SETAN DALAM AL-QUR`AN
Thesis
Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Meraih Gelar Magister Dalam Ilmu-ilmu Agama Islam di Bidang Tafsir Hadis
Disusun Oleh:
Abdul Karim
03.2.00.1.05.01.0066
SEKOLAH PASCASARJANA
KONSENTRASI TAFSIR HADIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
LEMBAR PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Thesis ini merupakan karya asli saya, yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister (Strata 2) pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan tesis ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari ternyata bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ciputat, 7 Juli 2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Tesis dengan judul "SETAN DALAM AL-QUR`AN" yang ditulis
oleh Abdul Karim, No. Pokok 03.2.00.1.05.01.0066, Konsentrasi
Tafsir-Hadis, telah disetujui untuk dibawa ke dalam ujian/penilaian Tesis.
Pembimbing I, Pembimbing II,
(Prof. Dr.H. Ahmad Thib Raya, MA.) (Dr. Yusuf Rahman, MA.)
PENGESAHAN PANITIA UJIAN
Thesis dengan judul "SETAN DALAM AL-QUR`AN" telah diujikan
dalam sidang munaqasyah Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri
(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Agustus 2007. Thesis ini
telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana
Program Strata 2 (S2) pada bidang kajian Tafsir Hadis.
Jakarta, 8 November 2007
Penguji I, Penguji II,
(Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA.) (Dr. Sahabuddin)
Pembimbing I, Pembimbing II,
SINGKATAN
Beberapa singkatan yang dilakukan adalah:
1. swt. = subhanahu wa ta'ala
2. saw. = shalla Allahu 'alaihi wa sallam
3. as. = 'alaihi as-salam
4. ra. = radliya Allahu 'anhu
5. HR. = Hadis Riwayat
6. H. = Hijriyah
7. M. = Masehi
8. w. = wafat
9. dkk. = dan kawan-kawan
10. Qs. = al-Qur`an, surat/nomor surat : nomor ayat
11. Cet. = Cetakan
12. t.tp. = tanpa tempat penerbit
13. t.th = tanpa tahun
14. tp. = tanpa penerbit
15. ibid. = ibidem (sama dengan sebelumnya)
Kata Pengantar
Alhamdu lillahi robbil 'alamin, puji syukur kehadirat Allah swt. atas
taufiq, hidayah dan inayah-Nya, tesis dengan judul "Setan dalam
Al-Qur`am" telah dapat saya selesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah atas Nabi Muhammad saw. yang telah mewariskan sumber utama
hukum dan ajaran islam "Al-Qur`an" yang menjadi pedoman hidup bagi umat
Islam.
Selesainya tesis ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah
berkenan membantu, membimbing, dan memberikan kemudahan dalam proses
penyelesaiannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan
penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih yang
sedalam-dalamnya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Bapak Prof. Dr. Azyumardi
Azra, MA selaku Rektor dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen dan staf yang telah mengajar dan
melayani penulis dengan penuh keikhlasan, sehingga aktifitas akademik
penulis pada program ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.
2. Bapak Prof. Dr.H. Ahmad Thib Raya, MA. Dan Bapak Dr. Yusuf Rahman,
telah banyak bermurah hati meluangkan waktunya untuk memberikan
bimbingan dan arahan.
3. Pimpinan dan seluruh petugas Perpustakaan Pusat dan Pascasarjana UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan dan
pelayanan kepada penulis selama dalam proses penelitian dan penulisan
tesis ini.
4. Kedua orang tua penulis, ayahanda Fathur Razi dan Ibunda Amirah yang
telah melahirkan, mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis dengan
penuh kasih dan sayang yang tulus ikhlas.
5. Ibunda mertua Masnah dan sekeluarga yang telah banyak memberikan
motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan tesis ini.
6. Teristimewa, Istriku Astuti dan anakku Najmah al-Karim yang sangat saya
sayangi dan saya banggakan, atas segala pengertian, bantuan, dukungan,
dan dorongannya untuk menyelesaikan tesis ini.
7. Teman-teman di GLOBAL ISLAMIC SCHOOL dan sahabat karib
terutama Bapak Andri dan pak Prie yang telah membantu untuk mencarikan
berbagai referensi, sehingga dapat memudahkan penulis dalam
8. Semua pihak yang telah ikut membantu memberikan dukungannya baik
berupa moril maupun materi, yang tidak sempat penulis sebutkan satu
persatu.
Atas segala kebaikan yang telah mereka berikan, penulis doakan
semoga amal baik mereka semua dicatat oleh Allah swt. dan mendapatkan
balasan dengan yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Amin.
Akhirnya, penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, tegur sapa, kritik
yang konstruktif dan saran yang baik demi kesempurnaan tesis ini sangat
penulis harapkan.
Jakarta, 12 Mei 2007
ABSTRAK
Setan adalah istilah yang sudah sangat popular di kalangan umat manusia
sebelum Islam. Misalya tradisi Yahudi dalam kitab perjanjian lama menyatakan
bahwa iblis adalah pembujuk. Ia pada mulanya adalah setan dalam bentuk ular yang
berhasil mengalahkan Adam dan Hawa. Bahkan setan sudah dikenal dalam
masyarakat kuno, yang dipersepsikan sebagai dewa-dewa asing yang mewujudkan
diri dalam invasi dan agresinya untuk mengacaukan masyarakat tani yang hidup
dalam ketenangan atau kedamaian.
Dalam al-Qur`an sering kali setan didiskripsikan sebagai karakter buruk dan
jahat yang menggoda, menyesatkan, dan menjerumuskan manusia dari jalan yang
benar. Namun penafsiran tentang setan muncul berbagai pemahaman yang berbeda.
Hal ini tentunya menuntut sebuah pengkajian dan penafsiran yang benar-benar utuh
dan komprehensif. Siapakah sebenarnya setan itu ? Benarkah setan yang
menjerumuskan manusia ke lembah kehancuran ? Dan bisakah manusia
mengalahkannya?
Dalam al-Qur`an, kata "Syaithān" baik mengambil bentuk jamak maupun tunggal disebut sebanyak 88 kali dalam 36 surat. Sedangkan kata "Iblīs" disebutkan sebanyak 11 kali dalam 9 surat.1. Ayat yang paling sering dijadikan rujukan awal
adalah surat al-Baqarah ayat 34 sampai 36 berkenaan dengan dialog antara Allah swt.
dengan malaikat tentang penciptaan Adam, yang diikuti dengan perintah Allah untuk
sujud kepada Nabi Adam sebagai tanda pengakuan atas kemuliannya.
Benarkah jin, setan dan iblis yang menjadi musuh manusia itu adalah sosok
makhluk halus yang berada di luar diri manusia?
1
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu`jam al-Mufahros li Alfazhi al-Qur'an al-Karim,
(Lebanon: Dar al-Fikr, 1981 M/1401 H), cet. 2, h. 382-383 dan h. 134. Lihat juga: Ali Audah,
Konsep setan dalam al-Qur'an adalah bahwa setan merupakan karakter buruk
atau potensi kejahatan yang berasal dari manusia atau jin, kemudian mengalami
proses personalisasi.
Setan sesungguhnya berada dalam diri manusia, dan menurut penulis
termasuk setan dari komunitas jin atau iblis itu juga ada dalam diri manusia.
Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:
ﺎﺌﻴﺸ ﻡﻜﺒﻭﻠﻗ ﻲﻓ ﻰﻘﻠﻴ ﻥﺃ ﺕﻴﺸﺨ ﻲﹼﻨﺇ ،ﻡﺩﻟﺍ ﻯﺭﺠﻤ ﻡﺩﺁ ﻥﺒﺍ ﻥﻤ ﻯﺭﺠﻴ ﻥﺎﻁﻴﺸﻟﺍ ﻥﺇ
.
"Sesungguhnya setan berjalan di dalam tubuh manusia seperti darah yang mengalir, aku khawatir ia akan membisikkan sesuatu ke dalam hati kalian".2
ﺩﻴﻌﺒ لﻼﻀ ﻰﻓ ﻥﺎﻜ ﻥﻜﻟﻭ ﻪﺘﻴﻐﻁﺍ ﺎﻤ ﺎﻨﺒﺭ ﻪﻨﻴﺭﻗ لﺎﻗ menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh". (Qs. Qof 50 : 27)
لﻭﺴﺭ ﺎﻴ ﻙﺎﻴﺇﻭ ﺍﻭﻟﺎﻗ ،ﺔﻜﺌﻠﻤﻟﺍ ﻥﻤ ﻪﻨﻴﺭﻗ ﻭ ﻥﺠﻟﺍ ﻥﻤ ﻪﻨﻴﺭﻗ ﻪﺒ لﹼﻜﻭ ﺩﻗﻭ ﹼﻻﺇ ﺩﺤﺍ ﻥﻤ ﻡﻜﻨﻤ ﺎﻤ ﺭﻴﺨﺒ ﹼﻻﺇ ﻲﻨﺭﻤﺄﻴ ﻼﻓ ﻡﻠﺴﺃ ﻲﹼﺘﺤ ﻪﻴﻠﻋ ﻰﻨﻨﺎﻋﺃ ﷲﺍ ﻥﺍ ﹼﻻﺇ ﻱﺎﻴﺇﻭ لﺎﻗ ؟ﷲﺍ
.
"Tidak ada seorang pun dari kalian melainkan telah diwakilkan kepadanya seorang teman dari jenis jin dan malaika. Mereka bertanya: Apakah engkau juga demikian, wahai Rasulullah? Rasul menjawab: Ya, aku juga. Tetapi sesungguhnya Allah telah menolong aku, hingga ia masuk Islam, maka tidaklah ia menyuruhku kecuali kepada kebaikan".3
Jadi asumsi bahwa setan adalah jenis mahluk halus yang hidup di luar diri
manusia adalah tidak benar, sebagaimana pemahaman orang-orang terdahulu, seperti
dalam mitologi Yunani, kepercayaan Babilonia, legenda Rumania dan juga dalam
tradisi Kristen semuanya mengilustrasikan setan sebagai sosok makhluk halus yang
jahat yang hidup di luar diri manusia. Konsep setan dalam al-Qur'an adalah bahwa
setan merupakan karakter buruk atau potensi kejahatan yang melekat dalam diri
manusia dan jin yang kemudian mengalami proses personalisasi. Wallahu A'lam.
hadis ini juga terdapat dalam Musnad Imam Ahmad, lihat: Al-Musnad li Imam Ahmad Ibn Hanbal,
DAFTAR ISI
Hal.
Halaman Judul ……… i
Persetujuan Pembimbing ……….. ii
Transliterasi dan Singkatan ………... iii
Kata Pengantar ………... v
Abtraksi ………... viii
Daftar Isi ……….. xiii
BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ………... 1
B. Pokok dan rumusan masalah ……… 10
C. Tujuan dan kegunaan penelitian ……… 12
D. Kajian pustaka ……….. 12
E. Metodologi penelitian ……… 20
F.
Sistematika penulisan……….. 21
BAB II : PENGERTIAN SETAN A. Pengertian setan secara umum ………. 24
B. Macam-macam setan ………... 34
b.1. Setan dari jenis jin ……….. 35
C. Hakekat setan ………... 48
BAB III : EKSISTENSI SETAN DALAM AL-QUR’AN
A. Setan, Jin dan Iblis dalam al-Qur`an …..……….. 54
B. Asal mula penamaan setan ..………..………. 82
C. Tipu daya setan dalam menyesatkan manusia ..………... 93
BAB IV : STRATEGI MENGHADAPI TIPU DAYA SETAN
A. Berlindung diri dari godaan setan ……….. 117
B. Bertaqwa kepada Allah ……… 125
C. Ikhlas dalam beramal ……… 128
D. Dzikir dan doa
………...
131E. Terapi Pengobatan dari Penguasaan Setan
…………
140BAB V : PENUTUP
A. Kesimpulan ……….. 151
B. Saran-saran ………. 154
Daftar Pustaka ………. 156
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ketika Allah hendak menciptakan Adam, para malaikat melakukan
"interupsi" kepada Allah atas kehendak-Nya menciptakan mahluk yang
diprediksikan akan melakukan kerusakan di muka bumi. Maka Allah
menjawab "Aku lebih mengetahui segala sesuatu yang tidak kalian ketahui".
Kemudian Allah mengadakan semacam "fit and proper test" kepada malaikat
dan Adam, siapakah di antara mereka yang lebih luas pengetahuannya. Kepada
mereka Allah memerintahkan mereka untuk menyebutkan nama-nama segala
sesuatu yang ada pada saat itu. Para malaikat tidak mampu menjawab,
sedangkan Adam bisa menjawabnya dengan baik. Maka Allah memerintahkan
para malaikat untuk sujud kepada Adam, dalam arti mengakui keunggulan dan
menghormati Adam. Semuanya bersujud kecuali Iblis.1
Akal merupakan anugrah ilahi yang tidak terkira harganya.
Manusia dapat lebih unggul dari mahluk yang lainnya karena mereka memiliki
1
pengetahuan yang sangat kreatif yang bersumber pada akal. Dengan
pengetahuan ini, manusia dapat belajar dari alam, berkreasi, berinovasi dan
memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidupnya.2 Dengan keunggulan ini,
atas perintah Allah para malaikat bersujud kepada Adam, tetapi Iblis
membangkang perintah tersebut karena ia merasa lebih mulia dari Adam. Sejak
itulah, Iblis memulai karirnya sebagai agent anti manusia yang selalu berusaha
menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat.
Ada sisi positip kehadiran setan dalam kehidupan manusia, yaitu
menjadi tantangan dan sekaligus membuat hidup manusia semakin dinamis,
akan tetapi manusia harus berjuang keras dan gigih dalam setiap pergumulan
dan perseteruannya dengan setan. Dibalik sisi-sisi positip itu ada perangkap
setan yang dapat menjerat manusia ke jalan yang sesat dengan tipu dayanya,
oleh karena itu manusia harus selalu berusaha untuk tetap lurus pada jalur ilahi
agar selamat dari tipu daya Iblis dan kroni-kroninya untuk menyesatkan
manusia.
Allah memberikan pilihan-pilihan kepada manusia, sekaligus
menciptakan dua kutub yang saling bertentangan, antara kekuatan yang baik
2
dan kekuatan yang jahat. Pada akhirnya, manusia akan terseleksi menjadi dua
kelompok yaitu mereka yang tetap istiqāmah dalam kebaikan dan mereka yang
terjerumus pada jebakan kejahatan-kejahatan Iblis atau setan. Prinsip kejahatan
inilah yang kemudian memang sering dipersonifikasikan dalam al-Qur`an
sebagai iblis atau setan.3
Ketika kita membicarakan masalah setan, maka akan muncul
banyak keunikan sekaligus misteri yang senantiasa mengundang berbagai
pertanyaan. Melangkah kepada suatu kehidupan metafisik (dunia ghaib), tentu
tidak hanya membutuhkan kekuatan daya nalar yang kritis, tapi perlu juga
dilengkapi dengan perangkat keimanan akan kebenaran dunia lain yang
bersifat Transcendent (sangat penting).
Istilah setan bukanlah sebuah istilah yang baru dikenal, karena
istilah itu telah lama berbaur di kalangan masyarakat luas. Bahkan sejak 14
abad yang lalu al-Qur’an telah mengabarkan kepada kita akan eksistensi setan,
asal mula penamaannya, karakternya, dan peranannya dalam setiap gerak
langkah kehidupan manusia. Hanya saja berita tentang adanya setan
merupakan hal yang gaib yang memerlukan keimanan dalam hati dan sekaligus
memerlukan daya nalar yang kritis.
3 Fazlur Rahman, Tema-tema Pokok al-Qur`an, Terj. Anas Mahyudin, (Bandung: Penerbit
Setan merupakan karakter buruk dan jahat yang bisa mengalir
dalam diri manusia melalui aliran darah. Cara masuknya, bisikan dan godaan
setan ke dalam hati manusia dan pengaruhnya terhadap pikiran manusia adalah
seperti masuknya bibit penyakit (mikroba) ke dalam tubuh manusia .4
Karena itu siapapun yang tidak memiliki keimanan yang kuat dan
akal yang cerdas akan hal-hal yang gaib pasti tidak akan pernah tahu tentang
setan, karakteristik dan bahayanya. Dan ia akan jauh dari keselamatan, apalagi
jika bahaya itu datang di tempat yang tidak diketahui, maka pengaruhnya akan
sangat berbahaya bagi orang yang tertimpanya.
Sejak diusir oleh Allah dari surga, iblis berkomitmen sampai hari
kiamat untuk menjerumuskan Nabi Adam dan keturunannya supaya masuk ke
neraka. Dengan tipu dayanya, setan menjauhkan dan menyesatkan manusia
dari jalan Allah swt.
Setan selalu menjadi sasaran dan kambing hitam dalam setiap
pergumulan dan perseteruannya dengan manusia, tetapi ia selalu luput dan
tidak pernah menyerah. Ketika setan mampu menguasai manusia untuk
memperturutkan hawa nafsunya, maka ia meninggalkan manusia yang
mengikutinya dalam kesesatan dan kehancuran, dan manusia yang semula
dipimpinnya dibiarkan maju binasa.
