• Tidak ada hasil yang ditemukan

daerah terhadap PERTUMBUHAN EKONOMI (3)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "daerah terhadap PERTUMBUHAN EKONOMI (3)"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN EKONOMI

MENURUT AL-QUR’AN SURAT AL-QURAISY Oleh : Achmad fauzie*

A. PROLOG

Pertumbuhan ekonomi selalu menjadi isu yang sangat menarik serta senantiasa mendapatkan perhatian dari semua kelompok masyarakat maupun individu. Memasuki era liberalisasi, hampir semua Negara membicarakan prospek penerapan sistem ekonomi pasar (free market system ) secara global, bahkan kerja sama ekonomi regional maupun global pun dibentuk untuk mencapai tujuan tersebut.

Pasca hancurnya ekonomi sosialis yang ditandai dengan hancurnya Negara Unisoviet, maka sistem perekonomian dunia digantikan dengan sistem ekonomi kapitalis. Persoalan yang muncul kemudian adalah ketika ekonomi kapitalis yang sudah mengakar hampir di seluruh dunia telah menggambarkan sisi kelemahan dan kehancurannya yang dibuktikan dengan krisis ekonomi yang terjadi di beberapa Negara maju seperti Amerika dan Inggris, maka mampukah penerapan sistem ekonomi pasar global memperbaiki sistem ekonomi dunia dan menjawab tentang tantangan pertumbuhan ekonomi dunia, termasuk Indonesia?.

Pada konteks kekinian, salah satu sistem ekonomi alternatif yang diyakini oleh para ekonom dunia mampu menjawab problematika ekonomi tersebut adalah dengan menerapkan sistem Islam, walaupun penerapan system ekonomi Islam saat ini masih pada dataran “semangat” saja, belum pada konteks aplikatif. Yang menarik kemudian untuk diteliti adalah, ketika system ekonomi Islam diambil dari konsepsi “Al-Qur’an” dengan cara menafsirkan beberapa ayat dan surah dalam Al-Qur’an yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi, baik secara tektual maupun kontentual.

Berkaitan dengan hal tersebut, Islam sebagai Agama “Rahmatan lil Alamin” dengan Al

-qur’an sebagai “hudan linnas” tentunya menjadi sebuah keniscayaan untuk bisa menjabarkan makna yang terkandung dalam setiap ayat Al-Qur’an dan hal ini merupakan tugas sekaligus sebagai tantangan bagi para mufassir untuk menjelaskan secara kontektual tentang makna yang terkandung dalam Al-qur’an, sehingga Al-qur’an bukan hanya sebagai kitab suci atau bacaan umat Islam saja, melainkan lebih jauh dari itu Al-qur’an juga sebagai pedoman hidup umat manusia secara universal.

Untuk menafsirkan Al-qur’an secara kontektual, tentunya sangat memerlukan pemahaman yang mendalam tentang kaidah-kaidah penafsiran Al-qur’an supaya tidak menjadi bias untuk dipahami, juga diperlukan wawasan yang sangat luas tentang berbagai disiplin ilmu pengetahuan, sehingga tidak ada lagi dikotomi antara mufassir dengan saintis, mufaasir dengan ekonomom, mufassir dengan sosiolog, mufassir dengan astronom dan lain sebagainya, yang tentunya diharapkan adalah lahirnya para mufassir sekaligus sebagai saintis, mufassir sekaligus sebagai sosiolog, mufassir sekaligus sebagai ekononom dan lain sebagainya.

(2)

merupakan hasil interaksi antara teks yang terbatas dengan konteks yang tak terbatas melalui peranan akal. Berdasarkan hal inilah terjadinya perbedaan pendapat para Mufassir dalam membahas isi kandungan Al-qur’an. Berkaitan dengan hal tersebut, penulis sangat tertarik untuk membahas pertumbuhan ekonomi menurut tafsir Al-qur’an Basa Sunda.

B. KAJIAN TEORITIS B.1. PENGERTIAN TAFSIR

Kata Tafsir merupakan bentuk Masdar dari Fassara, Yufassiru, Tafsiron yang berarti penjelasan. Menurut Hasbi Ash-Shidiqi (1980 ; 192 ), Tafsir menurut Lughot ialah “Menerangkan

dan Menyatakan”.1

Sedangkan menurut Istilah, tafsir mempunyai beberapa pengertian sebagai berikut:2 Menurut Al-Kilby dalam Kitab At-Tashiel, tafsir yaitu :

او ن ا هت شا ا هص ب هي تقي ب صفاا عم يب ارقلا رشريسفتلا

Tafsir yaitu mensarahkan Al-Qur’an, menerangkan maknanya dan menjelaskan apa yang dikehendakinya dengan nashnya atau dengan isyaratnya ataupun dengan najuannya.

