• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNOLOGI KONSERVASI TANAH DAN AIR

NAMA

: YOHANIS A.KARING

NIM

: 12520080

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS KRISTEN ARTHA WACANA

KUPANG

(2)

TUGAS 1

KLASIFIKASI KEMAMPUAN TANAH

Klasifikasi Kemampuan Tanah adalah penilaian tanah secara sistimatik dan pengelompokannya dalam beberapa kategori berdasarkan atas sifat-sifat yang merupakan penghambat bagi penggunaannya. Klasifikasi ini selanjutnya menetapkan jenis usaha tani yang sesuai dan macam perlakuan yang diperlukan agar dapat dipergunakan untuk berproduksi dalam jangka waktu yang tidak terbatas.

Tanah dapat digarap adalah sebidang tanah yang sesuai untuk diusahakan bagi usaha tani tanaman semusim, sedangkan tanah tidak dapat digarap diartikan sebagai sebidang tanah yang tidak sesuai untuk dipergunakan bagi usaha tani tanaman semusim tetapi sesuai untuk usaha tani tanaman tahunan atau pohonan.

Metode klasifikasi

Klasifikasi Kemampuan Tanah yang dipakai dalam tulisan ini berdasarkan sistim Klasifikasi yang dikemukakan oleh Hockensmith and Steele (1943) dan Stallings (1957). Menurut sistim ini tanah digolongkan atas tiga kategori, yaitu Kelas, Sub-Kelas dan Satuan Pengelolaan. Penggolongan dalam kelas didasarkan atas intensitas faktor-faktor penghambat yang permanen atau sulit dirubah/berubah. Penggolongan dalam Sub-Kelas didasarkan atas jenis faktor-faktor penghambat tersebut. Penggolongan dalam satuan pengelolaan merupakan paket usaha dan perlakuan yang diperlukan atau disarankan. Dalam penggolongan satuan pengelolaan perlakuan pengawetan tanah khususnya dan jumlah pupuk yang diperlukan, dikemukakan.

Kriteria Klasifikasi

(3)

1. Tekstur tanah (t). Dua belas kelas tekstur tanah seperti tertera pada gambar 19, dekelompokkan dalam lima kelompok sebagai berikut:

t1 = halus : liat, liat berdebu.

t2 = agak halus : liat berpasir, lempung liat berdebu, lempung berliat, lempung liat berpasir.

t3 = sedang : debu, lempung berdebu, lempung. t4 = agak kasar : lempung berpasir.

t5 = Kasar : pasir berlempung, pasir.

2. Permeabilitas (p). Permeabilitas dikelompokkan sebagai berikut : p1 = lambat : 0,5 cm/jam

p2 = agak lambat : 0,5 – 2,0 cm/jam p3 = sedang : 2,0 – 6,25 cm/jam p4 = agak cepat : 6,25 – 12,5 cm/jam p5 = cepat : 12,5 cm/jam.

3. Kedalaman sampai kerikil, padas, plinthite (k). Kedalaman efektif dikelompokkan sebagai berikut : k0 = dalam : > 90 cm

k1 = sedang : 90 – 50 cm k2 = dangkal : 50 – 25 cm k3 = sangat dangkal : < 25 cm.

4. Lereng permukaan (l). Lereng permukaan dikelompokkan sebagai berikut : l0 (A) = 0 – 3 % : datar

5. Drainase tanah (d). Drainase tanah diklasifikasikan sebagai berikut :

d0 = baik : tanah mempunyai peredaran udara baik. Seluruh profil tanah dari atas sampai lapisan bawah berwarna terang yang uniform dan tidak terdapat becak-becak.

d1 = agak baik : tanah mempunyai peredaran udara baik. Tidak terdapat becak-becak berwarna kuning, coklat atau kelabu pada lapisan atas dan bagian atas lapisan bawah.

d2 = agak buruk : lapisan atas tanah mempunyai peredaran udara baik; tidak terdapat becak-becak berwarna kuning, kelabu atau coklat. Becak-becak terdapat pada seluruh bagian lapisan bawah.

d3 = buruk : bagian bawah lapisan atas (dekat permukaan) terdapat warna atau becak-becak berwarna kelabu, coklat atau kekuningan.

d4 = sangat buruk : seluruh lapisan permukaan tanah berwarna kelabu dan tanah bawah berwarna kelabu atau terdapat becak-becak kelabu, coklat atau kekuningan.

(4)

e1 = ringan : < 25 % lapisan atas hilang e2 = sedang : 25 – 75 % lapisan atas hilang

e3 = berat : > 75 % lapisan atas hilang - < 25 % lapisan bawah hilang e4 = sangat berat : sampai lebih dari 25 % lapisan bawah hilang

7. Faktor-faktor khusus.

Faktor-faktor penghambat lain yang mungkin terdapat adalah batu-batuan dan bahaya banjir. 7.1 Batu-batuan :

Bahan kasar dapat berada dalam lapisan tanah atau di permukaan tanah.

Bahan kasar yang terdapat dalam lapisan 20 cm atau dibagi atas tanah yang berukuran lebih besar dari 2 mm dibedakan sebagai berikut :

Krikil : adalah bahan kasar yang berdiameter lebih besar dari 2 mm sampai 7,5 cm jika berbentuk bulat atau sampai 15 cm sumbu panjang jika berbentuk gepeng. Kerikil di dalam lapisan 20 cm permukaan tanah dikelompokkan sebagai berikut :

b0 = tidak ada tau sedikit : 0 – 15 % volume tanah b1 = sedang : 15 – 50 % volume tanah

b2 = banyak : 50 – 90 % volume tanah b3 = sangat banyak : > 90 % volume tanah.

Batuan Kecil : adalah bahan kasar atau batuan berdiameter 7,5 cm sampai 25 cm jika berbentuk bulat, atau sumbu panjangnya berukuran 15 cm sampai 40 cm jika berbentuk gepeng. Banyaknya batuan kecil dikelompokkan sebagai berikut :

b0 = tidak ada atau sedikit : 0 – 15 % volume tanah

b1 = sedang : 15 – 50 % volume tanah : pengelolaan tanah mulai agak sulit dan pertumbuhan tanaman agak terganggu.

b2 = banyak : 50 – 90 % volume tanah : pengelolaan tanah sangat sulit dan pertumbuhan tanaman terganggu b3 = sangat banyak : > 90 % volume tanah : pengelolaaan tanah tidak mungkin dilakukan dan pertumbuhan

tanaman terganggu.

Menurut sistem ini tanah diklasifikasikan dalam delapan kelas yang ditandai dengan huruf Romawi I, II, III, IV, V, VI, VII dan VIII, yang didefinisikan sebagai berikut :

(5)

semusim dengan aman. Tindakan pemupukan dan usaha-usaha pemeliharaan struktur yang baik diperlukan untuk menjaga kesuburannya dan mempertinggi produktivitas.

Kelas II (dengan warna kuning). Tanah kelas II sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian dengan sedikit hambatan dan ancaman kerusakan. Tanahnya berlereng landai, kedalamannya dalam atau bertekstur halus sampai agak halus. Jika digarap untuk usaha pertanian semusim diperlukan tindakan pengawetan tanah yang ringan seperti pengolahan menurut kontur, pergiliran tanaman dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau, atau guludan, di samping tindakan-tindakan pemupukan seperti pada kelas I.

Kelas III (dengan warna merah). Tanah kelas III sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian dengan hambatan dan ancaman kerusakan yang lebih besar dari tanah kelas II sehingga memerlukan tindakan pengawetan khusus. Tanah kelas III terletak pada lereng agak miring, atau berdrainase buruk, kedalamannya sedang, atau permeabilitasnya agak cepat. Tindakan pengawetan tanah khusus seperti penanaman dalam strip, pembuatan teras, pergiliran dengan tanaman penutup tanah di mana waktu untuk tanaman tersebut lebih lama, disamping tindakan-tindakan untuk memelihara atau meningkatkan kesuburan tanah.

Kelas IV (dengan warna biru). Tanah kelas IV sesuai untuk segala jenis penggunaan pertanian dengan hambatan dan ancaman kerusakan yang lebih besar dari tanah kelas III, sehingga memerlukan tindakan khusus pengawetan tanah yang lebih berat dan lebih terbatas waktu penggunaannya untuk tanaman semusim. Tanah kelas IV terletak pada lereng yang miring (15-30 %) atau berdrainase buruk atau kedalamannya dangkal. Jika dipergunakan untuk tanaman semusim diperlukan pembuatan terras atau pembuatan drainase atau pergiliran dengan tanaman penutup tanah/makanan ternak/pupuk hijau selama 3 – 5 tahun.

Kelas V (dengan warna hijau tua). Tanah kelas V tidak sesuai untuk digarap bagi tanaman semusim, tetapi lebih sesuai untuk ditanami tanaman makanan ternak secara permanen atau dihutankan. Tanah kelas V terletak pada tempat yang datar atau agak cekung sehingga selalu tergenang air atau terlalu banyak batu diatas permukaannya atau terdapat liat masam (cat clay) di dekat atau pada daerah perakarannya.

(6)

Kelas VII (dengan warna coklat). Tanah kelas VII sama sekali tidak sesuai untuk digarap bagi usaha tani tanaman semusim, tetapi lebih baik untuk ditanami vegetasi permanen. Jika digunakan untuk padang rumput atau hutan maka pengambilan rumput atau pengembalaan atau penebangan harus dilakukan dengan hati-hati. Tanah kelas VII terletak pada lereng yang curam (45 – 65 %) dan tanahnya dangkal, atau telah mengalami erosi yang sangat berat.

Kelas VIII (dengan warna putih). Tanah kelas VIII tidak sesuai untuk usaha produksi pertanian, dan harus dibiarkan pada keadaan alami atau dibawah vegetasi alam. Tanah ini dapat dipergunakan untuk cagar alam, daerah rekreasi atau hutan lindung. Tanah kelas VIII adalah tanah-tanah yang belereng sangat curam atau lebih dari 90 % permukaan tanah-tanah ditutupi batuan lepas atau batuan ungkapan, atau tanah yang bertekstur kasar.

(7)

TUGAS 11 SIKLUS HIDROLOGI

1.Mahasiswa mengetahui pengertianruang lingkup dan peranan Ilmu hidrologi ,2 Mahasiswa mampu menjelaskan Siklus Hidrologi dan Hidrologi di Indonesia

A. Pengertian

ruang lingkup dan peranan Ilmu hidrologi

Hidrologi adalah cabang ilmu dari ilmu kebumian. Hidrologi merupakan ilmu yang penting dalam asesmen, pengembangan, utilisasi dana manajemen summberdaya air yang dewasa ini semakin meningkat realisasinya di berbagai level.

Indonesia secara umum

juga mengalami berbagai permasalahan sumberdaya air yang membutuhkan

analisis hidrologi yang semakin rumit dalam mengatasinya. Hal ini mendorong para peneliti bidang Hidrologi untuk semakin intensif dalam mengumpulkan data dan informasi dari level global s

(8)

Pemahaman ilmu hidrologi akan membantu kita dalam menyelesaikan problem

berupa kekeringan, banjir, perencanaan sumberdaya air seperti dalam disain irigasi/bendungan, pengelolaan daerah aliran

sungai, degradasi lahan, sedimentasi dan problem lain yang terkait dengan kasus keairan. B. Siklus Hidrologi

Siklus hidrologi adalah pergerakan air di bumi berupa cair, gas, dan padat baik proses di atmosfir, tanah dan badan badan air yang tidak terputus melalui proses kondensasi, presipitasi, evaporasi dan transpirasi.

Pemanasan air samudera oleh sinar matahari

merupakan kunci proses siklus hidrologi tersebut dapat berjalan secara kontinu. Air berevaporasi, kemudian jatuh sebagai presipitasi dalam bentuk air, es atau kabut. Pada perjalanan menuju bumi beberapa presipitasi dapat berevaporasi kembali ke atas atau langsung jatuh yang kemudian diintersepsi oleh tanaman sebelum mencapai tanah.

Setelah mencapai tanah, siklus hidrologi terus bergerak secara kontinu dalam tiga cara yang berbeda: 1.Siklus Hidrologi (T=transpirasi, E=evaporasi, P=hujan, R=aliran permukaan, G=aliran airtanah dan I=infiltrasi). Sumber: Viessman et.al., 1989)

1.Evaporasi / transpirasi

Air yang ada di laut, di daratan, di sungai, di tanaman, dsb.

kemudian akan menguap ke angkasa (atmosfer) dan kemudian akan menjadi awan.

Pada keadaan jenuh uap air (awan) itu akan menjadi bintik-bintik air yang selanjutnya akan turun (precipitation) dalam bentuk hujan, salju, es.

2.Infiltrasi

Perkolasi ke dalam tanah

Air bergerak ke dalam tanah melalui celah-celah dan pori-pori tanah dan batuan menuju muka air tanah. Air dapat bergerak akibat aksi kapiler atau air dapat bergerak secara vertikal atau horizontal dibawah permukaan tanah hingga air tersebut memasuki kembali sistem air permukaan.

3.Air Permukaan

Air bergerak diatas permukaan tanah dekat dengan aliran utama

dan danau; makin landai lahan dan makin sedikit pori-pori tanah, maka aliran permukaan semakin besar. Aliran permukaan tanah dapat dilihat biasanya pada

daerah urban. Sungai-sungai bergabung satu sama lain dan membentuk sungai utama yang membawa seluruh air permukaan disekitar daerah aliran sungai menuju laut.

(9)

k, rawa), dan

sebagian air bawah permukaan akan terkumpul dan mengalir membentuk sungai dan

berakhir ke laut. Proses perjalanan air di daratan itu terjadi dalam komponen-komponen siklus hidrologi yang membentuk sisten Daerah Aliran Sungai (DAS).Jumlah air

di bumi secara keseluruhan relatif tetap, yang berubah adalah wujud dan tempatnya. Gambar 2. Kesetimbangan dan pergerakan air secara hidrologis. (Sumber: Viessman et.al., 1989)

.

TUGAS 111

1 hubungan vegatasi terhadap erosi

erosi memiliki keterkaitan dengan kerapatan vegetasi. Tujuan penelitian adalah mengetahui tingkat kerapatan tutupan vegetasi, mengetahui tingkat erosi, dan mengetahui hubungan antara tingkat kerapatan tutupan kanopi vegetasi dan vegetasi penutup tanah dengan tingkat erosi.Transformasi NDVI citra satelit ALOS AVNIR-2 digunakan untuk memperoleh informasi obyek vegetasi. 40 sampel diamati berdasarkan metode acak berstrata dari satuan lahan dan indeks vegetasi. Kerapatan vegetasi, lereng, dan tingkat erosi diidentifikasi dalam bentuk data ordinal. Analisis tabulasi silang antara tingkat erosi dan faktor-faktor pengontrol dominan menggunakan indeks kappa. Estimasi kerapatan tutupan kanopi� diperoleh dengan persamaan regresi polinomial. Klasifikasi tingkat kerapatan kanopi DAS Secang didominasi oleh tingkat sedang. Jenis vegetasi meliputi akasia, sengon, kakao, durian, manggis, dan kaliandra dengan kerapatan tutupan tanah didominasi oleh kerapatan buruk rerumputan dan seresah. Pedestal, singkapan akar, dan erosi alur menunjukkan tingkat erosi ringan. Tingkat erosi memiliki hubungan lebih besar dengan kerapatan tutupan tanah dalam menghambat erosi.

(10)

a. Berdasarkan ukuran butirannya ,hujan dibedakan menjadi:

1) hujan gerimis/drizzle, diameter butir-butirannya kurang dari 0,5 mm; 2) hujan salju/snow, terdiri dari kristal-kristal es yang temperatur udaranya berada di bawah titik beku;

3) hujan batu es, merupakan curahan batu es yang turun di dalam cuaca panas dari awan yang temperaturnya di bawah titik beku; dan

4) hujan deras/rain, yaitu curahan air yang turun dari awan yang temperaturnya di atas titik beku dan diameter butirannya kurang lebih 7 mm.

b. Berdasarkan proses terjadinya, hujan dibedakan atas: 1) Hujan Frontal

Hujan frontal adalah hujan yang terjadi di daerah front, yang disebabkan oleh

pertemuan dua massaudara yang berbedatemperaturnya.panas/lembab bertemu dengan massa udara dingin/padatsehingga berkondensasi dan terjadilah hujan

2) Hujan Zenithal/ Ekuatorial/ Konveksi/ Naik Tropis Jenis hujan ini terjadi karena udara naik disebabkan adanya

pemanasan tinggi. Terdapat di daerah tropis antara 23,5o LU - 23,5o LS. Oleh karena itu disebut juga hujan naik tropis. Arus konveksi menyebabkan uap air di ekuator naik secara vertikal sebagai akibat pemanasan air laut terus menerus. Terjadilah kondensasi dan turun hujan. Itulah sebabnya jenis hujan ini dinamakan juga hujan ekuatorial atau hujan konveksi.

3) Hujan Orografis/Hujan Naik Pegunungan

Terjadi karena udara yang mengandung uap air dipaksa oleh angin mendaki lereng pegunungan yang makin ke atas makin dingin sehingga terjadi kondensasi, terbentuklah awan dan jatuh sebagai hujan. Hujan yang jatuh pada lereng yang dilaluinya disebut hujan orografis, sedangkan di lereng sebelahnya bertiup angin jatuh yang kering dan disebut daerah bayangan hujan. Lihat gambar 11.

Gambar 11. Hujan Orografis. Awan

(11)

adanya kondensasi/sublimasi dari uap air yang terdapat dalam udara. Awan yang menempel di permukaan bumi disebut kabut.

a. Menurut morfologinya (bentuknya)

Berdasatkan morfologinya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Awan Commulus yaitu awan yang bentuknya bergumpal-gumpal (bunar-bundar) dan dasarnya horizontal.

2) Awan Stratus yaitu awan yang tipis dan tersebar luas sehingga dapat menutupi langit secara merata. Dalam arti khusus awan stratus adalah awan yang rendah dan luas.

3) Awan Cirrus yaitu awan yang berdiri sendiri yang halus dan berserat, berbentuk seperti bulu burung. Sering terdapat kristal es tapi tidak dapat menimbulkan hujan.

b. Berdasarkan ketinggiannya

Berdasarkan ketinggiannya, awan dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu: 1) Awan tinggi (lebih dari 6000 m – 9000 m), karena tingginya selalu terdiri dari kristal-kristal es.

a) Cirrus (Ci) : awan tipis seperti bulu burung.

b) Cirro stratus (Ci-St) : awan putih merata seperti tabir. c) Cirro Cumulus (Ci-Cu) : seperti sisik ikan.

2) Awan sedang (2000 m – 6000 m)

a) Alto Comulus (A-Cu) : awan bergumpal gumpal tebal. b) Alto Stratus (A- St) : awan berlapis-lapis tebal.

3) Awan rendah (di bawah 200 m)

a) Strato Comulus (St-Cu) : awan yang tebal luas dan bergumpalgumpal. b) Stratus (St) : awan merata rendah dan berlapis-lapis.

c) Nimbo Stratus (No-St) : lapisan awan yang luas, sebagian telah merupakan hujan.

4) Awan yang terjadi karena udara naik, terdapat pada ketinggian 500 m–1500 m

a) Cummulus (Cu) : awan bergumpal-gumpal, dasarnya rata.

b) Comulo Nimbus (Cu-Ni): awan yang bergumpal gumpal luas dan sebagian telah merupakan hujan,

(12)

KLASIFIKASI IKLIM DAN

POLA CURAH HUJAN DI INDONESIA

Setelah mempelajari kegiatan ini, Anda diharapkan mempunyai kompetensi:

1. mengklasifikasi berbagai tipe iklim; dan

2. menyajikan informasi tentang persebaran hujan di Indonesia.

TUGAS IV

Pencemaran Air, Udara dan Tanah

Pencemaran air, udara dan tanah merupakan permasalahan lingkungan hidup yang tidak bisa dihindari Kota Surabaya sebagai dampak berbagai aktivitas kota metropolitan yang semakin meningkat.

(13)

Kualitas air bersih Kota Surabaya selama 3 tahun terakhir (2007-2009) digambarkan pada bar-chart di atas. Dari hasil uji laboratorium Badan Lingkungan Hidup, air bersih Kota Surabaya yang masih memenuhi baku mutu pada tahun 2007 mencapai 93,6% dan tahun 2008 mencapai 97,5%. Sedangkan pada tahun 2009 air bersih yang masih memenuhi baku mutu hanya mencapai 58,2% (dari 428 sampel yang diambil dan diuji, 249 sampel masih memenuhi baku mutu kualitas air bersih dan 179 sampel sudah tidak memenuhi baku mutu). Diperoleh fakta bahwa kualitas air bersih Kota Surabaya antara tahun 2008 ke tahun 2009 mengalami penurunan kualitas yang sangat drastis.

Dalam upaya meningkatkan kualitas air di perairan Kota Surabaya perlu diketahui gambaran awal beban pencemaran yang ditimbulkan akibat aktifitas kegiatan usaha yang berpotensi menghasilkan air limbah di saluran drainase kota yang akhirnya akan bermuara di badan air sungai. Beban pencemaran air limbah dari suatu kegiatan usaha dapat diukur dari konsentrasi kadar BOD, COD dan TSS.

Untuk menurunkan beban pencemaran perairan diharapkan semua kegiatan usaha yang berpotensi menghasilkan air limbah melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran drainase kota. Melalui kegiatan pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan, kegiatan usaha yang

menghasilkan air limbah di kota Surabaya sampai akhir tahun 2009, prosentase penurunan beban BOD per tahun telah menurun sampai 41,63 %, prosentase penurunan beban COD per tahun menurun sampai 59,90 % dan prosentase penurunan beban TSS per tahun menurun sampai 46,57 %.

(14)

Dari tabel diketahui bahwa jumlah hari dengan kualitas udara baik di Kota Surabaya tiap tahun

keadaannya naik turun, yaitu 26 hari pada tahun 2006, naik menjadi 60 hari tahun 2007, kemudian naik lagi menjadi 86 hari tahun 2008. Akan tetapi pada tahun 2009 jumlah hari dengan kualitas udara baik menurun sangat drastis, hanya 24 hari (menurun 28% dari tahun sebelumnya). Sebaliknya, jumlah hari dengan kualitas udara tidak sehat hampir stagnan mulai tahun 2006-2008 (masing-masing 5 hari, 5 hari, dan 8 hari). Sedangkan pada tahun 2009, jumlah hari dengan kualitas udara tidak sehat melonjak menjadi 30 hari. Jadi terjadi lompatan kondisi udara yang buruk antara tahun 2008 dan 2009 yang sangat mengkhawatirkan. Bagan penurunan kualitas udara ambient Kota Surabaya 4 tahun terakhir (2006-2009) digambarkan pada gambar 3.2. berikut ini.

Dari hasil pemantauan kualitas udara selama tahun 2006-2009, telah terjadi kecenderungan penurunan parameter dominan pada PM10 dan CO, sedangkan O3 dan SO2 cenderung naik. Hal ini dipicu oleh tingginya suhu udara. Dengan bantuan sinar ultraviolet, NOX (Oksida Nitrogen) bereaksi dengan HC (Hidrokarbon) dari emisi gas buang kendaraan bermotor yang akan memicu pelepasan radikal bebas atom O (reaksi photochemical) yang selanjutnya berikatan dengan O2 membentuk O3.

Salah satu cara untuk mengatasi pencemaran udara adalah dengan:

(15)

Memperbaiki managemen lalu lintas menuju transportasi berkelanjutan yang bverwawasan lingkungan. Memperketat pelaksanaan uji emisi gas buang kendaraan bermotor.

Memperbanyak Ruang Terbuka Hijau terutama tanaman penyerap polutan.

Mendorong pemerintah pusat untuk menyediakan bahan bakar yang ramah lingkungan.

Langkah lain untuk mengurangi pencemaran udara adalah dengan mengurangi emisi cerobong yang berasal dari sumber tidak bergerak yang berasal dari kegiatan usaha/industry. Dalam melakukan pengendalian pencemaran udara yang berasal dari sumber tidak bergerak terlebih dahulu dilakukan inventarisasi kegiatan usaha yang menghasilkan sumber emisi yang berpotensi menyebabkan pencemaran udara. Pemantauan yang terus menerus dalam rangka kegiatan pengawasan dan pengendalian dampak lingkungan terhadap kegiatan usaha yang berpotensi menghasilkan emisi cerobong dapat menggambarkan tingkat ketaatan usaha terhadap ketentuan peraturan dalam pengendalian pencemaran udara. Hasil pemantauan sampai akhir tahun 2009, prosentase kegiatan industri yang memenuhi ketentuan persyaratan baru mencapai 29,4 % dari jumlah kegiatan usaha yang berpotensi mencemari udara.

