• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA JUDUL PROG"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

JUDUL PROGRAM

“Bank Edu: Solusi Anak Putus Sekolah Melalui Lembaga

Pendidikan Non Formal Berbasis Tabungan”

BIDANG KEGIATAN:

PKM-GAGASAN TERTULIS

Diusulkan Oleh :

Nama Ketua : Nur Ramadhana SM NIM : G 201 14 033 Angkatan: 2014 Nama Anggota : Retno Budiasih NIM: G 701 13 111 Angkatan: 2013 Nama Anggota : Rukmana NIM: G 301 12 008 Angkatan: 2012 Nama Anggota : Ersella Ayu Nuramita NIM: G 701 14 214 Angkatan: 2014

UNIVERSITAS TADULAKO

PALU

(2)

PENGESAHAN PKM ARTIKEL ILMIAH

Lembar pengesahan dicetak dari http://simlitabmas.dikti.go.id

- Login ke http://simlitabmas.dikti.go.id dengan username dan password yang sudah diberikan

- Klik “Pengajuan Usulan” dan “Identitas Pengusul”

- Klik Edit dan lengkapi isian Identitas, Daftar Anggota dan Luaran - Unduh lembar pengesahan

- Lengkapi datanya (Warek III: Irfan Purnawan, S.T., M.Chem.Eng., NIP. 20.773), setelah lengkap, klik icon merah (pdf) di kanan untuk save as pdf

Edit

Unduh lembar pengesahan

save as pdf

(3)

- Print, lengkapi ttd, scan dan gabung ke dalam proposal / ganti halaman ini (demikian juga surat pernyataan ketua tim di halaman belakang, print, ttd dan gabung ke proposal).

(4)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL

HALAMAN PENGESAHAN

DAFTAR PUSTAKA

RINGKASAN

PENDAHULUAN

GAGASAN

KESIMPULAN

(5)

RINGKASAN

Pendidikan di Indonesia masih cukup memprihatinkan, hal ini ditandai dengan masih tingginya angka putus sekolah pada anak usia sekolah di negeri ini. Tercatat angka putus sekolah di Indonesia mencapai 7,39 juta pada tahun 2014 dengan penyebab utamanya adalah kemiskinan (Galamedianews, 2 Juni 2015)

Berbagai upaya telah dilakukan untuk mengatasi hal ini, baik dari Pemerintah maupun pihak swasta, seperti peningkatan program wajib belajar 9 tahun menjadi 12 tahun, pemberian Bantuan Siswa Miskin (BSM), dan Program Indonesia Pintar sebagai penyempurnaan dari BSM. Namun, upaya – upaya yang dilakukan masih sebatas pemberian bantuan dana, belum sampai menyentuh faktor lainnya yang sebenarnya juga cukup berpengaruh, yaitu motivasi belajar serta beban mencari nafkah yang sering harus dialami oleh seorang anak yang berasal dari keluarga miskin. Perlu adanya suatu cara yang cukup efektif untuk mengatasi hal ini, yang tentunya tidak cukup dengan hanya melalui bantuan pendidikan gratis sekalipun.

Tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan gagasan ini yaitu untuk menawarkan sebuah solusi yang cukup efektif untuk mengatasi masalah putus sekolah pada anak – anak usia sekolah yang telah putus sekolah selama maksimal 3 tahun. Solusi ini berjudul: “Bank Edu: Solusi Anak Putus Sekolah Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal Berbasis Tabungan”. Bank Edu bertujuan untuk mengatasi tingginya angka putus sekolah, dimana dalam program ini menggabungkan antara sistem tabungan layaknya dalam bank, pembelajaran terbimbing, dan bantuan pendidikan. Dalam Bank Edu, setiap anak putus sekolah tidak hanya sekedar diberi jaminan pendidikan gratis, namun juga dibantu dalam biaya hidup yang akan diambil dari sebagian nominal tabungan yang diakumulasikan setiap bulan, dan sebagian lagi akan tetap disimpan sebagai bekal untuk sekolah nanti. Setelah anak tersebut memenuhi syarat tertentu, maka anak itu akan diikutkan dalam program kesetaraan paket A, B, atau C sehingga dapat melanjutkan sekolah dengan biaya dari hasil tabungannya selama maksimal 1 tahun.

Teknik implementasi gagasan ini membutuhkan tahapan – tahapan pokok yaitu pendataan, tes awal, pemberian modul, bimbingan, transaksi (latihan, tes), evaluasi, persiapan ke dunia sekolah. hal ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yaitu: Pemerintah, Kementerian Sosial, Dinas Pendidikan, Sekolah, dan masyarakat.

Pelaksanaan yang terkontrol baik dan kerjasama dari semua pihak akan menghasilkan manfaat yang maksimal. Dengan adanya Bank Edu, selain menghilangkan hambatan ekonomi untuk bersekolah, juga sedikit demi sedikit akan menumbuhkan motivasi belajar dalam diri setiap anak, serta turut membantu lahirnya anak – anak berprestasi dengan sistem belajar yang terbimbing. Membantu dalam pemberian bantuan pendidikan yang tepat sasaran, serta membantu dalam suksesnya program wajib belajar 12 tahun.

(6)

Latar Belakang

Pendidikan sejatinya merupakan hak setiap warga negara, khususnya generasi muda, sebagaimana diatur dalam Undang – Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyatakan bahwa setiap warga Negara berhak mendapatkan pendidikan. Selanjutnya dalam ayat (2) ditegaskan bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya. Ayat (3) menetapkan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketaqwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang – undang. Pendidikan juga sangat berperan dalam ketersediaan sumber daya manusia yang mumpuni. Singkatnya, pendidikan berperan penting dalam segala aspek kehidupan individu, berbangsa, dan bernegara.

Namun, tingkat partisipasi pendidikan di Indonesia masih cukup rendah, hal ini ditandai dengan masih tingginya angka putus sekolah di Indonesia. Bahkan, angka putus sekolah di Indonesia mencapai 7,39 juta dengan penyebab utama adalah kemiskinan.(Galamedianews, 2 Juni 2015). Selain itu, data

Puan Maharani selaku Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan menyampaikan bahwa pemerintah mulai meningkatkan program wajib belajar 9 tahun dengan memberlakukan program wajib belajar 12 tahun gratis sekitar Juni 2015. Dengan adanya langkah ini, pemerintahan Presiden Jokowi sepenuhnya siap dalam membiayai dan memberikan semua fasilitas sampai anak bangsa memiliki pendidikan yang minimum sampai pada tingkat sekolah menengah atas (SMA). Puan Maharani menyampaikan jika pelaksanaan program tersebut mempunyai 2 konsekuensi. Dalam sisi lain, semua anak bangsa akan wajib bersekolah sampai batas yang ditentukan oleh pemerintah. Sementara pada sisi lain, pemerintah diwajibkan untuk mengeluarkan semua biaya dan wajib menyediakan semua fasilitas penunjang dalam rangka mewujudkan Wajib Belajar 12 tahun gratis. (Indoberita, 13 Januari 2015)

Program ini pun didukung dengan berbagai kebijakan – kebijakan yang diharap turut membantu dalam pengentasan putus sekolah. Namun, kebijakan – kebijakan yang diterapkan selama ini hanya mengarah pada bantuan berupa pemberian dana bantuan biaya pendidikan dan biaya operasionalnya. Hal ini tentunya belum cukup untuk mengatasi permasalahan putus sekolah. Pemberian bantuan ini selain sering kali tidak tepat sasaran, juga dinilai kurang efektif, karena faktor penyebab putus sekolah ini bukan hanya sebatas masalah biaya pendidikan, namun juga berbagai faktor lain, salah satunya adalah motivasi belajar dan bersekolah. Padahal, inilah yang sebenarnya paling dibutuhkan bagi seorang siswa agar dapat berprestasi dan memanfaatkan kesempatan bersekolah dengan sebaik – baiknya.

(7)

meskipun telah dijamin bisa bersekolah gratis sekalipun, bisa jadi anak tersebut tetap memilih untuk bekerja ketimbang belajar di sekolah.

