301
KONSEPPENDIDIKANKARAKTERINTEGRITASANALISISKITAB
ADABUL‘ALIMWALMUTA’ALIMKARYAHADRATUSSYAIKHKH
MUHAMMADHASYIMASY’ARI
Dewi Nur Lailatin Nisfiyah*1, Rahmat*2, Yusuf Suharto*3 Prodi PAI Institut Pesantren KH. Abdul Chalim Pacet Mojokerto, Indonesia
1[email protected], 2[email protected], 3[email protected]
Abstract
The Book of Adabul 'Alim Wal Muta'alim is one of KH M. Hasyim Assyari's essays which describes character education. The author is very interested in analyzing this book as the author of this book is the figure of KH M. Hasyim Assyari is one of the most important figures in the world of education. The title of this research is the Concept of Character Education Integrity Character Analysis of the Book of Adabul 'Alim Wal Mut a'alim The Works of Hadratussyaikh KH M. Hasyim Assyari . While focusing on research on character education according to KH M. Hasyim Assyari and how the concept of character education education is found in the Book of Adabul 'Alim Wal Muta'alim by KH M. Hasyim Asy’ari. This study aims to first understand and understand how the concept of character education is found in the book Adabul 'Alim Wal Mut a'alim and the second purpose of the researcher is to analyze the concept of character integrity found in the book Adabul' Alim Wal Mut a'alim. This research uses qualitative research method using library research type . For research data extracted from primary and secondary data. For primary data is taken from the book of Adabul 'Alim Wal Mut a'alim and secondary sources are taken from books, journals, magazines, and anything related to the book of Adabul' Alim Wal Mut a'alim. The systematics involved in analyzing data include: 1) organizing data, 2) defining patterns and themes, and 3) data analysis. The results obtained from the book Adabul 'Alim Wal Mut a'alim have 7 characters: 1) the personal character of a student. 2) the student character to the teacher. 3) student character in learning.4) personal character of teacher.5) teacher character in teaching.6) teacher character in pupil. And 7) the character of the book as a means of knowledge. While the results for the characters of integrity found in the book of Adabul 'Alim Wal Mut a'alim have 3 characteristic values of the character of integrity, the values are: 1) firmness, 2) responsibility, and 3) honesty.
Keyword : Adabul 'Alim Wal Muta'alim Book, Character Education, Character Integrity Education.
Abstrak
Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim merupakan salah satu kitab karangan KH Muhammad Hasyim Asyari yang menjelaskan tentang pendidikan karakter. Penulis sangat tertarik untuk menganalisis kitab ini dikarenakan penulis dari kitab ini merupakan sosok KH Muhammad Hasyim Asyari merupakan salah satu tokoh penting dalam dunia
302
pendidikan. Adapun judul dari penelitian ini adalah Konsep Pendidikan Karakter Integritas Analisis Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim Karya Hadratussyaikh KH Muhammad Hasyim Asyari. Sedangkan untuk fokus penelitian mengenai pendidikan karakter menurut KH Muhammad Hasyim Asyari dan bagaimana konsep pendidikan karakter integritas yang terdapat dalam Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim menurut KH Muhammad Hasyim Asyari. Penelitian ini bertujuan yang pertama untuk mengetahui dan memahami bagaimana konsep pendidikan karakter yang terdapat dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim serta tujuan kedua peneliti ingin menganalisis tentang konsep karakter integritas yang terdapat dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian library
research (penelitian kepustakaan). Untuk data penelitian mengambil dari data primer dan
data sekunder. Untuk data primer mengambil dari kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim dan sumber sekunder diambil dari buku,jurnal, majalah, dan apapun yang ada sangkut-pautnya dengan kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim. Dalam sistematika yang diambil dalam menganalisis data meliputi : 1)mengorganisasi data, 2) menentukan pola dan tema, dan 3) analisis data. Hasil penemuan yang didapat dari kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim terdapat 7 karakter yakni: 1) karakter pribadi seorang murid. 2) karakter murid kepada guru. 3) karakter murid dalam belajar.4) karakter pribadi seorang guru.5) karakter guru dalam mengajar.6)karakter guru kepada murid. Dan 7) karakter kepada buku sebagai sarana ilmu.Sedangkan hasil untuk karakter integritas yang didapat penulis dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim terdapat 3 nilai karakteristik mengenai karakter integritas, adapun nilai karakteristik tersebut adalah : 1) teguh pendirian, 2) tanggung jawab, dan 3) keteladanan.
Keyword : Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim, Pendidikan Karakter, Pendidikan Karakter Integritas.
