IMPOR TEPUNG TERIGU DI INDONESIA EKOLOGI PANGAN DAN GIZI
Disusun oleh : Kelompok 2 IKM A 2013
Ristyna Choirunisa 101311133004 Elisa Dwi Pertiwi 101311133026 Ayunda Zilul Gosanti 101311133040 Yopievina Sukamto 101311133047 Defia Rosalina Anwar 101311133178
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS AIRLANGGA
PEMBAHASAN
1. Cara Pemrosesan Tepung Terigu di Indonesia
Kehadiran tepung terigu tentu sangat membantu dalam proses pembuatan berbagai produk kuliner. Sifatnya yang mudah dibentuk dan mudah dipadukan dengan bahan baku lain membuat tepung terigu menjadi salah satu bahan primadona dalam dunia kuliner.Tepung terigu adalah tepung yang berasal dari gandum dan mengalami proses yang panjang. Cara pemrosesan gandum hingga menjadi tepung terigu terdiri dari 5 tahap diantaranya adalah:
1. Proses Seleksi Gandum
Proses ini merupakan tahap awal dalam pembuatan tepung terigu. Gandum yang telah dipanen akan diklasifikasikan berdasarkan varietas dan kualitasnya untuk selanjutnya memasuki tahapan pembersihan.
2. Proses Pembersihan
Di tahap ini gandum akan dibersihkan dan dipisahkan dari material-material yang tidak diinginkan seperti batu dan kerikil yang dapat merusak mesin produksi serta kualitas tepung terigu yang dihasilkan. Pada tahap ini gandum akan melewati beberapa macam mesin seperti separator magnetic, screen separator, dry stoner, trieur dan scourer. Separator berfungsi untuk memisahkan biji gandum dari material yang tidak diinginkan berdasarkan bentuk dan ukuran. Stoner berfungsi untuk memisahkan biji gandum dari batu, kerikil dan lain sebagainya. Separator magnet berfungsi untuk menjamin biji gandum agar terhindar dari berbagai macam campuran logam yang mungkin terbawa pada saat penerimaan bahan baku. Dengan pengontrolan yang ketat, bahan baku yang telah bersih akan diproses kembali melalui tahap conditioning dimana gandum akan dicampur dengan air untuk mencapai tingkat kelembaban yang sesuai untuk diproses ke tahap berikutnya.
3. Gristing
untuk memperoleh kandungan tepung terigu sesuai yang diinginkan. Misalnya untuk mendapatkan tepung terigu berprotein tinggi, akan ditambahkan gluten dengan kadar protein yang tinggi.
4. Proses Penggilingan (Milling)
Proses penggilingan gandum terbagi menjadi 2 tahapan, yakni: 1. Proses pertama
Gandum dimasukkan ke dalam mesin berbentuk gulungan untuk memisahkan kulit ari dengan bagian dalamnya yang berwarna putih. Proses penggilingan pertama ini tak akan menghancurkan bagian inti gandum.
2. Proses kedua
Kulit ari yang telah terpisah dari inti gandum akan disaring beberapa kali agar tidak terbawa ke proses kedua. Pada proses penggilingan yang kedua ini, gandum akan mulai digiling hingga berubah bentuk menjadi serbuk tepungberwarna putih
Proses pembuatan Tepung Terigu Milling yaitu mengolah gandum menjadi tepung terigu dan produk sampingan (by-product) yakni Bran dan Pollard. Produk-produk hasil tadi kemudian masuk ke dalam sfilter dan purifier untuk disaring dan dipisahkan antara tepung yang baik dengan tepung yang tidak sesuai standard. Sedangkan Bran dan Pollard akan diteruskan ke tempat penampungan akhir dan semolina akan diproses lanjut menjadi tepung.
5. Proses Pengemasan
Setelah gandum digiling dan berbentuk tepung, tahap selanjutnya adalah pengemasan sesuai dengan jenis tepung terigu yang dibuat. Ada beberapa jenis tepung terigu yang populer di pasaran, yaitu tepung terigu protein tinggi, tepung terigu protein rendah, all purpose flour, dan masih banyak lagi.
Peta lokasi industri terigu nasional
Kapasitas produksi pabrik terigu nasional saat ini adalah 15.762
Mton/hari, dengan perincian sebagai berikut: kapasitas produksi
terpasang Bogasari Flour Mills sebesar 11. 766 Mton/hari, Berdikari
sebesar 2.146 Mton/hari, Sriboga sebesar 1.110 Mton/hari dan
Panganmas sebesar 740 Mton/hari, seperti tertera dalam tabel di bawah
ini :
Tabel 1. Kapasitas Produksi Pabrik Terigu Nasional
No
. Nama Perusahaan
Kapasitas Produksi
(Mton)
Presentase (%)
1. Bogasari Flour Mills 11.766 74.60
2. Eastern Pearl Flour Mills 2.146 13.70
3. Sriboga Ratu Raya 1.110 7.00
4. Panganmas Inti Persada 740 4.70
Tabel 2. Konsumsi Tepung Terigu Di Indonesia Tahun 2007 - 2011
Sumber :United States Department of Agriculture, 2012
Sumber: Aptindo
3. Permasalahan da Potensi Tepung Terigu di Indonesia
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dikutip detikFinance, Selasa (3/6/2014), tercatat impor tepung terigu mencapai 20.198 ton atau US$ 8,1 juta. Dibandingkan dengan bulan sebelumnya, kenaikan yang terjadi hampir mencapai 3 kali lipat. Maret 2014, impornya masih 8.863 ton (US$ 3,6 juta). Negara asal impor tepung terigu adalah:
1) Turki: 7.027 ton (US$ 2,5 juta) 2) Srilanka: 3.966 ton (US$ 1,7 juta) 3) Malaysia: 2.456 ton (US$ 1,2 juta) 4) ndia: 2.910 ton (US$ 1,1 juta) 5) Ukraina: 2.327 ton (US$ 948 ribu) 6) Negara lainnya: 1.511 ton (US$ 696 ribu)
Tabel 3. Volume Impor Tepung Terigu Indonesia Tahun 2007 - 2011
Saat ini Indonesia mempunyai 22 perusahaan terigu dengan kapasitas produksi 7,2 juta ton per tahun. Sementara kebutuhan tepung terigu nasional hanya 6,2 juta ton. Dari data tersebut, menyatakan bahwa Indonesia masih surplus tepung terigu sebanyak 1 juta ton. Jadi, sebenarnya Indonesia sangat siap tanpa terigu impor.
Dari data Aptindo hingga Kuartal pertama tahun 2012, kapasitas produksi terpasang tepung terigu nasional sudah mencapai 7,61 juta ton per tahun atau 25.375 ton per hari. Sementara, konsumsi tepung terigu nasional pada tahun lalu adalah sebesar 4,75 juta ton. Jumlah itu terdiri dari produksi domestik sebesar 4,07 juta ton dan 679 ribu ton dari impor.
Kelebihan produksi yang dihasilkan oleh Indonesia dimanfaatkan untuk melakukan ekspor ke sejumlah negara. Pada tahun 2011 ekspor telah dilakukan ke negara seperti Timor Leste, Korea Selatan, Filipina, Singapura, dan Jepang, yang total ekspornya mencapai 32.296 ton.
REKOMENDASI
Dalam rangka mengurangi kegiatan impor tepung di Indonesia, dapat dilakukan rekomendasi seperti berikut ini:
1. Meningkatkan jumlah produsen tepung terigu dalam negeri
Adanya investasi dan penambahan kapasitas produksi industri tepung terigu di dalam negeri menjadi prospek yang bagus bagi Indonesia.Hal ini dikarenakan akan menjadikan Indonesia sebagai basis produksi tepung terigu untuk memasok ekspor ke kawasan Asia Timur.
2. Adanya pemantauan yang ketat terhadap praktek dumping impor terigu Dalam hal ini Pemerintah tetap konsisten dalam penerapan tindakan pengamanan produk local . Kebijakan BMPTS (Bea masuk tindakan pemgamanan sementara) harus dilanjutkan hingga safeguard. Dengan adanya bea masuk diharapkan tidak terjadi paktek dumping.
3. Upaya Substitusi
DAFTAR PUSTAKA