BOOK REPORT
FILSAFAT PENDIDIKAN ISLAMKHUSUS BAB HAKIKAT ALAM DAN ILMU PENGETAHUAN Karangan A. Haris Hermawan M.Ag
Diajukan Untuk Memenuhi : Tugas Terstruktur Mata Kuliah : Filsafat Sains Dosen Pengampu : Saifuddin Zuhri
Disusun Oleh:
Suci Jiharkah Amin (14111630107)
Kelas IPA BIOLOGI C / VII
KEMENTERIAN AGAMA ISLAM REPUBLIK INDONESIA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
A. Pendahuluan 1. Latar Belakang
Alam semesta dan ilmu pengetahuan terdapat hakikat di dalamnya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan Allah Subhanallah wa ta’ala. Di dalam buku “filsafat pendidikan islam” bicara mengenai hakikat alam dan ilmu pengetahuan. Alam semesta diciptakan oleh Allah untuk kepentingan manusia agar manusia dapat menjalankan fungsi dan kedudukannya di muka bumi. Sedangkan ilmu pengetahuan adalah alat untuk mencari kebenaran-kebenaran yang berada di alam semesta. Namun, seringkali manusia keliru dalam mencari kebenaran. Untuk lebih terarah, dibuatlah hakikat alam semesta dan hakikat ilmu pengetahuan agar hakikat tersebut benar-benar hakikat.
2. Rumusan Masalah
Dalam book report ini, akan dipaparkan hal-hal sebagai berikut:
a. Apa isi secara umum dari bab Hakikat Alam dan Ilmu pengetahuan dengan buku yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam ?
b. Apa gagasan penulis yang unik dari bab Hakikat Alam dan Ilmu pengetahuan dengan buku yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam ?
c. Apa keunggulan dan kekurangan dari bab Hakikat Alam dan Ilmu pengetahuan dengan buku yang berjudul Filsafat Pendidikan Islam ?
B. Isi Bab Secara Umum
Menurut Al-Syaibani, yang dimaksud alam jagat atau natura ialah apapun selain dari Allah SWT. cakrawala, langit, bumi, bintang, gunung, lembah, daratan, tumbuhan, binatang, insan, dan sebagainya. Sebagian ulama membagi alam ini menjadi empat yaitu roh, benda, waktu, dan tempat. Sedangkan Imam Al-Ghazali membagi alam ini menjadi dua bagian, alam
Alam semesta telah dibicarakan dalam al-qur’an jauh sebelum adanya penelitian mengenai alam semesta. Misalnya di dalam surat ad-dzariyat yang berbunyi “Dan langit itu Kami bangun dengan kekuasaan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya.” Fakta ini dibuktikan dengan menggunakan data pengamatan pada tahun 1929. Ketika mengamati langit dengan teleskop, Edwin Huble, seorang astronom Amerika, menemukan bahwa bintang-bintang dan galaksi terus bergerak menjauhi satu sama lain, berarti bahwa alam semesta tersebut terus-menerus “mengembang”. Pengamatan di tahun-tahun berikutnya memperkokoh fakta bahwa alam semesta terus mengembang. Kenyataan ini diterangkan dalam al-Qur’an pada saat tak seorangpun mengetahuinya.
Secara umum, perkembangan sains didorong oleh paham humanisme. Humanisme ialah filsafat yang mengajarkan bahwa manusia mampu mengatur dirinya dan alam. Humanisme telah muncul sejak zaman Yunani kuno. Perkembangan dari humanisme adalah rasionalisme. Hal ini terjadi karena pada tahap humanisme pengetahuan mitos tidak dianggap manjur dalam menjawab permasalahan manusia, maka diperlukan akal. Inilah awal dari rasionalisme. Rasionalisme adalah paham yang mengatakan bahwa akal itulah alat pencari dan pengukur pengetahuan. Sebuah penemuan diukur dengan akal untuk menentukan benar dan salahnya. Ternyata rasio juga masih dianggap belum cukup karena sering terdapat pertentangan yang sama-sama logis. Maka pengetahuan pun berlanjut ke tahap empirisme. Empiris hanya sampai pada konsep-konsep yang umum, konsep-konsep itu belum operasional, karena belum terukur. Jadi masih diperlukan alat lain yaitu positivisme. Positivisme mengajarkan bahwa kebenaran itu diperoleh dengan akal, ada bukti empiris dan terukur. Positivisme kemudian melahirkan metode ilmiah dan kemudian dirinci dalam bnetuk ilmu yaitu metode riset.
perkembangan zaman, ilmu pengetahuan ternyata tidaklah 100% benar. Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dibagi menjadi dua, yaitu ilmu pengetahuan yang benar dan yang dipertanyakan kebenarannya. Ilmu pengetahuan yang dipertanyakan kebenarannya biasanya hasil dari uasaha manusia, bukan langsung yang berasal dari Allah SWT. Hal ini dikarenakan logika manusia dalam filsafat ilmu hanya melakukan riset berdasarkan rasionalismenya saja. Padahal pendekatan atau metode perolehan ilmu pengetahuan terdapat 7 macam metode, yaitu skeptisme, aliran keraguan, empirisme, rasionalisme, positivisme, intuisi, dan wahyu.
Adapun metode ilmiah yang merumuskan hipotesis kerja tentatif terdiri dari enam langkah, yaitu 1) kesadaran akan adanya persoalan, 2) data yang relevan dan tersedia dikumpulkan, 3) data diterbitkan, 4) hipotesis dirumuskan, 5) deduksi dapat ditarik dari hipotesis, dan 6) verifikasi.
C. Gagasan Unik Penulis
Alam semesta dan ilmu pengetahuan hakikatnya perlu dikaji. Alam semesta dicari kebenarannya dengan ilmu pengetahuan. Apabila ilmu pengetahuan tersebut salah konsepsi, maka terdapat kekeliruan yang berkepanjangan mengenai hakikat alam semesta dan hakikat ilmu itu sendiri. Agama sebenarnya dapat digunakan sebagai rujukan moral dan etis serta pengendali dari perkembangan sains dan teknologi. Dalam setiap agama terdapat nilai-nilai universal yang dapat digunakan sebagai landasan aksiologis dari ilmu.
D. Keunggulan dan Kekurangan Buku
Adapun kelemahannya, spasi dari setiap tulisan pada buku terlalu rapat sehingga menyulitkan pembaca untuk membaca, terutama yang matanya minus. Bahasan yang bahas setiap babnya tidak secara rinci dijelaskan padahal bukunya lumayan tebal.
E. Penutup Kesimpulan
I. Isi Buku secara umum
Bab ini membahas tentang hakikat alam semesta dan ilmu pengetahuan. Hakikat merupakan sebuah kebenaran. Mencari kebenaran mengenai alam semesta adalah dengan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan berasal dari Allah yang kemudian diolah dengan akal sesuai bukti empirisnya.
II. Gagasan Unik Penulis
Penulis memberikan gagasan unik, yaitu mengajak kepada pembaca untuk memahami tentang hakikat alam semesta dan ilmu pengetahuan.
III. Keunggulan dan Kekurangan dari Buku