• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA PERADILAN AGAMA DALAM R

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "TINJAUAN PUSTAKA PERADILAN AGAMA DALAM R"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERADILAN AGAMA

DALAM REFORMASI KEKUASAAN KEHAKIMAN DI INDONESIA PASCA AMANDEMEN KE TIGA UUD 1945

F. Setiawan Santoso

Dosen FAI-UCY

Nama Penulis : Taufiq Hamami Nama Penerbit : PT. Tatanusa Kota Penerbit : Jakarta, Indonesia Tahun terbit : 2013

Halaman : xvi + 548

A. Pendahuluan

Rifyal Ka’bah mengemukakan bahwa peradilan Islam berdasarkan keimananan Kepada Allah yang Maha Adil dan keyakinan ada kehidupan setelah manusia menginggalkan dunia. Dengan kata lain, peradilan Islam terdiri dari dari peradilan manusia di dunia dan peradilan Allah di Akhirat.1 Pendapat Ka’bah telah menempatkan peradilan manusia perlu menyesuaikan dengan system yang berlaku dalam suatu negara dan tradisi hokum yang telah berjalan dalam masyarakat yang ada di dalamnya.

Secara Qurani, Ka’bah didukung oleh Yusuf Ali ketika menafsirkan Q.S. al-Hadid: 25. Allah telah memberikan tiga karunia, yaitu: Kitab, timbangan dan besi. Ketiganya menyatukan masyarakat secara keseluruhan. Ketiganya adalah wahyu yang berisi kebaikan dan keburukan, keadilan yang memberikan hak bagi setiap orang, dan tangan hokum yang kuat bagi penegakkan sanksi pelaku kejahatan.2

Reformasi penegakkan peradilan Islam kemudian menjadi keharusan. Peradilan berjalan dinamis mengikuti perkembangan masyarakat tanpa kehilangan ruh-ruh kewahyuan. Peradilan merupakan kewajiban kolektif (fardhu kifayah), yakni sesuatu yang dapat ada dan harus dilaksanakan dalam keadaan bagaimanapun.3 Di negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UndangUndang Dasar 1945, keadilan, kebenaran, dan kepastian hukum dalam konteks sistem penyelenggaraan hukum merupakan hal pokok yang sangat penting dalam mewujudkan suasana kehidupan yang aman, tenteram, dan tertib seperti yang diamanatkan Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN).44

(2)

mampu meningkatkan akses terhadap keadilan bagi masyarakat miskin dan kelompok masyarakat terpinggirkan termasuk perempuan. Peradilan Agama saat ini telah bisa menjadi model bagi reformasi hokum Islam yang progresif tidak hanya melihat perkara sebatas persoalan fiqh doctrine yang kaku. Hal itula menjadikan layak sebagai model bagi pengadilan lainnya di Indonesia, namun juga bagi sistem peradilan Islam yang ada di Asia Tenggara.5

B. Pembahasan

Buku karya Taufik Hamami memberikan dukungan terhadap kesimpulan penelitianSumnerdan Lindseysecara tidak langsung. Karena bukunya memang tidak maksud sebatas persetujuan, penolakan atau penemuan dalam penelitian. Buku ini cenderung disusun secara menyeluruh untuk memberikan kemudahan kepada seluruh khalayak pembaca tak terkecuali untuk bersikap wajar dan biasa saat berhadapan dengan perkembangan pengadilan di pera setelah orde reformasi berjalan. Metode ini digunakan juga untuk memberikan kesempatan kepada penulis untuk membahas dalam ruang yang lebih luas. Pembahasan dengan metode ini merupakan kesulitan tersendiri karena membutuhkan kombinasi pemahaman teori yang dalam dan penguasaan praktis yang luas. Hal itu tidak bisa tercapai kecuali pengarang telah mengalami kombinasi keduanya.

Pembahasan dimulai dengan relevansi pera dengan hokum sebagai dasar eksistensinya. asal usul istilah hukum, pengertian hukum dan keadilan. Dengan pembahasan tersebut maka diketahui arti penting tugas penegakan hukum dan keadilan. Lalu siapa yang menjadi pelaksanaannya. Berdasarkan periodisasi perubahan UUD 1945, Institusi Penyelenggara Tugas Penegakan Hukum dan Keadilan di Indonesia dibedakan. Dari situ akan diketahui fungsi dan peran Pera sebagai salah satu institusi penyelenggara tugas penegakan hukum dan keadilan.

(3)

ditegakkan, Tauliyah dibedakan dari Ahlul hilli wal aqdli dan sultan sebagai Imam dan Waliyul Amri atau Pemerintah/Kepala Negara.

Matrais dan Ramulyo menguatkan pendapat Hamami. Kenyataan pera sebelum penjajahan sudah mulai berlaku sejak Islam ditetapkan sebagai agama resmi di Kerajaan Demak sekitar abad lima belas. Para sultan di Indonesia lainnya, antara lain kesultanan di Aceh, Pagaruyung, Bonjol, Pajang, Banjar, dan Pasai, juga memberlakukan Islam sebagai agama resmi dan hukum negara.6

Perubahan drastis akibat penjajahan di masa pemerintahan kolonial Belanda mendapat sorotan panjang karena kontribusinya yang besar terhadap kodifikasi hokum Islam di Indoneisa. Pera di masa pemerintahan kolonial Jepang pun mengalami perubahan yang khas. Inisiatif-inisiatif yang mendukung pera pasca kemerdekaan dibagi berdasarkan masa sesudah kemerdekaan dan pemerintah Orde Lama, masa pemerintahan Orde Baru dan masa pemerintahan Orde Reformasi.

Hamami mendeskripsikan bahwa pera tidak selamanya mengalami perkembangan positif. Keberadaannya mengalami pasang surut mengikuti garis politik hukum yang dianut oleh Negara. Pada masa awal-awal kemerdekaan bahkan keberadaan peradilan Agama di Indonesia nyaris hilang. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1948 tentang Susunan dan Kekuasaan Badan-badan Kehakiman dan Kejaksaan telah memberikan pengaruh negatif terhadap eksistensi pera di Indonesia pasca merdeka.

Pada masa pemerintahan Orde Baru setahap demi setahap kedudukan Peradilan Agama dikembalikan pada kedudukan asalnya. Setelah satu decade pemerintahan Orde diterbitkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman yang menjadi tonggak tegak dan kuat bagi pera di masa ini. Pada masa Reformasi, tatanan hokum Indonesia bergerak kea rah perubahan yang fundamental. Perkembangan itu ditandai dengan frekwensi amandemen UUD 1945 yang menjadi sumber hokum utama Republik Indonesia. Bagi pera, amandemen telah menaikkannya ke puncak kekuatan eksistensi dan kedudukan. Pera telah menjadi bagian dalam tubuh Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasca amandemen. Konsekuensinya, penyesuaian struktur lembaga hokum di iIndonesia dan peraturan perundangan yang menyangkut kekuasaan kehakiman termasuk Pera. Landasan hokum penyesuaian itu antara lain; pengesahan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Pertama dan Kedua atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

(4)

perangkat peraturan perundang-undangan, perangkat organisasi, semua mengalami sentuhan reformasi. Penyesuaian juga mencakup perangkat tata laksana, sarana dan prasarana.

Semua perubahan yang terjadi pasca amandemen UUD 1945 di lingkungan Pera kemudian dibahas dan dianalisis oleh penulis satu persatu secara komprehensif. Dari sinilah, kombinasi pemahaman teori dan penguasaan praktek penulis diuji. Keterlibatan langsung penulis sebagai bagian dari praktisi pera dalam beberapa orde pemerintahan ternyata telah memberikan pembahasan yang khas berdampak positif terhadap pembaca dalam mengetahui perubahan-perubahan struktur dan birokrasi di lembaga keadilan beragama ini.

Setelah pembahasan tentang kedudukan pera dalam sistem tata hukum di Indonesia yang berpengaruh terhadap definisi Pelaku Kekuasaan Kehakiman, penulis menguraikan susunan dan struktur pengadilan dalam lingkungan pera. Susunan Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Agama terdiri dari Pimpinan Pengadilan, Hakim, Panitera dan Sekretaris, dan Juru Sita. Untuk panitera, susunan dan tata Kerja mencakup; Meja Satu, Meja Dua dan Meja Tiga. Deskripsi selanjutnya diberikan berupa susunan dan tata kerja Sekretariat Pengadilan, bagan susunan organisasi pengadilan dan sarana dan prasarana pengadilan di lingkungan Pera.

Hakim pera sebagai pejabat pelaku kekuasaan kehakiman tidak ketinggalan dari praktek reformasi. Hakim sebagai pejabat negara memiliki profil berbeda dari yang lain. Makna lambang jabatan hakim berupa kartika, cakra, candra, tirta, sari pun mengalami penyesuaian filosofis. Tindak lanjutnya adalah penyusunan Kode Etik Profesi Hakim Pera yang berdampak luas pada kehidupam keseharian hakim. Mereka tidak boleh merangkap jabatan-jabatan tertentu, pengangkatan dan Pemberhentian hakim diatur lebih spesifik. Fungsi Panitera, Juru Sita dan Juru Sita Pengganti dalam Hubungannya dengan Penyelesaian Tugas-tugas Hakim pun dipertegas.

(5)

terakhir, Persidangan pera harus berdasarkan asas peradilan dilakukan dengan hakim majelis.

Kekuasaan hakim pera meliputi kekuasaan absolut dan relatif. Pembagian itu berkaitan dengan bidang-bidang perkara yang menjadi Wewenangnya. Wewenang absolut setelah reformasi telah meluas hingga wilayah perikatan ekonomi Syariah. Pada bidang nikah talak dan cerai, hakim pera bisa mengangani perkara izin poligami, Perkara izin kawin dan dispensasi kawin. Hakim juga berhak mengadili perkara pencegahan perkawinan, penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah dan pembatalan perkawinan. Perkara gugatan kelalaian atas kewajiban suami isteri bisa diajukan kepada pera. Perkara penolakan pemberian keterangan untuk melakukan perkawinan campuran. perkara pengesahan nikah dan perkara penetapan keadlalan wali nikah. Selain itu dalam perwalian, hakim bisa mengadili perkara pencabutan wali, perkara penunjukan wali, dan perkara pembebanan ganti kerugian terhadap wali.

Permasalahan cerai dalam wewenang pera anatara lain perkara permohonan cerai talaki. Perkara gugatan perceraian, perkara gugatan harta bersama, perkara penentuan kewajiban biaya penghidupan oleh bekas suami kepada bekas isteri. Perkara lainnya, penentuan suatu kewajiban bagi bekas isteri atau perkara pengasuhan anak.

Perkara yang berkaitan dengan anak dalam wewenang pera selanjutnya adalah perkara perkara tentang asal usul Anak hingga keabsahan. Pera juga wajib memeriksa perkara pencabutan kekuasaan orang tua. Hakim juga bisa memutuskan penentuan nafkah anak oleh ibu. Hak Anak terhadap orang tuga juga bisa diputuskan hakim melalui perkara kewarisan. Bidang hukum kewarisan juga meliputi pemeriksaan perkara wasiat.

(6)

2004, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 Tentang Perwakafan Tanah Milik, Merupakan Hukum Materiil Pengadilan Dalam Lingkungan Peradilan Agama; f) Undang-Undang Nomor 38 Tahun 1999 Tentang Pengelolaan Zakat; g) Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2008 Tentang Surat Berharga Syari’ah Dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syari’ah. h) Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah Buku.

Kitab-kitab fiqh klasik juga masih dipertahankan memperkuat hokum materiil dan formil yang sudah diterbitkan. Bagi kalangan pengadilan lain, Penggunaan buku fiqh lazim dan bisa menjadi bagian dari doktrin akademis, namun dalam pera posisi menjadi signifikan. Area ini menjadi ruang bagi hakim untuk melakukan penafsiran, penghalusan dan konstruksi hokum lainnya.7 Praktek yang belum tentu bisa dilakukan di pengadilan lain di Indonesia. Pengaruh fiqh mazhab juga ada dalam hukum acara formil yang berlaku; yaitu a) hukum acara perdata umum b) hukum acara perdata khusus.

Pada bidang birokrasi pera, Hamami menjabarkan reformasi kekuasaan kehakiman yang terjadi. Landasan hokum reformasi berada di Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 yang mendukung Peradilan Agama dalam mengikuti arus reformasi kekuasaan kehakiman agar lebih maju. Reformasi itu termasuk pada organisasi kehakiman. Sesuai Visi dan Misi Serta Tujuan, reformasi birokrasi mulai dari Mahkamah Agung hingga 4 (empat) Lingkungan Peradilan Di bawahnya. Program Prioritas reformasi pada pera pun harus disesuaikan dengan semangat tersebut.

Keterbukaan informasinya, peningkatan sistem pelayanan denganSistem One Stop Serviceterus dijalankan dengan penuh kesungguhan. Keterbukaan informasi itu merupakan kewajiban bagi peradilan agama sebagai salah satu badan publik. Sistem transpransi informasi di berlakukan dengan pemetaan jenis-jenis Informasi Publik. Dalam pera ada informasi yang wajib diumumkan secara berkala, informasi yang wajib tersedia setiap saat dan dapat diakses oleh public, tetapi informasi yang dikecualikan juga diberikan. Prosedur Pelayanan Meja Informasi dibedakan dalam permohonan informasi secara langsung dan kasus dan permohonan informasi secara tidak langsung atau biasa.

(7)

C. Penutup

Penulis patut diapresiasi dalam penyusunan bukunya. Kesimpulan akhir pembaca setelah membacanya adalah gambaran komprehensif bagaimana operasionalisasi pera. Sifat menyeluruh itu hingga memudahkan pembaca pemula dan pencari keadilan awam berhadapan dengan sistem pengadilan dengan pera. Karakteristik holistik juga ditandai dengan pelampiran Undang-Undang Tentang Peradilan Agama, yaitu; Undang-Undang Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama; Undang-Undang Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama; Undang-Undang Tentang Kekuasaan Kehakiman. Buku ini juga memberikan referensi bibliografi di halaman 425-436 untuk memudahkan pembaca melacak pustaka berkaitan dengan pera di Indonesia.

