LAPORAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA AN. R DENGAN ASMA BRONCHIALE DI RUANG ANAK RSUD ANSARI SALEH
BANJARMASIN
NAMA : GUSTI KANZANIA FINANSI NIM : S.12.1019
AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat dan hidayahnya kepada kita semua, sehingga berkat karuniaNya penulis dapat mnyelesaikan laporan kasus berjudul “Asuhan Kebidanan Pada An. R Dengan Asma Bronchiale”, di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
Dalam penulisan ini saya banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga laporan ini dapat selesai pada waktunya. Oleh karena itu pada kesempatan ini saya ucapkan terima kasih kepada:
1. Ibu Anggrita Sari, S.Si.T., M.Pd., M.Kes, selaku direktur Akbid Sari Mulia Banjarmasin.
2. Ibu Nurul Hidayah, SST, selaku bagian praktik klinik AKBID Sari mulia Banjarmasin.
3. Ibu Fitriadi, AMK selaku Pembimbing Klinik (CI)
4. Ibu selaku Pembimbing Pendidikan (CT) yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.
5. Serta seluruh pihak yang membantu penulisan laporan ini.
Penulisan laporan ini saya rasakan masih jauh dari kesempurnaan, maka saya mohon saran dan kritiknya dari pembaca sekalian. Akhir kata saya berharap penulisan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua, amin.
Banjarmasin,...2015
DAFTAR ISI
Halaman Judul
Halaman Pengesahan...ii
Kata Pengantar...iii
Daftar Isi... v
BAB I Pendahuluan...1
A. Latar Belakang Masalah...1
B. Tujuan Umum dan Tujuan Khusus...2
C. Manfaat...3
BAB II TINJAUAN TEORI...4
A. Pengertian...4
B. Etiologi... 7
C. Patofisiologi...8
D. Manifestasi Klinik...9
E. Tanda Gejala...23
F. Kemungkinan Komplikasi...23
G. Penatalaksanaan...24
BAB III Tinjauan Kasus...25
A. Subjektif Data...25
B. Objektif Data...28
C. Analisis Data...32
D. Penatalaksanaan...32
E. Implementasi...33
BAB IV Pembahasan...36
BAB V Penutup...38
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengertian asma menurut Sujono Nyandi adalah suatu peradangan pada bronkus akibat reaksi hipersensitivitas mukosa bronkus terhadap bahan allergen. Meskipun asma sudah diperkenalkan oleh Hippocrates lebih dari 2000 tahun, tetapi sampai sekarang penyakit ini masih menjadi masalah dalam kesehatan. Bukan saja dari banyaknya kasus-kasus asma dimasyarakat yang tidak terdiagnosis, yang sudah terdiagnosis pun masih belum mendapatkan pengobatan yang baik ( Sundaru. H, 2006).
Asma adalah penyakit jalan nafas obstruksi intermiten, reversibel dimana trakea dan bronki berespon dalam secara hiperaktif terhadap stimuli tertentu. Gejala utama adalah nafas terengah-engah disertai dengan bunyi
(mengi=wheezing ), batuk dan sesak nafas. Penyakit asma dapat menyerang pada semua golongan umur ( Smletzer. dkk, 2009)
Sedangkan pada tahun 2008 penderita asma bronkial tidak masuk dalam 10 besar. Meski asma dapat berakibat fatal, lebih sering lagi asma menggangu, mempengaruhi kehadiran sekolah, pilihan pekerjaan, aktivitas fisik, dan banyak aspek kehidupan lainnya ( Cissy, B. Kartasasmita, 2008 ).
Upaya yang paling penting dalam penyembuhan dengan perawatan yang tepat merupakan tindakan yang utama dalam menghadapi pasien dengan asma bronkial untuk mencegah komplikasi yang lebih fatal dan di harapkan pasien dapat segera sembuh kembali. Intervensi yang utama adalah mencegah ketidakefektifan jalan nafas. Agar perawatan berjalan dengan lancar maka di perlukan kerjasama dengan tim kesehatan yang lain, serta dengan melibatkan pasien dan keluarga. Berhubungan dengan hal tersebut di atas, penulis tertarik memberikan asuhan keperawatan pada klien An. R dengan asma bronkhiale di ruang anak RSUD ansari saleh banjarmasin dengan metode masalah yang sistematis melalui proses keperawatan.
B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Melaksanakan asuhan kebidanan kepada pasien anak dengan Asma Bronchiale Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan objektif pada kasus pasien anak dengan Asma Bronchiale Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
b. Melakukan penyusunan rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara subjektif dan objektif pada pasien anak dengan Asma Bronchiale Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
objektif kepada pasien anak dengan Asma Bronchiale Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
d. Melakukan tindakan dan evaluasi berdasarkan seluruh kegiatan pengkajian yang telah dilakukan kepada pasien anak dengan Asma Bronchiale Di Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
C. MANFAAT
1. Instansi Pelayanan
Memberikan informasi secara objektif tentang pasien anak dengan Asma Bronchiale sehingga dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada pasien anak dengan masalah serupa.
2. Instansi Pendidikan
Menambah dokumentasi pada perpustakaan serta dapat dikembangkan lebih luas untuk penelitian selanjutnya.
3. Keluarga
Menambah pengetahuan keluarga tentang penyakit asma bronchiale.
A. Pengertian
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet, 2008)
B. Klasifikasi Asma
1. Berdasarkan kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi : a. Asma bronkhiale
Asthma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap bebagai macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara sepontan atau setelah mendapat pengobatan.
Yakni suatu asma yang refraktor terhadap obat-obatan yang konvensional (Smeltzer, 2001). status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored (perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea. Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth, 2001).
c. Asthmatic Emergency
Yakni asma yang dapat menyebabkan kematian.
2. Menurut Global Initiative for Asthma (GINA) (2006) penggolongan asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu:
a. Asma Intermiten (asma jarang) 1) gejala kurang dari seminggu 2) serangan singkat
3) gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan 4) FEV 1 atau PEV > 80%
5) PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30% b. Asma mild persistent (asma persisten ringan)
1) gejala lebih dari sekali seminggu
2) serangan mengganggu aktivitas dan tidur 3) gejala pada malam hari > 2 kali sebulan 4) FEV 1 atau PEV > 80%
5) PEF atau FEV 1 variabilitas < 20% – 30%
1) gejala setiap hari
2) serangan mengganggu aktivitas dan tidur 3) gejala pada malam hari > 1 dalam seminggu 4) FEV 1 tau PEV 60% – 80%
5) PEF atau FEV 1 variabilitas > 30% d. Asma severe persistent (asma persisten berat)
1) gejala setiap hari 2) serangan terus menerus
3) gejala pada malam hari setiap hari 4) terjadi pembatasan aktivitas fisik 5) FEV 1 atau PEF = 60%
6) PEF atau FEV variabilitas > 30%
3. Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006), yaitu:
a. Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada akhir ekspirasi,
b. Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring sepanjang ekspirasi dan kadang -kadang terdengar pada saat inspirasi,
c. Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop, d. Serangan asma dengan ancaman henti nafas, tampak kebingunan,
sudah tidak terdengar mengi dan timbul bradikardi.
serangan asma berat, bahkan serangan asma berat yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian
C. ETIOLOGI ASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang menonjol pada penderita Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.
1. Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).
a. Faktor ekstrinsik (alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
b. Faktor intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common cold,infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan dapat mencetuskan serangan.
c. Asma gabungan
Bentuk asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan non-alergik
2. Menurut The Lung Association of Canada, ada dua faktor yang menjadi pencetus asma :
a. Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan peradangan. Trigger dianggap menyebabkan gangguan pernapasan akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis intrinsik.
saluran pernapasan akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
b. Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan (inflamasi) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari saluran pernapasan. Inducerdianggap sebagai penyebab asma yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit diatasi. Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam bentuk ingestan (alergen yang masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan (alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang didapat melalui kontak dengan kulit ( VitaHealth, 2006).
3. Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
a. Faktor predisposisi Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa diturunkan.
b. Faktor presipitasi 1) Alergen
a) Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
b) Ingestan, yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin, ACE- inhibitor, kromolin).
c) Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh : perhiasan, logam dan jam tangan
Pada beberapa orang yang menderita asma respon terhadap Ig E jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.
2) Olahraga
3) Infeksi bakteri pada saluran napas
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem bronkial.
4) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
5) Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.
6) Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfer yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma. Kadangkadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan, musim kemarau.
D. PATOFISIOLOGI ASMA
bersifat difus, obstruksi menyebabkan perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
E. MANIFESTASI KLINIS ASMA
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma sendiri dapat digolongkan menjadi :
1. Asma tingkat I
2. Asma tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh dari serangan asma.
3. Asma tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4. Asma tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang berat dengan gejala-gejala yang makin banyak antara lain :
a. Kontraksi otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
b. Sianosis c. Silent Chest
d. Gangguan kesadaran e. Tampak lelah
f. Hiperinflasi thoraks dan takhikardi 5. Asma tingkat V
F. KOMPLIKASI ASMA
Komplikasi yang kemungkinan dapat terjadi pada penderita asma adalah: 1. Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas 2. Chronic persisten bronchitis mengancam hidup (Smeltzer & Bare, 2002).
G. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berikut adalah pemeriksaan penhunjang pada pasien dengan asma, yaitu: 1. Pemeriksaan sputum
Pada pemeriksaan sputum ditemukan :
a. Kristal –kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari kristal eosinofil.
b. Terdapatnya Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang bronkus
c. Terdapatnya Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus d. Terdapatnya neutrofil eosinofil
2. Pemeriksaan darah
a. Pada pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
b. Gas analisa darah
Terdapat hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2 maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk
d. Hiponatremi 15.000/mm3 menandakan terdapat infeksi
e. Pada pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan menurun pada waktu penderita bebas dari serangan.
f. Pemeriksaan tes kulit untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang positif pada tipe asma atopik.
3. Foto rontgen
a. Pada umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma, gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah, dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
b. Bila disertai dengan bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah c. Bila terdapat komplikasi emfisema (COPD) menimbulkan seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b. Terjadi penambahan volume paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun, sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
5. Elektrokardiografi
a. Gambaran elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
2) Terdapatnya tanda-tanda hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
3) Tanda-tanda hipoksemia yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.
H. PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan berkonsoltasi pada tim kesehatan.
b. Menghindari faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi klien.
c. Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan fibrasi dada.
2. Pengobatan farmakologik a. Agonis beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika 3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit. Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ). b. Metil Xantin
memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
c. Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol ( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
d. Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma, khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
e. Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis 2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
f. Iprutropioum bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
3. Pengobatan selama serangan status asthmatikus a. Infus RL : D5 = 3 : 1 tiap 24 jam
b. Pemberian oksigen 4 liter/menit melalui nasal kanul
c. Aminophilin bolus 5 mg / kg bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence (20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
BAB III
Tinjauan Kasus
Asuhan Kebidanan Pada Anak R Dengan Asma Bronchiale
Hari/tanggal pengkajian : Rabu/28 Januari 2015
Pukul : 12.00 WITA
Tempat pengkajian : Ruang Anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin
2. Keluhan Utama
Orangtua mengatakan anaknya sesak nafas ± 1 hari, disertai batuk berdahak, sudah berobat tadi malam namun kambuh lagi.
3. Riwayat Prenatal
a. Kehamilan ke : 3 b. Tempat ANC : Bidan c. Imunisasi TT : lengkap
d. Obat-Obatan yang pernah diminum selama hamil : Vitamin dan tablet tambah darah
e. Penerimaan Ibu/Keluarga Terhadap kehamilan : baik f. Masalah yang pernah dialami ibu saat hamil
N
c. Masalah saat persalinan : Tidak ada
d. Cara Persalinan : Sectio caesarea e. Lama persalinan
Kala 1 :
-Kala II :
-f. Keadaan bayi saat lahir
Keadaan umum : Baik
Segera menangis/tidak : Segera menangis
BB lahir/PB Lahir : 3200 gr/50 cm
5. Riwayat Kesehatan a. Anak
Orang tua mengatakan anaknya pernah masuk rumah sakit untuk perawatan asma yang dialaminya
b. Keluarga
Orang tua mengatakan dari pihak keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit seperti anaknya
6. Status Imunisasi
7. Tumbuh kembang
Personal sosial : Berjalan dan bermain dengan lincah Motorik halus : Mengidentifikasi gambar, mampu
mengingat dan
menjelaskan peristiwa yang telah lampau Bahasa : Mampu berbicara dengan lancar dengan
kosa kata
banyak, dapat mengenali dan menuliskan namanya,
banyak bicara dan sering bertanya Motorik kasar : Melepas dan memakai pakaian sendiri Tes perilaku : Memilih teman-temannya, mampu bermain sendiri, memiliki kesukaan sendiri
8. Data Kebutuhan Biologis a. Kebutuhan Nutrisi
Jenis Makanan dan Minuman : Nasi, lauk pauk, sayuran
dan terkadang ditambah buah.
Banyaknya : ½ porsi/sesuai kebutuhan
Masalah : Tidak ada
Minuman
Jenis : Susu, minuman manis dan
air putih
Frekuensi : Sesuai kebutuhan
Banyaknya : Sesuai kebutuhan
Masalah : Tidak ada
b. Kebutuhan Eliminasi BAB
Frekuensi : 1x sehari
Konsistens i : Lembek
Warna : Coklat tua
Masalah : Tidak ada
BAK
Frekuensi : 2-3x sehari
Warna : kuning muda
Bau : Khas urin
Masalah : Tidak ada
c. Personal Hygiene
Frekuensi Ganti pakaian : sesuai kebutuhan
d. Tidur dan stirahat
Malam : 7-8 jam
Siang : 1-2 jam
Masalah : Tidak ada
9. Data Psikososial dan Spiritual Orang Tua/Keluarga
a. Tanggapan orangtua terhadap keadaan anaknya: cemas
b. Tanggapan anak terhadap penyakitnya :belum mengerti tentang keadaannya
c. Pengambil keputusan dalam keluarga: ayah
d. Pengetahuan keluarga tentang perawatan anak: petugas kesehatan
B. OBJEKTIF DATA 1. Pemeriksaan umum
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : compos mentis
c. Tanda Vital : N 120 x/menit
S 36,3 °C
R 40 x/menit
2. Pemeriksaan Antropometri
a. BB : 13 kg
b. TB : 73 cm
1) Kepala : kulit kepala tampak bersih, tidak ada massa
2) Muka : tampak simetris, muka tampak pucat 3) Mata : tampak simetris, konjungtiva
tidak
nampak pucat, sklera tidak ikterik
4) Telinga : tampak simetris, tidak tampak pengeluaran
serumen
5) Hidung : tidak tampak pengeluaran sekret, tidak ada
pergerakan cuping hidung
6) Mulut : bibir pucat tidak ada karies gigi, lidah
bersih, mukosa mulut dan bibir
lembab, tidak ada pendarahan gusi
7) Leher : tidak tampak pembesaran vena jugularis
dan tidak tampak pembengkakan
kelenjar limfe
8) Dada : tampak simetris dan ada retraksi dada
9) Abdomen : datar, turgor cepat kembali 10) Genetalia : tidak ada kelainan
11) Ekskremitas : tidak oedem b. Palpasi
pembesaran kelenjar limfe
2) Abdomen : tidak terdapat nyeri perut
3) Ekskremitas : tidak teraba oedem dan varises, hangat
c. Auskultasi
1) Dada : terdengar wheezing dan tidak terdengar rhonkii
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil pemeriksaan darah laboratorium RSUD dr. H. Moch Ansari Saleh tanggal 28 januari 2015:
Para Result Ref. Range
WBC 8.8 X 10^3/uL 4.0-12.0
Lymph# 1.1 X 10^3/uL 0.8-7.0
Mid# 0.4 X 10^3/uL 0.1-1.5
Gran# 7.3 X 10^3/uL 2.0-8.0
Lymph% I 12.1 % 20.0-60.0
Mid% 4.7 % 3.0-15.0
Gran% H 83.2 % 50.0-70.0
HGB L 10.2 g/dL 12.0-16.0
RBC 3.57 X 10^6/uL 3.50-5.20
HCT L 30.9 % 35.0-49.0
MCV 86.7 fL 80.0-100.0
MCH 28.5 Pg 27.0-34.0
MCHC 33.0 g/dL 31.0-37.0
RDW-CV 13.8 % 11.0-16.0
RDW-SD 45.1 fL 35.0-56.0
PLT 277 X 10^3/uL 100-300
PDW 15.1 9.0-17.0
PCT 0.199 % 0.108-0.282
C. Analisa Data
1. Diagnosa : An. R 3,4 th dengan asma bronchiale periode
Sedang hari ke-1
2. Masalah : cemas, sesak
3. Kebutuhan : KIE, health education dan terapi
D. Penatalaksanaan
1. Memberitahukan kepada orang tua hasil pemeriksaan anaknya, yaitu:
a. Nadi : 120 x/menit
b. Suhu : 36,3 °C
c. Respirasi : 40 x/menit
d. Berat badan : 13 kg
e. Pada pemeriksaan fisik, hidung tidak terdapat pergerakan cuping hidung dan pada dada terdapat retraksi atau penarikan berlebihan dinding dada. f. Terdengar bunyi melengking/mengi
saat pengeluaran nafas.
“Ibu mengetahui dan mengerti hasil pemeriksaan anaknya”
2. Menjelaskan pada orangtua mengenai tanda gejala asma, yaitu:
a. Nafas yang berbunyi ngik-ngik b. Batuk-batuk
c. Nafas pendek tersengal-sengal d. Sesak dada
3. Mengatur posisi pasien semi fowler atau direbahkan dengan bagian belakang leher diganjal dengan tujuan untuk melegakan jalan nafas dan mengurangi sesak
“Anak telah diposisikan semi fowler”
4. Memberitahu orangtua agar menjaga pola istirahat anaknya “Orang tua mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat.”
5. Memberitahu orangtua untuk tetap memberikan nutrisi yang adekuat kepada anaknya
“Orangtua mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat”
6. Memberitahu orangtua agar selalu menjaga personal hygiene anaknya.
“Orangtua mengerti dan akan mengikuti anjuran perawat”
7. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak mengenai pemberian terapi dan MRS :
a. Anak dijadwalkan untuk masuk ke ruang anak pada tanggal 28 januari 2015 untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut.
b. Pemberian terapi :
1) Infus D5 ¼ NS 10 tpm sebagai pemenuhan kebutuhan cairan.
2) Injeksi dexamethasone 3x4 mg sebagai anti infamasi dan anti alergi
Catatan Perkembangan
NO TANGGAL Tidakan
1 Selasa, 29 januari 2015
S:
Orangtua pasien mengatakan sesak yang dirasakan oleh anaknya mulai berkurang dan anaknya mulai terlihat segar
O:
Keadaan umum :Baik
Kesadaran :Compos Mentis Nadi :87x/m
Hidung :Tidak ada pergerakan
An. R dengan asma bronchiale hari ke-2 P:
- Memberikan KIE dengan pasien dan keluarga mengenai pemberian terapi dan perawatan yag akan dilakukan “keluarga mengetahui hasil pemeriksaan”
- Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan tetang pemberian terapi
- Nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc NaCl sebagai pengurang gejala asma dan melegakan saluran nafas 2 Rabu, 30
januari 2015
S:
Orangtua mengatakan anaknya sudah tidak merasa sesak lagi
O:
Keadaan umum :Baik
Respirasi :22x/m
An. R dengan asma bronchiale hari ke-3 P:
- Memberikan KIE dengan pasien dan keluarga mengenai pemberian terapi dan perawatan yag akan dilakukan “keluarga mengetahui hasil pemeriksaan”
- Berkolaborasi dengan dokter spesialis kandungan tetang pemberian terapi
- Nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc NaCl sebagai pengurang gejala asma dan melegakan saluran nafas
BAB IV PEMBAHASAN
Asma merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh faktor risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang (Almazini, 2012).
Menjelaskan pada orangtua mengenai tanda gejala asma, yaitu nafas yang berbunyi ngik-ngik, batuk-batuk, nafas pendek tersengal-sengal, sesak dada
Dilakukan pemeriksaan pada An. R 3,4 th dengan asma bronchiale. Diagnosis ini didapatkan dari pengkajian secara langsung maupun tidak langsung kepada pasien. Keadaan umum : baik, Kesadaran: compos mentis, Nadi: 120 x/menit, Suhu:36,3 °C, Respirasi: 40 x/menit, Berat badan: 13 kg. BB : 13 kg, TB : 73 cm. Tidak terdapat pergerakan cuping hidun dan terdapat retraksi dada dan terdapat bunyi mengi/melengking saat bernafas. Melakukan kolaborasi dengan dokter spesialis anak dalam melakukan terapi Infus D5 ¼ NS 10 tpm sebagai pemenuhan kebutuhan cairan. Injeksi dexamethasone 3x4 mg sebagai anti inflamasi dan anti alergi, nebulasi dengan ventolin ½ ampul + 2 cc NaCl sebagai pengurang gejala asma dan melegakan saluran nafas Perawatan sehari-hari dilanjutkan hingga kedaan umum anak membaik.
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Mahasiswa melaksanakan asuhan kebidanan kepada An. R dengan asma bronchiale di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin, yaitu melakukan perawatan harian seperti mengganti infus, memberikan obat-obatan sesuai arahan dokter dan lain sebagainya.
2. Mahasiswa melakukan pengkajian dan pengumpulan data secara subjektif dan objektif kepada An. R dengan asma bronchiale di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin. Didapatkan hasil data subjektif anak mengeluhkan sesak nafas dan lemah, data objektif didapatkan keadaan umum anak lemah, nafas cepat serta disertai tarikan dinding dada dan suara mengi saat bernafas.
3. Mahasiswa menyusun rencana asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa yang didapatkan setelah melakukan pengkajian secara subjektif dan objektif kepada An. R di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin. An. R didiagnosa menderita asma bronchiale oleh dokter Sp.A. Rencana asuhan yang diberikan adalah anak akan dirawat selama beberapa hari sambil terus dipantau kemajuan perkembangannya. Selama dirawat anak akan diberikan perawatan berupa pemasangan infus, pemberian obat-obatan secara intra vena, terapi inhalasi dan istirahat di ruangan yang telah dipersiapkan.
maupun objektif kepada An. R dengan asma bronchiale di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin.
5. Mahasiswa dapat melaksanakan tindakan dan evaluasi berdasarkan seluruh kegiatan pengkajian yang telah dilakukan An. R dengan asma bronchiale di ruang anak RSUD Ansari Saleh Banjarmasin. An. R berangsur-angsur pulih dan keluhan atas penyakit asmanya tidak ada lagi. Setelah dirawat selama 3 hari anak telah dinyatakan pulih oleh dokter dan diperbolehkan pulang .
B. Saran
1. Instansi Pelayanan
Memberikan informasi secara objektif tentang An. R dengan asma bronchiale di ruang anak sehingga dapat menjadi pedoman dalam memberikan pelayanan kepada pasien dan memberikan pendidikan kesehatan untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu hamil dengan masalah serupa.
2. Instansi Pendidikan
Menambah dokumentasi pada perpustakaan serta dapat dikembangkan lebih luas untuk penelitian selanjutnya.
3. Keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma
Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Carpenito, L.J. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi
6. Jakarta: EGC
Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
GINA (Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma Management
Johnson, M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Linda Jual Carpenito, 2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer, A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta: Media
Aesculapius
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey:Upper Saddle River
Purnomo. 2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin, F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Sundaru H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM