UTANG LUAR NEGERI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PEMBANGUNAN
BI mencatat total ULN mencapai USD343,1 miliar, bila dikonversi dalam Rupiah sebesar Rp4.631 triliun. ULN yang terdiri atas utang publik (pemerintah dan bank sentral) dan swasta tumbuh sekitar 4,5% bila dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. ULN pemerintah dan bank sentral tumbuh sekitar 8,5% di bandingkan periode yang sama tahun lalu.
Meningkatnya ULN pemerintah seiring dengan meroketnya kebutuhan pembiayaan untuk proyek infrastruktur. Sementara itu, ULN swasta naik tipis sekitar 0,6% dibandingkan periode sama pada 2016. Komposisi ULN dilihat dari jangka waktu didominasi ULN jangka panjang sekitar 86,2% dari total ULN dengan pertumbuhan sekitar 3,4% pada akhir kuartal ketiga 2017 dibandingkan kuartal ketiga 2016.
Disusul ULN jangka pen dek yang meningkat 11,6% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dilihat dari sektor ekonomi, posisi ULN swasta berfokus pa da empat sektor, yakni keuangan, industri pengolahan, listrikgas- air bersih (LGA), dan pertambangan.
Utang komersial tercatat sekitar 86% dari total utang pemerintah yang meliputi pinjaman luar negeri, pinjaman dalam negeri, dan penerbitan SBN. Selebihnya dari Bank Dunia sebesar 7%, Jepang sekira 5%, Asia Development Bank (ADB) 3%, dan lainnya tercatat 4%.
Rasio utang adalah tolok ukur utang sebuah negara untuk menyatakan apakah negara ter sebut sudah dalam kategori gawat atau tidak dengan utang yang ada. Ada pun batas utang yang dianggap gawat apabila rasio utang sudah menyentuh sekitar 60% terhadap PDB. Dari tahun ke tahun, rasio utang terhadap PDB terus mencatat peningkatan walau naiknya tidak signifikan, mulai 2013 sebesar 24,9%, lalu 2014 sedikit turun menjadi 24,7%, kemudian naik lagi men jadi 27,4% pada 2015, dan sebesar 28,3% pada 2016 lalu. Meski angka-angka utang terus membesar, pemerintah selalu mengimbau masyarakat agar tak perlu timbul rasa khawatir yang berlebihan. Pasalnya, rasio utang masih terjaga dan aman. Saat ini ra sio utang terhadap PDB sekitar 28,6%.
bunga utang, pemberian subsidi yang berlebihan pada masa pemerintahan sebelumnya juga menjadi alas an membengkaknya utang negara. Sedangkan, di sisi lain, pemasukan pajak tahun 2016 tidak mencapai target dan pembangunan harus terus berjalan.
Dalam hal ini, pada tahun anggaran yang akan datang pemerintah akan menerbitkan SBN senilai Rp414,5 triliun. Hal itu sudah disepakati antara pemerintah, Badan Anggaran (Banggar) DPR RI, dan BI. Penerbitan SBN tersebut disesuaikan postur Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2018 yang dirancang defisit. Belanja APBN 2018 dipatok sebesar Rp2.220,6 triliun, sedangkan penerimaan ditargetkan Rp1.894,7 triliun. Dengan demikian, terdapat defisit anggaran sekira Rp325,9 triliun atau 2,19% terhadap PDB. Utang tergantung pos tur APBN.
http://www.beritasatu.com/ekonomi/439793-jk-utang-pemerintah-naik-demi-pembangunan-infrastruktur.html