• Tidak ada hasil yang ditemukan

Menciptakan Lingkungan Belajar yang Prod

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Menciptakan Lingkungan Belajar yang Prod"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Menciptakan Lingkungan Belajar Yang Produktif

Offering A/2014

Oleh: Kelompok 12

Anggota:

1. Agus Cahyono (140811601143)

2. Ali Ridho (140811601905)

3. Anwar Kirom (140811604407)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG

FAKULTAS PENDIDIKAN PSIKOLOGI

(2)

Daftar Isi

Daftar Isi ... ii

I. PENDAHULUAN ... 1

II. PEMBAHASAN ... 2

A. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif untuk Belajar ... 2

a. Mengatur Kelas ... 2

b. Membangun dan Mempertahankan Hubungan Guru-Siswa yang Produktif ... 2

c. Menciptakan Iklim Psikologis yang Efektif. ... 3

d. Menetapkan Batasan ... 3

e. Merencanakan Aktivitas yang Membuat Siswa Fokus pada Tugas ... 4

f. Memodifikasi Strategi Pengajaran ... 4

g. Mempertimbangkan Perbedaan Individual dan Perbedaan Perkembangan ... 4

B. Menyikapi Perilaku yang Tidak Sesuai ... 5

a. Mengabaikan perilaku (ignoring behaviors) ... 5

b. Memberi isyarat kepada siswa (cueing) ... 6

c. Membahas masalah secara pribadi dengan siswa ... 6

d. Mengajarkan strategi self-regulation ... 7

e. Berunding dengan orang tua ... 7

f. Melakukan intervensi sistematik yang telah direncanakan sebelumnya ... 7

C. Menyikapi Agresi dan Kekerasan di Sekolah ... 7

a. Pendekatan tiga tingkat ... 8

b. Masalah yang terkait dengan geng ... 9

D. Mempertimbangkan Keberagaman Siswa... 9

a. Menciptakan iklim yang mendukung ... 9

b. Mendefinisikan dan merespon perilaku yang tidak sesuai ... 9

c. Mengakomodasi siswa-siswa yang berkebutuhan khusus ... 10

E. Mengkoordinasikan usaha dengan orang lain ... 10

a. Bekerja dengan para guru lain ... 10

b. Bekerja dengan komunitas yang lebih luas ... 10

c. Bekerja dengan orang tua ... 11

III. KESIMPULAN ... 13

(3)

I. PENDAHULUAN

Di dalam dua latihan pada bab ini, Anda dapat mengamati dua guru kelas dua dengan

gaya pengajaran yang sangat berbeda. Saat Anda mengamati pelajaran mereka, ingatlah

bahwa guru yang baik akan menciptakan dukungan berupa suasana kelas-suasana psikologis

umum di mana anak-anak merasa aman, nyaman, dan bersedia mengambil risiko serta

membuat kesalahan yang penting bagi pembelajaran mereka. Ada tiga hal penting dalam

suasana kelas yang mendukung:

a. Mengkomunikasikan kepedulian dan respek kepada siswa: Guru yang efektif akan

mengkomunikasikan kepedulian dan hormat kepada siswa melalui hal-hal yang mereka

lakukan setiap hari -menyapa siswa dengan hangat di lorong sekolah, mau menjadi

pendengar yang baik ketika siswa mempunyai masalah atau keluhan, dan lain-lain. Tetapi

yang lebih penting, guru mengkomunikasikan kepedulian dan respek dengan persiapan

mengajar yang baik, melakukan scaffolding pada usaha siswa yang melakukan tugas yang

menantang, memberikan umpan balik yang membangun pada tugas kelas, dan dengan

beragam cara mendemonstrasikan keinginan untuk membantu siswa menguasai pelajaran

sekolah.

b. Menetapkan batas: Guru yang efektif juga menetapkan batas yang masuk akal dan arahan

bagi perilaku siswa, dan batas tersebut diterapkan secara konsisten untuk membantu siswa

bertindak sesuai aturan dan petunjuk. Idealnya, guru mengkomunikasikan rasa kekinian

-sebuah perasaan yang membuat mereka sadar apa yang mereka lakukan- melalui

kata-kata dan tindakan mereka dan dapat mengambil tindakan yang diperlukan jika siswa

keluar dari batas.

c. Menciptakan rasa kebersamaan: Pada akhirnya, siswa harus diberikan rasa kebersamaan -

rasa bahwa semua anggota kelas berbagi tujuan yang sama, dan harus saling menghormati

dan mendukung usaha yang lain, dan percaya bahwa semua orang memberikan kontribusi

(4)

II. PEMBAHASAN

A. Menciptakan Lingkungan yang Kondusif untuk Belajar

Secara umum, pengelolaan kelas (class management) berarti membangun dan

memelihara lingkungan kelas yang kondusif bagi pembelajaran dan prestasi siswa. Siswa

dapat belajar lebih banyak di beberapa lingkungan kelas dibandingkan lingkungan kelas

lainnya. Pengelolaan kelas yang efektif tidak terlalu berkaitan dengan tingkat aktifitas atau

keributan. Kelas yang diatur dengan baik adalah kelas dimana siswanya selalu terlibat dalam

aktivitas belajar yang produktif dan perilaku mereka jarang menganggu tercapainya tujuan

pengajaran (Brophy, 2006; W. Doyle, 1990; Emmer & everston, 1981).

a. Mengatur Kelas

Pengelolaan yang baik dimulai sebelum hari pertama sekolah. Ada 4 strategi yang

secara khusus dapat membantu:

- Aturlah perabotan dalam cara-cara yang mendorong interaksi siswa dan ubahlah kalau

ternyata malah kontraproduktif. Beberapa kelompok meja dan kursi yang saling

berhadapan sangat berguna untuk kelompok kecil, sedangkan baris-baris tradisional

seringkali lebih efektif untuk mengerjakan tugas individual siswa (Carter & Doyle,

2006).

- Minimalkan kemungkinan distraksi (pengalihan perhatian).

- Sebagai guru kita harus mengatur kelas kita dalam cara-cara yang menimbulkan

kemungkinan terjadinya perilaku-perilaku yang tidak ada kaitannya dengan pelajaran.

Misalnya menempatkan siswa yang suka mengobrol di kursi paling depan.

- Aturlah kelas sedemikian rupa sehingga kita mudah berinteraksi dengan siswa.

- Identifikasilah lokasi-lokasi yang mempermudah pemantauan perilaku siswa.

b. Membangun dan Mempertahankan Hubungan Guru-Siswa yang Produktif

Manusia tampaknya memiliki kebutuhan mendasar untuk merasa terjalin secara sosial

dengan orang lain. Di kelas kebutuhan akan keterjalinan ini mungkin terwujud dalam

berbagai cara. Misalnya, siswa mungkin mencari persetujuan/pengakuan kita untuk sesuatu

yang telah mereka lakukan dengan baik. Siswa lain mungkin berperilaku tidak patut untuk

mendapatkan perhatian kita.

Strategi-strategi ini mungkin dapat membantu untuk menjalin hubunga kerjasama

yang produktif dengan siswa:

(5)

- Ingatlah bahwa kepedulian dan respek melibatkanlebih dari sekedar menunjukkan

afeksi.

- Bekerjalah keras untuk memperbaiki hubungan yang terlanjur dingin sejak awal

pertemuan.

c. Menciptakan Iklim Psikologis yang Efektif.

Kita menginginkan suatu kelas dimana para siswanya merasa aman dan nyaman,

membuat pembelajaran menjadi prioritas yang tinggi, serta bersedia mengambil resiko dan

membuat kesalahan demi kesuksesan akademik jangka panjang (Brand, Felner, Shim,

Seitsinger & Duman, 2003; Hamre & Pianta, 2005). Lingkungan seperti itu meminimalkan

masalah-masalah disiplin dan tampaknya penting bagi siswa yang beresiko mengalami

kegagalan akademik dan drop-out dari sekolah.

Berikut ini beberapa strategi untuk menciptakan lingkungan yang seperti itu:

- Bangunlah suasana yang berorientasi tujuan, menyerupai bisnis, namun tidak

menakutkan.

- Komunikasikan dan tunjukan bahwa tugas sekolah dan pokok bahasan akademik itu

berharga

- Berilah siswa kesempatan untuk mengendalikan aktivitas-aktivitas kelas.

- Minimalkan persaingan di antara para siswa.

- Tingkatkan rasa kebersamaan dan keterjalinan.

d. Menetapkan Batasan

Kelas tanpa panduan tentang perilaku yang tepat cenderung kacau dan tidak produktif.

Dan para siswa harus belajar bahwa perilaku-perilaku tertentu tidak dapat ditoleransi,

khususnya perilaku yang menyebabkan gangguan fisik atau psikologis, merusak peralatan

sekolah, atau mengganggu pembelajaran dan performa siswa lain. Menetapkan

batasan-batasan yang masuk akal dalam hal perilaku di kelas bukan hanya meningkatkan lingkungan

belajar yang lebih produktif melainkan juga membantu mempersiapkan siswa menjadi

anggota masyarakat dewasa yang lebih produktif. Meski demikian ketika kita menetapkan

batasan kita harus ingat bahwa siswa lebih cenderung termotivasi secara intrinsik untuk

menguasai pokokb ahasan di kelas jika kita menjaga perasaan otonomi dan self-determination

mereka. Dengan mengingat hal ini, berikut kami tawarkan rekomendasi:

- Tetapkan beberapa peraturan dan prosedur di awal tahun.

- Sajikan peraturan dengan cara yang informational ketimbang dengan cara yang

mengontrol.

(6)

- Akuilah perasaan siswa tentang persyaratan-persyaratan di kelas.

- Tegakkan peraturan secara konsisten dan tidak pandang buta.

e. Merencanakan Aktivitas yang Membuat Siswa Fokus pada Tugas

Guru yang efektif merencanakan pelaksanaan pembelajaran (RPP) mereka terlebih

dahulu. Ketika mereka merencanakan, mereka tidak hanya berpikir tentang bagaimana

memfasilitasi pembelajaran siswa dan pemrosesan kognitif, melainkan juga bagaiman

memotivasi siswa untuk belajar. Ada berbagai macam strategi untuk mengembangkan

motivasi, khususnya motivasi intrinsic guna menguasai pokok bahasan di kelas. Berikut ini

adalah beberapa saran untuk membuat siswa fokus pada tugasnya:

- Pastikan bahwa siswa selalu terlibat secara produktif dalam kegiatan yang

bermanfaat.

- Pilihlah tugas dengan tingkat kesulitan yang sesuai dengan pengetahuan dan

keterampilan siswa.

- Sediakan struktur untuk berbagai aktivitas dan tugas.

- Rencanakan masa transisi di hari sekolah.

- Memonitar apa yang dilakukan siswa

Guru yang efektif mengomunikasikan sesuatu yang disebut withitness: mereka

tahu__dan siswa mereka tahu bahwa mereka tahu_apa yang dilakukan siswa sepanjang waktu

di kelas. Guru-guru ini selalu memantau kelas dan sering melakukan kontak mata dengan

siswa secara individual. Mereka tahu kenakalan apa yang terjadi ketika kenakalan tersebut

terjadi, dan mereka tahu siapa pelakunya (Gettinger & Kohler, 2006; T. Hogan, et.al. 2003;

Kounin, 1970). Ketika kita menunjukkan withitness semacam itu, khususnya di awal tahun

ajaran, para siswa cenderung tetap fokus pada tugasnya dan menunjukkan perilaku yang baik

di kelas. Maka tidak mengejutkan jika mereka juga lebih cenderung sukses di tingkat yang

lebih tinggi.

f. Memodifikasi Strategi Pengajaran

Penelitian memberitahukan bahwa ketika siswa berperilaku tidak patut, para guru

pemula sering terlalu fokus pada kesalahan siswa; sebaliknya, guru yang berpengalaman

lebih cenderung berpikir tentang apa yang dapat mereka lakukan secara berbeda untuk

membuat siswa tetap belajar, dan mereka memodifikasi strategi pengajaran mereka

berdasarkan hasil refleksi itu.

g. Mempertimbangkan Perbedaan Individual dan Perbedaan Perkembangan

Salah satu sumber perbedaan individual penting yang mempengaruhi perilaku di kelas

(7)

beradaptasi, mudah marah, impulsif, dan sebagainya. Perbedaan perkembangan juga dalam

batas tertentu harus menjadi pertimbangan kita dalam proses menyusun strategi pengelolaan

kelas. Banyak anak-anak di awal SD yang belum cukup berpengalaman dengan pendidikan

formal untuk mengetahui peraturan-peraturan tidak tertulis yang melandasi interaksi di kelas.

B. Menyikapi Perilaku yang Tidak Sesuai

Sekalipun para guru sudah merencakan dan menyusun kelas supaya lebih efektif dan

produktif. Terkadang, bahkan mungkin selalu, akan terjadi yang namanya misbehaviors.

