• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SIDOARJO UTARA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LAYANAN TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA SIDOARJO UTARA."

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

SIDOARJO UTARA

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Magister

PROGRAM STUDI MAGISTER MANAJEMEN

Diajukan Oleh

PRAMITA DWIRINA PUTRI

NPM : 0761020042

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

(2)

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR KUALITAS LAYANAN

TERHADAP KEPUASAN WAJIB PAJAK PADA KANTOR

PELAYANAN PAJAK PRATAMA SIDOARJO UTARA

Yang dipersiapkan dan disusun Oleh :

PRAMITA DWIRINA PUTRI

NPM : 0761020042

Telah dipertahankan didepan Dosen Penguji Pada Tanggal : 15 Desember 2009

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Pembimbing Utama Anggota Penguji Lain :

Prof. Dr. H. Soeparlan Pranoto,SE,MM,Ak Dr. Muhajir Anwar, MM

Pembimbing Pendamping Dra. Psi. Endang Iryanti, MM

Drs.Ec. Prasetyo Hadi, MM Drs.Ec. Gendut Sukarno, MS

UPN ”Veteran” Jawa Timur Program Pascasarjana

Direktur

(3)

Puji syukur pada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, petunjuk,

dan hidayah Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan

baik. Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan karena

keterlibatan banyak pihak baik langsung maupun tidak langsung dalam

membimbing, mengarahkan, dan memberi semangat dan untuk itu dengan

segala kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. H. Djohan Mashudi, SE, MS selaku Direktur Program

Pasca Sarjana Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa

Timur;

2. Drs. Ec. Prasetyohadi, MM selaku Ketua Program Studi Magister

Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur

sekaligus Pembimbing Pendamping yang telah membimbing dengan

penuh kesabaran;

3. Prof. Dr. H. Soeparlan Pranoto, SE, MM, Ak selaku Pembimbing Utama

yang selalu memberikan semangat untuk terus maju;

4. Seluruh dosen Pasca Sarjana Program Studi Magister Manajemen

Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran “ Jawa Timur;

5. Ibunda tercinta yang tiada henti-hentinya berdoa untuk ananda, kalau

bukan karena didikanmu ananda tidak bisa menjadi seperti sekarang.

6. Akhtaufa Irfansyah Putra dan Akhtar Ghathfansyah Putra, buah hatiku

(4)

Bunda kuliah lagi. Semoga gelar ini dapat memacu kalian untuk

menempuh pendidikan setinggi-tingginya.

7. Semua teman di Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Jawa Timur II

dan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara yang telah

memberikan masukan dan bantuan selama penyusunan tesis ini.

8. Teman-teman Angkatan XIII MM UPN, terimakasih atas kebersamaan

selama ini, semoga silaturahmi diantara kita tetap terjalin.

Akhir kata, semoga tesis ini memberikan manfaat bagi kita semua dan

memotivasi kita untuk tiada lelah mencari ilmu Amin.

Surabaya, 15 Desember 2009

(5)

Hal.

KATA PENGANTAR...

...

i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR LAMPIRAN... x

ABSTRAKSI…... xi

BAB I PENDAHULUAN...

...

1

1.1. Latar Belakang Masalah...

...

1

1.2. Rumusan Permasalahan...

...

8

1.3. Tujuan Penelitian...

...

9

1.4. Manfaat Penelitian...

...

9

BAB II KAJIAN TEORI DAN EMPIRIK...

...

10

2.1. Penelitian Terdahulu...

...

10

2.2. Kajian Teori...

...

12

2.2.1. Pengertian Pelayanan...

...

12

2.2.2 Pelayanan Publik...

...

15

2.2.3. Kualitas Pelayanan...

...

21

2.2.4. Kepuasan Pelanggan...

...

29

2.3. Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan... 33

2.4. Kerangka Pikir...

...

34

2.5. Hipotesis...

...

37

BAB III METODE PENELITIAN...

...

38

3.1. Lokasi Penelitian...

...

38

3.2. Populasi dan Sampel...

...

39

3.2.1 Penentuan Populasi...

...

39

3.2.2. Penentuan Sampel...

...

39

3.3. Jenis dan Sumber Data...

...

41

3.4. Teknik Pengumpulan Data...

...

42

(6)

3.6.1.2. Uji Reliabilitas...

...

48

3.6.2. Asumsi Structural Equation Modeling...

...

49

3.6.2.1. Uji Outlier Multivariate...

...

49

3.6.2.2. Uji Normalitas Data...

...

49

3.6.3. Uji Model Struktural...

...

50

3.6.4. Uji Hipotesis...

...

52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 56 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian...

...

56

4.1.1 Sejarah KPP Pratama Sidoarjo Utara...

...

56

4.1.2. Struktur Organisasi KPP Pratama Sidoarjo Utara... 57

4.1.3. Kepegawaian...

...

58

4.1.4. Jenis-jenis Pelayanan...

...

59

4.2 Deskripsi Analisis Data...

...

61

4.2.1. Distribusi Frekuensi Variabel Tangibles (X1)... 61

4.2.2. Distribusi Frekuensi Variabel Reliability (X2)... 63

4.2.3. Distribusi Frekuensi Variabel Responsiveness (X3)... 64

4.2.4. Distribusi Frekuensi Variabel Assurance (X4)... 66

4.2.5. Distribusi Frekuensi Variabel Emphaty (X5)... 67

4.2.6. Distribusi Frekuensi Variabel Kepuasan Wajib Pajak (Y) ...

...

68

4.3. Uji Validitas dan Reliabilitas...

...

70

4.3.1. Uji Validitas...

...

70

4.3.2. Uji Reliabilitas...

...

74

4.4. Asumsi Struktural Equation Modeling...

...

75

4.4.1. Uji Multivariate Outlier...

...

75

4.4.2. Uji Normalitas...

...

... 76

4.5. Confirmatory Factor Analysis...

...

78

4.5.1. Confirmatory Factor Analysis Tangibles (X1)... 78

4.5.2. Confirmatory Factor Analysis Reliability (X2)... 80

4.5.3. Confirmatory Factor Analysis Responsiveness (X3)... 81

4.5.4. Confirmatory Factor Analysis Assurance (X4)... 83

4.5.5. Confirmatory Factor Analysis Emphaty (X5)... 85

(7)
(8)

Hal.

1. Tabel 2.1. Karakteristik Produk (Barang) dan

Pelayanan...

14

2. Tabel 2.2. Karakteristik Penyelenggaraan Pelayanan Publik...

21

3. Tabel 4.1. Distribusi Frekuensi Variabel Tangibles (X1)...

62

4. Tabel 4.2. Distribusi Frekuensi Variabel Reliability (X2)...

63

5. Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Variabel Responsiveness (X3) 65

6. Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Variabel Assurance (X4)...

66

7. Tabel 4.5. Distribusi Frekuensi Variabel Emphaty (X5)...

67

8. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kepuasan Wajib Pajak (Y)...

69

9. Tabel 4.7. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Tangibles (X1)...

70

10. Tabel 4.8. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Reliability (X2)...

71

11. Tabel 4.9. Hasil Uji Validitas Pada Variabel Responsiveness (X3)... 72

(9)

16. Tabel 4.14. Hasil Nilai Z-Score... 75

17. Tabel 4.15. Hasil Uji Normalitas Data... 77

18. Tabel 4.16. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran Variabel Tangible (X1)... 78

19. Tabel 4.17. Uji Unidimensionalitas Tangible (X1)... 79

20. Tabel 4.18. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran Variabel Reliability (X2)... 80

21. Tabel 4.19. Uji Unidimensionalitas Reliability (X2)... 81

22. Tabel 4.20. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran Variabel Responsiveness (X2)... 82

23. Tabel 4.21. Uji Unidimensionalitas Responsiveness (X3)... 83

24. Tabel 4.22. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran Variabel Assurance (X4)... 83

25. Tabel 4.23. Uji Unidimensionalitas Assurance (X4)... 84

26. Tabel 4.24. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran Variabel Emphaty (X5)... 85

27. Tabel 4.25. Uji Unidimensionalitas Emphaty (X5)... 86

28. Tabel 4.26. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Model Pengukuran Kualitas Layanan (X)... 87

29. Tabel 4.27. Uji Unidimensionalitas Kualitas Layanan (X)... 88

(10)

Modifikasi... ... 92

(11)

