• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN INSPEKTORAT DAERAH SEBAGAI APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH DI PROVINSI LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PERAN INSPEKTORAT DAERAH SEBAGAI APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH DI PROVINSI LAMPUNG"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN INSPEKTORAT DAERAH SEBAGAI APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH DI PROVINSI LAMPUNG

(Jurnal Ilmiah)

Oleh

TAUFIQ HIDAYAT

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA HUKUM

Pada

Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2018

(2)
(3)

ABSTRAK

PERAN INSPEKTORAT DAERAH SEBAGAI APARAT PENGAWAS INTERNAL PEMERINTAH DI PROVINSI LAMPUNG

Oleh

Taufiq Hidayat, Nurmayani, S.H.,M.H., Eka Deviani,S.H.,M.H., Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Email :TaufiqHidayat750@gmail.com

Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 Tentang Pedoman Pembinaan Dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, Pasal 24 (1) Pengawasan terhadap urusan pemerintahan di daerah dilaksanakan oleh Aparat Pengawas Intern Pemerintah sesuai dengan fungsi dan kewenangannya. (2) Aparat Pengawas Intern Pemerintah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah Inspektorat Jenderal Departemen. Inspektorat daerah melakukan, pengawasan terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang dimana SKPD itu sendiri terkadang masih belum bekerja secara maksimal sebagaimana dengan semestinya.

Permasalahannya adalah: (1) Bagaimanakah Peran Inspektorat Daerah Sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Di Provinsi Lampung? (2) Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat terhadap Peran Inspektorat Daerah dalam Pengawasan Internal Pemerintah di Provinsi Lampung?

Pendekatan masalah yang digunakan adalah yuridis normatif dan empiris. Jenis data yang digunakan adalah data primer, dan data sekunder. Pengumpulan data dilakukan dengan studi pustakaan dan studi lapangan dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa: (1) Inspektorat Daerah Provinsi Lampung sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah Daerah memiliki peran dalam perencanaan program pengawasan, perumusan kebijakan, dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala Daerah di bidang pengawasan. (2) Berbagai hambatan yang ditemui dalam pelaksanaan pengawasan yang dilakukan Inspektorat adalah masalah keterbatasan anggaran, kurangnya data fisik lapangan, kurangnya koordinasi antara lembaga dan instansi/dinas, dan terbatasnya sumber daya manusia/auditor.

Diharapkan Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) harus terus melakukan perubahan dan memaksimalkan tugas pokok dan fungsi sebagaimana mestinya agar terwujudnya pemerintahan yang baikdan pemerintahan yang bersihserta meningkatkan kualitas untuk mewujudkan hasil pengawasan yang semakin baik.

(4)

ABSTRACT

THE ROLE OF REGIONAL INSPECTORATE AS THE GOVERNMENT INTERNAL SUPERVISORY IN LAMPUNG PROVINCE

By

Taufiq Hidayat, Nurmayani, S.H., M.H., Eka Deviani,S.H., M.H., Bagian Hukum Administrasi Negara Fakultas Hukum Universitas Lampung

Jalan Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1 Bandar Lampung, 35145 Email :TaufiqHidayat750@gmail.com

Government Regulation Number 79 Year 2005 Concerning Guidance of Guidance and Supervision of Local Government Implementation, Article 24 (1) Supervision on government affairs in the regions is implemented by the Government Internal Supervisory Apparatus in accordance with their functions and authorities. (2) The Government Internal Supervisory Apparatus as referred to in paragraph (1) shall be the Inspectorate General of the Department. The regional inspectorate conducts, supervises the Regional Device Work Unit in which the regional apparatus unit itself sometimes still does not work optimally as it should.

The problems are: (1) How is the Role of Regional Inspectorate as a Government Internal Supervisory Apparatus in Lampung Province? (2) What factors are inhibiting the Role of Regional Inspectorate in the Government's Internal Control in Lampung Province?

The problem approach used is juridical normative and empirical. The type of data used is primary data, and secondary data. Data collection was done by library study and field study and then analyzed qualitatively.

Based on the result of the research, it is known that: (1) Regional Inspectorate of Lampung Province as Internal Supervisory Officer of Local Government has role in program planning of supervision, policy formulation and facilitation of supervision, examination, investigation, examination and assessment of supervisory duties, by the head of the Region in the field of supervision. (2) The various obstacles encountered in the implementation of supervision by the Inspectorate are budget constraints, lack of physical data of the field, lack of coordination between institutions and agencies / agencies and limited human resources/auditors.