Misbehaviors adalah tindakan apapun yang mengganggu pembelajaran dan aktivitas di kelas

yang sudah direncanakan. Misalnya, tindakan berbicara tidak sesuai dengan gilirannya,

berkelahi dalam kelas, mengganggu teman yang fokus belajar, dan tindakan-tindakan apapun

yang dapat mengganggu jalannya kegiatan belajar dan pembelajaran dalam kelas.

Siswa-siswa yang semacam ini akan menjadi tantangan besar bagi seorang guru. Akan

tetapi tidak lantas bagi seorang guru untuk menyerah dan tidak peduli terhadap mereka. Oleh

karena itu, guru harus mempersiapkan atau merencanakan bagaimana menyikapi

tindakan-tindakan misbehaviors tersebut dan membawa mereka ke arah yang lebih baik dan produktif.

Dalam hal ini, ada beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh guru untuk menyikapi

perilaku kontra produktif tersebut.

a. Mengabaikan perilaku (ignoring behaviors)

Dalam beberapa kesempatan mengabaikan perilaku atau bertindak diam mungkin

akan lebih bijaksana. Sebab bisa jadi tindakan seorang guru untuk menghentikan

misbehaviors, walau hanya beberapa detik saja, akibatnya malah tindakan penghentian

tersebut yang mengganggu jalannya pembelajaran. Selain itu, tindakan mengatasi

misbehaviors, bisa memberikan penguatan terhadap perilaku tersebut. Oleh karena itu,

tindakan mengabaikan paling cocok dilakukan ketika terjadi pada situasi yang bersifat ringan,

sebagai berikut:

- Ketika perilaku jarang terjadi dan mungkin tidak akan diulangi

- Ketika perilaku tersebut tidak cenderung menular ke siswa yang lain

- Ketika perilaku tersebut wajar bagi usianya

- Ketika hasil perilaku tidak cukup menyenangkan untuk mencegah siswa mengulangi

perilaku tersebut.

Sebagai contoh, seorang anak yang biasanya penurut dan jarang melanggar peraturan

di kelas, berbisik ke teman sebangkunya sementara guru masih mengintruksikan untuk

(8)

b. Memberi isyarat kepada siswa (cueing)

Dalam beberapa keadaan, hanya memberikan isyarat kepada siswa yang berperilaku

misbehaviors lebih dari cukup daripada menghentikan jalannya pembelajaran. Sebagai contoh

ketika ada anak berbicara dengan teman sebangkunya (tidak membicarakan tentang

pelajaran) ketiak seorang guru sedang menjelaskan beberapaa materi yang dianggap sulit.

Untuk menanggapi perilaku yang tidak sesuai ini lebih tepat jika seorang guru tersebut hanya

memberikan isyarat seperti sorotan mata, kedipan, atau bahasa tubuh lainnya yang bisa dilihat

oleh anak tersebut sebagai pertanda bahwa tindakannya adalah salah dan harus dihentikan.

c. Membahas masalah secara pribadi dengan siswa

Berbicara secara pribadi dengan siswa sangatlah membantu untuk menyelesaikan

beberapa masalah misbehaviors. Hal ini dilakukan ketika pengabaian masalah dan pemberian

isyarat tidak memberikan perubahan terhadap perilaku yang tidak sesuai.

Berbicara secara pribadi lebih baik dilakukan daripada harus menegur langsung dalam

kelas. Beberapa alasan yang mendasari hal tersebut, yaitu: tindakan peneguran dalam kelas

bisa jadi malah memberikan efek penguatan bukan pelemahan. Peneguran dalam kelas juga

dapat menyebabkan siswa malu atau merasa terhina di depan teman-teman sekelasnya. Dan

juga tindakan peneguran dalam kelas malah mungkin akan menghabiskan banyak waktu

sehingga siswa-siswa yang lain cenderung akan tidak sesuai juga.

Dalam beberapa kasus, diskusi secara pribadi juga menjelaskan beberapa alasan

mengapa siswa melakukan hal yang tidak sesuai tersebut. Selain itu, diskusi secara pribadi

juga dapat mengisyaratkan petunjuka bagaimana cara terbaik untuk menyelesaikan masalah

serta dapat mengidentifikasi perilaku-perilaku mal-adaptive yang dapat menjadikan alasan

untuk merujuk ke psikolog.

Akan tetapi, dalam diskusi secara pribadi tidak menutup kemungkinan bahwa siswa

akan memberikan penjelasan yang logis. Misalnya saja, alasan Tono terlambat karena

memang dia malas masuk ke kelas. Hal yang seperti ini sangat penting jika seorang guru

tidak tergoda untuk adu kekuatan –sikap tidak mau kalah. Oleh karena itu ada beberapa

strategi yang dapat dilakukan untuk meminimalkan adu kekuatan, sebagai berikut:

- Berbicara dengan tenang dan tidak berbelit-belit.

- Menerima secara empatik dan terbuka apa yang siswa jelaskan.

- Meminta klarifikasi penjelasan siswa jika dibutuhkan.

- Menjelaskan efek-efek dari perilaku yang tidak sesuai tersebut.

(9)

- Mengidentifikasi solusi supaya siswa tidak kehilangan kredibilitasnya di mata siswa

lain.

- Pada akhirnya, kemukakan harapan dalam jangka panjang yang ingin diraih dan

keprihatinan bahwa tindakannya mengganggu hal tersebut.

d. Mengajarkan strategi self-regulation

Mengajarkan bagaimana caranya untuk mengatur diri pada siswa yang bertindak tidak

sesuai sangat penting. Terlebih siswa tersebut menyadari kesalahan-kesalahannya dan siap

untuk berubah. Beberapa cara yang dapat dilakukan, antara lain:

- Self-monitoring atau pengawasan diri. Dalam hal ini dapat dipratikkan dengan

menggunakan lembar pengawasan pekerjaan siswa, seperti: membaca buku, belajar

selama satu jam, atau yang lainnya.

- Self-instruction. Instruksi diri dapat membantu siswa untuk menahan diri (

self-reistraint) dari perilaku yang tidak sesuai dalam kelas.

- Self-imposed contingencies atau pemberian penguatan dan hukuman kepada diri

sendiri sehingga dapat membantu dalam membangkitkan motivasi diri. Misalnya:

siswa memberikan hukuman kepada dirinya sendiri ketika tidak dapat nilai yang baik

pada mata pelajaran tertentu, atau juga sebaliknya.

e. Berunding dengan orang tua

Dalam beberapa kasus yang kronis (serius), berunding dengan orang tua atau wali

siswa sangat diperlukan. Karena mungkin saja orang tua tidak mengetahui perilaku-perilaku

yang tidak sesuai dari anakanya ketika di lingkungan sekolahnya. Oleh karena itu,

berkonsultasi dengan orang tua atau sekedar melaporkan tindakan siswa kepada orang tua

sangatlah membantu dalam menyikapi perilaku siswa yang timbul di lingkungan sekolah.

f. Melakukan intervensi sistematik yang telah direncanakan sebelumnya

Strategi ini dapat dilakukan ketika misbehavior yang dilakukan siswa berlanjut terus

menerus dan sangat mengganggu. Pendekatan-pendekatan lain untuk menyikapi perilaku

yang tidak sesuai juga sudah dilakukan, sementara itu siswa yang misbehaviors tersebut juga

tidak ada keinginan yang kuat untuk berubah, dalam artian pengajaran pengaturan diri juga

sudah diberikan. Intervensi dapat dilakukan dengan menggabungkan beberapa strategi

lainnya, seperti mendorong kemampuan berpikir melalui sudut pandang orang lain,

mengajarkan kemampuan sosial, atau bisa juga menggunakan teknik-teknik behavior (seperti:

penguatan dan hukuman) dalam mengubah perilaku yang tidak sesuai tersebut.

(10)

Perilaku agresi dan tindak kekerasan tidak hanya terjadi dalam masyarakat luas.

Sekolah yang dinilai sebagai tempat paling aman juga sering terjadi hal-hal tersebut.

Sebagian besar perilaku agresi di sekolah melibatkan luka psikologis seperti bully, juga luka

fisik seperti perkelahian. Ada dua sumber yang pasti sehingga memunculkan tindakan agresi.

Pertama, anak remaja sebagian besar waktunya memang dihabiskan di sekolah dari pada di

tempat-tempat yang lain. Kedua, dalam lingkungan sekolah tidak hanya satu ragam, akan

tetapi beraneka ragam. Terlepas dari semua itu, seharusnya kita tidak mentolerir segala

macam bentuk agresi yang terjadi dalam lingkungan sekolah.

a. Pendekatan tiga tingkat

- Tingkat pertama, menciptakan lingkungan sekolah tanpa kekerasan

Beberapa strategi yang dapat membantu untuk menciptakan lingkungan sekolah tanpa

kekerasan antara lain:

 Bentuk hubungan seluruh civitas akademik yang saling peduli dan saling percaya  Tegaskan para siswa untuk menaruh hormat yang tulus dan tanpa pandang bulu

 Libatkan siswa dalam pembuatan keputusan

 Sediakan saran bagi siswa untuk menyalurkan pendapat

 Tekankan perilaku prososial dan

 Bentuk hubugan dengan masyarakat dan keluarga

 Diskusikan masalaha keselamatan dengan terbuka, seperti: dampat perilaku bullying, dan lain-lain.

- Tingkat kedua, melakukan intervensi sejak dini bagi siswa yang berisiko

- Siswa yang berisiko mengalami kegagalan yang dimaksudkan disini tidak hanya

berfokus pada kegagalan akademik saja, akan tetapi juga berfokus pada kegaglan

sosial. Misalnya, tidak memiliki teman di lingkungan sekolah atau sering di bully, dan

yang lainnya. Intervensi dapat dilakukan melalui pelatihan keterampilan sosial, ekstra

kurikuler, atau mendorong untuk aktif dalamkegiata-kegiatan sekolah. Intervensi akan

lebih efektif jika dilakukan sejak dini, sebelum siswa terlibat lebih jauh dengan

perilaku antisosial.

- Melakukan intervensi yang intensif bagi siswa yang bermasalah

- Beberapa intervensi kecil mungkin tidak berpengaruh pada perilaku agresi dan

kekerasan. Oleh karena itu, intervensi yang intensif seperti bekerja sama dengan

komunitas-komunitas lain (psikolog, klinik kesehatan mental, dll) sangat diperlukan

(11)

selalu waspada terhadap gejala-gejala awal perilaku agresi yang mungkin akan

dilakukan oleh siswa, sangatlah penting bagi seorang guru untuk tidak menggunakan

tanda-tanda peringatan seperti menuduh, mengucilkan, atau menghukum.

b. Masalah yang terkait dengan geng

Sumber agresi yang paling sering di beberapa lingkungan sekolah adalah permusuhan

antar kelompok atau geng. Dalam pendekatan tiga tingkat sebagaimana yang dijelaskan

sebelumnya, mungkin hanya mampu untuk menekan aktivitas-aktivitas geng yang

memerujuk pada perilaku kekerasan. Ada beberapa saran tambahan dalam menangani

permasalah terkait dengan geng, antara lain:

- Kembangkan, komunikasikan, tegakkan dengan jelas berkenaan dengan ancaman

potensial terhadap keselamatan siswa

- Identifikasi sifat khusus dan lingkup aktifitas geng di tengah-tengah siswa

- Laranglah pakaian dan aksesoris yang berkaitan dengan geng tertentu.

- Aktif dalam menengahi perselisihan antar geng atau dalam geng itu sendiri, yaitu

dengan cara mediasi, menjadi orang ketiga (penengah).

D. Mempertimbangkan Keberagaman Siswa

Dalam merencanakan kegiatan dalam kelas, seorang guru harus memperhatikan

kerakteristik dan kebutuhan siswa yang beraneka ragam. Pandangan tentang beberapa budaya

atau etnik tertentu bisa jadi sangat berbeda. Oleh karena itu, pemahaman mengenai beberapa

budaya dan etnik serta bersifat netral sangatlah diperlukan.

a. Menciptakan iklim yang mendukung

Gerak dan isyarat yang sederhana, seperti sapaan atau senyuman sangat membantu

dalam menciptakan iklim yang mendukung. Selain itu, sense of community (perasaan

kebersamaan) yaitu perasaan satu tujuan dan saling mendukung setiap usaha untuk mencapai

tujuan, sangat perlu dibangun. Lingkungan sekolah yang mendukung, penuh kasih sayang,

dan nyaman juga sangat membantu siswa yang mungkin memiliki masalah dalam

keluarganya atau lingkungan masyarakat di dekat rumahnya.

b. Mendefinisikan dan merespon perilaku yang tidak sesuai

Sangat perlu diingat bahwa beberapa perilaku yang tidak diterima di budaya tertentu,

bisa jadi diterima di budaya yang lain. Oleh karena itu, mengidentifikasi perilaku yang tidak

sesuai terlebih dahulu sebelum merespon perilaku yang tidak sesuai sangat diperlukan.

Identifikasi dan merespo perilaku tidak sesuai bisa berupa komunikasi, berunding untuk

(12)

c. Mengakomodasi siswa-siswa yang berkebutuhan khusus

Ketika menciptakan lingkungan kelas yang produktif, perlu juga diperhatikan dan

dipertimbangkan setiapa kebutuhan khusus yang mungkin dimiliki oleh siswa. Secara umum,

prosedur pelaksanaan tugas yang ditentukan, ekspektasi bagi perilaku siswa cukup jelas, dan

misbehaviors yang diatasi dengan konsisten juga sangat membantu dan bermanfaat bagi

siswa yang memiliki hambatan khusus dalam belajar. Sedangkan tindakan yang harus

dilakukan, bagi siswa yang mungkin memiliki hambatan khusus dalam belajar perlu adanya

pengamatan atau identifikasi masalah tersebut, hingga kemudian dapat bertindak yang sesuai.

E. Mengkoordinasikan usaha dengan orang lain

Ketika seorang guru berusaha untuk meningkatkan pembelajaran dan perkembangan

siswa, akan lebih efektif jika berkoordinasi atau setidaknya meminta komentar atas

rancangan-rancangan usaha yang akan dilakukan. Dengan begitu, diharapkan akan

mendapatkan beberasa saran atau masukan.

a. Bekerja dengan para guru lain

Seharusnya seorang guru tidak hanya menciptakan perasaan kebersamaan hanya

dalam ruang lingkup kelasnya saja. Akan tetapi juga harus dalam ruang lingkup sekolah

(sense of school community). Oleh karena itu, bekerja sama dengan rekan guru sangat

diperlukan. Beberapa perilaku yang dapat membantu untuk menciptakan sense of school

community, antara lain:

- Berkomunikasi dan selalu bekerja sama dengan guru lain dan para spesialis (petugas

perpus, laboratorium, dll)

- Membentuk tujuan bersama mengenai apa yang harus dipelajari dan dicapai oleh

siswa

- Bekerja sama untuk mengidentifikasi permasalahan siswa dan mengembangkan solusi

untuk mengatasinya

- Mengembangkan strategi bersama untuk mendorong perilaku siswa yang produktif

- Membuat komitmen kelompok untuk meningkatkan kesetaraan dan sensifitas

multibudaya dalam komunitas sekolah

b. Bekerja dengan komunitas yang lebih luas

Siswa biasanya tidak hanya melakukan aktivitasnya di sekolah, tetapi mungkin saja

juga melakukan kontak dengan lingkungan lain, seperti: oraganisasinya, masayarakat,

(13)

juga sangat membantu untuk menetapkan apa yanga harus guru lakukan. Guru juga dapat

mengkoordinasikan usaha-usaha untuk pengembangan siswa bila memungkinkan.

c. Bekerja dengan orang tua

Di samping semua yang telah dijelaskan sebelumnya, bekerja sama dengan orang tua

atau pengasuhnya sangat efektif untuk meningkatkan perkembangan pembelajaran siswa

dalam jangka panjang. Hubungan sangat penting dilakukan jika guru dan siswa memiliki latar

belakang budaya yang berbeda.

- Berkomunikasi dengan orang tua bisa dilakukan melalui pertemuan orang tua dan

guru, komunikasi tertulis, atau diskusi dengan kelompok orang tua. Yang perlu

diperhatikan di sini adalah komunikasi seharusnya berjalan dua arah dengan informasi

yang mengalir dari kedua arah.

- Melibatkan orang tua dalam aktivitas sekolah mampu menjalin hubungan baik antara

sekolah dengan keluarga siswa. Hal ini juga membantu untuk tumbuh kembang anak

dalam belajar. Beberapa cara untuk melibatkan orang tua, seperti: mengundang orang

tua dalam kegiatan sekolah, memohon bantuan untuk penyumbangan dana, atau yang

lainnya.

- Mendorong orang tua yang enggan. Meskipun sudah berusaha maksimal untuk

mendorong orang tua agar ikut berpartisipasi dalam kegiatan sekolah, mungkin ada

beberapa alasan yang menyebabkan mereka tidak dapat menghadiri

undangan-undangan tersebut. Oleh karena itu, sebelum memutuskan bahwa orang tua ini tidak

peduli dengan pendidikan anak mereka, akan lebih baik jika diidentifikasi terlebih

dahulu penyebab ketidakhadirannya. Beberapa saran yang dapat lakukan oleh guru

untuk mendorong orang tua yang enggan dalam kegiatan sekolah untuk lebih terlibat,

antara lian: berusaha keras untuk mendapatkan kepercayaan orang tua, mendorong

orang tua untuk terus terang mengenai pertanyaan atau kekhawatiran mereka,

mengundang beberapa anggota lain yang penting, meminta orang tua untuk membagi

bakat mereka, memberikan saran dan masukan, dan lain-lain.

- Membahas perilaku bermasalah dengan orang tua memang sangat diperlukan, tetapi

yang perlu diperhatikan dalam mengomunikasikan permasalahan anak kepada orang

tua adalah bagaimana cara guru mengomunikasikannya. Komunikasikanlah

permasalahan anak dengan sikap saling percaya, saling peduli, saling menghormati,

dan tidak saling menyalahkan sehingga tidak akan memunculkan rasa bersalah atau

(14)

- Mempertimbangkan perbedaan kelompok ketika bekerja dengan orang tua. Sama

seperti siswa dalam lingkungan sekolah, guru juga harus mempertimbangkan latar

belakang budaya orang tua ketika mengkomunikasikan masalah anaknya. Terkadang

perilaku bermasalah dalam satu budaya berbeda dengan perilaku bermasalah dengan

(15)

III. KESIMPULAN

Untuk menciptakan lingkungan belajar yang produktif, maka guru harus melakukan

beberapa hal dibawah ini:

- Mengatur kelas, Membangun dan Mempertahankan Hubungan Guru-Siswa yang

Produktif, menciptakan Iklim Psikologis yang Efektif yakni berupa rasa aman dan

nyaman, menciptakan batasan, dan merencanakan Aktivitas yang Membuat Siswa

Fokus pada Tugas.

- Menyikapi periaku yang tidak sesuai, yaitu dengan mengabaikan perilaku, memberi

isyarat kepada siswa, membahas masalah secara pribadi dengan siswa, berunding

dengan orang tua, mengajarkan strategi self-regulation, dan melakukan intervensi

sistematik yang telah direncanakan sebelumnya.

- Mempertimbangkan keberagaman Siswa, dengan cara menciptakan iklim yang

mendukung, mendefinisikan dan merespon perilaku yang tidak sesuai dan

mengakomodasi siswa-siswa yang berkebutuhan khusus.

- Mengkoordinasikan usaha dengan orang lain, seperti bekerja dengan para guru lain, dan bekerja dengan komunitas yang lebih luas.

IV. DAFTAR RUJUKAN

Ormrod, Jeanne Ellis.2008.Psikologi Pendidikan : Membantu Siswa Tumbuh dan

Referensi

Dokumen terkait

Pada ketika itu, Kandungan Kurikulum Standard Sekolah Menengah (KSSM) telah dijajarkan bagi tujuan kegunaan pengajaran dan pembelajaran bagi memenuhi keperluan pembelajaran

Pengujian hipotesis minor 2 (H0 2 ) yaitu pengujian kelas eksperimen 2 dengan kelas control, nilai F yang diperoleh dari perhitungan (F-hitung = 6.48) lebih

pencurian yang dilakukan anak dibawah umur menurut hukum pidana Positif dan. hukum

Berdasarkan kebutuhan itu, 1 massa dapat diterapkan dalam desain, namun karena kendala lahan terhadap lahan gambut, massa diris dan dibagi bagi menjadi 4 unit massa

Kita dapat memperkirakan bahwa pada saat itu, Nazaret telah sedemikian rupa diabaikan sehingga tidak ada hal baik yang dapat diharapkan muncul dari mereka yang tinggal di

Sehingga dapat disimpulkan bahwa variasi campuran bubuk keramik lantai sebesar 5 % merupakan variasi campuran optimum dati pengaruh penggantian sebagian semen dengan

inderanya ,Anak mulaimeniru perilaku keagamaan secara sederhana danmulai mengekspre-sikan rasa sayang dan cinta kasih,Anak mampu meniru secara terbatas perilaku

Di madrasah tsanawiyah negeri yang ada di Kota Bengkulu, masih ada yang belum mendapatkan buku pedoman pelaksanaan kurikulum 2013 untuk mata pelajaran bahasa Arab