• Tidak ada hasil yang ditemukan

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Meraih Gelar Magister Dalam Ilmu-ilmu Agama Islam di Bidang Tafsir Hadis

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Meraih Gelar Magister Dalam Ilmu-ilmu Agama Islam di Bidang Tafsir Hadis"

Copied!
172
0
0

Teks penuh

(1)

SETAN DALAM AL-QUR`AN

Thesis

Diajukan untuk Memenuhi Salah satu Syarat Meraih Gelar Magister Dalam Ilmu-ilmu Agama Islam di Bidang Tafsir Hadis

Disusun Oleh:

Abdul Karim

03.2.00.1.05.01.0066

SEKOLAH PASCASARJANA

KONSENTRASI TAFSIR HADIS

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Thesis ini merupakan karya asli saya, yang saya ajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister (Strata 2) pada Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan tesis ini telah saya cantumkan sesuai ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari ternyata bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 7 Juli 2007

(3)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Tesis dengan judul "SETAN DALAM AL-QUR`AN" yang ditulis

oleh Abdul Karim, No. Pokok 03.2.00.1.05.01.0066, Konsentrasi

Tafsir-Hadis, telah disetujui untuk dibawa ke dalam ujian/penilaian Tesis.

Pembimbing I, Pembimbing II,

(Prof. Dr.H. Ahmad Thib Raya, MA.) (Dr. Yusuf Rahman, MA.)

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Thesis dengan judul "SETAN DALAM AL-QUR`AN" telah diujikan

dalam sidang munaqasyah Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri

(UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 2 Agustus 2007. Thesis ini

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Program Strata 2 (S2) pada bidang kajian Tafsir Hadis.

Jakarta, 8 November 2007

Penguji I, Penguji II,

(Prof. Dr. Hamdani Anwar, MA.) (Dr. Sahabuddin)

Pembimbing I, Pembimbing II,

(5)
(6)

SINGKATAN

Beberapa singkatan yang dilakukan adalah:

1. swt. = subhanahu wa ta'ala

2. saw. = shalla Allahu 'alaihi wa sallam

3. as. = 'alaihi as-salam

4. ra. = radliya Allahu 'anhu

5. HR. = Hadis Riwayat

6. H. = Hijriyah

7. M. = Masehi

8. w. = wafat

9. dkk. = dan kawan-kawan

10. Qs. = al-Qur`an, surat/nomor surat : nomor ayat

11. Cet. = Cetakan

12. t.tp. = tanpa tempat penerbit

13. t.th = tanpa tahun

14. tp. = tanpa penerbit

15. ibid. = ibidem (sama dengan sebelumnya)

(7)

Kata Pengantar

Alhamdu lillahi robbil 'alamin, puji syukur kehadirat Allah swt. atas

taufiq, hidayah dan inayah-Nya, tesis dengan judul "Setan dalam

Al-Qur`am" telah dapat saya selesaikan. Shalawat dan salam semoga senantiasa

tercurah atas Nabi Muhammad saw. yang telah mewariskan sumber utama

hukum dan ajaran islam "Al-Qur`an" yang menjadi pedoman hidup bagi umat

Islam.

Selesainya tesis ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah

berkenan membantu, membimbing, dan memberikan kemudahan dalam proses

penyelesaiannya. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan

penghargaan yang setinggi-tingginya dan ucapan terimakasih yang

sedalam-dalamnya kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, MA., Bapak Prof. Dr. Azyumardi

Azra, MA selaku Rektor dan Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, serta seluruh dosen dan staf yang telah mengajar dan

melayani penulis dengan penuh keikhlasan, sehingga aktifitas akademik

penulis pada program ini dapat diselesaikan sebagaimana mestinya.

2. Bapak Prof. Dr.H. Ahmad Thib Raya, MA. Dan Bapak Dr. Yusuf Rahman,

(8)

telah banyak bermurah hati meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan dan arahan.

3. Pimpinan dan seluruh petugas Perpustakaan Pusat dan Pascasarjana UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah banyak memberikan bantuan dan

pelayanan kepada penulis selama dalam proses penelitian dan penulisan

tesis ini.

4. Kedua orang tua penulis, ayahanda Fathur Razi dan Ibunda Amirah yang

telah melahirkan, mengasuh, membesarkan dan mendidik penulis dengan

penuh kasih dan sayang yang tulus ikhlas.

5. Ibunda mertua Masnah dan sekeluarga yang telah banyak memberikan

motivasi dan bantuannya dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Teristimewa, Istriku Astuti dan anakku Najmah al-Karim yang sangat saya

sayangi dan saya banggakan, atas segala pengertian, bantuan, dukungan,

dan dorongannya untuk menyelesaikan tesis ini.

7. Teman-teman di GLOBAL ISLAMIC SCHOOL dan sahabat karib

terutama Bapak Andri dan pak Prie yang telah membantu untuk mencarikan

berbagai referensi, sehingga dapat memudahkan penulis dalam

(9)

8. Semua pihak yang telah ikut membantu memberikan dukungannya baik

berupa moril maupun materi, yang tidak sempat penulis sebutkan satu

persatu.

Atas segala kebaikan yang telah mereka berikan, penulis doakan

semoga amal baik mereka semua dicatat oleh Allah swt. dan mendapatkan

balasan dengan yang lebih baik di dunia dan di akhirat. Amin.

Akhirnya, penulis menyadari bahwa dalam tesis ini masih banyak

kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, tegur sapa, kritik

yang konstruktif dan saran yang baik demi kesempurnaan tesis ini sangat

penulis harapkan.

Jakarta, 12 Mei 2007

(10)

ABSTRAK

Setan adalah istilah yang sudah sangat popular di kalangan umat manusia

sebelum Islam. Misalya tradisi Yahudi dalam kitab perjanjian lama menyatakan

bahwa iblis adalah pembujuk. Ia pada mulanya adalah setan dalam bentuk ular yang

berhasil mengalahkan Adam dan Hawa. Bahkan setan sudah dikenal dalam

masyarakat kuno, yang dipersepsikan sebagai dewa-dewa asing yang mewujudkan

diri dalam invasi dan agresinya untuk mengacaukan masyarakat tani yang hidup

dalam ketenangan atau kedamaian.

Dalam al-Qur`an sering kali setan didiskripsikan sebagai karakter buruk dan

jahat yang menggoda, menyesatkan, dan menjerumuskan manusia dari jalan yang

benar. Namun penafsiran tentang setan muncul berbagai pemahaman yang berbeda.

Hal ini tentunya menuntut sebuah pengkajian dan penafsiran yang benar-benar utuh

dan komprehensif. Siapakah sebenarnya setan itu ? Benarkah setan yang

menjerumuskan manusia ke lembah kehancuran ? Dan bisakah manusia

mengalahkannya?

Dalam al-Qur`an, kata "Syaithān" baik mengambil bentuk jamak maupun tunggal disebut sebanyak 88 kali dalam 36 surat. Sedangkan kata "Iblīs" disebutkan sebanyak 11 kali dalam 9 surat.1. Ayat yang paling sering dijadikan rujukan awal

adalah surat al-Baqarah ayat 34 sampai 36 berkenaan dengan dialog antara Allah swt.

dengan malaikat tentang penciptaan Adam, yang diikuti dengan perintah Allah untuk

sujud kepada Nabi Adam sebagai tanda pengakuan atas kemuliannya.

Benarkah jin, setan dan iblis yang menjadi musuh manusia itu adalah sosok

makhluk halus yang berada di luar diri manusia?

1

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu`jam al-Mufahros li Alfazhi al-Qur'an al-Karim,

(Lebanon: Dar al-Fikr, 1981 M/1401 H), cet. 2, h. 382-383 dan h. 134. Lihat juga: Ali Audah,

(11)

Konsep setan dalam al-Qur'an adalah bahwa setan merupakan karakter buruk

atau potensi kejahatan yang berasal dari manusia atau jin, kemudian mengalami

proses personalisasi.

Setan sesungguhnya berada dalam diri manusia, dan menurut penulis

termasuk setan dari komunitas jin atau iblis itu juga ada dalam diri manusia.

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW:

ﺎﺌﻴﺸ ﻡﻜﺒﻭﻠﻗ ﻲﻓ ﻰﻘﻠﻴ ﻥﺃ ﺕﻴﺸﺨ ﻲﹼﻨﺇ ،ﻡﺩﻟﺍ ﻯﺭﺠﻤ ﻡﺩﺁ ﻥﺒﺍ ﻥﻤ ﻯﺭﺠﻴ ﻥﺎﻁﻴﺸﻟﺍ ﻥﺇ

.

