontradiksi dengan ajaran agama yang sesungguhnya telah diyakini kebenarannya secara universal.

Banyak lagi kasus serupa atau bahkan lebih parah yang dapat mencerminkan bagaimana manusia sudah mulai melupakan hakikat dasarnya sebagai mahluk yang memiliki keterbatasan daya fikir dan akal budinya namun tetap ngotot untuk mengoptimalkan pemikirannya. Akal budi manusia hanya dapat digunakan dengan nalar yang sehat sehingga selalu mendengarkan kata hati, dan memiliki kecerdasan untuk memilah mana hal yang bisa atau tidak untuk dirasionalisasikan sesuai kemampuan akal budi.

Akal Bukanlah Segalanya

“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh. Katakanlah: ‘Ruh itu termasuk urusan Rabbku dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit’.” (Al-Isra: 85)

Sebab Turunnya Ayat

(5)

sebagian lainnya: “Tanyakan pada dia tentang ruh.” Sebagian dari mereka berkata: “(Jangan tanya dia). Jangan sampai dia mendatangkan sesuatu yang kalian benci.”

5

Berkata lagi (sebagiannya): “Tanyalah dia.” Mereka pun bertanya tentang ruh, maka Rasulullah r diam dan tidak menjawab sedikitpun. Aku tahu wahyu sedang diturunkan kepada beliau. maka akupun berdiri dari tempatku. Turunlah firman Allah: “Mereka bertanya kepadamu tentang ruh, maka katakanlah bahwa itu urusan Rabb-ku dan kalian tidaklah diberi ilmu tentangnya kecuali sedikit.” (HR. Al-Bukhari no. 4352 dan Muslim no. 5002)

Penjelasan Ayat

Di kalangan ulama terjadi perselisihan tentang maksud dari kata ruh yang terdapat di dalam ayat ini. Ibnu Tin telah menukilkan beberapa pendapat, di antaranya ada yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah ruh manusia. Ada lagi yang mengatakan ruh hewan dan ada pula yang mengatakan yang dimaksud adalah Jibril.

Ada pula yang mengatakan maksudnya adalah ‘Isa bin Maryam, ada yang mengatakan Al Qur’an, ada yang mengatakan wahyu, dan ada yang mengatakan malaikat yang berdiri sendiri sebagai shaff pada hari kiamat. Ada lagi yang mengatakan maksudnya adalah sosok malaikat yang memiliki sebelas ribu sayap dan wajah. Ada pula yang mengatakan ia adalah suatu makhluk yang bernama ruh yang bentuknya seperti manusia, mereka makan dan minum, dan tidak turun satu malaikat dari langit melainkan ia turun bersamanya. Dan ada lagi yang berpendapat lain. (Fathul Bari, Ibnu Hajar, 8/254. Lihat pula Tafsir Al-Qurthubi, 10/324, Tafsir Ibnu Katsir, 3/62)

(6)

“Yang benar adalah di-mubham-kan (pengetahuan tentang ruh dibiarkan seperti itu, yaitu tersamar) berdasarkan firman-Nya: “Ruh itu dari perkara Rabb-ku,” yaitu merupakan perkara besar dari urusan Allah I dan tidak diberikan perinciannya agar seseorang mengetahui secara pasti kelemahannya untuk mengetahui hakikat dirinya dalam keadaan dia meyakini wujud ruh tersebut. Apabila seorang manusia lemah (mengalami kesulitan) dalam mengetahui hakikat dirinya, maka terlebih lagi (kelemahannya) untuk menjangkau hakikat Al-Haq (Allah). Hikmahnya adalah (untuk menunjukkan bahwa) akal memiliki kelemahan untuk menjangkau pengetahuan tentang makhluk yang dekat dengannya (yaitu ruh). Dengan demikian memberikan pengetahuan kepada akal bahwa menjangkau (pengetahuan) tentang Rabb-Nya lebih lemah lagi.” (Tafsir Al-Qurthubi, 10/324)

6

Keterbatasan Pengetahuan Akal

Akal merupakan salah satu nikmat Allah yang diberikan kepada manusia. Dengan akal seseorang mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk, mana yang mendatangkan kemaslahatan bagi dirinya dan mana yang mendatangkan kemudharatan. Sehingga dengan akal itu pula seseorang bisa memahami apa saja yang diturunkan Allah U dan hukum-hukum. Dengan akal seorang manusia bisa memahami syariat dan melaksanakan perintah-Nya dengan penuh ketaatan dan ketundukan. Allah I berfirman:

(7)

maka Allah U pun mengembalikan mereka ke tempat yang paling buruk yaitu neraka Jahannam. Wal’iyadzu billah. Allah berfirman:

“Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal shalih, maka bagi mereka jannah-jannah tempat kediaman, sebagai pahala terhadap apa yang telah mereka kerjakan. Dan adapun orang-orang yang fasiq (kafir) maka tempat mereka adalah an-naar. Setiap kali mereka hendak keluar darinya mereka dikembalikan (lagi) ke dalamnya dan dikatakan kepada mereka: ‘Rasakanlah siksa an-naar yang dahulu kamu mendustakannya’.” (As-Sajdah: 19-20) Oleh karena itu Allah U sering menyebutkan di dalam Al Qur’an bentuk pengingkaran terhadap orang-orang yang tidak menggunakan akalnya untuk berjalan di atas jalan Allah U dan mengikuti syariat yang telah diperintahkan. Allah I berfirman:

“Mengapa kamu menyuruh orang lain (mengerjakan) kebaikan, sedangkan kamu melupakan diri (kewajibanmu) sendiri, padahal kamu membaca Al Kitab (Taurat)? Maka tidakkah kamu berpikir?” (Al-Baqarah: 44)

“Demikianlah Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.”(Al-Baqarah: 73)

“Dan apabila mereka berjumpa dengan orang-orang yang beriman, mereka berkata: ‘Kamipun telah beriman,’ tetapi apabila mereka berada sesama mereka saja, lalu mereka berkata: ‘Apakah kamu menceritakan kepada mereka (orang-orang mukmin) apa yang diterangkan Allah kepadamu, supaya dengan demikian mereka dapat mengalahkan hujjahmu di hadapan Tuhanmu; tidakkah kamu mengerti?’.” (Al-Baqarah: 76)

“Demikianlah Allah menerangkan kepadamu ayat-ayat-Nya (hukum-hukum-Nya) supaya kamu memahaminya.” (Al-Baqarah: 242)

7

(8)

yang tidak menggunakan akalnya pada tempat yang semestinya. Sebab akal merupakan makhluk Allah yang terbatas kadar keilmuannya, yang seharusnya berada di bawah kekuasaan Allah Yang Maha Sempurna dan Maha Berilmu terhadap segala sesuatu.

Ibnu Qudamah t berkata: “Segala sesuatu yang diberitakan oleh Nabi r wajib diimani dan penukilan (berita itu) shahih dari beliau tentang permasalahan yang (bisa) kita saksikan atau pun sesuatu yang (sifatnya) ghaib. Kita mengetahui bahwa itu adalah kebenaran dan kejujuran, baik masuk akal atau tidak dan kita belum mengetahui hakikat maknanya.” (Lum’atul I’tiqad poin no. 55)

Membantah Syariat Dengan Akal: Metode Kuffar

Sudah menjadi kebiasaan orang-orang kafir untuk selalu menolak apa yang datang dari Allah dan Rasul-Nya berupa berita-berita serta ancaman-Nya dengan akal mereka dan menyangka bahwa akal mereka di atas segalanya dalam menentukan keputusan. Sebagaimana Allah I sebutkan tentang orang-orang yang mengingkari hari kebangkitan:

“Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya, ia berkata: Siapakah yang dapat menghidupkan tulang-belulang yang telah hancur luluh?” (Yasin: 78) Allah U juga mengabarkan bahwa orang-orang kafir membantah apa yang dikabarkan kepada mereka tentang tauhid dengan akal mereka:

(9)

Ibnul Qayyim t mengatakan: “Menentang para rasul atau berita mereka dengan ma’qulat (sesuatu yang dianggap masuk akal) adalah metode orang-orang kafir.” (Mukhtashar Ash-Shawa’iq Al-Mursalah hal. 121)

8

Ternyata kebiasaan nenek moyang mereka inipun diwariskan kepada para penerus pemeluk kesesatan dan para pengekor hawa nafsu untuk memelihara keabadian dan kelestarian budaya setan tersebut beserta para anteknya.