Hal

1. Gambar 2.1. Model Konseptual Kualitas Layanan 29

2. Gambar 2.2. Proses Pembentukan Customer Satisfaction 31

3. Gambar 2.3. Konsep Kepuasan Pelanggan 32

4. Gambar 2.4. Paradigma Penelitian / Model Konseptual Penelitian

35

5. Gambar 4.1. Struktur Organisasi KPP Pratama Sidoarjo Utara 56

6. Gambar 4.2. Model Pengukuran Analisis Confirmatory Tangible 79

7. Gambar 4.3 Model Pengukuran Analisis Confirmatory Reliability 81

8. Gambar 4.4 Model Pengukuran Analisis Confirmatory Responsiveness

82

9. Gambar 4.5. Model Pengukuran Analisis Confirmatory Assurance

84

10. Gambar 4.6. Model Pengukuran Analisis Confirmatory Emphaty 86

11. Gambar 4.7. Model Pengukuran Analisis Confirmatory Kualitas Layanan

88

12. Gambar 4.8. Model Pengukuran Analisis Confirmatory Kepuasan Wajib Pajak

90

13. Gambar 4.9. Model Base SEM 91

(12)

Oleh :

PRAMITA DWIRINA PUTRI

NIM.0761020042

ABSTRAKSI

Paradigma penyelenggaraan pemerintah dari sektor publik telah mengalami pergeseran dari Rule Government menjadi Good Governance dari yang semula bersandarkan pada peraturan dan birokrasi yang kaku berubah mengedepankan performa pelayanan sehingga dari semula aparatur pemerintah yang minta dilayani berubah menjadi abdi atau pelayan masyarakat. KPP Pratama Sidoarjo Utara berusaha meningkatkan kualitas layanan kepada wajib pajak dan seluruh stakeholder perpajakan. Adanya surat pembaca yang mengeluhkan layanan KPP Pratama Sidoarjo Utara dan beberapa keluhan dan saran yang masuk melalui kotak saran. Berdasarkan hal tersebut , tujuan dari penelitian ini adalah untuk bukti empiris mengenai faktor-faktor yang menentukan kualitas layanan yang meliputi tangible (bukti langsung), reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), dan emphaty (empati), sedangkan variabel terikatnya adalah kepuasan wajib pajak dan memberikan bukti empiris pengaruh kualitas layanan terhadap kepuasan wajib pajak.

Penelitian ini menggunakan data primer yang didapat dari jawaban responden yang disebarkan melalui kuisioner kepada 100 orang wajib pajak KPP Pratama Sidoarjo Utara dengan tehnik pengambilan sampel Accidental Sampling. Variabel bebasnya adalah kualitas layanan (X) yang terdiri dari tangible (bukti langsung), reliability (keandalan), responsiveness (daya tanggap), assurance (jaminan), dan emphaty (empati). Variabel terikatnya adalah kepuasan wajib pajak (Y).

Melalui analisa Structural Equation Modeling (SEM), dapat diambil kesimpulan bahwa kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan wajib pajak pada KPP Pratama Sidoarjo Utara. Faktor-faktor kualitas layanan yang terdiri dari tangible, reliability, responsiveness, assurance dan emphaty berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan wajib pajak.

(13)

1.1. Latar Belakang Masalah

Perspektif manajemen negara modern dimana pemerintah pada

hakekatnya adalah pelayan pada masyarakat. Pemerintah diadakan

bukan hanya untuk melayani dirinya sendiri melainkan untuk melayani

masyarakat serta menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap

anggota masyarakat mengembangkan kemampuan dan kreativitasnya

demi mencapai tujuan bersama (Rasyid 1998:139).

Paradigma penyelenggaraan pemerintahan dan sektor publik telah

mengalami pergeseran paradigma dari Rule Goverment menjadi Good

Governance dari yang semula bersandarkan pada peraturan dan birokrasi

yang kaku berubah mengedepankan pada performa pelayanan yang

dilandasi oleh kepastian hukum, akuntabilitas, tranparansi, serta

profesionalisme yang tinggi, sehingga dari semula aparatur pemerintah

yang minta dilayani berubah menjadi abdi atau pelayan masyarakat.

Perubahan paradigma yang berlandaskan pada performa pelayanan

tersebut juga terjadi pada tubuh Direktorat Jenderal Pajak sebagai salah

satu institusi pemerintah yang bertugas menggali penerimaan dana

masyarakat dari sektor pajak. Perubahan tersebut sebenarnya telah

dimulai pada tahun 2002 dengan melalui reformasi administrasi

(14)

administrasi perpajakan yang modern, effisien dan dipercaya oleh

masyarakat.

Seperti telah kita ketahui bahwa sektor pajak memiliki potensi yang

sangat besar bagi kontribusi pembiayaan Anggaran Pendapatan dan

Belanja Negara (APBN), meliputi hampir 75% dari seluruh pembiayaan

APBN, sehingga sudah sepantasnya bila penerimaan sektor ini

memerlukan perhatian besar dari pemerintah dalam pengelolaannya.

Semenjak tahun 2002, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) telah

meluncurkan program perubahan (change program) atau reformasi

administrasi perpajakan yang secara singkat biasa disebut modernisasi,

sesuai dengan Visi DJP yaitu menjadi institusi pemerintah yang

menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif,

efisien, dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profesionalisme

yang tinggi dan Misi Direktorat Jenderal Pajak menghimpun penerimaan

pajak negara berdasarkan undang-undang perpajakan yang mampu

mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja

Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien.

Jiwa dari program modernisasi ini adalah pelaksanaan good

governance, yaitu penerapan sistem administrasi perpajakan yang

transparan dan akuntabel, dengan memanfaatkan sistem informasi

teknologi yang handal dan terkini. Strategi yang ditempuh adalah

pemberian pelayanan prima sekaligus pengawasan intensif kepada para

(15)

termasuk perubahan-perubahan yang telah, sedang, dan akan dilakukan,

maka dapat dilihat bahwa konsep modernisasi ini merupakan suatu

terobosan yang akan membawa perubahan yang cukup mendasar dan

menyeluruh.

Perubahan-perubahan yang dilakukan adalah perubahan struktur

organisasi, teknologi informasi dan komunikasi, manajemen sumber daya

manusia, dan pelaksanaan good governance.

Implementasi konsep administrasi perpajakan modern yang

berorientasi pada pelayanan dan pengawasan, struktur organisasi diubah.

Tiga jenis kantor dilebur menjadi satu kantor yaitu Kantor Pelayanan Pajak

Pratama. Wajib Pajak cukup datang ke satu kantor saja untuk

menyelesaikan seluruh masalah perpajakannya.

Pelayanan perpajakan dibentuk oleh dimensi kualitas sumber daya

manusia, ketentuan perpajakan, dan sistem informasi perpajakan. Standar

kualitas layanan prima kepada masyarakat wajib pajak akan terpenuhi

bilamana sumber daya manusia melaksanakan tugasnya secara

profesional, disiplin, dan transparan. Dalam kondisi wajib pajak merasa

puas atas pelayanan yang diberikan kepadanya, maka mereka cenderung

akan melaksanakan kewajiban membayar pajak sesuai ketentuan yang

berlaku (Suryadi, 2003).

Menurut Direktorat Jenderal Pajak pelayanan di bidang perpajakan

(16)

Tujuan pelayanan pajak adalah memenuhi harapan pihak-pihak yang

berkepentingan dengan Direktorat Jenderal Pajak meliputi :

1. Pemerintah

Pemerintah meletakkan harapan agar Direktorat Jenderal Pajak mampu

berperan utama dalam merealisasikan kemandirian pembiayaan

negara, bisa menjadi instansi vital pemerintah yang dapat dibanggakan

dan mampu berperan sebagai instrumen kebijakan pemerintah yang

efektif.

2. Masyarakat

Harapan masyarakat adalah :

a. Perlakuan yang sopan dan terhormat sesuai dengan predikat bahwa

sesungguhnya para wajib pajak adalah warga negara yang

terhormat.

b. Kemudahan dan kecepatan dalam penyelesaian berbagai urusan

perpajakan mereka dalam suasana yang nyaman.

c. Tersedia cukup alternatif cara dan prosedur penyelesaian berbagai

urusan perpajakan yang dapat mereka pilih dan paling cocok dengan

situasi dan kondisi mereka.

d. Mendapatkan kepastian secara cepat, tepat, dan akurat

angka-angka hutang pajak atau tunggakan pajak atau kewajiban wajib

pajak lainnya dan tersedia pelayanan yang cepat, mudah, dan adil

(17)

3. Pimpinan Direktorat Jenderal Pajak

Pimpinan Direktorat Jenderal Pajak mengharapkan Direktorat Jenderal

Pajak agar :

a. Mampu memenuhi segala tugas dan tanggung jawab yang

dibebankan oleh pemerintah dan mampu memenuhi harapan

masyarakat secara profesional dengan citra yang tinggi (baik).

b. Mampu menyejajarkan diri baik dalam kinerja maupun hasil kerjanya

dengan instansi perpajakan negara maju.

c. Memiliki kewibawaan yang tinggi baik di lingkungan masyarakat

dalam negeri sendiri maupun di lingkungan masyarakat

internasional.

d. Mampu meningkatkan kepuasan dan kebanggaan segenap pegawai

Direktorat Jenderal Pajak dalam suasana kompetisi yang wajar untuk

mendorong prestasi.

Menurut Surat Edaran Direktur Jenderal Nomor SE-45/PJ/2007

tentang Pelayanan Prima, salah satu tujuan pokok modernisasi

administrasi perpajakan adalah peningkatan kualitas layanan kepada

wajib pajak dan seluruh stakeholder perpajakan. Pelayanan adalah sentra

dan indikator utama untuk membangun citra Direktorat Jenderal Pajak,

sehingga kualitas layanan harus terus menerus ditingkatkan dalam

rangka mewujudkan harapan dan membangun kepercayaan wajib pajak

(18)

Surat Edaran Direktorat Jenderal Pajak juga memberikan panduan

bagi para petugas di lapangan dalam memberikan pelayanan yang

sebaik-baiknya antara lain :

a. Waktu pelayanan di Tempat Pelayanan Terpadu (TPT) pukul 07.30

sampai dengan 17.00 waktu setempat. Pada jam istirahat, pelayanan

tetap diberikan dengan cara mengatur secara bergiliran petugas yang

beristirahat atau menambah jumlah petugas jika di TPT terlihat antrian

yang panjang.

b. Pegawai yang berhubungan langsung dengan para Wajib Pajak harus

menjaga sopan santun dan perilaku, ramah, tanggap, cermat dan cepat

serta tidak mempersulit pelayanan.

c. Dalam merespon permasalahan dan memberikan informasi kepada

Wajib Pajak petugas agar memberikan informasi/penjelasan secara

lengkap sehingga Wajib Pajak dapat mengerti dengan baik

Melalui modernisasi perpajakan, seluruh jajaran di Direktorat

Jenderal Pajak telah memiliki komitmen untuk meningkatkan kualitas

layanan kepada masyarakat. Reformasi pelayanan yang dilakukan harus

dimulai dari aspek yang paling dasar yaitu pola pikir, pola tindak, serta tata

busana dan tutur kata dalam berkomunikasi.

Kualitas layanan merupakan faktor yang menjadi pertimbangan

terpenting dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat. Kualitas

layanan yang kurang memuaskan akan membuat wajib pajak merasa

(19)

Menurut Boone dan Kurtz (1995) bahwa ”service quality is primary

determinant of consumer satisfaction or dissatisfaction ”. Kualitas layanan

menentukan kepuasan atau ketidakpuasan konsumen.

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara merupakan salah

satu unit kerja Direktorat Jenderal Pajak yang berada di wilayah Kanwil

DJP Jawa Timur II, mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan,

pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak dan melaksanakan delapan

layanan unggulan, yaitu pendaftaran NPWP, pengukuhan PKP, restitusi

PPN, penerbitan SPMKP, keberatan penetapan pajak, ijin prinsip

pembebasan PPh pasal 22 Import, SKB PPh pasal 22 Import , dan

pengurangan PBB.

Berdasarkan informasi dan data yang diterima dari masyarakat

melalui telepon, faximili, sms atau email ke Sistem Informasi Pengaduan

Pajak (Complaint Center) maupun melalui media lainnya, masih terdapat

keluhan-keluhan masyarakat mengenai pelayanan yang diberikan oleh

aparat Direktorat Jenderal Pajak baik langsung maupun tidak langsung.

Pengaduan masyarakat masalah pelayanan pada Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Sidoarjo Utara dimuat di harian Jawa Pos pada tanggal 21

April 2008 dan tanggal 13 Agustus 2008. Pada harian Jawa Pos tanggal

21 April 2008 disebutkan bahwa seorang wajib pajak yang mengajukan

permohonan keberatan harus melewati prosedur yang lama, padahal

kesalahan terletak pada pihak petugas pajak sendiri, selain itu pada harian

(20)

wajib pajak merasa dipersulit dalam hal pelaporan dan pembayaran pajak,

karena pada saat si wajib pajak melapor tidak ada seorang petugaspun

yang jaga di loket TPT (Tempat Pelayanan Terpadu). Berikutnya pada

tanggal 26 Januari 2009 pada harian yang sama, wajib pajak

mengeluhkan namanya pada SPPT PBB berubah menjadi nama orang

lain, padahal yang bersangkutan tidak pernah mengajukan perubahan

nama. Disamping itu juga terdapat keluhan melalui kotak saran dan surat

tertulis.

Berangkat dari keluhan-keluhan melalui surat pembaca di suratkabar

membuktikan bahwa pelayanan kepada wajib pajak yang ada di Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara masih belum bisa dikategorikan

memuaskan. Peneliti bermaksud meneliti pelayanan yang dilakukan oleh

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara untuk mengetahui

faktor-faktor kualitas layanan yang mempengaruhi kepuasan wajib pajak dalam

rangka penelitian thesis yang berjudul :

”Pengaruh Faktor - Faktor Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Wajib

Pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara ”

1.2. Rumusan Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah peneliti

rangkum, rumusan permasalahan dalam penelitian ini adalah :

Apakah kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

(21)

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian adalah untuk membuktikan pengaruh kualitas

layanan terhadap kepuasan wajib pajak pada KPP Pratama Sidoarjo

Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini tentunya akan mengarah pada dua aspek

yaitu:

1. Dari aspek keilmuan :

a. Memahami dengan lebih mendalam kualitas layanan kepada Wajib

Pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara.

b. Memberikan tambahan wawasan dan pengetahuan kepada para

praktisi untuk memahami faktor yang dapat mempengaruhi

peningkatan kualitas layanan pada wajib pajak.

2. Dari aspek praktis :

a. Bagi Wajib Pajak agar perubahan modernisasi administrasi

perpajakan ini benar-benar dapat dirasakan manfaatnya.

b. Dapat dijadikan bahan bacaan tambahan atau rujukan bagi peneliti

lain yang memfokuskan studi pada penelitian dalam kualitas layanan

(22)

2.1. Penelitian Terdahulu

Yulianti (2007) dalam penelitiannya yang berjudul ”Peran

Faktor-Faktor Kualitas Layanan Terhadap Kepuasan Pembayar Pajak Pada

Kantor Pelayanan Pajak Gresik”, dilakukan terhadap 100 sampel

pembayar pajak pada Kantor Pelayanan Pajak Gresik. Hasil penelitian ini

adalah bahwa kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan

terhadap kepuasan pembayar pajak pada Kantor Pelayanan Pajak

Gresik. Faktor-faktor kualitas layanan yang terdiri dari reliability,

responsiveness, assurance, dan emphaty berpengaruh positif dan

signifikan terhadap kepuasan wajib pajak sedangkan faktor tangibles

berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap kepuasan wajib pajak.

Zakiyah Zahara (2007) dalam penelitiannya Peran Kualitas Layanan

Terhadap Kepuasan, Kepercayaan, Komitmen, dan Loyalitas Nasabah

dalam Hubungan Kemitraan, study pada Bank Syariah di Makasar,

menunjukkan bahwa : 1) Loyalitas nasabah dapat ditingkatkan melalui

kualitas layanan yang memuaskan diikuti oleh komitmen nasabah itu

sendiri. 2) Walaupun kualitas layanan baik namun jika tidak diikuti oleh

kepercayaan yang kuat, tidak mampu membangun loyalitas yang kuat.

(23)

Bank Syariah dan berusia di atas 17 tahun, dengan jumlah responden

sebanyak 340 orang.

L.C.A. Robin Jonathan (2000) dalam penelitiannya yang berjudul

”Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan pada Sektor

Publik di Kabupaten dan Kota di Propinsi Kalimantan Timur”, menunjukkan

bahwa bukti langsung, keandalan, daya tanggap, dan kepedulian

berpengaruh positif dan signifikan terhadap kepuasan pelanggan,

sedangkan variabel jaminan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan

terhadap kepuasan pelanggan. Selain itu penelitian ini juga menunjukkan

bahwa variabel-variabel kualitas layanan (bukti langsung, keandalan, daya

tanggap, kepedulian, dan jaminan) secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pelanggan.