It is expected that the Internal Supervisory Authority of the Government should continue to make changes and maximize the basic duties and functions as appropriate for the realization of good governance and clean governance as well as improving the quality to realize better supervision results.

(5)

BAB I PENDAHULUAN

Menurut UU Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala daerah dan DPRD dalam penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah. Badan Pengawasan Daerah yang selanjutnya disebut Inspektorat Provinsi, Inspektorat Kabupaten, dan Inspektorat Kota adalah unsur pengawasan daerah yang dipimpin oleh Inspektur, yang dalam pelaksanaan tugasnya bertanggung jawab langsung kepada Gubernur, Bupati atau Wali kota.

Inspektorat Jenderal (disingkat Itjen) adalah unsur pengawas pada Kementerian yang mempunyai tugas menyelenggarakan pengawasan internal di lingkungan Kementerian. Inspektorat Jenderal berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Menteri.

Inspektorat daerah berfungsi sebagai auditor internal pemerintah yang mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan pengawasan umum pemerintah daerah dan tugas lain yang diberikan kepala daerah. Lembaga ini merupakan suatu lembaga pengawas di lingkungan pemerintah daerah.

Dalam kenyataannya, inspektorat di daerah belum dapat berfungsi sebagaimana diharapkan. Di banyak daerah inspektorat itu bahkan tidak maksimal. Malah ada yang menjadi pelarian bagi pejabat yang dimutasi dan tetap memerlukan status pejabat eselon.1

1

https://nasional.sindonews.com/newsread/1209 150/18/penguatan-inspektorat-daerah. Diakses pada 30 september 2017 pukul 17:05 WIB

Pengawasan merupakan salah satu unsur penting dalam rangka menjawab penilaian kinerja atas tuntutan pelakasanaan akuntabilitas organisasi sektor publik terhadap terwujudnya good governance.Pengawasan berfungsi membantu agar sasaran yang ditetapkan organisasi dapat tercapai, serta berperan dalam mendeteksi secara dini terjadinya penyimpanganpelaksanaan,

penyalahgunaanwewenang, serta pemborosan dan kebocoran.2

Untuk lingkungan pemerintah kabupaten/kota dilaksanakan oleh inspektorat kabupaten/kota, yang bertanggungjawab langsung kepadabupati/walikota (pasal 1 ayat 7 Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah).

Dalam Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 Pasal 1 ayat (1) tentang Administrasi Pemerintahan dijelaskan bahwa, Administrasi Pemerintahan adalah tata laksana dalam pengambilan keputusan dan/atau tindakan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan.

Fungsi Pemerintahan adalah fungsi dalam melaksanakan Administrasi Pemerintahanyang meliputi fungsi pengaturan, pelayanan, pembangunan, pemberdayaan dan perlindungan, yang sebagaimana dijelaskan pada ayat (2).

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah sistem pengendalian intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan Pemerintah Pusat dan pemerintah daerah.

Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP mewajibkan menteri/pimpinan lembaga, gubernur, dan bupati/wali kota untuk

2

(6)

mengendalikan penyelenggaraan pemerintahan.

Dari pengertian tersebut terlihat bahwa politik hukum pengendalian internal adalah mengawasi dan mengendalikan diri sendiri. Jika kita lihat lebih dalam lagi, politik hukum pengendalian internal menurut PP No.60/2008 memang bukan untuk memberantas korupsi seperti yang dilakukan KPK, tetapi pada model pengendalian dan perbaikan administrasi pemerintahan yang muaranya adalah good governance.

Politik hukum peraturan pemerintah tersebut berpengaruh terhadap desain institusi sistem pengendalian tersebut. Dalam susunan pemda terlihat bahwa muara pertanggungjawaban dan laporan pengendali internal adalah kepala daerah. Dalam hal ini kemandirian dan kekuatan pengendali internal akan sangat bergantung pada akuntabilitas kepala daerah masing-masing.

Politik hukum tersebut juga senada dengan pengaturan dalam UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah yang mendudukkan Inspektorat di bawah sekretaris daerah. Kedudukan ini menempatkan Inspektorat bukan pada posisi yang bisa melakukan pengendalian dan pengawasan dengan maksimal.