Mereka masih saja menjadikan akal mereka sebagai tolak ukur untuk menilai sesuatu benar atau tidak, bahkan sampai kepada tingkat menilai benar tidaknya perkataan Allah dan Rasul-Nya dengan kedangkalan akal yang mereka miliki.

Berikut ini beberapa contoh penolakan nash-nash dengan akal:

1. Menolak Melalui Nadits Nabi:

“Apabila lalat jatuh ke salah satu tempat minum kalian maka hendaklah dia menenggelamkan (lalat tersebut) lalu mengangkatnya. Karena sesungguhnya pada salah satu sayapnya terdapat penyakit dan pada sayap yang lain terdapat penawarnya.” (HR.Al-Bukhari dari hadits Abu Hurairah z). Orang-orang berpenyakit ini pun berkata: “Hadits ini lemah karena bertentangan dengan penelitian para ahli (kesehatan) yang berkesimpulan bahwa pada lalat semuanya terdapat racun dan tidak ada penawarnya!”. Sungguh suatu tindakan yang lancang dalam melemahkan hadits yang para ulama ahli hadits sepakat menerimanya hanya dengan alasan bertentangan dengan hasil penelitian?

Apakah mungkin menolak hadits yang sifatnya qath’i (pasti) dengan penelitian yang masih bersifat zhanni (dugaan)? Sungguh ini merupakan suatu kebodohan yang nyata.

2. Menolak kandungan hukum dari firman Allah:

(10)

terhadap ayat Allah U Yang Maha Adil dan Maha Mengetahui kemaslahatan hamba-hambanya. Ayat yang muhkam (jelas) ini merupakan ayat yang terus berlaku pada setiap zaman dan tidak dipengaruhi oleh perkembangan peradaban manusia atau adanya gerakan emansipasi yang terjadi di zaman tertentu. Semoga Allah U menyumbat mulut orang-orang yang melampaui batas!

Sikap Para Shahabat Terhadap Akal

Para shahabat sebagai manusia termulia di antara umat Rasulullah r adalah orang-orang yang paling paham dalam menempatkan akal mereka. Di saat mereka diajak untuk bermusyawarah dalam membicarakan siasat pertempuran, mereka mengungkapkan berbagai siasat dengan kepandaian akal dan pengalaman yang mereka miliki, seperti yang terjadi pada perang Badr dan Khandaq. Dalam perdagangan, dengan akal dan kepandaian yang mereka miliki dalam berjual beli mereka mampu melakukan muamalah jual-beli yang mendatangkan keuntungan berlipat tanpa harus berbuat curang.

9

Dalam bercocok tanam, mereka ahli dalam mengembangkan hasil ladang dan tanaman sehingga membawa hasil yang melimpah. Namun dalam perkara yang telah menjadi ketetapan Allah dan Rasul-Nya, tidak keluar dari lisan mereka kecuali pernyataan: “Kami dengar dan kami menaatinya!”

Allah U berfirman:

(11)

Semoga Allah memberikan petunjuk kepada kita semua menuju jalan yang lurus. Wallahul musta’an.

Persamaan Dan Perbedaan Manusia Dengan Mahluk Lain

Manusia pada hakekatnya sama saja dengan mahluk hidup lainnya, yaitu memiliki hasrat dan tujuan. Ia berjuang untuk meraih tujuannya dengan didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Perbedaan diantara keduanya terletak pada dimensi pengetahuan, kesadaran dan keunggulan yang dimiliki manusia dibanding dengan mahluk lain.

Manusia sebagai salah satu mahluk yang hidup di muka bumi merupakan mahluk yang memiliki karakter Manusia secara fisik tidak begitu berbeda dengan binatang, sehingga para pemikir menyamakan dengan binatang. Letak perbedaan yang paling utama antara manusia dengan makhluk lainnya adalah dalam kemampuannya melahirkan kebudayaan. Kebudayaan hanya manusia saja yang memlikinya, sedangkan binatang hanya memiliki kebiasaan-kebiasaan yang bersifat instinctif. Dibanding dengan makhluk lainnya, manusia mempunyai kelebihan.kelebihan itu membedakan manusiadengan makhluk lainnya. Kelebihan manusia adalah kemampuan untuk bergerak dalam ruang yang bagaimanapun, baik di darat, di laut, maupun di udara. Sedangkan binatang hanya mampu bergerak di ruang yang terbatas.