"Sesungguhnya setan berjalan di dalam tubuh manusia seperti darah yang mengalir, aku khawatir ia akan membisikkan sesuatu ke dalam hati kalian".2

ﺩﻴﻌﺒ لﻼﻀ ﻰﻓ ﻥﺎﻜ ﻥﻜﻟﻭ ﻪﺘﻴﻐﻁﺍ ﺎﻤ ﺎﻨﺒﺭ ﻪﻨﻴﺭﻗ لﺎﻗ menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh". (Qs. Qof 50 : 27)

لﻭﺴﺭ ﺎﻴ ﻙﺎﻴﺇﻭ ﺍﻭﻟﺎﻗ ،ﺔﻜﺌﻠﻤﻟﺍ ﻥﻤ ﻪﻨﻴﺭﻗ ﻭ ﻥﺠﻟﺍ ﻥﻤ ﻪﻨﻴﺭﻗ ﻪﺒ لﹼﻜﻭ ﺩﻗﻭ ﹼﻻﺇ ﺩﺤﺍ ﻥﻤ ﻡﻜﻨﻤ ﺎﻤ ﺭﻴﺨﺒ ﹼﻻﺇ ﻲﻨﺭﻤﺄﻴ ﻼﻓ ﻡﻠﺴﺃ ﻲﹼﺘﺤ ﻪﻴﻠﻋ ﻰﻨﻨﺎﻋﺃ ﷲﺍ ﻥﺍ ﹼﻻﺇ ﻱﺎﻴﺇﻭ لﺎﻗ ؟ﷲﺍ

.

"Tidak ada seorang pun dari kalian melainkan telah diwakilkan kepadanya seorang teman dari jenis jin dan malaika. Mereka bertanya: Apakah engkau juga demikian, wahai Rasulullah? Rasul menjawab: Ya, aku juga. Tetapi sesungguhnya Allah telah menolong aku, hingga ia masuk Islam, maka tidaklah ia menyuruhku kecuali kepada kebaikan".3

Jadi asumsi bahwa setan adalah jenis mahluk halus yang hidup di luar diri

manusia adalah tidak benar, sebagaimana pemahaman orang-orang terdahulu, seperti

dalam mitologi Yunani, kepercayaan Babilonia, legenda Rumania dan juga dalam

tradisi Kristen semuanya mengilustrasikan setan sebagai sosok makhluk halus yang

jahat yang hidup di luar diri manusia. Konsep setan dalam al-Qur'an adalah bahwa

setan merupakan karakter buruk atau potensi kejahatan yang melekat dalam diri

manusia dan jin yang kemudian mengalami proses personalisasi. Wallahu A'lam.

hadis ini juga terdapat dalam Musnad Imam Ahmad, lihat: Al-Musnad li Imam Ahmad Ibn Hanbal,

(12)

DAFTAR ISI

Hal.

Halaman Judul ……… i

Persetujuan Pembimbing ……….. ii

Transliterasi dan Singkatan ………... iii

Kata Pengantar ………... v

Abtraksi ………... viii

Daftar Isi ……….. xiii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah ………... 1

B. Pokok dan rumusan masalah ……… 10

C. Tujuan dan kegunaan penelitian ……… 12

D. Kajian pustaka ……….. 12

E. Metodologi penelitian ……… 20

F.

Sistematika penulisan

……….. 21

BAB II : PENGERTIAN SETAN A. Pengertian setan secara umum ………. 24

B. Macam-macam setan ………... 34

b.1. Setan dari jenis jin ……….. 35

(13)

C. Hakekat setan ………... 48

BAB III : EKSISTENSI SETAN DALAM AL-QUR’AN

A. Setan, Jin dan Iblis dalam al-Qur`an …..……….. 54

B. Asal mula penamaan setan ..………..………. 82

C. Tipu daya setan dalam menyesatkan manusia ..………... 93

BAB IV : STRATEGI MENGHADAPI TIPU DAYA SETAN

A. Berlindung diri dari godaan setan ……….. 117

B. Bertaqwa kepada Allah ……… 125

C. Ikhlas dalam beramal ……… 128

D. Dzikir dan doa

………...

131

E. Terapi Pengobatan dari Penguasaan Setan

…………

140

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ……….. 151

B. Saran-saran ………. 154

Daftar Pustaka ………. 156

(14)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Ketika Allah hendak menciptakan Adam, para malaikat melakukan

"interupsi" kepada Allah atas kehendak-Nya menciptakan mahluk yang

diprediksikan akan melakukan kerusakan di muka bumi. Maka Allah

menjawab "Aku lebih mengetahui segala sesuatu yang tidak kalian ketahui".

Kemudian Allah mengadakan semacam "fit and proper test" kepada malaikat

dan Adam, siapakah di antara mereka yang lebih luas pengetahuannya. Kepada

mereka Allah memerintahkan mereka untuk menyebutkan nama-nama segala

sesuatu yang ada pada saat itu. Para malaikat tidak mampu menjawab,

sedangkan Adam bisa menjawabnya dengan baik. Maka Allah memerintahkan

para malaikat untuk sujud kepada Adam, dalam arti mengakui keunggulan dan

menghormati Adam. Semuanya bersujud kecuali Iblis.1

Akal merupakan anugrah ilahi yang tidak terkira harganya.

Manusia dapat lebih unggul dari mahluk yang lainnya karena mereka memiliki

1

(15)

pengetahuan yang sangat kreatif yang bersumber pada akal. Dengan

pengetahuan ini, manusia dapat belajar dari alam, berkreasi, berinovasi dan

memiliki kebebasan untuk memilih jalan hidupnya.2 Dengan keunggulan ini,

atas perintah Allah para malaikat bersujud kepada Adam, tetapi Iblis

membangkang perintah tersebut karena ia merasa lebih mulia dari Adam. Sejak

itulah, Iblis memulai karirnya sebagai agent anti manusia yang selalu berusaha

menjerumuskan manusia ke jalan yang sesat.

Ada sisi positip kehadiran setan dalam kehidupan manusia, yaitu

menjadi tantangan dan sekaligus membuat hidup manusia semakin dinamis,

akan tetapi manusia harus berjuang keras dan gigih dalam setiap pergumulan

dan perseteruannya dengan setan. Dibalik sisi-sisi positip itu ada perangkap

setan yang dapat menjerat manusia ke jalan yang sesat dengan tipu dayanya,

oleh karena itu manusia harus selalu berusaha untuk tetap lurus pada jalur ilahi

agar selamat dari tipu daya Iblis dan kroni-kroninya untuk menyesatkan

manusia.

Allah memberikan pilihan-pilihan kepada manusia, sekaligus

menciptakan dua kutub yang saling bertentangan, antara kekuatan yang baik

2

(16)

dan kekuatan yang jahat. Pada akhirnya, manusia akan terseleksi menjadi dua

kelompok yaitu mereka yang tetap istiqāmah dalam kebaikan dan mereka yang

terjerumus pada jebakan kejahatan-kejahatan Iblis atau setan. Prinsip kejahatan

inilah yang kemudian memang sering dipersonifikasikan dalam al-Qur`an

sebagai iblis atau setan.3

Ketika kita membicarakan masalah setan, maka akan muncul

banyak keunikan sekaligus misteri yang senantiasa mengundang berbagai

pertanyaan. Melangkah kepada suatu kehidupan metafisik (dunia ghaib), tentu

tidak hanya membutuhkan kekuatan daya nalar yang kritis, tapi perlu juga

dilengkapi dengan perangkat keimanan akan kebenaran dunia lain yang

bersifat Transcendent (sangat penting).

Istilah setan bukanlah sebuah istilah yang baru dikenal, karena

istilah itu telah lama berbaur di kalangan masyarakat luas. Bahkan sejak 14

abad yang lalu al-Qur’an telah mengabarkan kepada kita akan eksistensi setan,

asal mula penamaannya, karakternya, dan peranannya dalam setiap gerak

langkah kehidupan manusia. Hanya saja berita tentang adanya setan

merupakan hal yang gaib yang memerlukan keimanan dalam hati dan sekaligus

memerlukan daya nalar yang kritis.

3 Fazlur Rahman, Tema-tema Pokok al-Qur`an, Terj. Anas Mahyudin, (Bandung: Penerbit

(17)

Setan merupakan karakter buruk dan jahat yang bisa mengalir

dalam diri manusia melalui aliran darah. Cara masuknya, bisikan dan godaan

setan ke dalam hati manusia dan pengaruhnya terhadap pikiran manusia adalah

seperti masuknya bibit penyakit (mikroba) ke dalam tubuh manusia .4

Karena itu siapapun yang tidak memiliki keimanan yang kuat dan

akal yang cerdas akan hal-hal yang gaib pasti tidak akan pernah tahu tentang

setan, karakteristik dan bahayanya. Dan ia akan jauh dari keselamatan, apalagi

jika bahaya itu datang di tempat yang tidak diketahui, maka pengaruhnya akan

sangat berbahaya bagi orang yang tertimpanya.

Sejak diusir oleh Allah dari surga, iblis berkomitmen sampai hari

kiamat untuk menjerumuskan Nabi Adam dan keturunannya supaya masuk ke

neraka. Dengan tipu dayanya, setan menjauhkan dan menyesatkan manusia

dari jalan Allah swt.

Setan selalu menjadi sasaran dan kambing hitam dalam setiap

pergumulan dan perseteruannya dengan manusia, tetapi ia selalu luput dan

tidak pernah menyerah. Ketika setan mampu menguasai manusia untuk

memperturutkan hawa nafsunya, maka ia meninggalkan manusia yang

mengikutinya dalam kesesatan dan kehancuran, dan manusia yang semula

dipimpinnya dibiarkan maju binasa.