Posisi Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) ditempatkan secara tepat sehingga bebas dari intervensi, dan memperoleh dukungan yang

memadai dari Pimpinan

Kementerian/Lembaga/Pemerintah Daerah sehingga dapat bekerja sama dengan auditi dan melaksanakan pekerjaan dengan leluasa.Prinsip obyektifitas mensyaratkan agar auditor

melaksanakan penugasan dengan jujur dan tidakmengompromikankualitas.3

Untuk mewujudkan hasil audit yang berkualitas maka diharapkan kualitas pengawasan yang dilakukan inspektorat daerah akan semakin baik dalam melakuan pengawasan. Kaitannya dengan hal tersebut, untuk membatasi masalah yang hendak di teliti dan mengingat terbatasnya waktu, tenaga, dan biaya pada diri penulis, maka penulis hanya melakukan penelitian di Inspektorat Provinsi Lampung khususnya mengenai Pengawasan Internal Pemerintah.

Berdasarkan uraian diatas, maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah peran Inspektorat Daerah sebagai Aparat pengawas Internal Pemerintah di Provinsi Lampung?

2. Faktor-faktor apakah yang menjadi penghambat terhadap peran inspektorat Daerah dalam Pengawasan Internal Pemerintah di Provinsi Lampung?

3

(7)

BAB II

METODE PENELITIAN Pendekatan masalah merupakan proses pemecahan atau penyelesaian masalah melalui tahap-tahap yang telah ditentukan sehingga mencapai tujuan penelitian.4Metode pendekatan masalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan secara yuridis normatif dan yuridis empiris. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) metode pendekatan, yaitu: Pendekatan secara yuridis normatif, adalah pendekatan melalui studi kepustakaan (library research) dengan cara membaca, mengutip dan menganalisis teori-teori hokum dan peraturan perudang-undangan yang berhubungan dengan permasalahan dalam penelitian. Dan Pendekatan secara yuridis empiris, adalah upaya untuk memperoleh kejelasan dan pemahaman dari permasalahan penelitian berdasarkan realitas yang ada atau yang terjadi dan dikaji secara hukum.

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan data sekunder. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan menggunakan Studi Kepustakaan (Library Research) dan Studi Lapangan.

Setelah tahap pengumpulan dan pengolahan data dilakukan, maka tahap selanjutnya adalah menganalisanya. Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dengan cara deskriptif kualitatif, yaitu dengan cara menguraikan secara terperinci hasil penelitian dalam bentuk kalimat-kalimat sehingga diperoleh gambaran yang jelas dari jawaban permasalahan yang

4

Abdulkadir Muhammad,Hukum dan Penelitian Hukum, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2004, hlm. 112.

dibahas dan kesimpulan atas permasalahan tersebut. Penarikan kesimpulan dari analisis menggunakan cara berfikir deduktif, yaitu cara berfikir dalam menarik kesimpulan dari permasalahan berdasarkan hasil penelitian.5

BAB III PEMBAHASAN

A. Peran Inspektorat Daerah Sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP)

Inspektorat Daerah, Sebagai Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP), memiliki peran yang sangat penting dan posisi yang sangat strategis baik ditinjau dari aspek fungsi-fungsi manajemen maupun dari segi pencapaian visi dan misi serta program-program pemerintah. Dari segi fungsi-fungsi dasar manajemen, ia mempunyai kedudukan yang setara dengan fungsi perencanaan atau fungsi pelaksanaan. Sedangkan dari segi pencapaian visi, misi dan program-program pemerintah, Inspektorat Daerah menjadi pilar yang bertugas sebagai pengawas sekaligus pengawal dalam pelaksanaan program yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah.6

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2016 Tentang Kebijakan Pengawasan Di Lingkungan Kementerian Dalam Negeri Dan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2017 Pasal 6 ayat (5) berbunyi Kegiatan pengawasan yang dilakukan Inspektorat

5

Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum,

Jakarta: Rineka Cipta, 2010, hlm. 25. 6

(8)

Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, meliputi pembinaan dan pengawasan terhadap perangkat daerah kabupaten/kota.

Aparat Pengawasan Intern Pemerintah (APIP) dalam melaksanakan pengawasan harus didukung penuh oleh kepala daerah dan membiarkan APIP bekerja secara independen dan objektif, agar laporan hasil pengawasan yang dibuat benar dan sesuai kondisi yang ada.

Laporan hasil pengawasan menjadi salah satu indikator untuk menilai kinerja perangkat daerah sebagai pembantu kepala daerah. Laporan hasil pengawasan efeknya memang akan sangat berpengaruh baik itu bagus ataupun jelek kinerja perangkat daerah. Laporan hasil pengawasan APIP dapat juga menjadi pertimbangan bagi kepala perangkat daerah untuk mengambil langkah kerja dan perbaikan manjemen.

Inspektorat Daerah selaku Aparat Pengawasan Intern Pemerintah dalam hal memberikan pembinaan kepada SKPD, tugas utama APIP sudah seharusnya pada pembinaan-pembinaan kepada perangkat daerah, tidak lagi hanya fokus pada audit atau pemeriksaan.

Tujan pembinaan ini akan sangat membantu perangkat daerah dalam menjalankan tugasnya dan dapat meminimalisir kesalahan dan temuan-temuan dikemudian hari, apabila ada pemeriksaan baik itu dari BPK selaku Auditor Pemerintah pusat dan dari Inspektorat.

Audit ataupun pemeriksaan umumnya seringkali mencari-cari kesalahan dan mengintimidasi auditan. Audit tidak dapat menjadi terapi yang baik bagi perangkat daerah untuk menjadi lebih baik kedepan, namun terapi yang baik

bagi perangkat daerah adalah memberikan pembinaan-pembinaan.

Pengawasan Internal yang dilakukan oleh Inspektorat Daerah biasanya ditujukan kepada sekolah-sekolah untuk mengawasi dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Ada tiga tahapan pengawasan dana bantuan operasional sekolah (BOS), yaitu pengawasan melekat, pengawasan fungsional, dan pengawasan yang dilakukan langsung oleh BPKP.

Seandainya aparat penegak hukum ingin melakukan pengawasan dan memeriksa kepala SD dan SMP yang diduga melakukan penyimpangan dan penyelewengan dana BOS, terlebih dahulu harus mempelajari petunjuk teknis (juknis) yang dikeluarkan Dirjen Pendidikan Dasar Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Tujuannya, supaya apa yang akan diperiksa menjadi tepat sasaran dan tidak merugikan pihak atau objek yang diperiksa.

Pengawasam melekat dilakukan oleh pimpinan masing-masing instansi kepada bawahannya baik di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota maupun Sekolah. Prioritas utama dalam program BOS adalah pengawasan yang dilakukan oleh SKPD Pendidikan Kabupaten/Kota kepada Sekolah.

(9)

permintaan instansi terkait yang akan diaudit.

Dalam Juknis Penggunaan Dana BOS yang dikeluarkan Dirjen Pendidikan Dasar Kemendikbud juga telah diatur sanksi bagi yang melakukan pelanggaran. Pertama, penerapan sanksi kepegawaian sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku (pemberhentian, penurunan pangkat, mutasi kerja). Kedua, penerapan tuntutan perbendaharaan dan ganti rugi, yaitu pengembalian dana BOS yang terbukti disalahgunakan kepada satuan pendidikan atau kas negara.

Ketiga, penerapan proses hukum, yaitu mulai proses penyelidikan, penyidikan, dan proses peradilan bagi pihak yang diduga atau terbukti melakukan penyimpangan dana BOS. Sedangkan yang keempat, pemblokiran dana dan penghentian sementara seluruh bantuan pendidikan yang bersumber dari APBN pada tahun berikutnya kepada kabupaten/kota bila mana terbukti pelanggaran dilakukan secara sengaja dan tersistem untuk memperoleh keuntungan pribadi, kelompok atau golongan.

Terkait dengan penyelenggaraan tugas pembangunan kesejahteraan sosial di bidang pendidikan, maka jelas setiap satuan pendidikan pun mendapat pengawasan dari inspektorat secara rutin, karena Satuan Pendidikan Negeri khususnya yang dipimpin oleh kepala sekolah yang diberi tugas oleh Bupati juga melaksanakan sebagian tugas pemerintah daerah terkait dengan urusan baik dibidang pemerintahan, kesejahteraan sosial, keuangan dan aset.