Karena itulah kami menawarkan konsep Bank Edu sebagai solusi atas tiga kendala di atas. Melalui gagasan ini, maka diharapkan tidak hanya dapat menghilangkan kekhawatiran akan biaya pendidikan, namun juga bisa mengatasi kendala waktu dalam mencari nafkah, juga sekaligus menumbuhkan dan mendorong motivasi belajar dan bersekolah anak putus sekolah. Konsep Bank sendiri dipilih karena berhubungan dengan filosofinya sebagai tempat menabung, yang dalam gagasan ini diartikan sebagai “Tabungan Ilmu”.

Tujuan

Tujuan yang hendak dicapai dari penulisan ini adalah untuk menggagas suatu upaya untuk mengatasi tingginya anak putus sekolah dengan mendirikan Bank Edu. Dalam hal ini, Bank Edu merupakan lembaga pendidikan non formal yang menggabungkan sistem tabungan, pembelajaran terbimbing, serta bantuan pendidikan yang terkontrol dalam jangka waktu maksimal 1 tahun.

Manfaat

Penulisan gagasan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi perkembangan dunia pendidikan Indonesia ke arah yang lebih baik. Manfaat dari Bank Edu adalah selain menghilangkan hambatan ekonomi untuk bersekolah, juga sedikit demi sedikit akan menumbuhkan motivasi belajar dalam diri anak tersebut melalui metode belajar yang diterapkan. Selain itu, Bank Edu juga turut membantu terciptanya anak – anak berprestasi dengan sistem belajar yang terbimbing. Membantu dalam pemberian bantuan pendidikan yang tepat sasaran, serta membantu dalam suksesnya program wajib belajar 12 tahun.

GAGASAN

Tingginya Angka Putus Sekolah di Indonesia

Menurut laporan dari departemen Pendidikan dan Kebudayaan, setiap menit ada empat anak yang harus putus sekolah. Berdasarkan data UNICEF pada tahun 2015 ada sebanyak 2,5 juta anak Indonesia tidak dapat menikmati pendidikan lanjutan yakni sebanyak 600 anak usia sekolah dasar (SD) dan 1,9 juta anak usia Sekolah Menengah Pertama (SMP). bahwa sebanyak 75,7% siswa putus sekolah dikarenakan masalah ekonomi (Okezone, 17 Agustus 2015).

(8)

Motivasi Belajar yang Rendah

Disadari atau tidak, motivasi belajar yang rendah turut mempengaruhi tingkat prestasi seseorang. Motivasi belajar adalah keseluruhan daya pengerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan yang memberi arah pada kegiatan belajar sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar dapat tercapai (Kajian Pustaka, April 2013). Motivasi belajar ini sangatlah penting dalam tercapainya prestasi belajar yang diharapkan.

Ketika seorang anak diperintahkan untuk belajar, baik itu di rumah maupun di sekolahnya, haruslah ada faktor pendorong yang membuatnya betah berlama – lama belajar atau setidaknya mau belajar. Sekolah atau lembaga pendidikan apapun itu seyogyanya memperhatikan faktor motivasi belajar ini, agar kedepannya pendidikan anak akan berdampak positif bagi anak itu sendiri.

Anak – anak yang telah lama putus sekolah terlebih harus bekerja mencari nafkah adalah hal yang perlu menjadi perhatian serius bagi para pemberi bantuan pendidikan, termasuk pemerintah.

Solusi Kekinian Penanganan Anak Putus Sekolah

(9)

Sementara dari pihak swasta, upaya pengikisan anak putus sekolah ini datang dari berbagai yayasan, salah satunya Putera Sampoerna Foundation yang mengadakan program penggalangan dana bertajuk “Save a Teen”. “Save a Teen” merupakan sebuah kampanye penggalangan dana yang dimulai sejak tahun 2009 yang menawarkan cara mudah dan praktis bagi para individu dan organisasi untuk memberikan bantuan dan meningkatkan akses pendidikan yang berkualitas kepada generasi muda berprestasi dan berkarakter, namun berasal dari keluarga prasejahtera. Sejak diluncurkan pada tahun 2009, “Save a Teen” telah menggandeng mitra dari berbagai sektor industri seperti perbankan, telekomunikasi, restoran dan hiburan. Bentuk kerjasama yang dilakukan adalah melalui penggalangan dana dengan menyisihkan sebagian dari hasil penjualan bisnis mitra. Tim penggalang dana dari “Save a Teen” terus melakukan inovasi dalam membuat program atau mekanisme penggalangan dana yang disesuaikan dengan model bisnis para mitra. Kerjasama ini dilakukan melalui beragam jalur seperti donasi online, pengisian lembar komitmen atau melalui program-program ritel menarik dari mitra pendukung. (PuteraSampoernaFoundation, 20 September 2013).

Bank Edu

Upaya – upaya untuk penanganan anak putus sekolah yang dilakukan selama ini masih sebatas pemberian beasiswa atau sekolah gratis dan bantuan dana pendidikan Bank Edu merupakan lembaga non formal yang bertujuan untuk mengatasi persoalan ini dengan menggabungkan sistem tabungan layaknya di bank, bimbingan terpadu, dan bantuan pendidikan sebagai inovasi dalam pemberian bantuan pendidikan yang selama ini dinilai kurang efektif, dikatakan demikian karena dalam pelaksanaannya bantuan – bantuan pendidikan di Indonesia selama ini hanya berkutat pada pemberian dana tanpa memperhatikan apakah dana tersebut sudah benar – benar tepat sasaran, dan kalau tepat sasaran apakah pemberian dana tersebut sudah cukup untuk mengatasi masalah ini, karena selain alasan ketiadaan biaya untuk bersekolah, juga alasan lain yang perlu dipertimbangkan yaitu motivasi sekolah anak itu sendiri, serta apakah anak tersebut adalah tulang punggung keluarga yang dengan terpaksa harus mengorbankan waktunya untuk mencari nafkah meskipun anak tersebut sangat ingin bersekolah, mengingat waktu untuk berada di sekolah hampir seharian penuh. Selain itu, program – program beasiswa yang selama ini diadakan sebagian besar hanya untuk anak – anak berprestasi, atau kembali lagi pada konsep bantuan pendidikan berupa materi yang lagi – lagi belum tepat sasaran seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.

(10)

kemauan untuk sekolah, dan layak dibiayai sekolahnya hingga ke jenjang yang lebih tinggi (khususnya SMP, SMA, dan perguruan tinggi). Solusi yang kami tawarkan ini akan berdampak sinergis, baik dari sisi internal anak itu sendiri maupun dari sisi eksternal. Dari sisi eksternal, dalam hal ini masalah ekonomi, anak – anak tersebut tidak perlu terlalu khawatir dengan urusan mencari nafkah untuk keluarganya, karena 40% dari total tabungannya selama sebulan bisa dicairkan dalam nominal uang yang dapat dipergunakan sebagai biaya hidup atau tetap ditabung. Dari sisi internal, akan tumbuh motivasi yang kuat untuk belajar agar dapat membantu mencari nafkah sekaligus untuk melanjutkan sekolahnya nanti. Motivasi ini akan muncul sedikit demi sedikit sebagai akibat dari penerapan sistem tabungan berbasis nilai yang dinominalkan, sehingga anak akan merasa terpacu untuk belajar lewat bimbingan dan modul yang diberikan. Anak juga akan diberikan tenggat waktu maksimal setahun untuk menyelesaikan program ini, tujuannya untuk memacu anak tersebut agar giat belajar dan tidak menunda – nunda melakukan “transaksi” (yaitu penyetoran latihan dan pengerjaan tes langsung di bank)

Pihak yang Membantu untuk Mengimplementasikan Gagasan

Putus sekolah seyogyanya menjadi tanggung jawab kita bersama. Dalam mengatasi permasalahan ini, perlu adanya kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat. Pemerintah sebagai pengambil kebijakan dalam hal ini Kementerian Pendidikan, Dinas Pendidikan, dan Kementerian Sosial. Kementerian Pendidikan dan Dinas Pendidikan berperan sebagai pengatur regulasi dalam pelaksanaan program ini. Sementara itu, data – data anak putus sekolah dari Kementerian Sosial diharapkan dapat menjadi acuan yang tepat. Selain itu, masyarakat berperan dalam memberi informasi yang riil tentang anak – anak putus sekolah di lingkungan mereka, Terakhir, keluarga sebagai orang – orang terdekat si anak sebagai pengontrol dan pendorong belajar anak tersebut di rumah.

Selanjutnya adalah bagaimana mekanisme pelaksanaan gagasan ini. Diperlukan koordinasi antara pemerintah, dinas pendidikan, kementerian sosial, sekolah dan masyarakat. Gambarannya ada dalam bagan di bawah ini.

(11)

Langkah Strategis untuk Mengimplementasikan Gagasan

Agar gagasan ini terlaksana dengan baik dan mencapai hasil maksimal maka langkah – langkah yang akan dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Mendata anak – anak yang putus sekolah karena alasan biaya dengan maksimal telah putus sekolah dengan cara berkoordinasi dengan kementrian sosial, masyarakat, serta terjun langsung ke lapangan (agar hasil yang didapat lebih akurat), lalu kemudian dikumpulkan.

2. Mengadakan tes psikologi di bulan pertama untuk mengetahui alasan anak itu putus sekolah dan motivasi awal dalam mengikuti program ini.

3. Melakukan pendampingan selama 3 bulan, untuk mempersiapkan setiap anak dalam menjalani program ini.

4. Memberikan modul secara gratis sesuai tingkatan (SD-SMA) dan sesuai dengan kecenderungan potensi yang dimiliki masing – masing anak.

5. Nasabah mengerjakan soal-soal latihan dalam modul di rumah, lalu disetor ke bank.

6. Bank mencatat skor yang didapat, lalu memasukkannya dalam tabungan (dikonversi dalam nominal rupiah). Nilai berbentuk huruf (A, B, C, D, E) dengan nominal tertentu.

7. Petugas memberikan tes dalam bentuk pilihan ganda dan/atau essay, lalu menilai. Hasilnya dikonversi dalam bentuk rupiah ke dalam tabungan.

8. Jika peserta berhasil menyelesaikan soal – soal dalam modul, maka boleh dilanjutkan ke tingkat berikutnya, dengan pencairan sebanyak 40% tabungannya (setiap bulan) yang bisa digunakan untuk membeli modul atau keperluan yang lain, dan sisanya ditabung kembali.

9. Jika telah memenuhi syarat yang ditentukan, yaitu telah menyelesaikan program ini dalam waktu maksimal 1 tahun, dan presentasi transaksi minimal 80% dari 96 kali total transaksi yang disarankan maka nasabah tersebut bisa mencairkan tabungannya dalam bentuk beasiswa (paket A, B, dan C) dan/atau biaya hidup (jika masuk di Universitas). Bagi yang belum memenuhi syarat maka akumulasi tabungan yang dikumpulkan akan dibayarkan sebagai biaya pendaftaran masuk sekolah, tanpa ditunjang dengan biaya hidup

10.Mengikutsertakan dan membiayai tes kesetaraan paket A, B, dan C bagi para nasabah yang telah memenuhi syarat yang ditentukan.

KESIMPULAN Inti Gagasan

(12)

berkoordinasi dengan masyarakat agar anak – anak yang menjadi sasaran utama dalam program ini dapat terjaring secara tepat dan akurat.

Teknik Implementasi Gagasan

Pengimplementasian gagasan ini membutuhkan waktu yang sekitar 1 tahun. Diperlukan peran pihak – pihak terkait untuk menjamin bahwa data anak – anak yang ikut program ini benar – benar sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Berikut adalah estimasi waktu yang diperlukan.

Bulan pertama, mendata anak – anak putus sekolah masih masuk usia sekolah. Bulan kedua, menentukan lokasi – lokasi sebagai bank.

Bulan ketiga, melakukan tes psikologi terhadap anak – anak yang sudah terjaring. Bulan keempat, Bulan kelima, menyusun modul yang akan digunakan.

Bulan keenam, mencetak dan membagikan modul.

Bulan ketujuh hingga bulan ke Sembilan, melakukan proses transaksi.

Bulan ke duabelas melakukan tes kesetaraan paket A, B, dan C untuk menguji kelayakan nasabah (siswa).

Bulan ke tigabelas, memasukkan nasabah yang telah lolos tes kesetaraan ke sekolah – sekolah dengan biaya pendaftaran ditanggung oleh pemerintah berdasarkan jumlah tabungan yang telah dikumpulkannya.

Bulan ke empatbelas, evaluasi serta perluasan lingkup program ini ke daerah – daerah lain di Indonesia.

Prediksi Keberhasilan Gagasan

Prediksi hasil yang akan dicapai setelah diimplementasikannya gagasan ini adalah sebagai berikut:

a. Penurunan jumlah anak putus sekolah karena alasan ekonomi.

b. Semakin banyak anak – anak berprestasi yang akan dihasilkan melalui program ini, karena meningkatnya motivasi belajar serta kekhawatiran untuk bisa bersekolah tanpa khawatir kekurangan waktu mencari nafkah dapat teratasi.

(13)

DAFTAR PUSTAKA

yuliastuti, citra. 2007. PENGARUH MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PRESTASI MAHASISWA AKUNTANSI ( Studi survey pada Universitas di Kota Bandung ). Skripsi. Universitas Widyatama.

TNP2K. 2016. Program Indonesia Pintar Melalui kartu Indonesia Pintar.

(14)

Lampiran 2.

Susunan Organisasi Tim Penyusun dan Pembagian Tugas

No Nama /NIM Program Studi

Bidang Ilmu

Alokasi Waktu (jam/minggu)

Uraian Tugas

1 Nur

Ramadhana

Matematika Matematika 12 Penulis, Pemberi Gagasan 2 Retno Budiasih Kimia Farmasi 8 Penyumbang

Ide

3 Rukmana Kimia Kimia 10 Penyumbang

Ide,

memperbaiki penulisan. 4 Ersella Ayu

Nuramita

Kimia Farmasi 6 Pengurus

(15)

UNIVERSITAS TADULAKO

SURAT PERNYATAAN KETUA TIM

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Nur Ramadhana

NIM : G20114033

Program Studi : Matematika

Fakultas : MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa proposal PKM Gagasan Tertulis (PKM-GT) saya dengan judul:

Bank Edu: Solusi Anak Putus Sekolah Melalui Lembaga Pendidikan Non Formal Berbasis Tabungan

yang diusulkan untuk tahun anggaran 2016 bersifat original dan belum pernah dibiayai oleh lembaga atau sumber dana lain.

Bilamana di kemudian hari ditemukan ketidaksesuaian dengan pernyataan ini, maka saya bersedia dituntut dan diproses sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan mengembalikan seluruh biaya penelitian yang sudah diterima ke kas negara.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sesungguhnya dan dengan sebenar-benarnya.

Palu,29 April 2016

Mengetahui, Wakil Rektor III

Bidang Kemahasiswaan,

Prof. Dr. Djayani Nurdin, SE, M.Si NIP : 196112271988111003

Yang Menyatakan,

Meterai Rp 6.000,- Tanda tangan

(16)

Gambar

Gambar 1. Skema Pelaksanaan Bank Edu

Referensi

Dokumen terkait

Variabel terikat penelitian ini adalah tingkat kepuasan pasien rawat inap yang menjalani perawatan bedah. di RS PKU

Termasuk dalam kawasan ini adalah bencana tanah longsor (Kabupaten Lampung Utara, Kabupaten Tanggamus, Kabupaten Lampung Barat, Kabupaten Pesawaran,

Dari hasil ini ini maka dapat disimpulkan bahwa secara parsial masing-masing variabel tersebut yaitu Service Quality (X 1 ), Food Quality (X 2 ) dan Price (X 3 ) memiliki

Dari dua vasiabel ini menjadi akan terlihat pengaruh dari komunikasi orang tua terhadap prestasi siswa MTsN 1 Bandung, dilihat dari intensitas belajar,

CAMEL approach is used to evaluate the financial performance of the regional development banks in Indonesia over the period 1994 to 2004 to attain the first stated

Pada business architecture phase artefak dari hasil analisis yang dilakukan adalah perancangan proses flow diagram yang terdapat pada fungsi teknik Perum DAMRI Bandung. Pada

Kebangkitan yang dipahami sebagai peristiwa yang benar-benar terwujud dan akan dinyatakan pada masa yang akan datang, maka kebangkitan yang diwartakan oleh Paulus itu

DAFTAR ABSENSI PESERTA FESTIVAL KOMUNITAS MASYARAKAT BEROLAHRAGA 2017 KEMENTRIAN PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK