• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengertian Topeng dan Blantek Seni Yang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pengertian Topeng dan Blantek Seni Yang"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

Pengertian Topeng dan Blantek

Sebelum membahas sejarah tentang Topeng Blantek disini sebenernya ada pemisahan kata

makna yaitu Topeng dan Blantek yang masing-masing memiliki arti tersendiri yaitu:

Topeng adalah alat penutup muka, pada umumnya dibuat dari kayu atau kertas, menyerupai

muka orang atau makhluk lain. Untuk keperluan seni pertunjukan pembuatan topeng mempunyai

dua tujuan. Pertama, topeng dapat mengaktualisasikan jalan ceritanya lebih sempurna. Misalnya

untuk menggambarkan tokoh baik. Topengnya diberikan warna putih, sedangkan untuk tokoh

ganas warna merah yang cocok, dan untuk penjahat warna hitam yang umumnya dipakai.

Disamping warna juga diberikan lukisan muka, misalnya untuk tokoh kesatria matanya kecil,

hidung mancung, mulut kecil, sedangkan untuk tokoh raksasa matanya besar, hidungnya besar

dan lebar, mulutnya lebar sampai gigi-giginya nampak seram. Kedua, para pemain pertunjukan

dapat “menyembunyikan” diri di balik topeng, karena dengan memakai topeng maka penonton

tidak mengenenal siapa yang memakai topeng tersebut.

Dengan demikian, maka pemainnya lebih bebas menjalankan tugas permainan dan penonton

tidak mudah sentiment terhadap pemain itu sendiri. Agar sebuah topeng tidak mudah terlepas

dari pemakainya, ada tali yang mengikatkan topeng kebelakang. Disamping itu ada juga

semacam lidah yang digigit oleh pemakainya, bila berbicara terpaksa topeng diangkat sedikit.

Untuk lebih bebas lagi bila topeng dibuat setengah (sampai atas mulut).

Topeng awalnya diciptakan untuk keperluan upacara religi, sehingga roh dewa atau mahluk

halus lainnya yang mukanya tentu lain dari manusia biasanya dapat di ekspresikan dengan baik.

Masing-masing daerah memiliki model topeng sendiri dalam menggambarkan tokoh yang

(2)

topengnya perlu lebih menarik, membuat orang bergembira, bukan lagi harus ditakuti seperti

pada masa lalu.1

Penulis menemukan perbedaan dalam mengartikan sebuah Topeng, dalam buku yang saya

baca bahwa Topeng adalah sejenis drama rakyat yang memakai kejadian rumah tangga

sehari-sehari sebagai themanya dengan penekan pada humor.

Istilah Topeng dipakai, karena sebelum pertunjukan dimulai selalu muncul seorang penari

yang menari-nari membawakan tarian-tarianya, yang kemudian disusul oleh seorang laki-laki.

Biasanya yang laki-laki bertanya, “Ade ape sih?”, yang dijawab dengan,”Gue lagi nopeng” oleh

penari wanita itu, lalu dimulailah pertunjukan Topeng Blantek atau juga bias disebut Topeng

Betawi.

Bahasa yang dipakai dalam pertunjukan Topeng ialah bahasa Betawi Ora, yaitu bahasa yang

dipergunakan oleh masyarakat Betawi didaerah pinggiran yang sedikit agak berbeda dengan

Betawi di Jakarta Pusat. Pakaian yang dipergunakan oleh para pemainnya pakaian biasa, yaitu

pakaian yang dikenakan atau dipakai sehari-sehari, dengan maksud agar mencerminkan keadaan

yang sesungguhnya. panggung yang dipakai berbentuk area, tanpa alat-alat rumah tangga sama

sekali. Tetapi ditengah-tengah area tersebut terdapat sebuah tiang dengan tiga buah lampu

minyak dan disekitar tempat itulah pertunjukan dipentaskan.2

Dalam perkembanganya hingga kini memang pertunjukan topeng masih dipentaskan,

khususnya di daerah Jakarta pinggiran. Karena terpengaruh oleh kebudayaan sunda, maka

pertunjukan Topeng Blantek ini memakai gamelan dan lagu-lagu Sunda dengan campuran

bahasa Betawi Ora.3

1 Supartono Widyosiwoyo, Sejarah Seni Rupa Indonesia II, (Jakarta: Universitas Trisakti, 2002)hal. 99-100. 2 Anwarudin Harapan, Sejarah, Sastra, dan Budaya Betawi, Jakarta, APPM, 2006, Hal.138-139

(3)

Sedangkan untuk kata blantek ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan berasal dari

bunyi-bunyian musik yang mengiringinya. Yaitu satu rebana biang, dua rebana anak dan satu

kecrek yang menghasilkan bunyi, blang blang crek. Namun, karena lidah lokal ingin enaknya

saja dalam penyebutan maka muncullah istilah blantek. Namun, ada juga pandangan dari

beberapa tokoh Betawi bahwa kata Blantek merupakan bunyi dari rebana biang dan alat

sederhana seperti kayu yaitu “berbunyi blang dan tek”.

Yahya Andi Saputra mengatakan bahwa “Penamaan Topeng Blantek itu diberikan karena

pertunjukan tersebut dahulunya menggunakan alat-alat : seperti rebana dan kayu. Jika rebana

biang berbunyi blang dan kayu berbunyi tek jadi blang tek atau blantek. Oleh sebab itu

dinamakanlah menjadi Topeng Blantek”.4 Atik Soepandi juga menjelaskan bahwa asal-muasal

penamaan Blantek, yaitu dari nama rebana biang dan rebana kotek.5 Seiring perkembangan

waktu penggunaan rebana biang bergeser pada alat-alat tradisional lain yang digunakan sebagai

pengiring Topeng Blantek seperti gamelan, kromong, gong, gendang dan lain-lain, sehingga

rebana biang jarang digunakan oleh para seniman.

Pendapat lainnya mengatakan, asal nama blantek berasal dari Inggris, yaitu blindtexs, yang

berarti buta naskah. Marhasan (55),6 mengatakan permainan blantek dahulu kala tidak memakai

naskah dan sutradara hanya memberikan gagasan-gagasan garis besar cerita yang akan

dimainkan.

Istilah Blantek dalam kesenian ini adalah campur aduk, tidak karuan, tidak semestinya atau

masih dalam tahap belajar. Blantek dalam arti tidak karuan campur aduk dan tidak semestinya

didasari oleh anggapan bahwa kesenian ini dalam penyajiannya memasukkan unsur-unsur

4 Dikutip dari berita jakarta : http://kampungbetawi.com/gerobog/bebulan/menelisik-topeng-betawi/ diakses 28-12-2014 15:37

(4)

kesenian lain seperti rebana, ketuk tilu, dan topeng. Munculnya Blantek berawal dari keisengan

bocah angon. Bocah angon merupakan penyebutan untuk anak yang sedang pergi mengembala

ternak. Anak pengembala yang sedang istirahat itu kemudian iseng iseng main Topeng Blantek.

Perkembangan Kesenian blantek pada awalnya diakui sebagai teater topeng tingkat pemula.

Namun, seiring dengan perkembangannya seniman blantek, perkumpulan blantek pun

bermunculan, seperti di Ciseeng, Citayam, Bojong Gede, dan Pondok Rajeg.7

Sejarah Topeng Blantek

Seni budaya tradisional merupakan bagian dari kehidupan masyrakat. Sama halnya dengan

seni budaya Topeng Blantek yang menjadi bagian dari masyarakat Betawi dahulu. Masyarakat

Betawi yang cinta terhadap seni budayanya, akan peduli pada kesenian tradisionalnya. Setiap

seni budaya memiliki sejarah asal-usul terbentuknya budaya tersebut. Sejarah itu juga ada pada

asal lahirnya seni budaya Topeng Blantek. Seni budaya Topeng Blantek yang tercipta dari

masyarakat Betawi dahulu, Awal munculnya seni budaya Topeng Blantek pada zaman

penjajahan Belanda, sekitar abad 19. Pada zaman penjajahan Belanda, pergelaran Topeng

Blantek sering dilaksanakan oleh orang-orang Betawi pada saat malam hari. Pada waktu itu

pergelaran Topeng Blantek lebih sering dipertunjukkan, karena pada saat itu belum banyak seni

budaya yang lahir. Para pemain Topeng Blantek disebut panjak. Mereka yang memainkan

Topeng Blantek pada umumnya adalah orang-orang Betawi. Pergelaran Topeng Blantek saat itu

menjadi hiburan rakyat dan para koloni Belanda. Asal nama Topeng Blantek berasal dari kata

Topeng yang artinya sandiwara dan Blaind Teks yang artinya tanpa teks.8 Jadi setiap

orang-orang Betawi dahulu menampilkan pertunjukan sandiwara secara spontas tidak menggunakan

teks atau naskah cerita dan terkandung nilai-nilai didalamnya yang bersifat universal.

7 Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, Ragam Seni Budaya Betawi, cetakan I, Jakarta: Fakultas Ilmu Pengtahuan Budaya, 2012. Hal. 99-100

(5)

Seni budaya tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan manusia apa lagi masyarakat asli Betawi

. Seni budaya Topeng Blantek memiliki asal-usul sejarah dalam masyarakat Betawi. Pada saat

awal dibentuknya seni budaya ini merupakan seni hiburan yang diminati masyarakat pada saat

itu. Walaupun, pada sekarang ini Topeng Blantek mengalami kemunduran. Kebertahanan

Topeng Blantek di Jakarta salah satunya di pengaruhi oleh adanya sanggar Betawi yang

berlandaskan pada kesenian tradisional Topeng Blantek. Peran sanggar juga sangat terkait

dengan pemiliknya yang merupakan seniman Betawi. Seniman Betawi merupakan pelopor

penggerak pelestarian terhadap seni budaya. Akan tetapi, hal tersebut perlu dibantu dan didukung

oleh faktor lain. Seni budaya Topeng Blantek merupakan produk masyarakat Betawi dan

sekaligus menjadi media sosial Betawi.