(18)

Dalam surat Al-A`raf ayat 27 Allah berfirman:

"Hai anak Adam, janganlah sekali-kali kamu dapat ditipu oleh setan sebagaimana ia telah mengeluarkan kedua ibu bapakmu dari surga, ia menanggalkan dari keduanya pakaiannya untuk memperlihatkan kepada keduanya 'auratnya. Sesungguhnya ia dan pengikut-pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang kamu tidak bisa melihat mereka. Sesungguhnya kami telah menjadikan setan-setan itu pemimpin-pemimpin bagi orang-orang yang

tidak beriman". (Q.s. al-A'rāf 7 : 27)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa setan melihat manusia,

sedangkan manusia tidak dapat melihatnya. Ini berarti bahwa setan itu ghaib

bagi manusia. Tapi meskipun dia tidak terlihat oleh mata namun pengaruhnya

terasa kalau dia telah masuk ke dalam hati. Hal ini dapat kita rasakan

umpamanya ketika kita sedang melakukan salat, ia berbisik di hati kita

mengusik dan mengganggu kita tanpa kita tahu di mana setan itu berada. Jerat

yang dipasang oleh setan siang dan malam menurut Ibnu Abbas, sebagaimana

yang dikutip oleh Hamka tidak kurang dari tujuh ratus (700) macam.5

(19)

Apa dan Siapakah sebenarnya setan itu? Apa pula yang dimaksud

setan dari bangsa jin dan setan dari bangsa manusia? Dan bisakah manusia

mengalahkannya?

Setan masih tetap sebuah misteri, aktifitas setan adalah memasuki

setiap bidang kehidupan manusia.6 Ia hidup bersama kita di muka bumi ini,

bercampur di tempat tinggal kita, makan dan minum bersama kita.

Setan juga merusak hati dan pikiran kita, meluapkan amarah antara

kita, membuat pertumpahan darah dan terkadang juga menjadikan manusia

menyembahnya atau menyembah mahluk yang lainnya dan menyebabkan

sebagian kita menyimpang dari jalan Allah swt., supaya Allah murka kepada

kita. Ia selalu mengajak manusia ke arah kehancuran, kerusakan dan

kebinasaan.

Hal ini berarti bahwa setiap yang menjauhkan diri dari kebenaran ,

membujuk untuk berbuat kemaksiatan dan selalu mendorong manusia untuk

melakukan kejahatan dapat dikategorikan sebagai setan.7

Dalam al-Qur`an, kata "Syaithān" baik mengambil bentuk jamak

maupun tunggal disebut sebanyak 88 kali dalam 36 surat. Sedangkan kata

6

Fazlur Rahman, Tema-tema pokok Al-Qur`an, h. 182

7 M. Mutawalli , Waspadalah Terhadap Setan, (Jakarta: PT. Arista Brahmatyasa, 1984), cet.

(20)

"Iblīs" disebutkan sebanyak 11 kali dalam 9 surat.8. Ayat yang paling sering

dijadikan rujukan awal adalah surat al-Baqarah ayat 34 sampai 36 berkenaan

dengan dialog antara Allah swt. dengan malaikat tentang penciptaan Adam,

yang diikuti dengan perintah Allah untuk sujud kepada Nabi Adam sebagai

tanda pengakuan atas kemuliannya.

Dalam surat tersebut kata "Iblīs" disebutkan sebagai person

pembangkang dan "Syaithān" sebagai pembisik, keduanya berada dalam satu

ayat bahkan dalam satu rangkaian cerita. Penyebutan tersebut berulang kali

dalam setiap cerita pembangkangan Iblis. Hal ini setidaknya dapat

mengandung dua arti; pertama, bahwa setan tiada lain adalah Iblis; kedua,

keduanya mungkin merupakan dua hal yang berbeda atau mengandung makna

bahwa kata "Syaithān" menunjukkan sifat atau perilaku dominan bagi Iblis.

Karenanya walaupun keduanya identik tapi berbeda. Asumsi tersebut

menggelitik para ulama untuk meneliti siapa sebenarnya setan dan Iblis itu?.

Berbagai persoalan memang senantiasa mewarnai penafsiran

al-Qur`an. Penafsiran al-Qur`an pun akan selalu berkembang sesuai dengan

perkembangan zaman dan metodologi yang digunakan. Hal ini merupakan

sesuatu yang wajar, karena teks-teks al-Qur`an sendiri, walupun sifatnya

8

Muhammad Fuad Abdul Baqi, Al-Mu`jam al-Mufahras li Alfazhi al-Qur'an al-Karim,

(Lebanon: Dar al-Fikr, 1981 M/1401 H), cet. 2, h. 382-383 dan h. 134. Lihat juga: Ali Audah,

(21)

universal akan tetapi turun dalam konteks ruang dan waktu yang sangat

terbatas dan sesuai dengan kondisi sosial kemasyarakatan dan kapasitas

intelektual yang dimiliki masyarakat ketika itu.9

Penafsiran tentang setan juga muncul berbagai pemahaman yang

berbeda. Hal ini tentunya menuntut sebuah pengkajian dan penafsiran yang

benar-benar utuh dan komprehensif.

Penulis mencoba menganalisis dengan cermat berusaha

menghindari sikap prejudice (prasangka) dan sikap a priori (berdasarkan teori

yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya) dalam mengambil

kesimpulan terhadap eksistensi setan. Juga tidak ingin mempunyai

kesalahpahaman tentang setan yang mengarah kepada keyakinan yang keliru

atau sesat, karena tidak tahu persis permasalahan dan bahkan mungkin terkesan

diskriminatif dalam menyikapi permasalahan yang sebenarnya.

Dalam hal ini Al-Qur’an mengisyaratkan dalam surat Al-An’am

ayat 112 yang berbunyi :

9 M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur`an: Tafsir Sosial Berdasarkan Konsep-konsep

(22)

“ Dan demikianlah kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh yaitu Setan-Setan dari jenis manusia dan dari jenis jin , sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan yang indah untuk menipu manusia. Jikalau Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka

tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” ( Q.S Al-An’am :

112 )

Ayat ini menjelaskan bahwa setan yang dimaksud dalam

Al-Qur’an adalah dari jenis jin dan manusia keduanya memiliki peranan yang

sama, yaitu selalu berusaha menggoda manusia agar terjerumus ke lembah

kehinaan. Namun bedanya adalah kalau manusia bisa sama-sama dilihat,

sedangkan setan yang berupa jin tidak bisa ditangkap dengan panca indera.

Kita selalu beranggapan bahwa setan merupakan aktor di balik

berbagi bencana , malapetaka, kejahatan , teror-teror, dan yang semacamnya.

Ia adalah pembangkang terhadap perintah-perintah Allah , pelanggar

larangan-larangannya, pembelok dari kebenaran, penghambat dan perintang dari

kebaikan.

Penulis akan menganalisis secara mendalam dengan berlandaskan

pada argumentasi yang kuat dari al-Qur’an dan as-Sunnah. Jangan sampai

masyarakat terjebak pada keterjerumusan teologis yang tidak kondusif bagi

tumbuhnya nilai keimanan yang integral akan kemahakuasaan dan

kesempurnaan Allah swt. Keutuhan dan integritas pemikiran terhadap alam

(23)

sebagai refleksi pandangan dunia tauhid yang ideal bagi orang-orang yang

beriman.

Berdasarkan gambaran seperti itulah penulis mencoba memilih

judul "Setan Dalam Al-Qur`an" dengan alasan-alasan sebagai berikut :

1. Setan merupakan suatu hal yang gaib yang wajib kita imani keberadaannya,

namun haruslah dipahami dengan logika yang cerdas, meskipun ia tidak

terlihat oleh panca indera kita. Benarkah asumsi bahwa setan merupakan

mahluk halus yang menakutkan? Dan apa yang dimaksud dengan setan

dari bangsa manusia dan jin?

2. Setan adalah karakter buruk yang selalu mendorong manusia untuk

melakukan kejahatan. Sehingga hal ini sangat berbahaya bagi masa depan

manusia, oleh karena itu manusia harus menangkal serangan-serangan setan

tersebut dan membentengi diri dari segala tipu dayanya.

B. Rumusan dan Batasan Masalah

Secara hakiki manusia memiliki keterbatasan kemampuan untuk

mengetahui alam gaib yang berada dalam dunia metafisik. Misteri alam gaib

itu merupakan rahasia Allah yang hanya Allah sajalah yang mengetahuinya

secara pasti. Namun demikian kita harus beriman kepada hal yang gaib karena

(24)

Keimanan terhadap yang gaib merupakan sikap pertama yang

harus ditanamkan kepada orang-orang yang bertaqwa . Sebagaimana firman

Allah dalam surat Al- Baqarah ayat 1-3 yang berbunyi :

“ Alif lam mim. Kitab ( Alqur’an ) ini tidak ada keraguan padanya, Petunjuk

bagi mereka yang bertaqwa Yaitu mereka yang beriman kepada yang gaib , yang mendirikan shalat , dan menafkahkan sebagian rizki yang kami

anugrahkan kepada mereka”. ( Q.S al Baqoroh : 1-3 )

Setan termasuk hal yang gaib yang wajib kita imani karena

terdapat banyak dalil dari al-Qur’an dan as-Sunnah yang menyatakan

eksistensinya. Namun perlu dicermati pula makna hakiki dari setan itu sendiri.

Apakah benar asumsi bahwa jin itu ada yang beriman kepada Tuhannya, tapi

juga ada yang tidak beriman yang disebut setan? Hal tersebut, perlu penulis

luruskan dalam pembahasan tesis ini.