Menurut Az-Zarkasi dalam Kitab Al-Burhan, Tafsir yaitu :

ه ح هم حا جازحتس ا ارقلا ين عم يبريسفتلا

Tafsir yaitu menerangkan makna – makna Al-Qur’an dan mengelurkan hukum-hukumnya serta hikmah – hikmahnya.

Menurut Al-Jurjany :

ةياا عم حيض وت عرشلا يف ظاا فش لا لصاا يف ريسفتلا

ره ظ ةلاد هيلع دي ظفلب هيف تلزن لا ب سلا تصق ن أش

Tafsir pada asalnya ialah membuka dan melahirkan. Menurut Istilah Syara’ yaitu menjelaskan makna ayat, urusannya, kisahnya dan sebab yang karenanya diturunkan ayat dengan lafadz yang menunjuk kepadanya secara terang.

B.2. MANHAJ (METODE) TAFSIR Al-QUR’AN

Para Ulama Ahli Tafsir sepakat bahwa Manhaj Tafsir Al-Qur’an terbagi menjadi 2 (dua) yaitu 3: 1. Tafsir bil Ma’sur yaitu Menafsirkan ayat – ayat Al-Qur’an dengan riwayat. Tafsir bil ma’sur

sering juga disebut dengan tafsir birriwayah. Ma’sur berarti Manqul yaitu Ayat Al-Qur’an,

1 M.Hasbi Ash-Shidiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta, 1980, hal ; 192

(3)

Hadits Rosul dan pendapat – pendapat para sahabat yang menjadi penjelasan dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur’an.

2. Tafsir Bir Ra’yi yaitu Menafsirkan Al-Qur’an dengan menggunakan penjelasan – penjelasan nalar melalui ijtihad. Tafsir bir ro’yi disebut juga dengan tafsir dirayah. Ro’yu berarti Ma’qul (masuk akal) yaitu penjelasan – penjelasan ayat Al-Qur’an yang berpegang pada ijtihad dan akal, kaedah – kaedah bahasa dan adat istiadat orang Arab dalam mempergunakan bahasanya.

B.3. MACAM - MACAM TAFSIR AL-QUR’AN

Para Mufassir membagi 4 (empat) macam corak Tafsir sebagai berikut :

1. Tafsir Maudhu’i yaitu Cara menafsirkan Al-Qur’an berdasarkan “topik” dan “tema”

tertentu. Tafsir Maudhu’I sering juga disebut dengan tafsir tematik.

2. Tafsir Ijmali yaitu cara menafsirkan Al-Qur’an secara global, tertib berdasarkan urutan Mushap, dengan memperhatikan majmu demi majmu/kelompok ayat demi kelompok ayat sehingga dapat diperoleh suatu maksud maksud tertentu.

3. Tafsir Tahlili yaitu Cara menafsirkan Al-Qur’an melalui analisa ayat demi ayat, surat demi surat berdasarkan kaidah – kaidah tertentu. Tafsir Tahlili sering juga disebut dengan Tafsir Analitis yang sering digunakan untuk kontektualisasi ayat.

4. Tafsir Muqoron yaitu cara menafsirkan Al-Qur’an dengan membandingkan ayat Al-Qur’an yang satu dengan ayat yang lainnya dengan tujuan untuk membuktikan bahwa seluruh ayat-ayat dalam Al-Qur’an tidak bertentangan tetapi mempunyai keterkaitan.

C. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI

Sebagai sebuah analisis kajian litelatur dalam teori pertumbuhan ekonomi, di bawah ini penulis uraikan beberapa teori tentang pertumbuhan ekonomi secara konvensional menurut para Ahli, diantaranya yaitu :

(4)

ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan ideologis yang diperlukannya. (Jhingan, 2000).4

2. Menurut Adam Smith dalam bukunya ‘the law of diminishing of return’ Pertumbuhan ekonomi akan dipengaruhi oleh pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto) dan pertumbuhan jumlah penduduk. Pertumbuhan PDB dipengaruhi beberapa faktor : ketersediaan SDA, Jumlah Penduduk, dan Persediaan Barang Modal. Sistem persaingan bebas juga termasuk faktor yang mempengaruhi, agar pertumbuhan ekonomi dapat meningkat. Sistem persaingan bebas dapat memberi kesempatan keada individu untuk berkembang dan memilih kegiatan ekonomi sesuai dengan kehendaknya hingga mencapai imbalan yang maksimal tanpa campur tangan pemerintah. Dengan melakukan kegiatan ekonomi seperti ini akan meningkatkan pertumbuhan ekonomi masyarakat.5

3. Rostow menyatakan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah suatu proses dari berbagai perubahan yaitu6;

a) Perubahan reorientasi organisasi ekonomi b) Perubahan pandangan masyarakat

c) Perubahan cara menabung atau menanamkan modal dari yang tidak produktif ke yang lebih produktif.

d) Perubahan pandangan terhadap faktor alam. Manusia harus mengubah keyakinan bahwa alam itu tidak menentukan kehidupan manusia, tapi kehidupan manusia harus mampu menaklukkan/mengendalikan kekayaan alam sehingga apa yang tersedia dapat menjadi sumber kehidupan dalam mencapai kemakmuran.

