• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI PEMUTAHIRAN DIMENSI TEKNIS KAPAL D

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI PEMUTAHIRAN DIMENSI TEKNIS KAPAL D"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Artikel : Studi Pemutahiran Dimensi Teknis kapal Ikan Tipe Pole And Line Di Kota Bitung Dengan Aplikasi Komputer

Article : Study of Updating Technical Dimensions of Pole And Liner In Bitung Using a Computer Applications

Heru santoso

Kawilarang W.A. Masengi Patrice N.I. Kalangi

ABSTRAK

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam penentuan dimensi-dimensi teknis sebuah kapal yaitu: pengukuran, perhitungan dan penggambaran. Pada penelitian-penelitian terdahulu untuk menentukan dimensi-dimensi teknis dari sebuah kapal perikanan masih menggunakan metode-metode konvensional yakni proses penggambaran yang hanya sampai mendapatkan gambar body plane, water line, buttock line dan proses perhitungan untuk memperoleh dimensi volume. Informasi yang diperoleh apakah sebuah kapal perikanan sudah sesuai atau belum sesuai dengan dimensi-dimensi acuan membutuhkan waktu yang agak lama. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan teknologi komputer.

Dalam penelitian ini digunakan kapal pole and line yang sedang dibangun sebagai objek penelitian. Pengambilan data dilakukan dengan pengukuran secara langsung terhadap objek. Data yang terkumpul dianalisa dan diverifikasi dengan aplikasi komputer dan formula-formula dari para ahli maupun Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).

Hasil pengukuran dimensi utama kapal yaitu panjang keseluruhan (Lengthover all) 22,50 m, lebar (width)4,19 m, dalam (depth) 2,29 m dan sarat (draft) 1,10 m. Hasil analisis perbandingan antar dimensi utama kapal diperoleh: LOA/B = 5,37, LOA/D = 9,83 dan B/D = 1,83. Dengan demikian kapal yang dibuat ini memiliki kecepatan yang relatif baik, kekuatan memanjang (longitudinal strength) yang relatif lebih kuat, stabilitas kurang baik dan daya dorong (propulsive ability) relatif baik karena adanya tahanan yang kecil, sehingga membutuhkan daya dorong mesin yang relatif kecil. Hasil analisis koefisien bentuk, masing-masing diperoleh: koefisien balok (Cb) = 0,54, koefisien prismatik (Cp) = 0,65, koefisien penampang tengah (C) = 0,83, dan koefisien bidang garis air (Cw) = 0,84. Hasil koefisien bentuk ini memberi gambaran bahwa kapal ikan tipe pole and line yang diteliti cenderung berbentuk langsing sehingga dapat memberikan kontribusi positif terhadap kecepatan kapal. Penampang melintang tengah kapal ke arah buritan dan haluan cenderung sama serta cenderung berbentuk persegi empat. Penampang bidang garis air cenderung berbentuk persegi empat.

Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa dimensi teknis seperti perbandingan ukuran utama dan koefisien bentuk kapal ada yang sudah sesuai dan ada yang belum sesuai dengan dimensi standar sedangkan untuk ukuran konstruksi kapal terdapat beberapa ukuran lebih besar dan ada yang lebih kecil dari nilai standart Biro Klasifikasi Indonesia. Bagian-bagian konstruksi yang terdapat pada kapal yang menjadi objek penelitian terdiri dari: lunas, linggi haluan, gading, papan kulit, galar balok, galar kim, balok geladak dan papan geladak. Dengan aplikasi komputer Rhinoceros 3.0 maka rencana garis maupun gambar perspektif kapal dapat dihasilkan.

(2)

ABSTRACT

There are several stages that must be done in determining the technical dimensions of a ship i.e. measurement, calculation and drawing. In the research, to determine the technical dimensions of a fishing boat previous a conventional method was used to draw the body plane, water line, and buttock line, and the calculation process was done to obtain the volume of the ship. The information whether a fishing boat is appropriate or not in accordance with the dimensions reference was obtained a longer period of time. This problem can be overcome by using computer technology.

In this research the object of research is a pole and line which is being built in bitung. The data collected through direct measurements on the object. The collected data was analyzed and verified with computer applications and formulas from the experts and the Indonesian Bureau of Classification (BKI).

Main dimensions, namely the length of the entire ship (Length over all) is 22.50 m, width is 4.19 m, in depth is 2.29 m and loaded (draft) is 1.10 m. Ratio among the main ship dimensions obtained: LOA / B = 5.37, LOA / D = 9.83 and B / D = 1.83. Thus the ship has a relatively good speed, lengthwise strength (longitudinal strength) is relatively stronger, worse stability and thrust (propulsive ability) is relatively good because the resistance of the boat was small, so it requires small engine thrust. The fineness coefficients are: block coefficient (Cb) = 0.54, prismatik coefficient (Cp) = 0.65, midship coefficient (C) = 0.83, and the waterline coefficients (Cw) = 0.84. The magnitudes of this coefficient indicates that the shape of pole and line tends to be slim so it gives a slight positive contribution to the speed of boat. The midship crossection toward the stern and fore is similar and tend to be square inshape. Section area of the water line tend to be square.

From this research it can be concluded that there are some technical dimensions such as dimension ratio and the fineness coefficients of ships that have already and have not been in accordance with the the standard size for ship construction, same dimension are larger and some smaller than the standard of Indonesian Bureau of Classification (BKI). Parts of the construction of the ship that became the object of research consists of: base, linggi course, ivory, leather board, galar beam, galar kim, blocks deck and boards deck. Using rhinoceros 3.0 computer applications the line plan and the ship perspective image can be produced.

(3)

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Potensi lestari sumber daya ikan (SDI) laut Indonesia sekitar 6,4 juta ton per tahun atau 7 persen dari total potensi lestari SDI laut dunia. Saat ini tingkat pemanfaatan SDI Indonesia baru mencapai 4,4 juta ton (Kompas, 2009). Dengan demikian, masih ada peluang untuk mengembangkan usaha perikanan tangkap di daerah-daerah yang SDI-nya masih belum dimanfaatkan optimal seperti di pantai barat Sumatera, pantai selatan Jawa, Bali, NTB, dan NTT, sampai ke ZEEI di Samudra Hindia, Teluk Tomini, Laut Sulawesi, Laut Banda, dan ZEEI di Samudra Pasifik (Kompas, 2009). Untuk mengelola potensi perikanan yang sedemikian besarnya maka dibutuhkan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satu sarana yang vital adalah kapal perikanan. Dibanding kapal lainnya, kapal perikanan memiliki dimensi teknis yang khas. Dalam pembuatan suatu kapal perikanan tentunya harus didahului dengan suatu perencanaan sehingga dimensi-dimensi teknis yang dimiliki oleh sebuah kapal perikanan benar-benar sesuai dengan dimensi-dimensi acuan dari para ahli maupun sesuai dengan acuan standar dalam hal ini Biro Klasifikasi Indonesia (BKI).

B. Permasalahan

Ada beberapa tahapan yang harus dilakukan dalam penentuan dimensi-dimensi teknis sebuah kapal yaitu: pengukuran, perhitungan dan penggambaran. Pada penelitian-penelitian terdahulu untuk menentukan dimensi-dimensi teknis dari sebuah kapal perikanan masih menggunakan metode-metode konvensional yakni proses penggambaran yang hanya sampai mendapatkan gambar body plane, water line, buttock line dan proses perhitungan untuk memperoleh dimensi volume. Informasi yang diperoleh apakah sebuah kapal perikanan sudah sesuai atau belum sesuai dengan dimensi-dimensi acuan membutuhkan waktu yang agak lama. Masalah ini dapat diatasi dengan menggunakan teknologi komputer.

Komputer memegang peranan penting untuk membantu kerja manusia dalam menyelesaikan suatu masalah dan tugasnya sehari-hari. Dalam bidang ekonomi sendiri, banyak alat analisis dan program-program pembantu dalam pengaplikasiannya. Pada teknik perkapalan, yang merupakan salah satu tempat berinvestasi bagi para pemilik modal, tentunya menginginkan suatu informasi yang cepat, mudah dibaca dan dipahami yang nantinya berguna sebagai alat bantu pengambil keputusan dalam berinvestasi. Pertanyaan tentang mampukah program ini membantu penggunanya dalam menghitung dan menggambarkan dimensi-dimensi teknis dari suatu kapal dan apakah program aplikasi komputer ini layak untuk digunakan menjadi fokus dari penelitian ini.

Kenyataan tersebut di atas mendorong dilakukannya suatu studi pemutahiran dimensi teknis kapal ikan tipe pole and line sehingga dapat menjawab pertanyaan bagaimanakah dimensi-dimensi teknis kapal ikan tipe pole and line yang diproses dengan aplikasi komputer serta apakah dimensi teknis tersebut sudah sesuai dengan dimensi acuan.

C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan permasalahan tersebut di atas maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:

1. Menganalisis dimensi-dimensi teknis kapal ikan tipe pole and line

(4)

2. Mendapatkan gambaran perspektif kapal ikan tipe pole and line

dengan aplikasi Komputer

3. Menentukan dimensi-dimensi teknis kapal ikan

4. Memverifikasi dimensi-dimensi teknis dengan nilai-nilai acuan dan aturan BKI

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat sebagai :

1. Bahan informasi bagi pengrajin pembuat kapal perikanan dalam merancang kapal yang akan dibuat.

2. Bahan informasi ilmiah bagi akademisi dan peneliti maupun instansi terkait dalam pengelolaan kapal.

TINJAUAN PUSTAKA

Kapal merupakan kendaraan air dengan bentuk dan jenis apapun, yang digerakkan dengan tenaga mekanik, tenaga angin atau ditunda, termasuk kendaraan yang berdaya dukung dinamis, kendaraan di bawah permukaan air, serta alat apung dan bangunan terapung yang tidak berpindah-pindah (Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran). Selanjutnya Anonimous (1985) menyatakan bahwa kapal perikanan adalah kapal atau perahu atau alat apung lainnya yang dipergunakan untuk melakukan penangkapan ikan, termasuk untuk melakukan survei atau eksplorasi perikanan.

Handryanto (1982) menyatakan bahwa sebelum suatu kapal dibangun, ukuran utama kapal yang terdiri dari panjang (L), lebar (B) dan dalam (D) harus benar-benar ditentukan terlebih dahulu secara teliti. Ketiga ukuran tersebut penting untuk penentuan kapasitas kapal serta dimensi lain yang berhubungan dengan stabilitas kapal, seperti free board (f) dan draft (d). Ketiga ukuran tersebut masing-masing terdiri dari : 1).Ukuran membujur/memanjang, 2).Ukuran melintang /melebar dan 3).Ukuran tegak (vertikal)

Selanjutnya, Ayodhyoa (1972) menyatakan bahwa jika nilai L/B suatu kapal mengecil akan berpengaruh buruk terhadap kecepatan dan jika L/D membesar maka longitudinal strength (kekuatan memanjang) akan melemah serta jika nilai B/D dari kapal tersebut membesar, maka stabilitas akan membaik tetapi

propulsive ability (daya dorong) akan memburuk.

(5)

oleh ukuran utama kapal, koefisien bentuk dan perbandingan ukuran utama. Koefisien yang menggambarkan bentuk badan kapal oleh Nomura dan Yamazaki (1977) disebut koefisien bentuk, yang terdiri dari koefisien balok (Cb), koefisien prismatik (Cp), koefisien penampang tengah (CØ) dan koefisien waterplane (Cw).

Kapal perikanan tipe pole and line merupakan kapal yang tergolong dalam perikanan skipjack sehingga dimensi-dimensi teknisnya selain mengacu pada ketentuan ukuran konstruksi kapal kayu juga mengacu pada ketentuan lainnya seperti ketentuan tentang coefficient of finesess serta ketentuan tentang perbandingan antar ukuran utama principal dimension. Ayodhyoa (1972) menyatakan bahwa nilai block coefficient, prismatic coefficient, mid ship coefficient dan water linecoefficient dari kapal skipjack adalah : 0,63 – 0,72; 0,65

– 0,75; 0,91 – 0,97; 0,83 – 0,90. Sedangkan untuk nilai perbandingan principal dimension didasarkan atas panjang kapal.

Tabel 1. Perbandingan ukuran utama (principal dimension)

Jenis Kapal Ikan LOA (m) LOA/B LOA/D B/D

Skipjack Pole and line boat

<20 4,60 9,50 2,05

20<L<25 4,80 10,00 1,95

25<L<30 5,00 10,50 1,90

30<L 5,50 11,00 1,85

Sumber: Ayodhyoa, 1972

(6)

menjadi bagian yang kuat untuk membentuk konstruksi kapal yang layak untuk digunakan.

Lunas merupakan suatu komponen konstruksi kapal yang terletak di bagian dasar kapal yang terbentang dari buritan sampai haluan yang fungsinya sebagai tempat menempelnya gading-gading. Lunas juga berfungsi untuk menambah kekuatan memanjang kapal. Kapal yang mempunyai angka penunjuk L(B/3 + H) lebih kecil dari 140 tidak perlu dipasang lunas dalam, sedangkan yang lebih besar dari 140 harus dipasang lunas dalam (dari linggi buritan sampai linggi haluan) dan lunas luar. Tebal dan tinggi dari lunas dalam dan lunas luar dapat di rubah asalkan luas penampang dipertahankan. Jika lunas dalam dan lunas luar terbuat dari satu balok, maka luas penampang keseluruhannya boleh dikurangi 10 % dari ketentuan yang telah ada. Jumlah maksimum potongan balok (n) lunas luar/lunas dalam ditentukan berdasarkan panjang kapal (L) sesuai tabel 2 berikut :

Tabel 2. Jumlah Maksimum Potongan Balok Lunas

Keterangan : L = Panjang kapal

n = Jumlah potongan kayu balok yang diijinkan untuk lunas/lunas dalam.

Linggi merupakan bagian konstruksi kapal yang terletak di haluan dan buritan kapal yang fungsinya sebagai tempat menempelnya kulit kapal, galar kim/senta, dan komponen konstruksi lainnya. Menurut aturan BKI lebar dan tinggi linggi boleh di rubah asal luas penampang yang diperlukan tetap dipertahankan (Biro Klasifikasi Indonesia, 1989).

Gading-gading merupakan komponen kontruksi kapal yang berguna untuk membentuk badan kapal dan menjaga agar tidak terjadi perubahan pada bodi

L ( m ) n < 14

14 s/d 25

25 s/d 35

> 35

1

2

3

4

(7)

kapal tersebut. Gading-gading dari kayu balok dapat dibuat dari kayu balok tunggal atau kayu balok berganda. Jarak antara gading yang satu dengan yang lainnya diukur dari tengah ke tengah gading-gading. Untuk gading-gading lengkung dapat dipergunakan kayu yang urat-uratnya sejalan dengan bentuk gading-gading. Bilamana kayu tersebut tidak begitu panjang maka kayu tersebut dapat disambung.

Galar balok merupakan bagian konstruksi kapal yang fungsinya mengikat gading yang satu dengan yang lainnya, selain itu fungsinya untuk memperkuat kekuatan konstruksi memanjang kapal. Setiap kapal pada tiap sisi sekurang-kurangnya mempunyai sebuah galar balok yang tidak terputus. Bagi kapal yang mempunyai angka penunjuk L(B/3+H) yang lebih besar dari 155, pada tiap sisi disamping galar balok utama harus ditambah dengan galar balok bawah atau galar balok sisi. Untuk gading-gading kapal yang terbuat dari kayu berlapis cukup dipasang satu galar balok.

Balok geladak merupakan bagian komponen kontruksi kapal yang terbentang dari sisi kapal bagian kiri ke sisi bagian kanan kapal. Balok geladak berfungsi sebagai tempat menempelnya papan geladak dan juga untuk memperkuat kekuatan melintang kapal. Jarak rata-rata balok geladak diukur pada bagian tengah ke tengah. Jarak antara satu balok dengan balok lainnya dapat diperbesar sampai 10 % dari pada jarak rata-rata asalkan jarak balok pada sisi yang lain dikurangi dengan persentase yang sama.

Kulit luar kapal berfungsi untuk menjaga agar air tidak dapat masuk ke dalam kapal. Selain itu, kulit luar kapal berfungsi untuk menambah kekuatan memanjang kapal. Kapal yang mempunyai angka penunjuk L (B/3 + H) sampai dengan 50, seluruh lajur dari kulit luar dapat dibuat dari papan dengan tebal yang sama. Bagi kapal yang lebih besar, lajur lunas dan lajur sisi atas dari kulit luar harus lebih tebal dari pada lajur alas dan lajur sisi lainnya (Biro Klasifikasi Indonesia, 1989)

(8)

lebih besar lebar papan geladak kira-kira 100 mm sampai 130 mm. Papan geladak harus sepanjang mungkin dan juga sambungannya harus dibagi secara merata seperti papan kulit. Jarak sambungan papan tutup sisi geladak sampai papan tutup lajur sisi atas harus sekurang-kurangnya 1,50 m dan sampai sambungan galar balok sekurang-kurangnya 1,20 m (Biro Klasifikasi Indonesia, 1989).

METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Galangan Kapal Tradisional Kelurahan Tandurusa Kota Bitung, selama 3 (tiga) bulan pada Maret sampai Mei tahun 2009.

B. Alat dan Bahan

Bahan dan alat yang dipergunakan dalam penelitian ini ialah sebagai berikut: 1) Tali; digunakan sebagai rentangan untuk pengukuran titik koordinat. 2). Meteran (5 m dan 30 m); sebagai alat ukur. 3). Kayu ; digunakan sebagai pasak. 4). Kertas. 5). Alat tulis. 6) Komputer. 7). Software program dan 8). Kamera.

C. Metode Penelitian

Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu, menggambarkan, menguraikan dan mengumpulkan peristiwa secara sistematis dan akurat sesuai dengan objek penelitian (Suryabrata, 1987). Dasar metode penelitian ini adalah studi kasus, yaitu penelitian yang digunakan dengan cara mempelajari kasus-kasus tertentu pada objek penelitian yang terbatas (Ariyanto, 1986). Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah kapal perikanan tipe pole and line.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan melalui pengamatan dan pengukuran secara langsung di lapangan, serta wawancara untuk memperoleh data primer dan pengutipan informasi dari beberapa tulisan ilmiah sesuai dengan topik penelitian untuk memperoleh data sekunder. Adapun jenis data yang diambil yaitu:

1. Pengukuran Ukuran Utama Kapal.

2. Penggambaran Lambung Kapal

3. Pengukuran dimensi-dimensi konstruksi kapal

(9)

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan metode-metode perhitungan maupun dengan cara memverifikasi langsung dengan data acuan yang menjadi standar. Adapun bentuk analisisnya adalah

1. Menghitung Luas Bidang dan Volume Kapal

Untuk menghitung luas bidang dan volume kapal dihitung dengan menggunakan aturan simpson pertama, seperti yang dikemukakan oleh Istopo (2001) dengan rumus :

dimana

: Volume Kapal (m3) A : Luas bidang (m2) h : Jarak antar partisi (m) H : Jarak antar bidang (m) Y1,2,3,... : Tinggi partisi

Rumus simpson pertama tersebut kemudian dikombinasikan dengan program perhitungan yang ada pada program aplikasi rhinoceros 3.0 dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Dari gambar yang dihasilkan pada proses penggambaran diambil potongan kapal hanya sampai pada water line, kemudian setiap section dihitung luas areanya dengan fasilitas analyze.

Deskripsi potongan kapal pada water line

b. Setelah semua section telah diketahui luas areanya kemudian hasil analysis tersebut dimasukan ke dalam program aplikasi MS. Excel 2007 dengan menggunakan formula simpson pertama dan formula trapesium untuk menghitung volume dari kapal tersebut.

2. Koefisien Bentuk Kapal

Untuk menghitung nilai dari masing-masing koefisien bentuk, maka digunakan rumus yang dikemukakan oleh Nomura dan Yamazaki (1977)

3. Perhitungan dan Penggambaran dengan Aplikasi Komputer )

4 (

3 Y1 Y2 Y3

h

A  

(

4

)

3

A

1

A

2

A

3

H

(10)

Untuk perhitungan yang menggunakan rumus-rumus akan dilakukan dengan menggunakan fasilitas yang terdapat pada program MS. Excel 2007 sedangkan untuk penggambaran akan digunakan program aplikasi komputer Rhinoceros 3.0.

4. Teknik Dasar Penggambaran Dimensi Teknis Kapal

a. Ploting titik koordinat data lapangan ke dalam program aplikasi. b. Proses ploting dan penggambaran

c. Memindahkan section-section. d. Membuat potongan kapal secara utuh e. Penggambaran secara utuh

f. Setelah hasil akhir dari penggambaran selesai selanjutnya gambar tersebut di render atau diberikan pewarnaan dengan menu render dan selanjutnya disimpan ke dalam file berbentuk JPEG.

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambar Rencana Garis

Kapal yang dibuat oleh pengrajin tradisional di kelurahan Tandurusa dilakukan dengan tanpa menggunakan gambar rancangan dimana proses pembuatannya hanya mengandalkan pengalaman dan melalui diskusi-diskusi antara pemilik kapal dan tukang sehingga untuk mengetahui ukuran dimensi-dimensi teknis maupun kebutuhan bahan tidak dapat diketahui, hanya ukuran lunas saja yang sejak awal diketahui karena sesuai dengan keinginan pemilik kapal

Untuk memperoleh gambar-gambar rencana maka terlebih dahulu dilakukan pengukuran-pengukuran terhadap objek dalam hal ini adalah kapal pole and line serta penggalian informasi dari pemilik kapal maupun perajin kapal.

(11)

merupakan dasar dari penggambaran prediksi bentuk kapal seutuhnya ataupun secara perspektif.

a. Body Plane (rencana gading)

Gambar rencana gading digunakan untuk merencanakan bentuk garis-garis gading ukur yang nantinya dari garis-garis gading ukur ini akan diperoleh gading-gading nyata dengan terlebih dahulu memindahkannya pada kertas pola dengan perbandingan 1:1

b. Water Line (rencana garis air)

Gambar rencana garis air digunakan untuk merencanakan bentuk garis-garis air. Pada kapal selalu diusahakan agar bentuk bidang garis-garis air sedapat mungkin meruncing kearah haluan maupun kearah buritan agar dapat meminimalkan tahanan kapal terhadap air. Ujung haluan dibuat runcing agar tahanan tekan lebih kecil pada waktu kapal membelah air atau gelombang. Sedangkan ujung belakang dibuat agar aliran air dari depan dapat mengalir secara baik sampai ke ujung belakang kapal sehingga baling-baling dan daun kemudi akan mendapatkan aliran air yang cukup baik dari depan kapal.

c. Buttock Line (rencana memanjang kapal)

Gambar rencana memanjang kapal digunakan untuk merencanakan bentuk garis-garis tegak potongan memanjang. Gambar rencana memanjang ini sebenarnya adalah bidang garis tegak potongan memanjang apabila kapal tersebut dipotong secara memanjang tepat pada garis tengah (center line).

B. Perbandingan Ukuran Utama

Hasil analisis dimensi utama dan perbandingan dimensi utama kapal pole and line yang dibuat di galangan kapal tradisional kelurahan tandurusa kota Bitung adalah seperti terlihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Hasil Analisis Perbandingan Dimensi Utama

LOA (m) B (m) D (m) LOA/B LOA/D B/D

22,50 4,19 2,29 5,37 9,83 1,83

(12)

kapal yang menjadi objek penelitian menunjukkan bahwa panjang kapal lebih besar dari lebar kapal yang disyaratkan sehingga kecepatan kapal akan meningkat dikarenakan tahanan kapal yang mengecil seiring dengan kecilnya lebar kapal dibandingkan dengan panjang kapal.

Untuk perbandingan antara panjang dan dalam kapal (LOA/D) terlihat bahwa nilai perbandingan kapal yang menjadi objek penelitian menunjukkan bahwa dalam kapal lebih besar dari panjang kapal yang disyaratkan sehingga akan memberikan pengaruh positif terhadap kekuatan memanjang kapal (longitudinal strength), kekuatan memanjang kapal meningkat seiring dengan bertambahnya dalam kapal (Ayodhyoa 1972).

Untuk perbandingan antara lebar dan dalam kapal (B/D) terlihat bahwa nilai yang dihasilkan belum sesuai dengan nilai acuan standart yang mana nilai perbandingan kapal yang menjadi objek penelitian menunjukkan bahwa dalam kapal lebih besar dari lebar kapal yang disyaratkan sehingga akan memberikan pengaruh yang kurang baik terhadap stabilitas kapal tetapi memberikan pengaruh positif terhadap daya dorong kapal (propulsive ability).

C. Luas dan Volume Bidang Kapal

Perhitungan luas dan volume menggunakan fasilitas yang ada pada program aplikasi Rhinoceros 3.0 sehingga lebih efisien dalam perhitungannya dan hasil dari volume kapal ini adalah sebesar 43,49 m³.

D. Koefisien bentuk kapal

Hasil analisis koefisien bentuk kapal ikan tipe pole and line yang dibuat di galangan kapal tradisional kelurahan Tandurusa kota Bitung yaitu seperti terlihat pada Tabel 13.

(13)

1. Koefisien balok (Cb). Nilai (Cb) sebesar 0,54 menggambarkan bahwa

kapal dalam arah tiga dimensi cenderung langsing dan kelangsingan ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap kecepatan kapal. Nilai ini sesuai untuk kategori kapal patroli sehingga tepatlah jika dikatakan nilai ini dapat memberikan kontribusi positif terhadap kecepatan kapal pada kapal tipe pole and line yang menjadi objek penelitian. Kapal tipe pole and line harus dirancang dengan salah satu spesifikasinya adalah memiliki kecepatan yang tinggi mengingat sifat dari operasi penangkapannya adalah mengejar gerombolan ikan.

2. Koefisien prismatik (Cp). Nilai koefisien prismatik merupakan besaran

untuk menggambarkan bentuk prismatik dari lambung kapal yang terbenam, Hasil Cp menunjukkan bahwa sekitar 65% dari bagian kapal dalam bentuk prisma yang terbenam dan ada kecenderungan penampang melintang tengah kapal ke arah haluan dan buritan kapal sama bentuknya.

3. Koefisien penampang tengah (C). Nilai koefisien penampang tengah

merupakan besaran untuk menggambarkan bentuk penampang melintang tengah kapal yang terbenam. Hasil koefisien C menunjukkan bahwa besarnya luas bidang penampang melintang tengah kapal adalah 83 % dari luas persegi penampang melintang kapal.

4. Koefisien bidang garis air (Cw). Nilai koefisien bidang garis air

merupakan besaran untuk menggambarkan bentuk luas bidang garis air. Penampang bidang garis air dari kapal ini hampir berbentuk persegi empat terutama mengarah kebagian buritan kapal. Nilai koefisien ini sesuai dengan kisaran nilai koefisien bidang air yang dinyatakan oleh Suzuki (1987) sebesar 0,83

– 0,91, sehingga cocok digunakan untuk penangkapan ikan cakalang dengan kapal penangkap tipe pole and line.

E. Ukuran Konstruksi

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap kapal ikan tipe pole and line yang sedang dibuat di galangan kapal tradisional kelurahan Tandurusa kota Bitung. Hasil yang diperoleh yaitu sebagai berikut :

Tabel 15. Ukuran konstruksi kapal tipe pole and line yang dibuat di galangan tradisional Kelurahan Tandurusa Kecamatan Aertembaga Kota Bitung

No.

Spesifikasi Ukuran

(14)

Analisis deksriptif konstruksi dan bangunan kapal berdasarkan standar BKI (1989) yaitu sebagai berikut :

1. Lunas

Dari nilai dan simpangan terhadap nilai BKI pada tabel 15 maka dapat dikatakan bahwa ukuran lunas kapal yang dibuat di Kelurahan Tandurusa belum sesuai atau masih kurang lebar dan tinggi dengan standar BKI. Hal ini dapat menyebabkan longitudinal strength dari lunas kapal tersebut akan berkurang. Dalam kaitannya dengan fungsi kapal yang menjadi objek penelitian adalah sifat pelayarannya yang harus mengejar atau mencari gerombolan ikan dalam keadaan cuaca dan kondisi lautan yang tenang maupun dalam keadaan yang buruk sehingga dapat menyebabkan lunas kapal dapat lebih mudah untuk patah.

2. Linggi haluan

Dari nilai dan simpangan terhadap nilai BKI pada tabel 15 maka terlihat bahwa ada kelebihan nilai lebar sebesar 0,4 cm hal ini tidak bisa mengimbangi kekurangan pada nilai tinggi sehingga linggi haluan ini belum sesuai dengan nilai standart seperti yang disyaratkan oleh BKI. Ketidaksesuaian ini akan memberikan dampak berkurangnya kekuatan linggi haluan dalam hal menyongsong gelombang

(15)

yang datang dari arah depan. Deskripsi linggi haluan dapat dilihat pada gambar berikut:

3. Gading-Gading

Dari nilai dan simpangan terhadap nilai BKI pada tabel 15 maka terlihat bahwa ada dampak pada berkurangnya jumlah gading secara keseluruhan dan hal ini tentunya akan secara langsung mengurangi kekuatan kapal baik secara melintang maupun secara membujur. Untuk nilai lebar dan tinggi gading di lapangan berada pada kisaran yang disyaratkan memberikan kontribusi yang baik terhadap kekuatan melintang kapal pada setiap gading tetapi secara keseluruhan kontribusi positif ini terpengaruh oleh nilai negatif dari jarak gadingnya.

4. Kulit luar/papan kulit

Untuk lebar papan kulit luar dari Tabel 15 terlihat perbedaan yang jauh antara ukuran di lapangan dengan ukuran yang disyaratkan hal ini sebenarnya tidak berpengaruh terhadap kekuatan konstruksi tersebut mengingat kulit kapal sebagai penahan tekanan dari samping kiri dan kanan sehingga lebar konstruksi tidak terlalu berpengaruh, selain itu juga bentuk kapal yang stream line sehingga secara langsung ukuran lebar papan kulit tidak akan sama pada seluruh bagian sisi kapal. Untuk ukuran tebal atau tinggi dari papan kulit luar kekurangan yang sebesar 0,7 cm dari nilai standar BKI sedikit banyak akan mempengaruhi kekuatan kulit luar dalam hal menopang tekanan yang bekerja dari sisi-sisi kapal.

5. Galar balok dan Galar balok kim

(16)

6. Balok Geladak

Dari nilai dan simpangan terhadap nilai BKI pada tabel 15 terlihat bahwa ukuran balok geladak yang ada pada kapal objek berada pada kisaran ukuran pada tabel dari BKI bahkan untuk ukuran tinggi dari balok geladak melebihi dari ukuran yang disyaratkan hal ini akan berdampak pada bertambahnya kekuatan balok geladak dalam menopang beban yang berasal dari atas termasuk didalamnya beban papan geladak, perlengkapan tetap kapal dan beban muatan selain itu juga menambah kekuatan kapal secara melintang.

7. Papan geladak

Ukuran papan geladak setelah dilakukan pengukuran dan perhitungan dengan rumus L(B/3+H) diperoleh angka penunjuk sebesar 64,85 m². Apabila angka tersebut disesuaikan dengan Tabel 10, maka akan diperoleh ukuran papan geladak dengan tebal 4,7 cm, sedangkan hasil pengukuran di lapangan diperoleh tebal 4 cm (- 0,7 cm dari tebal yang disyaratkan). Hal ini akan mengurangi kekuatan papan geladak dalam menopang beban yang berasal dari atas.

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Dari hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapatlah disimpulkan bahwa:

1. Analisis dimensi-dimensi teknis kapal dengan aplikasi komputer (Rhinoceros 3.0) dapat dilakukan dengan lebih cepat serta dapat secara langsung mendeskripsikannya dalam bentuk tiga dimensi sehingga dimensi-dimensi teknis yang dianalisis dapat dengan nyata tergambarkan. 2. Gambar perspektif kapal yang diperoleh dengan aplikasi komputer terlihat lebih nyata dan dapat memberikan gambaran model kapal dari berbagai sudut pandang ketika kapal selesai dibuat nantinya.

(17)

4. Hasil verifikasi dimensi-dimensi teknis kapal dengan nilai-nilai acuan dan aturan BKI menunjukkan bahwa beberapa dimensi teknis telah sesuai bahkan melebihi namun ada beberapa juga yang belum sesuai.

B. SARAN

1. Perlu dilakukan penelitian atau pegkajian lanjutan tentang kecepatan, stabilitas dan kekuatan-kekuatan struktur dari kapal.

2. Perlu dilakukan penelitian atau pengkajian lanjutan tentang kesesuaian antara model yang dibuat dengan aplikasi komputer dengan hasil bangunan kapal di lapangan.

3. Perlu memperkenalkan teknologi desain kapal dengan aplikasi komputer kepada para pengrajin kapal.

DAFTAR PUSTAKA

Ariyanto. 1986. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Bina Aksara. 53 Hal.

Atwood, E.L. O.B.E dan Pengelly, H.S. C.B. 1967. Theoritical Naval Architecture. Longmans. Great Britain. 420 p.

Ayodhyoa, A.U. 1972. Fishing Boat. Corespondence Course Centre. IPB. Bogor. 66.P

Anonimous, 1985. Undang-Undang Perikanan No. 9 Tahun 1985. Bussiness News. Jakarta. 15 hal.

Dahuri R., dkk. 2001. Pengelolaan Sumber Daya Pesisir Dan Lautan Secara Terpadu. PT Pradnya Paramita. Jakarta. 328 hal

Fyson, J, 1970. Building A Sawn Frame Fishing Boat. FAO of United Nation. Roma, Italya.

Hind, J.A. 1967. Trim and Stability of Fishing Vessel. Fishing News (Ltd. London. 120 P.

Handryanto, 1982. Pembuatan Kapal Gill Met 14,5 GT di PT M.Jusdi. Tegal Jawa Tengah. Karya Ilmiah. IPB. Bogor.

Istopo, 1997. Stabilitas Kapal. Koperasi Pegawai Sejahtera. Jakarta. 335 hal. Kompas. 2009. http://www2.kompas.com/kompas-cetak/0506/20/ ekonomi/

(18)

Kok, H.G.M. 1983. Bangunan Kapal. Martech. 149 hal.

Lester, A.P. 1985. Merchant Ship stability. Butter worth and Co. London 502 P. Muckle, W. 1975. Naval Architercture of Marine Engineers. New Butterword and

co. 407 P.

Masengi, K.W.A., 1995. Pengaruh Sirip Pada Lambung Kapal Funae Terhadap Stabilitas Di Laut. Fakultas Perikanan. UNSRAT. Manado.

Nomura, M and T. Yamazaki, 1977. Fishing Techniques I. JICA. Tokyo. 206 p. Nanlohy, A.Ch., 1999. Studi Perbandingan Karakteristik Teknis Pole And Liner

Buatan Bitung dan Ambon. (Tesis) Program Pasca Sarjana Unsrat. Manado. 140 hal.

Pasaribu, B., 1984. Keadaan Umum Kapal Ikan di Indonesia. Makalah Seminar Pengembangan Kapal Ikan di Indonesia. (tidak diterbitkan). Rawson, K.J and E.C. Tupper, 1984. Teori Dasar Perkapalan 1 dan 2. Longman

Scientific and Technical. London. 119 hal.

Rosyd, D.M., Setyawan Dony., 1999. Kekuatan Struktur Kapal. Pradnya Paramita. Jakarta. 125 hal.

Sugiarto B.Sc. dan Sudarsono, Tjitro D. 2004. Identifikasi Struktur Dan Bagian-Bagian Kapal Perikanan. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta. 21 hal

Santoso, I.G.M. dan J.J. Sudjono. 1983. Teori Bangunan Kapal. Direktorat Pendidikan menengah Kejuruan. Depdikbud. Jakarta. 207 hal

Suryabrata, J. 1987. Metode Penelitian. CV. Rajawali. Jakarta. 126 hal.

Siswantara, 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Microsoft_Excel

Student.ipb.ac.id/himafarin/index.php.option.jumlah pemeriksaan fisik

Taryadi, D. 2006. Belajar Otodidak AutoCAD 2002. Informatika. Bandung. 381 hal.

Undang-undang Republik Indonesia No. 21 Tahun 1992. Tentang Pelayaran. Bab I. Ketentuan Umum Pasal 1 Ayat 2.

Wicaksono Yudhy, 2008. Utak-Atik Formula dan Fungsi Excel. PT Elex Media Komputindo. Jakarta. 241 hal.

www.bappenas.go.id/perkembangan jumlah perahu kapal laut.

Gambar

Tabel  1.  Perbandingan ukuran utama (principal dimension)
Tabel 13. Hasil analisis koefisien bentuk kapal pole and line draft Volume Block Prismatic Midship

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulannya adalah seni merupakan ekspresi seorang seniman yang ada dalam pikirannya yang kemudian dituangkan pada suatu bidang. Baik yang bersifat dua

Dengan terbuka, tidak dimaksud bahwa segala pertanyaan orang lain harus kita jawab dengan selengkapnya, atau bahwa orang lain berhak untuk mengetahui segala perasaan dan pikiran

Kesesuaian rasio dimensi sangat menentukan kemampuan suatu kapal ikan, karena akan mempengaruhi resistensi kapal (nilai L/B), kekuatan memanjang kapal (nilai L/D) dan stabilitas

Secara umum bila dilihat dari gambar lines plan, kapal pole and line yang diteliti memiliki bentuk badan kapal V (V bottom) dibagian depan, bentuk Akatsuki bottom pada

Penggunaan bentuk linggi haluan tersebut pada kapal penangkap ikan cenderung berdasarkan kebiasaan pembuat kapal disetiap daerah, dan tidak ada kecenderungan tertentu penggunaan

Dalam kajian ini dilakukan analisis terhadap kelayakan teknis kapal pada tiga perairan tempat pengoperasian kapal pole and line yaitu, Selat Makassar, Teluk Bone dan Laut

Berdasarkan hasil analisa hambatan, stabilitas, dan olah gerak kapal dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian kali ini model yang di rekomendasikan untuk peletakan lunas bilga

Proses kegiatan produksi pada kapal troll line terdiri dari 13 aktivitas, yaitu pengerjaan lunas, pemasangan linggi haluan dan buritan, pembuatan lambung kapal, pemasangan