• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perbedaan Bank Umum dan Bank Central

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Perbedaan Bank Umum dan Bank Central"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

PENGERTIAN BANK

Bank menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 tentang Perbankan (pengganti UU No. 7 tahun 1997) adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

I. JENIS-JENIS BANK, menurut UU No 14 Tahun 1967 :

1.1 MENURUT FUNGSINYA

1.1.1 BANK SENTRAL

Menurut pasal 3 ayat 1 butir a, Bank Sentral ialah Bank Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Dasar 1945, dan yang selanjutnya akan diatur dengan Undang-undang tersendiri.

Berdasarkan UU NOMOR 13 TAHUN 1968 TENTANG Bank Sentral.

 Bank Sentral adalah suatu Lembaga Negara yang bertugas membantu Presiden dalam melaksanakan kebijaksanaan moneter, sehingga karena itu Bank Sentral menjalankan tugasnya berdasarkan garis-garis pokok kebijaksanaan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah.

 Bank Sentral yang dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dalam menjaga dan memelihara kestabilan intern maupun kestabilan ekstern dari nilai satuan Rupiah kita guna mendorong kelancaran produksi dan pembangunan

 Bank Sentral yang dapat menjalankan tugasnya dengan sebaik-baiknya dalam menjaga dan memelihara kestabilan intern maupun kestabilan ekstern dari nilai satuan Rupiah kita guna mendorong kelancaran produksi dan pembangunan

 Gubernur Bank Sentral, yang bertugas membantu Pemerintah dalam pemikiran, perencanaan dan penetapan kebijaksanaan di bidang moneter.

(2)

o Bank Sentral diberikan wewenang untuk mengajukan pendapatan-pendapatannya secara khusus kepada Pemerintah apabila keputusan yang diambil oleh Dewan Moneter itu menurut pertimbangannya tidak atau kurang sesuai dengan situasi moneter yang dihadapinya atau prinsip-prinsip ekonomi yang obyektif dan realistis.

Di Bidang Perkreditan:

o Bank Sentral dan perbankan pada umumnya diwajibkan mengikuti batas-batas yang telah ditetapkan dalam rencana kredit. Rencana kredit tersebut disusun oleh Bank Sentral untuk diajukan kepada Pemerintah melalui Dewan Moneter dalam rangka penyusunan rencana moneter. Sebagai bangkers bank, Bank Sentral dapat memberikan kredit.

Di Bidang Devisa:

o Dalam menjaga dan memelihara kestabilan nilai Rupiah terhadap valuta asing, maka Bank Sentral menyusun rencana devisa dalam rangka pemeliharaan ekonomi nasional dan memperlancar usaha-usaha pembangunan dengan memperhatikan posisi likwiditas dan solvabilitas internasional.

Pasal 41.

Dalam rangka tugasnya sebagai Bank Sentral:

1) Bank memindahkan uang, baik dengan pemberitahuan secara telegram maupun dengan surat, atau dengan jalan memberikan wesel-tunjuk di antara kantornya; penarikan atas saldo kredit yang ada pada koresponden dilakukan secara telegram atau dengan wesel-tunjuk.

2) Bank menerima dan membayarkan kembali uang dalam rekening koran, menjalankan perintah untuk pemindahan uang, menerima pembayaran dari tagihan atas kertas berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antara pihak ketiga.

3) Bank mendiskonto :

(3)

b. surat-wesel dan kertas-dagang yang lain yang tidak lebih lama masa berlakunya dari kebiasaan dalam perdagangan baik yang ditarik dengan jaminan surat-kredit, maupun dengan jaminan dokumen-pengangkutan;

c. kertas-perbendaharaan atas beban Negara;

d. surat-hutang dengan pelunasan dalam enam bulan dan selama diskontonya turut bertanggung-jawab secara solider;

e. mandat dan/atau surat perintah membayar atas kas Negara untuk rendemen-lelang.

4) Bank membeli dan menjual :

a. wesel yang diakseptasi oleh suatu bank dengan masa berlaku yang tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan;

b. kertas-perbendaharaan atas beban Negara;

c. surat-hutang Negara atau surat-hutang lainnya yang tercatat pada suatu bursa efek yang resmi yang bunga dan pelunasannya dijamin oleh Negara.

5) Bank membeli dan menjual cek, surat-wesel, kertas-dagang lainnya, pembayaran dengan surat atau telegram dengan masa berlaku tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan dan adanya jaminan yang lazim berlaku untuk itu.

6) Bank memberi jaminan-bank (bank-garansi) dengan tanggungan yang cukup. 7) Bank menyediakan tempat penyimpanan barang-barang berharga.

Contoh Bank Sentral : Bank Indonesia

1.1.2 BANK UMUM

Menurut pasal 3 ayat 1 butir b, Bank Umum ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk giro dan deposito dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.

Contoh Bank Umum : BCA, BNI, BRI, Bank Niaga

1.1.3 BANK TABUNGAN

(4)

Contoh Bank Tabungan : BTN (Bank Tabungan Negara), Koperasi Karyawan Bank Tabungan Negara, Bank Tabungan Pensiunan Nasional

1.1.4 BANK PEMBANGUNAN

Menurut pasal 3 ayat 1 butir d, Bank Pembangunan ialah bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima simpanan dalam bentuk deposito dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan panjang dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang dibidang pembangunan.

Contoh Bank Pembangunan : Bank Pembangunan Daerah Aceh, Bank SumUt, Bank Jambi

1.1.5 BANK KOPERASI

II.

MENURUT KEPEMILIKANNYA

Apabila ditinjau dari segi kepemilikannya, jenis bank terdiri atas bank milik pemerintah, bank milik swasta nasional, dan bank milik swasta asing.

1. Bank Milik Pemerintah

Bank pemerintah adalah bank di mana baik akta pendirian maupun modalnya dimiliki oleh pemerintah, sehingga seluruh keuntungan bank dimiliki oleh pemerintah pula. Contohnya : Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri. Selain itu ada juga bank milik pemerintah daerah yang terdapat di daerah tingkat I dan tingkat II masing-masing provinsi. Contoh : Bank DKI, Bank Jateng, dan sebagainya.

2. Bank Milik Swasta Nasional

(5)

Contohnya : Bank Muamalat, Bank Danamon, Bank Central Asia, Bank Lippo, Bank Niaga, dan lain-lain.

3. Bank Milik Asing

Bank jenis ini merupakan cabang dari bank yang ada di luar negeri, baik milik swasta asing atau pemerintah asing.Kepemilikannya dimiliki oleh pihak luar negeri. Contohnya : ABN AMRO bank, City Bank, dan lain-lain.

JENIS-JENIS BANK, menurut UU No 7 Tahun 1992:

BANK UMUM:

Pasal 1 angka 2 UU Nomor 7 Tahun 1992 : Bank Umum adalah bank yang dapat memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran;

Pasal 1 angka 3 UU Nomor 10 Tahun 1998 : Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvesional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran.

Bank umum merupakan lembaga keuangan yang paling penting dan berpengaruh dalam kegiatan ekonomi. Ini disebabkan bank umum mempunyai beberapa keistimewaan yang tidak dimiliki oleh lembaga-lembaga keuangan lainnya, di antaranya adalah sebagai berikut :

a) Tabungan dapat diambil dengan cek

Salah satu keistimewaan itu adalah kesanggupan bank umum untuk menciptakan tabungan yang dapat sewaktu-waktu diambil dengan menggunakan cek, yaitu tabungan giral.

b) Menciptakan daya beli

(6)

c) Memberi pinjaman jangka pendek

Keistimewaan yang ketiga dari bank umum bersumber dari corak kegiatannya, yaitu meminjamkan uang yang dilakukannya. Bank umum terutama memberikan pinjaman jangka pendek. Ini berarti bank umum merupakan suatu badan yang berperan penting bagi perusahaan-perusahaan untuk menyesuaikan keadaan keuangan dengan gerak naik-turunnya kegiatan ekonomi.

Usaha-usaha yang dapat dilakukan oleh bank umum di antaranya adalah:

1. Memberi dan menerima pinjaman dari perusahaan lain atau masyarakat; 2. Menerima titipan barang-barang berharga;

3. Melakukan kegiatan valuta asing;

4. Melayani jasa pengiriman uang (transfer) antar bank; 5. Melakukan giro dan inkaso antarbank;

6. Tidak boleh melakukan usaha asuransi tetapi boleh mendirikan anak perusahaan yang melakukan usaha asuransi.

Contoh Bank Umum adalah: Bank Mandiri, BCA, dan Bank Mega

Bank Umum, dibagi menjadi 3 yakni :

1. Bank umum milik negara, contohnya : Bank Mandiri (gabungan atau merger dari Bank Dagang Negara (BDN), Bank Bumi Daya (BBD), Bank Ekspor Impor (Bank Exim), dan Bapindo pada tahun 1999); Bank Nasional Indonesia 1946 (BNI 1946); Bank Rakyat Indonesia (BRI); Bank Tabungan Negara (BTN).

2. Bank umum miliki swasta asing, contohnya : Bank Central Asia (BCA); Bank Internasional (BII); Bank Niaga; Bank Danamon; Bank Lippo.

3. Bank milik koperasi, contohnya : Bank umum koperasi Indonesia (Bukopin); Bank Umum Koperasi Kehoeripan; Bank Umum Jawa Barat.

(7)

Pasal 1 angka 3 UU Nomor 7 Tahun 1992 : Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.

Pasal 1 angka 4 UU Nomor 10 Tahun 1998 : Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak meberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Kegiatan BPR jauh lebih sempit jika dibandingkan dengan kegiatan bank umum. Usaha BPR meliputi usaha untuk menghimpun dan menyalurkan dana dengan tujuan mendapatkan keuntungan. Keuntungan BPR diperoleh dari spread effect dan pendapatan bunga. Adapun usaha-usaha BPR menurut pasal 13 Undang-Undang no 7 tahun 1992 adalah :

1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa deposito berjangka, tabungan, dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu. 2. Memberikan kredit.

3. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. (Yang dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 berubah bunyinya menjadi : Menyediakan pembiayaan dan penempatan dana berdasarkan prinsip Syariah, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.)

4. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/atau tabungan pada bank lain. SBI adalah sertifikat yang ditawarkan Bank Indonesia kepada BPR apabila BPR mengalami over likuiditas.

Ada beberapa jenis usaha seperti yang dilakukan bank umum tetapi tidak boleh dilakukan BPR. Usaha yang tidak boleh dilakukan BPR menurut pasal 14 Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 adalah :

1. Melakukan penyertaan modal dengan prinsip prudent banking dan concern terhadap layanan kebutuhan masyarakat menengah ke bawah.

2. Melakukan usaha perasuransian.

3. Melakukan usaha lain di luar kegiatan usaha sebagaimana yang dimaksud dalam usaha BPR.

(8)

5. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing. Contoh :

1. PENDIRI BANK

Bank Umum (Pasal 22 UU Perbankan) Undang-Undang NOMOR 10 Tahun 1998. Pasal 22 berisi:

(1) Bank Umum hanya dapat didirikan oleh:

a. Warga negara Indonesia dan/atau badan hukum Indonesia; atau

b. Warga negara Indonesia dan atau badan hukum Indonesia dengan warga Negara asing dan atau badan hukum asing secara kemitraan.

(2) Ketentuan mengenai persyaratan pendirian yang wajib dipenuhi pihak-pihak sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ditetapkan oleh Bank Indonesia."

Pasal 23 , Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992:

Bank Perkreditan Rakyat hanya dapat didirikan dan dimiliki oleh warga Negara Indonesia, badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya warga negara Indonesia, pemerintah daerah, atau dapat dimiliki bersama diantara ketiganya.

II. PEMILIKAN

Pasal 23, UU Nomor 7 Tahun 1992:

Dalam hal Bank Perkreditan Rakyat dimiliki oleh badan hukum Indonesia, maka badan hukum Indonesia dimaksud seluruh pemiliknya adalah warga negara Indonesia.

Pasal 26 (1),(2), UU Nomor 7 Tahun 1992& (4) UU Nomor 10 Tahun 1998 :

Menjelaskan bahwa Bank Umum dapat menjual emisi sahamnya, dan WNI,WNA, badan Hukum Indonesia, dan Badan Hukum Asing dapat membeli saham tersebut secara langsung ataupun dibursa efek. Tetapi Bagi Bank Umum milik Negara sahamnya boleh dijual tetapi tidak boleh mengakibatkan perubahan mayoritas kepemilikan negara.

(9)

Dengan semakin terbukanya kesempatan investasi dalam berbagai sektor, termasuk sektor perbankan nasional, membawa konsekuensi terhadap meningkatnya pemanfaatan Tenaga Kerja Asing (TKA) oleh bank. Selain itu, terdapat kebutuhan untuk memenuhi kekurangan tenaga ahli di sektor perbankan, serta dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan tenaga kerja Indonesia melalui program alih pengetahuan (transfer of knowledge), maka Bank Indonesia (BI) menerbitkan Peraturan Bank Indonesia (PBI) tentang Pemanfaatan TKA dan Program Alih Pengetahuan di Sektor Perbankan.

Peraturan ini tidak dimaksudkan untuk melakukan pembatasan yang sangat ketat terhadap pemanfaatan TKA di sektor perbankan, namun lebih mengarah pada pengaturan yang bersifat lebih moderat untuk memberikan ketertiban dan kepastian hukum kepada semua pihak.

Pada prinsipnya, bank dapat memanfaatkan Tenaga Kerja Asing pada level jabatan-jabatan tertentu dan bidang tugas tertentu. Khusus untuk bidang tugas tertentu, mengingat bahwa karakteristik bidang-bidang tugas tertentu dimaksud akan berkembang dengan sangat dinamis, maka pengaturannya selain akan diatur dalam Surat Edaran Bank Indonesia (BI) agar lebih mudah dalam melakukan penyesuaian/perubahan, juga BI akan berkoordinasi dengan Departemen Tenaga Kerja agar kiranya dapat dimuat dalam ketentuan di bidang ketenagakerjaan.

Sekalipun terkesan seolah-olah terdapat "pembatasan" pemanfaatan TKA untuk beberapa level jabatan dan bidang-bidang tugas tertentu sesuai masing-masing kelompok bank, namun di sisi lain, BI tetap menyediakan pengaturan yang fleksibel dengan memberikan aturan pengecualian terhadap level-level jabatan dan bidang-bidang tugas selain yang ditetapkan dalam ketentuan BI, agar masih tetap dapat ditempati oleh TKA dengan memperoleh persetujuan BI terlebih dahulu, dengan mempertimbangkan kebutuhan bank dan kondisi tertentu lainnya misalnya belum tersedianya tenaga kerja Indonesia yang memenuhi kualifikasi yang dipersyaratkan.

Jabatan-jabatan yang diperkenankan untuk diduduki oleh Tenaga Kerja Asing (tergantung pada kelompoknya) adalah:

a. Komisaris dan Direksi;

(10)

c. Tenaga Ahli/Konsultan.

Bank dilarang memanfaatkan Tenaga Kerja Asing pada bidang tugas Personalia dan Kepatuhan. Tenaga Kerja Asing wajib memenuhi persyaratan:

a. Memiliki pengalaman dan keahlian sesuai bidang tugas yang akan ditempati; dan

b. Tidak merangkap jabatan pada Bank, perusahaan, atau lembaga lain.

Terdapat 4 (empat) kelompok bank yang dapat memanfaatkan Tenaga Kerja Asing, yaitu:

a. Bank yang 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih sahamnya dimiliki oleh warga negara asing dan atau badan hukum asing, dapat memanfaatkan Tenaga Kerja Asing untuk jabatan Komisaris, Direksi, Pejabat Eksekutif, dan/atau Tenaga Ahli/Konsultan;

b. Bank yang kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) sahamnya dimiliki oleh warga negara asing dan/atau badan hukum asing, hanya dapat menggunakan Tenaga Kerja Asing untuk jabatan Tenaga Ahli/Konsultan (namun masih terbuka untuk diberikan pengecualian bagi jabatan Pengurus sesuai kondisi tertentu); c. Kantor Cabang Bank Asing (KCBA), hanya dapat menggunakan Tenaga Kerja

Asing untuk jabatan Pimpinan Kantor Cabang; dan/atau Tenaga Ahli/Konsultan (namun masih dapat diberikan pengecualian untuk jabatan selain jabatan yang diatur tersebut dengan memperoleh persetujuan BI terlebih dahulu); dan

d. Kantor Perwakilan Bank Asing, hanya dapat menggunakan Tenaga Kerja Asing untuk jabatan Pemimpin Kantor Perwakilan dan/atau Tenaga Ahli/Konsultan (namun masih terbuka pengecualian sebagaimana halnya untuk KCBA).

Bank wajib menjamin terjadinya alih pengetahuan (transfer of knowledge) dalam pemanfaatan Tenaga Kerja Asing. Kewajiban alih pengetahuan berlaku bagi Pejabat Eksekutif dan/atau Tenaga Ahli/Konsultan, dan dilakukan melalui:

a. Penunjukan 2 (dua) orang tenaga pendamping untuk 1 (satu) orang Tenaga Kerja Asing;

b. Pendidikan dan pelatihan kerja bagi tenaga pendamping; dan

(11)

Jangka waktu pemanfaatan setiap Tenaga Kerja Asing paling lama 3 (tiga) tahun dan dapat diperpanjang 1 (satu) kali paling lama 1 (satu) tahun. Bank wajib menyampaikan rencana dan realisasi pemanfaatan Tenaga Kerja Asing kepada Bank Indonesia. Diberikan masa peralihan selama 3 tahun bagi pemanfaatan TKA yang pada saat ketentuan ini mulai berlaku tidak memenuhi ketentuan ini. Sumber : http://www.ojk.go.id/peraturan-bank-indonesia-nomor-9-8-pbi-2007

Mengenai tenaga kerja asing di Indonesia, diatur dalam pasal 39 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 yang mengatakan : penggunaan tenaga kerja asing oleh bank dimungkinkan, sesuai dengan kebutuhan bank yang bersangkutan.

Referensi

Dokumen terkait

Pemerintahan Kecamatan Selaparang sebagai Kecamatan pemekaran dari Kecamatan Mataram merasa perlu memberikan pertanggungjawabannya dalam pelaksanaan program dan kegiatan

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, penulis penjatkan puji dan syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat

Selain beberapa pembahasan diatas, pada gambar 2 dapat dilihat pula bahwa dengan bertambahnya konsentrasi Mn sebagai atom dopant, terjadi penurunan pada besar

Dengan melihat latar belakang penelitian tersebut, selanjutnya dapat diidentifikasi masalah penelitian bahwa ternyata usaha untuk menciptakan suasana tempat dan

Berdasarkan hasil indepth interview yang dilakukan peneliti terhadap karyawan Novotel Semarang, ditemukan beberapa alasan empiris yang menunjukkan bahwa walaupun karyawan

Dilihat dari data analisis aktivitas guru dan siswa pada siklus I pada pertemuan pertama, terdapat beberapa kelemahan yang diantaranya : guru kurang menguasai kelas

kesihatan yang perlu di ketahui oleh jemaah haji kesihatan yang perlu di ketahui oleh jemaah haji serta meninggalkan perkara yang dilarang.. serta meninggalkan perkara

Lintasan belajar matematika mempunyai tiga bagian penting yakni: tujuan pembelajaran matematika yang ingin dicapai, lintasan perkembangan yang akan dikembangkan oleh siswa