Dalam surat Al-A`raf ayat 27 Allah berfirman:
"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang
tidak beriman". (Q.s. al-A'rāf 7 : 27)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa setan melihat manusia,
sedangkan manusia tidak dapat melihatnya. Ini berarti bahwa setan itu ghaib
bagi manusia. Tapi meskipun dia tidak terlihat oleh mata namun pengaruhnya
terasa kalau dia telah masuk ke dalam hati. Hal ini dapat kita rasakan
umpamanya ketika kita sedang melakukan salat, ia berbisik di hati kita
mengusik dan mengganggu kita tanpa kita tahu di mana setan itu berada. Jerat
yang dipasang oleh setan siang dan malam menurut Ibnu Abbas, sebagaimana
yang dikutip oleh Hamka tidak kurang dari tujuh ratus (700) macam.5
Apa dan Siapakah sebenarnya setan itu? Apa pula yang dimaksud
setan dari bangsa jin dan setan dari bangsa manusia? Dan bisakah manusia
mengalahkannya?
Setan masih tetap sebuah misteri, aktifitas setan adalah memasuki
setiap bidang kehidupan manusia.6 Ia hidup bersama kita di muka bumi ini,
bercampur di tempat tinggal kita, makan dan minum bersama kita.
Setan juga merusak hati dan pikiran kita, meluapkan amarah antara
kita, membuat pertumpahan darah dan terkadang juga menjadikan manusia
menyembahnya atau menyembah mahluk yang lainnya dan menyebabkan
sebagian kita menyimpang dari jalan Allah swt., supaya Allah murka kepada
kita. Ia selalu mengajak manusia ke arah kehancuran, kerusakan dan
kebinasaan.
Hal ini berarti bahwa setiap yang menjauhkan diri dari kebenaran ,
membujuk untuk berbuat kemaksiatan dan selalu mendorong manusia untuk
melakukan kejahatan dapat dikategorikan sebagai setan.7
Dalam al-Qur`an, kata "Syaithān" baik mengambil bentuk jamak
maupun tunggal disebut sebanyak 88 kali dalam 36 surat. Sedangkan kata
6
Fazlur Rahman, Tema-tema pokok Al-Qur`an, h. 182
7 M. Mutawalli , Waspadalah Terhadap Setan, (Jakarta: PT. Arista Brahmatyasa, 1984), cet.
"Iblīs" disebutkan sebanyak 11 kali dalam 9 surat.8. Ayat yang paling sering
dijadikan rujukan awal adalah surat al-Baqarah ayat 34 sampai 36 berkenaan
dengan dialog antara Allah swt. dengan malaikat tentang penciptaan Adam,
yang diikuti dengan perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam sebagai
tanda pengakuan atas kemuliannya.
Dalam surat tersebut kata "Iblīs" disebutkan sebagai person
pembangkang dan "Syaithān" sebagai pembisik, keduanya berada dalam satu
ayat bahkan dalam satu rangkaian cerita. Penyebutan tersebut berulang kali
dalam setiap cerita pembangkangan Iblis. Hal ini setidaknya dapat
mengandung dua arti; pertama, bahwa setan tiada lain adalah Iblis; kedua,
keduanya mungkin merupakan dua hal yang berbeda atau mengandung makna
bahwa kata "Syaithān" menunjukkan sifat atau perilaku dominan bagi Iblis.
Karenanya walaupun keduanya identik tapi berbeda. Asumsi tersebut
menggelitik para ulama untuk meneliti siapa sebenarnya setan dan Iblis itu?.
Berbagai persoalan memang senantiasa mewarnai penafsiran
al-Qur`an. Penafsiran al-Qur`an pun akan selalu berkembang sesuai dengan
perkembangan zaman dan metodologi yang digunakan. Hal ini merupakan
sesuatu yang wajar, karena teks-teks al-Qur`an sendiri, walupun sifatnya
8
Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu`jam al-Mufahras li Alfazhi al-Qur'an al-Karim,
(Lebanon: Dar al-Fikr, 1981 M/1401 H), cet. 2, h. 382-383 dan h. 134. Lihat juga: Ali Audah,
universal akan tetapi turun dalam konteks ruang dan waktu yang sangat
terbatas dan sesuai dengan kondisi sosial kemasyarakatan dan kapasitas
intelektual yang dimiliki masyarakat ketika itu.9
Penafsiran tentang setan juga muncul berbagai pemahaman yang
berbeda. Hal ini tentunya menuntut sebuah pengkajian dan penafsiran yang
benar-benar utuh dan komprehensif.
Penulis mencoba menganalisis dengan cermat berusaha
menghindari sikap prejudice (prasangka) dan sikap a priori (berdasarkan teori
yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya) dalam mengambil
kesimpulan terhadap eksistensi setan. Juga tidak ingin mempunyai
kesalahpahaman tentang setan yang mengarah kepada keyakinan yang keliru
atau sesat, karena tidak tahu persis permasalahan dan bahkan mungkin terkesan
diskriminatif dalam menyikapi permasalahan yang sebenarnya.
Dalam hal ini Al-Qur’an mengisyaratkan dalam surat Al-An’am
ayat 112 yang berbunyi :
9 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur`an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep
“ Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu Setan-Setan dari jenis manusia dan dari jenis jin , sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah untuk menipu manusia. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka
tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” ( Q.S Al-An’am :
112 )
Ayat ini menjelaskan bahwa setan yang dimaksud dalam
Al-Qur’an adalah dari jenis jin dan manusia keduanya memiliki peranan yang
sama, yaitu selalu berusaha menggoda manusia agar terjerumus ke lembah
kehinaan. Namun bedanya adalah kalau manusia bisa sama-sama dilihat,
sedangkan setan yang berupa jin tidak bisa ditangkap dengan panca indera.
Kita selalu beranggapan bahwa setan merupakan aktor di balik
berbagi bencana , malapetaka, kejahatan , teror-teror, dan yang semacamnya.
Ia adalah pembangkang terhadap perintah-perintah Allah , pelanggar
larangan-larangannya, pembelok dari kebenaran, penghambat dan perintang dari
kebaikan.
Penulis akan menganalisis secara mendalam dengan berlandaskan
pada argumentasi yang kuat dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Jangan sampai
masyarakat terjebak pada keterjerumusan teologis yang tidak kondusif bagi
tumbuhnya nilai keimanan yang integral akan kemahakuasaan dan
kesempurnaan Allah swt. Keutuhan dan integritas pemikiran terhadap alam
sebagai refleksi pandangan dunia tauhid yang ideal bagi orang-orang yang
beriman.
Berdasarkan gambaran seperti itulah penulis mencoba memilih
judul "Setan Dalam Al-Qur`an" dengan alasan-alasan sebagai berikut :
1. Setan merupakan suatu hal yang gaib yang wajib kita imani keberadaannya,
namun haruslah dipahami dengan logika yang cerdas, meskipun ia tidak
terlihat oleh panca indera kita. Benarkah asumsi bahwa setan merupakan
mahluk halus yang menakutkan? Dan apa yang dimaksud dengan setan
dari bangsa manusia dan jin?
2. Setan adalah karakter buruk yang selalu mendorong manusia untuk
melakukan kejahatan. Sehingga hal ini sangat berbahaya bagi masa depan
manusia, oleh karena itu manusia harus menangkal serangan-serangan setan
tersebut dan membentengi diri dari segala tipu dayanya.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Secara hakiki manusia memiliki keterbatasan kemampuan untuk
mengetahui alam gaib yang berada dalam dunia metafisik. Misteri alam gaib
itu merupakan rahasia Allah yang hanya Allah sajalah yang mengetahuinya
secara pasti. Namun demikian kita harus beriman kepada hal yang gaib karena
Keimanan terhadap yang gaib merupakan sikap pertama yang
harus ditanamkan kepada orang-orang yang bertaqwa . Sebagaimana firman
Allah dalam surat Al- Baqarah ayat 1-3 yang berbunyi :
“ Alif lam mim. Kitab ( Alqur’an ) ini tidak ada keraguan padanya, Petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib , yang mendirikan shalat , dan menafkahkan sebagian rizki yang kami
anugrahkan kepada mereka”. ( Q.S al Baqoroh : 1-3 )
Setan termasuk hal yang gaib yang wajib kita imani karena
terdapat banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang menyatakan
eksistensinya. Namun perlu dicermati pula makna hakiki dari setan itu sendiri.
Apakah benar asumsi bahwa jin itu ada yang beriman kepada Tuhannya, tapi
juga ada yang tidak beriman yang disebut setan? Hal tersebut, perlu penulis
luruskan dalam pembahasan tesis ini.