Selanjutnya Rostow juga mengemukakan tahap-tahap dalam pertumbuhan ekonomi7, sebagai berikut:

a. The traditional society (masyarakat tradisional), artinya suatu kehidupan ekonomi masyarakat yang berkembang secara tradisional dan belum didasarkan pada perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan, kadang-kadang cara berpikirnya primitive dan irrasional.

b. The precondition for takeoff (prasyarat tinggal landas), merupakan masa transisi masyarakat untuk mempersiapkan dirinya mulai menerima teknik-teknik baru dan pemikira-pemikiran baru dari luar kehidupan mereka.

c. The take off (tinggal landas), artinya pada tahap ini terjadi perubahan – perubahan yang sangat drastic dalam terciptanya kemajuan yang pesat dalam inovasi (penemuan-penemuan baru) dalam berproduksi dan lain sebagainya.

4 Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : Rajawali Press, 2000, hal ; 12

5 Murni, Asfia. Ekonomika Makro. PT. Refika Aditama. Bandung,

2009, hal ; 75

6 Martinussen, john, Society, state and market, Grafindo, Jakarta, 1995, hal ; 113

(5)

d. The drive to maturity (menuju kematangan), artinya pada tahap ini masyarakat secara efektif telah menggunakan teknologi modern pada sebagian besar faktor-faktor produksi dan kekayaan alam.

e. The age of high mass consumption (konsumsi tinggi), artinya pada tahap ini masyarakat lebih menekankan pada masalah kesejahteraan dan upaya masyarakat tertuju untuk menciptakan welfare state, yaitu kemakmuran yang lebih merata kepada penduduknya dengan cara mengusahakan distribusi pendapatan melalui system perpajakan yang progresif. Masyarakat tidak mempermasalahkan kebutuhan pokok lagi tapi konsumsi lebih tinggi terhadap barang tahan lama dan barang-barang mewah.

4. Teori Transformasi Struktural. Teori ini berfokus pada mekanisme yang membuat negara-negara miskin dan berkembang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cara mentransformasi struktur perekonomiannya dari yang semula sektor pertanian yang bersifat tradisional menjadi dominan ke sektor industri manufaktur yang lebih modern dan sektor jasa-jasa. Teori ini dipelopori oleh W. Arthur Lewis.8

Menurut Lewis, dalam perekonomian yang terbelakang ada 2 sektor yaitu sektor pertanian dan sektor industri manufaktur. Sektor pertanian adalah sektor tradisional dengan marjinal produktivitas tenaga kerjanya nol. Dengan kata lain, apabila tenaga kerjanya dikurangi tidak akan mengurangi output dari sector pertanian. Sektor industri modern adalah sektor modern dan output dari sektor ini akan bertambah bila tenaga kerja dari sektor pertanian berpindah ke sektor modern ini. Dalam hal ini terjadi pengalihan tenaga kerja, peningkatan output dan perluasan kesempatan kerja. Masuknya tenaga kerja ke sektor modern akan meningkatkan produktivitas dan meningkatkan output.

5. Menurut Willem Hogendijk (Revolusi Ekonomi, Terjemahan, 1996) Pertumbuhan Ekonomi sama dengan pertumbuhan produksi.9

6. Martin Feldstein mengembangkan konsep baru yang disebut supply side economic growth. Konsep pertumbuhan ekonomi ini didasarkan pada pandangan ekonomi klasik yang menyatakan output lebih memberikan reaksi terhadap insentif pajak dan faktor-faktor pendapatan setelah pajak, dibandingkan dengan perubahan dalam permintaan aggregate. Martin mengusulkan penekanan yang lebih besar terhadap faktor-faktor yang akan menaikkan pertumbuhan output potensial sepperti menaikkan tabungan dan investasi, memperbaiki peraturan dan pengurangan pajak.10

7. David Ricardo ‘the law of diminishing return’ Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh SDA

yang terbatas, jumlah penduduk yang selalu berkembang, proses kemajuan teknologi, dan sektor pertanian yang dominan. Pertumbuhan ekonomi tidak akan terjadi secara terus menerus dalam jangka panjang, tetapi akan mengalami ‘Stationary state’ atau suatu keadaan pertumbuhan ekkonomi mengalami stagnasi atau kemandekan. Teori klasik lebih menekankan kepada teori harga, bahwa harga terbentuk karena adanya pertemuan antara

8Mankiw, N.Gregory, Teori Ekonomi Makro Edisi Keempat. Erlangga.