Selain pencemaran air dan udara, satu lagi pencemaran yang mengancam kelangsungan kehidupan Kota Surabaya adalah pencemaran tanah. Pencemaran tanah selain disebabkan karena kondisi air tanah yang sudah tercemar, juga disebabkan oleh aktivitas manusia, yaitu rendahnya kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan terutama masalah sanitasi.

(16)

TUGAS V

BAGAIMANA MENENTUKAN TERAS

1.Kekuatan teras

Saat Anda memutuskan menambahkan tiang di bagian teras, Anda sudah harus memperhitungkan kekuatan tiang yang dibangun. Pasalnya tiang-tiang ini nantinya harus menyangga beban dari bangunan teras tersebut. Semakin kokok tiang yang dibangun pada rumah minimalis, tentu semakin rinci pula perhitungan yang harus dibuat.

2. Desain tiang teras

Untuk memperkuat desain rumah Anda, pilihlah desain tiang teras rumah minimalis yang mampu menunjang keindahannya. Umumnya, desain teras berbentuk segiempat akan semakin memperkuat kesan minimalis dari luar ruangan rumah Anda. Tentunya desain tiang ini juga harus senada dengan warna yang akan Anda tuangkan dalam rumah Anda.

3. Material teras

Langkah selanjutnya yang harus diperhatikan adalah material teras rumah sendiri. Konsep rumah minimalis umumnya menggunakan bahan semen untuk membangun tiang rumah. Tapi jangan khawatir, Anda pun bisa berkreasi dengan bahan kayu ataupun besi. Satu hal yang pasti, Anda tetap harus memperhitungkan konsep rumah secara keseluruhan untuk memutuskan hal ini.

4. Pemilihan keramik

Sedikit berbeda dari bagian di dalam rumah, pada dasarnya teras adalah bagian depan yang

(17)

TUGAS VI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktifitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar sehingga jumlah air bersih semakin berkurang.Penerapan teknik konservasi tanah dan air meliputi teknik vegetatif, sipil teknis dan kimiawi. Penerapan teknik vegetaif berupa penanaman vegetasi tetap, budidaya tanaman lorong, strip rumput dan lain–lain, penerapan sipil teknis berupa pembuatan bangunan dam pengendali, dam penahan, teras, saluran pembuagan air, sumur resapan, embung, parit buntu (rorak), perlindungan kanan kiri tebing sungai dan lain–lain, serta penerapan teknik kimiawi berupa pemberian mulsa, bitumen zat kimia.

Pada kenyataannya semakin banyak terjadi degradasi lahan dan air yag disebabkan oleh banyak faktor yang dapat menyebabkan rusaknya atau berkurangnya kualitas dan kuantitas suatu tanah dan air yang dapat berdampak buruk pada lingkungan kita bahkan dapat menyebabkan suatu bencan alam seperti longsor yang merupakan bentuk dari erosi.Salah satu kegiatan dalam menyelamatkan lahan dari tingkat erosi yang tinggi adalah penerapan teknik konservasi tanah dan air disamping kegiatan reboisasi, penghijauan, pemeliharan dan pengayaan tanaman. Konservasi tanah dan air merupakan upaya untuk penggunaan lahan sesuai dengan syarat–syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah dan air mempunyai tujuan utama untuk mempertahankan tanah dan air dari kehilangan dan kerusakannya.

1.2. Tujuan

(18)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN KONSERVASI

Konservasi berasal dari kata Conservation yang terdiri atas kata con (together) dan servare (keep/save) yang memiliki pengertian mengenai upaya memelihara apa yang kita punya (keep/save what you have), yang digunakan secara bijaksana (wise use). Ide ini dikemukakan oleh Theodore Roosevelt (1902) orang Amerika pertama yang mengemukakan tentang konsep konservasi.

Sedangkan menurut Rijksen (1981), konservasi merupakan suatu bentuk evolusi kultural dimana pada saat dulu, upaya konservasi lebih buruk daripada saat sekarang. Konservasi juga dapat dipandang dari segi ekonomi dan ekologi dimana konservasi dari segi ekonomi berarti mencoba mengalokasikan sumberdaya alam untuk sekarang, sedangkan dari segi ekologi, konservasi merupakan alokasi sumberdaya alam untuk sekarang dan masa yang akan datang.

2.2KONSERVASI TANAH

Konservasi tanah merupakan cara penggunaan yang disesuaikan dengan kemampuan dan berupaya menghindari terjadi kerusakan tanah, agar tanah dapat berfungsi secara lestari (Arsjad, 2000). Konservasi tanah berhubungan erat dengan konservasi air. Setiap perlakuan pada sebidang tanah akan mempengaruhi tata air, dan usaha untuk mengkonservasi tanah juga merupakan konservasi air. Salah satu tujuan konservasi tanah adalah meminimumkan erosi pada suatu lahan. Laju erosi yang masih lebih besar dari erosi yang dapat ditoleransikan bisa menjadi masalah yang bila tidak ditanggulangi akan menjebak petani kembali ke dalam siklus yang saling memiskinkan. Tindakan konservasi tanah merupakan cara untuk melestarikan sumberdaya alam.

Ciri alam yang penting di daerah tropis seperti Indonesia adalah adanya intensitas penyinaran matahari dan curah hujan yang tinggi dan hampir merata sepanjang tahun. Faktor geologi dan tanah dibentuk oleh kondisi tersebut dan menghasilkan suatu proses yang cepat dari pembentukan tanah baik dari pelapukan serasah maupun bahan induk. Sebagai hasil dari proses tersebut, sebagian besar hara tanah tersimpan dalam biomassa vegetasi, dan hanya sedikit yang tersimpan dalam lapisan olah tanah. Hal yang berbeda dengan kondisi di daerah iklim sedang dimana proses pertumbuhan vegetasi lambat dan sebagian besar hara tersimpan dalam lapisan olah tanah. Oleh karena itu pengangkutan vegetasi ataupun sisa panen tanaman keluar lahan pertanian akan membuat tanah mengalami proses pemiskinan.

(19)

pohon, mengangkutnya dan meratakan tanah. Hasilnya, dalam bentuk permukaan tanah menjadi rata, tetapi ditinjau dari kualitas tanah telah menjadi rusak, karena bahan organik tanah yang juga merupakan bahan semen agregat, telah teraduk dan hilang. Jika kemudian turun hujan, maka dengan mudah tanah dihancurkan untuk kemudian hara terangkut oleh air limpasan permukaan.

2.3PERLADANGAN BERPINDAH

Perladangan berpindah (shifting cultivation) merupakan suatu sistem yang dibangun berdasarkan pengalaman petani dalam mengolah lahan dan tanah yang dipraktekan secara turun temurun. Dalam perladangan berpindah, para petani biasa menggunakan tahapan pemberaan (fallow), di mana tanah digunakan dalam waktu periode yang pendek, sehingga erosi dan sedimentasi di sungai rendah, sedangkan kandungan bahan organik disimpan selama pemberaan. Selain itu digunakan pula praktek pembakaran, namun hal tersebut dapat menyebabkan hilangnya nutrient dari dalam tanah, tetapi pembakaran dapat meningkatkan pH tanah sehinggga cocok untuk pertumbuhan tanaman. Dalam sistem dengan periode pemberaan stabil tidak menyebabkan peningkatan CO2 pada atmosfir karena penghutanan kembali.

Rendahnya produktivitas dapat dipecahkan jika institusi penelitian agrikultural mengambil peranan yang lebih baik dalam mengalokasikan sumberdaya dalam peningkatan agronomik pada sistem perladangan berpindah. Oleh sebab itu, sistem perladangan berpindah dapat dijadikan alternatif sistem agrikultur yang permanen di wilayah tropis basah.

2.4BENTUK PERTANIAN KONSERVASI

Sistem perladangan berpindah bagi sebagian ahli dianggap sebagai pemborosan dari sumberdaya alam, atau sangat primitif (FAO Staff 1957), dan dikenal secara relatif mempunyai ouput yang rendah per unit areanya. Hal ini kalau ditinjau dari segi ekonomi, tetapi mungkin karena perhatian terhadap sistem inilah yang masih sangat kurang, yang sebenarnya membutuhkan tindakan yang lebih spesifik untuk menjadi sistem yang dapat diterima, untuk menjadi alternatif sistem pertanian konservasi.Perladangan berpindah tidak menyebabkan efek yang berbahaya terhadap lingkungan, bahkan mampu menyediakan alternatif yang aman dibandingkan dengan sistem pertanian lainnya di hutan tropis basah. Adapun kurangnya peningkatan produktivitas adalah merupakan konsekuensi dari pengabaian dari sistem ini di dalam kebanyakan penelitian pertanian. Hal ini bisa dilihat dari hasil penelitian Lahajir, yang menemukan bahwa hasil perladangan berpindah tidak sanggup lagi mencukupi kebutuhan subsisten mereka.

2.5METODE KONSERVASI

Metode yang kerap diterapkan petani pada konservasi pertanian antara lain metode vegetatif dan metode sipil teknis.Metoda vegetatif yaitu metoda konservasi dengan menanam berbagai jenis tanaman seperti tanaman penutup tanah, tanaman penguat teras, penanaman dalam strip, pergiliran tanaman serta penggunaan pupuk organik dan mulsa. Pengelolaan tanah secara vegetatif dapat menjamin keberlangsungan keberadaan tanah dan air karena memiliki sifat :

1 memelihara kestabilan struktur tanah melalui sistem perakaran dengan memperbesar granulasi tanah,

(20)

3 disamping itu dapat meningkatkan aktifitas mikroorganisme yang mengakibatkan peningkatan porositas tanah, sehingga memperbesar jumlah infiltrasi dan mencegah terjadinya erosi.

Fungsi lain daripada vegetasi berupa tanaman kehutanan yang tak kalah pentingnya yaitu memiliki nilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan petani.Metoda sipil teknis yaitu suatu metoda konservasi dengan mengatur aliran permukaan sehingga tidak merusak lapisan olah tanah (Top Soil) yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. Usaha konservasi dengan metoda sipil teknis ini yaitu membuat bangunan-bangunan konservaasi antara lain pengolahan tanah menurut kontur, pembuatan guludan, teras, dan saluran air. Pada metode konservasi sipil teknis dilakukan Pembuatan teras pada lahan dengan lereng yang curam.

1. Konservasi lahan kering

Konservasi air merupakan hal yang sangat relevan untuk meningkatkan produktivitas lahan kering, mencegah bahaya banjir, kekeringan, dan tanah longsor. Prinsip dasar dari konservasi air adalah menyimpan sebanyak-banyaknya air pada musim hujan dan memanfaatkan kembali pada musim kemarau. Meskipun cukup banyak teknik konservasi air yang dapat diimplementasikan di lahan kering, tetapi keberhasilannya sangat ditentukan oleh kondisi biofisik, sosial ekonomi, dan keinginan petani.

2. Konservasi lahan kritis

Berbagai cara untuk menangani lahan kritis telah dilakukan oleh pemerintah, antara lain melalui program reboisasi dan penghijauan. Fakultas Pertanian Andalas (1992) melaporkan bahwa keberhasilan fisik reboisasi selama Pelita IV baru sekitar 68 %, sedangkan penghijauan hanya 21 %. Hal ini mungkin disebabkan karena kurang tepatnya teknologi yang digunakan, atau kondisi lahan belum dipelajari dengan cermat, atau karena teknologi tidak diterapkan sepenuhnya. Ditinjau dari segi pelestarian lingkungan dan efisiensi penggunaan dana dalam program ekstensifikasi maka pemanfaatan lahan kritis dengan perbaikan produktivitas mungkin lebih baik daripada membuka hutan.

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Konservasi tanah diartikan sebagai penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah (Arsyad, 2000), dikatakan selanjutnya bahwa konservasi tanah tidaklah berarti penundaan atau pelarangan pengunaan tanah, tetapi menyesuaikan jenis penggunaannya dengan kemampuan tanah dan memberikan perlakuan sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan, agar tanah dapat berfungsi secara lestari. Konservasi tanah berhubungan erat dengan konservasi air.

(21)

mengendalikan bahaya erosi juga dapat berfungsi memperbaiki struktur tanah, menambahkan bahan organik tanah, mencegah proses pencucian unsur hara dan mengurangi fluktuasi temperatur tanah.

Cara mekanik adalah cara pengelolaan lahan tegalan (tanah darat) dengan menggunakan sarana fisik seperti tanah dan batu sebagai sarana konservasi tanahnya. Tujuannya untuk memperlambat aliran air di permukaan, mengurangi erosi serta menampung dan mengalirkan aliran air permukaan (Seloliman, 1997).

Metode kimia Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca, khususnya pada penulis sendiri. Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna perbaikan penyusunan tugas-tugas berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

http://forester-untad.blogspot.com/2013/06/macam-macam-metode-konservasi.html http://goodwisdoms.blogspot.com/2010/12/pengertian-konservasi.html

http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/metode-konservasi-tanah-dan-air.html http://liantislantose.blogspot.com/2012/12/konservasi-tanah-disusun-lianti-s.html

(22)

Referensi

Dokumen terkait

Hasil tersebut menunjukan bahwa pengawasan yang dilakukan secara bersama sama oleh masyarakat yang berinvestasi didalam perusahaan mendorong berkurangnya berbagai

Short-term scheduler terjadi sangat sering (dalam milidetik), jadi setiap proses dijadwal dengan cepat, sedangkan long-term scheduler terjadi sangat jarang (dalam detik atau

Stadium lll adalah penyakit nodal abdominal dibawah diafragma dan stadium lV merujuk pada keterlibatan yang tersebar dari satu atau lebih lokasi ekstranodal

Pada bab ini akan kita pelajari mengenai menggambar grafik persamaan garis lurus, menentukan daerah penyelesaian dari beberapa pertidaksamaan linier, menentukan pertidaksamaan jika

Nama : Novia Ardila (1301708) Nur Afni (1301720) Selvi Desideria () Prodi : Pendidikan Kimia Dosen : Dra.

PENGARUH BENTUK LATIHAN MENGGUNAKAN HURDLES TERHADAP PENINGKATAN POWER OTOT TUNGKAI DALAM CABANG OLAHRAGA FUTSALi. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

Beri air pada wajan, taruh roller plate di bawah stick roller plate, taruh rak di atas wajan, taruh wajan di atas kompor, nyalakan api, setelah pemutar api

Mempunyai keberanian untuk mengajukan Pendapat Menjawab pertanyaan dengan tepat dan antusias Gesture dan Penampilan