Banyak di antara manusia yang hatinya dikalahkan oleh setan dan
dikuasai olehnya. Sehingga hati itu penuh dengan godaan yang mengajak
memilih dunia dan melemparkan akhirat. Setan akan lemah dan tidak berdaya
ketika manusia mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat, karena hawa
untuk selalu dzikir kepada Allah swt, karena dzikir kepada Allah disertai
mohon perlindungan terhadapnya merupakan senjata untuk melawan setan. 10
Dalam surat al-Baqarah ayat 34 sampai 36 tersebut kata "Iblīs"
disebutkan sebagai person pembangkang dan "Syaithān" sebagai pembisik,
keduanya berada dalam satu surat bahkan dalam satu rangkaian cerita.
Penyebutan tersebut berulang kali dalam setiap cerita pembangkangan Iblis,
hal ini setidaknya dapat mengandung dua arti; pertama, bahwa setan tiada lain
adalah Iblis; kedua, keduanya mungkin merupakan dua hal yang berbeda atau
mengandung makna bahwa kata "Syaithān" menunjukkan sifat atau perilaku
dominan bagi Iblis. Karenanya walaupun keduanya identik tapi berbeda.
Asumsi tersebut menggelitik para ulama untuk meneliti siapa sebenarnya setan
dan Iblis itu?.
Benarkah jin, setan dan iblis yang menjadi musuh manusia itu
adalah sosok makhluk halus yang berada diluar diri manusia? Penulis akan
berusaha membahasnya dengan cermat dan teliti.
Adapun permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai
berikut:
1. Menurut al-Qur`an, siapakah setan itu?
2. Apakah istilah setan di dalam al-Qur`an bermakna jisim atau suatu potensi?
10
Sedangkan ruang lingkup pembahasan (batasan masalah) pada
tesis ini adalah melipuiti pengertian setan, hakekat setan dan hal-hal yang
berkaitan dengan setan.
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan
1. Untuk mengungkapkan dan menjelaskan siapa sesungguhnya setan itu,
agar bisa dipahami secara benar menurut al-Qur’an
2. Untuk menganalisa secara kritis hal-ihwal setan, dan mencari strategi
yang tepat dan benar sesuai dengan pemahaman menurut al-Qur’an.
3. Untuk dijadikan sebagai saalah satu sumber rujukan dalam memahami
masalah setan, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang membahayakan
keimanan.
D. Kajian Pustaka
Sejauh pengamatan penulis belum ada karya ilmiyah yang
mengangkat tema ini. Walaupun banyak karya-karya yang membahas tentang
setan dan jin namun pokok bahasan sangat terbatas. Seperti karya Muhammad
Abduh Al-Mughiri yang berjudul Zawāj al-Jān min Bani al-Insān . Kemudian
karya Ali Ahmad Al-Thahtawi yang berjudul Hiwār Syayāthīn ma’a al-Anbiyā
wa al-Shālihīn. Buku yang pertama mengupas tentang perkawinan jin dan
manusia yang merupakan sebuah pengalaman spiritual seseorang. Kemudian
saleh. Dan masih banyak karya-karya lain yang membicarakan tentang
eksistensi setan yang semuanya masih bersifat umum. Penulis akan
memaparkan beberapa buku yang membahas tentang setan dan yang berkaitan
dengannya.
Pertama, buku karya M. Quraish Shihab yang berjudul 'Yang
Tersembunyi Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-Qur`an–As-Snnah",
tebalnya 307 halaman. Shihab mengupas banyak tentang makna jin, setan dan
iblis. Tapi Shihab lebih condong kepada penafsiran literal dan tekstual,
sehingga dalam penafsirannya tentang jin, setan dan iblis dia pahami sebagai
mahluk halus yang di luar diri manusia yang mempunyai berbagai kemampuan
dan sekaligus kelemahan, sebagaimana yang ia pahami dari ayat-ayat
al-Qur`an yang berkaitan dengan ayat-ayat tentang jin, setan, dan iblis, khususnya
dalam memahami makna jin.
Di dalam hal ini Shihab melakukan generalisasi makna terhadap
ayat-ayat jin, tanpa melihat lebih jauh konteks ayat dan mengesampingkan
referensi-referensi yang integral, sehingga terjadi banyak kerancuan dalam
memahami jin, setan dan iblis dari berbagai aspek. Bagi Shihab setan itu
adalah manusia yang berperilaku jahat dan jin kafir yang berwujud mahluk
halus di luar diri manusia. Sedangkan jin muslim bukan termasuk setan.
jin kafir adalah jin yang durhaka. Ini berarti ada diskriminasi dalam hal
justifikasi pengkafiran antara manusia dan jin.
Shihab menolak eksistensi jin yang berada dalam diri manusia.
Karena menurutnya, mengingkari keberadaan jin di luar diri manusia sama
dengan meniadakan sebagian teks al-Qur`an dan as-Sunnah.11 Padahal menurut
penulis tidak harus demikian, kalau masing-masing teks itu dipahami dalam
konteks yang tepat. Hal pokok inilah yang belum diekplorasi secara signifakan
oleh Shihab. Memang banyak hal yang tidak terjangkau oleh panca indra, tapi
eksistensinya diakui. Di dalam bukunya, Shihab mencoba memberikan
berbagai argumentasinya, namun banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan
penafsiran jin, belum memuaskan logika penulis, karena ada kerancuan makna
jin dalam satu ayat dengan ayat yang lain.
Bahwa keberadaan jin, setan, dan iblis itu ada disebutkan dalam
al-Qur`an adalah suatu kebenaran yang harus diyakini, tetapi untuk
memahaminya kita perlu melakukan kajian mendalam tentang hal itu dari
berbagai sumber, mengingat bahwa al-Qur`an dan as-Sunnah adalah teks yang
hidup. Pemahaman tentang hal tersebut dapat diperoleh dengan komprehensif,
ketika digunakan pemahaman yang seimbang dan proporsional antara tekstual
11 Lihat: Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam Qur`an dan
dan kontekstual. Dalam tesis ini akan mengarah ke hal itu, yaitu dengan
melakukan analisis yang tajam tentang makna setan dalam al-Qur`an.
Kedua, buku yang berjudul "Dajal dan Simbol Setan" karya Toto
Tasmara. Buku ini tebalnya 305 halaman. Setelah penulis teliti, apa yang
dibahas oleh Toto Tasmara sesungguhnya merupakan penafsiran kondisi umat
Islam masa kini yang penuh dengan berbagai konspirasi untuk menjauhkan
umat islam dari agamanya. Kelompok pergerakan atau sindikat pergerakan
bawah tanah kaum Zionis inilah yang dialamatkan oleh Toto Tasmara sebagai
dajal dan setan.
Toto Tasmara berkeyakinan bahwa ada konspirasi global untuk
mengkafirkan umat islam yaitu yang disponsori oleh kaum Zionis yang
dilambangkan sebagai dajal dan setan dalam penafsirannya. Toto Tasmara
berupaya menganalisis pemikiran beberapa tokoh Yahudi dan beberapa tokoh
lain yang mempunyai paradigma sama atau serupa. Kemudian ia terjemahkan
sebagai sebuah gerakan zionisme. Ia menafsirkan setan sebagai sebuah
ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan
terlepas sama sekali dari ajaran agama yang dianggap sebagai kepalsuan,
racun, dan dogmatis-fundamentalis.
Toto Tasmara sama sekali tidak mengkaji makna setan baik dari
tafsir yang digunakan untuk memaknai dajal dan setan, karena buku ini tidak
mengarah ke pokok bahasan tersebut. Kajian Toto Tasmara dalam buku ini
lebih bernuansa politis, ia berusaha membaca peta politik umat Islam dalam
kancah global. Posisi umat Islam, menurutnya penuh dengan berbagai
ancaman, sehingga perlu adanya gerakan pemikiran untuk membangkitkan
kesadaran umat dalam melakukan perlawanan terhadap ideologi-ideologi yang
dianggap menyesatkan. Kemudian ia menekankan pentingnya persatuan umat
dalam menghadapi perang global tersebut.12
Selanjutnya Toto Tasmara menginginkan dan mengajak umat
Islam untuk bergerak dalam dakwah yang memperioritaskan pencerahan ilmu,
kecintaan terhadap agama, akhlak, dan semangat ksatria atas dasar
persaudaraan. Hal ini harus dikoordinasikan dalam satu lembaga dakwah
Islamiyah yang kredibel.13 Jadi dalam buku Dajal dan Simbol setan karya Toto
Tasmara ini akan jauh berbeda dengan tesis ini.
Ketiga, tema setan yang dibahas dalam Ensiklopedia al-Qur`an
karya M. Dawam Raharjo adalah salah satu dari 27 tema pokok yang diangkat
olehnya. Dalam hal ini Dawam Raharjo terkesan tidak tuntas dalam
mendefinisikan setan dan iblis. Terlalu banyak berbelit-belit dengan wacana
12
Lihat: Toto Tasmara, Dajal dan Simbol Setan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), cet. VIII, h. 135-174.
13
setan dan iblis dalam konteks mitos, sehingga justru menjadi bias dalam
melacak makna setan dan iblis yang sesungguhnya. Dawam Raharjo
mengungkapkan banyak hal tentang mitology setan pada zaman dahulu, tetapi
ia tidak secara tegas menyikapi perbedaan pendapat tentang asal-usul setan,
iblis, dan jin.
Dalam beberapa komentarnya ada ambiguitas dan ambivalensi
dalam memaknai setan dan iblis. Di satu sisi ia berasumsi bahwa makna setan
adalah karakter jahat yang melekat pada diri manusia dan tidak ada kaitannya
dengan mahluk halus. Tapi di sisi lain ia terbawa oleh mitos-mitos yang ia
ungkapkan, yaitu setan adalah sosok mahluk yang digambarkan memiliki
kekuatan besar yang menggoda, menyesatkan, dan menjerumuskan manusia.
Secara normal tidak bisa ditangkap oleh manusia, tetapi merupakan realitas
obyektif, baik dalam pengertian abstrak maupun konkrit.14
Keempat, buku yang berjudul "Wiqāyāt al-Insān min al-Jin wa
asy-Syaithān" karya Wahid Abdussalam Bali. Buku ini fokusnya adalah
tentang keyakinan terhadap keberadaan jin, setan, dan iblis serta pengaruhnya
yang berbahaya bagi manusia. Kemudian Wahid merumuskan hal-hal yang
menurutnya dapat memproteksi diri dari kejahatan jin, setan dan iblis.
14
Namun Wahid tidak membahas dengan detail tentang hakekat jin,
setan dan iblis. Ia secara eksplisit dan implisit meyakini keberadaan jin, setan
dan iblis, tetapi hanya bersandarkan pada ayat-ayat al-Qur`an dan hadis secara
tekstual tanpa analisis dan interpretasi. Bagi Wahid sangat simpel, bahwa jin,
setan, dan iblis itu ada, dan mereka itu adalah musuh manusia yang berbahaya.
Oleh karena itu manusia harus melakukan upaya-upaya untuk menyelamatkan
diri dari kejahatan jin, setan, dan iblis serta selalu mewaspadainya.
Wahid merumuskan langkah-langkah yang tidak kurang dari 36
langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi bahaya jin, setan, dan iblis.
Dia istilahkan sebagai terapi pengobatan dari gangguan jin, setan, dan iblis,
serta tindakan preventif dalam membentengi diri dari gangguannya. Di
antaranya adalah keikhlasan, memantapkan/mengukuhkan ibadah hanya untuk
Allah, melazimkan salat berjama`ah, memperbanyak ketaatan, membaca surat
al-Baqarah, membaca ayat kursi, dan lain-lain.15
Di sini nampaknya solusi yang ditawarkan oleh Wahid bersifat
literal dan dogmatis, tidak ada analisis yang signifikan terhadap realitas
obyektif. Bahwa al-Qur`an dan as-Sunnah telah mengungkapkan tentang
keberadaan jin, setan, dan iblis itu adalah sebuah fakta dan realita. Tetapi
al-Qur`an dan as-Sunnah merupakan sebuah teks yang multi interpretative, yang
15 Lihat: Wahid Abdussalam Bali, Wiqāyāt al-Insān min al-Jin wa asy-Syaithān, (Jedah:
membutuhkan banyak referensi untuk memahami teks al-Qur`an dan
as-Sunnah. Hal inilah yang belum tersentuh secara signifikan dalam kajian Wahid
Abdussalam Bali.
Kelima, buku karya Peter J. Awn, "Satan`s Tragedy and
Redemption:Iblis in Sufi Psychology". Awn melakukan penelitian tentang
konsep setan dari berbagai sumber kitab suci dan dari literature para sufi. Awn
mencoba memahami konsep setan dengan mengkaji ayat-ayat suci al-Qur`an,
hadis, injil, dan taurat. Kesimpulannya, Awn memahami bahwa setan adalah
mahluk penggoda yang menggiring manusia ke jalan neraka. Tapi Awn
meyakini bahwa sebagian besar masalah setan itu menyentuh aspek keterlibatannya
dalam kehidupan spiritual manusia. Tanpa godaan serta bujukan setan dan iblis,
perkembangan spiritual yang sebenarnya tidak akan tercapai.16
Yang menarik adalah bahwa di dalam buku ini Awn membahas
tentang setan kaitannya dengan pandangan para sufi yang memilih jalan
spiritualnya dalam upaya menyatukan diri dengan Tuhan. Ia membahas konsep
setan menurut Jalaluddin Rumi hingga Fariduddin Attar. Dan Awn membahas
pula pandangan-pandangan sufi yang kontroversial, seperti Husain Ibnu
Manshur al-Hallaj, ia dihukum mati karena teori ketuhanannya yang sangat
kontroversial pada tahun 992 M. Walaupun alasan kematiannya masih
16 Peter J. Awn, Satan`s Tragegy and Rademption:Iblis in Sufi Psychology
, Terj. Arif Rahmat,
menyimpan banyak misteri. Di antaranya ada yang berpendapat bahwa
kematian al-Hallaj bukan karena teorinya yang kontroversial tapi lebih
condong kepada faktor politis.17
Menurut Awn, al-Hallaj menganggap iblis adalah model spiritual
yang sempurna bagi manusia. Di antaranya adalah karena iblis dianggap
mahluk yang monoteis sempurna, dikarenakan iblis tidak mau bersujud kepada
selain Allah. Jelas dalam bukunya, bahasan Awn tentang setan lebih kepada
makna setan sebagai sosok figur mahluk tersendiri yang mempunyai banyak
karakter, tidak hanya karakter buruk dan jahat tergantung dari sudut pandang
sesorang.
Sedangkan tesis yang akan penulis bahas adalah menggali dan
menjelaskan secara kritis dan analitis terhadap eksistensi setan, bahayanya bagi
manusia serta langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menghadapinya.
Penulis akan memaparkan makna setan, iblis dan jin dari segi terminologi dan
etimologi secara komprehensif dengan mengekplorasi berbagai sumber dan
literature.
17
Kemudian penulis akan melakukan analisis yang tajam terhadap
makna-makna setan, iblis dan jin yang termaktub dalam al-Qur`an dan
as-Sunnah. Sehingga penulis berharap dapat mendapatkan suatu kesimpulan yang
berkualitas dan valid untuk menentukan sikap dan langkah yang tepat dalam
menghadapi bahaya dan ancaman tipu daya setan.
E. Metodologi Penelitian
Setiap penyelidikan, penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah
harus menggunakan metode-metode tertentu . Dalam tesis ini penulis
menggunakan metode penelitian perpustakaan (Library Recearch) , yaitu
dengan mencari data-data melalui berbagai sumber buku bacaan yang
berkaitan dengan tema bahasan.
Sedangkan dalam menganalisis data-data yang ada penulis
menggunakan metode kualitatif. Oleh karena itu, dalam tesis ini penulis
mengkaji beberapa ayat al-Qur’an yang bekaitan dengan setan. Maka penulis
mempergunakan buku sumber pokok al-Qur’an al-Karim dan beberapa kitab
tafsir serta ditunjang oleh beberapa buku sumber yang lain. Untuk
memudahkan mencari klasifikasi ayat-ayat yang berhubungan dengan tema
Baqi yaitu Al-Mu’jam al-Mufahras li alfāzh Al-Qur’ān Al-Karīm.
F. Sistematika Penulisan
Untuk menjelaskan tesis ini, selanjutnya penulis memaparkan
rencana sistematika penulisan sebagai berikut :
Bab Pertama , Pendahuluan membahas tentang latar belakang,
pokok dan rumusan masalah, tujuan kegunaan penelitian, kajian pustaka,
metodologi penelitian dan sistematika penulisan
Bab Kedua membahas tentang Pengertian setan meliputi
pengertian setan secara umum, macam-macam setan, dan hakekat setan.
Bab Ketiga membahas tentang eksistensi setan dalam al-Qur’an
yang mencakup asal mula kejadian setan, setan dan komunitasnya, dan tipu
daya setan dalam menyesatkan manusia.
Bab Keempat membahas strategi menghadapi tipu daya setan
meliputi berlindung diri dari godaan setan, bertaqwa kepada Allah, ikhlas
dalam beramal, berdzikir dan berdo`a.
Bab Kelima penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.
Sebagai akhir dari tesis ini penulis mencantumkan daftar
BAB II
PENGERTIAN SETAN
A. Pengertian Setan Secara Umum
Para ulama berbeda pendapat tentang asal kata "Syaithān" dalam
dua pendapat. Pertama; kata "Syaithān" berasal dari kata ﻥﻁﺸ yang berarti
jauh, karena setan jauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah. Kedua;
kata "Syaithān" berasal dari kata ﻁﻴﺸﻴ – ﻁﺎﺸyang berarti binasa dan terbakar.1
Setan dalam sejarah manusia dikenal juga dengan nama Iblis, yang
konon asal katanya dari bahasa Yunani yaitu diabolos, yang artinya pemfitnah
dan berarti juga tipu daya. Dalam kamus-kamus bahasa dikenal pula kata
diabolic. Kata ini digunakan dalam bentuk ajektif dengan arti sangat buruk dan
berarti juga setan.2
Dalam mitologi Yunani yang hidup dalam masyarakat Athena,
Dewa Anggur dan Dionysus menganggap Iblis sebagai malaikat-malaikat yang
1
Lihat:Ibnu Manzhūr, Lisān al-'Arab pada kata ﻦﻄ ﺷ (Kairo: Dār al-Fikr, 1987) jilid. 7 h. 122 dan lihat: Ahmad Ibn Muhammad al-Fayumi, Al-Mishbāh al-Munīr, (Libanon: Maktabah Lubnan, 1987), juz. 1, h. 333.. Lihat juga pendapat tersebut yang diungkapkan oleh Abu al-Qāsim al-Husaini,
Ar-Rāghib Al-Ashfahāni, (Beirut: Dār al-Fikr, t. th.), h. 261
2
memberontak melawan Tuhan dan mengalami kejatuhan. Pemimpinnya adalah
setan. Sebelum kejatuhannya, ia dikenal sebagai Lucifer, yang artinya
Pembawa cahaya. Ia mempunyai watak culas, pintar, sombong, perayu, lihai,
cerdik dan suka berkhianat. Iblis ini disebut dengan istilah Diabolos.3
Dalam kepercayaan Babilonia, Iblis adalah anak-anak langit dan
bumi. Karenanya, ia tidak satu melainkan banyak. Mereka sering berwujud
sebagai ular yang ganas. Mereka sering diliputi cahaya sehingga tidak bisa
dilihat oleh manusia, bahkan para dewa sekalipun. Penyelimutan Iblis dengan
sinar ini menimbulkan dualistis Dewa Surya di India, karena matahari disebut
juga ular dan ular adalah setan.4
Dalam legenda Rumania terdapat kepercayaan bahwa Tuhan dan
setan adalah bersaudara. Persaudaraan ini mirip dengan ikatan antara Ohrmazd
dan Ahriman dalam tradisi Zoroasterisme. Sosok yang pertama mempunyai
watak yang baik dengan menjaga cahaya, hidup, kesehatan dan kegembiraan.
3
Toto Tasmara, Dajjal dan Simbol Setan, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2000), Cet.III. , h. 32. Dijelaskan bahwa Iblis dalam mitologi Yunani merupakan mahluk gaib, tidak kelihatan. Jumlahnya tidak terhittung. Konon, setiap orang memiliki seribu (1000) Iblis di sebelah kanannya dan sepuluh ribu (10.000) Iblis disebelah kirinya. Mereka memilih tinggal di tempat-tempat terpencil. Lihat: M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur`an: Tafsir al-Qur`an Berdasarkan Konsep-konsep Kunci,
(Jakarta: Paramadina, 1996), cet. 1, h. 276
4 M. Dawam Raharjo, Setan, Jurnal Ilmu dan Kebudayaan "Ulumul Qur`an" No. 2. Vol. V. ,
Sedangkan yang kedua merupakan kekuatan destruktif yang selalu
menghancurkan semuanya.5
Bahkan ada yang berpendapat bahwa cerita tentang setan hanyalah
hasil imajinasi manusia primitive untuk memberikan simbol atas kekuatan
jahat yang ada diluar dirinya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mereka
melacak asal-usul kata setan dalam sejarah manusia. Sebagian dari mereka
berpendapat bahwa kata "setan" atau "syaithān" dalam bahasa Arab bermula
dari bahasa Ibrani yang berarti lawan atau musuh. Alasannya adalah bahwa
kata itu lebih dahulu dikenal dalam agama Yahudi sebagai agama yang lahir
lebih dahulu dari pada agama Kristen dan agama Islam. Sedangkan orang
Yahudi sejak dahulu telah menggunakan bahasa Ibrani.6 Kemudian kata
"setan" itu dibawa oleh orang-orang Yahudi. Dan diduga diperkenalkan oleh
orang-orang Kristen Ethiopia kepada bangsa Arab sebelum datangnya agama
Islam.7
Dalam tradisi Kristen, setan adalah kekuatan jahat yang sangat
dahsyat. Ia dinamakan dengan dua istilah, yaitu Lucifer dan Beel Zebub.
Agaknya, istilah pertama merupakan warisan dari tradisi Yunani, sedangkan
5 Lebih jelasnya lihat: M. Dawam Rahardjo,
Ensiklopedi al-Qur`an: Tafsir al-Qur`an Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, h. 278-279
6
Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam al-Qur`an dan al-Sunnah serta Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Cet. 3, h. 93
7 E. Bosworth, atc. All, The Encyclopedia of Islam, (Leiden: Brill Academic Publishers,
yang kedua merupakan warisan dari tradisi Israel. Seperti halnya tradisi
Yunani, Lucifer dalam tradisi Kristen berarti pembawa cahaya. Namun karena
keangkuhannya, martabatnya jatuh hingga kederajat yang sangat rendah.
Adapun Beel Zebub, dalam perjanjian lama disebut sebagai penghulu setan.8
Setan dalam tradisi Kristen banyak mengalami personifikasi
sebagai Iblis. Ia merupakan penguasa kejahatan. Iblis dalam al-Kitab perjanjian
lama tidak selalu diasumsikan sebagai kekuatan jahat, melainkan juga sebagai
salah satu mahluk surgawi. Akan tetapi sejak kejatuhannya, kegiatan-kegiatan
Iblis senantiasa merugikan manusia terutama para Nabi. Ia telah menggoda
Ayub, membujuk Daud, bahkan dikatakan telah mendakwa Yosua, Imam
Agung, sehingga ia mendapat murka dari Tuhan.9
Sebagaimana tradisi-tradisi sebelumnya, Iblis dalam Perjanjian
Lama mengambil bentuk sebagai ular. Ia pertama kali muncul dalam kisah
penggodaan Iblis terhadap Adam dan Hawa untuk mendekati pohon terlarang.
Ular dalam tradisi manapun merupakan mahluk yang sangat licin, licik dan
jahat.
Sesuai dengan karakter ular, Iblis dalam al-Kitab merupakan sosok
yang cerdik dan licik. Ia seringkali melakukan penyamaran-penyamaran yang
8
Lembaga al-Kitab Indonesia, al-Kitab, (Jakarta: Lembaga al-Kitab Indonesia, 1996), cet. III, h. 16
9 Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, Ensiklopedi al-Kitab Masa Kini, (Jakarta: OMF,
sangat sulit untuk dideteksi. Iblis senantiasa menentang Injil dan terus menerus
menggoda manusia. Karenanya barang siapa berbuat dosa maka perbuatan itu
adalah berasal dari Iblis.
Akan tetapi Perjanjian Lama menyebutkan bahwa kekuasaan Iblis
sangat terbatas, malah kekuatannya itu hanya sebagai pinjaman. Ia hanya dapat
melakukan kegiatan-kegiatannya dalam batas-batas yang ditentukan oleh
Allah. Bahkan Iblis bisa diperalat untuk sesuatu tujuan yang benar.10
Dalam sejarah perkembangan manusia, setan merupakan istilah
yang dikenal luas untuk mewakili kekuatan jahat mahluk halus, tidak saja di
kalangan muslim tetapi juga dalam agama Yahudi dan Nasrani, bahkan dikenal
dalam mitologi dari berbagai bangsa kuno maupun masyarakat modern. Dalam
kamus bahasa inggris, kata resmi untuk setan adalah satan atau devil11.
Dalam Islam, Iblis barangkali untuk pertama kalinya menempati
figur setan. Ia disebutkan dalam konteks kejadian mitos penting, yaitu
konfrontasi Iblis dengan Adam yang mengakibatkan kutukan Allah terhadap
Iblis, dan pembalasannya terhadap umat manusia melalui penggodaan Adam
10
Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, Ensiklopedi al-Kitab Masa Kini., h. 410. Sebagai contoh misalnya dalam matius 12, Yesus memperalat Iblis untuk mengusir Iblis lainnya sehingga mereka terbagi-bagi. Lebih jelasnya lihat: al-Kitab, h. 16
11 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, (Jakarta: P.T. Gramedia,
dan istrinya. Karakter Iblis dan kisah konfrontasinya dalam Islam mirip dengan
ajaran-ajaran yang ada dalam agama-agama sebelumnya.