Jakarta, 2000, hal ; 42

9 Ismawan, Indra, Risiko Ekologis di Balik Pertumbuhan Ekonomi, Media Pressindo, Yogyakarta, hal;1999 ; 5.

(6)

penawar dan permintaan. Dan pendapat ini juga ditulis dalam bukunya yang berjudul ‘The principles of Political and Taxation’11

8. Pertumbuhan Ekonomi Neoklasik Robert Solow Harrord Domar Pertumbuhan ekonomi merupakan rangkaian kegiatan yang bersumber pada manusia, akumulasi modal, pemakaian teknologi modern, dan hasil . Pertumbuhan penduduk yang pesat juga dapat menjadi SDA pembangunan yang positif. Pertumbuhan ekonomi dipengaruhi oleh pertambahan modal karena akan meningkatkan produksi barang. Penambahan barang ini akan menaikkan pendapatan nasional dan sekaligus menciptakan pertumbuhan ekonomi12

9. Teori Supply Side Economic Growth. Selama ini konsep pertumbuhan ekonomi yang dikembangkan terlalu berorientasi pada pengelolaan permintaan aggregate. Martin Feldstein mengembangkan konsep baru yang disebut supply side economic growth. Konsep pertumbuhan ekonomi ini didasarkan pada pandangan ekonomi klasik yang menyatakan output lebih memberikan reaksi terhadap insentif pajak dan faktor-faktor pendapatan setelah pajak, dibandingkan dengan perubahan dalam permintaan aggregate. Martin mengusulkan penekanan yang lebih besar terhadap faktor-faktor yang akan menaikkan pertumbuhan output potensial sepperti menaikkan tabungan dan investasi, memperbaiki peraturan dan pengurangan pajak.

Terjadinya pertumbuhan investasi diakibatkan oleh adanya tabungan. Oleh karena itu seharusnya masyarakat diberi kesempatan untuk bisa menabung. Caranya tentu dengan menaikkan insentif atau imbalan (pendapatan yang diterima masyarakat) yang memadai, sehingga mereka mampu menyisihkan pendapatannya untuk ditabung (ingat S = f (Y), artinya saving ditentukan oleh pendapatan). Adanya kemampuan menabung, tentu jumlah tabungan akan meningkat dan tabungan ini merupakan sumber pendanaa investasi. Meningkatnya investasi akan menimbulkan multiplier investment terhadap pendapatan nasional.

Upaya untuk menaikkan pendapatan yang memadai dan bisa meningkatkan sumber penerimaan negara (berupa pajak) adalah dengan cara menurunkan pajak bukan menaikkan pajak. Sehubungan dengan itu Arthur Laifer menyatakan bahwa tarif pajak yang tinggi akan menurunkan penerimaan pajak itu sendiri. Hal ini disebabkan pajak tinggi akan mempersempit objek pajak, karena aktivitas perekonomian akan semakian rendah. Oleh sebab itu kunci untuk menciptakan terjadinya pertumbuhan ekonomi adalah kebijakan – kebijakan yang dapat meningkatka aggregate supply atau output nasional yang ditawarkan kepada masyarakat.untuk itu yang perlu dilakukan adalah menaikka insentif dalam kegiatan ekonomi dan menurunkan tarif pajak.

Dari uraian di atas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi adalah proses perubahan kondisi perekonomian suatu negara secara berkesinambungan menuju keadaan yang lebih baik selama periode tertentu. Pertumbuhan ekonomi dapat diartikan juga sebagai proses kenaikan kapasitas produksi suatu perekonomian yang diwujudkan dalam bentuk kenaikan

11 Mankiw, N.Gregory, hal ; 47

(7)

pendapatan nasional. Adanya pertumbuhan ekonomi merupakan indikasi keberhasilan pembangunan ekonomi.

D. SURAT AL-QURAIYS

شيرق ةروـــــــــــــــــــــس

ِمي ِحهرلا ِنَمْحهرلا ِ هَا ِمْسِب

شْيرق فايإ

{

1

{ فْيَصلا ء ت شلا ةلْح ْم فايإ }

2

}

{ تْي ْلا ا ه َ ا د ْعيْلف

3

}

{ ف ْوخ ْن م م ماء عوج ن م م عْ َلا

4

}

Artinya :

QURAISY MAKKIYYAH Surah ke-106 : 4 ayat

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang.

