• Tidak ada hasil yang ditemukan

Makalah Agama Toleransi Dalam Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Makalah Agama Toleransi Dalam Islam"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

Makalah Agama

Toleransi Dalam Islam

Disusun oleh

:

Gusti Rifki (A10150223)

Sani Noviani (A10150210)

Riri Saraswati (A10150217)

(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah yang Maha pengasih lagi Maha penyayang, yang telah memberi rahmat serta hidayahNya kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan makalah ini. Tak lupa sholawat serta salam tetap terlimpahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW sang pilihan dan sang pemilik ukhwah.Penulis membuat makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas pendidikan agama islam

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

BAB I... 1

PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan masalah...2

1.3 Tujuan... 2

BAB II... 3

PEMBAHASAN...3

2.1 Pengertian Toleransi...3

2.2 Toleransi Dalam Islam...3

2.3. Macam-macam Toleransi/Tasamuh...15

2.4 Manfaat dari Toleransi...17

2.5 Akibat Toleransi Diabaikan...18

BAB III... 19

3.1 Kesimpulan...19

(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Toleransi dalam Islam adalah topik yang penting ketika dihadapkan pada situasi saat ini ketika Islam dihadapkan pada banyaknya kritikan bahwa Islam adalah agama intoleran, diskriminatif dan ekstrem. Islam dituduh tidak memberikan ruang kebebasan beragama, kebebasan berpendapat, sebaliknya Islam sarat dengan kekerasan atas nama agama sehingga jauh dari perdamaian, kasih sayang dan persatuan.

Padahal dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama” , “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Selain ayat-ayat itu, banyak ayat lain yang tersebar di berbagai Surah. Juga sejumlah hadis dan praktik toleransi dalam sejarah Islam. Fakta-fakta historis itu menunjukkan bahwa masalah toleransi dalam Islam bukanlah konsep asing. Toleransi adalah bagian integral dari Islam itu sendiri yang detail-detailnya kemudian dirumuskan oleh para ulama dalam karya-karya tafsir mereka. Kemudian rumusan-rumusan ini disempurnakan oleh para ulama dengan

pengayaan-pengayaan baru sehingga akhirnya menjadi praktik kesejarahan dalam masyarakat Islam.

(5)

1.2 Rumusan masalah

Dari latar belakang masalah tersebut, kami dapat merumuskan masalah dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut ;

1. Apa pengertian toleransi?

2. Bagaimana toleransi dalam pandangan Islam ?

3. Macam-macam toleransi?

4. Apa saja manfaat toleransi ?

5. Bagaimana akibat jika toleransi diabaikan ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui makna toleransi

2. Untuk memahami makna toleransi dalam Islam

3. Agar mengetahui manfaat dari toleransi dan akibat bila tidak ada toleransi

(6)

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Toleransi

Toleransi berasal dari bahasa Latin yaitu “tolerare” yang berarti bertahan atau memikul. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata “toleran”, yang berarti bersifat atau bersikap menenggang (menghargai, membiarkan,

membolehkan), pendirian (pendapat, pandangan, kepercayaan, kebiasaan, dan

sebagainya) yang berbeda dan atau yang bertentangan dengan pendiriannya. Toleransi juga berarti batas ukur untuk penambahan atau pengurangan yang masih diperbolehkan. Toleran diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai; atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat. Dalam bahasa Arab, toleransi biasa disebut “tasamuh”, sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu, merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam.

2.2 Toleransi Dalam Islam

Bagaimana toleransi dalam islam yang bersumber kepada Qur’an dan Al-Hadist. Islam diturunkan oleh Allah ke dunia bukan hanya bertujuan untuk mempertahankan eksistensi sebagai agama, tetapi juga mengakui eksistensi agama-agama lain dan juga memberinya hak untuk hidup berdampingan sambil menghormati pemeluk-pemeluk agama lain.

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, “Semua makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”.

Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di langit kepadamu). Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu

(7)

perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.

Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW pada awal pembangunan Negara

Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.

Contoh lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh Umar bin Khattab. Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem, setelah kota suci itu ditaklukan oleh kaum Muslimin.

Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu kesatuan, dan akan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.

Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.

Dalam konteks toleransi antar-umat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas. “Tidak ada paksaan dalam agama”, “Bagi kalian agama kalian, dan bagi kami agama kami” (QS. Al-Kafirun:6) adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam.

Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada umat Islam. Al-Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang diantara umat Islam dengan umat beragama lain. Kerjasama dalam bidang kehidupan

masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah beberapa contoh kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat beragama lain.

Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan

mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk mengikuti ibadat-ibadat agama lain. Toleransi harus dibedakan dari

(8)

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Konsekuensi dari prinsip ini adalah lahirnya spirit taqwa dalam beragama. Karena taqwa kepada Allah melahirkan rasa persaudaraan universal di antara umat manusia. Abu Ju’la dengan amat menarik mengemukakan, “Semua makhluk adalah tanggungan Allah, dan yang paling dicintainya adalah yang paling bermanfaat bagi sesama tanggungannya”.

Selain itu, hadits Nabi tentang persaudaraan universal juga menyatakan, “irhamuu man fil ardhi yarhamukum man fil samā” (sayangilah orang yang ada di bumi maka akan sayang pula mereka yang di langit kepadamu). Persaudaran universal adalah bentuk dari toleransi yang diajarkan Islam. Persaudaraan ini menyebabkan terlindunginya hak-hak orang lain dan diterimanya perbedaan dalam suatu

masyarakat Islam. Dalam persaudaraan universal juga terlibat konsep keadilan, perdamaian, dan kerja sama yang saling menguntungkan serta menegasikan semua keburukan.

Fakta historis toleransi juga dapat ditunjukkan melalui Piagam Madinah. Piagam ini adalah satu contoh mengenai prinsip kemerdekaan beragama yang pernah dipraktikkan oleh Nabi Muhamad SAW pada awal pembangunan Negara

Madinah. Di antara butir-butir yang menegaskan toleransi beragama adalah sikap saling menghormati di antara agama yang ada dan tidak saling menyakiti serta saling melindungi anggota yang terikat dalam Piagam Madinah.

Contoh lain wujud toleransi Islam kepada agama lain diperlihatkan oleh Umar bin Khattab. Umar membuat sebuah perjanjian dengan penduduk Yerussalem, setelah kota suci itu ditaklukan oleh kaum Muslimin.

Di sini, saling tolong-menolong di antara sesama umat manusia muncul dari pemahaman bahwa umat manusia adalah satu kesatuan, dan akan kehilangan sifat kemanusiaannya bila mereka menyakiti satu sama lain. Tolong-menolong, sebagai bagian dari inti toleransi, menjadi prinsip yang sangat kuat di dalam Islam.

Namun, prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.

(9)

Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada umat Islam. Al-Qur’an juga mengajarkan agar umat Islam mengutamakan terciptanya suasana perdamaian, hingga timbul rasa kasih sayang diantara umat Islam dengan umat beragama lain. Kerjasama dalam bidang kehidupan

masyarakat seperti penyelenggaraan pendidikan, pemberantasan penyakit sosial, pembangunan ekonomi untuk mengatasi kemiskinan, adalah beberapa contoh kerja sama yang dilakukan antara umat Islam dengan umat beragama lain.

Namum perlu ditegaskan lagi, toleransi tidak dapat disama artikan dengan

mengakui kebenaran semua agama dan tidak pula dapat diartikan kesediaan untuk mengikuti ibadat-ibadat agama lain. Toleransi harus dibedakan dari

komfromisme, yaitu menerima apa saja yang dikatakan orang lain asal bisa menciptakan kedamaian dan kebersamaan.

Adapun dalam tataran praktisnya toleransi dalam islam seperti yang telah di contohkan oleh para Nabi, banyak sekali jenisnya, antara lain:

1.Toleransi Dalam Jual Beli dan Hukum-Hukumya.

Allah Ta’ala berfrman.

Artinya"Hai kaumku, cukupkanlah takaran dan timbangan dengan adil, dan janganlah kamu merugikan manusia terhadap hak-hak mereka dan janganlah kamu membuat kejahatan di muka bumi dengan membuat kerusakan.” [Hud : 85]

(10)

َكِئَلوُأ

Terjemah Surat Al Muthaffifin Ayat 1-6

[1]Celakalah

[2] bagi orang-orang yang curang (dalam menakar dan menimbang)

[3](yaitu) orang-orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta dipenuhi

[4]dan apabila mereka menakar atau menimbang (untuk orang lain), mereka mengurangi

[5]. pada suatu hari yang besar

[6]Tidakkah orang-orang itu mengira, bahwa sesungguhnya mereka akan dibangkitkan,(yaitu) pada hari (ketika) semua orang bangkit

2. Toleransi dalam berhutang

Allah yang Maha Agung berfirman.

(11)

“Artinya : Dan jika (orang berhutang itu) dalam kesukaran, maka beri tangguhlah sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua hutang itu) labih baik bagimu, jika kamu mengetahui” [Al-Baqarah : 280]

Sungguh peletak syari’ah (Allah) yang Maha Hikmah telah menghasung untuk memberi tangguh orang yang kesulitan hutang dan memberikan keistimewaan agung sebagaimana yang akan dijelaskan dalam pasal ‘Keutamaan Toleransi”, cukuplah bagimu untuk sekedar tahu, bahwa memberi tangguh orang yang kesukaran dan mema’afkannya termasuk penghapus dosa dan sebab Allah mema’afkan kesalahan-kesalahannya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Dahulu ada seorang saudagar yang biasa menghutangi orang, bila dia melihat orang yang kesukaran (dalam membayar hutang), maka dia

memerintahkan para pegawainya : “Ma’afkanlah dia mudah-mudahan Allah mema’afkan kita !” Maka Allah-pun mema’afkan dia …” [Hadits Riwayat Bukhari 4/309- Al-Fath]

Termasuk cara menagih yang bagus adalah toleran dalam menagih, menerima kekurangan sedikit yang ada padanya. Menuntutnya dengan mudah, tidak menjilat (rentenir, -pent), tidak mempersulit orang dan mema’afkan mereka

mudah-mudahan Allah merahmati kita.

Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Mudah-mudahan Allah merahmati lelaki yang toleran bila menjual, membeli dan menagih” [Hadits Riwayat Bukhari 4/206 -Al-Fath]

Lafadh “samhun” artinya “sahlun” yakni mudah, dia adalah sifat musyabbahah yang menunjukkan penetapan, oleh sebab itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengulangi keadaan jual-beli dan keputusan hukum. Hal ini menunjukkan sikap mempermudah dalam hubungan sosial dan membuang sikap kikir serta memberikan hak-hak menusia dengan segera (tidak terlambat).

Termasuk keindahan keputusan hukum adalah bahwa orang yang meminjam sesuatu lalu mengembalikannya dengan yang lebih baik atau lebih banyak dengan tanpa syarat adalah orang yang berbuat baik, dan hal ini halal bagi pihak yang meminjamkan.

(12)

Toleransi dengan ilmu di sini yaitu dengan cara menyebarkan ilmu dan ini termasuk pintu toleransi yang paling utama dan lebih baik daripada toleransi dengan harta, sebab ilmu lebih mulia daripada harta.

Maka seyogyanya seorang alim menyebarkan ilmu kepada setiap orang yang bertanya tentangnya bahkan mengeluarkannya secara keseluruhan, bila ia ditanya tentang suatu masalah. Maka dia memperinci jawabannya dengan perincian yang memuaskan dan menyebutkan sisi-sisi dalilnya, dia tidak cukup menjawab pertanyaan si penanya, namun dia menyebutkan contoh kasus serupa dengan kaitan-kaitannya serta faedah-faedah yang dapat memuaskan dan mencukupinya.

Para sahabat yang mulia Radliyallahu ‘anhum pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang orang yang berwudlu dengan air laut, maka beliau menjawab.

“Artinya : Laut itu suci airnya lagi halal bangkainya” [Hadits Riwayat Ashabus Sunan dan Malik, lihat takhrijnya secara rinci dalam Ash-Shahihah 480]

Beliau menjawab pertanyaan mereka dan memberikan kepada mereka ketarangan tambahan yang mungkin sewaktu-waktu lebih mereka butuhkab daripada apa yang mereka pertanyakan.

Pintu-pintu toleransi banyak sekali dan contoh-contohnya berbilang serta jalan-jalannya beragam hingga sulit menghitung detailnya dalam waktu singkat. Cukup bagimu sebagai dalil, bahwa toleransi mencakup Islam baik dari segi aqidah, ibadah, budi pekerti maupun pendidikan, bukanlah Islam itu agama yang lurus dan penuh toleransi.

4. Toleransi Dengan Kehormatan

Toleransi ini menunjukkan keselamatan hati, ketenangan jiwa dan kebersihan hati dari rasa permusuhan.

Dahulu, Abu Bakar Ash-Shiddiq Radliyallahu anhu memberi uang belanja kepada Misthoh bin Utsatsah karena hubungan famili dan kefakirannya.

(13)

Bakar Ash-Shiddiq Radliyallahu ‘anhu bersumpah tidak akan memberi uang belanja kepada Misthoh. Ash-Shiddiq ditegur, beliaupun bershodaqoh dengan kehormatannya walau dosa Misthoh sedemikian besar.

Sungguh indah ucapan penyair.

“Sesungguhnya kadar dosa Misthoh

dapat meruntuhkan bintang-bintang dari ufuknya Sunnguh telah terjadi apa yang terjadi

Ash-Shiddiq ditegur tentang haknya (Si Misthoh)

Biarlah, wahai pembaca ! Ummul Mukminin As-Sayyidah Aisyah Radliyallahu anha yang memberi tahu kita tentang kejelasan kasus ini ; beliau mengisahkan : ” ….Maka Allah menurunkan (ayat) tentang kesucianku” Abu Bakr Ash-Shiddiq Radliyallahu ‘anhu pun menyatakan : Dan dia dulunya memberi uang belanja kepada Misthoh bin Utsatsah karena kefamilian dan kefakirannya ” Demi Allah ! Aku tidak akan memberi uang belanja sedikit pun kepada si Misthoh selamanya setelah tuduhannya kepada Aisyah” maka Allah menurunkan (ayat).

“Artinya : Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan diantara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kaum kerabatnya, orang-orang miskin dan orang-orang berhijrah di jalan Allah, dan hendaklah mereka mema’afkan dan berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin bahwa Allah mengampunimu ? Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha

Penyayang” [An-Nur : 22]

Abu Bakr mengatakan : “Ya ! Demi Allah sungguh aku suka Allah

mengampuniku” beliaupun kembali membantu Misthoh seperti sebelumnya, dan menyatakan : “Demi Allah aku tidak akan mencabutnya dari dia selamanya” [Hadits Riwayat Bukhari 8/455- Fath dan Muslim 17/113-Nawawi]

5. Toleransi Dengan Kesabaran dan Menanggung Beban

(14)

Allah Ta’ala berfirman.

“Artinya : Lemah lembut terhadap kaum mukminin” [Al-Maidah : 54]

Maksudnya, sikap mereka lembut dan lunak kepada saudara mereka kaum mukminin, namun dia tidak menghinakan dirinya.

Allah yang Maha Mulia berfirman.

“Artinya : Dan rendahkanlah dirimu terhadap orang-orang yang mengikutimu dari kalangan orang-orang yang beriman” [Asy-Syu’ara : 215]

Maksudnya, hendaklah engkau bersikap lemah lembut, sebab : “Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari

sekelilingmu ….” [Ali Imran : 159]

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.

“Artinya : Kaum mukminin adalah orang yang lemah lembut dan lunak, seperti halnya onta jinak bila diikat dia terikat, bila dituntun dia tertuntun dan bila engkau menambatkannya pada sebuah batu maka diapun tertambat” [Lihat

Ash-Shahihah : 936]

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerupakan seorang mukmin seperti onta jinak yang tidak pernah menolak penuntunnya dalam perkara apapun, dia menanggung beban dengan kesabaran bukan karena kebodohan dan kedunguan, namun karena sifat kemuliaan, budi pekerti yang luhur dan kedermawanan karena seorang mukmin adalah orang yang mulia sedangkan orang jahat (fajir) adalah orang yang jelek lagi penipu.

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sendiri diserupakan seperti di atas, kemana-pun beliau dibawa belaiu ikut.

Dari Anas bin Malik Radliyallahu ‘anhu dia menceritakan : “Sungguh ada seorang budak wanita dari Madinah ‘mengambil tangan’ Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, lalu ia mengajak beliau sekehendaknya” [Dikeluarkan oleh Bukhari 10/489 secara mu’allaq dan disambungkan oleh Ahmad 3/98, dia memiliki jalan lain dari Anas semisalnya, dikeluarkan oleh Ibnu Majah 4177 dan Ahmad 3/174, 215, 216 padanya terdapat Ali bin Zaid bin Jad’an dia lemah namun dapat dijadikan penguat]

(15)

perlakuan walaupun kebutuhan budak tadi hingga di luar kota Madinah dan membutuhkan bantuan beliau niscaya beliau membantunya. Ini semua

menunjukkan kelebihan sikap tawdlu’ beliau dan bersihnya beliau dari segenap kesombongan, Shallallahu ‘alaihi wa sallam” [Fathul Bari 10/490]

6. Toleransi dalam beragama.

Toleransi ini adalah menyangkut dengan keyakinan atau aqidah. Loyalitas dan keyakinan terhadap agama melahirkan dogma-dogma yang kebenarannya tidak bisa di ganggu gugat, sekalipun bertentangan dengan rasio atau logika. Orang sering menganggap bahwa apa saja yang dating dari agama bersifat mutlak, dan kebenaran itu harus disampaikan kepada orang lain agar orang lain itu tidak sesat dari anggapan inilah lahir pula anggapan bahwa keyakinan di luar keyakinan dirinya itu adalah salah dan sesat

Prinsip-prinsip dasar dalam toleransi beragama

 Tidak ada pemaksaan dalam beragama

Islam adalah agama yang menebarkan perdamaian, persaudaraan, dan persamaan. Oleh karena itu, hal-hal yang dapat memicu lahirnya konflik anta kelompok harus dihindari. Salah satu yang tidak diperkenankan adalah pemaksaan satu kelompok terhadap kelompok lain. Agama bagi islam adalah keyakinan yang harus datang dari kesadaran diri terhadap eksistensi dan kekuasaan Tuhan. Dalam surat Al-Baqarah ayat 256 Allah berfirman yang artinya,

“Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. karena itu Barangsiapa yang ingkar kepada Thaghut dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang Amat kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.”

 Kebebasan memilih dan menentukan keyakinan

Manusia, dalam perspektif islam adalah khalifah di muka bumi yang bebas memilih dan menentukan pilihannya sesuai dengan keinginan hati nuraninya. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 29, yang artinya

(16)

niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.”

 Tidak melarang untuk bekerjasama dengan orang yang tidak sepaham Islam mendorong umatnya untuk bekerjasama dalam berbagai segi kehidupan dengan siapa saja, termasuk dengan agama lain sepanjang kerjasama mereka dilakukan untuk kebaikan. Sebagaimana firman Allahdalam surat Al-Mumtahanah ayat 8 yang artinya,

“Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan Berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang Berlaku adil.”

 Mengakui adanya keragaman

Allah SWT menciptakan manusia di muka bumi ini dengan bermacam suku bangsa, ras maupun bahasa. Keragaman ini merupakan sunnatullah yang tidak dapat dihindari dan harus disikapi dengan wajar. Oleh karena itu, hak-hak hidup bagi orang dan pengikut agama yang berbeda harus diberikan secara wajar dan proporsional. Allah berfirman dalam surat Yunus ayat 99 yang artinya,

“Dan Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka Apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?”

Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan: “Apa hati yang mahmum itu?” Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan: “Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya : “Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”. Jawabnya: “Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."

(17)

spiritual, lahir maupun batin. Di sinilah, konsep Islam tentang toleransi (as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh).

Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil (mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan toleransi sebagai landasannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)

Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah), keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid). Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu,

hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar (perspektif Islam) tersebut.