Catatan Akhir

1 Rifyal Ka’bah, Peradilan Islam Kontemporer, Saudi Arabia, Mesir, Sudan,

Pakistan, Malaysia dan Indonesia, (Jakarta: Universitas Yarsi, 2009), h.19.

2 Abdullah Yusuf Ali, The Holy Quran, Text, Translation and Commnetary,

(Brendwood, Maryland: Amana Corporation, 1409/1989), footnote no. 5513.

3Zaini Ahmad Noeh dan Abdul Basit Adnan,Sejarah Singkat Pengadilan Agama

Islam di Indonesia, (Bina Ilmu: Surabaya, 1983), h. 29.

4 “Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989

tentang Peradilan Agama”.

5 Cate Sumner dan Tim Lindsey, Courting Reform, Indonesia’s Islamic Courts

And Justice For The Poor, Australia: The Lowy Institute, 2010, h. 37-38.

6 Sumadi Matrais, “Kemandirian Peradilan Agama Dalam Perspektif

Undang-Undang Peradilan Agama”,Jurnal Hukum No. 1 Vol. 15 Januari 2008:121 – 144;Idrus Ramulyo M, Beberapa Masalah tentang Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Hukum Perkawinan Islam, (Jakarta: Ind-Hell Co, 1985), h. 8.

7 Bagir Manan, “Kata Pengantar” dalam Rifyal Ka’bah, Peradilan Islam

Kontemporer, Saudi Arabia, Mesir, Sudan, Pakistan, Malaysia dan Indonesia, (Jakarta: Universitas Yarsi, 2009), h. vii.

Daftar Pustaka

Ali, Abdullah YusufThe Holy Quran, Text, Translation and Commnetary, Brendwood, Maryland: Amana Corporation, 1409/1989.

Aripin, Jaenal. “Reformasi Hukum Di Indonesia Dan Implikasinya Terhadap Peradilan Agama: Analisis Terhadap Eksistensi Peradilan Agama di Era Reformasi (1998-2008)”. http://www. badilag.net/ data/ARTIKEL/Reformasi%20 Hukum%20 di %20 Indonesia.pdf

Hamami, Taufiq. Peradilan Agama Dalam Reformasi Kekuasaan Kehakiman di Indonesia: Pasca Amandemen ke Tiga UUD 1945. Jakarta, Indonesia : PT. Tatanusa, 2013.

(8)

M, Idrus Ramulyo. Beberapa Masalah tentang Hukum Acara Perdata Peradilan Agama dan Hukum Perkawinan Islam. Jakarta: Ind-Hell Co, 1985.

Matrais, Sumadi. “Kemandirian Peradilan Agama Dalam Perspektif Undang-Undang Peradilan Agama.” Jurnal Hukum No. 1 Vol. 15 Januari 2008:121 – 144

Sumner, Cate dan Tim Lindsey, Courting Reform, Indonesia’s Islamic Courts And Justice For The Poor. Australia: The Lowy Institute, 2010.

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama.

undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama

Referensi

Dokumen terkait

(3) Apakah guru pernah memamfaatkan tutor teman sebaya. 2) Mengkaji kurikulum, konsep matematika yang penting dan strategis. Dalam tahap kegiatan yang dilakukan

Berdasarkan kriteria Kemudahan sebanyak 84% dari 67 responden yang menjadi objek penelitian menyatakan Sangat Setuju apabila ukuran dasar trotoar diperlebar lagi agar

menunjukkan bahwa presentase sumbangan pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen sebesar 40,4%, yaitu pengaruh dukungan orang tua terhadap motivasi

Sesuai dengan Peraturan Bupati Jombang Nomor 15 Tahun 2009 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Jombang, adalah : Tugas Pokok :

salina yang dihasilkan pada media penambahan limbah cair tahu dan media pupuk teknis tidak dapat dimanfaatkan sebagai sumber protein karena kadar protein tertinggi yang

Keempat gaya bahasa tersebut digunakan oleh pembuat iklan untuk memberikan penekanan atau penegasan mengenai biskuit yang ditawarkan dengan tujuan agar penonton televisi

Maksudnya ialah sebagaimana yang kita yakini bahwa mengarahkan murid kepada hal yang terpuji tidak jauh dari anjuran al-quran maupun hadist, serta apa saja yang dianggap

8otor ! 8otor terdiri dari sebuah lilitan dari ka3at membungkus di sekitar  inti besi. Arus melalui kumparan ka3at menghasilkan medan magnetik sekitar inti. )ekuatan