• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Islam dan Lingkungan. docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Islam dan Lingkungan. docx"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Kerusakan lingkungan seharusnya tidak hanya dipandang dari segi kepentingan manusia semata, namun difokuskan pada menurunnya kualitas dan daya dukung bagi hewan, tumbuhan, ataupun mikroba yang pada akhirnya mempengaruhi kehidupan manusia.

Memang benar agama Islam adalah agama rahmatan lil’alamin. Namun banyak orang yang salah kaprah dalam menafsirkannya. Sehingga banyak kesalahan dalam memahami praktek beragama bahkan dalam hal yang fundamental yaitu akidah. Islam adalah suatu aqidah atau keyakinan. Mulai daripada Islam itu sendiri secara totalitas adalah suatu keyakinan, bahwa nilai-nilai yang diajarkan kebenarannya mutlak karena bersumber dari yang Maha Mutlak. Maka segala yang diperintahkannya dan diizinkannya adalah suatu yang haq.

Adanya kewajiban umat islam yang belum dilaksanakan didalam masyarakat karena rendahnya pendidikan agama tentang kewajiban umat Islam tersebut. Kurangnya sosialisasi tentang lingkungan, sehingga menciptakan kesenjangan sosial di antara umat beragama. Terjadinya kerusakan lingkungan juga merupakan kelalaian manusia dalam mengolah sumber daya alamnya.

(2)

lingkungan di sekitar manusia dan menjaga berbagai unsurnya yang dapat mendatangkan ancaman kehancuran, pencemaran, atau perusakan.

Pendidikan lingkungan telah diajarkan oleh Rasululloh SAW kepada para sahabatnya. Abu Darda r.a pernah mengatakan bahwa di tempat belajar yang diasuh oleh Rasululloh SAW telah diajarkan pentingnya bercocok tanam, dan menanam pepohonan, serta pentingnya usaha mengubah tanah yang tandus menjadi kebun yang subur. Perbuatan tersebut akan mendatangkan pahala yang besar disisi Alloh SWT dan bekerja untuk memakmurkan bumi merupakan amal ibadah kepada Alloh SWT. Pendidikan lingkungan yang diajarkan oleh Rasullloh SAW berdasarkan wahyu, sehingga banyak kita jumpai ayat-ayat ilmiah Al-Qur’an dan Al-Hadist yang membahas tentang lingkungan. Pesan-pesan Al-Qur’an dan Al-Hadist mengenai lingkungan sangat jelas dan prospektif.

Oleh karena itu, dalam makalah ini penyusun akan mencoba membahas secara luas mengenai al-qur’an dan lingkungan, karena al-qur’an telah menjelaskan tentang pentingnya menjaga lingkungan dengan meletakkan dasar dan prinsipnya secara global.

B. Rumusan Masalah

1. Apa sebenarnya lingkungan dan bagaimana kondisinya pada saat ini?

(3)

BAB II PEMBAHASAN

A. Kondisi Lingkungan Pada Masa Kini

Masalah lingkungan hidup dewasa ini telah menjadi isu global karena menyangkut berbagai sektor dan berbagai kepentingan umat manusia. Hal ini terbukti dengan munculnya isu-isu kerusakan lingkungan yang semakin santer terdengar. Diantaranya isu efek rumah kaca, lapisan ozon yang menipis, kenaikan suhu udara, mencairnya es di kutub, dll. Mungkin sebagian besar orang baru menyadari dan merasakan akan dampak tingkah lakunya di masa lampau yang terlalu berlebihan mengeksploitasi alam secara berlebihan.

(4)

pengolahan lingkungan yang tidak mengindahkan prinsip pembangunan berkelanjutan.

Mungkin saat ini kita tidak sadar bahwa sebenarnya kita telah terbawa oleh sistem kapitalisme. Kapitalisme telah memperhadapkan umat manusia kepada problem kerusakan sumber daya alam dan lingkungan. Di dorong motif kepentingan diri (self-interest), kebebasan (freedom), dan kompetisi tak bermoral, rezim kapitalisme telah berhasil mendudukan alam sebagai objek eksploitasi tanpa batas. [ ]1 Perubahan sistem ekonomi dengan adanya liberalisasi perdagangan telah disinyalir turut mempercepat kerusakan dan pencemaran di bumi. Dalam perdagangan bebas, pakar ekonomi akan selalu bangga dan optimis terhadap pertumbuhan ekonomi yang tinggi. Dengan ini mengindikasikan adanya peningkatan kapasitas penggunaan sumber daya alam. Peningkatan pengolahan sumber daya alam tentunya dapat memunculkan kerusakan lingkungan. Tentunya keruskan itu kelak akan menjadi sumber bencana alam akibat ulah manusia.

(5)

dengan kemajuan tersebut, perkembangann persenjataan dan alat perusak lingkungan makin maju pula. Kerusakan lingkungan diperparah lagi dengan banyaknya kendaraan bermotor, dan pabrik-pabrik yang menimbulkan pencemaran udara atau polusi. Pencemaran tersebut membahayakan keselamatan hidup manusia dan kehidupan sekelilingnya. Limbah-limbah pabrik sering kali dibuang seenaknya ke sungai yang akhirnya bermuara ke laut. Demikian pula kapal-kapal tanker yang membawa minyak sering mengalami kebocoran, sehinggga minyaknya tumpah ke laut. Akibatnya, air sungai dan laut beracun yang menyebabkan mati atau tercemarnya ikan dengan zat beracun.

Indonesia adalah salah satu negara yang paling sering dilanda bencana karena ulah masyarakatnya. Sungguh ironis ketika Indonesia yang memiliki penduduk mayoritas umat Islam telah mencatat sejarah kehancuran alamnya, seperti bencana banjir bandang, tanah longsor, kekeringan, dll. Pemerintah yang diharapkan dapat memberikan jalan keluar dari persoalan ini malah mengeluarkan kebijakan yang aneh.[2] Padahal dalam Al-Qur’an banyak terdapat ayat-ayat yang membahas lingkungan dan cara memanfaatkannya. Apakah umat Islam mayoritas saat ini telah meninggalkan agamanya dan melupakan sumber ajarannya. Apakah mayoritas muslim saat ini telah menjadi orang-orang yang hedonis dan materialistik. Inilah yang menjadi masalah kita bersama sebagai umat Islam.

(6)

Mungkin selama ini manusia terlalu jumawa dengan kemampuan yang mereka miliki untuk mengolah lingkungan yang ada. Padahal seharusnya manusia sebagai makhluk yang dimuliakan dengan akal, seharusnya mampu berbuat apapun asalkan dalam memegang amanah dan tanggung jawab dalam mengolah bumi. Dominasi manusia terhadap alam memang menjadi suatu fitrah. Kelebihan karunia yang diberikan Allah SWT, tersirat dalam kalamnya :

“Dan sesungguhnya telah kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratn dan di alautan, Kami beri merka rezeki yang baik-baik dan kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan mahluk yang telah Kami ciptakan “ (Q.S Al-Isra’ (17);(70)

Keutamaan yang sempurna dari kebanyakan mahluk lain ialah karunia akal yang dimiliki manusia. Dengan akal fikirannya, manusia mampu menaklukan segala apa yang ada di alam untuk keperluan dirinya. Dengan adanya kenikmatan akal yang luar biasa terebut menjadi sangat berbahaya jika pada akhirnya mereka tidak menjadi khalifah yang amanah. Parahnya, keadaan seperti inilah yang sekarang sedang terjadi.

(7)

lingkungannya secara habis-habisan atau besar-besaran. Oleh karena itu, sejak awal Allah telah memperingatkan adanya akibat ulah manusia tersebut yaitu sebagai motivasi, Allah manjanjikan kebahagiaan akhirat bagi orang yang tidak berbuat kerusakan. Seharunya umat islam menjaga lingkungannya sesuai dengan firman Allah SWT :

ههُوعهددَاوو َاهوححلوص

د إح دوعدبو ض

ح

ردﻷ

و َاد ِيفح َاودهسحفدتهلووو

ن

و مم ب

ب ِيرحقو هللَا ت

و موحدرو ن

ن إح َاععموط

و وو َافعُودخو

ن

و ينحس

ح ح

د مهلدَا

﴿

56

“Dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya dan berdoalah kepadanya rasa takut (tidak akan diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.”( QS Al-Araf: 56 )

Seharusnya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran Al-qur’an dalam hal mengolah lingkungan. Supaya kita dapat lebih bijak dan bertanggung jawab. Sehingga nantinya dengan sendirinya akan lahirlah prinsip pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berwawasan lingkungan

(8)

Al-Qur’an sebagai kitab suci agama Islam di dalamnya banyak terangkum ayat-ayat yang membahas mengenai lingkungan, seperti perintah untuk menjaga lingkungan, larangan untuk merusaknya, dll. Seperti yang akan di bahas berikut ini.

1. Alam Adalah Kenyataan yang Sebenarnya

Allah telah menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya. Alam semesta yang indah ini adalah benar-benar hadir dan sekaligus merupakan salah satu bukti keagungan penciptanya. Allah juga telah menciptakan hukum-hukumnya yang berlaku umum yang menunjukkan ke Maha Kuasaan-Nya dan Keesaan-Nya. Langit dan bumi serta segala isinya diciptakan Allah secara serasi dan teratur.[3] Allah berfirman dalam Al-Qur’an :

“Dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar dan (Dialah juga) pada masa (hendak menjadikan sesuatu) berfirman : "Jadilah", lalu terjadilah ia. Firman-Nya itu adalah benar dan bagi-Nyalah kuasa pemerintahan pada hari ditiupkan sangkakala. Dia yang mengetahui segala yang ghaib dan yang

(9)

nyata dan Dialah Yang Maha Bijaksana, lagi Maha mendalam pengetahuan-Nya.” (QS. Al-An’am : 73)

Jadi alam raya ini dalam pandangan Islam merupakan kenyataan yang sebenarnya. Pandangan ini berbeda dengan penganut aliran Idealisme yang menyatakan bahwa alam tidak mempunyai eksistensi yang rill dan obyektif, melainkan semu, palsu, ilusi, dan maya, atau sekedar emanasi atau pancaran dari dunia lain yang kongkrit yang disebut dunia ideal.[4]

“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka.” (QS. As-Shadd : 27)

Pandangan Islam juga berbeda dengan penganut aliran materialisme. Aliran materialism memang menyatakan bahwa alam ini benar-benar ada, riil, dan obyektif. Namun eksistensi alam ini dalam dugaan aliran materialisme adalah ada dengan sendirinya.[5] Sedangkan menurut pandangan Islam, alam raya ini diciptakan oleh

[4][4] Fachrudin, M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta : Buku Obor

(10)

Allah atau Tuhan YME. Allah yang menciptakan sekaligus memelihara alam ini serta mengatur segala urusannya.

(11)

“Datanglah kamu keduanya menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa”. Keduanya menjawab: “Kami datang dengan suka hati”. Maka Dia menjadikannya tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharanya dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fusshilat : 10-12)

Pada ayat-ayat diatas Allah mengemukakan bukti-bukti kekuasaan dan ke-Esaan-Nya dalam menciptakan langit dan bumi, menghiasi langit dengan bintang-bintang yang tak terhingga banyaknya. Dia mengetahui segala sesuatu, tidak sesuatupun yang luput dari pengetahuan-Nya itulah Tuhan yang berhak disembah. Tuhan yang menciptakan, menguasai , mengatur, memelihara kelangsungan adanya dan yang menentukan akhir keadaan semseta ini.

2. Tanggung Jawab Manusia terhadap Lingkungan

(12)

“Lalu keduanya digelincirkan oleh syaitan dari surga itu dan dikeluarkan dari keadaan semula dan Kami berfirman: "Turunlah kamu! sebagian kamu menjadi musuh bagi yang lain, dan bagi kamu ada tempat kediaman di bumi, dan kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan."

“...dan bagimu ada tempat kediaman di bumi, kesenangan hidup sampai waktu yang ditentukan.”

Kediaman di muka bumi diberikan Allah kepada manusia sebagai suatu amanah. Maka manusia wajib memeliharanya sebagai suatu amanah. Manusia telah diberitahu oleh Allah bahwa mereka akan hidup dalam batas waktu tertentu. Oleh karena itu manusia dilarang keras berbuat kerusakan.

Dengan kedudukan manusia sebagai khalifah di muka bumi ini, sebenarnya manusia telah diberi tanggung jawab besar, yaitu diserahi bumi ini dengan segala isinya.

“Dialah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi unutk kamu, dan Dia berkehendak menuju langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu”. Q.S. Al-Baqarah :29

(13)

untuk diambil manfaatnya, sehingga manusia dapat menjaga kelangsungan hidupnya dengan menjaga alam dan agar manusia berbakti kepada Allah penciptanya,kepada keluarga, dan masyarakat.

Apa yang telah ditegaskan Allah dalam dalam firman-firman-Nya di atas adalah untuk mengingatkan manusia agar bersyukur. Karena walaupun manusia diciptakan melebihi makhluk lainnya, manusia tidak mampu memenuhi keperluannya sendiri tanpa bahan-bahan yang disediakan. Hal ini perlu disadari oleh manusia, sebab tanpa memiliki rasa dan sikap syukur kepada Allah, maka manusia cenderung akan merusak.

(14)

“Dan carilah pada apa yang telah dianugrahkan Allah kepadamu (kebahagiaan)negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain ) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (Q.S Al-Qashas :77)

Begitu juga dalam mencari nafkah dan rezeki di atas muka bumi, Allah telah menggariskan suatu akhlaq dimana perbuatan pemaksaan dan kecurangan terhadap alam sangat dicela. Kenikamatan dunia dan akherat dapat dikejar secara seimbang tanpa meninggalkan perbuatan baik dan menghindarkan kerusakan dimuka bumi. Hal ini dikarenakan dapat berakibat pada terjadinya bencana, yang kebanyakan disebabkan perbuatan manusia yang merusak alam.

(15)

“Dia meciptakan langit tanpa tiang yang kamu melihatnyadan Dia meletakan gunung (di permukaan) bumi supaya bumi itu tidak menggoyangkan kamu; dan Dia memperkembangbiakan padanya segala macam jenis binatang. Dan kami turunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkn padanya segala macam tumbuh-tumbuhan yang baik”.

Tanggung jawab manusia menjaga kelangsungan makhluk itulah kiranya yang mendasari Nabi Muhammad SAW untuk mencadangkan lahan-lahan yang masih asli. Rasulullah SAW pernah mengumumkan kapada pengikutnya tentang suatu daerah sebagai suatu kawasan yang tidak boleh digarap. Kawasan lindung itu, dalam syariat dikenal dengan istilah hima. Rasululloh mencadangkan hima semata-mata untuk menjaga ekosistem suatu tempat agar dapat terpenuhi kelestarian makhluk yang hidup di dalamnya. Oleh karena itu kita hendaknya mencontoh Rasulullah SAW dalam menjaga kelestarian lingkungan.

(16)

kesadaran umat Islam dalam beragama khusunya tentang perintah menjaga keseimbangan alam dapat mengontrol pengolahan sumber daya alam yang ada dengan bijak.

3. Tidak Membuat Kerusakan Lingkungan

Timbulnya kerusakan alam atau lingkungan hidup merupakan akibat perbuatan manusia. Karena manusia yang diberi tanggungjawab sebagai khalifah di bumi telah menyallahgunakanamanah. Manusia mempunyai daya inisiatif dan kreatif, sedangkan makhluk-makhluk lainnya tidak memilikinya.

Kelebihan manusia yang disalahgunakan mengakibatkan kerusakan lingkungan yang semakin bertambah parah. Kelalaian dan dominasi manusia terhadap alam dan pengolahan lingkungan yang tidak beraturan membuat segala unsur harmoni dan sesuatu yang tumbuh alami berubah menjadi kacau dan sering berakhir dengan bencana.

(17)

ِيدحِيدأو ت

د بوس

و ك

و َاموبح رححدبولدَاوو رمبولدَا ِيفح دهَاس

و فولدَا روهوظ

و

م

د ههلنعولو َاُولهموع

و ِيذحلنَا ض

و

عدبو مدههقوِيدذحيهلح س

ح

َاننلَا

ن

و ُودعهجحردِيو

﴿

41

“Telah tampak kerusakan di darat dan dilaut disebabkan perbuatan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).( QS.Ar-Rum : 41 )

Kerusakan yang terjadi sebagai akibat keserakahan manusia, ini disebabkan manusia mempertaruhkan hawa nafsunya, tidak mempedulikan tuntunan Allah. Sebagaimana dengan yang terkandung dalam Firman Allah SWT :

“Adapun orang-orang yang kafir, sebagian mereka menjadi pelindung sebagian

yang lain. Jika kamu (hai para muslimin) tidak melaksanakn apa yang telah

diperintahkan Allah itu , niscaya akn terjadi ke kekacuan di muka bumi dan

kerusakan yang besar”. Q.S Al-Anfal 73

Orang-orang yang berbuat kerusakan dapat digolongkan sebagai

(18)

“Dan bila dikatakan kepada mereka “ Janganlah kamu membuat kerusakan di

muka bumi”,merka menjawab:”sesungguhnya kami orang yang mengdakan

perbaikan”. Ingatlah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang membuat

kerusakan, tetapi mereka tidak sadar”. Q.S Al-Baqarah 11-12

Apabila mereka diperingatkan mereka akan membantah bahkan

menganggap dirinya yang membawa kebaikan. Apabila diajak untuk kembali ke jalan

kebenaran mereka tidak mendengarnya dan mengabaikannya. Hal ini terbukti dengan

kokohnya perusahaan-perusahaan asing yang berada disektor pengolahan alam dari

tekanan pemerintah karena terjerat persoalan perusakan lingkungan.[6]

Persoalan-persoalan tersebut juga terdapat dalam Firman Allah Surat Al-Baqarah ayat 6-7 :

(19)

“Sesungguhnya orang-orang kafir, sama saja bagi mereka, kamu beri peringatan

atau tidak kamu beri peringatan mereka tidak akan beriman”. (Ayat 6)

“Allah telah mengunci mata hati dan pendengaran mereka dan penglihatan

merekaditutup. Dan bagi merka siksa yang amat berat”. (Ayat 7)

Sesungguhnya Allah telah melarang manusia membuat kerusakan di

muka bumi ini. Seperti yang terdapat dalam Firman Allah yang artinya :

“... Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah Tuhan

memperbaikinya” Q.S Al-A’raf:85

Kerusakan yang terjadi selama ini tidak lain karena manusia telah

diperbudak oleh sistem yang kapital dan juga tumbuhnya sifat materalistik

hedonistik, sehingga berusaha sebisa mungkin mengeksploitsi alam secara maksimal

dengan tidak mengindahkan prinsip pembangunan berkelanjutan. Hal ini karena

manusia terlalu berorientasi pada keuntungan semata. Dalam ayat lain, Allah

memberi tuntunan agar manusia tidak menuruti orang yang membuat kerusakan.

“Dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang

membuat kerusakan di muka bumi bumi dan tidak mengadakan perbaikan”.( Q.S.

Asy-Syu’ara 151-152).

Sebagai motivasi, Allah telah menjanjikan kebahagiaan akhirat bagi orang

(20)

“Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin

menyombongkan di muka bumi, dan kesudahan yang baik itu adalah bagi orang

yang bertakwa”. Q.S. Al-Baqarah : 83

Demikianlah tuntunlah Allah bagaimana seharusnya kita bersikap

terhadap lingkungan hidup kita. Dan Allah telah menjanjikan pahala yang tiada

taranya bagi kita yang senantiasa memelihara dan melestarikan lingkungan hidup

serta tidak selalu membuat kerusakan.

C. Hadits Tentang Larangan Menelantarkan Tanah

,

ننييضضرنان للويضلفل انننمض للاجنرضلض تينناكن لناقن امهنع لا ىضر ل

:

,

ض ا دضبيعن نضبيا رضبضاجن ثلييدضحن

: . .

,

اهنعيرنزيينليفن ضضريان هللن تينناكن نيمن م ص ىنلبضنننلا لناقنفن فضصيننضلاون عضبلرنللاون ثضللثنللابض اهنرلجضاؤننل اويللاقنفن

.

هلضنريأن كيسضمييلليفن ىبنأن نيإضفن هلاخنان اهنحيننميينلضويان

Hadist Jabir bin Abdullah r.a. dia berkata : Ada beberapa orang dari kami mempunyai simpanan tanah. Lalu mereka berkata: Kami akan sewakan tanah itu

(untuk mengelolahnya) dengan sepertiga hasilnya, seperempat dan seperdua.

Rosulullah S.a.w. bersabda: Barangsiapa ada memiliki tanah, maka hendaklah ia

tanami atau serahkan kepada saudaranya (untuk dimanfaatkan), maka jika ia

enggan, hendaklah ia memperhatikan sendiri memelihara tanah itu. “ (HR. Imam

Bukhori dalam kitab Al-Hibbah)

(21)

:

:

ضضريان هللن تينناكن نيمن ملسو هيلع لا لوسر لاق لاق هنع لا ىضر ةنرنييرنهل ىبضأن ثلييدضحن

(

ةعازملا باتك ىف ىراخبلا هجرخا هلضنريأن كيسضمييلليفن ىبنأن نيإضفن هلاخنان اهنحيننميينلضويان اهنعيرنزيينليفن

).

Antara kedua hadis tersebut terdapat persamaan, yaitu masing-masing ditakhrijkan oleh Imam Bukhori. Sedangkan perbedaannya adalah sumber hadits

tersebut dari Jabir yang diletakkan dalam kitab Al-Hibbah yang satunya bersumber dari Abu Hurairah dan diletakkan dalam kitab Al-Muzara’ah.

Dari ungkapan Nabi S.a.w. dalam hadits di atas yang menganjurkan bagi pemilik tanah hendaklah menanami lahannya atau menyuruh saudaranya (orang lain) untuk menanaminya. Ungkapan ini mengandung pengertian agar manusia jangan

membiarkan lingkungan (lahan yang dimiliki) tidak membawa manfaat baginya dan bagi kehidupan secara umum. Memanfaatkan lahan yang kita miliki dengan

menanaminya dengan tumbuh-tumbuhan yang mendatangkan hasil yang berguna untuk kesejahteraan pemiliknya, maupun bagi kebutuhan konsumsi orang lain. Hal ini merupakan upaya menciptakan kesejahteraan hidup melalui kepedulian terhadap

lingkungan.

Dalam hadits dari Jabir di atas menjelaskan bahwa sebagian para sahabat

Nabi S.a.w. memanfaatkan lahan yang mereka miliki dengan menyewakan lahannya kepada petani. Mereka menatapkan sewanya sepertiga atau seperempat atau malahan seperdua dari hasil yang didapat oleh petani. Dengan adanya praktek demikian yang

(22)

orang lain mengolahnya apabila tidak sanggup mengolahnya. Menanggapi

permasalahan sewa lahan ini, para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya. Ibnu Rusyd dalam kitab Bidayatul Mujtahid menjelaskan bahwa

segolongan fuqoha tidak membolehkan menyewakan tanah. Mereka beralasan dengan hadits Rafi’ bin Khuday yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dalam kitab Al-Muzara’ah :

(

ىراخبلا هاور ععررازرمرللا ءعارركر نلعر ىهرنر م ص ىبعننرلا ننرار

) .

. .

Bahwasanya Nabi S.a.w. melarang menyewakan lahan “ (HR. Bukhori)

Sedangkan jumhur ulama membolehkan, tetapi imbalan sewanya haruslah dengan uang (dirham atau dinar) selain itu tidak boleh. Ada lagi yang berpendapat boleh dengan semua barang, kecuali makanan termasuk yang ada dalam lahan itu.

Berbagai pendapat yang lain seperti yang dikemukakan Ibnu Rusyd bahwa dilarang menyewakan tanah itu lantaran ada kesamaran didalamnya. Sebab kemungkinan

tanaman yang diusahakan di atas tanah sewaan itu akan tertimpa bencana, baik karena kebakaran atau banjir. Dan akibatnya si penyewa harus membayar sewa tanpa memperoleh manfaat apapun daripadanya.

Terkait dengan hadits diatas, disini Rosulullah S.a.w. juga bersabda dalam kitab Al-Lu’lu’ wal Marjan tentang menyerahkan tanah kepada orang untuk

(23)

. .

,

Ibnu Umar r.a. berkata : Nabi S.a.w. menyerahkan sawah ladang dan tegal di

khaibar kepada penduduk Khaibar dengan menyerahkan separuh dari

penghasilannya berupa kurma atau buah dan tanaman, maka Nabi S.a.w. memberi

istri-istrinya seratus wasaq (1 wasaq=60 sha’. 1 sha’ =4 mud atau 2 ½ Kg), delapan

puluh wasaq kurma tamar, dan dua puluh wasaq sya’er (jawawut). Kemudian dimasa

Umar r.a. membebaskan kepada istri-istri Nabi S.a.w. untuk memilih apakah minta

tanahnya atau tetap minta bagian wasaq itu, maka diantara mereka ada yang

memilih tanah dan ada yang minta bagian hasilnya berupa wasaq.” (HR. Bukhori).[7]

B. Hadits Tentang Pohon yang Ditanam yang Dimakan Adalah Sedekah

:

ةضمنييهضبنويان نضاسننياضويان رضييطن هلنيمض للكلأيينفن اععريزن علرنزيينويان سلرضغيين مللضسيمل نيمضامن لناقن هنع لا ىضر سلننان ثلييدضحن

(ةعازملا باتك ىف ىراخبلا هجرخا ةضقندنصن هضبض هللن نناكنلنناض ) .

(24)

Hadits dari Anas r.a. dia berkata: Rosulullah S.a.w. bersabda : Seseorang muslim

tidaklah menanam sebatang pohon atau menabur benih ke tanah, lalu datang burung

atau manusia atau binatang memakan sebagian daripadanya, melainkan apa yang

dimakan itu merupakan sedekahnya “. (HR. Imam Bukhori)

Dari Jabir bin Abdullah Rodhiyallohu ‘Anhu dia bercerita bahwa Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda:

ونهلفن رلييطننلا تضلنكنأن امن ون ةعقندنصن هللن هلنيمض قنرضسل امن ون ةعقندنصن هللن هلنيمض لنكضأل امن نناكن لننإض اسعريغن سلرضغيين مللضسيمل نيمض امن

ةعقندنصن هللن نناكن لننإض دضحنأن هلؤلزنريين لن ون ةعقندنصن هللن “Tidaklah seorang muslim menanam suatu tanaman melainkan apa yang dimakan

dari tanaman itu sebagai sedekah baginya, dan apa yang dicuri dari tanaman

tersebut sebagai sedekah baginya dan tidaklah kepunyaan seorang itu dikurangi

melainkan menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Muslim). [8]

Dari Anas bin Malik Rodhiyallohu ‘Anhu bahwa RasulullahShollallohu ‘Alaihi Wa

Sallam bersabda:

,

ةضقندنصن هضبض هللن نناكن لننإض ضةمنييهضبن ويأن نضاسننيإض ويأن رضييطن هلنيمض لنكلأيينفن اععريزن علرنزيين ويأن اسعريغن سلرضغيين مللضسيمل نيمض امن “Tidaklah seorang muslim menanam pohon, tidak pula menanam tanaman kemudian

hasil tanaman tersebut dimakan oleh burung, manusia atau binatang melainkan

(tanaman tersebut) menjadi sedekah baginya.” (HR. Imam Bukhari) [9]

[8][8] Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il Al Bukhari, Shahihul Bukhari jilid 3. (Beirut: Darul Fikr, 1415). no.1552.

(25)

Dari Jabir bin Abdullah Rodhiyallohu ‘Anhu dia berkata, telah bersabda

Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam:

ةضمناينقضليا مضويين ىلنإض ةعقندنصن هللن نناكن لننإض رضييطن لن ون ةضبننادن لن ون نضاسننيإض هلنيمض لنكلأيينفن اسعريغن مللضسيملليا سلرضغيين لنفن “Tidaklah seorang muslim menanam tanaman lalu tanaman itu dimakan manusia,

binatang ataupun burung melainkan tanaman itu menjadi sedekah baginya sampai

hari kiamat.” (HR. Imam Muslim)[10]

Syaikh Utsaimin rohimahulloh menjelaskan bahwa hadits-hadits tersebut merupakan dalil-dalil yang jelas mengenai anjuran Nabishollallohu ‘alaihi wa

sallam untuk bercocok tanam, karena di dalam bercocok tanam terdapat 2 manfaat

yaitu manfaat dunia dan manfaat agama.

Pertama: Manfaat yang bersifat Dunia (dunyawiyah) dari bercocok tanam

adalah menghasilkan produksi (menyediakan bahan makanan). Karena dalam bercocok tanam, yang bisa mengambil manfaatnya, selain petani itu sendiri juga

masyarakat dan negerinya. Lihatlah setiap orang mengkonsumsi hasil-hasil pertanian baik sayuran dan buah-buahan, bijiian maupun palawija yang kesemuanya merupakan kebutuhan mereka. Mereka rela mengeluarkan uang karena mereka butuh kepada

hasil-hasil pertaniannya. Maka orang-orang yang bercocok tanam telah memberikan manfaat dengan menyediakan hal-hal yang dibutuhkan manusia. Sehingga hasil

tanamannya menjadi manfaat untuk masyarakat dan memperbanyak kebaikan-kebaikannya.

(26)

Sebagai tambahkan: “Bahkan manfaatnya bukan sebatas penyedian makanan

bagi orang lain saja tetapi juga dengan bercocok tanam juga menjadikan lingkungan menjadi lebih sehat untuk manusia dimana udara menjadi segar karena tanaman

menghasilkan oksigen yang diperlukan oleh manusia untuk proses pernafasan. Tanaman berupa pepohonan juga memberikan kerindangan bagi orang-orang yang berteduh di bawahnya, kesejukan bagi orang yang ada di sekitarnya. Tanaman juga

menjadikan pemandangan alam yang enak dan indah dipandang. Lihatlah hamparan tanah yang dipenuhi oleh tanam-tanaman tentunya hati dibuat senang melihatnya,

perasaan pun menjadi damai berada di dekatnya. Adapun bila melihat hamparan tanah yang kering dan gersang dari tanaman-tanaman tentu lah kita memperoleh perasaan yang sebaliknya.”

Kedua: Manfaat yang bersifat agama (diniyyah) yaitu berupa pahala atau ganjaran. Sesungguhnya tanaman yang kita tanam apabila dimakan oleh manusia,

binatang baik berupa burung ataupun yang lainnya meskipun satu biji saja, sesungguhnya itu adalah merupakan sedekah bagi penanamnya, sama saja apakah dia kehendaki ataupun tidak, bahkan seandainya ditakdirkan bahwa seseorang itu ketika

menanamnya tidak memperdulikan perkara ini (perkara tentang apa yang dimakan dari tanamannya merupakan sedekah) kemudian apabila terjadi tanamannya dimakan

(27)

Sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang muslim akan mendapat pahala

dari hartanya yang dicuri, dirampas atau dirusak dengan syarat dia tetap bersabar dan menyerahkan segala sesuatunya kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Syaikh Saliem bin ‘Ied Al-Hilali hafizhohulloh menambahkan bahwa ketiga hadits tersebut menunjukkan perintah menanam pepohonan dan tumbuhan lainnya, serta keutamaan mengolah (membuat produktif) bumi dan hal itu termasuk amalan

yang pahalanya tidak berhenti dengan kematian pelakunya. Hadits-hadits juga menunjukkan agar berusaha untuk memberi manfa’at kepada makhluk

Allah Subhanahu Wa Ta’ala serta mempermudah urusan dan memenuhi seluruh kebutuhan mereka. Juga menunjukkan dibolehkannya mengembangkan profesi yang bermanfaat seperti (pertanian), perdagangan, perindustrian dan

profesi-profesi lainnya serta merupakan bantahan terhadap orang-orang sufi yang sok zuhud. Adapun larangan yang ada terhadap hal-hal tersebut diartikan jika pekerjaan itu

melalaikan seseorang dari urusan agama dan apabila dia menjadikan dunia sebagai tujuan utamanya serta tingkatan ilmunya yang tertinggi. Hal itu terjadi dalam kondisi memperbanyak harta dunia.

Syaikh Al-Utsaimin rohimahulloh menambahkan bahwa hadits-hadits tersebut juga menunjukkan atas banyaknya jalan-jalan kebaikan dan bahwasanya apa-apa

(28)

ءناغنتضبيا كنلضذن ليعنفيين نيمن ون سضانننلا ننييبن حللنصيإض ويأن فلويرلعيمن ويأن ةلقندنصنبض رنمنأن نيمن لننإض ميهلىونجينن نيمض رلثضكن يفض رنييخن لن امعييظضعن ارعجيأن هضييتضؤينل فنويسنفن لض ا تضاضنريمن

Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisikan mereka, kecuali

bisikan-bisikan dari orang-orang yang menyuruh untuk memberi sedekah, atau berbuat

kebaikan atau mengadakan perdamaian di antara manusia, Dan barangsiap yang

melakukan hal itu karena mengharap keridhaan Allah, maka kelak Kamiakan

memberinya pahala yang besar.” (QS. An Nisa : 114)

Allah Subhanahu Wa Ta’ala menyebutkan bahwa perkara-perkara yang

didalamnya mengandung kebaikan baik kamu niatkan atau tidak, barangsiapa yang menyuruh untuk bersedekah, mendamaikan antara manusia (yang berselisih) maka itu merupakan kebaikan dan kebajikan meniatkan ataupun tidak. Dan jika diniatkan hal

itu karena mengharap wajah Allah, maka Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman,

Maka kelak Kami akan memberinya pahala yang besar.”

Dalam hadits ini juga merupakan dalil bahwasanya hal yang mempunyai manfaat dan maslahat kemudian manusia mengambil manfaat darinya maka kebaikan bagi pelakunya jika dia tidak meniatkan, dan jika diniatkan maka bertambahlah

kebaikan itu dengan kebaikan lagi, dan Allah memberinya keutamaan yaitu berupa pahala yang banyak.

(29)

itu asalnya bukan suatu ibadah tapi bisa bernilai ibadah dan akan mendapat pahala.

Berbeda dengan orang kafir segala perbuatannya tidak bernilai di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala, walaupun mereka mereka mengklaim beribadah setiap

bulan, setiap pekan, setiap hari bahkan setiap sa’at tidaklah dianggap disisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala sebagai suatu ibadah. Maka hadits ini merupakan dalil keutamaan memeluk agama islam dan meruginya menjadi orang kafir.

Sesungguhnya segala perkara perkara bagi seorang muslim adalah bisa bernilai ibadah dan mempunyai kebaikan sebagaiman hadits dari Abu Yahya Shuhaib bin

Sinan Rodhiyallohu ‘Anhu dia berkata, telah bersabda Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi Wa Sallam:

, :

ون هللن ارعييخن نناكنفن رنكنشن ءلارننسن هلتيبناصنأن نيإض نضمضؤيملليلض لننإض دلحنلن كنلضذن سنييلن ون رضييخن هللننكل هلرنميأن نننإض نضمضؤيملليا رضميلن ابعجنعن هللن ارعييخن نناكنفن رنبنصن ءلارننضن هلتيبناصنأن نيإض “Menakjubkan pada perkara seorang mukmin sesungguhnya perkaranya semuanya

baginya adalah kebaikan, dan tidaklah itu didapatkan melainkan oleh seorang

mukmin: jika dia mendapatkan kesenangan (nikmat) dia bersyukur maka itu adalah

kebaikan baginya dan jika kesulitan (musibah) menimpanya kemudian dia bersabar

maka itu adalah kebaikan baginya.” (HR. Imam Muslim)[11]

Syaikh Utsaimin rohimahulloh juga menambahkan bahwa perkara ini

memang menakjubkan. Yaitu seandainya ada seorang pencuri mencuri tanaman seseorang, misalnya ada seorang datang ke sebatang pohon kurma kemudian mencuri

(30)

kurma. Maka bagi si pemilik kurma justru memperoleh pahala atas peristiwa

pencurian kurma tersebut. Meskipun di sisi lain sekiranya dia mengetahui siapa pencurinya maka dia harus dilaporkan ke pihak berwajib.

Mengapakah bisa semua hasil tanaman yang ditanam itu merupakan sedekah? Ini tidaklah bertentangan bahkan sesuai dengan kaidah agama yaitu kaidah bahwa seseorang tidak akan memperoleh kebaikan (pahala atau ganjaran) kecuali atas hasil

usahanya sendiri, demikian juga sebaliknya seseorang tidak akan menanggung dosa orang lain. Maka kalau kita perhatikan tanaman kita merupakan hasil usaha yang baik

yang akan menjadi sedekah walaupun dimakan atau diambil tanpa seizin kita.

Betapa bagusnya penjelasan Ustadz ‘Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhohulloh berikut: “Apabila kita telah memahami kaidah ini maka

terjawablah pertanyaan dan tersingkaplah kemusykilan-kemusykilan serta lapang lah dada dalam memahami ayat-ayat Al Qur’an yang menegaskan bahwa seseorang tidak

akan memperoleh kebaikan (pahala dan ganjaran) kecuali atas hasil usahanya sendiri. Diantaranya ialah ayat yang masyhur dibawah ini:

ىعنسن امن لننإض نضاسننيلضل سنييلن نيأن ون “Dan bahwasanya seseorang itu tidak akan memperoleh (kebaikan) kecuali dari

hasil usahanya sendiri.” (QS. An Najm: 39).

(31)

sama sekali: bahwa seorang tidak akan memperoleh pahala atau ganjaran kecuali atas

hasil usahanya sendiri.

Seperti seseorang menanam sebuah pohon atau tanaman, maka apa saja yang

dimakan dari buah pohon tersebut atau tanaman tersebut yang ditanam, baik dengan seizin pemiliknya atau dicuri, baik (dimakan) oleh manusia atau hewan niscaya pemiliknya atau yang menanamnya tetap akan memperoleh ganjaran.”

Sesungguhnya tanaman yang dicuri atau dirusak ataupun juga dimakan hewan merupakan hasil usaha dari petani maka pantas lah kalau dia mendapat ganjaran dari

tanaman yang luput dari tangannya (tidak bisa dia panen).

Pada dasarnya Allah S.w.t. telah melarang kepada manusia agar tidak merusak hutan, hal ini sebagaimana firman-Nya dalam surat Al-Baqoroh ayat 11 :

ضضريلنا ىفض اويدلسضفيتللن ميهللن لنييقض اذناضون

“ Dan apabila dikatakan kepada mereka : Janganlah kamu membuat kerusakan

dimuka bumi “

Dan ada lagi dalam surat Al-Baqoroh ayat 204-205 Allah menjelaskan sifat-sifat orang munafiq dan tindakannya di muka bumi ini. Informasi yang disampaikan

Al-Qur’an bahwa sebagian dari manusia, kata-kata dan ucapannya tentang kehidupan dunia menarik sekali, sehingga banyak yang terpedaya. Ia pintar dan pandai

(32)

dicemari, buah-buahan dan binatang ternak dibinasakan. Apalagi kalau mereka

sedang berkuasa, dimana-mana mereka berbuat sesuka hatinya.

Gambaran ayat ini sejalan dengan firman Allah dalam surat Ar-Rum

ayat 41-42, pada ayat ini sudah jelas bahwa Allah telah memperingatkan tentang kerusakan yang terjadi di alam dunia ini, baik di darat, laut maupun udara adalah akibat ulah perbuatan manusia itu sendiri. Kerusakan di darat seperti rusaknya hutan,

hilangnya mata air, tertimbunnya danau-danau penyimpan air, lenyapnya daerah-daerah peresap air hujan dan sebagainya. Kerusakan di laut seperti pendangkalan

pantai, menghilangkan tempat-tempat sarang ikan, pencemaran air laut karena tumpahan minyak, dan lain sebagainya. Allah memperingatkan itu, karena dampak negatifnya akan dirasakan manusia itu sendiri.

Tidak sepantasnyalah alam ini dirusak karena ini merupakan salah satu karunia Tuhan, untuk itu seharusnyalah manusia harus memperbaiki dan

memanfaatkannya, hal ini sebagaimana firman Allah S.w.t. dalam surat Al-An’am ayat 141-142

Dekade terakhir ini, pemerintah Indonesia terus melancarkan program

penghijauan. Oleh karena itu, dimana-mana kita akan melihat reklame dan promosi penghijauan, baik melalui media visual, maupun audio-visual. Promosi ini banyak

(33)

Sulawesi Go Green"(Sulawesi Selatan Menuju Penghijauan).Sebagian orang

menyangka bahwa program penghijauan bukanlah suatu amalan yang mendapatkan pahala di sisi Allah, sehingga ada diantara mereka yang bermalas-malasan dalam

mendukung program tersebut. Kita mungkin masih mengingat sebuah hadits yang masyhur dari Nabi Saw. beliau bersabda: "Jika seorang manusia meninggal dunia, maka terputuslah seluruh amalannya, kecuali dari tiga perkara: sedekah jariyah

(yang mengalir pahalanya), ilmu yang dimanfaatkan, dan anak shaleh yang

mendo’akan kebaikan baginya". [HR. Muslim]

Perhatikan, satu diantara perkara yang tak akan terputus amalannya bagi seorang manusia, walaupun ia telah meninggal dunia adalah Sedekah Jariyah, sedekah yang terus mengalir pahalanya bagi seseorang. Para ahli ilmu menyatakan

bahwa sedekah jariyah memiliki banyak macam dan jalannya, seperti membuat sumur umum, membangun masjid, membuat jalan atau jembatan, menanam

tumbuhan baik berupa pohon, biji-bijian atau tanaman pangan, dan lainnya. Jadi, menghijaukan lingkungan dengan tanaman yang kita tanam merupakan sedekah dan amal jariyah bagi kita –walau telah meninggal- selama tanaman itu tumbuh atau

berketurunan.

Al-Imam Ibnu Baththol -rahimahullah- berkata: "Ini menunjukkan bahwa

sedekah untuk semua jenis hewan dan makhluk bernyawa di dalamnya terdapat

pahala". [12]

(34)

Seorang muslim yang menanam tanaman tak akan pernah rugi di sisi

Allah -Azza wa Jalla-, sebab tanaman tersebut akan dirasakan manfaatnya oleh manusia dan hewan, bahkan bumi yang kita tempati. Tanaman yang pernah kita

tanam lalu diambil oleh siapa saja, baik dengan jalan yang halal, maupun jalan haram, maka kita sebagai penanam tetap mendapatkan pahala, sebab tanaman yang diambil tersebut berubah menjadi sedekah bagi kita.

Penghijauan merupakan amalan sholeh yang mengandung banyak manfaat bagi manusia di dunia dan untuk membantu kemaslahatan akhirat manusia. Tanaman

dan pohon yang ditanam oleh seorang muslim memiliki banyak manfaat, seperti pohon itu bisa menjadi naungan bagi manusia dan hewan yang lewat, buah dan daunnya terkadang bisa dimakan, batangnya bisa dibuat menjadi berbagai macam

peralatan, akarnya bisa mencegah terjadinya erosi dan banjir, daunnya bisa menyejukkan pandangan bagi orang melihatnya, dan pohon juga bisa menjadi

pelindung dari gangguan tiupan angin, membantu sanitasi lingkungan dalam mengurangi polusi udara, dan masih banyak lagi manfaat tanaman dan pohon yang tidak sempat kita sebutkan di lembaran sempit ini. Jika demikian banyak manfaat dari

(35)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwasanya itu semua menjadi alasan mengapa Alloh menyebutkan secara eksplisit dalam Al-Qur’an dan Al-Hadist

tentang pentingnya lingkungan hidup dan cara-cara Islami dalam mengelola dunia ini.

Kualitas sebagai indikator pembangunan dan ajaran Islam sebagai teknologi

untuk mengelola dunia jelas merupakan pesan strategis dari Alloh SWT untuk

diwujudkan dengan sungguh-sungguh oleh setiap muslim.

Adanya bencana lebih karena manusia melakukan eksploitasi

berdasarkan kemauan hawa nafsunya untuk memperoleh keuntungan yang

sebanyak-banyaknya tanpa memikirkan bencana yang ditimbulkannya. Manusia tersebut tidak

(36)

yang salah tersebut tanpa pengetahuan, dalam Al-Qur’an disebutkan sebagai manusia

yang dzalim. Sebagaimana Allah mengingatkan :

“Tetapi orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan,

maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah? Dan

tiadalah bagi mereka seorang penolong pun”. (Q.S Ar-Rum 30:29)

Bahaya yang diakibatkan menurutkan kehendak nafsu sangat jelas dampaknya pada

kehancuran bumi. Hal ini dapat berupa ekspliotasi yang berlebihan dan tidak

memepertimbangkan daya dukung lingkungan,pemborosan, menguras sesuatu yang

tidak penting dan tidak efisien, bermewah-mewahan dalam konsumsi dan gaya hidup

dan seterusnya. Manusia yang melakukan cara seperti itu tentu mengelola bumi

tanpa landasan dan petunjuk Al-Khalik sesuai dengan apa yang diisyaratkan

kepadanya selaku hamba Tuhan. Syariat adalah fitrah di mana bumi hanya dapat

diatur dengan ilmu syariatnya tersebut. Bila sesuatu menyalahi fitrah, maka akibatnya

dapat terjadi kefatalan.Tanpa standar nilai-nilai syariat tersebut, manusia cenderung

melihat kebenaran menurut hawa nafsu.

Islam mengajarkan agar umat manusia senantiasa menjaga lingkungan. Hal ini

seringkali tercermin dalam beberapa pelaksanaan ibadah, seperti ketika menunaikan

(37)

binatang. Apabila larangan itu dilanggar maka ia berdosa dan diharuskan membayar

denda (dam). Lebih dari itu Allah SWT melarang manusia berbuat kerusakan di muka

bumi.

Hendaknya kita sebagai umat Islam kembali kepada ajaran agama kita

dalam mengolah lingkungan. Dengan adanya hal tersebut, seharusnya manusia

menjadi lebih bijak dalam mengolah lingkungannya. Sehingga nantinya diharapkan

apabila dalam kegiatan pengolahan lingkungan akan tumbuh pemahaman

pembangunan berwawasan lingkungan maupun spirit pembangunan berkelanjutan.

Hal diatas bukan tidak mungkin akan terealisasikan. Asalkan manusia

mau kembali kepada ajaran agama yang utuh dan dapat memahaminya. Sehingga

nantinya akan tumbuh kesadaran umat manusia dalam mengelola lingkungannnya.

Sangat jelas dalam Al-Qur’an terdapat begitu banyaknya ayat-ayat yang

membahasprosedur pengolahan alam yang bijak,perintah untuk tidak berbuat

kerusakan di muka bumi,dll.

Sungguh beruntung umat Islam memiliki kitab suci seperti Al-Qur’an.

Kitab suci ini begitu luas cangkupan pembahsannya terlebih persoalan tentang

pengolahan alam. Kami percaya jika umat Islam mau kembali kepada agamanya

dengan membuka, memahami apa yang ada di Al-Qur’an pasti kehidupa di muka

(38)

Daftar Pustaka

Bidhawy, Zakiyuddin. 2007. Islam Melawan Kapitalisme. Magelang : Resist Book

Fachrudin, M. 2005. Konservasi Alam dalam Islam. Jakarta : Buku Obor

Harahap, Adnan.1997. Islam dan Lingkungan . Jakarta : Fatma Press

Prasetyo, Eko. 2008. Minggir! Waktunya Gerakan Muda Memimpin!.Yogyakarta :

Resist Book

Abu Abdillah Muhammad bin Isma’il Al Bukhari. 1415., Shahihul Bukhari jilid 3. Beirut: Darul Fikr.

Al-Imam Abu Zakaria Yahya bin Syarf An-Nawawi. 1421 H.Riyadhush Shalihin.

Darul Fikr: Bairut, Libanon.

Kitab Al-Washiyyahno. 4199

Muhammad Fuad Abdul Baqi. 1996. Al-Lu’lu’ wal Marjan. Surabaya: PT. Bina Ilmu.

Syarh Ibnu Baththol (11/473)

(39)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan ayat tersebut di atas, dapat diambil keterangan bahwasannya Allah telah memberi kemampuan kepada manusia khususnya kepada orang Islam untuk mengukur

Perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah sebagaimana diamanatkan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 menegaskan bahwa keseluruhan Belanja Daerah

Tujuan Tugas analisis kelayakan ini adalah menganalisis dan mengetahui apakah pabrik pupuk organik granul yang akan didirikan Di Yogyakarta layak didirikan dari aspek pasar,

Dalam penelitian ini mikroba yang digunakan yaitu bakteri Zymomonas mobilis yang diketahui merupakan bakteri gram negatif dan dianggap sebagai mikroba alternatif yang dapat

Sistim masih dapat bekerja dengan baik pada kondisi link transmisi radio yang bekerja pada frekuensi 433 Mhz tidak ada hambatan karena level sinyal radio yang diterima disisi

Kelas C merupakan komponen persediaan dengan nilai pemakaian yang rendah, berjumlah 50% dari total material persediaan yang ada memiliki nilai pemakaian sekitar

Kartun dapat dijadikan sebagai media pembelajaran yang digunakan dalam menyampaikan materi pembelajaran, dalam pembuatan kartun sebagai media pembelajaran harus

Tujuan penelitian ini untuk mengukur hubungan antara kadar iodium dalam garam beriodium di rumah tangga dengan kecukupan iodium berdasarkan nilai ekskresi iodium urin