1. Karena kebiasaan orang-orang Quraisy,

2. (yaitu) kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas.13) 3. Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan (pemilik) rumah ini (Ka‘bah).

4. yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan

E. PENJELASAN BAHASA DAN KALIMAT

Dari penjelasan Tafsir Al-Qur’an Basa Sunda tersebut, terdapat beberapa kata dan

kalimat yang menjadi “kata kunci” dalam Tafsir surat Al-Quraisy tersebut yaitu :

1.

ِفايإ

Yang artinya ; karena kebiasaan. Kebiasaan dalam kamus bahasa Indonesia merupakan kata benda yang diambil dari kata “biasa” yang diartikan sebagai sesuatu yang biasa

13 Orang Quraisy biasa mengadakan perjalanan terutama untuk berdagang ke negeri Syam pada musim panas dan ke

(8)

dikerjakan.14 Kata “Biasa” merupakan “kata sifat” yang jika dirubah kata kerja menjadi “Membiasakan, Terbiasa”. Dari penjelasan ini, seseorang menjadi bisa karena dia membiasakan diri untuk melakukan sesuatu sehingga menjadi terbiasa, proses ini disebut dengan latihan dan pembelajaran. karena sudah terbiasa, maka menjadi kebiasaan. Inilah yang digambarkan dalam Al-Qur’an tentang “Kebiasaan” orang Quraisy.

2.

ِة ْحر

Yang Artinya berpergian. Kebiasaan Orang Quraisy yang turun temurun adalah berpergian di waktu musim dingin dan musim panas untuk berdagang. Sebagaimana dijelaskan dalam Tafsir Al-Qur’an Basa Sunda tersebut, bahwasannya kebiasaan mereka melakukan perjalanan pada waktu musim dingin ke kota Yaman dan pada musim panas ke kota Syam untuk berdagang dan keperluan lainnya dalam keadaan aman.

3.

ا دبْعيْ ف

Yang Artinya maka hendaklah menyembah Allah SWT. Kalimat ini mengandung perintah untuk Menyembah Allah SWT yang telah memberikan kesejahteraan dan keamanan/kenyamanan.

4.

ِ ع جِن مِ معْط

Yang artinya (Allah) yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan rasa lapar. Kendati demikian, hal ini terjadi jika ada proses “kasab”, “usaha” dan “ihtiar” oleh manusia. Tidak mungkin Allah SWT memberikan makanan, rizki, jabatan dan apapun yang dicita-citakan oleh manusia tanpa adanya “kasab”. Ayat ini mempunyai makna adanya usaha manusia yang dilandasi atas dasar tawakal kepada Allah SWT.

5.

ِ ف ْ خِ ْن مِ نماء

Yang artinya mengamankan mereka dari ketakutan. Kalimat ini mempertegas bahwa Allah SWT juga memberikan rasa aman dari ketakutan manusia. Namun hal ini juga perlunya proses dari manusia sendiri untuk menciptakan rasa aman, dari mulai kelompok terkecil yaitu keluarga sampai dengan berbangsa dan bernegara.

F. MAKNA TEKSTUAL DAN KONTEKSTUAL

Dari Penjelasan Tersebut diatas, dapat dipahami bahwa surat Al-Quraisy menjelaskan tentang sisi pertumbuhan ekonomi yang dibangun melalui salah satu bidang ekonomi yaitu perdagangan. Karena itu, penulis mencoba memahami isi dan makna kandungan Al-Qur’an surat Al-Quraisy secara tekstual maupun kontenstual.

(9)

Secara Tekstual (Mantuq) surat al-quraisy ini menjelaskan tentang kebiasaan kaum quraisy yang selalu berpergian pada musim dingin dan musin panas untuk berdagang. Dengan berdagang, kaum quraisy terkenal sebagai salah satu kabilah yang mulia dan kaya, karena itu, Allah SWT memperingatkan kaum quraisy untuk senantiasa menyembah kepada Allah SWT yang telah memberikan kesejahteraan ekonomi dan keamanan social.

Secara kontekstual, ayat ini menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi masyarakat yang bisa dilakukan melalui budaya enterprener yang dilandasi atas dasar keimanan kepada Allah SWT sebagai manifestasi dari ikrar manusia yang senantiasa diucapkan pada setiap kali melakukan ibdah sholat yaitu ;Inna Solati wa Nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil Alamin”.