Hal ini kemudian memunculkan asumsi bahwa konsep kejahatan
dalam Islam khususnya tentang Iblis dan setan, merupakan modifikasi dari
konsep yang telah berkembang sebelumnya. Kenyataannya memang Islam
bukanlah agama baru, ada agama-agama lain yang mendahuluinya.
Ajaran-ajaran pokok agama Islam adalah Ajaran-ajaran yang sama pada agama-agama samawi
yang dibawa oleh para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad. Ajaran-ajaran
pokok tersebut seperti tentang keesaan Tuhan, adanya malaikat dan setan, baik
dan buruk, kebangkitan manusia dari kematian dan juga tentang surga dan
neraka.12
Walaupun referensi al-Qur`an terhadap Iblis berhubungan dengan
kedua mitos tersebut, namun tidak berarti dapat diasumsikan bahwa
muatan-muatan tersebut membentuk satu-satunya referensi al-Qur`an tentang figur
setan di dalam Islam. Setan dalam al-Qur`an mempunyai makna yang sangat
luas, sehingga figur ini tidak hanya memiliki satu istilah tetapi juga memiliki
banyak istilah dengan makna yang berbeda.
Para cendekiawan dan agamawan kontemporer memahami setan
hanya mempunyai peran sebagai teman dan penggoda manusia tanpa
12
mempunyai kekuasaan apapun. Mereka baru berbeda pendapat ketika
mempertanyakan arti kata setan dari sisi ontologis, apa atau siapa setan itu
sebenarnya?.
Sementara Ahmad Ibn Muhammad Ali al-Fayyumi (W. 1368)
menjelaskan bahwa kata ﻥﺎﻁﻴﺸ bisa jadi berasal dari akar kata ﻥﻁﺸ yang
berarti jauh, karena setan menjauh dari kebenaran atau menjauh dari rahmat
Allah. Boleh jadi juga ia terambil dari kata ﻁﺎﺸ yang berarti melakukan
kebatilan atau terbakar.13
Sedangkan makna Iblis, banyak pakar bahasa berpendapat bahwa
nama "Iblis" terambil dari kata berbahasa Arab ﺱﻠﺒﺃ yang berarti putus asa.
Atau dari kata ﺱﻠﺒ yang berarti tiada kebaikannya.14 Nama Iblis diperoleh Jin
yang enggan sujud kepada Adam itu, setelah ia mendapat kutukan Tuhan,
akibat kedurhakaannya itu. Sejak itu ia berputus asa dari rahmat-Nya dan sejak
13
Lihat "Al-Misbāh al-Munīr" pada kata ﻦﻄ ﺷ , (Libanon: Maktabah Lubnān, 1987), jilid. 1, h. 172. Ada yang berpendapat bahwa Kata syaitan merupakan kata asli bahasa Arab yang sangat tua, lebih tua dari kata-kata serupa yang digunakan selain orang Arab. Argumentasinya adalah bahwa dalam pandangan para pakar bahasa arab, jika ada satu kata yang dapat dibentuk dengan berbagai bentuk kata, maka itu menunjukkan bahwa kata tersebut merupakan kata asli bahasa arab. Oleh karena itu, kata syaithān merupakan bahasa asli arab, karena kata tersebut dapat dibentuk ke dalam berbagai bentuk kata. Misalnya ﻁﻁـﺸ , ﻁﺎـﺸ , ﻁﻭـﺸ , ﻥﻁـﺸ
,
yang mengandung arti jauh, sesat, berkobar dan terbakar serta ekstrim. Lihat: Shihab, Yang Ter5sembunyi …. , h. 94.14
itu pula ia bertekad untuk melakukan segala macam kejahatan. Akhirnya nama
tersebut melekat pada dirinya. Makna tersebut sesuai dengan firman Allah
dalam al-Qur`an Surat al-An'am ayat 44:15
"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka tediam berputus asa". (Q.s. al-An"am: 44)
Iblis adalah makhluk yang membangkang perintah sujud kepada
Adam. Dia juga yang menggoda kakek dan nenek manusia –Adam dan
Hawa— sehingga terusir dari surga. Tidak heran jika ia juga dalam sekian ayat
al-Qur`an dinamai setan. Tetapi apakah hanya Iblis yang dinamai setan?
Tentunya setan seperti dikemukakan diatas adalah seluruh yang membangkang
dan mengajak kepada kedurhakaan.
Setan adalah anak cucu Iblis. Anak cucunya tidak mati kecuali
dengan kematian Iblis yang pernah bermohon agar dirinya diberi tangguh
sampai hari kebangkitan.16
15 Lihat juga dalam Q.s. Ar-Rūm 30 : 12, 49 dan Q.s. Al-Mukminūn 40 : 77 16
Gambaran ringkas apapun tentang figur Iblis ataupun setan yang
didasarkan pada teks al-Qur`an tidak perlu diupayakan dalam isolasi
intelektual dari lingkungan keagamaan yang lebih luas di mana Islam
berkembang. Karena itu al-Qur`an dipahami oleh umat Islam sebagai titik
kulminasi wahyu Allah dari firman-Nya yang menggantikan dan mengoreksi
kitab Taurat atau pun Injil.
Karena kesinambungan antara Taurat, Injil dan al-Qur`an, maka
sangat wajar sekali apabila ditemukan resonansi muatan-muatan tentang Iblis
di dalam al-Qur`an, juga ditemukan di dalam sumber-sumber lain sebelum
Islam yaitu kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah sebelum al-Qur`an.
Hanya saja antara al-Qur`an dan kitab-kitab yang lain ada beberapa perbedaan
dalam hal versi cerita.
Menurut Peter J. Awn, hal yang membedakan konsep setan dalam
Islam dengan agama-agama sebelumnya adalah bahwa keadaan kata ini tidak
berhubungan dengan struktur mistik apa pun. Sebagian besar masalah setan itu
menyentuh aspek keterlibatannya dalam kehidupan spiritual manusia.17
Sedangkan menurut Dawam Rahardjo, ada perbedaan antara
konsep setan dalam al-Qur`an dengan kitab-kitab sebelumnya. Perbedaan
tersebut adalah: Pertama, al-Qur`an sama sekali tidak pernah menyebutkan
17 Peter J. Awn, Satan`s Tragedy and Redemption:Iblis in Sufi Psychology
, Terj. Arif Rahmat,
ular sebagai bentuk penjelmaan Iblis. Kedua, setan tidak membisikkan
kesesatan kepada Hawa saja, melainkan kepada Adam dan istrinya, bahkan
al-Qur`an tidak menyebutkan nama Hawa sebagaimana yang sering kita dengar
dalam cerita-cerita. Ketiga, tidak ada keterangan yang definitive tentang pohon
terlarang yang didekati oleh Adam dan istrinya. Satu-satunya keterangan
adalah keterangan Iblis yang mengatakan bahwa pohon tersebut adalah pohon
kekekalan dan kekuasaan yang tak pernah rusak.18
Dengan demikian , jelas bahwa konsep setan dalam Islam berbeda
dengan konsep setan dalam agama-agama dan mitologi sebelumnya, walaupun
semuanya menunjukkan pengertian yang sama yaitu adanya kekuatan jahat dan
berbahaya yang senantiasa akan menggoda manusia agar terjerumus ke jalan
yang sesat. Pertanyaannya adalah siapa setan yang sesungguhnya? Benarkah
setan yang diasumsikan dari bangsa jin itu beruwujud mahluk halus yang hidup
bergentayangan di luar diri manusia? Padahal kita memahami bahwa mahluk
jin dan manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk berbuat kebajikan yaitu
beribadah kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam surat Adz-Dzariyat :
51 : 56. untuk menjawab semua itu penulis akan bahas dalam sub bab berikut
ini.
B. Macam-macam setan
Setan itu ada dua macam, pertama; setan yang tidak terlihat atau
tersembunyi yaitu setan dari bangsa jin. Kedua; setan yang nampak atau
terlihat yaitu setan dari jenis manusia yang mempunyai karakter jahat. Allah
berfirman dalam al-Qur`an surat al-An'am, ayat 112:
"Dari Abu Zar r.a berkata: Rasulullah saw. bersabda: Hai Abu Zar, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan-setan jenis manusia dan setan-setan bangsa jin. Kemudian saya bertanya: Apakah ada setan manusia? Rasulullah
saw. menjawab: Ya".19
Ayat dan hadis di atas menunjukkan bahwa Allah swt. telah
menjadikan musuh-musuh bagi para nabi dan orang yang beriman dalam
berdakwah yaitu dua kekuatan oposisi yang selalu melakukan konfrontasi baik
secara nyata maupun terselubung. Pertama, mereka itu adalah setan-setan dari
jenis manusia yang berusaha menjerumuskan orang-orang mukmin dari jalan
yang lurus dan mengajak bersukutu dalam melakukan kejahatan. Kedua, yaitu
setan-setan dari bangsa jin yang berupaya meniupkan bisikan-bisikan jahat
untuk mempengaruhi akal dan hati manusia agar lalai dari mengingat Allah
dan mengikuti hawa nafsunya.
B.1. Setan dari jenis jin
Menurut hemat penulis bisikan-bisikan jahat dari jin itu bukan
datang dari luar tubuh manusia, tapi bisikan itu datang dari dalam diri manusia
itu sendiri. Artinya bahwa jin yang berbisik untuk mempengaruhi manusia itu
adalah unsur jin yang berada di dalam diri manusia.
19
Hadis diriwayatkan oleh imam Ahmad, Musnad Al-Imām Ahmad Ibn Hambal, (Mesir: Dār al-Ma`ārif, 1974), jilid. 3, h. 485. Imam al-Haitsami berkata: Hadis ini diriwayatkan oleh
Ketika setan membisiki Adam, sesungguhnya unsure setan sudah
ada dalam diri Adam yaitu hawa nafsu. Bahkan sejak setan atau iblis itu
diperintah untuk sujud kepada Adam, tetapi ia menolak perintah Allah itu. Ia
sombong merasa lebih baik dari subtansi Adam yang berasal dari tanah.
Sedang iblis atau setan sebagai entitas atau wujud yang berasal dari api. Dan
subtansi tersebut berada dalam diri manusia. Oleh karena itu meski ia sudah
diusir dari surga atau jannah, tapi ia masih dengan mudah menggoda Adam
karena sesungguhnya keluarnya iblis dari taman kebahagiaan/surga tapi hawa
nafsu tetap ada dalam diri manusia sehingga iblis masih dapat menggelincirkan
Nabi Adam dan istrinya. Untuk membuktikan bahwa unsur setan atau unsur jin
itu ada dalam diri manusia, maka perlu penulis ungkapkan dalil dari nash
al-Qur`an dan as-Sunnah serta juga realitasnya.
Allah SWT berfirman:
"(Setan) yang menyertainya berkata (pula), 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh". (Qs. Qof 50 : 27)
"Dan barang siapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (al-Qur`an), Kami biarkan setan menyesatkannya dan menjadi teman karibnya". (Qs. Az-Zukhruf 43 : 36)
ﻡﻜﺒﻭﻠﻗ
ﻲﻓ
ﻰﻘﻠﻴ
ﻥﺃ
ﺕﻴﺸﺨ
ﻲﹼﻨﺇ
،ﻡﺩﻟﺍ
ﻯﺭﺠﻤ
ﻡﺩﺁ
ﻥﺒﺍ
ﻥﻤ
ﻯﺭﺠﻴ
ﻥﺎﻁﻴﺸﻟﺍ
ﻥﺇ
ﺎﺌﻴﺸ
.
"Sesungguhnya setan berjalan di dalam tubuh manusia seperti darah yang
mengalir, aku khawatir ia akan membisikkan sesuatu ke dalam hati kalian".20
20 HR. Al-Bukhāri, Al-Bukhāri,
ﻴﺭﻗ
ﻪﺒ
لﹼﻜﻭ
ﺩﻗﻭ
ﹼﻻﺇ
ﺩﺤﺍ
ﻥﻤ
ﻡﻜﻨﻤ
ﺎﻤ
"Tidak ada seorang pun dari kalian melainkan telah diwakilkan kepadanya seorang teman dari jenis jin dan malaika. Mereka bertanya: Apakah engkau juga demikian, wahai Rasulullah? Rasul menjawab: Ya, aku juga. Tetapi sesungguhnya Allah telah menolong aku, hingga ia masuk Islam, maka
tidaklah ia menyuruhku kecuali kepada kebaikan".21
Beberapa dalil dari al-Qur`an dan as-Sunnah tersebut memberikan
pemahaman bahwa di dalam diri manusia itu ada pendamping dari golongan
jin. Jadi, tak seorang pun yang tidak didampingi oleh jin atau setan. Bahkan
para nabi dan rosul pun demikian. Karena setan itu memang merupakan salah
satu subtansi dari keberadaan manusia. Dan benar apa yang disabdakan oleh
Rasulullah bahwa setan itu mengalir dalam aliran darah manusia, karena setan
itu sebagai entitas yang berada di dalam peredaran darah.
Allah mengilhamkan jalan keburukan dan jalan kebaikan kepada
jiwa manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam surat as-Syams 91 : 8, yang
artinya: "Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan
21
ketakwaannya". Maksudnya adalah Allah telah memberikan potensi keburukan
dan kebaikan kepada jiwa manusia. Malaikat membantu manusia untuk
berbuat kebaikan, sedangkan jin mendorong manusia untuk berbuat keburukan
atau kejahatan. Kecuali jin tersebut telah ditundukkan, maka jin tersebut akan
ikut pula mendorong untuk berbuat baik pula, sebagaimana yang terjadi pada
diri Rasulullah saw.
Sesungguhnya kedua potensi itu sangat penting bagi manusia,
karena keduanya justru dapat menjadikan kehidupan manusia begitu dinamis
dalam mencapai tujuan hidupnya. Dua kekuatan oposisi itu akan memberikan
semangat kehidupan dalam mengemban amanat Allah sebagai khalifah di
muka bumi ini. Kalau seandainya tidak ada unsur jin dalam diri manusia maka
kehidupan mungkin akan terasa statis. Bahkan kalau kita simak kembali kisah
Adam, istrinya dan iblis maka iblis atau jin lah yang mendorong manusia hidup
di bumi ini.
Kembali penulis tegaskan bahwa ada dua pembisik di dalam diri
manusia, yaitu bisikan untuk berbuat kebaikan dan bisikan untuk berbuat
kejahatan. Bisikan yang baik mendorong manusia naik ke atas, sehingga
menjadi manusia yang mulia di sisi Allah. Sedangkan bisikan jahat akan
rendah dari binatang. Dalam teori gravitasi tentunya dorongan keatas akan
lebih berat dari pada tarikan ke bawah.
Keberadaan unsur jin dan malaikat dalam diri manusia kiranya
cukup jelas, sebagaimana telah diungkapkan oleh al-Qur`an dan al-Hadis
bahwa ada unsur malaikat dan unsur jin yang mendampingi manusia yaitu
berada dalam diri manusia. Yang jelas manusia tidak dapat melihatnya, tetapi
dia ada dan dapat dirasakan dorongannya ketika kita ingin selalu berbuat baik
dan juga ketika kita terdorong untuk berbuat kejahatan. Kita tak pernah melihat
bentuk dan warnanya, namun kita bisa merasakan kehadirannya.
Oleh karena setan dari bangsa jin itu sesungguhnya merupakan
unsure yang ada dalam diri manusia maka setan dari golongan jin itu sering
kali datang untuk menggoda dengan mudah, kemudian pergi bersembunyi di
dalam hati manusia dan datang lagi. Dan sering kali setan bersembunyi dibalik
kejahatannya dengan memperlihatkan penampilannya yang baik, memberikan
nasehat dan kasihan kepada kita,22 pada hal dia mempunyai konspirasi jahat
untuk menjatuhkan dan membunuh karakter kita.
Setan dari jenis jin juga sangat lihai mengemas rayuannya dengan
kemasan yang sangat memukau. Biasanya langkah pertama yang diambilnya
adalah menggambarkan ketulusannya, dan menampilkan dirinya selaku
22 Lihat: Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Marāghi, (Mesir: Musthafa Bilali
penasehat yang tidak menghendaki kecuali kebaikan dan kemaslahatan bagi
orang yang dinasehati. Dia tidak segan bersumpah tentang ketulusannya itu.
Simaklah bagaimana ucapan pimpinan para setan yaitu Iblis ketika
menjerumuskan Nabi Adam a.s. dalam surat al-A'raf ayat 20-21, yang
berbunyi:
"Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan Setan berkata, "Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".
Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, "sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (Q.s. al-A'raf 7:20-21)
Kelihaiannya terlihat juga pada kemampuannya menggambarkan
sesuatu yang buruk atau berdampak negative sebagai sesuatu yang indah dan
berdampak positif. Membunuh anak atau menggugurkan kandungan adalah
merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan keji, namu setan