Banyak di antara manusia yang hatinya dikalahkan oleh setan dan

dikuasai olehnya. Sehingga hati itu penuh dengan godaan yang mengajak

memilih dunia dan melemparkan akhirat. Setan akan lemah dan tidak berdaya

ketika manusia mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat, karena hawa

(25)

untuk selalu dzikir kepada Allah swt, karena dzikir kepada Allah disertai

mohon perlindungan terhadapnya merupakan senjata untuk melawan setan. 10

Dalam surat al-Baqarah ayat 34 sampai 36 tersebut kata "Iblīs"

disebutkan sebagai person pembangkang dan "Syaithān" sebagai pembisik,

keduanya berada dalam satu surat bahkan dalam satu rangkaian cerita.

Penyebutan tersebut berulang kali dalam setiap cerita pembangkangan Iblis,

hal ini setidaknya dapat mengandung dua arti; pertama, bahwa setan tiada lain

adalah Iblis; kedua, keduanya mungkin merupakan dua hal yang berbeda atau

mengandung makna bahwa kata "Syaithān" menunjukkan sifat atau perilaku

dominan bagi Iblis. Karenanya walaupun keduanya identik tapi berbeda.

Asumsi tersebut menggelitik para ulama untuk meneliti siapa sebenarnya setan

dan Iblis itu?.

Benarkah jin, setan dan iblis yang menjadi musuh manusia itu

adalah sosok makhluk halus yang berada diluar diri manusia? Penulis akan

berusaha membahasnya dengan cermat dan teliti.

Adapun permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai

berikut:

1. Menurut al-Qur`an, siapakah setan itu?

2. Apakah istilah setan di dalam al-Qur`an bermakna jisim atau suatu potensi?

10

(26)

Sedangkan ruang lingkup pembahasan (batasan masalah) pada

tesis ini adalah melipuiti pengertian setan, hakekat setan dan hal-hal yang

berkaitan dengan setan.

C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan

1. Untuk mengungkapkan dan menjelaskan siapa sesungguhnya setan itu,

agar bisa dipahami secara benar menurut al-Qur’an

2. Untuk menganalisa secara kritis hal-ihwal setan, dan mencari strategi

yang tepat dan benar sesuai dengan pemahaman menurut al-Qur’an.

3. Untuk dijadikan sebagai saalah satu sumber rujukan dalam memahami

masalah setan, agar tidak terjadi kesalahpahaman yang membahayakan

keimanan.

D. Kajian Pustaka

Sejauh pengamatan penulis belum ada karya ilmiyah yang

mengangkat tema ini. Walaupun banyak karya-karya yang membahas tentang

setan dan jin namun pokok bahasan sangat terbatas. Seperti karya Muhammad

Abduh Al-Mughiri yang berjudul Zawāj al-Jān min Bani al-Insān . Kemudian

karya Ali Ahmad Al-Thahtawi yang berjudul Hiwār Syayāthīn ma’a al-Anbiyā

wa al-Shālihīn. Buku yang pertama mengupas tentang perkawinan jin dan

manusia yang merupakan sebuah pengalaman spiritual seseorang. Kemudian

(27)

saleh. Dan masih banyak karya-karya lain yang membicarakan tentang

eksistensi setan yang semuanya masih bersifat umum. Penulis akan

memaparkan beberapa buku yang membahas tentang setan dan yang berkaitan

dengannya.

Pertama, buku karya M. Quraish Shihab yang berjudul 'Yang

Tersembunyi Jin, Iblis, Setan dan Malaikat dalam Al-Qur`an–As-Snnah",

tebalnya 307 halaman. Shihab mengupas banyak tentang makna jin, setan dan

iblis. Tapi Shihab lebih condong kepada penafsiran literal dan tekstual,

sehingga dalam penafsirannya tentang jin, setan dan iblis dia pahami sebagai

mahluk halus yang di luar diri manusia yang mempunyai berbagai kemampuan

dan sekaligus kelemahan, sebagaimana yang ia pahami dari ayat-ayat

al-Qur`an yang berkaitan dengan ayat-ayat tentang jin, setan, dan iblis, khususnya

dalam memahami makna jin.

Di dalam hal ini Shihab melakukan generalisasi makna terhadap

ayat-ayat jin, tanpa melihat lebih jauh konteks ayat dan mengesampingkan

referensi-referensi yang integral, sehingga terjadi banyak kerancuan dalam

memahami jin, setan dan iblis dari berbagai aspek. Bagi Shihab setan itu

adalah manusia yang berperilaku jahat dan jin kafir yang berwujud mahluk

halus di luar diri manusia. Sedangkan jin muslim bukan termasuk setan.

(28)

jin kafir adalah jin yang durhaka. Ini berarti ada diskriminasi dalam hal

justifikasi pengkafiran antara manusia dan jin.

Shihab menolak eksistensi jin yang berada dalam diri manusia.

Karena menurutnya, mengingkari keberadaan jin di luar diri manusia sama

dengan meniadakan sebagian teks al-Qur`an dan as-Sunnah.11 Padahal menurut

penulis tidak harus demikian, kalau masing-masing teks itu dipahami dalam

konteks yang tepat. Hal pokok inilah yang belum diekplorasi secara signifakan

oleh Shihab. Memang banyak hal yang tidak terjangkau oleh panca indra, tapi

eksistensinya diakui. Di dalam bukunya, Shihab mencoba memberikan

berbagai argumentasinya, namun banyak sekali hal-hal yang berkaitan dengan

penafsiran jin, belum memuaskan logika penulis, karena ada kerancuan makna

jin dalam satu ayat dengan ayat yang lain.

Bahwa keberadaan jin, setan, dan iblis itu ada disebutkan dalam

al-Qur`an adalah suatu kebenaran yang harus diyakini, tetapi untuk

memahaminya kita perlu melakukan kajian mendalam tentang hal itu dari

berbagai sumber, mengingat bahwa al-Qur`an dan as-Sunnah adalah teks yang

hidup. Pemahaman tentang hal tersebut dapat diperoleh dengan komprehensif,

ketika digunakan pemahaman yang seimbang dan proporsional antara tekstual

11 Lihat: Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam Qur`an dan

(29)

dan kontekstual. Dalam tesis ini akan mengarah ke hal itu, yaitu dengan

melakukan analisis yang tajam tentang makna setan dalam al-Qur`an.

Kedua, buku yang berjudul "Dajal dan Simbol Setan" karya Toto

Tasmara. Buku ini tebalnya 305 halaman. Setelah penulis teliti, apa yang

dibahas oleh Toto Tasmara sesungguhnya merupakan penafsiran kondisi umat

Islam masa kini yang penuh dengan berbagai konspirasi untuk menjauhkan

umat islam dari agamanya. Kelompok pergerakan atau sindikat pergerakan

bawah tanah kaum Zionis inilah yang dialamatkan oleh Toto Tasmara sebagai

dajal dan setan.

Toto Tasmara berkeyakinan bahwa ada konspirasi global untuk

mengkafirkan umat islam yaitu yang disponsori oleh kaum Zionis yang

dilambangkan sebagai dajal dan setan dalam penafsirannya. Toto Tasmara

berupaya menganalisis pemikiran beberapa tokoh Yahudi dan beberapa tokoh

lain yang mempunyai paradigma sama atau serupa. Kemudian ia terjemahkan

sebagai sebuah gerakan zionisme. Ia menafsirkan setan sebagai sebuah

ideologi yang ingin menciptakan tatanan dunia global yang sekuler dan

terlepas sama sekali dari ajaran agama yang dianggap sebagai kepalsuan,

racun, dan dogmatis-fundamentalis.

Toto Tasmara sama sekali tidak mengkaji makna setan baik dari

(30)

tafsir yang digunakan untuk memaknai dajal dan setan, karena buku ini tidak

mengarah ke pokok bahasan tersebut. Kajian Toto Tasmara dalam buku ini

lebih bernuansa politis, ia berusaha membaca peta politik umat Islam dalam

kancah global. Posisi umat Islam, menurutnya penuh dengan berbagai

ancaman, sehingga perlu adanya gerakan pemikiran untuk membangkitkan

kesadaran umat dalam melakukan perlawanan terhadap ideologi-ideologi yang

dianggap menyesatkan. Kemudian ia menekankan pentingnya persatuan umat

dalam menghadapi perang global tersebut.12

Selanjutnya Toto Tasmara menginginkan dan mengajak umat

Islam untuk bergerak dalam dakwah yang memperioritaskan pencerahan ilmu,

kecintaan terhadap agama, akhlak, dan semangat ksatria atas dasar

persaudaraan. Hal ini harus dikoordinasikan dalam satu lembaga dakwah

Islamiyah yang kredibel.13 Jadi dalam buku Dajal dan Simbol setan karya Toto

Tasmara ini akan jauh berbeda dengan tesis ini.

Ketiga, tema setan yang dibahas dalam Ensiklopedia al-Qur`an

karya M. Dawam Raharjo adalah salah satu dari 27 tema pokok yang diangkat

olehnya. Dalam hal ini Dawam Raharjo terkesan tidak tuntas dalam

mendefinisikan setan dan iblis. Terlalu banyak berbelit-belit dengan wacana

12

Lihat: Toto Tasmara, Dajal dan Simbol Setan, (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), cet. VIII, h. 135-174.

13

(31)

setan dan iblis dalam konteks mitos, sehingga justru menjadi bias dalam

melacak makna setan dan iblis yang sesungguhnya. Dawam Raharjo

mengungkapkan banyak hal tentang mitology setan pada zaman dahulu, tetapi

ia tidak secara tegas menyikapi perbedaan pendapat tentang asal-usul setan,

iblis, dan jin.

Dalam beberapa komentarnya ada ambiguitas dan ambivalensi

dalam memaknai setan dan iblis. Di satu sisi ia berasumsi bahwa makna setan

adalah karakter jahat yang melekat pada diri manusia dan tidak ada kaitannya

dengan mahluk halus. Tapi di sisi lain ia terbawa oleh mitos-mitos yang ia

ungkapkan, yaitu setan adalah sosok mahluk yang digambarkan memiliki

kekuatan besar yang menggoda, menyesatkan, dan menjerumuskan manusia.

Secara normal tidak bisa ditangkap oleh manusia, tetapi merupakan realitas

obyektif, baik dalam pengertian abstrak maupun konkrit.14

Keempat, buku yang berjudul "Wiqāyāt al-Insān min al-Jin wa

asy-Syaithān" karya Wahid Abdussalam Bali. Buku ini fokusnya adalah

tentang keyakinan terhadap keberadaan jin, setan, dan iblis serta pengaruhnya

yang berbahaya bagi manusia. Kemudian Wahid merumuskan hal-hal yang

menurutnya dapat memproteksi diri dari kejahatan jin, setan dan iblis.

14

(32)

Namun Wahid tidak membahas dengan detail tentang hakekat jin,

setan dan iblis. Ia secara eksplisit dan implisit meyakini keberadaan jin, setan

dan iblis, tetapi hanya bersandarkan pada ayat-ayat al-Qur`an dan hadis secara

tekstual tanpa analisis dan interpretasi. Bagi Wahid sangat simpel, bahwa jin,

setan, dan iblis itu ada, dan mereka itu adalah musuh manusia yang berbahaya.

Oleh karena itu manusia harus melakukan upaya-upaya untuk menyelamatkan

diri dari kejahatan jin, setan, dan iblis serta selalu mewaspadainya.

Wahid merumuskan langkah-langkah yang tidak kurang dari 36

langkah yang harus dilakukan dalam menghadapi bahaya jin, setan, dan iblis.

Dia istilahkan sebagai terapi pengobatan dari gangguan jin, setan, dan iblis,

serta tindakan preventif dalam membentengi diri dari gangguannya. Di

antaranya adalah keikhlasan, memantapkan/mengukuhkan ibadah hanya untuk

Allah, melazimkan salat berjama`ah, memperbanyak ketaatan, membaca surat

al-Baqarah, membaca ayat kursi, dan lain-lain.15

Di sini nampaknya solusi yang ditawarkan oleh Wahid bersifat

literal dan dogmatis, tidak ada analisis yang signifikan terhadap realitas

obyektif. Bahwa al-Qur`an dan as-Sunnah telah mengungkapkan tentang

keberadaan jin, setan, dan iblis itu adalah sebuah fakta dan realita. Tetapi

al-Qur`an dan as-Sunnah merupakan sebuah teks yang multi interpretative, yang

15 Lihat: Wahid Abdussalam Bali, Wiqāyāt al-Insān min al-Jin wa asy-Syaithān, (Jedah:

(33)

membutuhkan banyak referensi untuk memahami teks al-Qur`an dan

as-Sunnah. Hal inilah yang belum tersentuh secara signifikan dalam kajian Wahid

Abdussalam Bali.

Kelima, buku karya Peter J. Awn, "Satan`s Tragedy and

Redemption:Iblis in Sufi Psychology". Awn melakukan penelitian tentang

konsep setan dari berbagai sumber kitab suci dan dari literature para sufi. Awn

mencoba memahami konsep setan dengan mengkaji ayat-ayat suci al-Qur`an,

hadis, injil, dan taurat. Kesimpulannya, Awn memahami bahwa setan adalah

mahluk penggoda yang menggiring manusia ke jalan neraka. Tapi Awn

meyakini bahwa sebagian besar masalah setan itu menyentuh aspek keterlibatannya

dalam kehidupan spiritual manusia. Tanpa godaan serta bujukan setan dan iblis,

perkembangan spiritual yang sebenarnya tidak akan tercapai.16

Yang menarik adalah bahwa di dalam buku ini Awn membahas

tentang setan kaitannya dengan pandangan para sufi yang memilih jalan

spiritualnya dalam upaya menyatukan diri dengan Tuhan. Ia membahas konsep

setan menurut Jalaluddin Rumi hingga Fariduddin Attar. Dan Awn membahas

pula pandangan-pandangan sufi yang kontroversial, seperti Husain Ibnu

Manshur al-Hallaj, ia dihukum mati karena teori ketuhanannya yang sangat

kontroversial pada tahun 992 M. Walaupun alasan kematiannya masih

16 Peter J. Awn, Satan`s Tragegy and Rademption:Iblis in Sufi Psychology

, Terj. Arif Rahmat,

(34)

menyimpan banyak misteri. Di antaranya ada yang berpendapat bahwa

kematian al-Hallaj bukan karena teorinya yang kontroversial tapi lebih

condong kepada faktor politis.17

Menurut Awn, al-Hallaj menganggap iblis adalah model spiritual

yang sempurna bagi manusia. Di antaranya adalah karena iblis dianggap

mahluk yang monoteis sempurna, dikarenakan iblis tidak mau bersujud kepada

selain Allah. Jelas dalam bukunya, bahasan Awn tentang setan lebih kepada

makna setan sebagai sosok figur mahluk tersendiri yang mempunyai banyak

karakter, tidak hanya karakter buruk dan jahat tergantung dari sudut pandang

sesorang.

Sedangkan tesis yang akan penulis bahas adalah menggali dan

menjelaskan secara kritis dan analitis terhadap eksistensi setan, bahayanya bagi

manusia serta langkah-langkah yang harus ditempuh untuk menghadapinya.

Penulis akan memaparkan makna setan, iblis dan jin dari segi terminologi dan

etimologi secara komprehensif dengan mengekplorasi berbagai sumber dan

literature.

17

(35)

Kemudian penulis akan melakukan analisis yang tajam terhadap

makna-makna setan, iblis dan jin yang termaktub dalam al-Qur`an dan

as-Sunnah. Sehingga penulis berharap dapat mendapatkan suatu kesimpulan yang

berkualitas dan valid untuk menentukan sikap dan langkah yang tepat dalam

menghadapi bahaya dan ancaman tipu daya setan.

E. Metodologi Penelitian

Setiap penyelidikan, penelitian dan penyusunan karya tulis ilmiah

harus menggunakan metode-metode tertentu . Dalam tesis ini penulis

menggunakan metode penelitian perpustakaan (Library Recearch) , yaitu

dengan mencari data-data melalui berbagai sumber buku bacaan yang

berkaitan dengan tema bahasan.

Sedangkan dalam menganalisis data-data yang ada penulis

menggunakan metode kualitatif. Oleh karena itu, dalam tesis ini penulis

mengkaji beberapa ayat al-Qur’an yang bekaitan dengan setan. Maka penulis

mempergunakan buku sumber pokok al-Qur’an al-Karim dan beberapa kitab

tafsir serta ditunjang oleh beberapa buku sumber yang lain. Untuk

memudahkan mencari klasifikasi ayat-ayat yang berhubungan dengan tema

(36)

Baqi yaitu Al-Mu’jam al-Mufahras li alfāzh Al-Qur’ān Al-Karīm.

F. Sistematika Penulisan

Untuk menjelaskan tesis ini, selanjutnya penulis memaparkan

rencana sistematika penulisan sebagai berikut :

Bab Pertama , Pendahuluan membahas tentang latar belakang,

pokok dan rumusan masalah, tujuan kegunaan penelitian, kajian pustaka,

metodologi penelitian dan sistematika penulisan

Bab Kedua membahas tentang Pengertian setan meliputi

pengertian setan secara umum, macam-macam setan, dan hakekat setan.

Bab Ketiga membahas tentang eksistensi setan dalam al-Qur’an

yang mencakup asal mula kejadian setan, setan dan komunitasnya, dan tipu

daya setan dalam menyesatkan manusia.

Bab Keempat membahas strategi menghadapi tipu daya setan

meliputi berlindung diri dari godaan setan, bertaqwa kepada Allah, ikhlas

dalam beramal, berdzikir dan berdo`a.

Bab Kelima penutup yang terdiri dari kesimpulan dan saran.

Sebagai akhir dari tesis ini penulis mencantumkan daftar

(37)

BAB II

PENGERTIAN SETAN

A. Pengertian Setan Secara Umum

Para ulama berbeda pendapat tentang asal kata "Syaithān" dalam

dua pendapat. Pertama; kata "Syaithān" berasal dari kata ﻥﻁﺸ yang berarti

jauh, karena setan jauh dari kebenaran atau jauh dari rahmat Allah. Kedua;

kata "Syaithān" berasal dari kata ﻁﻴﺸﻴ ﻁﺎﺸyang berarti binasa dan terbakar.1

Setan dalam sejarah manusia dikenal juga dengan nama Iblis, yang

konon asal katanya dari bahasa Yunani yaitu diabolos, yang artinya pemfitnah

dan berarti juga tipu daya. Dalam kamus-kamus bahasa dikenal pula kata

diabolic. Kata ini digunakan dalam bentuk ajektif dengan arti sangat buruk dan

berarti juga setan.2

Dalam mitologi Yunani yang hidup dalam masyarakat Athena,

Dewa Anggur dan Dionysus menganggap Iblis sebagai malaikat-malaikat yang

1

Lihat:Ibnu Manzhūr, Lisān al-'Arab pada kata ﻦﻄ ﺷ (Kairo: Dār al-Fikr, 1987) jilid. 7 h. 122 dan lihat: Ahmad Ibn Muhammad al-Fayumi, Al-Mishbāh al-Munīr, (Libanon: Maktabah Lubnan, 1987), juz. 1, h. 333.. Lihat juga pendapat tersebut yang diungkapkan oleh Abu al-Qāsim al-Husaini,

Ar-Rāghib Al-Ashfahāni, (Beirut: Dār al-Fikr, t. th.), h. 261

2

(38)

memberontak melawan Tuhan dan mengalami kejatuhan. Pemimpinnya adalah

setan. Sebelum kejatuhannya, ia dikenal sebagai Lucifer, yang artinya

Pembawa cahaya. Ia mempunyai watak culas, pintar, sombong, perayu, lihai,

cerdik dan suka berkhianat. Iblis ini disebut dengan istilah Diabolos.3

Dalam kepercayaan Babilonia, Iblis adalah anak-anak langit dan

bumi. Karenanya, ia tidak satu melainkan banyak. Mereka sering berwujud

sebagai ular yang ganas. Mereka sering diliputi cahaya sehingga tidak bisa

dilihat oleh manusia, bahkan para dewa sekalipun. Penyelimutan Iblis dengan

sinar ini menimbulkan dualistis Dewa Surya di India, karena matahari disebut

juga ular dan ular adalah setan.4

Dalam legenda Rumania terdapat kepercayaan bahwa Tuhan dan

setan adalah bersaudara. Persaudaraan ini mirip dengan ikatan antara Ohrmazd

dan Ahriman dalam tradisi Zoroasterisme. Sosok yang pertama mempunyai

watak yang baik dengan menjaga cahaya, hidup, kesehatan dan kegembiraan.

3

Toto Tasmara, Dajjal dan Simbol Setan, (Jakarta: Gema Insani Pers, 2000), Cet.III. , h. 32. Dijelaskan bahwa Iblis dalam mitologi Yunani merupakan mahluk gaib, tidak kelihatan. Jumlahnya tidak terhittung. Konon, setiap orang memiliki seribu (1000) Iblis di sebelah kanannya dan sepuluh ribu (10.000) Iblis disebelah kirinya. Mereka memilih tinggal di tempat-tempat terpencil. Lihat: M. Dawam Rahardjo, Ensiklopedi al-Qur`an: Tafsir al-Qur`an Berdasarkan Konsep-konsep Kunci,

(Jakarta: Paramadina, 1996), cet. 1, h. 276

4 M. Dawam Raharjo, Setan, Jurnal Ilmu dan Kebudayaan "Ulumul Qur`an" No. 2. Vol. V. ,

(39)

Sedangkan yang kedua merupakan kekuatan destruktif yang selalu

menghancurkan semuanya.5

Bahkan ada yang berpendapat bahwa cerita tentang setan hanyalah

hasil imajinasi manusia primitive untuk memberikan simbol atas kekuatan

jahat yang ada diluar dirinya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mereka

melacak asal-usul kata setan dalam sejarah manusia. Sebagian dari mereka

berpendapat bahwa kata "setan" atau "syaithān" dalam bahasa Arab bermula

dari bahasa Ibrani yang berarti lawan atau musuh. Alasannya adalah bahwa

kata itu lebih dahulu dikenal dalam agama Yahudi sebagai agama yang lahir

lebih dahulu dari pada agama Kristen dan agama Islam. Sedangkan orang

Yahudi sejak dahulu telah menggunakan bahasa Ibrani.6 Kemudian kata

"setan" itu dibawa oleh orang-orang Yahudi. Dan diduga diperkenalkan oleh

orang-orang Kristen Ethiopia kepada bangsa Arab sebelum datangnya agama

Islam.7

Dalam tradisi Kristen, setan adalah kekuatan jahat yang sangat

dahsyat. Ia dinamakan dengan dua istilah, yaitu Lucifer dan Beel Zebub.

Agaknya, istilah pertama merupakan warisan dari tradisi Yunani, sedangkan

5 Lebih jelasnya lihat: M. Dawam Rahardjo,

Ensiklopedi al-Qur`an: Tafsir al-Qur`an Berdasarkan Konsep-konsep Kunci, h. 278-279

6

Shihab, Yang Tersembunyi: Jin, Iblis, Setan, dan Malaikat dalam al-Qur`an dan al-Sunnah serta Pemikiran Ulama Masa Lalu dan Kini, (Jakarta: Lentera Hati, 2000), Cet. 3, h. 93

7 E. Bosworth, atc. All, The Encyclopedia of Islam, (Leiden: Brill Academic Publishers,

(40)

yang kedua merupakan warisan dari tradisi Israel. Seperti halnya tradisi

Yunani, Lucifer dalam tradisi Kristen berarti pembawa cahaya. Namun karena

keangkuhannya, martabatnya jatuh hingga kederajat yang sangat rendah.

Adapun Beel Zebub, dalam perjanjian lama disebut sebagai penghulu setan.8

Setan dalam tradisi Kristen banyak mengalami personifikasi

sebagai Iblis. Ia merupakan penguasa kejahatan. Iblis dalam al-Kitab perjanjian

lama tidak selalu diasumsikan sebagai kekuatan jahat, melainkan juga sebagai

salah satu mahluk surgawi. Akan tetapi sejak kejatuhannya, kegiatan-kegiatan

Iblis senantiasa merugikan manusia terutama para Nabi. Ia telah menggoda

Ayub, membujuk Daud, bahkan dikatakan telah mendakwa Yosua, Imam

Agung, sehingga ia mendapat murka dari Tuhan.9

Sebagaimana tradisi-tradisi sebelumnya, Iblis dalam Perjanjian

Lama mengambil bentuk sebagai ular. Ia pertama kali muncul dalam kisah

penggodaan Iblis terhadap Adam dan Hawa untuk mendekati pohon terlarang.

Ular dalam tradisi manapun merupakan mahluk yang sangat licin, licik dan

jahat.

Sesuai dengan karakter ular, Iblis dalam al-Kitab merupakan sosok

yang cerdik dan licik. Ia seringkali melakukan penyamaran-penyamaran yang

8

Lembaga al-Kitab Indonesia, al-Kitab, (Jakarta: Lembaga al-Kitab Indonesia, 1996), cet. III, h. 16

9 Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, Ensiklopedi al-Kitab Masa Kini, (Jakarta: OMF,

(41)

sangat sulit untuk dideteksi. Iblis senantiasa menentang Injil dan terus menerus

menggoda manusia. Karenanya barang siapa berbuat dosa maka perbuatan itu

adalah berasal dari Iblis.

Akan tetapi Perjanjian Lama menyebutkan bahwa kekuasaan Iblis

sangat terbatas, malah kekuatannya itu hanya sebagai pinjaman. Ia hanya dapat

melakukan kegiatan-kegiatannya dalam batas-batas yang ditentukan oleh

Allah. Bahkan Iblis bisa diperalat untuk sesuatu tujuan yang benar.10

Dalam sejarah perkembangan manusia, setan merupakan istilah

yang dikenal luas untuk mewakili kekuatan jahat mahluk halus, tidak saja di

kalangan muslim tetapi juga dalam agama Yahudi dan Nasrani, bahkan dikenal

dalam mitologi dari berbagai bangsa kuno maupun masyarakat modern. Dalam

kamus bahasa inggris, kata resmi untuk setan adalah satan atau devil11.

Dalam Islam, Iblis barangkali untuk pertama kalinya menempati

figur setan. Ia disebutkan dalam konteks kejadian mitos penting, yaitu

konfrontasi Iblis dengan Adam yang mengakibatkan kutukan Allah terhadap

Iblis, dan pembalasannya terhadap umat manusia melalui penggodaan Adam

10

Yayasan Komunikasi Bina Kasih/ OMF, Ensiklopedi al-Kitab Masa Kini., h. 410. Sebagai contoh misalnya dalam matius 12, Yesus memperalat Iblis untuk mengusir Iblis lainnya sehingga mereka terbagi-bagi. Lebih jelasnya lihat: al-Kitab, h. 16

11 John M. Echols dan Hasan Shadily, Kamus Indonesia-Inggris, (Jakarta: P.T. Gramedia,

(42)

dan istrinya. Karakter Iblis dan kisah konfrontasinya dalam Islam mirip dengan

ajaran-ajaran yang ada dalam agama-agama sebelumnya.

Hal ini kemudian memunculkan asumsi bahwa konsep kejahatan

dalam Islam khususnya tentang Iblis dan setan, merupakan modifikasi dari

konsep yang telah berkembang sebelumnya. Kenyataannya memang Islam

bukanlah agama baru, ada agama-agama lain yang mendahuluinya.

Ajaran-ajaran pokok agama Islam adalah Ajaran-ajaran yang sama pada agama-agama samawi

yang dibawa oleh para nabi dan rasul sebelum Nabi Muhammad. Ajaran-ajaran

pokok tersebut seperti tentang keesaan Tuhan, adanya malaikat dan setan, baik

dan buruk, kebangkitan manusia dari kematian dan juga tentang surga dan

neraka.12

Walaupun referensi al-Qur`an terhadap Iblis berhubungan dengan

kedua mitos tersebut, namun tidak berarti dapat diasumsikan bahwa

muatan-muatan tersebut membentuk satu-satunya referensi al-Qur`an tentang figur

setan di dalam Islam. Setan dalam al-Qur`an mempunyai makna yang sangat

luas, sehingga figur ini tidak hanya memiliki satu istilah tetapi juga memiliki

banyak istilah dengan makna yang berbeda.

Para cendekiawan dan agamawan kontemporer memahami setan

hanya mempunyai peran sebagai teman dan penggoda manusia tanpa

12

(43)

mempunyai kekuasaan apapun. Mereka baru berbeda pendapat ketika

mempertanyakan arti kata setan dari sisi ontologis, apa atau siapa setan itu

sebenarnya?.

Sementara Ahmad Ibn Muhammad Ali al-Fayyumi (W. 1368)

menjelaskan bahwa kata ﻥﺎﻁﻴﺸ bisa jadi berasal dari akar kata ﻥﻁﺸ yang

berarti jauh, karena setan menjauh dari kebenaran atau menjauh dari rahmat

Allah. Boleh jadi juga ia terambil dari kata ﻁﺎﺸ yang berarti melakukan

kebatilan atau terbakar.13

Sedangkan makna Iblis, banyak pakar bahasa berpendapat bahwa

nama "Iblis" terambil dari kata berbahasa Arab ﺱﻠﺒﺃ yang berarti putus asa.

Atau dari kata ﺱﻠﺒ yang berarti tiada kebaikannya.14 Nama Iblis diperoleh Jin

yang enggan sujud kepada Adam itu, setelah ia mendapat kutukan Tuhan,

akibat kedurhakaannya itu. Sejak itu ia berputus asa dari rahmat-Nya dan sejak

13

Lihat "Al-Misbāh al-Munīr" pada kata ﻦﻄ ﺷ , (Libanon: Maktabah Lubnān, 1987), jilid. 1, h. 172. Ada yang berpendapat bahwa Kata syaitan merupakan kata asli bahasa Arab yang sangat tua, lebih tua dari kata-kata serupa yang digunakan selain orang Arab. Argumentasinya adalah bahwa dalam pandangan para pakar bahasa arab, jika ada satu kata yang dapat dibentuk dengan berbagai bentuk kata, maka itu menunjukkan bahwa kata tersebut merupakan kata asli bahasa arab. Oleh karena itu, kata syaithān merupakan bahasa asli arab, karena kata tersebut dapat dibentuk ke dalam berbagai bentuk kata. Misalnya ﻁﻁـﺸ , ﻁﺎـﺸ , ﻁﻭـﺸ , ﻥﻁـﺸ

,

yang mengandung arti jauh, sesat, berkobar dan terbakar serta ekstrim. Lihat: Shihab, Yang Ter5sembunyi …. , h. 94.

14

(44)

itu pula ia bertekad untuk melakukan segala macam kejahatan. Akhirnya nama

tersebut melekat pada dirinya. Makna tersebut sesuai dengan firman Allah

dalam al-Qur`an Surat al-An'am ayat 44:15

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka, sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka tediam berputus asa". (Q.s. al-An"am: 44)

Iblis adalah makhluk yang membangkang perintah sujud kepada

Adam. Dia juga yang menggoda kakek dan nenek manusia –Adam dan

Hawa— sehingga terusir dari surga. Tidak heran jika ia juga dalam sekian ayat

al-Qur`an dinamai setan. Tetapi apakah hanya Iblis yang dinamai setan?

Tentunya setan seperti dikemukakan diatas adalah seluruh yang membangkang

dan mengajak kepada kedurhakaan.

Setan adalah anak cucu Iblis. Anak cucunya tidak mati kecuali

dengan kematian Iblis yang pernah bermohon agar dirinya diberi tangguh

sampai hari kebangkitan.16

15 Lihat juga dalam Q.s. Ar-Rūm 30 : 12, 49 dan Q.s. Al-Mukminūn 40 : 77 16

(45)

Gambaran ringkas apapun tentang figur Iblis ataupun setan yang

didasarkan pada teks al-Qur`an tidak perlu diupayakan dalam isolasi

intelektual dari lingkungan keagamaan yang lebih luas di mana Islam

berkembang. Karena itu al-Qur`an dipahami oleh umat Islam sebagai titik

kulminasi wahyu Allah dari firman-Nya yang menggantikan dan mengoreksi

kitab Taurat atau pun Injil.

Karena kesinambungan antara Taurat, Injil dan al-Qur`an, maka

sangat wajar sekali apabila ditemukan resonansi muatan-muatan tentang Iblis

di dalam al-Qur`an, juga ditemukan di dalam sumber-sumber lain sebelum

Islam yaitu kitab-kitab suci yang diturunkan oleh Allah sebelum al-Qur`an.

Hanya saja antara al-Qur`an dan kitab-kitab yang lain ada beberapa perbedaan

dalam hal versi cerita.

Menurut Peter J. Awn, hal yang membedakan konsep setan dalam

Islam dengan agama-agama sebelumnya adalah bahwa keadaan kata ini tidak

berhubungan dengan struktur mistik apa pun. Sebagian besar masalah setan itu

menyentuh aspek keterlibatannya dalam kehidupan spiritual manusia.17

Sedangkan menurut Dawam Rahardjo, ada perbedaan antara

konsep setan dalam al-Qur`an dengan kitab-kitab sebelumnya. Perbedaan

tersebut adalah: Pertama, al-Qur`an sama sekali tidak pernah menyebutkan

17 Peter J. Awn, Satan`s Tragedy and Redemption:Iblis in Sufi Psychology

, Terj. Arif Rahmat,

(46)

ular sebagai bentuk penjelmaan Iblis. Kedua, setan tidak membisikkan

kesesatan kepada Hawa saja, melainkan kepada Adam dan istrinya, bahkan

al-Qur`an tidak menyebutkan nama Hawa sebagaimana yang sering kita dengar

dalam cerita-cerita. Ketiga, tidak ada keterangan yang definitive tentang pohon

terlarang yang didekati oleh Adam dan istrinya. Satu-satunya keterangan

adalah keterangan Iblis yang mengatakan bahwa pohon tersebut adalah pohon

kekekalan dan kekuasaan yang tak pernah rusak.18

Dengan demikian , jelas bahwa konsep setan dalam Islam berbeda

dengan konsep setan dalam agama-agama dan mitologi sebelumnya, walaupun

semuanya menunjukkan pengertian yang sama yaitu adanya kekuatan jahat dan

berbahaya yang senantiasa akan menggoda manusia agar terjerumus ke jalan

yang sesat. Pertanyaannya adalah siapa setan yang sesungguhnya? Benarkah

setan yang diasumsikan dari bangsa jin itu beruwujud mahluk halus yang hidup

bergentayangan di luar diri manusia? Padahal kita memahami bahwa mahluk

jin dan manusia diciptakan oleh Allah hanyalah untuk berbuat kebajikan yaitu

beribadah kepada Allah, sebagaimana dijelaskan dalam surat Adz-Dzariyat :

51 : 56. untuk menjawab semua itu penulis akan bahas dalam sub bab berikut

ini.

(47)

B. Macam-macam setan

Setan itu ada dua macam, pertama; setan yang tidak terlihat atau

tersembunyi yaitu setan dari bangsa jin. Kedua; setan yang nampak atau

terlihat yaitu setan dari jenis manusia yang mempunyai karakter jahat. Allah

berfirman dalam al-Qur`an surat al-An'am, ayat 112:

(48)

"Dari Abu Zar r.a berkata: Rasulullah saw. bersabda: Hai Abu Zar, mintalah perlindungan kepada Allah dari setan-setan jenis manusia dan setan-setan bangsa jin. Kemudian saya bertanya: Apakah ada setan manusia? Rasulullah

saw. menjawab: Ya".19

Ayat dan hadis di atas menunjukkan bahwa Allah swt. telah

menjadikan musuh-musuh bagi para nabi dan orang yang beriman dalam

berdakwah yaitu dua kekuatan oposisi yang selalu melakukan konfrontasi baik

secara nyata maupun terselubung. Pertama, mereka itu adalah setan-setan dari

jenis manusia yang berusaha menjerumuskan orang-orang mukmin dari jalan

yang lurus dan mengajak bersukutu dalam melakukan kejahatan. Kedua, yaitu

setan-setan dari bangsa jin yang berupaya meniupkan bisikan-bisikan jahat

untuk mempengaruhi akal dan hati manusia agar lalai dari mengingat Allah

dan mengikuti hawa nafsunya.

B.1. Setan dari jenis jin

Menurut hemat penulis bisikan-bisikan jahat dari jin itu bukan

datang dari luar tubuh manusia, tapi bisikan itu datang dari dalam diri manusia

itu sendiri. Artinya bahwa jin yang berbisik untuk mempengaruhi manusia itu

adalah unsur jin yang berada di dalam diri manusia.

19

Hadis diriwayatkan oleh imam Ahmad, Musnad Al-Imām Ahmad Ibn Hambal, (Mesir: Dār al-Ma`ārif, 1974), jilid. 3, h. 485. Imam al-Haitsami berkata: Hadis ini diriwayatkan oleh

(49)

Ketika setan membisiki Adam, sesungguhnya unsure setan sudah

ada dalam diri Adam yaitu hawa nafsu. Bahkan sejak setan atau iblis itu

diperintah untuk sujud kepada Adam, tetapi ia menolak perintah Allah itu. Ia

sombong merasa lebih baik dari subtansi Adam yang berasal dari tanah.

Sedang iblis atau setan sebagai entitas atau wujud yang berasal dari api. Dan

subtansi tersebut berada dalam diri manusia. Oleh karena itu meski ia sudah

diusir dari surga atau jannah, tapi ia masih dengan mudah menggoda Adam

karena sesungguhnya keluarnya iblis dari taman kebahagiaan/surga tapi hawa

nafsu tetap ada dalam diri manusia sehingga iblis masih dapat menggelincirkan

Nabi Adam dan istrinya. Untuk membuktikan bahwa unsur setan atau unsur jin

itu ada dalam diri manusia, maka perlu penulis ungkapkan dalil dari nash

al-Qur`an dan as-Sunnah serta juga realitasnya.

Allah SWT berfirman:

(50)

"(Setan) yang menyertainya berkata (pula), 'Ya Tuhan kami, aku tidak menyesatkannya, tetapi dia sendiri yang berada dalam kesesatan yang jauh". (Qs. Qof 50 : 27)

"Dan barang siapa berpaling dari pengajaran Allah Yang Maha Pengasih (al-Qur`an), Kami biarkan setan menyesatkannya dan menjadi teman karibnya". (Qs. Az-Zukhruf 43 : 36)

ﻡﻜﺒﻭﻠﻗ

ﻲﻓ

ﻰﻘﻠﻴ

ﻥﺃ

ﺕﻴﺸﺨ

ﻲﹼﻨﺇ

،ﻡﺩﻟﺍ

ﻯﺭﺠﻤ

ﻡﺩﺁ

ﻥﺒﺍ

ﻥﻤ

ﻯﺭﺠﻴ

ﻥﺎﻁﻴﺸﻟﺍ

ﻥﺇ

ﺎﺌﻴﺸ

.

"Sesungguhnya setan berjalan di dalam tubuh manusia seperti darah yang

mengalir, aku khawatir ia akan membisikkan sesuatu ke dalam hati kalian".20

20 HR. Al-Bukhāri, Al-Bukhāri,

(51)

ﻴﺭﻗ

ﻪﺒ

لﹼﻜﻭ

ﺩﻗﻭ

ﹼﻻﺇ

ﺩﺤﺍ

ﻥﻤ

ﻡﻜﻨﻤ

ﺎﻤ

"Tidak ada seorang pun dari kalian melainkan telah diwakilkan kepadanya seorang teman dari jenis jin dan malaika. Mereka bertanya: Apakah engkau juga demikian, wahai Rasulullah? Rasul menjawab: Ya, aku juga. Tetapi sesungguhnya Allah telah menolong aku, hingga ia masuk Islam, maka

tidaklah ia menyuruhku kecuali kepada kebaikan".21

Beberapa dalil dari al-Qur`an dan as-Sunnah tersebut memberikan

pemahaman bahwa di dalam diri manusia itu ada pendamping dari golongan

jin. Jadi, tak seorang pun yang tidak didampingi oleh jin atau setan. Bahkan

para nabi dan rosul pun demikian. Karena setan itu memang merupakan salah

satu subtansi dari keberadaan manusia. Dan benar apa yang disabdakan oleh

Rasulullah bahwa setan itu mengalir dalam aliran darah manusia, karena setan

itu sebagai entitas yang berada di dalam peredaran darah.

Allah mengilhamkan jalan keburukan dan jalan kebaikan kepada

jiwa manusia. Sebagaimana dijelaskan dalam surat as-Syams 91 : 8, yang

artinya: "Maka Dia mengilhamkan kepadanya jalan kejahatan dan

21

(52)

ketakwaannya". Maksudnya adalah Allah telah memberikan potensi keburukan

dan kebaikan kepada jiwa manusia. Malaikat membantu manusia untuk

berbuat kebaikan, sedangkan jin mendorong manusia untuk berbuat keburukan

atau kejahatan. Kecuali jin tersebut telah ditundukkan, maka jin tersebut akan

ikut pula mendorong untuk berbuat baik pula, sebagaimana yang terjadi pada

diri Rasulullah saw.

Sesungguhnya kedua potensi itu sangat penting bagi manusia,

karena keduanya justru dapat menjadikan kehidupan manusia begitu dinamis

dalam mencapai tujuan hidupnya. Dua kekuatan oposisi itu akan memberikan

semangat kehidupan dalam mengemban amanat Allah sebagai khalifah di

muka bumi ini. Kalau seandainya tidak ada unsur jin dalam diri manusia maka

kehidupan mungkin akan terasa statis. Bahkan kalau kita simak kembali kisah

Adam, istrinya dan iblis maka iblis atau jin lah yang mendorong manusia hidup

di bumi ini.

Kembali penulis tegaskan bahwa ada dua pembisik di dalam diri

manusia, yaitu bisikan untuk berbuat kebaikan dan bisikan untuk berbuat

kejahatan. Bisikan yang baik mendorong manusia naik ke atas, sehingga

menjadi manusia yang mulia di sisi Allah. Sedangkan bisikan jahat akan

(53)

rendah dari binatang. Dalam teori gravitasi tentunya dorongan keatas akan

lebih berat dari pada tarikan ke bawah.

Keberadaan unsur jin dan malaikat dalam diri manusia kiranya

cukup jelas, sebagaimana telah diungkapkan oleh al-Qur`an dan al-Hadis

bahwa ada unsur malaikat dan unsur jin yang mendampingi manusia yaitu

berada dalam diri manusia. Yang jelas manusia tidak dapat melihatnya, tetapi

dia ada dan dapat dirasakan dorongannya ketika kita ingin selalu berbuat baik

dan juga ketika kita terdorong untuk berbuat kejahatan. Kita tak pernah melihat

bentuk dan warnanya, namun kita bisa merasakan kehadirannya.

Oleh karena setan dari bangsa jin itu sesungguhnya merupakan

unsure yang ada dalam diri manusia maka setan dari golongan jin itu sering

kali datang untuk menggoda dengan mudah, kemudian pergi bersembunyi di

dalam hati manusia dan datang lagi. Dan sering kali setan bersembunyi dibalik

kejahatannya dengan memperlihatkan penampilannya yang baik, memberikan

nasehat dan kasihan kepada kita,22 pada hal dia mempunyai konspirasi jahat

untuk menjatuhkan dan membunuh karakter kita.

Setan dari jenis jin juga sangat lihai mengemas rayuannya dengan

kemasan yang sangat memukau. Biasanya langkah pertama yang diambilnya

adalah menggambarkan ketulusannya, dan menampilkan dirinya selaku

22 Lihat: Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Marāghi, (Mesir: Musthafa Bilali

(54)

penasehat yang tidak menghendaki kecuali kebaikan dan kemaslahatan bagi

orang yang dinasehati. Dia tidak segan bersumpah tentang ketulusannya itu.

Simaklah bagaimana ucapan pimpinan para setan yaitu Iblis ketika

menjerumuskan Nabi Adam a.s. dalam surat al-A'raf ayat 20-21, yang

berbunyi:

"Kemudian setan membisikkan pikiran jahat kepada mereka agar menampakkan aurat mereka (yang selama ini) tertutup. Dan Setan berkata, "Tuhanmu hanya melarang kamu berdua mendekati pohon ini, agar kamu berdua tidak menjadi malaikat atau tidak menjadi orang yang kekal (dalam surga)".

Dan dia (setan) bersumpah kepada keduanya, "sesungguhnya saya adalah termasuk orang yang memberi nasehat kepada kamu berdua". (Q.s. al-A'raf 7:20-21)

Kelihaiannya terlihat juga pada kemampuannya menggambarkan

sesuatu yang buruk atau berdampak negative sebagai sesuatu yang indah dan

berdampak positif. Membunuh anak atau menggugurkan kandungan adalah

merupakan salah satu perbuatan dosa besar dan keji, namu setan

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan amanat Rapat Komite Konsultatif pada pertengahan tahun 2015 dan High Level Meeting pada bulan April 2016, pada tahun 2016 ini KSAP memfokuskan penyusunan

Abstract — in this research we examine aspects of the interdependence between economic development and the use of environmental and natural resources assets from global

The tendency of big cities in South East Asia, who experienced population growth so fast, make the citizen mobility increases, and if the public transportation

Selanjutnya acara dilanjutkan dengan kenal pisah Kapolsek susut di halaman Mapolsek Susut yang dihadiri oleh Kapolres Bangli, Para Kabag, Para kapolsek, Perwira, perwakilan

Ciri norma hukum antara lain adalah diakui oleh masyarakat sebagai ketentuan yang sah dan ada penegak hukum sebagai pihak yang berwenang

Penilaian pada dasarnya adalah langkah-langkah yang dilakukan oleh guru untuk dapat menentukan capaian hasil belajar yang telah dilalui oleh peserta didik selama mengikuti

Kisi-kisi penelitian yang dilihat dari aspek ini adalah sejauhmana kondisi penurunan kunjungan wisatawan ke Tana Toraja berdasarkan persepsi pelaku wisata di Tana Toraja

[r]