Karena itu sasaran pemeriksaan disekolah tidak hanya masalah keuangan (BOS), namun juga yang menyangkut masalah SDM (Sumber

Daya Manusia) juga aset yang dimiliki. Sebagaimana yang diketahui mulai tahun 2010 anggaran Sertifikasi atau Tunjangan Profesi bagi guru telah ditransfer ke kas Daerah, untuk itu diharapkan pengawasannya juga lebih ketat.

a) Rencana Strategis

Dalam rangka Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan, Pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen memilik peran strategis dalam mengawal pelaksanaan program dan kegiatan, sekaligus upaya untuk menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan secara efektif, efisien dan akuntabel.7

Peran Inspektorat Provinsi Lampung sebagai Pengawas Intern dapat diharapkan mampu merespon terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk terselenggaranya pemerintahan yang baik (Good Governance).

Sesuai kaidah Pengawasan yang tertuang dalam Rencana Strategis (Renstra) Provinsi Lampung 2015 – 2019 bahwa Inspektorat Provinsi Lampung melakukan pembinaan dan pengawasan internal secara instensif kepada organisasi perangkat daerah serta Pemerintah Kabupaten/ Kota dan melaporkan hasilnya kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi Lampung.8

Inspektorat Provinsi Lampung sebagai salah satu elemen dari sistem

7

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak I Gede Chandra selaku Inspektur Pembantu (IRBAN) Wilayah II di kantor Inspektorat Provinsi Lampung, Tanggal 02 Mei 2018

8

(10)

pengawasan penyelenggaraan pemerinta daerah, dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya akan berhasil apabila memperoleh dukungan secara terpadu dan sinergi dengan elemen sistem pengawasan penyelenggaraan pemerintahan lainnya yaitu pengawas fungsional ekstern, pengawasan legislatif, pengawasan masyarakat termasuk Inspektorat-Inspektorat Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung dalam rangka “Mewujudkan tata kepemerintahan yang baik (good governance) dan mendukung mantapnya rasa kesatuan dan persatuan di daerah dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia“.

Hal ini sesuai amanat yang tertuang dalam Misi ke-5 (lima) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah 2015-2019 yaitu Menegakkan supremasi hukum, membangun peradaban demokrasi dan meningkatkan tata kelola pemerintahan yang baik yang bertujuan mendukung pemantapan profesionalisme aparat pengawasan internal pemerintah (APIP).

Peran Inspektorat Provinsi Lampung sebagai pengawas internal dapat diartikan sebagai pengawas, evaluator, konsultan dan katalisator harus mampu merespon terhadap berbagai perubahan yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan untuk memenuhi tuntutan terselenggaranya good governance dan rasa kesatuan dan persatuan di daerah dan keutuhan Negara Republik Indonesia dan meningkatnya kesinergian pemerintahan daerah Kabupaten/Kota.9

Renstra Inspektorat Provinsi Lampung Tahun 2015-2019 secara umum

9

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak I Gede Chandra selaku Inspektur Pembantu (IRBAN) Wilayah II di kantor Inspektorat Provinsi Lampung, Tanggal 02 Mei 2018

memiliki tujuan memberikan arah, kebijakan dalam menetapkan program dan sasaran kerja yang terarah, terpadu, terukur dan berkelanjutan yang akan dijadikan pedoman pada masa lima tahun, selain itu memuat prediksi hambatan-hambatan yang akan terjadi, alternatif pemecahan masalah, dan arah upaya dalam menjalin hubungan yang baik dengan semua pihak.10

Dengan tersusunnya Renstra Inspektorat Provinsi Lampung Tahun 2015 – 2019, diharapkan akan mendorong terciptanya peningkatan kinerja secara terukur, terarah, berkualitas dalam bidang pengawasan di Propinsi Lampung.

b) Rencana Kerja (Renja) Inspektorat

Sebagai perwujudan dari kebijakan dan strategi dalam rangka mencapai setiap tujuan strategisnya, maka langkah operasionalnya harus dituangkan ke dalam program dan kegiatan yang berlaku dengan memperhatikan dan mempertimbangkan tugas dan fungsi Inspektorat Provinsi Lampung. Kegiatan merupakan penjabaran lebih lanjut dari suatu program sebagai arah dari pencapaian misi dan visi organisasi.11

Sementara itu yang dimaksud dengan indikator kinerja adalah ukuran keberhasilan suatu program dan kegiatan, baik kuantitatif maupun kualitatif yang secara khusus dinyatakan sebagai pencapaian tujuan yang dapat menggambarkan skala atau tingkatan yang digunakan sebagai alat