Walaupun ada binatang yang bergerak di darat dan di laut, namun tetap saja mempunyai keterbatasan dan tidak bisa meampaui manusia. Mengenai kelebihan manusia atau makhluk lain dijelaskan dalam surat Al-Isra ayat 70. Diantara karakteristik manusia adalah :

1. Aspek Kreasi

2. Aspek Ilmu

3. Aspek Kehendak

(12)

10

Selain itu Al Ghazaly juga mengemukakan pembuktian dengan kenyataan faktual dan kesederhanaan langsung, yang kelihatannya tidak berbeda dengan argumen-argumen yang dibuat oleh Ibnu Sina (wafat 1037) untuk tujuan yang sama, melalui pembuktian dengan kenyataan faktual. Al Ghazaly memperlihatkan bahwa; diantara makhluk-makhluk hidup terdapat perbedaan-perbedaan yang menunjukkan tingkat kemampuan masing-masing. Keistimewaan makhluk hidup dari benda mati adalah sifat geraknya. Benda mati mempunyai gerak monoton dan didasari oleh prinsip alam. Sedangkan tumbuhan makhluk hidup yang paling rendah tingkatannya, selain mempunyai gerak yang monoton, juga mempunyai kemampuan bergerak secara bervariasi. Prinsip tersebut disebut jiwa vegetatif. Jenis hewan mempunyai prinsip yang lebih tinggi dari pada tumbuh-tumbuhan, yang menyebabkan hewan, selain kemampuan bisa bergerak bervariasi juga mempunyai rasa. Prinsip ini disebut jiwa sensitif. Dalam kenyataan manusia juga mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia selain mempunyai kelebihan dari hewan. Manusia juga mempunyai semua yang dimiliki jenis-jenis makhluk tersebut, disamping mampu berpikir dan serta mempunyai pilihan untuk berbuat dan untuk tidak berbuat. Ini berarti manusia mempunyai prinsip yang memungkinkan berpikir dan memilih. Prinsip ini disebut an nafs al insaniyyat. Prinsip inilah yang betul-betul membeda manusia dari segala makhluk lainnya.

Manusia Adalah Makhluk Ciptaan Allah Yang Paling Sempurna

Kesempurnaan, adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai setiap manusia yang hidup didunia. Berbagai cara dilakukan agar bias terwujud kesempurnaan. Akan tetapi selalu hal yang kosong yang didapat dari semuanya. Miris memang, pada saat melihat sebagian besar dari kita tenggelam dalam bayangan kesempurnaan. Tidak saja mereka yang jauh dari agama, mereka yang dekat dengan agama saja masih begitu sering tenggelam dalam bayangan yang menjebak ini.

(13)

ciptaan-NYA yang bernama manusia adalah bentuk yang terbaik dari bentuk-bentuk yang lain. Lantas mengapa dengan berani kita mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang tidak sempurna? Sekarang, siapakah yang menciptakan manusia sehingga berani mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna? Kita sebagai manusia ataukah Allah sebagai tuhannya manusia.

11

Bermain dengan ungkapan yang menyangkut dengan ciptaan Allah adalah sebuah hal yang sebaiknya kita hindari. Hal ini bisa-bisa malah akan menyinggung sisi tauhid. Menyakini bahwa segala ciptaan Allah tidak ada yang cacat. Segala sistemnya juga tidak ada satupun yang cacat. Tidak sedikitpun cacat dari sebuah kesempurnaan.

Tidak jarang, sebagian dari kita menginginkan sosok manusia adalah sosok yang tidak pernah salah, tidak pernah membunuh, tidak pernah menyakiti, tidak bodoh, tidak berkeluh kesah, tidak miskin, dan lainnya. Bila memang kita menginginkan hal seperti ini maka sebaiknya baca kembali Al- Qur’an yang tertata rapi dirumah. Dimana Allah banyak menjelaskan sifat-sifat manusia dan sekaligus lengkap dengan tujuan penciptaannya. Bukankah seperti yang kita ketahui bersama bahwa yang namanya visi adalah sesuatu tujuan dari sebuah keinginan. Sedangkan misi adalah tools yang dipakai untuk mencapai visi. Jadi, jika penciptaan manusia visinya adalah menyembah, mengabdi, dan taat kepada Allah. Maka

tools adalah semua yang ada didiri kita sekaligus lengkap dengan perangkat sistemnya. Baik yang hardware maupun yang software.

Sekali lagi, bagaimana mungkin kita begitu berani mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna. Manusia sempurna sebagai manusia. Manusia bukan malaikat yang tak punya nafsu dan selalu berdzikir kepada Allah. Manusia juga bukan syetan yang kerjanya selalu menggoda dan menjerumuskan temannya kedalam neraka. Tapi manusia adalah manusia. Sesosok makhluk yang dilengkapi dengan ”qalb” yang dengannya dia bisa menjadi lebih baik dari pada malaikat manapun. Manusia juga dilengkapi dengan nafsu, yang dengannya pula manusia bisa menjadi lebih buruk dari syetan. Manusia juga dilengkapi dengan insting dan pikirannya dengan itu dia menjadi lebih baik dari hewan.

(14)

melakukan tugasnya. Tugasnya sebagai hamba Allah dan tugasnya sebagai “perpanjangan tangan” Allah dimuka bumi. Allah memberikan manusia kemampuan ilmu yang dengannya kita bisa bertahap dari ganasnya lingkungan sekitar. Allah menganugerahi manusia dengan kulit yang denganya dia bisa menjaga tubuhnya dari serangan bakteri dan cuaca. Belum lagi dengan kegunaannya fisik lainnya. Lalu, sekali lagi kita mengatakan bahwa manusia ini tidak sempurna. Apakah kita mau bernafas dengan insang layaknya hewan laut? Cantikkah kita yang bernafas dengan insang? Tampankah kita bila memiliki tanduk dan berekor layaknya babi hutan?

Mungkin, sifat jelek yang terdapat pada manusia menyebabkan kita mengatakan bahwa manusia itu tidak sempurna. Tapi perlu kita ketahui dan sadari bahwa sebuah keegoisan adalah sebuah faktor pendukung untuk mencapai “SURGA”. Lalu emosional juga diperlukan untuk membuat kita bisa mencintai Allah dengan segenap hati. Sehingga hal ini membuat manusia itu semakin sadar diri. Bahwa dirinya tidak patut disombongkan. Saking sombongnya sehingga berani mengantakan bahwa penciptaan manusia tidak sempurna.

12

Sebuah kesombongan yang mungkin saja bisa menyamakan kita pada musuh bebuyutan yang tidak mau mendengar perintah Allah saat harus menyembah Nabi Adam as. Atau, kita bisa bersikap seperti malaikat “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi." Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui."( al baqarah : 30)

(15)

Referensi

Dokumen terkait

Dari sisi SEO, penggunaan variasi dan bahasa yang natural dalam konten lebih baik daripada mengulang-ulang kata kunci yang sama berkali-kali..?. Panduan SEO: Meningkatkan

Moncrief, 2001, The Role of Satisfaction With Territory Design on the Motivation, Attitudes, and Work Ourcomes of Salespeople, Journal of the Academy of Marketing

Before the accepted manuscript is published in an online issue : Requests to add or remove an author, or to rearrange the author names, must be sent to the Journal Manager from

a.Dipertimbangkan sesudah diperbaiki secara mendasar Naskah yang diterima dengan perbaikan mendasar atau banyak, perlu ditelaah ulang setelah revisi Jika masih belum sesuai,

Desa Lubuk Kertang Kecamatan Berandan Barat Kabupaten Langkat Provinsi. Sumatera Utara ini

SDIT AL uswah Surabaya is one unified Islamic elementary school that has problems ranging from frequent mistake inputting data, loss of data that has been collected, the data is not

Meskipun hasil glukomanan lebih tinggi dengan menggunakan isopropil alkohol pada temperatur ekstraksi 55°C, perlu diuji dengan menggunakan temperatur yang sama menggunakan

– Zat atau obat yg berasal dari tanaman a bukan tanaman, sintetis a semi sintetis yg dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi