• Tidak ada hasil yang ditemukan

Toleransi: Perspektif Islam tentang Keharmonisan

N/A
N/A
Muhammad Fabian Raharjo

Academic year: 2024

Membagikan " Toleransi: Perspektif Islam tentang Keharmonisan"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Secara etimologi berasal dari kata tolerance (dalam bahasa Inggris) yang berarti sikap

membiarkan, mengakui dan menghormati keyakinan orang lain tanpa memerlukan persetujuan.

Di dalam bahasa Arab dikenal dengan tasamuh, yang berarti saling mengizinkan, saling memudahkan (Al-Munawar, 1987, hal. 13).

Jadi toleransi adalah sikap lapang dada terhadap prinsip orang lain, tidak berarti seseorang harus mengorbankan kepercayaan atau prinsip yang dianutnya melainkan harus tercermin sikap yang kuat atau istiqamah untuk memegangi keyakinan atau pendapatnya sendiri.

Khisbiyah (2007, hal. 4) berpendapat bahwa toleransi adalah kemampuan untuk menahankan hal-hal yang tidak kita setujui atau tidak kita sukai, dalam rangka membangun hubungan sosial yang lebih baik.

Al-Qardhawi (1985, hal. 95-97) berpendapat bahwa toleransi sebenarnya tidaklah bersifat pasif, tetapi dinamis. Sehubungan hal tersebut, al-Qardhawi mengategorikan toleransi keagamaan dalam tiga tingkatan. Pertama, toleransi dalam bentuk hanya sebatas memberikan kebebasan kepada orang lain untuk memeluk agama yang diyakininya, tetapi tidak memberinya kesempatan untuk melaksanakan tugas-tugas keagamaan yang diwajibkan atas dirinya. Kedua, memberinya hak untuk memeluk agama yang diyakininya, kemudian tidak memaksanya mengerjakan sesuatu sebagai larangan dalam agamanya. Ketiga, tidak mempersempit gerak mereka dalam melakukan hal-hal yang menurut agamanya halal, meskipun hal tersebut diharamkan menurut agama kita.

(62088-ID-peran-kecerdasan-emosi-dalam-meningkatka.pdf)

Kata toleransi berasal dari kata tolerance (dalam bahasa Inggris) yang berarti sikap sabar dan kelapangan dadamembiarkan, mengakui dan menghargai keyakinan orang lain tanpa

memerlukan persetujuan.5

Kata toleransi juga berasal dari bahasa Latin, yaitu tolerantia yang artinya kelonggaran, kelembutan hati, keringanan dan kesabaran.7

(148609131.pdf)

(2)

Secara kebahasaan, kata toleransi berasal dari bahasa latin tolerare yang berarti bertahan tau memikul. Toleran disini diartikan dengan saling memikul walaupun pekerjaan itu tidak disukai;

atau memberi tempat kepada orang lain, walaupun kedua belah pihak tidak sependapat (Siagian, 1993: 115).

Pemberian kebebasan itu dilakukan selama ia tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan azas terciptanya ketertiban dan kedamaian dalam masyarakat (Hasyim, 1978: 22).

Ada pula yang mengartikan tasamuh sebagai kesabaran hati dan membiarkan selama tidak merusak bingkai keimanan (Musthofa, et al, 1997: 57).

Toleransi bagi Abdurrahman Wahid bukan sekedar menghormati atau tenggang rasa, tetapi harus diwujudkan pengembangan rasa saling pengertian yang tulus dan diteruskan dengan saling memiliki (sense of bilonging) dalam kehidupan menjadi “ukhuwah basyariyah”. (Wahid, 1981:

173).

(6683-13664-1-PB.pdf)

Dalam bahasa Arab yaitu al- tassamuh yang berarti sikap tenggang rasa, teposelero, dan sikap membiarkan. Sedangkan secara terminologis, toleransi ialah memperbolehkan orang lain dalam melakukan sesuatu yang sesuai dengan kepentingan masing-masing.7

Dalam konteks sosial budaya dan agama, toleransi merupakan sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap pihak yang berbeda dalam suatu masyarakat.8

Toleransi menjadi salah satu bentuk untuk saling menghormati sesama dan tidak memaksakan kehendak. Manusia yang menganggap dirinya lebih tinggi, baik, dan benar justru cenderung akan menimbulkan sikap yang anti toleran.9

(3)

Toleransi beragama merupakan bentuk akomodasi dalam interaksi sosial. Manusia beragama secara sosial tidak bisa menafikan bahwa mereka harus bergaul bukan hanya dengan

kelompoknya sendiri, tetapi juga dengan kelompok yang berbeda agama. Umat yang beragama harus berupaya untuk memunculkan toleransi agar terjaga kestabilan sosial sehingga tidak terjadi benturan-benturan ideologi dan fisik di antara umat yang berbeda agama.14

Dalam toleransi beragama, ada dua tipe toleransi beragama: pertama, toleransi beragama pasif yaitu sikap menerima perbedaan sebagai sesuatu yang bersifat faktual. Kedua, toleransi beragama aktif yaitu toleransi yang melibatkan diri dengan yang lain di tengah perbedaan dan keagamaan. Toleransi aktif merupakan ajaran semua agama.15

Toleransi antar umat beragama ialah masing-masing umat beragama membiarkan atau

memperbolehkan dan menjaga suasana yang kondusif, aman, dan tentram bagi umat agama lain untuk melaksanakan ibadah dan ajaran agamanya tanpa dihalang-halangi oleh siapapun.16 Toleransi antar umat beragama yang benar merupakan salah satu pilar utama agar terwujudnya kerukunan antar umat beragama. Hidup berdampingan, saling menghormati dan saling

menghargai pemeluk agama lain adalah salah satu bentuk perwujudan dari adanya rasa toleransi.

Toleransi yang benar ialah tidak mencampuradukkan antara ibadah suatu agama dengan agama lain.17

(5489-25348-1-PB.pdf)

Lebih lanjut, Dewan Ensiklopedia Nasional Indonesia memberikan batasan terhadap makna toleransi pada sikap menerima keberagaman dan keanekaragaman agama dan keyakinan orang

lain.8 (5076-18366-2-PB.pdf)

Berkaitan dengan masalah toleransi, menurut Abdillah (1996) ada dua macam penafsiran tentang hal itu. Pertama, toleransi hanya menuntut pihak lain agar dibiarkan sendiri atau tidak dianiaya (the negative interpretation of tolerance); kedua, toleransi membutuhkan lebih dari itu yakni

(4)

membutuhkan bantuan, peningkatan dan pengembangan (the positive interpretation of tolerance). Namun penafsiran positif ini hanya dituntut dalam situasi, bahwa objek toleransi adalah sesuatu yang tidak salah secara moral dan tidak bisa diubah seperti dalam kasus toleransi rasial (Abdillah, 1996).

(3565-Article Text-9256-1-10-20170526.pdf)

Sikap toleransi menurut Kiai Misbah harus dibangun dengan sebuah prinsip bahwa setiap manusia memiliki nurani, memaksa mereka untuk masuk agama tertentu adalah memasung nurani mereka yang jauh dari nilai kemanusiaan.

Kiai Misbah menegaskan bahwa sikap toleran tersebut harus tetap dilandasi dengan keyakinan kuat akan kebenaran Islam.

(2399-8348-1-PB.pdf)

Toleransi dalam bahasa Arab disebut “tasamuh” artinya kemurahan hati, saling mengizinkan, saling memudahkan.3

Menurut Umar Hasyim, toleransi diartikan sebagai pemberian kebebasan kepada sesama manusia atau kepada semua warga masyarakat untuk menjalankan keyakinannya atau aturan hidupnya dalam menentukan nasibnya masing-masing, selama di dalam menjalankan dan menentukan sikapnya itu tidak melanggar dan tidak bertentangan dengan syarat-syarat asas terciptanya ketertiban dan perdamaian masyarakat.4

(734-1695-1-SM.pdf)

Dalam The Oxford English Dictionary mendefinisikan “tolerance” the action or practice of enduring or sustaining pain or hardship; the power or capacity of endruing.9

Sedangkan dalam bahasa latin kata “toleransi” berasal dari kata “tolerantia” yang mempunyai makna kelonggaran, kelembutan hati, keringana dan kesabaran.10

(5)

Kevin Osborn dalam bukunya yang berjudul Tolerance mengatakan bahwa toleransi adalah salah satu pondasi penting dalam berpolitik, sebab demokrasi hanya akan dapat berjalan dengan baik manakala seseorang dapat menahan pendapatnya dan bisa menerima pendapat orang lain.14 Toleransi dalam konteks agama diartikan sebagai kebebasan masimg- masing individu untuk menganut Agama apapun yang diyakininya, serta mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Hal ini diatur dalam undang- undang atau konstitusi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.18 Meskipun setiap Agama meyakini bahwa hanya ia satu- satunya Agama yang paling benar,19 akan tetapi disaat yang sama, setiap pemeluk agama harus menerima adanya pluralitas dalam kehidupan beragama.

(657-Article Text-1905-1-10-20190628.pdf)

Unesco mengartikan toleransi sebagai sikap saling menghormati, saling menerima, saling menghargai di tengah keragaman budaya, kebebasan berekspresi dan karakter manusia.2 Toleransi beragama adalah toleransi yang mencakup masalah-masalah keyakinan dalam diri manusia yang berhubungan dengan akidah atau ketuhanan yang diyakininya. Seseorang harus diberikan kebebasan untuk meyakini dan memeluk agama (mempunyai akidah) yang dipilihnya masing-masing serta memberikan penghormatan atas pelaksanaan ajaran-ajaran yang dianut atau diyakininya.3

Moto agree in disagrement15 menjadi modal sosial yang kuat dalam tole- ransi beragama.

Toleransi itu cukup mensyaratkan adanya sikap membiarkan dan tidak menyakiti orang atau kelompok lain, baik yang berbeda maupun yang sama.

(588-1498-1-PB.pdf)

(6)

Kerukunan

Perilaku ego, klaim atas kebenaran, fanatisme sempit, dan sikap eksklusif, ditemukan sebagai reaksi negatif yang berpotensi menjadi variabel pengganggu kerukunan itu sendiri (Sumbulah, 2015).

27-Article Text-91-2-10-20191123.pdf

Kerukunan juga bisa bermakna suatu proses untuk menjadi rukun karena sebelumnya ada ketidak rukunan serta kemampuan dan kemauan untuk hidup bersama dengan damai dan tenteram.8 Kerukunan adalah sikap atau sifat menenggang berupa menghargai serta membolehkan suatu pendirian, pendapat, pandangan, kepercayaan maupun yang lainya yang berbeda dengan pendirian.5

Kerukunan juga diartikan sebagai kehidupan bersama yang diwarnai oleh suasana yang harmonis dan damai, hidup rukun berarti tidak mempunyai konflik, melainkan bersatu hati dan sepakat dalam berfikir dan bertidak demi mewujudkan kesejahteraan bersama. Di dalam kerukunan semua orang bisa hidup bersama tanpa ada kecurigaan, dimana tumbuh sikap saling

menghormati dan kesediaan berkerja sama demi kepentingan bersama. Kerukunan atau hidup rukun adalah suatu sikap yang berasal dari lubuk hati yang paling dalam terpancar dari kemauan untuk berinteraksi satu sama lain sebagai manusia tanpa tekanan dari pihak manapun.9

Kerukunan antar umat beragama itu sendiri juga bisa diartikan dengan toleransi antar umat beragama. Dalam toleransi itu sendiri pada dasarnya masyarakat harus bersikap lapang dada dan menerima perbedaan antar umat beragama. Selain itu masyarakat juga harus saling menghormati satu sama lainnya misalnya dalam hal beribadah, antar pemeluk agama yang satu dengan lainnya tidak saling mengganggu.12

(7)

Dengan demikian kerukunan antar umat beragama merupakan salah satu tongkat utama dalam memelihara hubungan suasana yang baik, damai, tidak bertengkar, tidak gerak, bersatu hati dan bersepakat antar umat beragama yang berbeda-beda agama untuk hidup rukun.13

BAB II

Kata kerukunan terambil dari akar kata rukun yang berarti baik, damai, tidak bertengkar, dan bersatu hati serta bersepakat. Adapun kerukunan berarti kehidupan dan rasa yang terjalin dengan damai, baik, tidak bertengkar, dan bersatu hatii.

Prinsip-prinsip Kerukunan antarumat beragama menurut ajaran Islam

dituangkan dalam Al-Qur'an dan Hadis, serta telah dipraktekkan oleh umat Islam,

sejak masa Rasul SAW, masa sahabat sampai sekarang. Prinsip-prinsip itu antara lainviii:

1. Islam tidak membenarkan adanya paksaan dalam memeluk suatu agama (Q.S. al- Baqarah (2): 256).

2. Allah SWT tidak melarang umat Islam untuk berbuat baik, berlaku adil dan tidak boleh memusuhi penganut agama lain, selaama mereka tidak memusuhi, tidak memerangi dan tidak mengusir orang Islam (Q.S. al-Muthahanah: 8)

c. Dalam pandangan Islam, hanya agama Islam yang benar, namun Islam mengakui eksistenssi agama lain (Q.S. Ali Imran (3): 19, 85; al-Maidah (5): 3, 77; at- Taubah (9): 33). Setiap pemeluk agama memiliki kebebasan untuk menjalankan agamanya masing-masing. Bagi orang Islam adalah amalan menurut syari'at Islam, dan bagi penganut agama lain adalah amalan menurut syari'at agama mereka masing-masing (Q.S. al-Baqarah (2): 139 dan al-Kafirun (109): 1-6).

4. Islam menghalalkan makan binatang sembelihan Ahli Kitab, dan menghalalkan laki-laki muslim menikahi wanita ahli kitab (Q.S. al-Maidah (5): 5).

(8)

5. Islam mengharuskan berbuat baik dan menghormati hak-hak tetangga, tanpa membedakan agama tetangga tersebut. Sikap menghormati tetangga tersebut dihubungkan dengan iman kepada Allah SWT dan iman kepada hari akhir (H.R.

Muttafaq 'Alaih).

Pembinaan kerukunan hidup beragama adalah upaya yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab untuk meningkatkan kerukunan hidup beragama,

denganxiv :

1. Menanamkan pengertian akan nilai dan kehidupan bermasyarakat yang mampu mendukung kerukunan hidup beragama.

2. Mengusahakan lingkungan dan keadaan yang mampu menunjang sikap dan tingkah laku yang mengarah kepada kerukunan hidup beragama.

3. Menumbuhkan dan mengembangkan sikap dan tingkah laku yang mewujudkan kerukunan hidup beragama.

4. Perundang-undangan dalam rangka memelihara kerukunan umat beragamaxv a. Pancasila, Undang-undang Dasar 1945.

Pada sila pertama Pancasila disebutkan "Ketuhanan Yang Maha Esa.

Sedangkan pasal 29 ayat (1) yang berbunyi: "Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa"xvi. Menurut Hazairin, pasal 29 ayat (1) tersebut bermakna bahwa negara Republik Indonesia wajib menjalankan syari'at Islam bagi orang Islam, syari'at Nasrani bagi orang Nasrani, syari'at Hindu Bali bagi orang Bali, yang dalam menjalankannya memerlukan

perantaraaan kekuasaan negara. Jika negara tidak bersedia memikul kewajiban sebagian syari'at

(9)

agama yang berupa hukum dunia itu, maka negara berarti telah melakukan sabotase terhadap perintah Allah SWT dan merupakan pelanggaran terhadap Pasal 29 ayat (1) UUD 1945xvii. Pasal 29 Undang-undang Dasar 1945 di atas mengisyaratkan kebebasan untuk menjalankan agama Islam bagi umat Islam. Perwujudan dari hal tersebut, pemerintah wajib menjamin berjalannya hukum-hukum Islam bagi pemeluk agama Islam.

Bahkan pemerintah wajib terlibat langsung dalam penerapan hukum Islam yang membutuhkan keterlibatan pemerintahxviii.

b. Perundang-undangan lain, anatar lain:

1). Undang-undang No. 1/PNPS/1965 tanggal 27 Januari 1965, tentang Pencegahan,

Penyalahgunaan dan atau Penodaan Agama. Undang-undang ini dimasukkan menjadi pasal 156 a Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

2). Keputusan Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 01/Ber/MDN- MAG/1969 tanggal 13 September 1969 tentang Pelaksanaan Tugas Aparat Pemerintahan dalam menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya.

3). Instruksi Menteri Agama No. 4 Tahun 1978 tanggal 11 April 1978 tentang Kebijakan Mengenai Aliran Kepercayaan.

4). Keputusan Menteri Agama No. 70 tahun 1978 tanggal 1 Agustus 1978 tentang Pedoman Penyiaran Agama.

5). Keputusan Menteri Agama No. 77 tahun 1978 tanggal 15 Agustus 1978 tentang Bantuan Luar Negeri Kepada Lembaga-Lembaga Keagamaan di Indonesia.

6). Keputusan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 1 tahun 1979 tanggal 2 Januari 1979 tentang Tata Cara Penyiaran Agama dan Bantuan Luar Negeri.

(10)

7). Instruksi Menteri Agama No. 8 tahun 1979 tanggal 27 September 1979 tentang Pembinaan, Bimbingan dan Pengawasan terhadap Organisasi dan Aliran dalam Islam yang Bertentangan dengan Ajaran Islam.

8). Keputusan Menteri Agama RI No. 35 tahun 1980 tanggal 30 Juni 1980 teentang Wadah Musyawarah Antarumat Beragama.

9). Surat Edaran Menteri Agama No. MA/432/1981 tentang Penyelenggaraan Hari-hari Besar Keagamaan.

Dengan demikian kerukunan adalah jalan hidup manusia yang memiliki bagian-bagian dan tujuan tertentu yang harus dijaga bersama-sama, saling tolong menolong, toleransi, saling menjaga satu sama lain.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini membahas tentang K.H.Abdurrahman Wahid dan dinamika pemikiran pendidikan Islam toleransi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tentang: 1) Konsep

Dengan adanya sikap toleransi tersebut pada setiap masyarakat sudah sangat berkembang cukup baik yang mana seiring berjalannya waktu pada ketertiban lingkungan

Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap a historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap

Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial , budaya dan agama yang berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi terhadap kelompok-kelompok yang berbeda

Hal itu dimungkinkan karena Buddha mengembangkan sikap toleransi dalam wujud antara lain tidak memaksa orang lain untuk menjadi pengikut, menghormati penganut

Prinsip yang mengakar paling kuat dalam pemikiran Islam yang mendukung sebuah teologi toleransi adalah keyakinan kepada sebuah agama fitrah, yang tertanam di dalam diri semua

Hasil penelitian menunjukan terdapat empat indikator sikap toleransi, yaitu menghargai orang lain, menerima perbedaan, menghormati orang lain yang kondisinya

Prinsip-Prinsip Bekerja dalam Islam SIKAP KOMPETITIF sikap kompetitif melahirkan sikap berorientasi ke masa depan PLANNING perencanaan yang dilakukan sebelum melakukan suatu