10

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak I Gede Chandra selaku Inspektur Pembantu (IRBAN) Wilayah II di kantor Inspektorat Provinsi Lampung, Tanggal 02 Mei 2018

11

(11)

kegiatan pemantauan dan evaluai, baik kinerja input, proses, output, outcome maupun impact sesuai dengan sasaran rencana program dan kegiatan.

c) Dasar Hukum Inspektorat Provinsi Lampung

1) Undang–Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN); 2) Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintahan Daerah. 3) Peraturan Pemerintah Nomor 8

Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Pembangunan Daerah;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang SPIP;

5) Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat Daerah;

6) Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

7) Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2001 tentang Tata Cara Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

8) Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 17 Tahun 2001 tentang Pelimpahan Pengawasan Fungsional Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah kepada Gubernur;

9) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah;

10) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2017 tentang

Kebijakan Pengawasan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Tahun 2018;

11) Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 8 Tahun 2016 tentang Pembentukan dan Susunan Perangkat Daerah Provinsi Lampung;

12) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 6 Tahun 2014 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi Lampung Tahun 2010-2014;

13) Peraturan Gubernur Lampung Nomor 61 Tahun 2016 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi serta Tata Kerja Inspektorat Provinsi Lampung.

B. Faktor-Faktor yang Menjadi Penghambat Terhadap Peran Inspektorat Daerah Dalam Pengawasan Internal Pemerintah Di Provinsi Lampung

Berdasarkan hasil wawancara dengan Bapak I Gede Chandra, selaku Inspektur Pembantu (IRBAN) Wilayah II Provinsi Lampung, dapat diketahui bahwa dalam melakukan pengawasan terhadap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di Provinsi Lampung terdapat beberapa hambatan, walaupun hambatan ini sudah lama tidak ditanggulangi namun pengawasan rutin tetap di lakukan Inspektorat Daerah agar tetap berjalannya tugas dan fungsi Inspektorat Daerah sebagai pengawas internal.12

12

(12)

1. Keterbatasan Anggaran

Masalah anggaran menjadi sangat kompleks dalam rangka pengawasan yang akan dilakukan Inspektorat Daerah, ini disebabkan anggaran yang di plot untuk Inspektorat Daerah sering dipotong ketika masih dalam proses penganggaran di DPRD karena lebih diutamakannya berkenaan dengan barang dan jasa. Mengenai wilayah kerja yang dicakup oleh Inspektorat sangatlah luas, sehingga dengan keterbatasan dana, sudah tentu pengawasan yang dilakuka tidak dapat berjalan dengan maksimal.

2. Kurangnya Data Fisik Lapangan Dalam setiap pemeriksaan rutin yang dilakukan oleh tim Inspektorat, tidak semua data fisik lapangan, atau kegiatan yang berupa proyek dapat ditinjau langsung. Ini karena disebabkan dana yang disediakan terbatas, selain itu jangka waktu yang disediakan juga hanya sedikit yakni dalam 1 harinya tim Inspektorat menurut wilayah kerjanya melakukan pebgawasan di 3 instansi, selayaknya pengawasan dilakukan dengan jangka waktu 3 hari dalam 1 instansi, untuk mendapatkan hasil yang maksimal dari proses pengawasan.

3. Kurangnya Koordinasi Antara Lembaga Dan Instansi/Dinas

Akibat dari kepala daerah yang terlalu sering melakukan mutasi maka, pemeriksaan yang dilakukan disetiap instansi menjadi kurang maksimal, karena banyaknya urusan administrasi yang belum diselesaikan, dan pejabat yang baru menduduki tempat tersebut kurang peduli mengenai administrasi yang belum diselesaikan oleh pejabat yang lama, sehingga hasil pemeriksaan yang dilakukan tim Inspektorat menjadi terhambat.

4. Terbatasnya Sumber Daya Manusia/Auditor

Hambatan dalam pengawasan terhadap pengelolaan keuangan daerah yang dilakukan oleh Inspektorat Provinsi Lampung adalah terbatasnya Sumber Daya Manusia (SDM), kekuatan personil atau Sumber Daya Manusia, baik dalam jumlah atau kuantitas maupun dalam hal kualitas atau kemampuan kompetensi yang dimiliki sangat menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi.

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

Berdasarkan hal-hal yang termuat dalam bab-bab terdahulu dalam skripsi yang berjudul “Peran Inspektorat Daerah Sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah (APIP) Di Provinsi Lampung”, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Inspektorat Daerah Provinsi Lampung sebagai Aparat Pengawas Internal Pemerintah Daerah memiliki peran dalam perencanaan program pengawasan, perumusan kebijakan, dan fasilitasi pengawasan, pemeriksaan, pengusutan, pengujian dan penilaian tugas pengawasan, pemeriksaan serta pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh kepala Daerah di bidang pengawasan.

(13)

Inspektorat adalah masalah keterbatasan anggaran, kurangnya data fisik lapangan, kurangnya koordinasi antara lembaga dan instansi/dinas, dan terbatasnya sumber daya manusia/auditor.

B. Saran

1. Salah satu faktor utama yang dapat menunjang keberhasilan pelaksanaan pengendalian intern adalah efektivitas peran Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP). Untuk itu diharapkan APIP harus terus melakukan perubahan dan memaksimalkan tugas pokok dan fungsi sebagaimana mestinya agar terwujudnya pemerintahan yang baik (Good Governance) dan pemerintahan yang bersih (Clean Governance) serta meningkatkan kualitas untuk mewujudkan hasil pengawasan yang semakin baik.

2. Dana dan prasarana yang kurang dari Pemerintah Daerah, harusnya Inspektorat dapat mengefektifkan dana yang ada pada Inspektorat Daerah untuk menjalankan tugas dan fungsinya sehingga tidak terjadinya hambatan yang akan mengganggu pelaksanaan pengawasan tim Inspektorat. Selain itu Pemerintah Daerah dapat mengadakan pelatihan mengenai pengelolaan keuangan daerah agar PNS lebih memahami mengenai pertanggungjawaban yang menjadi tanggungjawabnya di SKPD.

DAFTAR PUSTAKA

Anggara, Sahya, 2012, Ilmu Administrasi Negara, Bandung : CV. Pustaka Setia.

Ashshofa, Burhan. 2010.Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Rineka Cipta.

Muhammad,Abdulkadir. 2004.Hukum dan Penelitian Hukum.Bandung: Citra Aditya Bakti.

Yanto, Nur. 2015. Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia. Bogor. Mitra Wacana Media.

Perundang-undangan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 TentangAdministrasi

Pemerintahan.

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2005 Tentang Pembinaan dan

Pengawasan Atas

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 67 Tahun 2007 Tentang Pedoman Teknis Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Penelusuran Internet

https://nasional.sindonews.com/newsrea

d/1209150/18/penguatan-inspektorat-daerah. Diakses pada 30 september 2017 pukul 17:05 WIB

Referensi

Dokumen terkait

Hal tersebut terlihat dari konsep metode pendekatan yang menghubungkan kegiatan dan bahan ajar dengan situasi nyata, sehingga siswa menjadi lebih responsif dalam

Peningkatan kedalaman gerusan sebagai hubungan dari kedalaman air di kaki struktur, tinggi gelombang pecah, parameter surf similarity, gangguan terhadap dasar di

Prinsip kerja dari arus searah adalah membalik fasa tegangan dari gelombang yang mempunyai nilai positif dengan menggunakan komutator, dengan demikian arus yang berbalik

Skripsi yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Metode Tanya Jawab Dalam Pembelajaran Aqidah Akhlak Terhadap Kreatifitas Berfikir Siswa Mts Nu 01 Gringsing Batang, ini ditulis

Dari hasil pemeriksaan secara seropositif toksoplasmosis menggunakan CATT (Pastorex Toxo) terhadap kambing, sapi, kerbau, ayam, itik, kucing dan domba diperoleh hasil seperti

Berbeda halnya dengan Escherichia coli yang tidak memiliki susunan dinding sel seperti Staphylococcus aureus sehingga pada uji Kadar Hambat Minimum terlihat

Peningkatan pemungutan penerimaan daerah Kabupaten Sintang dari sektor pajak hotel melalui kegiatan intensifikasi pajak belum terlaksana dengan efektif sehingga

mengenai perusahaan yang realistis, kredibel, dan menarik mengenai suatu perusahaan, yang jauh lebih baik dari kondisi yang sekarang ini. Vision articulates a view of a