• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

LANDASAN TEORI

2.1 Kajian Pustaka

Kajian pustaka adalah peninjauan kembali pustaka – pustaka yang terkait. Sesuai

dengan pengertian tersebut, suatu tinjauan pustaka berfungsi sebagai peninjauan kembali

(review) pustaka tentang masalah yang berkaitan, tidak selalu harus tepat dan identik

dengan bidang permasalahan yang dihadapi tetapi termasuk pula yang seiring dan

berkaitan.

2.1.1 Manajemen

Menurut G.R. Terry (2000) ilmu manajemen adalah suatu ilmu yang mempelajari

tentang proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu

kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang

nyata. Menurut kamus besar Indonesia, manajemen juga mempunyai pengertian sebagai

suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana

mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang

diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk

menggunakan pengetahuan manajemen.

Menurut Mary Parker Follet yang dikutip oleh Handoko (2000) ilmu manajemen

adalah suatu pengetahuan yang mempelajari seni untuk melaksanakan suatu pekerjaan

melalui orang lain. Definisi tersebut mengandung perhatian pada kenyataan bahwa para

manajer mencapai suatu tujuan organisasi dengan cara mengatur orang-orang lain untuk

(2)

melaksanakan apa saja yang perlu dalam pekerjaan itu, bukan dengan cara

melaksanakan pekerjaan itu oleh dirinya sendiri.

Menurut James A.F.Stoner yang dikutip oleh Hasibuan (2004) manajemen adalah

suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan pengendalian upaya

anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi untuk mencapai

tujuan yang telah ditetapkan.

2.1.1.1 Fungsi Manajemen

Menurut Hasibuan (2004) manajemen juga memiliki fungsi antara lain :

1. Perencanaan (planning)

Merupakan kegiatan yang berkaitan dengan pemilihan alternatif-alternatif,

kebijaksanaan-kebijaksanaan, prosedur-prosedur, dan program-program sebagai

bentuk usaha untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai.

4(empat) tingkat kemampuan dasar dalam kegiatan perencanaan:

Insight: kemampuan untuk menghimpun fakta dengan jalan mengadakan

penyelidikan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang

direncanakan.

Forsight: kemampuan untuk memproyeksikan atau menggambarkan jalan atau

cara-cara yang akan ditempuh, memperkirakan keadaan-keadaan yang mungkin

(3)

Studi eksploratif: kemampuan untuk melihat segala sesuau secara keseluruhan,

sehingga diperoleh gambaran secara integral dari kondisi yang ada.

Doorsight: kemampuan untuk mengetahui segala cara yang dapat menyamarkan

pandangan, sehingga memungkinkan untuk dapat mengambil keputusan.

Selain itu Hasibuan (2004) juga menyatakan bahwa perencanaan jangka panjang

memiliki 2 karakteristik utama, yaitu:

 Tujuan dan sasaran: merupakan dasar bagi strategi perusahaan

 Peramalan (forecasting) jangka panjang: langkah awal sebelum membuat

perencanaan

2. Pengorganisasian (organizing)

Merupakan suatu tindakan atau kegiatan menggabungkan seluruh potensi yang

ada dari seluruh bagian dalam suatu kelompok orang atau badan atau organisasi

untuk bekerja secara bersama-sama guna mencapai tujuan yang telah ditentukan

bersama, baik untuk tujuan pribadi atau tujuan kelompok dan organisasi. Dalam

pengorganisasian dikenal istilah KISS (koordinasi, integrasi, simplifikasi, dan

sinkronisasi) dalam rangka menciptakan keharmonisan dalam kegiatan

organisasi.

3. Pelaksanaan atau penerapan (actuating)

Merupakan implementasi dari perencanaan dan pengorganisasian, dimana

(4)

bekerja secara bersama-sama sesuai dengan bidang masing-masing untuk dapat

mewujudkan tujuan.

4. Pengawasan (controlling)

Merupakan pengendalian semua kegiatan dari proses perencanaan,

pengorganisasian dan pelaksanaan, apakah semua kegiatan tersebut memberikan

hasil yang efektif dan efisien serta bernilai guna dan berhasil guna.

2.1.1.2 Peran Manajemen

Menurut Henry Mintzberg dan Hasibuan (2004) peran manajemen yaitu :

1. Peran Interpersonal :

peran hubungan personal dapat terdiri dari :

 figur kepala (figur head) : manajer mewakili organisasi untuk kegiatan-kegiatan

diluar organisasi.

 Pemimpin (leader) : manajer mengkoordinasi, mengendalikan, memotivasi, dan

mendukung bawahan- bawahannya.

 penghubung (liaison) : manajer menghubungkan orang - orang di semua

tingkatan manajemen.

2. Peran Informational : peran dari manajer sebagai pusat syaraf (nerve center)

organisasi untuk menerima informasi yang paling mutakhir dan sebagai penyebar

(5)

lainnya adalah manajer sebagai juru bicara (spokesman) untuk menjawab

pertanyaan-pertanyaan tentang informasi yang dimilikinya.

3. Peran decisional : yang dilakukan oleh manajer adalah sebagai entreprenuer,

sebagai orang yang menangani gangguan, sebagai orang yang mengalokasikan

sumber-sumber daya organisasi, dan sebagai negosiator jika terjadi konflik di

dalam organisasi.

2.1.2 Perusahaan

Istilah perusahaan untuk pertama kalinya terdapat pada pasal 6 KUH dagang

yang mengatur mengenai penyelenggaraan pencatatan yang wajib yang dilakukan oleh

setiap orang yang menjalankan perusahaan (Wibowo Tunardy : 2012).

Secara umum perusahaan (business) adalah suatu organisasi di mana sumber daya

(input), seperti bahan baku dan tenaga kerja diproses untuk menghasilkan barang dan

jasa (output) bagi pelanggan. Tujuan dari perusahaan secara umum ialah

laba/keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara jumlah yang diterima dari pelanggan

atas barang atau jasa yang dihasilkan dengan jumlah yang dikeluarkan untuk membeli

sumber daya alam dalam menghasilkan barang atau jasa tersebut.

Menurut pendapat Swastha dan Sukotjo (2002 : 12) definisi atau pengertian

perusahaan adalah suatu organisasi produksi yang menggunakan dan mengkoordinir

sumber-sumber ekonomi untuk memuaskan kebutuhan dengan cara yang

menguntungkan.

Menurut pendapat Molengraaff dan Permana (2009) definisi perusahaan adalah

(6)

memperoleh penghasilan dengan cara memperdagangkan atau menyerahkan barang atau

mengadakan perjanjian perdagangan.

2.1.2.1 Pihak-Pihak yang berkepentingan

Menurut Hirdinis (2010) ada beberapa pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan, yaitu perorangan atau entitas yang mempunyai kepentingan dalam

menentukan kinerja perusahaan. Pihak – pihak itu terdiri dari:

1. Pemilik (owners)

Pihak yang menginvestasikan sumber dayanya.

2. Manajer (manager)

Orang yang diberi kewenangan oleh pemilik untuk mengoperasikan perusahaan.

3. Karyawan (employee)

Orang-orang yang memberikan jasanya kepada perusahaan sehingga mereka

memperoleh upah.

4. Pelanggan (customers)

Pihak yang membeli/mengkonsumsi barang/jasa yang dijual/dihasilkan

perusahaan.

5. Kreditor (creditors)

Pihak yang menginvestasikan sumber dayanya melalui pemberian kredit.

6. Pemerintah (government)

(7)

2.1.3 Surat Kabar

Surat kabar adalah media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis

media massa lainnya. Koran (dari bahasa Belanda: Krant, dari bahasa Perancis courant)

atau surat kabar adalah suatu penerbitan yang ringan dan mudah dibuang, biasanya

dicetak pada kertas berbiaya rendah yang disebut kertas Koran yang berisi berita-berita

terkini dalam berbagai topik.

Kata lain dari surat kabar yaitu Koran. Media cetak yang biasanya terbit harian,

didalamnya berisi berita-berita terkini dalam berbagai topik. Koran pertama kali dikenal

pada tahun 59 SM, yaitu kaisar Julius Caesar yang bertajuk “Acta Diurna”.

2.1.4 Pemasaran

Menurut Kotler (2009) inti dari pemasaran adalah mengidentifikasi dan memenuhi

kebutuhan manusia dan sosial. Dan menurut Jain (2000) yang dikutip oleh Hasibuan

(2004) secara substantif pemasaran (atau manajemen pemasaran) dan pemasaran

stratejik memiliki perbedaan dalam beberapa aspek seperti kerangka waktu, proses

keputusan, hubungan dengan lingkungan dan lainnya.

Menurut American Marketing Association ( AMA ) yang terdapat dalam Kotler

(2009:5) menawarkan definisi formal berikut : “Pemasaran adalah suatu fungsi

organisasi dan serangkaian proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan

memberikan nilai kepada pelanggan dan untuk mengelola hubungan pelanggan dengan

(8)

berpendapat bahwa dalam pemasaran akan terjadi beberapa kemungkinan dalam

permintaan, antara lain yaitu :

1. Permintaan negative

Konsumen tidak menyukai produk dan mungkin bahkan berusaha

menghindarinya.

2. Permintaan yang tidak ada

Konsumen mungkin tidak sadar akan adanya produk atau tidak tertarik pada

produk.

3. Permintaan laten

Konsumen mungkin memiliki suatu kebutuhan yang kuat yang tidak bisa

dipenuhi oleh produk yang ada.

4. Permintaan menurun

Konsumen mulai jarang membeli produk atau tidak membeli sama sekali.

5. Permintaan tidak teratur

Konsumen membeli secara musiman, bulanan, mingguan, harian, atau bahkan

dalam hitungan jam.

6. Permintaan penuh

Konsumen membeli semua produk yang memasuki pasar.

7. Permintaan berlimpah

Konsumen mau membeli produk lebih lebih banyak dari pada produk yang ada.

8. Permintaan tak sehat

Konsumen mungkin tertarik pada produk yang memiliki konsekuensi social yang

(9)

Dalam perusahaan, bisnis mendemonstrasikan bagaimana produk yang dihasilkan

dapat membantu pembeli dalam mencapai pendapatan yang tinggi atau biaya yang lebih

rendah . Iklan dapat memainkan peran penting , namun tenaga pemasaran, harga, dan

reputasi perusahaan dalam kehandalan dan kualitas mungkin memainkan peran yang

lebih besar dan penting.

Sumber : Philip kotler dan Kevin lane keller (2009 : 9)

Gambar 2.1 Sistem Pemasaran Sederhana

2.1.5 Pemasaran Berbasis Nilai

Menurut Ir. Crown Dirgantoro yang di kutip oleh Yuliati (2006) pergeseran cara

pandang pemasaran kepada pemasaran berbasis nilai juga telah membawa perubahan

pada metode penilaian korporasi. Seiring dengan maraknya fenomena merger dan

akuisisi perusahaan di dalam dunia bisnis yang menuntut keakuratan dan ketepatan

penilaian nilai suatu perusahaan secara keseluruhan. Industri

(sekumpulan penjual)

Pasar

( sekumpulan Pembeli) Barang atau

(10)

Para manajer sering menetapkan sasaran kemana para karyawan diharapkan

bekerja dan nilai adalah sasaran yang ditetapkan oleh organisasi/ perusahaan saat ini

untuk membantu perusahaan mencapai strategi mereka. Nilai berfungsi sebagai kompas

(pedoman) guna mengarahkan perilaku karyawan ke arah penetapan sasaran, nilai

membantu karyawan menerjemahkan nilai ke dalam kinerja pekerjaan yang spesifik,

nilai menjelaskan aktivitas mana yang sangat terkait dengan nilai -nilai dan sasaran

perusahaan; nilai memberikan penghargaan kepada karya wan yang mengejar nilai-nilai

perusahaan.

Orientasi pada penjualan semata hanya akan menaikkan pendapatan dalam

jangka pendek dan tidak dalam jangka panjang. Memberikan nilai merupakan upaya

untuk mempertahankan pendapatan yang tinggi untuk waktu yang panjang. Agar dapat

terus mempertahankan keberadaan dalam jangka panjang dan memperoleh pendapatan

serta kemampu labaan pada tingkat yang diinginkan maka berikanlah nilai kepada

pelanggan dan jangan sekedar menjual semata. Dalam Jurnal yang dibahas oleh Yuliati

(2006) dijabarkan beberapa perbedaan pemasaran berbasis nilai budaya Amerika dan

nilai alternative, dapat dilihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Nilai – nilai dan kemungkinan alternative di Amerika

Nilai Budaya Amerika Nilai – Nilai Alternatif Individu-individu dapat mempengaruhi

(11)

memenuhi tujuan (etis) persyaratan keberhasilan. Harapan,

kewajiban utama terhadap keluarga dan temannya

Para karyawan dapat dipindah apabila mereka tidak nampak baik

Perpindahan seorang karyawan dari suatu posisi melibatkan kerugian besar atas prestise dan jarang dilakukan

Persaingan mendorong kinerja tinggi Persaingan mengarahkan

ketidakseimbangan dan ketidakharmonisan Sumber : Uci Yuliati (2006)

2. 1.6 Konsumen

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konsumen ialah : “ seseorang atau

sesuatu perusahaan yang membeli barang tertentu atau menggunakan jasa tertentu” atau

“ sesuatu atau seseorang yang menggunakan suatu persediaan atau sejumlah barang atau

jasa”.

Menurut Nasution (2005) dan Gaspersz (1997:73) pelanggan adalah semua orang

yang menuntut organisasi untuk memenuhi standar kualitas tertentu, dan karena itu

memberikan pengaruh pada kinerja organisasi. Oleh karena itu menurut Bean dan Maine

(dalam Nasution, 2005:46) pelanggan adalah: (1) orang yang tidak tergantung pada

perusahaan, tetapi sebaliknya; (2) orang yang membawa organisasi untuk mengikuti

(12)

pendapat Bean dan Maine (dalam Nasution, 2005:46), tidak ada seorangpun yang pernah

menang beradu argumentasi dengan pelanggan.

Pengertian lain dari konsumen adalah raja bagi perusahaan. Perusahaan

bagaimanapun juga harus dapat memuaskan customer sesuai dengan kemampuan

perusahaan tersebut . Istilah konsumen berasal dari bahasa Belanda (Konsument).

Sedangkan para ahli hukum mengartikan konsumen sebagai pemakai terakhir dari benda

dan jasa yang diserahkan kepada mereka oleh penguasa.

Didalam situs Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan tertulis bahwa

pengertian konsumen terdapat dalam Undang-undang tentang Perlindungan Konsumen

yaitu Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 yang selanjutnya disebut UUPK, berlaku

pada bulan April 2000. Dalam UUPK tersebut pengertian konsumen diatur dalam Pasal

1 angka 2, bahwa yang dimaksud konsumen adalah setiap orang pemakai barang

dan/jasa yang tersedia dalam masyarakat. Yang dimaksud barang adalah setiap benda

baik berwujud maupun tidak berwujud, baik bergerak maupun tidak bererak, dapat

dihabiskan maupun tidak dihabiskan, yang dapat diperdagangkan, dipakai, dipergunakan

atau dimanfaatkan.

Menurut Tjiptono dan Diana (2003:100-101) terdapat dua perspektif dalam

mendefinisikan pelanggan, yaitu perspektif tradisional dan perspektif TQM. Perspektif

tradisional, mendefinisikan pelanggan sebagai orang yang membeli dan menggunakan

produknya. Pelanggan tersebut merupakan orang yang berinteraksi dengan perusahaan

(13)

perusahaan sebelum tahap proses menghasilkan produk dipandang sebagai pemasok.

Pelanggan dan pemasok dalam perspektif tradisional merupakan entitas eksternal.

2.1.7 Tipe Pelanggan

Sheth & Mittal dalam Tjiptono (2001), mengelompokkan pelanggan kedalam 3

kategori, yaitu : user, buyer, dan payer. Kemudian tiga kategori ini diturunkan menjadi 9

tipe nilai pelanggan :

1. Performance value adalah kualitas hasil fisik dari penggunaan suatu produk atau jasa.

Dengan kata lain, tipe nilai ini mencerminkan kemampuan produk/jasa melaksanakan

fungsi fisik utamanya secara konsisten. Performance value terletak pada dan berasal dari

komponen fisik dan desain jasa.

2. Social value adalah manfaat produk/jasa yang bertujuan untuk memuaskan keinginan

seseorang dalam mendapatkan pengakuan atau kebanggaan sosial. Pelanggan yang

mengutamakan social value akan memilih produk/jasa yang mengkomunikasikan citra

yang selaras dengan teman- temannya atau menyampaikan citra sosial yang ingin

ditampilkannya.

3. Emotional value adalah kesenangan dan kepuasan emosional yang didapatkan user

dari produk/jasa.

4. Price value harga yang fair dan biaya-biaya financial lainnya yang berkaitan dengan

(14)

5. Credit value berupa situasi terbebas dari keharusan membayar kas pada saat

pembelian atau membayar dalam waktu dekat. Pada prinsipnya, nilai ini menawarkan

kenyaman berkenaan dengan pembayaran.

6. Financing value penawaran syarat dan finansial skedul pembayaran yang lebih

longgar dan terjangkau. Credit value lebih menekankan pada aspek keterjangkauan.

7. Service value berupa bantuan yang diharapkan pelanggan berkaitan dengan pembelian

produk/jasa.

8. Convinience value berupa penghematan waktu dan usaha yang dibutuhkan untuk

memperoleh produk/jasa.

9. Personalization value yang meliputi : menerima produk/jasa disesuaikan dengan

kondisi pelanggan dan memberikan pengalaman positif dari pelanggan.

2.1.8 Manajemen Hubungan Pelanggan

Menurut Kotler (2009) manajemen hubungan pelanggan adalah proses mengelola

informasi tentang pelanggan perorangan atau pelanggan bisnis secara seksama untuk

memaksimalkan loyalitas pelanggan. Memaksimalkan nilai pelanggan berarti

membangun hubungan jangka panjang dengan pelanggan. Perusahaan sekarang

berpindah dari pemasaran massal yang sia-sia kepada pemasaran yang lebih presisi

untuk membangun hubungan pelanggan yang kuat. Karena itulah berkembang

Manajemen Hubungan Pelanggan.

Manajemen hubungan pelanggan berusaha untuk menyediakan jembatan strategis

(15)

hubungan jangka penjang dengan pelanggan serta profitabilitas Manajemen hubungan

pelanggan dapat pula didefinisikan sebagai integrasi dari penjualan, pemasaran,

pelayanan yang terkoordinasi (Kalakota dan Robinson 2001).

Handen (2000) mengatakan bahwa CRM terdiri atas lima dimensi utama, yaitu

strategi, segmentasi, teknologi, proses, dan organisasi. Kelima dimensi tersebut

merupakan satu kesatuan yag tidak dapat dipisahkan.

CRM merupakan nilai dan strategi dari relationship marketing (RM) yang lebih

khusus menangani hubungan dengan pelanggan, dan dapat diterapkan dalam aplikasi

nyata. Manajemen hubungan pelanggan juga dapat diartikan sebagai suatu pendekatan

manajemen yang memungkinkan perusahaan untuk mengidentifikasi, menarik, dan

meningkatkan retensi pelanggan yang menguntungkan dengan mengelola hubungan

dengan pelanggan .

Manajemen hubungan pelanggan telah muncul untuk mendukung pandangan

bahwa “mengembangkan hubungan dengan pelanggan adalah cara terbaik untuk

membuat menjadi pelanggan setia dan pelanggan yang setia akan lebih menguntungkan

daripada pelanggan yang tidak setia” .Karena menurut beberapa artikel dan peneliti yaitu

untuk biaya untuk mendapatkan pelanggan baru lebih besar dari pada mempertahankan

pelanggan yang ada. Fungsi dari manajemen hubungan pelanggan ini antara lain :

1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang penting bagi pelanggan.

2. Mengusung falsafah customer-oriented (customer centric)

3. Mengadopsi pengukuran berdasarkan sudut pandang pelanggan

(16)

5. Menyediakan dukungan pelanggan yang sempurna

6. Menangani keluhan/komplain pelanggan

7. Mencatat dan mengikuti semua aspek dalam penjualan

8. Membuat informasi holistik tentang informasi layanan dan penjualan dari

pelanggan.

Menurut Handen (2000) keberhasilan CRM ditentukan oleh 3 faktor utama yaitu

Manusia, Proses dan teknologi. Dimana akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Manusia adalah faktor pertama, karena CRM sebenarnya adalah bagaimana

mengelola hubungan / relasi antar manusia, sehingga diperlukan ”personal

touch” atau sentuhan-sentuhan pribadi dan manusiawi. Diperlukan ”attitude” dan

semangat dari dalam pelaku bisnis untuk lebih proaktif menggali dan mengenal

pelanggannya lebih dalam agar dapat lebih memuaskan mereka.

2. Disamping itu dibutuhkan proses yaitu sistem dan prosedur yang membantu

manusia untuk lebih mengenali dan menjalin hubungan dekat dengan pelanggan.

Struktur organisasi, kebijakan operasional, serta sistem reward-punishment harus

dapat mencerminkan apa yang akan dicapai dengan CRM.

3. Baru setelah manusia dan prosesnya disiapkan, tehnologi diperkenalkan untuk

lebih membantu mempercepat dan mengoptimalkan faktor manusia dan proses

dalam aktifitas CRM sehari-hari. Perlu disadari bahwa tehnologi adalah alat

penunjang dalam melengkapi nilai tambah CRM.

Dengan melakukan manajemen hubungan pelanggan dapat merubah cara pandang

(17)

mendapatkan manfaat yang berbeda - beda walau harus mengeluarkan biaya yang

berbeda pula. Gamabar 2.2 menggambarkan biaya dan manfaat potensial yang dapat

diperoleh dari penerapan manajemen hubungan pelanggan.

Sumber : Zinkmund, Mc Leod,Gilbert (2003:6) dan Ariyanti (2006)

Gambar 2.2 Nilai Potensial dan Biaya

2.1.9 Customer Lifetime Value

Menurut Kotler (2009:146) Customer life time value (CLV) menggambarkan nilai

sekarang dari arus laba masa depan (net present value of the stream of future profit)

yang diharapkan selama pembelian seumur hidup pelanggan. Perusahaan harus

(18)

melayani pelanggan itu. Definisi customer lifetime value lainnya dikutip dari beberapa

ahli oleh Sitomorang (2010) seperti terdapat dibawah ini:

1. Penjumlahan keuntungan yang dihasilkan oleh seorang pelanggan dari serial

waktu pada periode waktu diskrit [ Mulhern 1999: 25-40 ].

2. Nilai hubungan pelanggan yang dinyatakan dalam monetary term [ Bell et al

2002: 80-1 ].

3. Discounted value dari masing-masing pelanggan pada expected lifetime sebagai

pelanggan suatu perusahaan [ Lovelock and Wirtz 2004: 354-5 ].

4. Penjumlahan dua net present value, yaitu return on acquisition spending dua

return on retention spending [ Ching et al 2004: 860-67 ].

5. Keuntungan yang diperolah perusahaan karena memiliki hubungan pelanggan

pada jangka waktu tertentu [Mengadaptasi Lovelock and Writz 2004: 354-5].

Perubahan paradigma pemasaran yang baru menyebabkan terjadinya transformasi

dari brand-centric manuju customer-centric dan sebagai konsekuensinya maka

identifikasi konsumen menjadi penting. Selain itu Sitomorang (2010) mengutip pendapat

dari [ Belt et al 2002:80-1] bahwa keberhasilan pemasaran tidak terlepas dari ukuran

finansial dikaitkan dengan customer lifetime value ( CLV ). Menurut

James.R.Sitomorang (2011) CLV merupakan pengembangan dari model terdahulu yang

dikenal dengan RFM (Recency, Frequency, and Monetary ). Elqorni (2010) juga

mengutip dari Bauer and Hammerschidt [ 2005: 331-48 ] bahwa Komponen dari

(19)

1. Retention rate : Merupakan tingkat kemungkinan konsumen akan menjadi loyal

untuk pembelian mendatang.

2. Revenue. Tingkat penjualan yang tercermin dari 4 katagori yaitu :

a. autonomous revenue.

b. Up-selling.

c. Cross-selling.

d. Contribution margin.

Costs. Adalah biaya yang dikeluarkan pada saat akuisisi konsumen pertama kali

dan dianggap sebagai sunk cost yang berhubungan pada perhitungan CLV.

2.1.10 Customer retention and acquisition

Menurut Kotler (2009) perusahaan yang berusaha memperbesar laba dan

penjualan harus menghabiskan cukup banyak waktu dan sumber daya untuk mencari

pelanggan baru. Meningkatnya retensi dan akuisisi pelanggan adalah prinsip-prinsip

menuju kesuksesan strategi pemasaran. Bagaimanapun, perusahaan membutuhkan

kehati-hatian untuk tidak membuat keputusan tentang akuisis dan retensi pelanggan

dalam sebuah isolasi yang memisahkan keduanya.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa akuisisi dan retensi pelanggan secara

jelas membentuk link. Karenanya, perusahaan jangan sekali-kali pernah menginginkan

hanya memaksimalkan tingkat akuisisi atau tingkat retensi saja dalam rangka

meningkatkan profitabilitas setelah diketahui retensi pelanggan terletak langsung kepada

apa yang dibutuhkan pelanggan. Hal tersebut hanya akan membiarkan pelanggan yang

(20)

perusahaan dalam jangka panjang. Dengan demikian adalah ideal untuk memaksimalkan

profit dari customer lifetime value dengan cara mengelola retensi dan akuisisi pelanggan

secara simultan.

2.1.11 Pengertian Akuisisi pelanggan

Menurut pendapat dari Suadmin (2011) akuisisi Pelanggan adalah proses

identifikasi, mendekati dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan baru. Penting

bahwa hubungan baru yang terbentuk diperoleh dari jenis hak pelanggan, dalam rangka

untuk memastikan masa depan yang berkelanjutan. Akuisisi sering digunakan untuk

menjaga ketersediaan pasokan bahan baku atau jaminan produk akan diserap oleh pasar.

Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti

pengambilalihan.Kata akuisisi aslinya berasal dari bahasa Latin, acquisitio, dari kata

kerja acquirere.

Mengakuisisi pelanggan baru dapat mengeluarkan biaya lima kali lipat lebih besar.

Pengakuisisian pelanggan baru memerlukan sejumlah besar usaha untuk membujuk

pelanggan yang sudah terpuaskan agar meningalkan pemasok lamanya, hal ini

dinyatakan oleh Kotler (2009).

Perusahaan yang berusaha memperbesar laba dan penjualannya harus

menghabiskan cukup banyak waktu dan sumber daya untuk mencari pelanggan baru.

Dalam hubungannya dengan pelanggan maka untuk dapat menarik pelanggan baru maka

perusahaan harus meningkatkan standar pelayanan sehingga dapat memenuhi kebutuhan

(21)

Untuk mengakuisisi pelanggan baru, maka bisnis harus menyelenggarakan

aktivitas pemasaran secara agresif. Hal ini mendorong bisnis dapat melakukan penetrasi

ke pasar secara luas. Dalam akuisisi pelanggan maka CRM memiliki posisi strategis

dalam program ini karena pemasar tidak bisa menembak semua pelanggan dengan satu

pesan yang seragam, tetapi harus personalized. Menurut Tom Osenton (2002) juga

mengingatkan agar seorang pemasar supaya berhati-hati mengirim pesan kepada

pelanggan. Informasi yang disebar haruslah sesuatu yang diinginkan (requested), relevan

(relevant), dan berarti (respectful).

Strategi akuisisi pelanggan ini memang harus diterapkan pada bisnis yang memang

baru berdiri dan ingin melakukan penetrasi pasar supaya dikenal. Selain itu, strategi

akuisisi pelanggan ini cocok digunakan jika target pasar yang diincar luas, serta tingkat

kompetisi tidak ketat. Jika target pasar luas, maka tentunya dapat mendongkrak

penjualan. Strategi ini juga lebih disukai oleh manajemen, karena membawa pelanggan

dengan jumlah yang substansial dalam jangka pendek. Manajemen tentu lebih suka

`mendongkrak` penjualan, dibandingkan harus mengeluarkan anggaran yang lebih untuk

mempertahankan pelanggan.

2.1.12 Retensi Pelanggan

Menurut Suadmin (2011) retensi pelanggan (customer retention) adalah suatu

aktivitas yang diarahkan untuk mampu menjaga interaksi yang terus berkelanjutan

dengan pelanggan melalui hubungan berkelanjutan, loyalitas pemasaran, database

(22)

Customer retention (retensi pelanggan) dipandang sebagai kekuatan hubungan

antara sikap relatif seseorang dan bisnis berulang. Hubungan ini dipandang karena

dijembatani oleh norma-norma sosial dan faktor-faktor situasional. Anteseden kognitif,

afektif, dan konatif dari sikap relative diidentifikasikan karena memiliki andil pada

loyalitas, demikian juga konsekuensi perilaku, perseptual dan motivasional. Pada

dasarnya hubungan antara kepuasan dan loyalitas telah banyak diteliti dalam beberapa

studi.

Salnes (1993) dan Fornell (1992)yang dikutip oleh Diab (2009) mengatakan

bahwa kepuasan pelanggan mempengaruhi perilaku pembeli, di mana pelanggan yang

puas cenderung menjadi pelanggan yang loyal, namun pelanggan yang loyal tidak perlu

puas. Loyalitas berarti kemampuan perusahaan memposisikan produknya di benak

pelanggan, di mana perusahaan berusaha menganggap pelanggan sebagai mitranya

dengan cara memantapkan keyakinan pelanggan, selalu berinteraksi, bila perlu

mengembangkan, demi kemajuan bersama. Sedangkan yang dimaksud dengan

pelanggan yang loyal atau setia adalah seseorang yang melakukan pembelian ulang dari

perusahaan yang sama, memberitahukan ke konsumen yang lain yang potensial dari

mulut ke mulut dan menjadi penangkal serangan dari pesaingnya sehingga dapatlah

dikatakan bahwa keberhasilan suatu perusahaan sangatlah ditentukan oleh retensi

pelanggannya.

Customer Retention ialah kemampuan untuk mempengaruhi pelanggan untuk tetap

bersama (bertransaksi) dengan perusahaan. Menurut Kotler (2009) Tiga hal yang

(23)

 Memelihara hubungan yang sudah ada antara perusahaan dengan pelanggan lebih

menguntungkan. Dibutuhkan biaya 10 kali lebih besar untuk mencari pelanggan

baru.

 Mengulangi transaksi dengan pelanggan yang sudah ada secara hitungan lebih

murah. Perusahaan tidak terlalu perlu untuk menawarkan diskon khusus atau

bonus untuk bertransaksi dengan pelanggan yang sudah ada.

 Perusahaan punya kesempatan untuk memaksimalkan potensi nilai pelanggan

yang sudah ada terhadap perusahaan. Beberapa perusahaan menyebut Customer

Development mengembangkan jasa atau produk untuk pelanggan berdasarkan

kebutuhan pelanggan.

2.1.13 Laju Retensi

Menurut Asnan (2008) laju retensi bisa diartikan sebagai probabilitas seorang

pelanggan yang akan menjadi loyal kepada suatu perusahaan setiap kali pelanggan

tersebut telah membeli produk dari perusahaan. Laju retensi dapat diperoleh dari

berbagai hasil uji empiris mengenai hubungan kepuasan pelanggan, loyalitas, biaya

beralih, perilaku mencari variasi dan pesona alternative.

Dengan adanya memasukkan besaran laju retensi pada nilai hidup pelanggan maka

kita dapat menduga jika seorang pelanggan tidak pernah bertransaksi lagi maka

pelanggan tersebut akan hilang selamanya atau tidak menjadi pelanggan lagi.

(24)

Sejumlah riset mengonfirmasi pentingnya strategi retensi pelanggan. Banyak

peneliti menyatakan bahwa kenaikan tingkat retensi pelanggan sebesar 5% berkontribusi

pada peningkatan Net Present Value para pelanggan sebesar 25-85% di sejumlah

industri. Rata-rata profit per pelanggan meningkat seiring perjalanan waktu dikarenakan

6 faktor utama, yaitu :

1. Biaya akuisisi pelanggan baru

Biaya akuisisi pelanggan baru lebih mahal 5-6 kali lipat dibandingkan biaya

mempertahankan pelanggan yang puas ( Gronroos, 2000 & Ardha,2009 ).

Biaya-biaya tersebut dikeluarkan untuk beriklan, mengontak calon pelanggan (Biaya-biaya

memprospek calon pelanggan), menyediakan informasi tentang produk atau jasa

perusahaan.

2. Profit Dasar

Harga menutupi biaya dan menghasilkan profit perpelanggan pada tahun

pertama. Profit ini disebut profit dasar.

3. Pertumbuhan Pendapatan

Pelanggan lama bisa memberikan bisnis lebih banyak bagi perusahaan. Ini berarti

secara rata-rata pelanggan berkontribusi lebih besar bagi profit perusahaan

seiring dengan bertumbuhnya relasi antara perusahaan dengan pelanggan.

4. Penghematan Biaya

Seiring dengan berjalannya waktu, perusahaan dan pelanggan saling mempelajari

satu sama lainnya tentang apa yang diharapkan dan bagaimana mewujudkannya,

sehingga proses layanan menjadi lebih lancar, hemat waktu, dan relatif bebas

(25)

5. Referrals

Pelanggan lama yang puas bisa menyampaikan dan merekomendasikan kepada

konsumen lainnya.Pelanggan mengambil alih sebagai pemasar tanpa biaya

tambahan bagi perusahaan.Kondisi seperti ini menyebabkan pelanggan baru bisa

didapatkan dengan biayalebih rendah dibandingkan biaya akuisisi normal,

sehingga berdampak positif pada profit.

6. Harga Premium

Dalam sejumlah kasus, diskon harga perkenalan ditawarkan dalam rangka

merayu pelanggan baru agar bersedia pindah kepada perusahaan tersebut dan

membeli produk dari perusahaan tersebut.

2.1.15 Ekuitas Pelanggan ( Customer Equity )

Menurut Asnan (2008) mengatakan bahwa dasar customer equity adalah bahwa

pelanggsan merupakan aset finansial yang harus diukur, dikelola dan dimaksimalkan

oleh setiap perusahaan atau organisasi, sama halnya dengan aset-aset lainnya.

Ekuitas pelanggan (customer equity) adalah total nilai seumur hidup semua

pelanggan perusahaan yang didiskontokan. Menurut (Maas, 2000 : 106 –7) yang dikutip

oleh Widjaja (2009) semakin setia pelanggan, semakin tinggi ekuitas pelanggan. Selain

itu, definisi ekuitas pelanggan adalah jumlah keseluruhan lifetime value dari pelanggan

– pelanggan perusahaan. Ekuitas pelanggan merupakan penjumlahan lifetime value dari

(26)

Rust, Zeithami dan Lemon yang dikutip oleh Asnan (2008) yaitu membedakan tiga

faktor (drivers) yang mempengaruhi ekuitas pelanggan : ekuitas nilai, merek dan

relasional.

 Ekuitas nilai (value equity) : adalah penilaian objektif pelanggan atas kegunaan

tawaran berdasarkan pemikirannya tentang manfaat yang kemudian

dibandingkan dengan biayanya. Sub pendorong (sub driver) ekuitas nilai adalah

mutu, harga, dan kenyamanan. Tiap-tiap industri harus mendefinisikan

faktor-faktor spesifik yang melandasi tiap-tiap sub pendorong dalam rangka

menemukan program yang bisa memperbaiki ekuitas nilai. Penumpang pesawat

udara mungkin mendefinisikan mutu sebagai luasnya tempat duduk. Tamu hotel

mungkin mendefinisikan mutu sebagai ukuran kamar. Ekuitas nilai memberi

sumbangan terbesar pada ekuitas pelanggan jika produk itu terdiferensiasi dan

jika produk itu lebih rumit serta perlu dievaluasi. Ekuitas nilai sangat mendorong

ekuitas pelanggan di pasar bisnis.

 Ekuitas merek (brand equity) : adalah penilaian subjektif dan tak berwujud

pelanggan terhadap merek, yang di luar dan melampaui nilai yang dipikirkan

secara objektif. Sub pendorong ekuitas merek adalah kesadaran merek

pelanggan, sikap pelanggan terhadap merek, dan pemikiran pelanggan mengenai

etika merek. Perusahaan menggunakan iklan, humas dan alat komunikasi lain

untuk mempengaruhi sub pendorong itu. Ekuitas merek itu lebih penting

daripada pendorong ekuitas pelanggan lainnya jika produknya kurang

terdiferensiasi dan Muslimah Mattjik – Manajemen Pemasaran memiliki dampak

(27)

 Ekuitas relasional (relationship equity) : adalah kecenderungan pelanggan untuk

setia terhadap merek, yang di luar dan melampaui penilaian objektif dan

subjektif atas nilainya. Sub pendorong ekuitas relasional mencakup program

kesetiaan, dan program pemahaman dan perlakuan khusus, program

pembentukan komunitas, dan program pembentukan pengetahuan. Ekuitas

relasional sangat penting jika relasi pribadi banyak diperhitungkan dan jika

pelanggan cenderung terus berhubungan dengan para pemasok sepenuhnya

berdasarkan kebiasaan atau yang tidak pernah berubah.

Formulasi tersebut memadukan manajemen nilai, manajemen merek dan

manajemen relasional ke dalam fokus yang berpusat pada pelanggan. Perusahaan dapat

memutuskan pendorong mana yang memperkuat perolehan yang terbaik.

Rumusan lain disajikan oleh Blattberg, Getz, dan Thomas dalam pendapatnya

bahwa ekuitas pelanggan pelanggan didorong oleh tiga komponen, yaitu : akuisisi,

retensi, dan penjualan ekstra (Gupta et al : 2006). Akuisisi dipengaruhi oleh jumlah

calon pembeli, probabilitas akuisisi dari satu calon, dan pengeluaran akuisisi per calon

pembeli. Retensi dipengaruhi oleh angka retensi dan tingkat pengeluaran retensi.

Pengeluaran ekstra merupakan fungsi dari efisiensi penjualan ekstra, jumlah tawaran

penjualan ekstra yang diberikan kepada pelanggan yang ada dan angka tanggapan

terhadap tawaran baru.

Berdasarkan ekuitas pelanggan ini, maka terdapat Enam perubahan dasar terhadap

(28)

1. Strategi pemasaran, taktik dan alasan membuat pelanggan menjadi pusatnya dan

bukan produk itu sendiri.

2. Perusahaan mengatur siklus hidup pelanggan. Bagian pemasaran membaurkan

berbagai variasi dengan tahapan-tahapan siklus hidup pelanggan

3. Perusahaan membuat suatu portofolio keseimbangan seimbang pada akusisi,

retensi dan penjualan tambahan.

4. Hasil yang didapatkan bagian pemasaran perusahaan dapat dihitung dengan

menggunakan pengukuran ekuitas pelanggan dan biayanya dihubungkan dengan

pengembalian pendapatan.

5. Perusahaan mengkomunikasikan perubahan pada nilai aset pelangannya mellaui

pernyataan aliran ekuitas pelanggan. Perusahaan mengukur aset pelanggannya

melalui nilai siklus hidup.

6. Perusahaan mengorganisasikan akusisi, retensi dan penjualan produk tambahan

pada pelanggan

2..1.16 Kesetiaan Pelanggan

Beberapa definisi menurut Gene Stone (2000, hal 6-9, 22) yang bisa kita gunakan

untuk menggambarkan CRM. Customer Relationship suatu ikatan yang saling

menguntungkan yang terbentuk sebagai hasil dari semua interaksi antara pelanggan atau

konsumen dengan organisasi bisnis. Semakin sering interaksi yang perusahaan lakukan

dengan pelanggan semakin besar kesempatan untuk mengumpulkan informasi tentang

pelanggan, mendapatkan kepercayaan pelanggan, bertindak atas informasi pelanggan

dan memupuk hubungan. Manfaat suatu hubungan yang baik antara pelanggan dan

(29)

kesetiaan pelanggan ialah suatu komitmen dari pelanggan untuk menjadi pelanggan dan

menempatkan kelanjutan bisnis dengan perusahaan, walaupun pengaruh dan upaya dari

bagian pemasaran dari perusahaan pesaing dapat menyebabkan pelanggan untuk

berganti perusahaan.

Kepuasan pelanggan adalah titik awal untuk CRM, tapi itu bukan akhir dari tujuan.

Tujuan akhir CRM adalah untuk merubah pelanggan yang sudah puas untuk menjadi

setia, pelanggan yang memiliki nilai tinggi ialah kunci bagi keuntungan perusahaan.

Pelanggan yang setia secara umum memiliki tiga karakteristik :

1. Keinginan untuk meningkatkan pembeli produk atau jasa dari perusahaan

biasanya tanpa membandingkan penawaran dari perusahaan lainnya.

2. Kemauan untuk memberikan referensi perusahaan kepada calon pelanggan

yang lain.

3. Kemauan untuk memberikan saran peningkatan akan produk dan jasa dari

perusahaan.

Pelanggan yang dilayani secara memadai akan menjadi puas dan akan mungkin

tetap dengan perusahaan dalam jangka pendek. Tetapi pelanggan yang puas masih akan

mencari penjanjian transaksi yang lebih baik atau pelayanan yang lebih baik di tempat

lain. Pelanggan yang setia ialah pelanggan yang sudah puas dan tidak punya keinginan

untuk pindah ke perusahaan kompetitor.

2.1.17 Kinerja

Menurut Wibowo (2007) kinerja berasal dari kata .to perform. yang artinya

(30)

dengan hasil seperti yang diharapkan. Sementara itu dalam praktek manajemen sumber

daya manusia banyak terminologi yang muncul dengan kata kinerja yaitu evaluasi

kinerja (performance evaluation), dikenal juga dengan istilah penilaian kinerja

(performance appraisal, performance rating, performance assessment, employe

evaluation, rating, efficiency rating, service rating) pada dasarnya merupakan proses

yang digunakan perusahaan untuk mengevaluasi job performance.

Menurut Bernardin dan Russel (Ruky, 2002) memberikan pengertian atau

kinerja sebagai berikut : “performance is defined as the record of outcomes produced on

a specified job function or activity during time period”.

Prestasi atau kinerja adalah catatan tentang hasil-hasil yang diperoleh dari

fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama kurun waktu tertentu. Pengertian

kinerja lainnya dikemukakan oleh Payaman Simanjuntak (2005) yang mengemukakan

kinerja adalah tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu.

Kinerja perusahaan adalah tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan

tujuan perusahaan. Manajemen kinerja adalah keseluruhan kegiatan yang dilakukan

untuk meningkatkan kinerja perusahaan atau organisasi, termasuk kinerja

masing-masing individu dan kelompok kerja di perusahaan tersebut. Pengertian kinerja menurut

Mulyadi (2007: 337) adalah keberhasilan perorangan, tim, atau unit organisasi dalam

mewujudkan sasaran strategik yang telah ditetapkan sebelumnya dengan perilaku yang

diharapkan.

(31)

Menurut Robert L. Mathis dan John H. Jackson (2002) faktor-faktor yang

memengaruhi kinerja individu tenaga kerja, yaitu:

1. Kemampuan mereka

2.Motivasi

3.Dukungan yang diterima

4.Keberadaan pekerjaan yang mereka lakukan

5.Hubungan mereka dengan organisasi.

Berdasarkaan pengertian di atas, penulis menarik kesimpulan bahwa kinerja

merupakan kualitas dan kuantitas dari suatu hasil kerja (output) individu maupun

kelompok dalam suatu aktivitas tertentu yang diakibatkan oleh kemampuan alami atau

kemampuan yang diperoleh dari proses belajar serta keinginan untuk berprestasi.

menurut Mangkunegara (2002) menyatakan bahwa faktor yang memengaruhi kinerja

antara lain :

1. Faktor kemampuan Secara psikologis kemampuan (ability) pegawai terdiri dari

kemampuan potensi (IQ) dan kemampuan realita (pendidikan). Oleh karena itu pegawai

perlu dtempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahlihannya.

2. Faktor motivasi terbentuk dari sikap (attiude) seorang pegawai dalam menghadapi

situasi (situasion) kerja. Motivasi merupakan kondisi yang menggerakkan diri pegawai

terarah untuk mencapai tujuan kerja. Sikap mental merupakan kondisi mental yang

(32)

David C. Mc Cleland (1997) dan Mangkunegara (2002), berpendapat bahwa “Ada

hubungan yang positif antara motif berprestasi dengan pencapaian kerja”. Motif

berprestasi dengan pencapaian kerja. Motif berprestasi adalah suatu dorongan dalam diri

seseorang untuk melakukan suatu kegiatan atau tugas dengan sebaik baiknya agar

mampu mencapai prestasi kerja (kinerja) dengan predikat terpuji. Selanjutnya Mc.

Clelland, mengemukakan 6 karakteristik dari seseorang yang memiliki motif yang tinggi

yaitu : 1) Memiliki tanggung jawab yang tinggi ; 2) Berani mengambil risiko ; 3)

Memiliki tujuan yang realistis ; 4) Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan

berjuang untuk merealisasi tujuan. ; 5) Memanfaatkan umpan balik yang kongkrit dalam

seluruh kegiatan kerja yang dilakukan ; 6) Mencari kesempatan untuk merealisasikan

rencana yang telah diprogamkan.

Menurut (Gibson,1987 dan Mangkunegara 2002) ada 3 faktor yang berpengaruh

terhadap kinerja :

1. Faktor individu : kemampuan, ketrampilan, latar belakang keluarga, pengalaman

kerja, tingkat sosial dan demografi seseorang.

2. Faktor psikologis : persepsi, peran, sikap, kepribadian, motivasi dan kepuasan

kerja.

3. Faktor organisasi : struktur organisasi, desain pekerjaan, kepemimpinan, sistem

penghargaan (reward system).

2.1.19 Manfaat Pengukuran Kinerja

Pada umumnya orang-orang yang berkecimpung dalam manajemen sumber daya

(33)

kinerja karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan dimana

karyawan tersebut bekerja. Bagi karyawan, penilaian tersebut berperan sebagai umpan

balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan potensi yang

pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana dan pengembangan

karir.

Bagi organisasi atau perusahaan sendiri, hasil penilaian tersebut sangat penting

artinya dan peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti

identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekruitment, seleksi, program

pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek lain dari proses

dari manajemen sumber daya manusia secara efektif. Pengukuran kinerja juga dapat

diukur melalui perspektif pelanggan, perspektive ini mengidentifikasikan pelanggan dan

segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai ukuran kinerja unit

bisnis dalam segmen pasar yang meliputi :

1. Customer retention dengan formulasi :

Customer retention

=

2. Customer Aquistion dengan formulasi :

Customer Aquistion =

(34)

Menurut Atmosoeprapto (dalam kurniawan, 2005:74) faktor – faktor yang

mendukung profesionalisme kerja karyawan yaitu sebagai berikut:

1. Kompetisi

Profesionalisme merupakan cermin dari kemampuan (competensi) yaitu

memiliki pengetahuan, keterampilan, bisa melakukan ( ability ), ditunjang

dengan pengalaman (experience ) yang mungkin muncul tiba – tiba tanpa

melalui perjalanan waktu. Oleh karena itu berkaitan dengan kualitas pelayanan

publik maka kemampuan aparatur sangat diperlukan.

2. Loyalitas

Secara teoritis loyalitas berhubungan dengan tingkat kedisiplinan, terutama

dalam hal ketaatan terhadap peraturan yang berlaku. Kedisiplinan akan

terwujud dengan baik jika pegawai atau aparatur mampu menaati peraturan –

peraturan yang ada. Loyalitas juga berkaitan erat dengan kemampuan

pertanggungjawaban tugas pekerjaan dan daya tanggap. Selain itu loyalitas

tidak membeda – bedakan pemberiaan pelayanan atas dasar golongan tertentu.

3. Performansi ( performance )

Performansi dapat diartikan sebagai prestasi kerja, pelaksanaan kerja,

pencapaian kerja, atau hasil kerja. Prestasi (kehandalan dan kecakapan) adalah

hasil yang diinginkan dari perilaku. Prestasi mempunyai hubungan erat dengan

produktivitas karena merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha

untuk mencapai tingkat produktifitas yang tinggi dalam organisasi.

(35)

Menurut Tatik (2000) dan Siagian (2002) pertumbuhan penjualan merupakan

ukuran kinerja bisnis yang penting karena pertumbuhan penjualan akan terlihat sejauh

mana perusahaan mampu mempertahankan konsumen yang ada atau menambah jumlah

konsumen yang baru. Pengertian penilaian kinerja menurut Mulyadi (2007: 419) adalah

sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi, bagian

organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang telah ditetapkan

sebelumnya. Dengan demikian, dibutuhkan suatu penilaian kinerja yang dapat

digunakan menjadi landasan untuk mendesain sistem penghargaan agar personel

menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan oleh organisasi.

Perusahaan yang mengutamakan pemasaran membalik bagan organisasi, seperti

tampak pada pada gambar 2.3. Dipuncak ada pelanggan, berikutnya ada petugas Front

office yang berhubungan dengan pelanggan,melayani,dan memuaskan pelanggan.

Dibawah mereka ada manajer menengah yang tugasnya adalah mendukung orang-orang

yang berada di depan sehingga mereka dapat melayani pelanggan dengan baik. Di dasar

ada manajemen puncak yang tugasnya adalah mempekerjakan dan mendukung para

(36)

Asumsi yang mendasari adalah kebutuhan untuk memperbesar kinerja pemasaran

yang relevan bagi perusahaan, sebagai tanggapan terhadap tujuan pemasaran

berkembang dari paradigma yang muncul, dari efisiensi internal murni dan generasi

omset untuk efektivitas biaya dan profitabilitas pelanggan, ini merupakan pendapat dari

( [Shah dkk , 2006.] dan [Sheth et al, 2002.]

2.1.22 Penelitian Sebelumnya

Tabel 2.2 Penelitian sebelumnya

Nama Pengarang Journal Title Statement

Gupta,Sunil., Hanssens,D., Hardie,Bruce., et al

Journal of Service Research, Volume 9, No. 2,

November 2006 139-155

Modeling Customer Lifetime Value

(37)

pemasaran investasi.

(38)
(39)

Sumber : Penulis

Gambar 2.4 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, peneliti berfokus pada marketing

performance dimana strategi pada marketing performance mempengaruhi dari customer

lifetime value. Dari hasil customer lifetime value ini maka dapat terlihat kinerja dari

pemasaran selama ini. Customer Lifetime Value dan Customer Equity ini adalah dua hal

yang secara tidak langsung saling berhubungan. Dari customer equity dan customer

lifetime value bisa diambil keputusan bahwa perusahaan akan mengambil keputusan

customer acquisition, customer retention, atau customer expansion.

Marketing Performance

Marketing Performance

Customer Lifetime Value

Customer Lifetime Value Customer EquityCustomer Equity

Custome r

Acquisiti on

Custoemer Retention

Gambar

Gambar 2.1 Sistem Pemasaran Sederhana
Tabel 2.1 Nilai – nilai dan kemungkinan alternative di Amerika
Gambar 2.2 Nilai Potensial dan Biaya
Tabel 2.2 Penelitian sebelumnya
+2

Referensi

Dokumen terkait

Undangan Mengikuti Seleksi Umum Pengadaan Jasa Konsultansi dapat diambil di sekretariat Kelompok Kerja Pengadaan Konstruksi dan Jasa Konsultansi Unit Layanan Kab.. Bolaang

M engingat populasi burung kakatua di Pulau Komodo banyak ditemukan di lembah-lembah maka penting untuk melakukan penelitian seleksi habitat burung kakatua dengan variasi

Menurut Zastrow (Suharto, 2009) Pekerjaan sosial adalah: Aktivitas profesional untuk menolong individu, kelompok, masyarakat dalam meningkatkan atau memperbaiki

Hasil karakterisasi dari sifat listrik film tipis ZnO doping Al menggunakan I-V meter menunjukkan bahwa variasi tekanan oksigen yang diberikan pada proses annealing dapat

Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Biaya Proses Penyelesaian Perkara dan Pengelolaannya pada Mahkamah Agung dan Badan Peradilan yang berada

Good comparison testing is the key to a good translation. The purpose of this test is to see whether or not the translation is understood correctly by

disimpulkan bahwa pengertian dari Hypnoteaching adalah metode mengajar dengan cara menggunakan seni berkomunikasi untuk mempengaruhi siswa sehingga mampu mengubah

Perbedaan perubahan kadar kolesterol total yang tidak bermakna antara kelompok perlakuan dan kontrol sesuai dengan penelitian Trully Kusumawardhani yang menyatakan