Dalam konteks ini Rasulullah SAW bersabda, yang artinya: “Sebaik-baik orang adalah yang memiliki hati yang mahmum dan lisan yang jujur”, ditanyakan: “Apa hati yang mahmum itu?” Jawabnya : “Adalah hati yang bertaqwa, bersih tidak ada dosa, tidak ada sikap melampui batas dan tidak ada rasa dengki”. Ditanyakan: “Siapa lagi (yang lebih baik) setelah itu?”. Jawabnya : “Orang-orang yang membenci dunia dan cinta akhirat”. Ditanyakan : “Siapa lagi setelah itu?”. Jawabnya: “Seorang mukmin yang berbudi pekerti luhur."

(18)

(as-samahah) menjadi dasar bagi umat Islam untuk melakukan mu’amalah (hablum minan nas) yang ditopang oleh kaitan spiritual kokoh (hablum minallāh).

Kesalahan memahami arti toleransi dapat mengakibatkan talbisul haqbil bathil (mencampuradukan antara hak dan bathil) yakni suatu sikap yang sangat dilarang dilakukan oleh seorang muslim, seperti halnya menikah antar agama dengan toleransi sebagai landasannya. Sebagaimana yang telah dijelaskan diayat Al-Quran dibawah ini, Allah SWT berfirman:

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) disisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barangsiapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab-Nya”. (QS.Ali Imran: 19)

Secara umum, konsep tasamuh mengandung makna kasih sayang (ar-Rahmah), keadilan (al-‘Adalah), keselamatan (al-salam), dan ketauhidan (al-Tauhid). Konsep-konsep dasar inilah yang mengikat makna tasamuh dalam Islam. Dan masing-masing konsep tidak dapat dipisahkan karena semuanya memiliki makna yang saling terkait. Konsep tersebut merupakan ciri khas Islam yang mampu membedakan toleransi perspektif Islam dengan lainnya. Oleh karena itu,

hendaknya pendidikan toleransi beragama diarahkan kepada konsep-konsep dasar (perspektif Islam) tersebut.

2.3. Macam-macam Toleransi/Tasamuh

Toleransi / tasamuh terdiri dari dua macam yaitu : toleransi terhadap sesama muslim dan toleransi terhadap selain muslim.

(19)

“Tidak sempurna iman seseorang di antara kamu, sehingga mencintai saudaranya sebagaimana mencintai dirinya sendiri. ” (HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap toleran dan baik hati terhadap sesama terlebih lagi dia seorang muslim pada akhirnya akan membias kembali kepada kita yaitu banyak memperoleh

kemudahan dan peluang hidup karena adanya relasi, disamping itu Allah akan membalas semua kebaikan kita di akhirat kelak.

b. Adapun toleransi terhadap non muslim mempunyai batasan tertentu selama mereka mau menghargai kita, dan tidak mengusir kita dari kampung halaman. Mereka pun harus kita hargai karena pada dasarnya sama sebagai makhluk Allah SWT.

Bersikap tasamuh bukan berarti kita toleran terhadap sesuatu secara membabi buta tanpa memiliki pendirian, tetapi harus dibarengi dengan suatu prinsip yang adil dan membela kebenaran. Kita tetap harus tegas dan adil jika dihadapkan pada suatu masalah baik menyangkut diri sendiri, keluarga ataupun orang lain.

Walaupun keputusan tersebut akan berakibat pahit pada diri sendiri. Dalam ajaran Islam keadilan ditegakkan tanpa memandang bulu baik rakyat jelata maupun raja harus tunduk kepada hukum dan ajaran Allah SWT. Jika ia melanggar harus menerima segala konsekwensinya.

Bentuk- bentuk tasamuh dalam kehidupan bermasyarakat, antara lain :

1. Tidak menggangu ketenangan tetangga

Rasulullah SAW bersabda :

(20)

Hadits tersebut menjelaskan bahwa pengakuan iman seseorang tidak sempurna apabila masih suka menganggu ketenagan tenangganya, baik dengan ucapan yang jelek maupun perbuatan.

2. Kerukunan antar umat islam

Saat ini dalam agama Islam berkembang berbagai macam paham dan aliran. Walaupun demikian antara muslim yang satu dengan muslim yang lainnya tetap merupakan saudara. Munculnya aliran yang berbeda-beda dari perbedaan

penafsiran karena penguasaan ilmu yang mendukung penafsiran itu berbeda. Akan tetapi umat Islam harus menjunjung tinggi persaudaraan karena yang mengikat persaudaraan diatara mereka adalah Islam. Dalam hadits Rasulullah SAW bersabda : “Perumpamaan orang Islam di dalam sayang menyayangi dan kasih mengasihi adalah bagaikan satu tubuh yang apabila ada salah satu anggota yang sakit maka anggota tubuh yang lain akan merasakannya yaitu tidak bisa tidur dan merasa demam”(H.R. Muslim)

Salah satu wujud kerukunan adalah adanya kemauan untuk saling membantu, menolong dan saling menghargai satu sama lain.

3. Kerukunan umat Islam dengan umat beragama lain

Islam merupakan agama yang mempunyai tolerasi tinggi terhadap golongan yang beragama lain. Dakwah Islam tidak boleh dilaksanakan dengan cara kekerasan dan paksaan akan tetapi harus dengan cara yang damai Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Baqarah : 256 yang artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam); Sesungguhnya Telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat. Karena itu barangsiapa yang ingkar kepada Thaghutb dan beriman kepada Allah, Maka Sesungguhnya ia Telah berpegang kepada buhul tali yang amat Kuat yang tidak akan putus. dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui.

4. Menyukai sesuatu untuk tetangganya, sebagaimana ia suka untuk dirinya sendiri.

Rasulullah SAW bersabda : “Demi Dzat yang aku berada di dalam kekuasannya, tidaklah seorang beriman sehingga ia menyukai buat tetangganya atau saudara sesuatu yang ia sukai buat dirinya sendiri” (H.R. Muslim).

2.4 Manfaat dari Toleransi

(21)

1. Menghindari terjadinya perpecahan

Bersikap toleran merupakan solusi agar tidak terjadi perpecahan dalam

mengamalkan agama. Sikap bertoleransi harus menjadi suatu kesadaran pribadi yang selalu dibiasakan dalam wujud interaksi sosial. Toleransi dalam kehidupan beragama menjadi sangat mutlak adanya dengan eksisnya berbagai agama samawi maupun agama ardli dalam kehidupan umat manusia ini.

Dalam kaitanya ini Allah telah mengingatkan kepada umat manusia dengan pesan yang bersifat universal, berikut firman Allah SWT:

“Dia telah mensyari’atkan bagi kamu tentang agama apa yang telah diwasiatkan-Nya kepada Nuh dan apa yang telah Kami wahyukan kepadamu dan apa yang telah Kami wasiatkan kepada Ibrahim, Musa dan Isa yaitu : Tegakkanlah agama dan janganlah kamu berpecah belah tentangnya. Amat berat bagi orang-orang musyrik agama yang kamu seru mereka kepadanya. Allah menarik kepada agama itu orang yang dikehendaki-Nya dan memberi petunjuk kepada -Nya orang yang kembali.”(As-Syuro:13)

”Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” (Al-Imran:103)

Pesan universal ini merupakan pesan kepada segenap umat manusia tidak terkecuali, yang intinya dalam menjalankan agama harus menjauhi perpecahan antar umat beragama maupun sesama umat beragama.

2. Memperkokoh silaturahmi dan menerima perbedaan

Salah satu wujud dari toleransi hidup beragama adalah menjalin dan

(22)

Merajut hubungan damai antar penganut agama hanya bisa dimungkinkan jika masing-masing pihak menghargai pihak lain. Mengembangkan sikap toleransi beragama, bahwa setiap penganut agama boleh menjalankan ajaran dan ritual agamanya dengan bebas dan tanpa tekanan. Oleh karena itu, hendaknya toleransi beragama kita jadikan kekuatan untuk memperkokoh silaturahmi dan menerima adanya perbedaan. Dengan ini, akan terwujud perdamaian, ketentraman, dan kesejahteraan.

3. Memuaskan batin orang lain karena dapat mengambil haknya sebagaimana mestinya.

4. Kepuasan batin yang tercermin dalam raut wajahnya menjadikan semakin eratnya hubungan persaudaraan dengan orang lain.

5. Eratnya hubungan baik dengan orang lain dapat memperlancar terwujudnya kerjasama yang baik dalam kehidupan bermasyarakat.

6. Dapat memperluas kesempatan untuk memperoleh rezeki karena banyak relasi.

2.5 Akibat Toleransi Diabaikan

Hal-hal yang dapat terjadi apabila toleransi di dalam masyarakat diabaikan adalah:

1. Menimbulkan konflik di dalam masyarakat dikarenakan tidak adanya saling menghormati satu sama lain. Yang paling membahayakan dari konfllik adalah menyebabkan lahirnya kekerasan dan adanya korban, dan hal ini dapat berpengaruh pada keamanan dan stabilitas suatu negara.

2. Semakin maraknya pelanggaran HAM. Hal ini disebabkan oleh reduksi universalitas agama yang mengakibatkan agama tersekat dalam tempurung yang sempit dan mewujudkan angan-angan tersendiri bagi pengikutnya bisa dalam bentuk fanatisme sempit yang tidak rasional bahkan menimbulkan ketakutan terhadap agama atau kelompok yang bisa terkespresi dengan perilaku melanggar HAM.

BAB III

Penutup

(23)

Saling menghargai dalam iman dan keyakinan adalah konsep Islam yang amat komprehensif. Kita harus bersikap melindungi dan saling tolong-menolong tanpa mempersoalkan perbedaan keyakinan. Prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua manusia, dan kebaikan manusia merupakan konsekuensi alamiah dari prinsip ini.

Dalam hubungannya dengan orang-orang yang tidak seagama, Islam mengajarkan agar umat Islam berbuat baik dan bertindak adil. Selama tidak berbuat aniaya kepada umat Islam.

Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.

3.2 Saran

Toleransi sebagai salah satu kunci untuk mewujudkan hal tersebut perlu

mendapatkan perhatian yang lebih, agar terciptanya Negara yang terhindar dari perpecahan, menerima adanya perbedaan serta mencintai silaturrahmi.

Toleransi dalam Islam adalah otentik. Artinya tidak asing lagi dan bahkan mengeksistensi sejak Islam itu ada. Maka teori toleransi di dalam Islam harus diimplementasikan dan dipraktikkan secara konsisten

Daftar Pustaka

(24)

http://milakucaya.blogspot.co.id/p/toleransi-umat-beragama-dalam-islam.html

https://aljaami.wordpress.com/2011/03/31/toleransi-as-samahah-dalam-pandangan-islam/

http://www.pengertianmenurutparaahli.com/pengertian-toleransi/

Referensi

Dokumen terkait

Pandangan teologi suatu agama memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap etika penganutnya, karena keyakinan pada suatu ajaran merupakan pangkal dalam melihat kebenaran hidup..

Pandangan teologi suatu agama memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap etika penganutnya, karena keyakinan pada suatu ajaran merupakan pangkal dalam melihat

a. Kurangnya pengetahuan para pemeluk agama akan agamanya sendiri dan agama pihak lain. Kaburnya batas antara sikap memegang teguh keyakinan agama dan

Agama islam merupakan agama yang memiliki aspek-aspek yang terperinci yang ada pada satu kitab umat muslim yaitu al quran, dari sebuah keyakinan ini terdapat hal-hal yang mendasar

Pandangan teologi suatu agama memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap etika penganutnya, karena keyakinan pada suatu ajaran merupakan pangkal dalam melihat

Pandangan teologi suatu agama memiliki pengaruh yang sangat kuat terhadap etika penganutnya, karena keyakinan pada suatu ajaran merupakan pangkal dalam melihat kebenaran hidup..

Toleransi beragama bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan dan juga bukan untuk saling bertukar agama atau keyakinan dengan kelompok lain yang memiliki keyakinan berbeda, namun

Dari tiga pengertian moral di atas, dapat disimpulkan bahwa Moral adalah suatu keyakinan tentang benar salah, baik dan buruk, yang sesuai dengan kesepakatan sosial, yang mendasari