• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT PENGETAHUAN GURU DAN ORANG TUA T (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINGKAT PENGETAHUAN GURU DAN ORANG TUA T (1)"

Copied!
56
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT PENGETAHUAN GURU DAN ORANG TUA TERHADAP KEKERASAN ANAK DI SEKOLAH

(Studi Pada Sekolah Dasar di Kelurahan Dinoyo) Disusun dalam Rangka Mengikuti Kegiatan Penelitian Kuantitatif

Research Study Club

Disusun Oleh :

Kelompok 14 – Klungklung

Mohammad Khoirur Roziqin 155030200111089

Putri Fiona Sari 155030701111004

Irfanudin 155030100111088

FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS BRAWIJAYA

(2)

LEMBAR PENGESAHAN PENELITIAN DIKLAT RSC 2015

1. Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Guru dan Orang Tua Terhadap Kekerasan Anak

2. Nama Kelompok : Kelompok 14 - Klungkung

3. Ketua Kelompok :

a. Nama Lengkap : Mohammad Khoirur Roziqin

b. NIM : 155030200111089

c. Jurusan : Ilmu Administrasi Bisnis d. Alamat : Jl. Kedawung Malang e. No. Telp/Fax/HP :

4. Anggota Kelompok Peneliti

1) Putri Fiona Sari / 155030701111004 2) Irfanudin / 155030100111088

Malang, 21 November 2015

Ketua RSC Ketua Kelompok

Wahyu Satrio Aulia Mohammad Khoirur Roziqin

(3)

RINGKASAN

Tingkat Pengetahuan Guru dan Orang Tua Terhadap Kekerasan Anak di Sekolah

(Studi Pada Sekolah Dasar di Kelurahan Dinoyo)

Oleh: Mohammad Khoirur Roziqin, Irfanudin, dan Putri Fiona Sari.

Secara umum kekerasan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh individu terhadap individu lain yang dapat mengakibatkan gangguan fisik maupun mental. Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak (Rahmayanti, 2004). Yang dimaksud anak disini adalah individu yang usianya belum mencapai 18 tahun. Dengan demikian, kekerasan terhadap anak merupakan peristiwa perlakuan fisik, mental atau seksual terhadap anak yang belum mencapai usia 18 tahun yang pada umumnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak.

Rumusan masalah dari penelitian ini yaitu bagaimana tingkat pengetahuan guru dan orang tua terhadap kekerasan anak sekolah dasar di lingkungan sekolah di Kelurahan Dinoyo?. Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan dengan jelas bagaimana tingkat pengetahuan guru dan orang tua terhadap kekerasan anak di sekolah (studi pada sekolah dasar di kelurahan dinoyo).

(4)

(X2), contoh kekerasan anak (X3), peraturan tentang kekerasan anak (X4), ciri-ciri anak yang mengalami kekerasan (X5), perbedaan kekerasan anak dengan mendidik keras (X6), hubungan keharmonisan keluarga dengan kekerasan anak (X7), faktor penyebab kekerasan anak (X8).

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik serta saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan laporan penelitian ini dan demi perbaikan hasil penelitian nantinya.

Penelitian ini berjudul “Tingkat Pengetahuan Guru dan Orang Tua Terhadap

Kekerasan Anak di Sekolah (Studi Pada Sekolah Dasar di Kelurahan Dinoyo)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru dan orang tua terhadap kekerasan anak di sekolah di kelurahan Dinoyo.

Sejak awal sampai dengan akhir penelitian ini, tidak sedikit bantuan yang kami terimadan karenanya dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Aziz Arif Anggara sebagai kakak pendamping yang telah memberikan banyak bantuan, saran, masukan, dukungan dan semangat kepada penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini.

2. Rekan-rekan kelompok 14 - Klungkung yang telah merelakan waktunya untuk berjuang bersama, membantu menyelesaikan laporan penelitian ini.

3. Rekan-rekan Research Study Club (RSC) FIA UB yang telah memberikan motivasi dan semangat bagi kami untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. 4. Pihak-pihak yang membantu dalam setiap proses penelitian ini.

Malang, 20 November 2015

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

RINGKASAN ... iii

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 2

C. Tujuan penelitian ... 3

D. Manfaat penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu ... 4

B. Teori Pengetahuan ... 8

C. Teori Kekerasan ... 11

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 19

B. Lokasi Penelitian ... 19

C. Definisi Operasional Variabel ... 20

D. Teknik Pengumpulan Data ... 21

E. Populasi dan Sampel ... 22

F. Teknik Analisis ... 24

(7)

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 25

B. Gambaran Umum Responden ... 26

C. Penyajian Data ... 28

D. Analisis dan Interpretasi ... 34

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 40

B. Saran ... 40

DAFTAR PUSTAKA ... 42

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Penelitian Terdahulu ... 4

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel ... 20

Tabel 3. Skor dan Hasil ... 34

(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Lokasi Penelitian ... 25

Gambar 2. Distribusi Jenis Kelamin ... 26

Gambar 3. Distribusi Usia ... 27

Gambar 4. Mengetahui bentuk-bentuk kekerasan ... 28

Gambar 5. Mengetahui adanya peraturan yang mengatur tentang kekerasan Anak ... 29

Gambar 6. Mampu menyebutkan contoh kekerasan anak ... 29

Gambar 7. Mampu menjelaskan peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak ... 30

Gambar 8. Mampu menjelaskan ciri-ciri anak yang mengalami tindakan kekerasan anak ... 31

Gambar 9. Mampu membedakan antara tindakan kekerasan anak dengan cara mendidik yang keras ... 32

Gambar 10. Mampu menjelaskan hubungan keharmonisan keluarga dengan Kekerasan anak ... 33

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan penelitian ini tepat pada waktunya. Kami menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik serta saran yang membangun dari semua pihak sangat diharapkan demi perbaikan laporan penelitian ini dan demi perbaikan hasil penelitian nantinya.

Penelitian ini berjudul “Tingkat Pengetahuan Guru dan Orang Tua Terhadap

Kekerasan Anak di Sekolah (Studi Pada Sekolah Dasar di Kelurahan Dinoyo)”.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru dan orang tua terhadap kekerasan anak di sekolah di kelurahan Dinoyo.

Sejak awal sampai dengan akhir penelitian ini, tidak sedikit bantuan yang kami terimadan karenanya dalam kesempatan ini kami ingin menyampaikan terima kasih kepada:

1. Aziz Arif Anggara sebagai kakak pendamping yang telah memberikan banyak bantuan, saran, masukan, dukungan dan semangat kepada penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini.

2. Rekan-rekan kelompok Klungkung yang telah merelakan waktunya untuk berjuang bersama membantu menyelesaikan laporan penelitian ini.

3. Rekan-rekan Research Study Club (RSC) FIA UB yang telah memberikan motivasi dan semangat bagi kami untuk menyelesaikan laporan penelitian ini. 4. Pihak-pihak yang membantu dalam setiap proses penelitian ini.

Malang, 20 November 2015

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Anak merupakan makhluk yang membutuhkan perhatian, kasih sayang dan tempat bagi perkembangannya. Selain itu, anak juga merupakan pribadi yang masih bersih dan peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungannya. Namun saat ini, masih banyak sekali kekerasan yang dilakukan terhadap anak di lingkungan keluarga maupun di lingkungan sekolah.

Secara umum kekerasan dapat didefinisikan sebagai suatu tindakan yang dilakukan oleh individu terhadap individu lain yang dapat mengakibatkan gangguan fisik maupun mental. Kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak (Rahmayanti, 2004). Anak disini adalah individu yang usianya belum mencapai 18 tahun. Dengan demikian, kekerasan terhadap anak merupakan peristiwa perlakuan fisik, mental atau seksual terhadap anak yang belum mencapai usia 18 tahun yang pada umumnya dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai tanggung jawab terhadap kesejahteraan anak yang mana itu semua diindikasikan dengan kerugian dan ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan anak.

Pemerintah mengecam terhadap segala tindakan kekerasan terhadap anak. Hukuman berat akan diberikan kepada siapapun pelaku kekerasan anak. Seperti bunyi pasal 80 UU Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan anak.

(13)

dimaksud dalam ayat (2) mati, maka pelaku dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah). (4) Pidana ditambah sepertiga dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), ayat (2), dan ayat (3) apabila yang melakukan penganiayaan tersebut orang tuanya.

Saat ini banyak terjadi kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah dasar. Beberapa korban kekerasan pun beberapa ada yang sampai mengalami gangguan fisik, gangguan mental, bahkan ada juga yang sampai berujung kematian. Baru-baru ini telah terjadi kekerasan anak di SDN 07 Kebayoran Lama Utara hingga menewaskan salah satu siswa kelas 2 (tribunnews.com, 2015). Kejadian ini membuat para orang tua khawatir akan terjadi pula terhadap anaknya yang sedang belajar di sekolah dasar.

Dinoyo adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Lowokwaru, Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Kelurahan ini merupakan salah satu kelurahan terpadat di kecamatan Lowokwaru. Di kelurahan Dinoyo terdapat 6 sekolah dasar, antara lain: SDN Dinoyo 1, SDN Dinoyo 2, SDN Dinoyo 3, SDN Dinoyo 4, SDI Wahid Hasyim, dan SD Aisyiah. SDN Dinoyo 1 merupakan yang memiliki jumlah guru terbanyak dibanding sekolah dasar yang lain dengan jumlah 12 orang guru. (Sumber: Malang dalam angka 2007). Dengan padatnya kelurahan Dinoyo menjadikan kelurahan ini sangat rawan sekali terjadi kekerasan anak.

Dari beberapa uraian masalah kekerasan anak di atas, maka penulis menarik

sebuah judul “Tingkat Pengetahuan Guru dan Orang Tua Terhadap Kekerasan Anak

Sekolah Dasar di Lingkungan Sekolah di Kelurahan Dinoyo”. Adapun fokus penelitian ini pada lingkungan Sekolah.

1.2.Rumusan Masalah

(14)

1.3.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas tujuan penelitian adalah Untuk mengetahui tingkat antisipasi guru dan orang tua terhadap kekerasan anak sekolah dasar di lingkungan sekolah di Kelurahan Dinoyo.

1.4.Manfaat Penelitian 2. Bagi Pemerintah

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah.

3. Bagi Masyarakat

(15)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Penelitian Terdahulu

Tabel 1. Penelitian Terdahulu

No Peneliti Judul Penelitian Hasil penelitian

1 Aristina Halawa Hubungan Pengetahuan penelitian yang telah dilakukan bahwa tingkat pengetahuan keluarga tentang perilaku kekerasan sebagian besar adalah baik yaitu sebanyak 11 responden (55%) .

(16)

tentang perilaku kekerasan pada anak dengan tindakan perilaku kekerasan pada anak, dimana dari keseluruhan responden dengan tingkat pengetahuan baik, cukup ataupun kurang tidak ada yang melakukan tindakan perilaku kekerasan pada anak. tindakan bulliying tidak terjadi.

(17)

Bagi anak, diharapkan tidak melakukan tindakan bulliying serta mampu menciptakan suasana aman dan nyaman di lingkungan seacara detail mengenai school bulliying. Guru sekedar mengetahui apa yang dimaksud dengan kekerasan atau kenakalan secara umum. Guru berpendapat perilaku kenakalan atau kekerasan yang terjadi masih dalam tahap kewajaran. Namun pada kenyataannya, di SDN Grindang terlah terjadi school bulliying. 2. Prilaku yang ditunjukkan

(18)

sama pada korban secara berkala. Perilaku yang ditunjukkan penonton adalah diam, membela korban atau membela pelaku

(19)

2.2.Teori Tingkat Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga, dan sebagainya). Dengan sendirinya, pada waktu penginderaan sampai menghasilkan pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indera pendengaran (telinga), dan indera penglihatan (mata) (Notoatmodjo, 2005:50).

Pengetahuan itu sendiri dipengaruhi oleh faktor pendidikan formal. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan, dimana diharapkan bahwa dengan pendidikan yang tinggi maka orang tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya. Akan tetapi perlu ditekankan, bukan berarti seseorang yang berpendidikan rendah mutlak berpengetahuan rendah pula. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek mengandung dua aspek, yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek ini yang akan menentukan sikap seseorang semakin banyak aspek positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap makin positif terhadap objek tertentu (Dewi & Wawan, 2010;12).

2. Proses Perilaku “TAHU”

Menurut Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoatmodjo (2003), perilaku adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia baik yang dapat diamati langsung dari maupun tidak dapat diamati oleh pihak luar (Dewi & Wawan, 2010, p.15). Sedangkan sebelum mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

a. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).

(20)

c. Evaluation (menimbang-nimbang) individu akan mempertimbangkan baik buruknya tindakan terhadap stimulus tersebut bagi dirinya, hal ini berarti sikap responden sudah baik lagi.

d. Trial, dimana individu mulai mencoba perilaku baru.

e. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.

Pada penelitian selanjutnya Rogers (1974) yang dikutip oleh Notoadmojo (2003), menyimpulkan bahwa pengadopsian perilaku yang melalui proses seperti diatas dan didasari oleh pengetahuan, kesadaran yang positif, maka perilaku tersebut akan berlangsung langgeng (ling lasting). Namun sebaliknya jika perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran, maka perilaku tersebut bersifat sementara atau tidak akan berlangsung lama. Perilaku manusia dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu aspek fisik, psikis dan sosial yang secara terinci merupakan refleksi dari berbagai gejolak kejiwaan seperti pengetahuan, motivasi, persepsi, sikap dan sebagainya yang ditentukan dan dipengaruhi oleh faktor pengalaman, keyakinan, sarana fisik, dan sosial budaya.

3. Tingkat Pengetahuan

Pengetahuan yang dicakup di dalam domain kognitif menurut Notoatmodjo, 2003 dalam Wawan & Dewi,2010,p,12-14 mempunyai 6 tingkatan :

a. Tahu (Know)

(21)

b. Memahami (Comprehention)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

(22)

2.3.Pengertian Kekerasan

Kekerasan berarti penganiayaan, penyiksaan, atau perlakuan salah. Menurut WHO (dalam Bagong. S, dkk, 2000), kekerasan adalah penggunaan kekuatan fisik dan kekuasaan, ancaman atau tindakan terhadap diri sendiri, perorangan atau sekelompok orang atau masyarakat yang mengakibatkan atau kemungkinan besar mengakibatkan memar/trauma, kematian, kerugian psikologis, kelainan perkembangan atau perampasan hak.

Awal mulanya istilah tindak kekerasan pada anak atau child abuse dan neglect dikenal dari dunia kedokteran. Sekitar tahun 1946, Caffey-seorang radiologist melaporkan kasus cedera yang berupa gejala-gejala klinik seperti patah tulang panjang yang majemuk (multiplefractures) pada anak-anak atau bayi disertai pendarahan subdural tanpa mengetahui sebabnya(unrecognized trauma). Dalam dunia kedokteran, istilah ini dikenal dengan istilah CaffeySyndrome (Ranuh, 1999).

Barker (dalam Huraerah, 2007) mendefinisikan child abuse merupakan tindakan melukai berulang-ulang secara fisik dan emosional terhadap anak yang ketergantungan, melalui desakan hasrat, hukuman badan yang tak terkendali, degradasi dan cemoohan permanen atau kekerasan seksual. Kekerasan seksual merupakan bentuk kontak seksual atau bentuk lain yang tidak diinginkan secara seksual. Kekerasan seksual biasanya disertai dengan tekanan psikologis atau fisik

(O’Barnett et al., dalam Matlin, 2008). Perkosaan merupakan jenis kekerasan seksual

yang spesifik. Perkosaan dapat didefiniskan sebagai penetrasi seksual tanpa izin atau dengan paksaan, disertai oleh kekerasan fisik (Tobach,dkk dalam Matlin, 2008).

1. Bentuk-bentuk Kekerasan terhadap Anak

Terry E. Lawson (dalam Huraerah, 2007), psikiater internasional yang merumuskan definisi tentang child abuse, menyebut ada empat macam abuse, yaitu emotional abuse,verbal abuse, physical abuse, dan sexual abuse).

a. Kekerasan secara Fisik (physical abuse)

(23)

akandiingat anak itu jika kekerasan fisik itu berlangsung dalam periode tertentu. Kekerasan yang dilakukan seseorang berupa melukai bagian tubuh anak.

b. Kekerasan Emosional (emotional abuse)

Emotional abuse terjadi ketika orang tua/pengasuh dan pelindung anak setelah mengetahui anaknya meminta perhatian, mengabaikan anak itu. Ia membiarkan anak basah atau lapar karena ibu terlalu sibuk atau tidak ingin diganggu pada waktu itu. Ia boleh jadi mengabaikan kebutuhan anak untuk dipeluk atau dilindungi. Anak akan mengingat semua kekerasan emosional jika kekerasan emosional itu berlangsung konsisten. Orang tua yang secara emosional berlaku keji pada anaknya akan terusmenerus melakukan hal sama sepanjang kehidupan anak itu.

c. Kekerasan secara Verbal (verbal abuse)

Biasanya berupa perilaku verbal dimana pelaku melakukan pola komunikasi yang berisi penghinaan, ataupun kata-kata yang melecehkan anak. Pelaku biasanya melakukan tindakan mental abuse, menyalahkan, melabeli, atau juga mengkambinghitamkan.

d. Kekerasan Seksual (sexual abuse)

Sexual abuse meliputi pemaksaan hubungan seksual yang dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut (seperti istri, anak dan pekerja rumah tangga). Selanjutnya dijelaskan bahwa sexual abuse adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan seksual,pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan atau tidak disukai, pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersil dan atau tujuan tertentu. Kekerasan seksual (sexual abuse) merupakan jenis penganiayaan yang biasanya dibagi dalam kategori berdasar identitas pelaku (Tower, 2002), terdiri dari:

1. Familial Abuse

(24)

orang tua, misalnya ayah tiri, atau kekasih, termasuk dalam pengertian incest.

Mayer (dalam Tower, 2002) menyebutkan kategori incest dalam keluarga dan mengaitkan dengan kekerasan pada anak. Kategori pertama, sexual molestation (penganiayaan). Hal ini meliputi interaksi noncoitus, petting, fondling, exhibitionism, danvoyeurism, semua hal yang berkaitan untuk menstimulasi pelaku secara seksual. Kategori kedua, sexual assault (perkosaan), berupa oral atau hubungan dengan alat kelamin, masturbasi, fellatio (stimulasi oral pada penis), dan cunnilingus (stimulasi oral pada klitoris). Kategori terakhir yang paling fatal disebut forcible rape (perkosaan secara paksa), meliputi kontak seksual. Rasa takut, kekerasan, dan ancaman menjadi sulit bagi korban. Mayer mengatakan bahwa paling banyak ada dua kategori terakhir yang menimbulkan trauma terberat bagi anak-anak, namun korban-korban sebelumnya tidak mengatakan demikian. Mayer berpendapat derajat trauma tergantung pada tipe dari kekerasan seksual, korban dan survivor mengalami hal yang sangat berbeda. Survivor yang mengalami perkosaan mungkin mengalami hal yang berbeda dibanding korban yang diperkosa secara paksa.

2. Extrafamilial Abuse

Extrafamilial Abuse, dilakukan oleh orang lain di luar keluarga korban, dan hanya 40% yang melaporkan peristiwa kekerasan. Kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa disebut pedophile, yang menjadi korban utamanya adalah anak-anak. Pedophiliadiartikan

”menyukai anak-anak” (deYong dalam Tower, 2002). Pedetrasy merupakan hubungan seksual antara pria dewasa dengan anak laki-laki (Struve & Rush dalam Tower, 2002).

(25)

mencoba perilaku untuk mengukur kenyamanan korban. Jika korban menuruti, kekerasan akan berlanjut dan intensif, berupa:

a. Nudity (dilakukan oleh orang dewasa).

b. Disrobing (orang dewasa membuka pakaian di depan anak). c. Genital exposure (dilakukan oleh orang dewasa).

d. Observation of the child (saat mandi, telanjang, dan saat membuang air).

e. Mencium anak yang memakai pakaian dalam.

f. Fondling (meraba-raba dada korban, alat genital, paha, dan bokong). g. Masturbasi

h. Fellatio (stimulasi pada penis, korban atau pelaku sendiri).

i. Cunnilingus (stimulasi pada vulva atau area vagina, pada korban atau pelaku).

j. Digital penetration (pada anus atau rectum). k. Penile penetration (pada vagina).

l. Digital penetration (pada vagina).

m.Penile penetration (pada anus atau rectum).

n. Dry intercourse (mengelus-elus penis pelaku atau area genital lainnya, paha, atau bokong korban) (Sgroi dalam Tower, 2002).

Menurut Suharto (1997) mengelompokkan kekerasan pada anak menjadi: a. Kekerasan Anak Secara Fisik

(26)

Terjadinya kekerasan terhadap anak secara fisik umumnya dipicu oleh tingkah laku anak yang tidak disukai orangtuanya, seperti anak nakal atau rewel, menangis terus, minta jajan, buang air atau muntah di sembarang tempat, memecahkn barang berharga.

b. Kekerasan Anak Secara Psikis

Kekerasan secara psikis meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar, dan film pornografi pada anak. Anak yang mendapatkan perlakuan ini umumnya menunjukkan gejala perilaku maladaptif, seperti menarik diri, pemalu, menangis jika didekati, takut ke luar rumah dan takut bertemu dengan orang lain.

c. Kekerasan Anak Secara Seksual

Kekerasan secara seksual dapat berupa perlakuan prakontak seksual antara anak dengan orang yang lebih besar (melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibisionism), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa (incest, perkosaan, eksploitasi seksual). d. Kekerasan Anak Secara Sosial

Kekerasan secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orangtua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh-kembang anak. Misalnya anak dikucilkan, diasingkan dari keluarga, atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak.

(27)

2. Faktor-fakor Penyebab Kekerasan terhadap Anak

Gelles Richard.J (1982) mengemukakan bahwa kekerasan terhadap anak (child abuse) terjadi akibat kombinasi dari berbagai faktor, yaitu:

a. Pewarisan Kekerasan Antar Generasi (intergenerational transmission of violance)

Banyak anak belajar perilaku kekerasan dari orangtuanya dan ketika tumbuh menjadi dewasa mereka melakuakan tindakan kekerasan kepada anaknya. Dengan demikian, perilaku kekerasan diwarisi (transmitted) dari generasi ke generasi. Studi-studi menunjukkan bahwa lebih kurang 30% anak-anak yang diperlakukan dengan kekerasan menjadi orangtua yang bertindak keras kepada anak-anaknya. Sementara itu, hanya 2 sampai 3 persen dari semua individu menjadi orangtua yang memperlakukan kekerasan kepada anak-anaknya.

Anak-anak yang mengalami perlakuan salah dan kekerasanmungkin menerima perilaku ini sebagai model perilaku mereka sendiri sebagai orangtua. Tetapi, sebagian besar anak-anak yang diperlakukan dengan kekerasan tidak menjadi orang dewasa yang memperlakukan kekerasan kepada anak-anaknya. b. Stres Sosial (social stress)

Stres yang ditimbulkan oleh berbagai kondisi sosial meningkatkan risiko kekerasan terhadap anak dalam keluarga. Kondisi-kondisi sosial ini mencakup: pengangguran(unemployment), penyakit (illness), kondisi perumahan buruk (poor housing conditions), ukuran keluarga besar dari rata-rata (a larger than average family size), kelahiran bayi baru (the presence of a new baby), orang cacat (disabled person) di rumah, dan kematian(the death) seorang anggota keluarga. Sebagian besar kasus dilaporkan tentang tindakan kekerasan terhadap anak berasal dari keluarga yang hidup dalam kemiskinan.

(28)

c. Isolasi Sosial dan Keterlibatan Masyarakat Bawah

Orangtua dan pengganti orangtua yang melakukan tindakan kekerasan terhadap anak cenderung terisolasi secara sosial. Sedikit sekali orangtua yang bertindak keras ikut serta dalam suatu organisasi masyarakat dan kebanyakan mempunyai hubungan yang sedikit dengan teman atau kerabat.

d. Struktur Keluarga

Tipe-tipe keluarga tertentu memiliki risiko yang meningkat untuk melakukan tindakan kekerasan dan pengabaian kepada anak. Misalnya, orangtua tunggal lebih memungkinkan melakukan tindakan kekerasan terhadap anak dibandingkan dengan orangtua utuh. Selain itu, keluarga-keluarga di mana baik suami atau istri mendominasi di dalam membuat keputusan penting, seperti: di mana bertempat tinggal, pekerjaan apa yang mau diambil, bilamana mempunyai anak, dan beberapa keputusan lainnya, mempunyai tingkatkekerasan terhadap anak yang lebih tinggi dibandingkan dengan keluarga-keluarga yang suami-istri sama-sama bertanggung jawab atas keputusan-keputusan tersebut.

3. Efek Kekerasan Seksual

Kebanyakan korban perkosaan merasakan kriteria psychological disorder yang disebut post-traumatic stress disorder (PTSD), simtom-simtomnya berupa ketakutan yang intens terjadi, kecemasan yang tinggi, emosi yang kaku setelah peristiwa traumatis. Beitch-man et al (dalam Tower, 2002), korban yang mengalami kekerasan membutuhkan waktu satu hingga tiga tahun untuk terbuka pada orang lain. Finkelhor dan Browne (dalam Tower, 2002) menggagas empat jenis dari efek trauma akibat kekerasan seksual, yaitu:

1. Betrayal (penghianatan)

(29)

2. Traumatic sexualization (trauma secara seksual)

Russel (dalam Tower, 2002) menemukan bahwa perempuan yang mengalami kekerasan seksual cenderung menolak hubungan seksual, dan sebagai konsekuensinya menjadi korban kekerasan seksual dalam rumah tangga. Finkelhor (dalam Tower, 2002) mencatat bahwa korban lebih memilih pasangan sesama jenis karena menganggap laki-laki tidak dapat dipercaya. 3. Powerlessness (merasa tidak berdaya)

Rasa takut menembus kehidupan korban. Mimpi buruk, fobia, dan kecemasan dialami oleh korban disertai dengan rasa sakit. Perasaan tidak berdaya mengakibatkan individu merasa lemah. Korban merasa dirinya tidak mampu dan kurang efektif dalam bekerja. Beberapa korban juga merasa sakit pada tubuhnya. Sebaliknya, pada korbanlain memiliki intensitas dan dorongan yang berlebihan dalam dirinya (Finkelhor dan Browne, Briere dalam Tower, 2002).

4. Stigmatization

(30)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1.Jenis Penelitian

Berdasarkan pendekatannya penelitian ini termasuk jenis penelitian kuantitatif. Sugiyono (2008:13) menjelaskan metode kuantitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pegambilan sampel pada umumnya di lakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah di tetapkan.

Menurut Sugiyono (2012:147) menyatakan bahwa “Metode Analisis Deskriptif adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa Penelitian ini ditujukan untuk menggambarkan dengan jelas bagaimana tingkat pengetahuan guru dan orang tua terhadap kekerasan anakdi sekolah (studi pada sekolah dasar di kelurahan dinoyo).

3.2.Lokasi Penelitian

(31)

3.3. Definisi Operasional

Tabel 2. Definisi Operasional Variabel

Teori Konsep Variabel Indikator Item

(32)

keras Skala pengukuran ini menggunakan Skala Guttman. Menurut Siregar (2013:55) Skala Guttman adalah skala yang digunakan untuk jawaban yang bersifat tegas (jelas) dan konsisten. Alternatif jawaban pada jenis skala ini hanya terdiri dari dua alternatif.

Dengan skala Guttman maka variabel yang akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut dijabarkan sebagai titik tolak untuk menyusun item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan. Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala Guttmen mempunyai gradasi antara lain :

a. Ya = 2 b. Tidak = 1 3.4.Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data a. Data Primer

Data primer merupakan data yang dikumpulkan dan diolah sendiri oleh peneliti yang berasal langsung dari objek penelitian. Data primer dalam penelitian ini diperoleh melalui penyebaran kuesioner kepada sumber data primer yang telah ditentukan yaitu guru dan orang tua siswa SD di Kelurahan Dinoyo.

(33)

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain yang digunakan untuk mendukung data primer. Data sekunder dalam penelitian ini berupa data yang diperoleh dari artikel, hasil penelitian, serta data internet sbagai landasan penelitian.

2. Metode Pengumpulan Data

Menurut (Sugiyono 2011:37) bahwa pengumpulan data dapat melalui wawancara, kuesioner, dan observasi. Namun dalam penelitian ini menggunakan teknik kuesioner dan observasi. Adapun penjelasannya sebagai berikut:

1. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawab (Sugiyono 2011:142). Kuesoner dapat berupa pertanyaan tertutup dam pertanyaan terbuka.

Instrument penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data atau informasi yang bermanfaat untuk menjawab permasalahan penelitian. Instrument yang digunakan dalam penelitian yaitu:

1. Kuesioner yaitu berupa daftar pertanyaan secara tertulis yang disusun secara terstruktual kepada responden untuk diisi berkenaan dengan informasi yang diinginkan, yang nantinya digunakan sebagai data yang akan diolah.

2. Alat tulis, catatan dan dokumentasi dipergunakan oleh peneliti dalam melakukan pencatatan data saat melakukan penelitian.

3.5.Populasi dan Sampel 1. Populasi

(34)

karakteristik sifat yang dimiliki oleh obyek atau subyek ini (Sugiyono, 2008:80). Berdasarkan pemaparan di atas maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru SD dan orang tua siswa SD yang ada di Kelurahan Dinoyo.

2. Sampel dan Teknik Sampling

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut bila populasi besar dan penelitian tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu, Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang dapat diambil dari populasi harus benar-benar representif.

Pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nonprabability sampling dengan metode sampling purposive. Nonprobability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama pada setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2011:84). Sedangkan purposive sampling atau judgemental sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu oleh peneliti. Dalam metode ini peneliti menentukan atau menetapkan criteria atau pertimbangan-pertimbangan tertentu berdasarkan tujuan penelitian. Dalam penelitian ini, kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel adalah guru SD dan orang tua siswa SD yang ada di Kelurahan Dinoyo. Jumlah guru yang menjadi sampel dalam penelitian ini sebanyak 40 orang.

N = 5 x jumlah item = 5 x 8

(35)

3.5.Teknik Analisis

Analisis Statistik Deskriptif

(36)

BAB IV PEMBAHASAN

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Gambar 1. Lokasi Penelitian

Sumber:https://www.google.co.id/maps/place/Dinoyo,+ Kec.+ Lowokwaru,+ Kota+ Malang,+ J

awa+ Timur/@-7.9437514,112.59095,14z/data= !4m2!3m1!1s0x2e788272988e28b5:0x88657

a8f7db91208

(37)

air laut. Kota Malang diapit oleh beberapa deretan pegunungan, barisan gunung Kawi dan Panderman, gunung Arjuno dan gunung Semeru.

Dinoyo adalah sebuah kelurahan di wilayah Kecamatan Lowokwaru , Kota Malang, Provinsi Jawa Timur. Kelurahan ini merupakan salah satu kelurahan terpadat di kecamatan Lowokwaru. Di kelurahan Dinoyo terdapat 6 sekolah dasar, antara lain: SDN Dinoyo 1, SDN Dinoyo 2, SDN Dinoyo 3, SDN Dinoyo 4, SDI Wahid Hasyim, dan SD Aisyiah. SDN Dinoyo 1 merupakan yang memiliki jumlah guru terbanyak dibanding sekolah dasar yang lain dengan jumlah 12 orang guru. (Sumber: Malang dalam angka 2007).

4.2.Gambaran Umum Responden 1. Distribusi Jenis Kelamin

Gambar 1. Distribusi Jenis Kelamin Sumber: Olahan Peneliti 2015

Gambar 2. Distribusi Jenis Kelamin Sumber: Olahan Peneliti 2015

Berdasarkan data yang terdapat pada diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden, sebanyak 29 responden atau sebesar 72,5% adalah berjenis kelamin perempuan. Sementara sisanya berjumlah 11 responden atau sebesar 27,5% adalah berjenis kelamin laki-laki.

27,5%

72,5%

DISTRIBUSI JENIS KELAMIN

(38)

2. Distribusi Usia

Gambar 3. Distribusi Usia Sumber: Olahan Peneliti 2015

Berdasarkan data yang terdapat pada diagram diatas dapat diketahui bahwa dari 40 responden, responden terdiri dari usia 20-29 tahun, 30-39 tahun, 40-49 tahun, 50-59 tahun dan 60-69 tahun. 15% responden berusia 20-29 tahun, 32% responden berusia 30-39 tahun, 23% berusia 40-49 tahun, 25% berusia 50-59 tahun, dan 5% berusia 60-69 tahun. Kemudian responden berusia 20-29 tahun sebanyak 6 orang, responden berusia 30-39 tahun sebanyak 13 orang, responden berusia 40-49 tahun sebanyak 9 orang, responden berusia 50-59 tahun sebanyak 10 responden, dan responden beusia 60-69 tahun sebanyak 2 orang.

15%

33%

23% 25%

5%

DISTRIBUSI USIA

(39)

4.3.Penyajian Data

1. Mengetahui bentuk-bentuk kekerasan anak

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden dapat diperoleh data tentang item mengetahui bentuk-bentuk kekerasan anak, bahwa dari 40 responden terdapat sebanyak 7 responden atau sebesar 17,5% menjawab tidak, 33 responden atau sebesar 82,5% menjawab ya.

Gambar 4. Mengetahui Bentuk-Bentuk Kekerasan Anak Sumber: Olahan Peneliti 2015

2. Mengetahui adanya peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden dapat diperoleh data tentang item mengetahui adanya peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak, bahwa dari 40 responden terdapat sebanyak 11 responden atau sebesar 27,5% menjawab tidak, 29 responden atau sebesar 72,5% menjawab ya.

82,5% 17,5%

MENGETAHUI BENTUK-BENTUK KEKERASAN

(40)

92,5% 7,5%

MAMPU MENYEBUTKAN CONTOH KEKERASAN

ANAK

YA TIDAk

Gambar 5. Mengetahui Adanya Peraturan Tentang Kekerasan Anak Sumber: Olahan Peneliti 2015

3. Mampu menyebutkan contoh dari kekerasan anak

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden dapat diperoleh data tentang item mampu menyebutkan contoh dari kekerasan anak, bahwa dari 40 responden terdapat sebanyak 3 responden atau sebesar 7,5% menjawab tidak, 37 responden atau sebesar 92,5% menjawab ya.

Gambar 6. Mampu Menyebutkan Contoh Kekerasan Anak Sumber: Olahan Peneliti 2015

72,5% 27,5%

MENGETAHUI ADANYA PERATURAN

TENTANG KEKERASAN ANAK

(41)

4. Mampu menjelaskan peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden dapat diperoleh data tentang item mampu menjelaskan peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak, bahwa dari 40 responden terdapat sebanyak 26 responden atau sebesar 65,0% menjawab tidak, 14 responden atau sebesar 35,0% menjawab ya.

Gambar 7. Mampu Menjelaskan Peraturan yang Mengatur Tentang Kekerasan Anak

Sumber: Olahan Peneliti 2015

5. Mampu menjelaskan ciri-ciri anak yang mangalami tindakan kekerasan Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden dapat diperoleh data tentang item mampu menjelaskan ciri-ciri anak yang mengalami tindakan kekerasan, bahwa dari 36 responden terdapat sebanyak 7 responden atau sebesar 17,5% menjawab tidak, 33 responden atau sebesar 82,5% menjawab ya.

65% 35%

MAMPU MENJELASKAN PERATURAN YANG

MENGATUR TENTANG KEKERASAN ANAK

(42)

Gambar 8. Mampu Menjelaskan Ciri-Ciri Anak yang Mengalami Tindakan Kekerasan

Sumber: Olahan Peneliti 2015

Gambar 8. Mampu Menjelaskan Ciri-Ciri Anak yang Mengalami Tindak Kekerasan

Sumber: Olahan Peneliti 2015

6. Mampu membedakan antara tindakan kekerasan anak dengan cara mendidik yang keras

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden dapat diperoleh data tentang item mampu menjelaskan membedakan antara tindakan kekerasan anak dengan cara mendidik yang keras, bahwa dari 40 responden terdapat sebanyak 4 responden atau sebesar 10,0% menjawab tidak, 36 responden atau sebesar 90,0% menjawab ya.

82,5% 17,5%

MAMPU MENJELASKAN CIRI-CIRI ANAK YANG

MENGALAMI TINDAKANN KEKERASAN

(43)

Gambar 9. Mampu Membedakan antara Tindakan Kekerasan Anak dengan Cara Mendidik yang Keras

Sumber: Olahan Peneliti 2015

7. Mampu menjelaskan hubungan keharmonisan keluarga dengan kekerasan anak

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden dapat diperoleh data tentang item mampu hubungan keharmonisan keluarga dengan kekerasan anak, bahwa dari 36 responden terdapat sebanyak 4 responden atau sebesar 10,0% menjawab tidak, 36 responden atau sebesar 90,0% menjawab ya.

90% 10%

MAMPU MEMBEDAKAN ANTARA TINDAKAN

KEKERASAN ANAK DENGAN CARA MENDIDIK YANG

KERAS

(44)

82,5% 17,5%

MAMPU MENJELASKAN FAKTOR PENYEBAB

TERJADINYA KEKERASAN ANAK

YA TIDAK

Gambar 10. Mampu Menjelaskan Hubungan Keharmonisan Keluarga dengan Kekerasan Anak

Sumber: Olahan Peneliti 2015

8. Mampu menjelaskan faktor penyebab terjadinya kekerasan anak

Berdasarkan kuesioner yang disebarkan kepada responden dapat diperoleh data tentang item mampu menjelaskan faktor penyebab terjadinya kekerasan anak, bahwa dari 36 responden terdapat sebanyak 7 responden atau sebesar 17,5% menjawab tidak, 33 responden atau sebesar 82,5% menjawab ya.

90% 10%

MAMPU MENJELASKAN HUBUNGAN

KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEKERASAN

ANAK

(45)

Gambar 11. Mampu Menjelaskan Faktor Penyebab Terjadinya Kekerasan Anak

Sumber: Olahan Peneliti 2015

4.3.Analisis dan Interpretasi Data

Memaparkan perlakuan data atau fenomena dalam tahapan-tahapan analisis dengan tata cara (metode/teknik) tertentu, yang selanjutnya diinterpretasikan (ditafsirkan) sesuai dengan konsepsi dan teori yang dipakai dalam rangka pencapaian tujuan penelitian. Pembahasan analisis dan interpretasi adalah pemberian makna dan alasan, dimana ulasan dapat berupa penjelasan teoritis, baik secara kuantitatif maupun kualitatif dan yang penting untuk diperhatikan pembahasan harus komprehensif dan tidak keluar dari konteks yang dicanangkan di dalam tujuan penelitian dan alur bahasan sesuai dengan judul.

Tabel 3. Skor dan Hasil

Skor Nilai Interval Hasil

1 1 - 1,5 Tidak Tahu

2 1,6 - 2 Tahu

Sumber: Olahan Peneliti 2015

Tabel 4. Hasil dan Analisis Grand Mean

(46)

2 Memahami Mampumenyebutkancontoh

cirianak yang mengalami tindakan kekerasan

6 Evaluasi Mampumenjelaskan factor

penyebabterjadinyakekerasa

Berdasarkan angket yang telah analisis dengan menggunakan Grand Mean, dapat peneliti simpulkan:

1. Sebagian besar guru dan orang tua di seluruh SD di Kelurahan Dinoyo mengetahui bentuk-bentuk kekerasan anak. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator dari ketercapaian pengetahuan yaitu tahu.

2. Sebagian besar guru dan orang tua di seluruh SD di Kelurahan Dinoyo mengetahui bahwa terdapat peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator dari ketercapaian pengetahuan yaitu tahu.

(47)

4. Sebagian besar guru dan orang tua di seluruh SD di Kelurahan Dinoyo tidak mengetahui peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator dari ketercapaian pengetahuan yaitu memahami. 5. Sebagian besar guru dan orang tua di seluruh SD di Kelurahan Dinoyo

mengetahui ciri-ciri anak yang mengalami tindakan kekerasan. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator dari ketercapaian pengetahuan yaitu aplikasi. 6. Sebagian besar guru dan orang tua di seluruh SD di Kelurahan Dinoyo

mengetahui perbedaan antara tindakan kekerasan anak dengan cara mengajar yang keras. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator dari ketercapaian pengetahuan yaitu analisis.

7. Sebagian besar guru dan orang tua di seluruh SD di Kelurahan Dinoyo mengetahui hubungan keharmonisan dengan kekerasan anak. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator dari ketercapaian pengetahuan yaitu sintesis. 8. Sebagian besar guru dan orang tua di seluruh SD di Kelurahan Dinoyo

mengetahui faktor penyebab terjadinya kekerasan anak. Hal ini sesuai dengan salah satu indikator dari ketercapaian pengetahuan yaitu evaluasi.

Tingkat pengetahuan guru dan orang tua dinyatakan TAHU berdasarkan kriteria atau ukuran mengenai pengetahuan guru dan orang tua. Sebagaimana dikemukakan oleh Notoatmodjo (2003). Hasil yang didapat dari pengukuran indikator pengetahuan tersebut adalah sebesar 1,79. Hal ini dilihat dari tingkat pengetahuan guru dan orang tua diseluruh SD di Kelurahan Dinoyo. Berdasarkan analisis data diatas, guru dan orang tua sudah mencapai tingkat pengetahuan. Tingkat pengetahuan tersebut terlihat pada pernyatan guru dan orang tua yang sudah tahu terkait dengan bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak. Selain itu guru dan orang tua sudah mengetahui adanya peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak.

(48)

diketahui telah memenuhi tingkat pengetahuan. Melalui pemahaman tersebut diharapkan guru dan orangtua dapat mengupayakan agar tidak terjadi tindak kekerasan baik di sekolah maupun di rumah. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan tayangan edukasi kepada anak bahwa tindak kekerasan itu tidak dibenarkan. Sebagian besar guru dan orangtua telah memiliki kemampuan untuk mengaplikasikan pengetahuannya tentang kekerasan anak dalam kondisi yang nyata. Hal ini terlihat pada pernyataan guru dan orang tua yang mampu menjelaskan ciri-ciri anak yang mengalami tindakan kekerasan.

Selanjutnya kemampuan menganalisis tindakan kekerasan anak telah mencapai tingkat pengetahuan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat diketahui bahwa guru dan orang tua telah mampu menganalisis tindakan kekerasan anak. Hal ini terlihat pada pernyataan guru dan orang tua yang mampu membedakan antara tindakan kekerasan anak dengan cara mendidik yang keras. Berikutnya mengenai indikator sintesis, sesuai dengan teori pengetahuan yang menyatakan bahwa sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru (Notoatmodjo, 2003). Jika dilihat dari analisis data yang dilakukan, dapat diketahui bahwa guru dan orang tua telah mampu menjelaskan hubungan keharmonisan keluarga dengan kekerasan anak. Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap tindakan kekerasan anak telah dimiliki oleh guru dan orang tua. Berdasarkan analisis data yang dilakukan, dapat diketahui bahwa guru dan orang tua mampu menjelaskan faktor penyebab terjadinya kekerasan anak.

(49)

ini terlihat pada pernyataan guru dan orang tua yang sudah tahu terkait dengan bentuk-bentuk kekerasan terhadap anak dan juga telah mengetahui adanya peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak.

Berkaitan dengan pemahaman guru dan orang tua, diketahui dari analisis yang menyatakan bahwa sebagian besar guru dan orang tua tahu terhadap bentuk-bentuk kekerasan anak. Hal tersebut berarti pemahaman guru dan orang tua dalam menjelaskan secara benar tentang contoh kekerasan terhadap anak yang sudah diketahui telah memenuhi tingkat pengetahuan. Melalui pemahaman tersebut diharapkan guru dan orang tua dapat mengupayakan agar tidak terjadi tindak kekerasan baik di sekolah maupun di rumah. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan edukasi kepada anak bahwa tindak kekerasan itu tidak dibenarkan. Namun sebagian besar guru dan orang tua masih belum memahami tentang peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak. Hal tersebut terlihat pada pernyataan guru dan orang tua yang tidak mampu menjelaskan peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak.

(50)
(51)

BAB V PENUTUP 5.1.Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan guru dan orang tua terhadap kekerasan anak di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa tingkat pengetahuan guru dan orang tua terhadap kekerasan anak di sekolah telah cukup memenuhi kriteria.

Hal ini mengacu pada hasil analisis Grand Mean dari delapan item yang digunakan terdapat tujuh item (mengetahui bentuk-bentuk kekerasan anak, mengetahui adanya peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak, mampu menyebutkan contoh-contoh kekerasan anak, mampu menjelaskan ciri-ciri anak yang mengalami tindakan kekerasan, mampu membedakan antara tindakan kekerasan anak dengan cara mengajar yang keras, mampu menjelaskan hubungan keharmonisan keluarga terhadap kekerasan anak serta mampu menjelaskan faktor penyebab terjadinya kekerasan anak) yang menyatakan bahwa sebagian besar guru dan orang tua menjawab ya, sehingga dapat dikatakan guru dan orang tua telah memenuhi kriteria tingkat pengetahuan. Sementara, untuk satu item yaitu menjelaskan peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak sebagian besar guru dan orang tua menjawab tidak yang artinya guru dan orang tua pemahamannya kurang sehingga mempengaruhi tingkat pengetahuan mengenai item tersebut.

5.2.Saran

Adapun saran-saran yang dapat diajukan oleh peneliti dari penelitian yang telah dilakukan antara lain :

1. Untuk guru dan orang tua diharapkan mencegah tindakan kekerasan terhadap anak-anak dan dapat diminimalisir atau memperkecil terjadinya kekerasan anak dengan pengetahuan yang mereka miliki.

(52)
(53)

DAFTAR PUSTAKA

Darmalina, Bibit.2014. Prilaku School Bullying di SD N Grindang, Hargomulyo, Kokap, Kulon Progo, Yogyakarta. Yogyakarta: UNY. (online) http://eprints.uny.ac.id/14262/1/SKRIPSI%20BIBIT%20DARMALINA%2010 10824412.pdfDiakses pada 17 November 2015

Nafisah, Zakiyatun, dkk. 2014. Tingkat Efektivitas Program Keagamaan Organisasi Ikatan Pemuda Pelajar Mahasiswa Bundo Kandung (IPPMBK). Malang: Research Study Club

NN.2002. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak. Jakarta: Depkop. (online)

http://www.depkop.go.id/attachments/article/1465/02.%20UU%20No.%2023% 20Tahun%202002%20tentang%20Perlindungan%20Anak.pdfdiakses pada 17 November 2015

NN. 2015. Jumlah Sekolah Tingkat SD/SDLB/MI. Malang: Dinas Pendidikan Kota Malang (online)http://diknas.malangkota.go.id/?page_id=2964Diakses pada 15 November 2015

Pradewo, Bintang. 2015. Orang Tua Murid Cemas Dengan Kasus di SDN 07 Pagi.

Jakarta: Tribunews. (online)

http://wartakota.tribunnews.com/2015/09/22/orang-tua-murid-cemas-dengan-kasus-di-sdn-07-pagi Diakses pada 14 November 2015

Rahmayanti, Ani. 2014. Skripsi Kekerasan pada Anak Usia Sekolah Dasar dan Implikasi terhadap Kesehatan Mental. Yogyakarta. UIN Sunan Kalijaga. (online)http://digilib.uin.suka.ac.id/13046/ Diakses pada 17 November 2015 Ristianto, Edwin. 2010. Kekerasan terhadap Anak dalam Keluarga ( Tinjauan

Hukum Islam terhadap UU No. 23 Tahun 2002). Yogyakarta: UIN Sunan Kalijaga.

(54)

(online)lib.unnes.ac.id/18683/1/1601408011.pdf Diakses pada 17 November 2015

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta.

(55)

Lampiran 1 No : KUESIONER

Dengan Hormat,

Sehubungan dengan adanya penelitian diklat Research Study Club Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya yang berjudul “TINGKAT PENGETAHUAN GURU DAN ORANG TUA TERHADAP KEKERASAN ANAK DI SEKOLAH”. Maka tim peneliti memohon ketersediaan saudara/i untuk memberikan pendapat dengan mengisi kuesioner berikut ini. Kuesioner ini semata-mata untuk kepentingan ilmiah dan tidak untuk dipulikasikan. Oleh karena itu, tim peneiliti akan merahasiakan semua identitas yang anda berikan. Atas kerjasama dan kesediaan saudara/i, tim peneliti mengucapkan terima kasih.

Hormat Kami,

Berikanlah tanda (√) pada kolom dibawah ini :

Keterangan skor :

• Ya : 2

• Tidak : 1

Pernyataan Ya Tidak

1. Saya mengetahui bentuk-bentuk kekerasan anak. 2. Saya mengetahui adanya peraturan yang mengatur

tentang kekerasan anak.

3. Saya mampu menyebutkan contoh dari kekerasan anak.

4. Saya mampu menjelaskan peraturan yang mengatur tentang kekerasan anak.

5. Saya mampu menjelaskan ciri-ciri anak yang mengalami tindakan kekerasan.

6. Saya mampu membedakan antara tindakan kekerasan anak dengan cara mendidik yang keras.

7. Saya mampu menjelaskan hubungan keharmonisan keluarga dengan kekerasan anak.

(56)

Lampiran 2

DAFTAR RIWAYAT HIDUP 1. Ketua Kelompok

Nama : Mohammad Khoirur Roziqin

NIM : 155030200111089

Jurusan : Ilmu Administrasi Bisnis Tempat Tgl. Lahir : Tuban, 14 Juli 1996

2. Anggota Kelompok

Nama : Putri Fiona Sari

NIM :155030701111004

Jurusan : Ilmu Perpustakan

Tempat Tgl. Lahir : Bukittinggi, 13 Oktober 1996

3. Anggota Kelompok

Nama : Irfanudin

NIM : 155030100111088

Gambar

Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Tabel 2. Definisi Operasional Variabel
Gambar 1. Lokasi Penelitian
Gambar 1. Distribusi Jenis Kelamin Sumber: Olahan Peneliti 2015
+7

Referensi

Dokumen terkait

3HQXOLVDQ VNULSVL EHUMXGXO PENGENAAN RETRIBUSI OLEH PEMERINTAH KOTA SURABAYA KEPADA TVRI DITINJAU DARI PERATURAN DAERAH NOMOR 1 TAHUN 1997 TENTANG IZIN PEMAKAIAN

Jadi hipotesis nihil ( Ho ) dalam penelitian ini adalah : “Tidak Ada Pengaruh Pendidikan Karakter Terhadap Akhlak Peserta Didik Di SMP (SAIM) Sekolah Alam

Dalam penelitian ini, peneliti menilai kecerdasan emosional siswa yang mencakup tentang memahami emosional yang dimiliki, mengetahui kemampuan diri, memahami perasaan

2013 ‘Effect of Exercise on Reproductive Hormones in Female Athletes’, International Journal of Sport and Exercise Science, 51, pp.. Perbedaan pemberian latihan fisik intensitas

Oleh karena aplikasi Pugpig belum dapat diakses melalui desktop dan hanya menggunakan perangkat tertentu, maka pada paper ini dibuat sebuah aplikasi generator

Pada pusat biaya terdapat beberapa kelemahan yaitu adanya situasi dan kondisi yang berubah-ubah seperti kenaikan harga bahan bakar gas, perubahan kurs dollar yang

a) Penyiapan rencana, program, dan kegiatan Seksi Informasi Pasar Kerja. b) Penyusunan bahan petunjuk teknis lingkup informasi pasar kerja. c) Pengumpulan dan pengolahan

Pengujian yang ketiga dilakukan dengan memberikan stimulus kesistem dengan adanya sumber api dan asap, ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah sistem mampu