Pada sisi aspek Human resourse Develpoment , Surat Al-Quraisy mengandung isyarat kepada kita tentang perlu adanya latihan, Tamrinan wa Tajriban dalam membangun suatu kebiasaan yang produktif. Sesuatu yang baik memang terkadang sulit untuk dilakukan tanpa adanya upaya pembiasaan diri untuk melakukan suatu yang baik. JIka kita sudah membiasakan diri untuk melakukan sesuatu yang baik dan produktif, maka kita akan menjadi terbiasa untuk melakukannya, dan jika sudah terbiasa melakukan hal tersebut, maka akan menjadi suatu kebiasaan yang baik buat menuju “the good character”. 15

G. TEORI PERTUMBUHAN EKONOMI DALAM QS. AL-QURAISY

Pada bagian ini, penulis mencoba memaparkan satu teori yang terkandung dalam surat Al-Quraisy, walaupun teori ini belum tentu benar dan masih perlu dikaji lebih jauh. Pada ayat 3 dan 4 surat Al-quraisy terdapat 3 kalimat yang menjadi kata kunci dalam teori pertumbuhan ekonomi, yaitu:

5.

ا دبْعيْ ف

kalimat ini mengandung makna nilai – nilai transendental, dimana ada hubungan antara “kholiq” dengan “makhluq” terimplementasikan melalui kepatuhan dan ketaqwaan makhluq pada kholiq lewat dimensi penyembahan dan penyerahan diri kepada kepada Allah SWT, karena itu, seorang manusia harus mampu mengimplementasikan nilai-nilai tauhid baik secara vertical (hablum min Allah ) maupun horizontal ( hablum minan nas ). Pada konteks ini penulis menyebutnya dengan istilah “TAUHID” atau “SPIRITUALITAS”

6.

ِ ع جِن مِ معْط

Kalimat ini mengandung makna adanya hukum kausalitas antara kholiq

dengan makhluq, dimana suatu kesejahteraan yang merupakan simbol tidak adanya rasa lapar akan terjadi jika terdapat usaha dan ihtiar dari manusia itu sendiri untuk mendapatkan kesejahteraan tersebut, karena itu pada kalimat ini mengandung makna bahwa kesejahteraan ekonomi masyarakat sangat tergantung dari upaya individunya dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tidak ada kesejahteraan tanpa usaha/kasab, tidak ada pendapatan tanpa produksi, pada konteks ini penulis menyebutnya dengan istilah “KASAB”.

7.

ِ ف ْ خِْن مِ نماء

Kalimat ini mengandung makna tentang “rasa aman” dan “rasa nyaman”,

dan hal ini bisa terwujudkan jika kesejahteraan umat manusia terpenuhi, sulit rasanya menciptakan keamanan dan kenyamanan jika tingkat kesejahteraan manusia belum

(10)

terwujud, kita bisa pahami secara psikologis, ketika manusia merasa lapar dan tidak bisa memenuhi kebutuhannya, maka dia akan berbuat “nekat” untuk bisa memenuhi kebutuhannya dengan cara apapun, walau harus merugikan orang lain. Jika hal ini terjadi, maka akan menggangu pada keamanan dan kenyamanan masyarakat. Begitu juga sebaliknya, keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam kehidupannya socialnya akan terwujud jika masyarakat sejahtera. Karena itu, Sejahtera jika Aman dan Aman jika sejahtera. pada konteks ini, penulis menyebutnya dengan istilah “Amana”.

Dari penjelasan tersebut di atas dapat diambil beberapa hal yang erat kaitannya dengan prinsip pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

1. Prinsip Spritualitas. Dalam konsepsi Islam, prinsip ini disebut sebagi prinsip Tauhid, dimana Prinsip Tauhid ini harus mampu merefleksi pada seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk pada aspek pertumbuhan ekonomi. Setidaknya dengan prinsip ini, akan mengurangi dampak ekologi di balik pertumbuhan ekonomi, sehingga terealisasinya pertumbuhan ekonomi masyarakat yang humanis.

2. Prinsip Kasab. Prinsip ini harus dilakukan secara individu maupun lembaga. Secara individu, manusia harus senantiasa berusaha dan ihtiar untuk bisa memenuhi kebutuhan hidupnya dengan berpegang pada prinsiip tauhid tersebut. Secara Intitusional, prinsip Kasab mengisyaratkan kepada Pemerintah untuk menciptakan lapangan pekerjaan yang humanis, yang dapat memenuhi kebutuhan hidup masyarakat.

3. Prinsip Amana. Prinsip ini mengisyaratkan kepada kita untuk menciptakan kondusifitas sistem perekonomian dengan jaminan keamanan dan keadilan bagi semua lapisan masyarakat dalam melakukan kegiatan perekonomian ummat.