Sebelum lahirnya Topeng Blantek, pertunjukan Topeng dan Lenong sudah ada. Topeng

Blantek lahir karena sisi tolak yang berbeda antara Topeng dengan Lenong. Saat itu, Lenong

merupakan hiburan masyarakat kelas atas. Sedangkan Topeng merupakan hiburan masyarakat

kelas menengah kebawah. Dari kedua faktor itulah, Topeng Blantek lahir untuk menjadi seni

budaya yang bersifat universal bagi masyarakat. Oleh sebab itu Topeng Belantek lahir, ketika

ada kesenjangan pada masyarakat yang diakibatkan oleh dua faktor tersebut.

Mengenai hal tersebut, Abdurrachiem menegaskan,“Topeng Blantek itu lahir dari sebuah

proses keberadaan pertunjukan Topeng dan Lenong. Lenong ditonton oleh masyarakat kelas atas

salah satunya tuan tanah. Sedangkan Topeng untuk kalangan masyarakat kelas bawah. Dan

Topeng Blantek ada sebagai sisi netral atau penyeimbang. Dalam arti bahwa Topeng Blantek

dapat ditonton oleh semua kalangan.”9

Walaupun demikian, Topeng Blantek menjadi salah satu hiburan rakyat yang berasal dari seni

tradisional masyarakat Betawi. Pada awal keberadaannya, Topeng Blantek dalam

(6)

pertunjukannya menggunakan obor. Obor di gunakan sebagai alat penerang dalam pertunjukan

dan selalu digunakan oleh tokoh Jantuk, karena dahulu Topeng Blantek pertunjukannya selalu

dimainkan pada malam hari.

Topeng Blantek berkembang dan disebar luaskan oleh para pedagang keliling jaman dulu,

sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka suka bercerita diantara sundung

dagangannya. Sejak jaman dulu, para penggarap Topeng Blantek kebanyakan bertani dan

berdagang pada siang harinya, itupun jika diantara mereka tidak manggung pada malam harinya.

Sejak tahun 1950-an aktivitas Topeng Blantek vakum. Dan mulai tahun 70-an Pemda DKI

Jakarta mulai menggali kembali blantek. Namun setelah banyaknya seni pertunjukan asing

masuk, maka kesenian budaya Betawi semakin menghilang dan diantara kesenian budaya

Betawi mulai dikenal masyarakat Betawi dan ditayangkan kembali oleh TVRI, serta menjadi

akrab kembali. Lebih-lebih Topeng Betawi dan Topeng Blantek yang disajikan diruang terbuka

di halaman dengan arena terbentuk oleh kerumunan para penontonnya hingga merupakan

lingkaran atau tapal kuda jika penonton menghadap ke layar tunggal. Dengan bentuk yang

demikian, maka posisi pemain dan penonton tanpa batas selama pertunjukan berlangsung.

Terkadang terjadi dialog antara para pemain dengan para penonton secara spontan dalam

beberapa saat. Pada dasarnya Topeng Blantek dengan Topeng Betawi adalah sama.

Perbedaannya terletak pada iringan musiknya. Topeng Betawi diiringi oleh musik Gamelan

Topeng berbau gaya Sunda yang ditambah oleh iringan gesekan Rebab, sedangkan Topeng

Blantek diiringi oleh Rebana Biang yang terdiri dari 3 buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek).

Pada tahun 1979 diadakan lokakarya dan festival Topeng Blantek Kemudian Pada tahun

1990 an, Pergelaran Topeng Blantek tidak menggunakan teks, sehingga para pemainnya tidak

(7)

menjadi faktor utama untuk menghasilkan sebuah dialog akan tetap sesuai dengan pembagian

tugas pemain berdasarkan tema cerita yang ada didalam pertunjukan. Penamaan Topeng

merupakan adanya tokoh Jantuk yang selalu menggunakan Topeng. Dahulu beberapa Sanggar

Topeng Blantek, banyak memiliki cerita yang menjadi populer pada zamannya, seperti tabel

dibawah ini :

Tabel Sanggar Topeng Blantek tahun 1990an10

NAMA SANGGAR PIMPINAN JUDUL NASKAH

Doa Sumiati Warta Bin Selli Bodoh Pinter

Edi Jaya Marta Ketiban Duren

Fajar Ibnu Sena Nasir Mupid

Si Jampang Pengen Jadi

Gubenur

Kontemporer Jaya Muhasyim Salah Colek

Tema cerita yang sering ditampilkan dalarn pementasan Topeng Blantek tentang tokoh

Legenda Betawi, seperti Si Pitung,, Jampang,, Nyai Dasimah dan lain-lain. Di dalam

pertunjukan Topeng Blantek, selain cerita terkadang ditampilkan tari-tarian. Tarian yang

dipertunjukkan yaitu Ronggeng Blantek, Ngarojeng, Yapong, Topeng Tunggal, dan tari Betawi

lainnya.

Kesenian Topeng Blantek sekarang ini tidak menggembirakan. Blantek hanya tumbuh dan

berkembang di wilayah sekitar Bogor, khususnya di kampung Bojong Gede, Pondok Rajeg,

Citayam, dan Ciseeng. Regenerasi tidak berjalan sebagaimana seharusnya. Namun, ada seorang

seniman yang giat berusaha memperkenalkan dan membawa Topeng Blantek diberbagai

pertunjukan seni yaitu Ras Barkah pada eranya Ras Barkah telah membawa kesenian Topeng

Blantek kepuncak kepopulerannyya dalam mengembangakan Kesenian kesenian Topeng Blantek

(8)

pada tahun 1994, banyak kesuksesan yang telah dicapai oleh Ras Barkah terutama membangun

yayasan untuk kemajuan kesenian Topeng Blantek.

Topeng Blantek merupakan hasil budaya masyarakat Betawi yang pada saat ini

“termarjinalkan” oleh situasi. Topeng Blantek belum diketahui sebagian besar masyarakat dan

berbanding terbalik jika dibandingkan dengan keberadaan Lenong. Padahal dalam khazanah

kebudayaan Betawi, Topeng Blantek menjadi bagian penting bagi masyarakat Betawi. Karena

apa? “Karena didalam pertunjukan Topeng Blantek terkandung aspek moral, agama dan

sosiologi masyarakat Betawi itu sendiri”. Contohnya bahwa pada setiap pertunjukannya Topeng

Blantek bersetting sundung dan obor. Sundung pada jaman dulu adalah alat paling berharga bagi

masyarakat Betawi dan begitu pula obor adalah simbol perjuangan masyarakat Betawi pada masa

itu.11

Nilai-Nilai Topeng Blantek Sebagai Media Untuk Masyarakat.

Didalam pertunjukan seni Topeng Blantek Para pemain dan seniman Topeng Blantek selalu

menyampaikan maksud dan tujuan pada pertunjukannya. Nilai yang merupakan tuntunan berarti

harus terkandung dalam norma di masyarakat. Norma sendiri terdiri dari cara (usage), kebiasaan

( folkways ), tata kelakuan (mores) dan adat istiadat (custom).12 Nilai yang menjadi sebuah

tuntunan mempunyai peran penting terhadap kehidupan masyarakat. Nilai bersifat positif ini

secara langsung di transfer melalui seni budaya pada masyarakat luas. Nilai yang menjadi

tuntunan dapat memberikan sebuah pengamalan dan manfaat juga bagi para seniman dan

masyarakat luas. Nilai-nilai umum yang diberikan pada seni budaya adalah estetika dan etika.

Nilai estetika dilihat pada seni budaya salah satunya dari segi penampilan dan gerakan-gerakan

(9)

dalam pertunjukan seni budaya Topeng Blantek. Nilai etika pada kesenian ini ditunjukan .dengan

moralitas, religius, dan karakter.

Nilai-nilai yang terkandung pada sebuah seni budaya Topeng Blantek harus ada dan tetap

dipertahankan karena dapat menjadi sebuah tuntunan hidup atau media untuk bermasyarakat.

Oleh karena itu, seni budaya Topeng Blantek tidak hanya sekedar tontonan, akan tetapi secara

substansi menjadi sebuah tuntunan di masyarakat luas terutama bagi kelompok masyarakat

Betawi dan seniman.

Dalam pertunjukan teater seni Topeng Blantek ini memiliki banyak peran yaitu sebagai media sosial , media dakwah dan sebagai menghibur masyarakat yang menonton pertunjukan tersebut . fungsi dan peran sangat penting disamping untuk menghibur masyarakat dan Topeng Blantek ini didalam pertunjukan dapat unsur unsur dakwah yang isinya nasehat dan ajaran agama maknanya bnyak bagi para penonton pertunjukan seni Topeng Blantek dan juga pertunjukan tersebut sebagai media sosial pada saat penampilan pertujukan dimulai setiap pemain melakukan interaksi menyapa para penonton dengan salam dan pada saat pemain mulai bermain melakuan lakonan atau alur cerita yang lucu sehingga mengajak penonton masyarakatnya tertawa.

Peranan Topeng Blantek Sebagai Media Sosial

Seni budaya adalah bagian dari kehidupan mayarakat dan juga merupakan sebuah media

sosial masyarakat. Seni budaya sebagai media sosial yang dihasilkan dari produk sosial untuk

menyalurkan aspirasi masyarakat.

Topeng Belantek adalah berperan sebagai media sosial masyarakat Betawi. Media sosial yang

berlandaskan atas nilai-nilai dan merupakan sebuah sarana apreasiasi masyarakat untuk

menampilkan sesuatu yang ingin diungkapakan dan disalurkan, melalui pertunjukan. Salah satu

yang diungkapkan pada publik dan pemerintah, berisikan kepedulian, kritik sosial yang

merupakan bagian dari nilai sosial dalam Topeng Blantek.

Topeng Blantek merupakan bagian dari teater Betawi, memiliki fungsi sebagai sarana

informasi masyarakat dalam aspek-aspek kebudayaan yang berisi tentang sejarah, aktivitas

(10)

kesenian .Dalam Topeng Blantek aspek-aspek tersebut saling berkaitan dan juga termasuk hal

yang utama dalam pementasan yang terdiri dari latihan adegan, pementasan teater yang

menggunakan panggung sebagai medianya. Pada aspek latihan adegan merupakan sebuah

kegiatan persiapan yang akan ditampilkan.

Seni topeng belantek merupakan sebuah media sosial. Media yang bersifat untuk semua

kalangan masyarakat. Media yang memberikan pesan pada para penonoton.Seni topeng belantek

sebagal media sosialisasi menyampaikan pesan melalui isi cerita melalui sebuah teater. Teater

merupakan sebuah sarana ekspresi para pemain topeng Belantek untuk menunjukan keterampilan

atau keahliannya dalam berseni. Dalam teater menunjukan kemampuan pemain yang diperoleh

dan pelatihan bakat dan proses belajar individu yang dimiliki pemain pada seni. Teater

pertunjukan kesenian Topeng Belantek memiliki tujuan untuk mentranformasikan nilai pada

masyarakat dengan melalui Pertunjukan seni budaya topeng Belantek merupakan repsenasi dan

ide, gagasan dan cerita yang disampaikan oleh para pemain dan seniman yang tergabung pada

komunitas betawi dalam sanggar, sehingga para penonton dapat mengambil pelajaran dan pesan

dan pertunjukan tersebut.

Oleh sebab itu, kesenian Topeng Blantek memiliki peran sebagai media sosial mampu

menciptakan hubungan sosial menurut Raymond William, dalam Chris Barker bahwa “budaya

meliputi organisasi produk struktur lembaga yang mengekspresikan hubungan sosial, dan bentuk

komunikasi anggota masyarakat”. Kesenian Topeng belantek juga dapat menciptakan interaksi

antara seni dengan masyarakat.13 Hubungan interaksi sosial berlanjut pada pemahaman dengan

para penonton dan berpengaruh pada masyarakat dalam Goerge ritzer bahwa “terjadinya proses

interaksi sosial harus memiliki sifat pengaruh dan mempengaruhi”.14 Proses sosialisasi yang

(11)

dilakukan oleh pemain dengan menampilkan cerita yang ingin disampaikan pada masyarakat.

Hal tersebut menunjukan proses sosialisasi terwujud melalui adanya hubungan komunikasi

melalui perilaku terbuka dan peran seniman dan pemain topeng belantek itu sendiri. Perilaku

terbuka dalam hal ini ditunjukan dengan gerakan-gerakan dan adegan yang ditampilkan Seni

topeng Belantek itu merupakan sarana menyampaikan sesuatu dalam proses untuk mencapai

tujuan. Oleh sebab itu, peran Topeng Blantek sebagai media sosial dapat berperan penting dan

memberi manfaat karena didalam pertunjukanya mengandung nilai-nilai yang mudah diserap dan

tersampaikan untuk para penonton atau masyarakat Betawi yang meliputi kegiatan atau aktivitas

dan kebiasaan kehidupan sehari masyarakat Betawi.

Peran Topeng Blantek sebagai pendidikan

Peran Topeng Blantek sebagai media Pendidikan itu sendiri merupakan proses pembelajaran

menuju masyarakat yang bertujuan positif dalam Nurul Zuriah bahwa “pendidikan yang

memberikan hal positif tidak hanya pemberian kognitif, selain itu terdiri dan beberapa

unsur-unsur yaitu penanaman moral, etika dan estetika dalam kehidupan.15” Pola pendidikan pada seni

topeng belantek rnengarah pada adanya eksistensi dan penyampaian nilai-nilai pada masyarakat

dalam Tirtaraharja Umar bahwa “pendidikan itu merupakan sesuatu yang memiliki sifat atau

nilai universal dan berlangsung secara terus menerus tidakputus.16 Disetiap pertunjukan Topeng

Blantek terdapat pembelajaran untuk penontonnya bahwa pertunjukan Topeng Blantek

memberikan hal-hal yang membantu pengetahuan masyarakat atau penonton didalam alur

ceritanya menunjukan dan memperlihat nilai nilai yang menjadikan suatu tutunan dalam

bermasyarakat ataupun berkelompok karna itu Topeng Blantek bukan hanya tontonan yg

15 Nurul Zuriah. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspek Perubahan. Jakarta: Burni Aksara, 2008. Hal 19

(12)

menghibur tetapi Topeng Blantek juga bisa menjadi pembelajaran bagaimana cara bersosialisai

berkomunikasi dan berinteraksi kepada masyarakat yang menontonnya.

Pengetahuan itu menunjukan adanya tingkat kecerdasan pada para pemain seni topeng

belantek.Gagasan atau ide yang ingin disampaikan dikemas dalam cerita atau kisah.Kisah yang

diambil dan tokoh dan kehidupan masyarakat Betawi. Hal tersebut menjadikan pengetahuan

yang menonjol pada seni Topeng Belantek yaitu sejarah dan Betawi. Pengetahuan sejarah ini

bertujuan membahas tentang seni budaya tradisional tempo dulu. Seni budaya Topeng Blantek

merupakan peninggalan para seniman dan masyarakat Betawi dahulu.Salah satu pengetahuan

sejarah yang terkenal yaitu mengenai cerita si pitung. Pengetahuan sejarah juga memiliki tujuan

lain pada masyarakat yang merupakan penonton harus peduli dan melestarikan budayanya.

Di dalam buku karangan Poedjawijatha bahwa“pengetahuan adalah sesuatu yang

diketahuinya”17 Pengetahuan dalam hal ini bersifat wawasan.Wawasan pengetahuan terhadap

kesenian budaya. Para seniman dan pemain harus mampu memahami dan mengerti tentang seni.

Pengetahuan yang dihasilkan dan para pemain seni budaya topeng Belantek pada masyarakat

salah satunya dengán memberikan sejarah budaya masyarakat Betawi. Hal itu karena Seni

topeng Belantek merupakan bagian dan budaya tradisional masyarakat Betawi.Pengetahuan yang

bersumber pada keingintahuan terhadap sesuatu.Pengetahuan yang merupakan sebuah ide atau

gagasan yang ingin disampaikan pada masyarakat.Pengetahuan yang diberikan pada seni budaya

ini tidak dengan teori.Namun, pembenian itu bersifat tersirat terhadap masyarakat yang

menonton.Pengetahuan itu pun tidak terbatas hanya pada satu aspek, tapi lebih luas.

Pendidikan itu sendiri merupakan proses pembelajaran menuju masyarakat yang bertujuan

positif dalam Nurul Zuriah bahwa “pendidikan yang memberikan hal positif tidak hanya

pemberian kognitif, selain itu terdiri dan beberapa unsur-unsur yaitu penanaman moral, etika dan

(13)

estetika dalam kehidupan.18” Pola pendidikan pada seni topeng belantek rnengarah pada adanya

eksistensi dan penyampaian nilai-nilai pada masyarakat dalam Tirtaraharja Umar bahwa

“pendidikan itu merupakan sesuatu yang memiliki sifat atau nilai universal dan berlangsung

secara terus menerus tidak putus.19 Aspek pengetahuan yang ada pada topeng belantek yaitu

mengandung sejarah. Sejarah merupakan bagian dari pendidikan dan pengatahuan. Point

pengetahuan sendiri yang satu iniakan mengajak pada masyarakat untuk mencintai dan Iebih

peduli akan budayanya. Sifat tersebut yang ditanamkan pada masyarakat sekarang ini.Jangan

melupakan sejarah.

Oleh sebab itu, para pemain seni Topeng Belantek tidak hanya menampilkan keterampilan

fisik, akan tetapi dan segi kognitif juga harus menguasai. Penguasaan pengetahuan yang dimiliki

oleh para pemain seni Topeng Belantek merupakan bagian dan sisi kemampuan pada dirinya.Hal

tersebut salah satu dan modal budaya pada kesenian tradisional Topeng Belantek. Dan dapat

memberikan pembelajaran atau bagi penontonya sehingga sangat berperan jika didalam

pertunjukan Topeng Blantek itu ditanamkan pola pendidikan

Peranan Topeng Blantek Sebagai Media Dakwah

Topeng Blantek memiliki fungsi bukan hanya sebagai hiburan. Namun Topeng Blantek

berfungsi sebagai alat untuk berdakwah menyebarkan ajaran-ajaran agama Islam, karena Asal

mula Topeng Blantek sampai menjadi sebuah pertunjukan berawal dari para pedagang di jajaran

wilayah Jakarta di mana terdapat suku Betawi. Para pedagang tersebut yang memperjualkan

dagangannya melalui celoteh-celoteh (kata-kata), mempunyai arti atau makna tentang

penerangan yang memberikan angin positif bagi para [enonton yang melihat, mendengar dan

memahami dan tutur kata yang diucapkannya itu, kemudian menjadi sebuah pertunjukan.

18 Nurul Zuriah. Pendidikan Moral dan Budi Pekerti Dalam Perspek tf Perubahan. Jakarta: Burni Aksara, 2008. Hal 19

(14)

Pedagang-pedagang tersebut kebanyakan berasal dan kalangan ahli agama Islam yang akhirnya

mempergunakan Topeng Blantek sebagai penyebaran agama Islam dan dakwah-dakwah kepada

masyarakat.20

Hal itu ditambah dengan iringan lagu-lagu Islami seperti Al Fiqih, Aisyah, dan Maulana.

Sedangkan lagu hiburan, salah satunya Jali-jali. Pada konteks lain nama Topeng Blantek diambil

dari alat musik rebana biang dan kotek sebagai iring-iringan pertunjukannya. Namun seiring

perkembangan waktu penggunaan Rebana Biang bergeser pada alat-alat tradisional lain yang

digunakan sebagai pengiring Topeng Belantek seperti Gong, Gendang dan lain-lain, sehingga

Rebana Biang jarang digunakan oleh para seniman. Alat-alat tradisional tersebut sebagai

pelengkap dalam kesenian topeng belantek.

Adanya nilai religious yang terkandung pada seni Topeng Blantek, hal ini ditunjukkan dari

sisi kaum Betawi yang selalu menggunakan songkok dan kain sarung pada penampilannya.

Songkok dan sarung merupakan simbol umat Islam yang sangat kental pada kaum Betawi. Pada

seni budaya Topeng Blantek adanya tokoh Jantuk juga diidentikkan dengan tokoh agama.

Karena Tokoh sentral tersebut yang merupakan ciri khas Topeng Blantek selalu memberikan

nasihat-nasihat diakhir acara pementasan Topeng Blantek. Nasihat-nasihat tersebut mengandung

unsur-unsur agama yaitu tentang kejujuran, kebaikan untuk selalu beribadah dan lain-lain. Pada

pergelaran Topeng Blantek yang terkadang selalu diiringi dengan musik-musik tradisional yang

bernuansa Islami. Nilai religius pada Topeng Blantek memberikan warna terhadap seni budaya

Topeng Blantek. Para seniman Betawi yang juga pemain Topeng Blantek dalam membuat tema

yang dibuat harus memiliki sisi agama.21 Sehingga pada pertunjukan seni Topeng Blantek

memberikan peran yang sangat bermanfaat untuk penonton khususnya masyarakat Betawi islam.

20 Ungkapan dari Nasir Mupid di jurnal : jurnalsenibudayajakarta.blogspot.com/2013/10/apresiasi-seni-budaya-topeng-blantek.html( diakses pada 28-12-2014 15:37)

(15)

Selain itu, dari simbol warna-warna topeng (merah, putih, dan merah jambu) yang digunakan

dalam pentas dianggap memiliki nilai filasofis yang tinggi, sehingga dianggap sangat sacral.

Bahkan dahulu, pertunjukan topeng diawali dengan pelaksanaan ritual ngukup.22 Memang

pertujuan Topeng Blantek biasanya dimaksudkan sebagai kritik sosial atau untuk menyampaikan

nasihat nasihat tertentu kepada masyarakat. Cara menyampaikan kritik atau nasihat tersebut

biasanya dilakukan lewat banyolan-banyolan yang halus dan lucu, agar tidak dirasakan sebagai

suatu ejekan atau sindiran. Itulah sebab kesenian ini mempersyaratkan para pemainnya

mempunyai kemampuan berkomunikasi yang cukup tinggi.23

Peran Topeng Blantek sebagai media Hiburan

Pertunjukan Topeng Blantek kerap menjadi hiburan masyarakat saat hajatan pernikahan,

sunatan dan syukuran lainnya, memang sangat menghibur ketika masyarakat menonton

pertunjukan dan melihat kelucuan para pemain yang memainkan lakon alur cerita

memperlihatkan lelucuan yang mengundang tawa para penontonnya, para pemain pun sangat

interaktif membawakan cerita dari gaya, watak, prilaku sesuai perannya masing-masing. Keluar

masuk peran merupakan keluar masuk pemain kedalam perannya untuk keluar menjadi diri

sendiri dan kembali masuk menjadi peran yang dimainkan pemain.Pemain dapat keluar dan

perannya saat situasi tertentu dan masuk kembali ke dalam perannya ketika melanjutkan

ceritanya.

Ciri khas lelucon teater rakyat terutama tradisi Betawi yang sering menggunakan metode

keluar masuk peran secara spontanitas dan naluri pemain tradisi tersebut.Keluar masuk peran

bisa terjadi kapan saja pemain mau, apabila pada situasi tertentu pemain dapat menghidupkan

22 Tim Peneliti Kebudayaan Betawi FIB UI, Rupa Gaya Ras Betawi, cetakan I, Jakarta: Fakultas ilmu budaya universitas Indonesia, 2012. Hal 72-73

23 Jurnal online, Apresiasi Seni Budaya Topeng Blantek, http ://issuu.com/abdulaziz985/docs/buku_ajis_2

(16)

cerita tersebut dengan metode keluar masuk peran tersebut. Misalnya ketika seorang tokoh

Jantuk menggunakan Topengnya, maka tokoh Jantuk tersebut sedang berperan menjadi tokoh

Jantuk, namun ketika tokoh Jantuk tidak menggunakan topengnya maka tokoh Jantuk sudah

berperan sebagai tokoh lain, misalnya menjadi tokoh Bapak, atau tokoh yang terpenting dalam

cerita tersebut. Media Ekpresi Yang Digunakan Tokoh Jantuk tentunya menggunakan media

ekspresi berbentuk Topeng Jantuk. “Dalam Topeng Blantek tokoh Jantuk diharuskan

menggunakan topeng berkarakter tokoh Jantuk”,24 tokoh yang harus menggunakan topeng dalam

Topeng Blantek adalah tokoh Jantuk. Ketika pertunjukan dimulai, tokoh Jantuk sebagai pembuka

narasi Topeng Blantek menggunakan topeng, namun pada saat cerita pertunjukan berjalan,

pemeran Jantuk dapat membuka Topengnya dan dapat berperan sebagai tokoh lain dengan tanpa

menggunakan Topeng Jantuk.

Perlunya pemaknaan dan Pemahaman merupakan titik awal dalam mempelajari sebuah

sesuatu, seperti seni kebudayaan Topeng Blantek, Pemahaman penafsiran terhadap sesuatu

berdasarkan rasionalitas. Pemahaman atau Verstehen terhadap sesuatu berdasarkan sikap

rasionalitas dan subyektifitas.25 Artinya bahwa pemahaman individu terhadap sesuatu hal

berbeda-beda tergantung dari sisi rasionalitas dan sudut pandang individu tersebut.

Dilihat bagaimana ceritanya Topeng Belantek pada tema Si Pitung atau tema yang lainnya

selalu memperlihatkan cerita seperti kehidupan sehari-hari namun didalam cerita atau tema-tema

yang kita tampilkan mengandung makna maupun nilai untuk diserap dan berguna bagi penonton

maupun masyarakat khususnya Betawi yang sangat tau bahasa dari yang kita tampilkan.”26

Nilai-nilai didalam masyarakat digolongkan menjadi 2 macam yaitu, Nilai-nilai inti dan Nilai-nilai peri-peri. Nilai

24 Ungkapan seorang Pemimpin sanggar fajar ibnu sena.

25 Goerge Ritzer dan Douglas J, Teori Sosiologi Modern, Yogyakarta, Kencana, 2007, Hal 127

(17)

inti adalah nilai-nilai universal, sedangkan pada nilai peri-peri adalah nilai alternative.27 Nilai

universal tersebut pengertiannya nilai yang dapat diterima terdiri dari nilai sosial, nilai budaya

dan nilai agama. Berbeda dengan lembaga sekolah yang sifatnya formal maupun informal

dengan berbasis teori atau kongnitifitas, Walaupun terlalu sering dalam penyampaian pada saat

pertunjukan seni budaya ini bersifat humoris.

Sejarah berdirinya Sanggar Seni Fajar Ibnu Sena

Sanggar adalah suatu wadah yang diciptakan sedemikian rupa yang digunakan untuk

mencipta, berkarya, atau berkreasi tentang seni. Sanggar merupakan tempat kumpul, diskusi,

latihan, dan bereksplorasi calon-calon dan seniman. Sanggar yang dikelola dengan baik dan

memiliki agenda kegiatan yang jelas,dapat menunjang kraetivitas seniman.28 kesenian budaya

seperti Topeng Blantek dapat bertahan karena dijaga dan dilesterikan oleh sanggar-sanggar yang

melebar luas diberbagai daerah. peran sanggar sangat penting selain menjaga dan melestarikan

seni kebudayaan Topeng Blantek peran sanggar juga dapat mengembangkan, memberi dan

memfasilitaskan bagi siapa saja masyarakat yang ingin belajar dan mengetahui seni Topeng

Blantek.

Sejarah beridri sanggar Fajar Ibnu Sena Awalnya ada seorang seniman yang bernama Asep

Subarkah atau sering disebut Ras Barkah yang memperkenalkan dan mengembangkan Topeng

Blantek sehingga banyak sanggar-sanggar yang berdiri. Salah satunya adalah sanggar Fajar Ibnu

Sena.

sekitar tahun 1980-an nama sanggar ini adalah Topeng Blantek Nasir Mupid karena yang

mendirikan adalah Nasir Mupid seorang seniman yang lahir di Jakarta pada tanggal 2 April

1960, salah satu seniman muda yang pernah mendapatkan penghargaan sudin kebudayaan dan

(18)

permuseuman Jakarta selatan. Kegigihan dalam melestarikan seni budaya Betawi Topeng

Blantek dilakoni sejak tahun 1980. Dan sampai saat ini tidak ada tanda-tanda lelah pada diri

Nasir Mupid dalam memperjuangkan eksistensi seni budaya Topeng Blantek.

pada tanggal 5 Agustus 1983 Sanggar Topeng Blantek Nasir Mupid telah resmi atau telah

terdaftar di Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dan Lembaga Kebudayaan Betawi, kemudian

meerubah nama menjadi sanggar Fajar Ibnu Sena, nama sanggar tersebut diambil dari nama

putra kedua bapak Nasir Mupid.

Sanggar Fajar Ibnu Sena adalah kelompok Topeng Blantek yang masih berusaha untuk tetap

bertahan. Kesenian ini sudah semakin jarang dimainkan, dan nyaris terancam punah. Satu per

satu kelompok yang dulu sempat menjamur menjadi berguguran. Kesenian ini sangat populer di

masa lalu dan berfungsi sebagai sarana komunikasi menyebarkan agama Islam. Dan Topeng

Blantek juga dimanfaatkan untuk mensosialisasikan berbagai program Pemerintah sehingga

jumlah kelompok Topeng Blantek daulunya mencapai puluhan.

sanggar ini bisa berdiri Karena keinginan seorang tokoh seniman yaitu Nasir Mupid.

Sebelumnya Nasir Mupid pernah belajar dan juga ikut gabung bersama kelompok Ras Barkah

namun setelah Ras Barkah meninggal dunia, Nasir Mupid membangun sanggar Fajar Ibnu Sena

karena keinginan Nasir Mupid untuk terus mengembangkan dan memperkenalkan kepada

masyarakat Pertunjukan seni Topeng Blantek.

beberapa pretasi yang telah diraih Juara I Festival Topeng Blantek tahun 1994, Peserta Proyek

Percontohan Pertunjukan keliling Topeng Blantek tahunn 1995.

Sanggar Fajar Ibnu Sena sempat vakum kemudian pada tahun 2003 sanggar Fajar Ibnu mulai

bangkit kembali. Walaupun sekarang penuh dengan keprihatinan sanggar Fajar Ibnu Sena terus

(19)

Dengan terus menyelenggarakan pelatihan Blantek setiap minggu secara rutin dan melakukan

berbagai kegiatan pertunjukan dikampung-kampung.

Pada tahun 2007 Sanggar Fajar Ibnu Sena kembali mendapat prestasi yaitu Anugrah Seni

Teater Tradisional Betawi (Topeng Blantek) serta beberapa kegiatan seminar dan lokarya teater

tradisional Betawi. Dalam perkembangannya, Fajar Ibnu Sena salah satu dari sedikit kelompok

Topeng Blantek yang masih berusaha untuk tetap bertahan. Kesenian ini sudah semakin jarang

dimainkan, dan nyaris terancam punah. Satu per satu kelompok yang dulu sempat menjamur

menjadi berguguran. Kini sangat diharapkan adanya upaya revitalisasi Topeng Blantek dapat

dibina, dikembangkan dilestarikan dan dimanfaatkan keberadaannya ditanah kelahirannya

sendiri. Kesenian ini sangat populer di masa lalu dan berfungsi sebagai sarana komunikasi

menyebarkan agama Islam.29 Karena dahulunya Topeng Blantek ini berkembang dan disebarkan

oleh para pedagang keliling zaman dulu, sambil menunggu pagi dan dagangannya laku mereka

bercerita diantara sundung (sebagai alat membawa barang dagangan) dan obor (sebagai alat

penerang). Jadi Topeng Blantek sangat berperan sebagai media dakwah dan penyebaran Islam.

karena sanggar Fajar Ibnu Sena didasari oleh pemikiran pentingnya sebuah gerakan kebudayaan

untuk dakwah, pendidikan, sosial, proses penyadaran pikiran dan jiwa serta pemberdayaan

masyarakat, dengan tujuan utamanya adalah menjaga dan memelihara keutuhan harkat dan

martabat manusia.30 Karena sanggar Fajar Ibnu Sena memiliki konsep yaitu Semua kegiatan

Fajar Ibnu Sena berbentuk gerakan kebudayaan dan kemanusiaan yang memakai media seni

budaya untuk melakukan proses dakwah, pendidikan, sosial, penyadaran, dan pemberdayaan

masyarakat. Sasaran utamanya adalah masyarakat dan lingkungan dengan membentuk generasi

29 PT. Sinar Kasih BUDAYA Penulis: Ignatius Dwiana 22:30 WIB

30 Dokumen Profil Sanggar Seni Budaya Fajar Ibnu Sena “Menghidupkan Seni, Memajukan Bangsa –

(20)

yang cerdas, edukatif, responsif, inovatif, apresiatif terhadap lingkungan dan masyarakat. Visi

dan misi yang dirancang sanggar Fajar Ibnu Sena adalah Terwujudnya peradaban baru bangsa

Indonesia yang lebih demokratis dan menghormati hak-hak asasi manusia dan Membangun

gerakan kebudayaan di Indonesia, yang mampu membentuk masyarakat berkultur demokrasi

yang berkeadilan, toleran, pluralis, dan menjunjung tinggi kesetaraan jender.

Adapun kelembagaan sanggar Fajar Ibnu Sena sebagai berikut:

o Fajar Ibnu Sena adalah organisasi yang berbentuk perkumpulan dan bersifat terbuka

untuk semua partisipan tanpa membedakan agama,suku,warna kulit, dan latar belakang

kebudayaannya.

o Fajar Ibnu Sena adalah organisasi para professional di bidang seni budaya yang

mempunyai komitmen pada persoalan-persoalan sosial kemanusiaan dalam rangka

penegakan hak asasi manusia.

o Fajar Ibnu Sena adalah perkumpulan di bidang seni budaya yang tidak sekedar

melakukan diskusi, apresiasi, atraksi seni budaya, tetapi melakukan proses penyadaran

melalui berbagai bentuk ekspresi seni budaya sebagaimana ditegaskan bahwa misi

kebudayaan yang akan diusung adalah mengembangkan seni budaya dalam konteks

kepentingan mengangkat harkat dan martabat manusia.

o Berbekal komitmen tersebut, Fajar Ibnu Sena selanjutnya telah menyusun

rencana-rencana dan pelaksanaan proyek-proyek seni budaya yang tidak pernah terlepas dari

argumentasi konsepnya sendiri.

o Fajar Ibnu Sena akan mendasarkan metode pelaksanaan kegiatannya pada kolaborasi

dengan jaringan seluas mungkin di berbagai daerah untuk mengangkat

(21)

Peran tokoh Ras Barkah dalam mengembangkan Seni Topeng Blantek

Ras Barkah lahir di Bogor, 28 Agustus 1942. Mula-mula Ras Barkah terjun ke film sebagai

figuran di tahun 1961. Setelah itu ikut dalam beberapa produksi sebagai pemain pembantu. Di

samping film, ia aktif dalam dunia pentas sebagai sutradara, pernah memimpin Blantek Si

Barkah, API (Arena pentas Indonesia) dan Teater Ular. Ia juga pernah menjadi kepala pengawas

DPM (Dewan Perawakilan Masyarakat) Pelabuhan Ratu (1961-1962), menjabat kepala RRI

Sukabumi (1966-1968), menjadi pimpinan panggung Jakarta Fair (1970-1972), menjadi

pembantu pimpinan panggung TIM (1972-1973). Dia mendirikan beberapa group Topeng

Blantek yaitu YANIDA (Yayasan Topeng Blantek Jakarta)31 dan Pangker Group yang sekarang

dipimpin oleh marhasan. Ras Barkah banyak memberikan pakem-pakem terhadap para pemain

yang belajar di group tersebut. Memberikan pelajaran dan memperkenalkan seni Pertunjukan

Topeng Blantek kepada para seniman.32

Bersama Kelompok Si Barkah. Ras Barkah merekrut banyak pemain muda, dan tampil di

berbagai festival. Ras Barkah pun melakukan pengembangan kesenian Topeng Blantek ke

bentuk yang lebih sempurna, namun tidak meninggalkan keasliannya. Saat era Ras Barkah,

kesenian Topeng Blantek sempat tumbuh subur hingga ada 25 sanggar dengan rincian, Jakarta

Barat 10, Jakarta Utara 3, Jakarta Timur 5, Jakarta Pusat 3, dan Jakarta Selatan 4 sanggar.

kesenian Topeng Blantek sempat bangkit pada 1972 saat seorang tokoh kesenian bernama Ras

Barkah dengan sanggarnya yang dinamakan si Barkah melakukan pengembangan kesenian

Topeng Blantek ke bentuk yang lebih sempurna, namun tidak meninggalkan keasliannya.

31 Hasil wawancara pribadi oleh seorang tokoh seniman Topeng Blantek yang bernama Nasir Mupid pernah bernaung di kelompok Ras Barkah selama hampir 5 tahun sebelum beliau meninggal hingga akhirnya setelah tokoh seniman Ras Barkah Meninggal, kemudian hingga akhirnya Nasir Mupid mendirikan sanggar Fajar Ibnu sena. 05 Desember 2015

32 Dikutip dari berita online : Berita

(22)

Awalnya, sekitar tahun 1979 berkat kegigihan “raja blantek” alm Ras Barkah dalam

mengembalikan Topeng Blantek seperti sedia kala. Sanggar Topeng Blantek tumbuh subur,

jumlahnya mencapai 32 sanggar yang tersebar di Jakarta. Namun, seiring waktu puluhan sanggar

itupun “rontok”. Saat ini sanggar Topeng Blantek hanya tiga, yaitu sanggar Fajar Ibnu Sena

Pimpinan Nasir Mupid, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, Pangker Group Pimpinan Marhasan

Kalideres, Jakarta Barat dan Blantek Si Boyo, Pimpinan Nasir Boyo, Cijantung, Jakarta Timur.

Topeng Blantek adalah budaya masyarakat Betawi yang cikal bakalnya berasal dari masyarakat

Batavia yang berkembang di sekitaran kastil VOC. Kesenian Topeng Blantek yang di bawah

oleh Ras Barkah ini sempat mencapai masa keemasannya ketika digelarnya festival pada 26-31

Mei 1994 selama lima hari berturut-turut atas kerja sama Dinas Kebudayaan DKI Jakarta dengan

Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan yayasan Seni Budaya Jakarta.33

Tidak ada tanda-tanda lelah pada diri para seniman Topeng Blantek dalam memperjuangkan

eksistensi seni budaya Topeng Blantek. Seseorang yang sangat berjasa dalam memperjuangkan

Topeng Blantek di Jakarta adalah alm Ras Barkah. Berawal pada kisaran tahun 1980-an sedang

giat-giatnya para seniman berkesenian di Pusat Pengembangan Kesenian di daerah Kuningan

Jakarta Selatan. Sejak itulah para seniman, mulai menggemari dan terus menekuni seni budaya

Topeng Blantek yang merupakan salah satu jenis teater tradisional betawi. Namun, di awal tahun

2000-an seni budaya Topeng Blantek mulai mengalami masa-masa sekarat. Oleh karena itu

diharapkan perhatian dan dukungan pihak pemerintah, swasta, dunia usaha dan masyarakat untuk

sama-sama bertanggung jawab dalam pelestarian dan pengembangan seni budaya Topeng

Blantek. Sebab, bila keadaan ini dibiarkan terus, tidak mustahil dalam beberapa tahun ke depan

seni budaya Topeng Blantek akan tinggal kenangan. Kekurangan dalam pelestarian dan

(23)

pengembangan seni budaya Topeng Blantek dikarenakan sarana dan prasarana yang ada kurang

memadai. Bahkan, walau kini telah banyak gedung dan tempat pertunjukan kesenian dibangun

bertebaran di Jakarta, Topeng Blantek jarang muncul untuk diberikan kesempatan

mempertunjukan kreasinya. Dengan demikian, saat ini kondisi kehidupan seniman Topeng

Blantek sangat memprihatinkan dan mengenaskan serta membingungkan. Mereka tidak punya

pekerjaan lain selain mengurusi grup dan sanggar, karena itu dari mana mereka dapat membiayai

keluarganya. Memang sangat ironis, bila di daerah kelahirannya sendiri seni budaya Topeng

Blantek harus rela mengalah dengan semakin maraknya seni budaya pop yang tumbuh dan

berkembang di masyarakat Jakarta.

Jadi ketika seni pertunjukan seni Topeng Blantek mengalami masa keemasannya karena

seorang tokoh seniman yang bernama Ras Barkah beliau sangat berperan dalam

mengembangkan seni pertunjukan Topeng Blantek. Memperkenal budaya betawi melalaui

pertunjukan Topeng Blantek tersebut kepada penonton atau Masyarakat Betawi bukan hanya

sebuah pertunjukan tetapi memberikan maanfaat kepada masyarakat terutama tentang alur cerita

yang mengandung berbagai unsur media yang disampaikan dari pertunjukan seni Topeng

Blantek.

Hubungan Ras Barkah dengan pemimpin sanggar Fajar Ibnu Sena kala itu pemipin Sanggar

Fajar Ibnu Sena sebelum mendirikan sanggar tersebut pimpinan sanggar Fajar Ibnu Sena yaitu

Nasir Mupid adalah anak buah dari Ras Barkah yang belajar memperdalami kesenian Topeng

Blantek selama bertahun tahun sebelum Ras Barkah Meninggal dunia Nasir Mupid bernaung

menekunin Kesenian Topeng Blantek bersama Ras Barkah. Seseorang yang sangat berjasa dalam

mengenalkan Topeng Blantek kepada Nasir Mupid adalah Ras Barkah ketika Nasir Mupid

(24)

dengan Ras Barkah sejak itulah mereka bersama-sama mulai menekuni dan terus

mengembangkan seni Topeng Blantek yang merupakan salah satu jenis tater rakyat Betawi.

Pertunjukan Seni Topeng Blantek

Didalam pertnjukan terdapat tiga fungsi walapun sering bercampur dan tidak jelas

batas-batasnya, diantaranya ; Fungsi pertama dari seni pertunjukan adalah ritual atau upacara. Dari

zaman yunani purba hingga kini pada teater-teater pertunjukan etnis (daerah) di Indonesia dan

berbagai bangsa lain, fungsi ritual teater tampak menonjol. Penghayatan dan pengukuhan

nilai-nilai kepercayaan atau agama yang dianut oleh masyarakat yang melaksanakannya. Fungsi

kedua adalah seni atau estetik. Didalam teater pertunjukan seni masyrakat bukan saja

mengungkapkan apa yang di lihat, pikiran, perasaan, harapan, dan sebagainya, akan tetapi juga

menikmati bentuk-bentuk ungkapan yang mereka gunakan. Fungsi ketiga adalah hiburan dalam

hubungan ini teater pertunjukan memenuhi keperluan masyarakat akan pengalaman yang

berbeda dengan pemgalaman sehari-hari bahkan kadang-kadang memenuhi keperluan bagi

masyarakat yang ingin melepaskan diri dari persoalan kehidupan mereka. Contoh teater dalam

fungsi hiburan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari baik dari jenis teater etnis

maupun teater baru yaitu lenong, topeng, ataupun ludruk dan sebagainya.34

Seni Topeng Blantek ini, merupakan pertunjukan rakyat yang terdiri dari unsur nyanyi, tari,

musik(gamelan), lelucon, dan cerita sandiwara. Berbeda dengan sejenis sandiwara rakyat yang

terkenal juga di Jakarta yaitu lenong. Perbedaan itu antara lain ditandai oleh tempat bermainnya.

Lenong dipertunjukan diatas panggung, sedangkan Topeng Blantek berlangsung di tanah

lapangan biasa. Pertunjukan yang dilakukan seperti Topeng Blantek, mungkin disesuaikan

dengan keperluan seni itu sendiri. Sebab, pada Topeng Blantek, hubungan antara pemain dan

penonton terjadi lebih erat. Sering kali ada kesempatan-kesempatan yang mungkin penonton ikut

(25)

dalam percakapan para pemain. Bahkan bukanlah suatu yang tidak mungkin, jika pada tarian

yang dilakukan pemain, ada penonton yang masuk lingkungan permainan. Pemain dan penonton

yang senang, dapat berinteraksi sehingga terlihat hubungan yang erat antara penonton dan

pemain.35

Topeng Blantek memiliki unsur-unsur dalam pertunjukannya, unsur-unsur tersebut terdapat

pakem-pakem pertunjukan Topeng Blantek yang selama ini digunakan oleh seniman Topeng

Blantek. Unsur-unsur pertunjukan Topeng Blantek antara lain :

1. Cerita

Cerita yang dibawakan bersumber dari sastra lisan bahwa, “Banyak kita temukan sastra lisan

di teater Indonesia, yang sering disebut sebagai sastra lisan daerah. Hampir di setiap daerah

(kelompok etnik) dapat kita temukan sastra lisan daerah yang ciri utamanya adalah bahasa

daerah,”36

Cerita Topeng Blantek pada umumnya merupakan cerita-cerita legenda masyarakat betawi,

tapi saat ini tidak hanya cerita-cerita legenda saja yang dimainkan dan ceritanya bisa mengenai

apa saja yang penting terdapat unsur hiburan, penerangan, pendidikan dan dakwah. Unsur-unsur

cerita Topeng Blantek antara lain : a.) Cerita dari pertunjukan Topeng Blantek tidak memiliki

naskah yang tertulis. Seiring perkembangan zaman, kini cerita pertunjukan Topeng Blantek

menggunakan naskah tertulis yang berisi plot-plot adegan alur cerita sebagai patokan para panjak

(pemain). ada pula yang sudah menggunakan naskah tertulis dengan dialog yang rapih tetapi

biasanya pemain Topeng Blantek tidak terbiasa untuk mengikuti dialog atau kata- kata yang

35 Edi Sedyawati, Sapardi Djoko Damono, Seni Dalam Masyarakat Indonesia Bunga Rampai, Jakarta: PT. Gramedia, 1983. Hal 91-92

(26)

tertulis di dalam naskah tersebut, mereka lebih terbiasa dengan improvisasi dari cerita foklore

(cerita rakyat turun-temurun). b.) Cerita yang dilakonkan adalah cerita legenda masyarakat

betawi. Legenda Si Pitung, Si Jampang, Si Jantuk, dll. c.) Cerita yang dilakonkan bisa cerita apa

saja yang penting ada tokoh jantuk sebagai narator atau dalang. Bahkan, cerita teater modern pun

sudah sangat sering dilakonkan dengan adaptasi kedalam bentuk cerita masyarakat betawi.

Penggarapan cerita pada Topeng Blantek menggunakan alur cerita atau plot. Plot adalah alur

atau jalan cerita.Plot adalah lakon atau kisahan.37Alur ini yang mengantarkan lakon menjadi

semakin menarik. Pada mulanya plot pada penggarapan cerita Topeng Blantek digarap

secaralisan. Plot ini bermula dan plot lisan atau hanya menjelaskan konsep dan

mulut-kemulut.Kemudian sering berkembangnya zaman, ada beberapa teater rakyat yang sudah

menggunakan plot tertulis. Tetapi para aktor tradisional tidak mau mengenal naskah yang sudah

tertulis dan ada dialognya. Apabila pemain diberikan naskah, maka naskah tersebut kurang

efektif, bahkan hanya dilihat dan dipegang saja, naskah tersebut tidak akan dihapal dan dibaca

dengan serius. Sebab jika terpaku dengan naskah tertulis, hal itu hanya membuat para pemain

merasa dibatasi kreatifitasnya dan terkekang dalam berimprovisasi. Alur cerita merupakan jalan

cerita dalam sebuah plot. Plot adalah lakon atau kisahan,yang mengulurkan drama.38

Di dalam plot tersebut terdapat adegan atau bagian-bagian cerita yang didalangi langsung oleh

tokoh Jantuk. Bisa dikatakan, tokoh Jantuk yang memegang plot atau alur cerita seperti layaknya

sutradara. Peran tokoh Jantuk sebagai pemimpin sebuah cerita adalah apabila ada pemain yang

keluar atau lan dan plot, maka tokoh Jantuk lah yang mengingatkan para pemain untuk kembali

ke dalam plot atau alur cerita tersebut dengan mengingatkan seorang pemain untuk melanjutkan

cerita. Biasanya saat Jantuk bermain ada kalanya dia berimprovisasi dan plot untuk

37 Surwardi Endraswara. Metode Pembelajaran Drama.Yogyakarta: CAPS. 2011. Hal 24

(27)

memanjangkan durasi atau untuk mencari lawakan, lelucon, dan menaikan emosi sebuah cerita.

Tokoh jantuk memiliki peran ganda bisa menjadi pemain dan dalang.

2. Kostum

Kostum yang digunakan adalah pakaian sehari-hari masyarakat betawi dan tentunya

disesuaikan dengan tokoh yang dilakonkan para panjak (pemain).

3. Musik

Musik Topeng Blantek meliputi beberapa aspek diantaranya (tangga nada,

instrument-instrumen, lagu-lagu). Tangga nada yang dipergunakan untuk mengiringi Topeng Blantek

kebanyakan tangga nada diantonis, antara lain lagu sirih kuning, surilang dan ada lagu yang

bertangga nada pelog atau slendro antara lain lagu kang haji, lagu kangsreng dan adapula yang

bertangga nada debusi misalnya jali-jali dan kicir-kicir. Instrumen-instrumen yang dipergunakan

untuk mengiringi Topeng Blantek antara lain 3 Buah Rebana (Biang, Ketok, Kotek) dan ada pula

yang mempergunakan Rebab, Kendang, Kenong, Kecrek, Bende dan Gong.39

Iringan musik dalam pertunjukan Topeng Blantek berbeda dengan teater rakyat betawi

lainnya. Pada awalnya, ia hanya seperangkat alat musik sederhana dan apa adanya seperti kaleng,

panci, kayu, batu. Namun, seiring perkembangan jaman kini alat musik yang digunakan

merupakan musik campuran dari masyarakat Betawi yang heterogen. Musik yang baik dan tepat

bisa membantu aktor atau pemainnya membawakan warna dan emosi peranannya dalam

adegan.40

Peran musik dalam sebuah pertunjukan tidak lagi sekedar menghadirkan ilustrasi yang

mengatur adegan melain kan menjadi satu kesatuan bagian yang tak terpisahkan dari lakon atau

pertunjukan itu sendiri yang dapat menciptakan suasana yang tepat lebih dari itu, musik pun

39 Copyan Proyek Pelestarian dan Pengembangan Kesenian Tradisional Betawi, Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Tahun 1993, Atik Sopandi, M Suaman, Abdurachman, Dan Hisman, SM Ardan.

(28)

harus sampai ke telinga penontonnya dengan rasa keindahan. Dengan demikian, tata musik harus

mengandung nilai-nilai sesuai struktur pertunjukan.41

4. Topeng

Dalam pertunjukan Topeng Blantek, topeng digunakan untuk karakter tokoh jantuk sebagai

narrator atau dalang (pembuka-penutup pertunjukan). Ketika pertunjukan dimulai, tokoh jantuk

dapat membuka topengnya dan dapat berlakon sebagai tokoh lainnya dalam pertunjukan. Topeng

merupakan ciri khas pada pertunjukan Topeng Blantek tidak dapat dipisahkan kalau tidak ada

topeng nama pertunjukannya bukan Topeng Blantek.

5. Tata teknik pentas

Tata teknik pentas dalam pertunjukan Topeng Blantek merupakan sebagai artistik dan

simbolik, menjadi elmen pendukung yang mampu menciptakan imajinasi visual42. Tata teknik

pentas tersebut antara lain :

a. Sundung

Sundung terbuat dari bambu, pada mulanya digunakan oleh pedagang sebagai alat pembawa

barang (rumput, sayuran, kayu bakar) untuk dijual dipasar. Seiring berjalannya waktu, sundung

digunakan sebagai artistic pertunjukan Topeng Blantek yang berfungsi sebagai pembatas antara

panjak (pemain), nayaga (pemusik) dan penonton.

b. Obor

Obor terbuat dari bambu yang dulu digunakan sebagai alat penerangan pada setiap

pertunjukan Topeng Blantek yang digelar pada malam. Kini, obor tidak hanya sebagai alat

penerangan, tapi difungsikan sebagai artistik pertunjukan Topeng Blantek. Selain itu, obor juga

berfungsi sebagai pembatas/pembeda ruang dan waktu para panjak (pemain). Contohnya, bila

41 Mukhlis paeni, Sejarah Kebudayaan Indonesia Seni Pertunjukan dan seni Media, Jakarta: Rajawali Pers, 2009. Hal . 12

(29)

panjak (pemain) dalam perjalanan dekat harus memutari obor sebanyak satu kali dan kalau

perjalanannya jauh panjak (pemain) harus memutari obor lebih dari satu kali.

c. Waktu dan tempat pertunjukan

Pada mulanya pertunjukan Topeng Blantek diselenggarakan semalaman suntuk di tempat

terbuka yang berada di tengah pasar. Kini, berangsur-angsur pertunjukan Topeng Blantek

disesuaikan dengan kondisi yang ada bisa malam, pagi, siang dan sore hari. Pertunjukan Topeng

Blantek dapat dipentaskan kapan dan dimana saja (di ruang terbuka/tertutup, arena dan

panggung) sesuai kebutuhan pertunjukan.

d. Unsur gerak

Dalam pertunjukan Topeng Blantek tidak luput dari unsur gerak seperti pencak silat, tarian

dan tokoh jantuk yang berkarakter interaktif/enerjik. agar di atas panggung tercipta sebuah

komposisi unsur gerak yang memnuhi keindahan gerak sebagaimana yang di tuntu.43

e. Tata Rias dan Busana

karakter tokoh-tokoh atau para pemain dapat tampil dengan meyakinkan apabila unsur-unsur

tat arias dan tata busana sebuah pertunjukan Topeng Blantek diciptakan atas dasar estetis.44

Tata rias merupakan perkara seni yang kompleks.Manusia dapat dirias sesuka hati, manusia

dalam teater.45 Artinya manusia dapat dirias dengan sesuka hati di dalam pertunjukan teater

sesuai dengan karakter yang dimainkan.Tata rias merupakan seni menggunakan bahan kosmetika

untuk menciptakan wajah peran sesuai dengan tuntutan lakon.Fungsi pokok dan rias merupakan

mengubah watak seseorang, baik dan segi fisik, psikhis, dan sosial.46 Fungsi bantuan rias adalah

untuk memberikan tekanan atau aksen terhadap perannya. Tata rias pada pertunjukan lopeng

43 Ibid. hal 12 44 Ibid. hal 11

45 Radhar Panca, Dahana. Homo Theafricus.Magelang: Indonesia Tera. 2000. Hal 175

(30)

Blantek tanpa harus menggunakan aksen pada wajahnya pun pertunjukan dapat berjalan dan

ditampilkan. Tetapi karena kebutuhan penonton untuk menjelaskan karakter yang dimainkan,

kini Topeng Blantek sudah menggunakan aksen pada wajahnya. Tata rias Topeng Blantek

menggunakan karakter keseharian, hanya dengan aksen yang minimalis pertunjukan Topeng

Blantek dapat dimainkan dengan lancar. Pada pertunjukan Topeng Blantek biasanya yang

menggunakan aksen untuk tokoh karakter tertentu, mereka biasanya menggunakan bahan tata

rias tradisional, yaitu areng atau pensil sipat berwarna hitam untuk membentuk aksen pada

jengot, kumis, alis dan lainnya.

Tata Busana sebuah produksi drama yang dipentaskan merupakan sesuatu yang dilihat dan

didengar oleh penonton, dan sebab itu seorang pelaku selain harus memperhatikan bagaimana

membawakan ceritanya, ia juga harus memperhatikan bagaimana penampilannnya. Seorang

pelaku sebelum didengar suaranya, sudah pasti penampilannya yang dilihat lebih dahulu.Maka

dan itu kesan yang ditimbulkarmya pada penonton yang pertama kali tampak dapat membantu

menggariskan dan memperkuat karakter melalui pakaiannya, lantas memperkuat kesan itu atau

mengubahnya menurut keperluan lakon.47

Pakaian yang biasa digunakan pertunjukan Topeng Blantek merupakan kostum atau pakaian

sehari-hari adat budaya Betawi sesuai dengan tokoh yang dimainkan para pemain. Biasanya

kostum adat budaya Betawi menggunakan pakaian muslim adat Betawi, karena masyarakat

Betawi rata-rata merupakan penganut agama islam. Kostum bernuansa Islami ini tetap

mencirikan kekhasan Betawi yang merupakan unsur perpaduan dan budaya Sunda, Jawa, Arab

dan Cina.Pakaian Topeng Blantek lebih kepada kostum keseharian si tokoh dan memiliki warna

yang gelap, namun terkadang bisa mirip dengan kostum Lenong yang cerah. Inilah beberapa

contoh kostum Topeng Blantek kesehanian sesuai dengan tokohnya.

(31)

f. Gaya Penyajian

Gaya penyajian Topeng Blantek merupakan gaya permainan yang disajikan dalam

pertunjukan Topeng Blantek, biasanya menggunakan gaya lelucon atau lawakan sesuai dengan

Iingkungannya. “Gaya lelucon atau lawakan merupakan gaya permainan yang dilakukan hampir

dalam setiap pertunjukan teater tradisional, terutama pada jenis teater rakyat. 48Bahkan porsi

lawakan ini sering benlebihan dan selalu mengikuti keinginan penonton.

g. Struktur Penyajian

Struktur penyajian merupakan aliran atau lakon yang mempunyai struktur jelas.Inilah yang

sering dinamakan struktur drama.49 Dalam pertunjukan Topeng Blantek terdapat struktur

pertunjukan di dalamnya, agar pertunjukan tersebut berjalan sesuai dengan pakem-pakemnya.

Struktur penyajian Topeng Blantek adalah sebagai berikut:

• Mengundang para penonton

Mengundang para penonton dengan cara menampilkan musik, tari, nyanyian, dan pencak silat

atau dalam bahasa Inggrisnya disebut happening art, kemudian setelah itu masuk pembukaan.

• Pembukaan

Pembukaan di awali dengan tokoh Jantuk sebagai narator cerita, kemudian setelah itu narator

menceriitakan isi ceriita

• Isi cenita

Isi cerita dimainkan oleh para Niaga (pemain lakon) sesuai dengan cenita plot dengan

menggunakan improfisasi dan spontanitas sampai akhir cerita.

• Penutup

Penutup diakhiri oleh tokoh Jantuk sebagai pembawa pesan cerita dan penutup pertunjukan.

48 A. Kasim, Achmad. Mengenal Teater Tradisional di Indinesia. Jakarta: Dewan Kesenian Jakarta. 2006. Hal 18

(32)

Kondisi perkembangan Seni Topeng Blantek saat sekarang

Sebagai suku asli di Jakarta, Betawi sangat kaya akan seni dan budaya. Namun, tidak semua

kesenian Betawi dikenal masyarakat secara luas, termasuk seni Topeng Blantek. Padahal, jauh

sebelum kesenian tradisional Betawi seperti gambang kromong, lenong dan lain sebagainya

dikenal masyarakat, Topeng Blantek sudah lebih dulu hadir di tengah-tengah masyarakat Betawi.

Ciri dari kesenian Topeng Blantek yaitu terdapat tiga buah sundung (kayu yang dirangkai

berbentuk segi tiga yang biasa digunakan untuk memikul sayuran, rumput dan lain sebagainya).

Namun, di tengah modernisasi zaman kesenian yang dulu dikenal di kalangan rakyat jelata

tersebut saat ini kondisinya hampir punah. Bahkan, keberadaan seniman dan sanggar tari Topeng

Blantek boleh dikatakan hidup segan mati tak mau. Ia mengakui, sejak adanya kesenian-kesenian

tradisional Betawi lainnya seperti Lenong, Topeng Betawi, Samrah, Gambang Kromong dan lain

sebagainya, kesenian Topeng Blantek makin surut pamornya dan akhirnya hilang sama sekali.

Saking lamanya kehadiran Topeng Blantek Marhasan tidak tahu kapan kesenian rakyat itu ada.

Marhasan yang sejak 1972 malang melintang di Teater Maki-Maki pimpinan Patrick Usman,

Sanggar si Barkah dan lainnya hingga 1982 bersama almarhum Usman juga turut mendirikan

sanggar Topeng Blantek Pangker Group karena kecintaannya pada kesenian asli Betawi

tersebut.50

Namun sepeninggalnya Ras Barkah pada 2007, upaya melestarikan Topeng Blantek mulai

terkendala modal dan sulitnya mencari generasi penerus dan diperparah dengan tak adanya

perhatian dari pemerintah untuk turut melestarikan kesenian Topeng Blantek. Akibatnya,

satu-persatu sanggar-sanggar tersebut berguguran. Hingga saat ini untuk wilayah Jakarta Barat saja

50 dikutip dari berita Seputar Betawi News Seni Budaya, Topeng Blantek Kesenian Betawi yang Nyaris Punah

(33)

hanya tersisa empat sanggar. “Dari empat sanggar tersebut dua sanggar boleh dibilang hidup

segan mati tak mau. Sebab anggotanya sudah tak tahu ke mana rimbanya,” tutur Marhasan.51

Nasib yang tidak jauh berbeda juga saat ini dialami sanggar yang dipimpinnya yang bermarkas di

Jalan Pangkalan Kramat, RT 01/10, Kelurahan Semanan, Kecamatan Kalideres, Jakarta Barat,

yang beranggotakan 30 orang. Tak adanya modal membuat sanggarnya kesulitan membeli

perangkat alat musik baru untuk menggantikan alat yang lama hasil pemberian Sudin

Kebudayaan Jakarta Barat. Ditambah kurangnya minat generasi muda, khususnya keturunan

Betawi untuk melestarikan budayanya praktis membuat sanggarnya sepi job.

Daya tawar pada seni dipengaruhi oleh kondisi masyarakat. Jika dibandingikan dinamika

sosial suatu masyarakat yang berubah sangat membawa pengaruh pada kesenian tradisional.

Pada masyarakat modern, kebutuhan akan hidup semakin ke arah modern. Masyarakat modern

sudah berpola pikir semakin maju, karena zaman yang semakin canggih. Modernisasi yang

terjadi pada masyarakat mempengaruhi keberadaan kesenian tradisional. Pada tahap yang lain

dapat berdampak runtuhnya kesenian tradisional. Hal itu terjadi, karena pada dasarnya nuansa

modern lebih melihat sisi ke arah masa depan yang semakin berubah. Kesenian tradisional

merupakan hal-hal yang sifatnya ketinggalan atau dianggap masih tradisional. Hal tersebut juga

sama dengan seni budaya Topeng Blantek yang dianggap tergolong kebudayaan tradisional. Hal

itu karena seni Topeng Blantek adalah suatu bentuk hasil dari ide dan karya masyarakat Betawi

terdahulu. Terdahulu merupakan kata yang identik tradisional.

Kebudayaan tradisional sejatinya merupakan corak yang menjadi khas pada suatu daerah atau

bangsa tertentu. Namun, kondisi masyarakat lebih senang pada sebuah budaya yang sifatnya

modern. Hal itulah yang menyebabkan adanya dinamika sosial pada masyarakat terhadap

kesenian. Masyarakat disatu sisi tertarik akan budaya-budaya baru yang menyenangkan karena

(34)

sebagai hiburan. Budaya-budaya luar saat ini masuk secara terbuka dan mudah masyarakat untuk

menyaksikannya serta dapat dilihat melalui media masa seperti televisi dan internet. Masyarakat

pada konteks saat ini lebih cenderung ingin berubah sesuai dengan zamannya.52Perubahan yang

terjadi secara luas telah berdampak pada ketidatertarikan masyarakat pada seni budaya

tradisional, salah satunya Topeng Blantek ini. Dinamika sosial ini menjadi sebuah bagian dalam

kehidupan berkesenian. Kondisi masyarakat Betawi yang tidak peduli atau kurang perhatian

terhadap budayanya menunjukkan realitas masyarakat Betawi saat ini. Pada dasarnya masyarakat

mengalami evolusi budaya, yaitu perubahan secara besar pada budaya yang terjadi pada

masyarakat, khususnya masyarakat Betawi. Perubahan tersebut berdampak pada seni budaya

lokal. Oleh sebab itu, dinamika sosial pada masyarakat modern berpengaruh pada keberadaan

seni budaya Topeng Blantek yang terjadi di kota besar.

Dunia saat ini sedang mengalami sebuah proses yang dinamakan dengan Globalisasi.

Globalisasi merupakan sebuah proses yang saling berhubungan antara siapapun tidak terbatas

oleh bidang tertentu. George Ritzer menjelaskan bahwa “Globalisasi kebudayaan adanya

sebuah proses hubungan antara budaya lokal dalam dengan global.”53 Global adalah sesuatu

yang sifatnya berasal dari luar bukan lokal. Salah satunya adalah budaya yang berasal dari luar.

Hubungan antara kesenian tradisional dengan budaya luar memiliki perbedaan.

Fenomena tersebut dapat mempengaruhi pada terpinggirkannya kesenian tradisional karena

globalisasi dapat berpengaruh terhadap pelemahan budaya-budaya lokal, seperti seni budaya

Topeng Blantek. Pelemahan tersebut berdampak pada menurunnya kepedulian masyarakat

Betawi terhadap budaya lokal. Globalisasi juga membawa perubahan tingkatan dalam

52 Dikutip dari catatan Abdul Aziz

https://catatanabdulaziz.wordpress.com/2013/10/10/daya-tawar-seni-topeng-blantek/ di akses pada 16 oktober 2015 12:45

(35)

masyarakat terutama di Jakarta. Perubahan ini dapat membawa masyarakat yang menuju pada

arah menjadi sebuah masyarakat modern. Arus globalisasi dan modernisasi yang semakin tinggi

membuat pergeseran pada kalangan masyarakat Betawi di Jakarta.

Pergeseran ini semakin membuat kalangan masyarakat Betawi sekarang menjauhi seni budaya

tradisionalnya. Tradisional yang identik dengan keterbelakangan sudah menjadi sesuatu istilah

yang ketinggalan zaman. Masyarakat modern lebih menerima respon budaya modern. Hal

tersebut berdampak pada seni budaya Topeng Blantek yang tradisional semakin terpinggirkan

oleh masyarakat karena globalisasi membawa perubahan pada masyarakat, khususnya

masyarakat Betawi termasuk yang ada di wilayah budaya Betawi (Jakarta, Bogor, Depok,

Tangerang, Bekasi).

Zaman modern juga berdampak pada keberadaan kesenian tradisional bukan hanya Topeng

Blantek, akan tetapi bisa semua. Kemerosotan seni Topeng Blantek secara terbuka juga karena

faktor modernisasi budaya akibat globalisasi. Dan dikhawatirkan lambat laun kesenian

tradisional akan tergerus dan semakin hilang.”54

Adanya kontstelasi juga disebabkan oleh faktor kapitalis sebagai pemilik modal yang

memanfaatkan adanya globalisasi dan modernisasi pada kebudayaan yang mengedepankan sisi

materialis, sehingga berdampak pada budaya tradisional seperti Topeng Blantek yang semakin

redup. Akibat dari hal itu membawa dampak pada kehidupan para seniman yang mayoritas kelas

menengah kebawah semàkin tertindas.

Padahal seni budaya Topeng Blantek adalah seni tradisional masyarakat kaum Betawi yang

memiliki sebuah nilai. Kesenian Betawi yang berasal dari karya masyarakat Betawi terdahulu.

Dalam pertunjukan seni budaya Topeng Blantek tetap menggunakan alat musik sederhana,

Gambar

Tabel Sanggar Topeng Blantek tahun 1990an10

Referensi

Dokumen terkait

Setelah mendesain rancangan koleksi “ African Fang ” , dapat disimpulkan bahwa unsur kesenian topeng Fang Afrika dapat diolah dan dikembangkan menjadi busana

Sasaran yang akan dicapai dalam penulisan karya ilmiah ini adalah tersusunnya konsep perencanaan dan perancangan pusat seni dan budaya topeng yang rekreatif dan edukatif

Meskipun seni pertunjukan bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus, tapi biasanya

Meskipun seni pertunjukan bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus, tapi biasanya

Elemen-Elemen atau unsur-unsur seni tari yang menjadi struktur sebuah pertunjukan tari terdiri dari beberapan elemen antaranya gerak, musik, desain lantai,

Penciptaan Karya Seni Rupa Abstraksi Wajah Togog dan Topeng Bujang Ganong dengan Teknik CBT (Cetak Benang Tarik) ini secara umum sudah terpenuhi secara teknik dan visual,

Topeng Ireng lan Lelakune, Sebuah Komposisi Suita Modern Untuk Musik Kamar merupakan komposisi musik yang mengambil dua unsur musik yaitu musik lokal dan musik Barat,

atau terbuka yang digunakan untuk menampung segala produk kerajinan yang akan di jual atau dipromosikan dan juga sebagai tempat untuk pertunjukan kesenian rakyat yang fungsinya