• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Mengidentifikasi Kesuburan Tanah (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Teknik Mengidentifikasi Kesuburan Tanah (1)"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tanah hutan adalah jenis tanah yang terbentuk dan berkembang di bawah pengaruh lingkungan hutan. Pada tanah hutan akan ditemukan berbagai aktifitas organisme, dimana kondisinya lebih beraneka ragam apabila dibandingkan dengan kondisi tanah pertanian. Mayoritas organisme tersebut hidup di bawah lapisan seresah dan kebanyakan bentuknya sulit dilihat namun memiliki fungsi yang sangat penting dalam ekosistem hutan. Kondisi lingkungan yang baik/menguntungkan pada tanah hutan akan mendukung perkembangbiakan banyak organisma yang memiliki peran yang sangat komplek dalam pembentukan tanah, penghancuran seresah, penyediaan unsur hara dan metabolisme serta pertumbuhan tanaman.

Tanah hutan mempunyai mekanisme yang dikenal dengan nama "siklus hara tertutup", dimana siklus unsur hara berputar hanya di dalam hutan, bila terjadi eksploitasi hutan maka unsur-unsur hara di dalam pohon akan terbawa keluar hutan. Bila hal ini terjadi terus-menerus mengakibatkan siklus unsur hara terganggu dan tidak terjadi keseimbangan.

Pertumbuhan dan hasil tanaman sangat tergantung salah satunya pada seberapa besar kebutuhan optimal akan unsur hara dari komoditas tersebut dapat dipenuhi oleh tanah sebagai media tumbuh. Jika tanah tidak mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup, maka penambahan dari luar dalam bentuk pemupukan dibutuhkan untuk tetap menjamin tanaman dapat tumbuh dengan baik. Miskinnya hara di tanah-tanah Hutan Tanaman Indonesia menjadi salah satu penyebab penurunan produktivitas lahan dan tanaman yang diusahakan.

Jenis tanah akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Tanah yang subur apabila ditanami tanaman hutan akan menghasilkan produksi yang besar, sebaliknya tanah yang tandus atau kurang akan kandungan unsure hara maka akan sulit untuk ditanami tanaman. Tanah yang subur dapat dilihat dari ciri- cirri fisik tanah tersebut mulai dari struktur, tekstur, dan warna tanah. Adapun teknik dalam mengidentifikasi kesuburan tanah hutan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi sifat-sifat Kimia, Biologi, dan Fisika tanah.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut : 1.Bagaimana keadaan tanah hutan secara umum?

(2)

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari makalah ini berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut : 1.Untuk mengetahui dan mengenal keadaan tanah hutan.

(3)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Tanah Hutan

Tanah hutan adalah jenis tanah yang terbentuk dan berkembang di bawah pengaruh lingkungan hutan. Pada tanah hutan akan ditemukan berbagai aktifitas organisma, dimana kondisinya lebih beraneka ragam apabila dibandingkan dengan kondisi tanah pertanian. Mayoritas organisme tersebut hidup di bawah lapisan seresah dan kebanyakan bentuknya sulit dilihat namun memiliki fungsi yang sangat penting dalam ekosistem hutan. Kondisi lingkungan yang baik/menguntungkan pada tanah hutan akan mendukung perkembangbiakan banyak organisma yang memiliki peran yang sangat komplek dalam pembentukan tanah, penghancuran seresah, penyediaan unsur hara dan metabolisme serta pertumbuhan tanaman.

Tanah hutan pada daerah hutan hujan tropis mempunyai kondisi pH yang rendah dan miskin unsur hara karena proses pencucian. Sedangkan kandungan unsur hara tertentu pada tanah lebih rendah dibandingkan yang berada dalam tegakan atau pohon-pohon. Kapasitas Pertukaran Kation pada tanah hutan hujan tropis rendah namun keadaan humus dan bahan organik diatas tanah dapat memberikan kondisi yang lebih baik karena mempunyai kapasitas pertukaran kation yang tinggi.

Tanah hutan mempunyai mekanisme yang dikenal dengan nama "siklus hara tertutup", dimana siklus unsur hara berputar hanya di dalam hutan, bila terjadi eksploitasi hutan maka unsur-unsur hara di dalam pohon akan terbawa keluar hutan. Bila hal ini terjadi terus-menerus mengakibatkan siklus unsur hara terganggu dan tidak terjadi keseimbangan.

2.2 Teknik Mengidentifikasi Kesuburan Tanah

Informasi status kesuburan tanah di hutan sangat diperlukan dalam menghasilkan produksi hasil hutan yang diinginkan. Adapun teknik dalam mengidentifikasi kesuburan tanah hutan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi sifat-sifat Kimia, Biologi, dan Fisika tanah.

A. Mengidentifikasi Sifat Biologi Tanah

Analisis karakteristik kesuburan biologi tanah mineral didasarkan pada parameter total mikroorganisme, total karbon mikroorganisme (C-mic) dan respirasi tanah.

B. Mengidentifikasi Sifat Kimia Tanah

(4)

C. Mengidentifikasi Sifat Fisika Tanah

Analisis karakteristik Fisika tanah didasarkan pada keadaan fisik tanah, mulai dari Tekstur tanah, Struktur tanah, Warna Tanah, Bulk density, infiltrasi.

Selain tahapan di atas, adapun cara yang paling umum dilkukan dalam mengidentifikasi kesuburan tanah hutan adalah sebagai berikut:

1. pengumpulan contoh tanah.

Program uji tanah dimulai dari pengumpulan contoh tanah dari lapangan. Hasil analisis diharapkan mewakili seluruh areal tersebut. Prinsip dasar dari program uji tanah adalah:

 Bahwa suatu lahan dapat diambil contoh tanahnya dan dianalisis serta hasil analisisnya dapat mencerminkan dengan tepat status hara yang sesungguhnya dari lahan tersebut.

 Bagaimana mengambil contoh tanah yang paling baik untuk memperoleh suatu evaluasi status hara tanah yang cukup baik

 Untuk mengurangi kesalahan yang cukup besar di lapangan maka perlu dilakukan pengambilan contoh tanaha yang lebih banyak.

 Pengambilan contoh tanaha pada lahan yang telah dibudidayakan perlu memperhatikan bagian lahan yang telah dipupuk (dalam barisan).

2. ekstraksi dan penetapan status kesuburan tanah.

Prinsip dasar dari uji tanah bahwa prosedur analisis kimia yang cepat dan sederhana dapat dirancang untuk mengukur secara akurat atau menjadi suatu ukuran dari status hara tanah yang tersedia bagi tanaman . Ada 2 tahap dalam analisis laboratorium yaitu :

a. Ekstraksi

Melibatkan penggunaan larutan reagen-reagen kimia untuk memisahkan hara tersedia bagi tanaman dari fraksi tanah . Perlu diperhatikan tingkat kehalusan tanah, nisbah tanah/ larutan kecepatan dan lama waktu pengocokan. Sebaliknya uji tanah dilakukan pada 2 laboratorium dengan menggunakan metode analisis yang sama dan kondisi contoh yang sama.

b. Pengukuran

Penetapan jumlah hara terekstraksi yang tersedia bagi tanaman. Untuk menekan biaya analisis kimia tanah maka didasarkan untuk mengunakan pengekstrak multinutrien dan alat yang dapat mengukur multinutrien tersebut sekaligus.

3.interpretasi hasil analisis.

Hasil analisis harus diinterpretasikan dengan benar. Dilakukan melalui beberapa tipe korelasi yang ditetapkan sebelumnya antara hasil-hasil analisis dengan respon tanaman di lapangan yang telah diketahui. Contoh metode cate dan nelson .Prinsip dasar uji tanah adalah bahwa suatu nilai uji tanah dapat diperlakukan dan dihubungkan sebagai variabel independen terhadap persen hasil dan respon yang dicapai untuk suatu tanaman tertentu.

4. rekomendasi pemupukan

(5)

a. Status hara yang ada dalam tanah. b. Tanaman yang ditanam.

c. Pola tanam dan jumlah tanaman. d. Produksi yang diinginkan.

e. Metode pemberian pupuk (jalur vs sebar).

Uji tanah menunjukkan indeks ketersedian hara dalam tanah. Untuk interpretasi suatu nilai uji tanah, korelasi antara nilai uji tanah dengan respon-respon tanaman di lapangan yang telah diketahui untuk berbagai tanaman sangat diperlukan. Yaitu:

1.Dapat menetapkan defisiensi hara untuk tanaman tertentu dari uji tanah.

2.Dapat mengetahui respon tanaman untuk tingkat hara tanah yang berbeda dan untuk meningkatkan hasil dengan penambahan pupuk. Perlu dilakukan penelitian terutama kombinasi antara:

a. tingkat ketersediaan hara yang berbeda. b. jumlah pupuk yang berbeda.

c. metode pemupukan yang berbeda. d. tanaman yang berbeda.

2.3 Kesuburan Tanah

Kesuburan tanah adalah mutu tanah untuk bercocok tanam, yang ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat kimia, fisika dan biologi bagian tubuh tanah yang menjadi habitat akar-akar aktif tanaman (Notohadiprawiro, dkk., 1984).

Kesuburan tanah sangat identik dengan kandungan Bahan organic, senyawa organik, serta unsure hara tanaman yang proporsional (sesuai).Bahan organik menyebabkan warna gelap pada lapisan tanah, terutama pada bagian atas (top soil). Komponen ini berasal dari dekomposisi sisa-sisa jasad mikro hidup yang mati. Disebut bahan organik apabila sisa-sisa jasad mikro telah mengalami dekomposisi menjadi bahan halus sukar dikenali asalnya. Sisa tanaman yang belum memengalami dekomposisi sempurna disebut serasah atau seresah (litter). Pemisahan menggunakan ayakan berukuran 2 mm seperti pada fraksi mineral, berlaku pula dalam membedakan bahan organik dari seresah. Bahan organik tanah ada yang sukar mengalami dekomposisi dan ada yang mudah. Golongan pertama menentukan sifat fisik tanah, sedangkan yang kedua lebih berperan pada sifat kimia terutama dalam penyediaan hara.

Senyawa organik sukar mengalami dekomposisi yang paling penting adalah humus. Bersama- sama liat, humus merupakan komponen pengendali sistim perharaan serta air tanah. Liat dan humus berperan sebagai kompleks jerapan (adsorption), pertukaran (exchange), dan penyanggaan (buffer) hara dan air. Unsur hara dalam bentuk ion yang dijerap dipermukaan liat dan humus tersedia bagi tanaman melalui mekanisme pertukaran atau disosiasi; dan hal yang sangat penting adalah unsur hara dapat dipertahankan dari proses yang menyebabkan kehilangan. Humus mampu menyerap (absorp) air sekitar lima kali bobot keringnya.

(6)

oleh reaksi tanah (pH). Dalam menafsir tingkat kesuburan suatu tanah, maka nilai KTK, KTA, PKB, dan pH digunakan sebagai parameter.

Berikut adalah tingkatan kesuburan tanah Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnyayang di klasifikasikan atas enam kategori yakni ordo, subordo, greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998 terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas ordo tersebut adalah Alfisols, Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols, Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.

1. Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning dan planosols.

2. Andisols. Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.

3. Aridisol. Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).

4. Entisols. Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.

5. Gelisols. Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak dijumpai di Indonesia

6. Histosols. Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah bog dan tanah gambut.

7. Inceptisols. Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown forest, glei humik dan glei humik rendah.

8. Mollisols. Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah rendzina.

9. Oxisols. Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter dari permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis tanah laterik.

10. Spodosols. Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.

(7)

12. Vertisols. Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah grumosol.

Di Indonesia jenis tanah yang umumnya dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols, Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang ada di Indonesia (Sutanto, 2005).

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Tanah hutan adalah jenis tanah yang terbentuk dan berkembang di bawah pengaruh lingkungan hutan. Pada tanah hutan akan ditemukan berbagai aktifitas organisme, dimana kondisinya lebih beraneka ragam apabila dibandingkan dengan kondisi tanah pertanian. Pertumbuhan dan hasil tanaman sangat tergantung salah satunya pada seberapa besar kebutuhan optimal akan unsur hara dari komoditas tersebut dapat dipenuhi oleh tanah sebagai media tumbuh. Jika tanah tidak mampu menyediakan unsur hara dalam jumlah yang cukup, maka penambahan dari luar dalam bentuk pemupukan dibutuhkan untuk tetap menjamin tanaman dapat tumbuh dengan baik. Miskinnya hara di tanah-tanah Hutan Tanaman Indonesia menjadi salah satu penyebab penurunan produktivitas lahan dan tanaman yang diusahakan.

Jenis tanah akan berpengaruh terhadap tingkat kesuburan tanah. Tanah yang subur apabila ditanami tanaman hutan akan menghasilkan produksi yang besar, sebaliknya tanah yang tandus atau kurang akan kandungan unsure hara maka akan sulit untuk ditanami tanaman. Tanah yang subur dapat dilihat dari ciri- cirri fisik tanah tersebut mulai dari struktur, tekstur, dan warna tanah. Adapun teknik dalam mengidentifikasi kesuburan tanah hutan dapat dilakukan dengan mengidentifikasi sifat-sifat Kimia, Biologi, dan Fisika tanah.

a.Mengidentifikasi Sifat Biologi Tanah

Analisis karakteristik kesuburan biologi tanah mineral didasarkan pada parameter total mikroorganisme, total karbon mikroorganisme (C-mic) dan respirasi tanah.

b. Mengidentifikasi Sifat Kimia Tanah

(8)

c. Mengidentifikasi Sifat Fisika Tanah

Analisis karakteristik Fisika tanah didasarkan pada keadaan fisik tanah, mulai dari Tekstur tanah, Struktur tanah, Warna Tanah, Bulk density, infiltrasi.

3.2 Saran

Penyusun menyadari dalam penyusunan dan pembuatan makalah ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan ,baik dalam kesalahan penulisan maupun penyajian materi. Untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi kesempurnaan dalam penyusunan dan penulisan makalah ini kedepannya.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, K.H. 2005. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Jakarta:PT Raja Grafindo Persada.

Das,Braja M, dkk.1985. Mekanika Tanah.Jakarta:Erlangga.

Hardjowigeno, S. 1992. Ilmu Tanah (Edisi Revisi) Cetakan Ketiga. Jakarta :PT. Mediyatama Sarana Perkasa.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak etanol biji edamame ( Glycine max L. Merril) secara topikal dapat meningkatkan jumlah

Berikut ini adalah pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan Pemeriksaan Pajak, Penagihan Pajak, Norma Moral dan Kebijakan Sunset Policy terhadap Peningkatan

Asumsi selanjutnya yang digunakan dalam model ohlson adalah adanya hubungan surplus bersih (Clean surplus relation) dimana hubungan ini menyatakan bahwa

home.htm merupakan halaman utama yang tampil di dalam website ini, karena penulis menggunakan frame maka pada setiap halaman akan muncul frame tersebut, sehingga user tidak

Hasil penelitian dari hasil pengolahan atau perhitungan kuisioner pada Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Usaha Ternak Sapi Potong dengan

Aturan-aturan telah menjadi landasan bagi KJRI Davao City dalam mengeluarkan kebijakan dan upaya-upaya untuk menyelesaikan permasalahan masyarakat keturunan Indonesia di

3) Mitra mendirikan gedung dan bangunan dan/atau sarana berikut fasilitasnya di atas tanah milik BLU, untuk kemudian digunakan oleh Mitra dalam rangka pelaksanaan tugas

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara parsial kemampuan fisik, motivasi kerja dan peluang inovasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap produktivitas tenaga kerja