Ketiga prinsip pertumbuhan ekonomi tersebut dapat dibuat suatu skema sebagai berikut :

(11)

Selain prinsip pertumbuhan ekonomi, dalam surat Al-quraisy juga mengandung teori pembentukan character building yaitu dengan belajar membiasakan sesuatu yang baik, sehingga menjadi terbiasa berbuat yang baik, karena sudah terbiasa melakukan sesuatu yang baik, maka akan menjadi kebiasaan berlaku baik.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis membagi teori pertumbuhan ekonomi menurut QS. Al-Quraisy menjadi 2 (dua) yaitu teori pertumbuhan ekonomi melalui perilaku individu dan teori pertumbuhan ekonomi secara institusional.

H. TEORI PERILAKU EKONOMI

Pertumbuhan ekonomi juga harus diikuti dengan perilaku para ekonom yang memajukan pertumbuhan ekonomi. Setidaknya dalam surat Al-Quraisy dijelaskan beberapa teori perilaku ekonomi, yang dalam konteks ini penulis menyebutnya dengan perilaku ekonomi transenden, yaitu sebagai berikut :

1. Teori “Transendensi Perilaku Ekonom”. Teori ini diambil dari kalimat falya’budu yang

mempunyai makna kontekstual dan erat kaitannya dengan perilaku ekonomi. Secara Kontekstual , makna kalimat falya’budu adalah upaya humanisasi (amar ma’ruf) dan liberasi (Nahi Munkar) dalam setiap perilaku ekonomi. Dengan demikian, transendensi ekonomi adalah upaya perilaku ekonomi dalam mengiplementasikan nilai – nilai Ilahiah pada setiap perilaku ekonomi yang dilakukannya. Melalui teori perilaku transendensi ekonomi ini pula dapat menyelesaikan dan meminimalisir perilaku ekonomi yang koruptif.

2. Teori “ ILAFI” yang diambil dari kalimat Li ilafi (

ِفايإ

) Yaitu Pembiasaan diri dalam

melakukan sesuatu yang baik. Dalam kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi, seseorang menjadi bisa karena dia membiasakan diri untuk melakukan sesuatu sehingga menjadi terbiasa, proses ini disebut dengan latihan dan pembelajaran. karena sudah terbiasa, maka menjadi kebiasaan. Karena itu pertumbuhan ekonomi harus dibarengi dengan perilaku individu dalam melakukan sesuatu yang baik, seperti produksi yang memperhatikan dampak lingkungan, kejujuran, sikap tanggung jawab secara individu maupun masyarakat.

3. Teori “RIHLAH” yang diambil dari kalimat (

ِفْيَصلا ِء ت شلا

ِة ْحر

) yang

mengandung makna aktualisasi potensi diri yang produktif tanpa rasa putus asa. Secara tekstual (mantuq) kalimat ini mengandung makna tentang perilaku orang-orang Qurais yang selalu berpergian di waktu musim panas dan musim dingin untuk berdagang. Secara kontekstual, kalimat ini mengandung makna bahwa upaya pertumbuhan ekonomi akan terwujud jika perilaku individunya berusaha untuk meningkatkan produktifitasnya dalam mencari kehidupan yang lebih baik tanpa putus asa.

4. Teori “Keseimbangan hati dan jiwa, jasmani dan rohani” yang diambil prinsip pertumbuhan

(12)

Berdasarkan penjelasan tersebut, teori perilaku ini penulis menyebutnya dengan teori perilaku ekonomi transenden yaitu implementasi nilai-nilai tauhid/ spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari dengan cara membiasakan diri dengan sesuatu yang baik melalui peningkatan produktifitas dan aktualisasi diri untuk mencapai kehidupan yang lebih baik secara ekonomi dalam mewujudkan kesejahteraan umat.

Sedangkan teori pertumbuhan ekonomi secara Institusional dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Teori “KASABA”, yaitu bahwa Negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan lapangan

pekerjangan yang humanis dan transenden dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi ummat. Negara harus mampu menjamin tingkat kebutuhan masyarakat terhadap lapangan pekerjaan.

2. Teori “AMANA” yaitu bahwa Negara harus mampu menciptakan sistem yang adil bagi

pelaku ekonomi, membuat system peraturan perundang – undangan yang menjamin keamanan dan perlindungan terhadap seluruh pelaku ekonomi, seperti perlindungan terhadap produsen, perlindungan terhadap konsumen, perlindungan terhadap investor serta Negara harus mampu menjamin hak-hak individu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

I. KESIMPULAN

Dari uraian tersebut di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Secara Tekstual (Mantuq) surat al-quraisy ini menjelaskan tentang kebiasaan kaum

quraisy yang selalu berpergian pada musim dingin dan musin panas untuk berdagang. Dengan berdagang, kaum quraisy terkenal sebagai salah satu kabilah yang mulia dan kaya, karena itu, Allah SWT memperingatkan kaum quraisy untuk senantiasa menyembah kepada Allah SWT yang telah memberikan kesejahteraan ekonomi dan keamanan social. 2. Secara kontekstual, ayat ini menjelaskan tentang pertumbuhan ekonomi masyarakat yang bisa dilakukan melalui budaya enterprener yang dilandasi atas dasar keimanan kepada Allah SWT sebagai manifestasi dari ikrar manusia yang senantiasa diucapkan pada setiap kali melakukan ibdah sholat yaitu ;Inna Solati wa Nusuki wa mahyaya wa mamati lillahi robbil Alamin

3. Dalam QS. Al-Quraiys mengandung beberapa teori pertumbuhan ekonomi sebagai berikut :

a. Teori perilaku Ekonomi Transenden yaitu implementasi nilai-nilai tauhid/spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari dengan cara membiasakan diri dengan sesuatu yang baik melalui peningkatan produktifitas dan aktualisasi diri untuk mencapai kehidupan yang lebih baik secara ekonomi dalam mewujudkan kesejahteraan umat. Teori ini diambil dari kalimat ; ilafi, rihlata Assitai wa Assoif, falya’bu robba Robba hadzal baitil ladzi

(13)

(Nahi Munkar), Teori Pembiasaan Diri, Aktualisasi potensi diri dan kesimbangan diri perilaku ekonomi.

b. Prinsip Pertumbuhan Ekonomi terdiri dari Tauhid/spiritualitas, Kasaba dan Amana yang dilambangkan dengan teori piramida pertumbuhan ekonomi.

c. Pertumbuhan Ekonomi secara Institusional mengandung makna yaitu:

c.1. Teori “KASABA”, yaitu bahwa Negara mempunyai kewajiban untuk menciptakan lapangan pekerjangan yang humanis dan transenden dalam mewujudkan kesejahteraan ekonomi ummat.

c.2. Teori “AMANA” yaitu bahwa Negara harus mampu menciptakan sistem yang adil bagi pelaku ekonomi, membuat system peraturan perundang – undangan yang menjamin keamanan dan perlindungan terhadap seluruh pelaku ekonomi, seperti perlindungan terhadap produsen, perlindungan terhadap konsumen, perlindungan terhadap investor serta Negara harus mampu menjamin hak-hak individu masyarakat dalam meningkatkan kesejahteraan hidupnya

*) Penulis adalah dosen STAI La Tansa Mashiro

(14)

1. Boediono, Teori Pertumbuhan Ekonomi, Yogyakarta : BPFE, 1992.

2. Jhingan, Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan, Jakarta : Rajawali Press, 2000. 3. Mankiw, N.Gregory, Teori Ekonomi Makro Edisi Keempat, Erlangga. Jakarta, 2000. 4. Murni, Asfia. Ekonomika Makro. PT. Refika Aditama. Bandung, 2009.

5. Sukirno, Sadono, Makro Ekonomi Teori Pengantar, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2000.

6. M.Hasbi Ash-Shidiqi, Sejarah dan Pengantar Ilmu Al-Qur’an/Tafsir, Bulan Bintang, Jakarta. 1980.

7. Pemda Jawa Barat, Tafsir Al-Qur’an Basa Sunda, Bintang Yunior, Bandung, 1993. 8. Ahmad A.K Muda, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Reality Publisher, Jakarta, 2006. 9. Martinussen, john, Society, state and market, Grafindo, Jakarta, 1995.

10.Indra Ismawan, Risiko Ekologis di Balik Pertumbuhan Ekonomi, Media Pressindo, Yogyakarta, 1999.

Referensi

Dokumen terkait

Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh citra merek dan kualitas

Nama dan arti nya islami awalan huruf L LABIB : Yang berakal cerdik.. LEILA : Wanita cantik

Xing and his colleagues are building machine learning programs that analyze an individual patient’s genomic, proteomic, and metabolic data — including incremental risk factors —

yaitu peserta didik kelas X AKL 2, Data tes hasil belajar ini berupa data kuantitatif, yang akan dianalisa dengan analisa statistik atau metode statistik. yaitu

Dari hasil evaluasi diketahui bahwa problem utama kecilnya signal yang dihasilkan dari tembakan airgun ini disebabkan dari chamber airgun masih kekecilan (volume 0,5-0,6

Pada tahun 2000 di negara Cina, tengah disibukan mempromosikan kreativias sebagai komponen penting dalam sistem pendidikan nasional negara mereka.. Sebelumnya para pemimpin

Hal ini sedikit berbeda dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan bahwa pasien asma perokok aktif di Indonesia merokok sebanyak 11 – 20 batang per hari (60,63%)

Hal ini menunjukkan meningkatnya ukuran perusahaan, profitabilitas, pertumbuhan penjualan dan kepemilikan manajerial merupakan gambaran bahwa perusahaan mengalami pertumbuhan,