Yonggui Wang, Hing Po LO, Changhong Bai (2000), Service

Quality, Customer Satisfaction, Customer Value and Behaviour Intentions

of Customer in The Telecommunication Industry : Evidence From China’s

Mobile Phone Market. Hasil Penelitian ini memperlihatkan bahwa Service

Quality (Tangible, Reliability, Assurance, Emphaty dan Network Quality)

berpengaruh terhadap overall, service quality, tangible, emphaty dan

network quality customer sacrifice berpengaruh terhadap customer value,

selanjutnya tangible, reliability, assurance, network quality dan value

berpengaruh terhadap customer satisfaction dan customer satisfaction

berpengaruh terhadap behavior intentions. Sampel penelitian ini adalah

(24)

Kamal Nasser, Ahmad Jamal, Khalid Al Khatib (1999), Islamic

Banking: a Study of Customer Satisfaction and Preferences in Jordan.

Study ini membuat perbandingan antara customer preference dan

satisfaction pada bank Islam di Jordan dengan sampel 206 responden.

Analisis dari tanggapan responden mengungkapkan tingkat kepuasan

konsumen atas beberapa fasilitas dan produk bank, responden juga

menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap pelayanan bank Islam.

Rangking 5 besar indikator yang dipilih responden : Image terhadap nama

bank, kepercayaan nasabah, fasilitas yang disediakan, profesionalisme

karyawan, saran/masukan yang diberikan oleh personil bank.

2.2. Kajian Teori

2.2.1. Pengertian Pelayanan

Pelayanan adalah suatu kegiatan atau urutan kegiatan yang terjadi

dalam interaksi langsung antara seseorang dengan orang lain atau mesin

secara fisik, dan menyediakan kepuasan pelanggan. Dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia dijelaskan pelayanan sebagai usaha melayani

kebutuhan orang lain. Sedangkan melayani adalah membantu

menyiapkan (mengurus) apa yang diperlukan seseorang.

Definisi yang sangat simpel diberikan oleh Ivancevich, Lorenzi,

Skinner dan Crosby (1997: 48), pelayanan adalah produk-produk yang

tidak kasat mata (tidak dapat diraba) yang melibatkan usaha-usaha

(25)

oleh Gronroos (1990: 27), pelayanan adalah suatu aktivitas atau

serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat mata (tidak dapat diraba)

yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara konsumen dengan

karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan pemberi

pelayanan yang dimaksudkan untuk memecahkan permasalahan

konsumen / pelanggan.

Dua definisi tersebut diatas dapat diketahui bahwa ciri pokok

pelayanan adalah tidak kasat mata (tidak dapat diraba) dan melibatkan

upaya manusia (karyawan) atau peralatan lain yang disediakan oleh

perusahaan penyelenggara pelayanan.

Ciri-ciri lain yang lebih lengkap yang dapat dipakai untuk memahami

pengertian pelayanan diberikan oleh Zemke sebagaimana dikutip oleh

Collins dan McLaughlin (1996: 559) sebagaimana dapat dilihat dalam

(26)

Tabel 2.1: Karakteristik produk (barang) dan pelayanan

Produk (Barang ) Jasa Pelayanan

Konsumen memiliki objeknya. Konsumen memiliki kenangan. Pengalaman atau memori tersebut tidak bisa dijual atau diberikan kepada orang lain.

Tujuan pembuatan barang adalah keseragaman, semua barang adalah sama

Tujuan penyelenggaraan pelayanan adalah keunikan. Setiap konsumen dan setiap kontak adalah ’spesial’. Suatu produk atau barang dapat

disimpan di gudang, contohnya dapat dikirim ke konsumen.

Suatu pelayanan terjadi saat tertentu, ini tidak dapat disimpan di gudang atau dikirimkan contohnya. Konsumen adalah pengguna akhir

yang tidak terlibat dalam proses produksi.

Konsumen adalah ’rekanan’ yang terlibat dalam proses produksi.

Kontrol kualitas dilakukan dengan cara membandingkan output

Jika terjadi kesalahan produksi, produk (barang) dapat ditarik kembali dari pasar.

Jika terjadi kesalahan, satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk memperbaiki adalah meminta maaf. Moral karyawan sangat penting Moral karyawan berperan sangat

menentukan.

Sumber : Zemke (dalam Collins & McLaughlin, 1996: 559)

Adapun pengklasifikasian dari pelayanan oleh Kotler yang dikutip Ria

dalam Balance (2005: 31) dibagi menjadi lima kategori yaitu :

1) Pure tangible goods, yaitu produk nyata yang ditawarkan oleh

perusahaan, seperti sabun, pasta gigi dan produk kosmetik.

2) Tangible good with accompanying minor goods and services, yaitu

penjualan produk nyata beserta pelayanan yang menyertai produk

tersebut, seperti peralatan elektronik, instalasi listrik, serta pelayanan

(27)

3) Hybrid, yaitu produk yang ditawarkan bersamaan dengan penawaran

pelayanan produk tersebut, seperti industri makanan dan pelayanan.

4) Major services with accompanying minor goods and services, yaitu

penjualan produk yang lebih didominasi oleh pelayanan, seperti industri

jasa penerbangan, industri jasa kereta api, dan industri angkutan jalan

raya.

5) Pure services, yaitu produk yang murni berupa pelayanan, seperti

pelayanan dokter, pelayanan perawat, psikolog dan guru.

Berdasarkan Keputusan Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara

nomor 81 tahun 1993 sebagaimana telah diubah terakhir dengan nomor

63 tahun 2003 disebutkan bahwa pelayanan umum adalah segala bentuk

pelayanan yang dilaksanakan oleh Instansi Pemerintah di pusat, di

daerah, dan di lingkungan BUMN atau BUMD, dalam bentuk barang dan

jasa, baik dalam rangka upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat

maupun dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

2.2.2. Pelayanan Publik

Keputusan MENPAN Nomor 63 tahun 2003 menyatakan bahwa

hakikat pelayanan publik adalah memberikan pelayanan prima kepada

masyarakat yang merupakan perwujudan kewajiban aparatur sebagai abdi

(28)

Penyelenggaraan pelayanan harus memenuhi asas-asas pelayanan

sebagai berikut :

1. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah

dimengerti.

2. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi pelayanan dengan

tetap berpegang pada prinsip effisiensi dan effektifitas.

4. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan, dan harapan

masyarakat.

5. Kesamaan hak

Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, ras, agama,

golongan, gender, dan status ekonomi.

6. Keseimbangan hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima layanan publik harus memenuhi hak dan

(29)

Keputusan MENPAN membedakan pelayanan publik menjadi 3 (tiga)

kelompok yaitu :

1. Kelompok Pelayanan Administratif

yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi

yang dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan,

sertifikat, kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap sesuatu

barang, KTP, Akte (lahir, nikah, mati ), Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor (BPKB), SIM, STNK, IMB, Paspor, dan Sertifikat Tanah.

2. Kelompok Pelayanan Barang

yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk/jenis barang yang

digunakan oleh publik misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga

listrik, air bersih dan sebagainya.

3. Kelompok Pelayanan Jasa

yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang

dibutuhkan oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan,

penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.

Dalam penyelenggaraan pelayanan publik, prinsip-prinsip yang harus

diperhatikan adalah :

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit- belit, mudah dipahami, dan

mudah dilaksanakan.

2. Kejelasan

(30)

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan / persoalan /

sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik.

c. Rincian biaya pelayanan publik dan tatacara pembayaran.

3. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu

yang telah ditentukan.

4. Akurasi

Produk pelayan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah.

5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan

kepastian hukum.

6. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan/persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

7. Kelengkapan Sarana dan Prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan

pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana

(31)

8. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika

9. Kedisiplinan, Kesopanan, Keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah,

serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu

yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta

dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir, toilet,

tempat ibadah dan lain-lain

Menurut Ratminto (1999:7), berdasarkan organisasi yang

menyelenggarakannya, pelayanan publik atau pelayanan umum dapat

dibedakan menjadi dua, yaitu :

1. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

organisasi privat.

Ini adalah semua penyediaan barang atau jasa publik yang

diselenggarakan oleh swasta, seperti rumah sakit swasta, Perguruan

Tinggi Swasta (PTS), perusahaan pengangkutan milik swasta. Dalam

hal ini adaptabilitas pelayanan sangat tinggi. Penyelenggara pelayanan

selalu berusaha untuk merespon keinginan pengguna karena posisi

(32)

direspon, maka pengguna akan beralih kepada penyelenggara

pelayanan yang lain.

2. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

organisasi publik yang bersifat Primer.

Ini adalah semua penyediaan barang barang atau jasa yang

diselenggarakan oleh pemerintah, merupakan satu-satunya

penyelenggara dan pengguna mau tidak mau harus memanfaatkannya.

Adabtabilitas layanan sangat rendah. Intervensi pemerintah sangat

tinggi dan locus kontrol berada di tangan pemerintah. Contoh

pelayanan jenis ini adalah pelayanan pajak, pertahanan, polisi, dan

perizinan.

3. Pelayanan publik atau pelayanan umum yang diselenggarakan oleh

organisasi publik yang bersifat Sekunder.

Ini adalah semua penyediaan barang barang atau jasa yang

diselenggarakan oleh pemerintah, tetapi pengguna/klien tidak harus

memanfaatkannya karena ada beberapa penyelenggara pelayanan.

Intervensi kepentingan pemerintah mungkin tidak terlalu tinggi, tetapi

masih ada intervensi kepentingan lembaga penyelenggara pelayanan.

Contohnya adalah program asuransi tenaga kerja, program pendidikan

(33)

Tabel 2.2 : Karakteristik Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Karakteristik

Penyelenggara Pelayanan Publik

Privat Publik

Sekunder Primer

Adabtabilitas Sangat tinggi Rendah Sangat rendah

Posisi tawar klien Sangat tinggi Rendah Sangat rendah Bentuk/tipe pasar Kompetensi Oligopoli Monopoli

Locus kontrol Klien Provider Pemerintah

Sifat Pelayanan Dikendalikan oleh klien

Dikendalikan oleh provider

Dikendalikan oleh

pemerintah Sumber : Ratminto (1999 : 7)

2.2.3. Kualitas layanan

Kata kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi

mulai dari yang konvensional hingga yang lebih strategis, definisi

konvensional dari kualitas biasanya menggambarkan karakateristik suatu

produk, seperti kinerja (performance), keandalan (reliability), mudah dalam

penggunaan (easy of use), estetika (esthetics), dan sebagainya,

sedangkan dalam definisi strategis dinyatakan bahwa kualitas adalah

segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan dan kebutuhan

pelanggan (meeting the needs of customers).

Berdasarkan pengertian kualitas, baik yang konvensional maupun

yang lebih strategis oleh Gasperz (1997) dinyatakan bahwa pada

dasarnya kualitas mengacu kepada pengertian pokok yaitu kualitas terdiri

(34)

keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan

demikian memberikan kepuasan atas penggunaan produk, kualitas terdiri

dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan.

Goetsch dan Davis (dalam Yamit, 2002 : 9) mengemukakan bahwa

kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan

produk jasa, manusia, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau

melebihi harapan. Sedangkan Parasuraman (1990) mengemukakan

bahwa kualitas merupakan ukuran penilaian menyeluruh atas tingkat

suatu pelayanan yang baik, selain itu Joseph M Juran (dalam Tjiptono,

2002: 8) mendefinisikan kualitas sebagai kecocokan dengan selera

(fitness foe use), dari beberapa definisi tersebut dapat diambil kesimpulan

bahwa kualitas menekankan orientasi pada pemenuhan harapan

pelanggan.

Sebuah perusahaan jasa harus terus menjaga kualitas jasa yang

ditawarkan agar senantiasa berada di atas posisi pesaingnya dan lebih

hebat dari yang dibayangkan oleh pelanggan, apabila kualitas jasa yang

diterima pelanggan lebih baik atau sama dengan yang dibayangkan, maka

konsumen cenderung akan mencobanya kembali.

Perceived services lebih rendah dari expected services, maka

pelanggan akan kecewa dan akan mengakhiri upaya pemenuhan

kebutuhannya dengan perusahaan jasa yang bersangkutan. Pada

prinsipnya definisi kualitas jasa berfokus pada upaya pemenuhan

(35)

untuk mengimbangi harapan pelanggan. Harapan pelanggan bisa berupa

tiga macam tipe menurut Rust dalam Tiptono (2004: 259), yaitu :

1) Will expectation, yaitu tingkat kinerja yang diprediksi atau diperkirakan

akan diterimanya, berdasarkan semua informasi yang diketahuinya.

2) Should expectation, yaitu tingkat kinerja yang dianggap sudah

sepantasnya diterima oleh pelanggan.

3) Ideal expectation, yaitu tingkat kinerja optimum atau terbaik yang

diharapkan dapat diterima konsumen.

Menurut Wyckof dan Lovelock dalam Tjiptono (2004: 260), kualitas

jasa merupakan: ”Tingkat keunggulan (excellence) yang diharapkan dan

pengendalian atas keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan

pelanggan”. Sedangkan menurut Parasuraman (et.al: 1990) mengatakan

ada dua faktor utama yang mempengaruhi kualitas jasa, yaitu expected

service (pelayanan yang diharapkan) dan perceived service (pelayanan

yang diterima). Implikasinya, baik buruknya kualitas jasa tergantung

kepada kemampuan penyedia jasa memenuhi harapan pelanggannya

secara konsisten. Berdasarkan hasil sintesis terhadap berbagai riset yang

telah dilakukan, Gronroos dalam Tjiptono (2004:261), mengemukakan

enam kriteria kualitas jasa yang dipersepsikan baik, yakni sebagai berikut :

1) Professionalism and Skills, pelanggan mendapati bahwa penyedia jasa,

karyawan, sistem operasional, dan sumber daya fisik, memiliki

pengetahuan dan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memecahkan

(36)

2) Attitude and Behaviour, pelanggan merasa bahwa karyawan jasa

(customer contact personnal) menaruh perhatian besar kepada mereka

dan berusaha membantu pemecahan masalah mereka secara spontan

dan ramah (process-related criteria).

3) Accessibility and Flexibility, pelanggan merasa bahwa penyedia jasa,

lokasi, jam operasi, karyawan dan sistem operasionalnya, dirancang

dan dioperasikan sedemikian rupa sehingga pelanggan dapat

mengakses jasa tersebut dengan mudah. Selain itu, juga dirancang

dengan maksud agar dapat menyesuaikan permintaan dan keinginan

pelanggan secara luwes (process-related criteria).

4) Reliability and Trustworthiness, pelanggan memahami bahwa apapun

yang terjadi atau telah disepakati, mereka bisa mengandalkan penyedia

jasa beserta karyawan dan sistemnya dalam memenuhi janji dan

melakukan segala sesuatu dengan mengutamakan kepentingan

pelanggan (process-related criteria).

5) Recovery, pelanggan menyadari bahwa bila terjadi kesalahan atau

sesuatu yang tidak diharapkan dan tidak dapat diprediksi, maka

penyedia jasa akan segera mengambil tindakan untuk mengendalikan

situasi dan mencari solusi yang tepat (process-related criteria).

6) Reputation and Credibility, pelanggan meyakini bahwa operasi dari

penyedia jasa dapat dipercaya dan memberikan nilai atau imbalan yang

(37)

Tjiptono (1991: 61) menyimpulkan bahwa citra kualitas layanan yang

baik bukanlah berdasarkan sudut pandang atau persepsi penyedia jasa,

melainkan berdasarkan sudut pandang atau persepsi konsumen, hal ini

disebabkan karena konsumenlah yang mengkonsumsi serta yang

menikmati jasa layanan, sehingga merekalah yang seharusnya

menentukan kualitas jasa, persepsi konsumen terhadap kualitas jasa

merupakan penilaian yang menyeluruh terhadap keunggulan suatu jasa

layanan.

Bagi pelanggan kualitas layanan adalah menyesuaikan diri dengan

spesifikasi yang dituntut pelanggan, pelanggan memutuskan bagaimana

kualitas yang dimaksud dan apa yang dianggap penting, dan

mempertimbangkan suatu kualitas layanan, untuk itu kualitas dapat

dideteksi pada persoalan bentuk, sehingga dapat ditemukan :

1. Kualitas layanan merupakan bentuk dari sebuah janji.

2. Kualitas adalah tercapainya sebuah harapan dan kenyataan sesuai

komitmen yang telah ditetapkan sebelumnya.

3. Kualitas dan integritas merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan.

Menurut Garvin (Lovelock, 1994 ; Pepprad dan Rowland, 1995) ada

delapan dimensi kualitas yang dapat digunakan sebagai kerangka

perencanaan strategis dan analisis, yaitu :

1. Kinerja (performance) karakteristik operasi pokok dari produk inti,

(38)

2. Ciri-ciri atau keistimewaan tambahan (features), yaitu karakteristik

sekunder atau pelengkap, misalnya kelengkapan interior dan eksterior

Tempat Pelayanan Terpadu (TPT).

3. Keandalan (reliability), yaitu kemungkinan kecil akan mengalami

kerusakan atau gagal dipakai.

4. Kesesuaian dengan spesifikasi (conformance to specifications), yaitu

sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi

standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya, misalnya standar-standar layanan.

5. Daya tahan (durability), berkaitan dengan seberapa lama suatu produk

dapat terus digunakan.

6. Serviceability , meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, serta

penanganan keluhan yang memuaskan.

7. Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera, misalnya

model/desain yang artistik.

8. Kualitas yang dipersepsikan (perceived quality), yaitu citra dan reputasi

produk serta tanggungjawab perusahaan terhadapnya.

Menurut Zeithaml dan Parasuraman (1990), dari hasil penelitiannya

ada sepuluh kriteria atau dimensi (variabel) yang dapat digunakan untuk

menilai kualitas layanan, yaitu Ten Dimensions of Servqual (Service

Quality), yaitu :

1. Fasilitas fisik (tangible) yaitu penampilan dari fasilitas fisik, peralatan,

(39)

2. Reliability, yaitu kemampuan untuk memberikan jasa yang dijanjikan

dengan akurat dan terpercaya.

3. Responsiveness, yaitu kesediaan untuk membantu nasabah dan

memberikan pelayanan yang cepat dan tanggap.

4. Competence, yaitu menguasai pengetahuan dan kemampuan sesuai

yang disyaratkan dalam memberikan pelayanan.

5. Courtesy, yaitu kesopanan, rasa hormat, bijaksana, dan bersahabat

sebagai orang yang dihubungi.

6. Credibility, yaitu layak dipercaya dan kejujuran dari pemberi layanan.

7. Security, yaitu bebas dari segala bahaya, resiko ataupun kekecewaan.

8. Access, yaitu mudah didekati dan ditemui/dihubungi.

9. Communication, yaitu memberi informasi pada nasabah dengan

bahasa yang mudah dimengerti dan didengar.

10. Understanding the customer, yaitu berusaha untuk mengetahui

nasabah dan kebutuhannya.

Kemudian dimodifikasi menjadi lima dimensi pokok dalam

penilaian terhadap kualitas jasa / pelayanan, yaitu :

1. Tangible (bukti langsung) : representing the service physically

Bukti langsung didefinisikan sebagai penampilan fasilitas fisik,

peralatan, personal, dan alat komunikasi. Semua peralatan tersebut

mewakili pelayanan secara fisik atau memberikan image pelayanan

(40)

2. Reliability (keandalan) : delivering on promise

Keandalan merupakan kemampuan untuk memberikan pelayanan yang

telah dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan.

3. Responsiveness (daya tanggap) : being willing to help

Daya tanggap adalah kemauan untuk membantu dan memberikan

pelayanan yang sebaik mungkin kepada pengguna. Dimensi ini

menekankan pada perhatian, kecepatan, dan ketepatan dalam

menghadapi permintaan, pertanyaan, komplain dan masalah dari

pengguna pelayanan.

4. Assurance (jaminan) : inspiring truth and confidence

Jaminan adalah pengetahuan karyawan dan kesopanan /

keramahannya, dan kemampuan perusahaan serta karyawannya untuk

menumbuhkan rasa percaya pelanggan kepada perusahaan, yang

mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat

dipercaya yang dimiliki para staf, bebas dari bahaya resiko atau

keragu-raguan.

5. Emphaty (empati) : threating customer as individuals

Empati merupakan perhatian tulus, caring, yang diberikan kepada

pelanggan yang meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan,

komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan

pelanggan. Pelanggan ingin perusahaan memahami mereka dan

(41)

Zeithmal, Valerie A Bitner, Mary Jo, 2000 dalam Service Marketing,

Irevin Mc Grow Hill Boston memberikan gambar model konseptual kualitas

layanan sebagai berikut :

Kenyataan Kualitas Pelayanan

1. Harapan < Kenyataan 2. Harapan= Kenyataan 3. Harapan > kenyataan

(Kualitas sangat memuaskan) (kualitas memuaskan) (Kualitas tidak memuaskan)

2. Reliability

Gambar 2.1 : Model Konseptual Kualitas layanan

Sumber : - Zeithaml, Valerie A. Bitner, Mary Jo, 2000, Service Marketing, Irevin McGrow Hill Boston.

2.2.4. Kepuasan Pelanggan

Menurut Kotler (1997: 18) kepuasan adalah tingkat perasaan

seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan

dibandingkan dengan harapan. Kepuasan konsumen adalah fungsi dari

perbedaaan kinerja yang dirasakan (perceive performance) dengan

harapan (expectation), apabila kinerja dibawah harapan, maka konsumen

akan kecewa. Apabila sama dengan harapan, maka konsumen akan puas,

jika kinerja diatas harapan, maka konsumen akan merasa sangat puas,

(42)

Untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen, dapat dilaksanakan

dengan cara :

a. Complain and Suggestion System (sistem keluhan dan saran). Pada

sistem ini perusahaan membentuk suatu saluran khusus yang dapat

dipergunakan untuk menampung keluhan atau saran-saran dari

konsumen.

b. Customer Satisfaction Survey (Survey kepuasan konsumen).

Merupakan cara lain untuk mengukur tingkat kepuasan konsumen

dengan melakukan survey langsung kepada nasabah secara berkala.

c. Ghost Shopping (pembeli bayangan), yaitu perusahaan yang

mempekerjakan beberapa pegawai untuk bertindak seolah-olah

pembeli potensial untuk memberikan laporan tentang kekuatan atau

kelemahan atas pembelian produk atau penggunaan jasa perusahaan

dan produk pesaingnya berdasarkan pengalaman yang dialami pada

saat membeli produk atau menggunakan jasa perusahaan.

d. Lost Customer Analysis (Analisis pelanggan yang hilang). Perusahaan

berusaha untuk menghubungi para pelanggan yang berhenti atau tidak

lagi menggunakan produk/jasa perusahaan dan berpindah pada

perusahaan lain. Jika hasil analisis ternyata pelanggan yang hilang

jumlahnya meningkat, maka ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak

dapat memberikan kepuasan kepada para pelanggannya.

Menurut Kotler (1997 : 56) dengan mengetahui tingkat kepuasan

(43)

suatu produk. Berawal dari pengalaman, cerita atau informasi dari

teman/relasi atau pihak-pihak lain dan janji yang diberikan oleh marketer

terhadap suatu produk, akan membentuk suatu ekspektasi (harapan) bagi

konsumen. Harapan dari konsumen dibandingkan dengan kinerja suatu

produk akan membentuk dua kondisi, yaitu kepuasan konsumen

(customer satisfaction) atau ketidakpuasan konsumen (customer

dissatisfaction). Proses pembentukan kepuasan konsumen dimulai dari

pengalaman masa lalu, informasi-informasi dari kerabat atau relasi dan

informasi yang disampaikan oleh perusahaan (Gambar 2.2)

Pengalaman masa lalu Cerita atau informasi

dari teman/relasi Janji dari marketer

Harapan

Kinerja

Kepuasan (Satisfaction)

Ketidakpuasan (Dissatisfaction)

Gambar 2.2: Proses Pembentukan Customer Satisfaction

Sumber: Kotler (1997)

Oliver (1997) dalam James G. Barnes (2001: 64) menyatakan bahwa

kepuasan adalah tanggapan pelanggan atas terpenuhinya kebutuhannya.

Hal ini berarti penilaian bahwa suatu bentuk keistimewaan dari suatu

barang atau jasa ataupun barang/jasa itu sendiri memberikan tingkat

(44)

kebutuhan di bawah harapan atau pemenuhan kebutuhan melebihi

harapan pelanggan.

Tjiptono (2002) mengemukakan bahwa konsep kepuasan pelanggan

dapat digambarkan sebagai berikut (Gambar 2.3)

pelanggan pelanggan

Harapan pelanggan terhadap produk

Tingkat kepuasan

Tujuan Perusahaan Kebutuhan dan

keinginan pelanggan

Produk

Nilai Produk bagi

Gambar 2.3: Konsep Kepuasan Pelanggan Sumber : Tjiptono, 2002: 25

Menurut Engel (1995) dalam Erma (2006) kepuasan pelanggan

merupakan evaluasi pembeli dimana alternatif yang dipilih

sekurang-kurangnya sama atau melampaui harapan pelanggan, sedangkan

ketidakpuasan timbul apabila hasil tidak memenuhi harapan. Kepuasan

pelanggan pada sektor publik adalah kepuasan pelanggan (masyarakat

yang memanfaatkan jasa pelayanan dari sektor publik), merupakan

prioritas utama dari setiap publik, seperti yang diungkapkan oleh

Schnaars (1991) dalam Erma (2006) bahwa pada dasarnya tujuan dari

(45)

2.3. Pengaruh Kualitas Layanan terhadap Kepuasan

Kualitas layanan adalah permulaan dari kepuasan, seseorang akan

merasa puas apabila mereka memperoleh pelayanan yang baik atau

sesuai dengan yang diharapkan. Menurut Boone dan Kurtz (1995 :439)

bahwa ”service quality is primary determinant of consumer satisfaction or

dissatisfaction” Kualitas layanan menentukan kepuasan atau

ketidakpuasan nasabah.

Menurut Kotler dan Armstrong (1996 :583) bahwa ”customer

satisfaction and company profitability are liked closely to product and

service quality Higher level of quality result in greater customer

satisfaction”. Kualitas produk dan kualitas layanan berpengaruh terhadap

kepuasan, selain itu juga berpengaruh menciptakan keuntungan badan

usaha. Semakin tinggi kualitas badan usaha yang diberikan kepada

konsumen, semakin tinggi pula kepuasan yang diperoleh konsumen.

Seperti yang telah dikemukakan maka dapat diketahui bahwa

kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan sangatlah penting untuk

diperhatikan dengan terus menerus dikontrol agar kinerja badan usaha

jangan sampai berada dibawah pesaing.

Jonathan (2000) dalam penelitiannya yang berjudul ”Pengaruh

Kualitas Layanan terhadap Kepuasan Pelanggan pada Sektor Publik di

Kabupaten dan Kota di Propinsi Kalimantan Timur ” menunjukkan bahwa

(46)

tanggap, kepedulian, dan jaminan) secara simultan berpengaruh signifikan

terhadap kepuasan pelanggan.

2.4. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan metode konseptual tentang

bagaimana teori hubungan dengan berbagai faktor yang telah

didefinisikan sebagai masalah yang penting. Kerangka konseptual yang

baik akan menjelaskan hubungan antara variabel bebas dengan variabel

terikat, dengan demikian kerangka berpikir dalam suatu penelitian perlu

dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut berkenaan dengan dua

variabel atau lebih. Jadi paradigma penelitian adalah merupakan pola pikir

yang menunjukkan hubungan antara variabel yang akan diteliti.

Berbagai hal diatas dan dengan pertimbangan bahwa paradigma

penelitian / metode konseptual penelitian tersebut diharapkan dapat

berfungsi sebagai penuntun dan juga untuk memudahkan memahami

alur berpikir dalam penelitian. Paradigma penelitian/metode konseptual

penelitian yang dipergunakan adalah paradigma ganda dengan 5 (lima)

(47)

X 1 4

Gambar 2.4: Paradigma penelitian / Model Konseptual Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka

variabel-variabel yang akan dianalisa terdiri dari 2 (dua) macam yaitu :

1. Variabel Terikat (dependent variable)

Yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena

adanya variabel bebas (Mudjiarto, 2004). Dalam paradigma penelitian

(48)

pajak” Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara dan diberi

symbol ”Y”.

2. Variabel Bebas (Independent Variable)

Yaitu variabel yang nilainya mempengaruhi nilai variabel lain atau

varibel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel terikat.

Variabel bebas yang diberi symbol ”X” ada 5 (lima) dimensi yaitu

tangible / bukti langsung (X1) ; Reliability / Keandalan (X2) ;

Responsiveness / Daya tanggap (X3) ; Assurance / Jaminan (X4) ;

Emphaty / Empati (X5).

Kepuasan wajib pajak dalam hal ini merupakan kunci kinerja Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara, hal ini dikarenakan kepuasan

wajib pajak merupakan indikator dari keberhasilan Kantor Pelayanan

Pajak Pratama Sidoarjo Utara dalam menjalankan fungsinya sebagai

lembaga yang melayani masyarakat.

Faktor kualitas layanan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama

Sidoarjo Utara yang dapat memberikan kepuasan bagi wajib pajak dapat

diukur dari beberapa faktor antara lain : tangibles / bukti langsung

pelayanan, reliability / keandalan pelayanan, responsiveness / daya

tanggap pelayanan, assurance / jaminan pelayanan, dan emphaty / empati

(49)

2.5. Hipotesis

Berdasarkan latar belakang masalah, perumusan masalah, dan

tujuan penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka dalam kaitannya

dengan pembahasan/penelitian terhadap kepuasan wajib pajak Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara, maka dapat dikemukakan

hipotesis sebagai berikut:

Kualitas layanan berpengaruh positif dan signifikan terhadap

(50)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi Penelitian

Tempat penelitian di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo

Utara, yang terletak di Jalan Pahlawan Nomor 55 Sidoarjo. Pemilihan

lokasi ini dilatarbelakangi oleh keluhan dari beberapa orang wajib pajak

yang dimuat di surat pembaca harian Jawa Pos dan beberapa keluhan

yang masuk kotak saran pada KPP Pratama Sidoarjo Utara. Kabupaten

Sidoarjo dibagi 3 wilayah untuk 3 KPP Pratama. KPP Pratama Sidoarjo

Utara meliputi wilayah Kecamatan Buduran, Gedangan, Sedati dan Waru.

KPP Pratama Sidoarjo Utara mempunyai tugas pokok dan fungsi

untuk menghimpun penerimaan pajak dan melayani seluruh wajib pajak

yang berada di wilayah 4 (empat) kecamatan tersebut. Pelayanan

tersebut antara lain pemberian informasi perpajakan, penerimaan

surat-surat permohonan dari Wajib Pajak dan surat-surat lainnya, penerimaan

pelaporan dan surat penundaaan SPT Tahunan PPh, penerimaan SPT

Masa PPh dan PPN, pembuatan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),

Nomor Pokok Pengusaha Kena Pajak (NPPKP), pelayanan Pajak Bumi

dan Bangunan (PBB) dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan

(51)

3.2. Populasi dan Sampel

3.2.1. Penentuan Populasi

Menurut Sugiyono (2002), populasi adalah wilayah generalisasi yang

terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.

Satuan-satuan/individu ini disebut unit analisis. Unit analisis mungkin

merupakan orang, rumah tangga, tanah pertanian, perusahaan dan

lain-lain dalam bentuk yang biasa dipakai dalam survey (Djarwanto dan

Subagyo, 2000).

Populasi adalah masyarakat wajib pajak baik badan usaha maupun

orang pribadi yang berada di wilayah Kabupaten Sidoarjo bagian Utara

yang telah mendaftarkan diri ataupun ditetapkan secara jabatan oleh

Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara, telah mendapatkan

Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan sudah pernah merasakan

pelayanan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara.

3.2.2. Penentuan Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi yang karakteristiknya hendak

diselidiki, dan dianggap bisa mewakili keseluruhan populasi/jumlahnya

(52)

Menurut Agusti Ferdinand (2005), pedoman ukuran sampel adalah

sebagai berikut :

a. 100 – 200 sampel untuk tehnik maximum Likelihood Estimation.

b. Tergantung pada jumlah parameter yang diestimasi. Pedomannya

adalah 5 – 10 kali jumlah parameter yang diestimasi.

c. Tergantung pada jumlah indikator yang digunakan dalam seluruh

variabel laten. Jumlah sampel adalah sebesar jumlah indikator dikali 5

– 10. Bila terdapat 20 indikator, besarnya sampel adalah 100 – 200.

d. Bila sampelnya sangat besar, maka peneliti dapat memilih tehnik

estimasi. Misalnya bila jumlah sampel diatas 2500, tehnik estimasi ADF

(Asymptotically Distribution Free Estimation) dapat digunakan.

Jumlah populasi tidak dapat dihitung karena ada pertambahan terus

menerus, maka teknik pengambilan sampel adalah non probability

sampling untuk digunakan dalam analisa statistik SEM. Peneliti

menentukan jumlah responden minimum sebanyak 100. Sampel yang

dituju bersifat accidental sampling yaitu dengan pemberian kuisioner

kepada wajib pajak yang sedang melaporkan SPT Masa pada Tempat

Pelayanan Terpadu. Responden adalah orang-orang yang secara rutin

merasakan pelayanan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo

Utara. Penyebaran kuisioner dilakukan pada tanggal 5 sampai dengan 20

(53)

3.3. Jenis dan Sumber Data

Berdasarkan rumusan masalah, tujuan yang ditetapkan dan

paradigma penelitian yang digunakan serta definisi operasional variabel

yang ditetapkan maka jenis data pada penelitian ini menggunakan :

1. Data Sekunder

Data sekunder yang dimaksud adalah data yang tidak diusahakan

sendiri pengumpulannya oleh peneliti (Marzuki, 2000) atau merupakan

sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data,

misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Sugiyono, 2002). Data

sekunder diperoleh dari profil kantor dan dokumen-dokumen milik KPP

Pratama Sidoarjo Utara.

2. Data Primer

Menurut Marzuki (2000), data primer adalah data yang diperoleh

langsung dari sumbernya, diamati dan dicatat pertama kalinya atau

merupakan sumber data yang langsung memberikan data kepada

pengumpul data (Sugiyono, 2002). Data primer yang bersumber dari

wajib pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara

berdasarkan daftar pertanyaan dan juga beberapa persepsi masyarakat

(54)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan beberapa cara sebagai berikut :

1. Survey, dengan memberikan kuisioner pada wajib pajak KPP Pratama

Sidoarjo Utara.

2. Dokumentasi

Mengumpulkan data yang diambil dari arsip dan laporan berhubungan

dengan masalah dalam penelitian seperti struktur organisasi.

3.5. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

3.5.1. Definisi Operasional

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa

variabel. Variabel-variabel tersebut antara lain :

1). Kepuasan Wajib pajak (Y) adalah merupakan tanggapan responden

terhadap evaluasi tentang sejauh mana pelayanan yang diberikan dan

keinginan serta harapannya dapat dipenuhi melalui jasa layanan Kantor

Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo Utara.

Indikator kepuasan wajib pajak (Y), antara lain :

a. Tingkat kecepatan penyelesaian pelayanan.

b. Tingkat keakuratan pelayanan

(55)

2). Kualitas layanan (X) dapat dinyatakan sebagai perbandingan antara

pelayanan yang diharapkan konsumen dengan pelayanan yang

diterimanya ( Parasuraman, 1990).

Kualitas layanan (X) ditentukan oleh 5 (lima) dimensi yaitu :

A. Tangibles / Bukti langsung (X1), yaitu berupa tanggapan responden

tentang penampilan fisik, peralatan, dan berbagai materi komunikasi

yang diharapkan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Sidoarjo

Utara.

Indikator tangibles / bukti langsung (X1) antara lain :

a. Penampilan dari gedung pelayanan

b. Penataan ruangan layanan

c. Ketersediaan sarana prasarana sebagai informasi pelayanan

d. Penampilan dari petugas pelayanan.

Variabel ini dijabarkan dalam suatu pernyataan yang diberi jenjang

jawaban : dengan skor jawaban masing-masing 1, 2, 3, dan 4. Skala

data adalah ordinal.

B. Reliability / Keandalan (X2) yaitu berupa tanggapan responden

tentang keinginan / ketertarikannya mendapat pelayanan dari KPP

Pratama Sidoarjo Utara untuk memberikan jasa sesuai dengan apa

yang telah dijanjikan dan akurat, konsisten serta kesesuaian

pelayanan.

Indikator Reliability / keandalan (X2) antara lain :

(56)

b. Keakuratan dari hasil pelayanan

c. Kecepatan dalam memroses layanan

Variabel ini dijabarkan dalam suatu pernyataan yang diberi jenjang

jawaban : dengan skor jawaban masing-masing 1, 2, 3, dan 4 . Skala

data adalah ordinal.

C. Responsiveness / daya tanggap (X3) yaitu berupa tanggapan

responden tentang ketertarikannya terhadap pelayanan KPP

Pratama Sidoarjo Utara untuk membantu wajib pajak dan memberi

pelayanan dengan cepat serta mendengar dan mengatasi keluhan

yang diajukan oleh wajib pajak.

Indikator responsiveness / daya tanggap (X3) antara lain :

a. Kecepatan merespon kebutuhan wajib pajak.

b. Kesungguhan petugas pelayanan dalam membantu wajib pajak

c. Kecepatan dan ketanggapan dalam menyelesaikan keluhan wajib

pajak.

Variabel ini dijabarkan dalam suatu pernyataan yang diberi jenjang

jawaban : dengan skor jawaban masing-masing 1, 2, 3, dan 4. Skala

data adalah ordinal.

D. Assurance / Jaminan (X4) yaitu berupa tanggapan responden

tentang ketertarikannya terhadap pengetahuan, kesopanan /

keramahan karyawan KPP Pratama Sidoarjo Utara dalam

(57)

Indikator Assurance / Jaminan (X4) antara lain :

a. Kemampuan petugas dalam penguasaan prosedur pelayanan

b. Kemampuan dalam menyelesaikan pelayanan dengan cepat

c. Kepercayaan dari wajib pajak terhadap kemampuan petugas

dalam memberikan pelayanan.

Variabel ini dijabarkan dalam suatu pernyataan yang diberi jenjang

jawaban: dengan skor jawaban masing-masing 1, 2, 3, dan 4. Skala

data adalah ordinal.

E. Emphaty / Empati (X5) yaitu berupa tanggapan responden tentang

ketertarikannya terhadap perhatian tulus dan kepedulian yang

dilakukan oleh karyawan Kantor Pelayanan Pratama Sidoarjo Utara

dalam memberikan pelayanan.

Indikator Emphaty / Empati (X5) antara lain :

a. Kemudahan mendapatkan informasi dari petugas

b. Kesopanan dan keramahan yang diberikan oleh petugas

c. Keadilan dalam pelayanan pada setiap wajib pajak.

Variabel ini dijabarkan dalam suatu pernyataan yang diberi jenjang

jawaban : dengan skor jawaban masing-masing 1, 2, 3, dan 4. Skala

data adalah ordinal.

3.5.2. Pengukuran Variabel

Penyebaran kuisioner ini akan diperoleh data primer yang

(58)

alternatif jawaban dalam kuisioner diberi skor penilaian dengan

menggunakan skala Likert (berjenjang).

Mekanisme penilaian dilakukan sebagai berikut :

a. Sangat Tidak Setuju disingkat STS diberi skor = 1

b. Tidak Setuju disingkat TS diberi skor = 2

c. Setuju disingkat S diberi skor = 3

d. Sangat Setuju disingkat SS diberi skor = 4

3.6. Teknik Analisis

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji apakah faktor-faktor

kualitas layanan mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap

kepuasan konsumen dengan menggunakan analisis SEM (Structural

Equation Modeling). Data yang dianalisis merupakan data primer yang

diperoleh menggunakan kuisioner kepada 100 responden. Analisis yang

dilakukan adalah menguji instrumen penelitian. Adapun

langkah-langkahnya adalah sebagai berikut :

3.6.1. Uji Validitas dan Reliabilitas

3.6.1.1. Uji Validitas

Uji Validitas dilakukan untuk mengetahui apakah alat ukur yang

telah disusun dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur

secara tepat. Validitas suatu instrumen akan menggambarkan tingkat

Gambar

Tabel 2.2 : Karakteristik Penyelenggaraan Pelayanan Publik
Gambar 2.2: Proses Pembentukan Customer Satisfaction
Gambar 2.3: Konsep Kepuasan Pelanggan
Gambar 2.4: Paradigma penelitian / Model Konseptual Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Judul Skripsi : KEDUDUKAN CLOSED CIRCUIT TELEVISION (CCTV) SEBAGAI ALAT BUKTI DALAM PEMBUKTIAN MENURUT HUKUM ACARA PERDATA (STUDI KASUS PUTUSAN

Menurutnya, tokoh agama adalah orang yang mengajarkan ajaran- ajaran Kristen kepada umat Kristiani agar umat Kristen tidak kehilangan arah dalam atau tersesat

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya pengaruh working capital to total assets, debt to equity ratio, net income to sales dan gross profit margin

[r]

a) Peserta akan menonton video tentang pembelajaran yang berbeda dengan video di kegiatan 1 (connection). b) Setelah menonton video tersebut peserta akan bersimulasi

Paham yang lebih dikenal dengan paham Islam integral ini dalam beberapa kasus bahkan sampai kepada titik ekstrim dengan mengatakan bahwa orang yang tidak mau

Dengan demikian, ini menjelaskan bahwa pembentukan harga jagung dalam jangka panjang secara vertikal pada pasar lokal petani, tengkulak, dan makelar di- pengaruhi oleh harga

Berkaitan dengan uraian tersebut, masalah yang menjadi dasar ulasan adalah bagaimana bentuk kebudayaan prasejarah yang spesifik dari masa awal Holosen dan masa Neolitik di