INTRODUCTION
Indonesia merupakan sebuah bangsa besar yang plural dan multikultural.(Rahmat, 2019). Pergerakkan arus globalisasi yang kian hari semakin deras tentu tidak dapat terelakkan pengaruhnya bagi Negara Indonesia.(Rahmat Rahmat, 2019) Membahas tentang pendidikan di Indonesia, pendidikan secara umum merupakan sebuah sistem sekaligus proses yang mempunyai fokus sebuah pencapaian tertentu yang dinilai dan dipercaya dapat menjadi yang paling ideal. Membicarakan tentang pendidikan tentunya memiliki banyak pembahasan mulai dari sistem, metode, strategi, dan lain sebagainya. Karena jika bahasannya mengenai pendidikan tentu tidak akan ada habisnya, karena pendidikan akan terus berkembang seiring berkembangnya zaman. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan mutlak manusia yang tak dapat dipisahkan. Salah satu pendapat dari Jhon Dewey menyatakan bahwa pendidikan adalah salah satu kebutuhan hidup manusia agar bisa membantu maupun menyiapkan individu masing-masing pribadi agar hidup dengan disiplin.(Fatah, 2008, p. 15)
303
Tujuan dari adanya pendidikan memang mengarah pada kemajuan manusia dari segi apapun. Majunya sebuah bangsa atau negara bisa dilihat dari segi seberapa produktifya negara tersebut mulai dari ekonomi, teknologi, komunikasi, dan lain-lain. Melihat kemajuan suatu bangsa, tentu karakter tak dapat luput dari perhatian. Karena dengan memiliki karakter maka menunjukkan ciri khas dari bangsa tersebut. Dan ini lah, pentingnya pendidikan karakter dalam dunia pendidikan.(Rahmat, 2016)
Karakter merupakan istilah dari bahasa Inggris yakni Character. Jika dikaitkan dengan istilah islam, maka kata akhlak memiliki maksud yang sama dengan karakter. Dilihat dari segi bahasa, kata akhlak berasal dari bahasa arab yang berarti
akhlaqa-yukhliqu-ikhlaqan yang berarti al-sajiyah (perangai), at-thabi’ah ( kelakuan, tabiat, watak
dasar), al-adat (kebisaaan, kelaziman), al-muru’ah (peradaban yang baik), dan al-din (agama).(Ismail, 2009, p. 194)
Pendidikan karakter tak luput dari peran guru. Guru berperan dalam menumbuhkan sikap yang membuka alam dan pikir jiwa, mencerahkan, meneduhkan, menunjukkan nilai-nilai perilaku, keteladanan, moralitas maupun nilai-nilai kebhinekaan. Karena dalam sebuah pendidikan tidak cukup hanya sekedar teori melainkan adanya contoh konkrit dalam keseharian yang siswa bisa lihat dari kebisaaan seorang guru. Dan dengan dibantu dengan sosok guru dengan perangai tersebut, maka inilah sejatinya pendidikan karakter. Guru mampu menjadi fasilitator, maksudnya guru dapat membantu siswanya dalam menggapai target pembelajaran. Guru juga sebaiknya bisa menjadi media pembenteng siswanya agar dapat menyaring antara pengaruh baik dan buruk bagi siswa.(Rahmat Rahmat, 2016)
Jika membahas tentang pentingnya karakter, ada sebuah pernyataan tentang pentingnya karakter dalam peribahasa klasik, if the wealth is lost, nothing is lost. If the
health ist lost, something is lost, if the character is lost, everything is lost. Dari sini bisa
dilihat bahwa karakter merupakan ciri khas yang dipunyai seseorang atau suatu benda. Karakter adalah alat yang memacu seseorang dalam tindakan, ucapan, bersikap, maupun merespon sesuatu.(Fatah, 2008)
Penanaman karakter memang sangat penting, dan dengan itu maka penanaman karakter harus ditanamkan sedari kecil. Terwujudnya karakter merupakan salah satu tujuan dalam pendidikan. Di mana pun Negara pasti akan sangat memperhatikan hal
304
tersebut. Dan seiring berjalannya waktu perbaikan pendidikan harus dievaluasi terus-menerus.
Di Indonesia pada pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki misi penguatan karakter. Dalam nawa cita ( 9 harapan) dijelaskan bahwa pemerintah akan melaksanakan perubahan karakter bangsa. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan mengimplementasikap penguatan karakter bangsa melalui gerakan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang digulirkan sejak tahun 2016. (Kemendikbud, 2019)
Pendidikan karakter ini mengandung lima nilai-nilai utama karakter diantaranya (1) religiusitas, nilai ini mengarah pada sikap keimanan kita kepada tuhan yang maha esa, untuk penerapannya bisa dilihat dari proses kegiatan ibadah dan bagaimana rasa solidaritas menghargai perbedaan agama. Bagian nilai religius diantaranya teguh pendirian, percaya diri, toleransi cinta, damai, dll. (2) nasionalis, merupakan perwujudan dari sikap kesetiaan pada bangsa dan negara. Bagian nilai nasionalis ini yaitu menjaga serta melestarikan budaya sendiri serta memelihara sumber alam bangsa. (3) mandiri, ialah sikap tidak menggantungkan sesuatu kepada orang lain dan mempergunakan tenaga, pikiran, waktu untuk merealisasikap harapan, mimpi, dan cita-cita. Adapun nilai yang terkandung dalam sikap mandiri ialah etos kerja (kerja keras), daya juang, kreatif ,profesional, serta keberanian, ini akan menjadikan pembelajaran berkelanjutan. (4) gotong royong, sebuah cerminan dalam sebuah tindakan menghargai semangat kerja sama dan bahu membahu untuk menyelesbaikan persoalan secara bersama-sama. Sub nilainya ialah musyawarah, kerja sama, solidaritas, empati, dan tolong menolong. (5) integritas, bisa juga dikatakan upaya menjadikan dirinya sebagai orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan. Sub nilai diantaranya meliputi kejujuran, keadilan, keteladanan, kesetiaan, anti korupsi, komitmen moral, tanggung jawab, dan cinta pada kebenaran.(Syaputra, Hidayah, Ramli, & Alfaiz, 2019)
Jika dilihat nilai karakter yang masih jarang dikaji ialah nilai-nilai karakter integritas. Karakter integritas merupakan bentuk perwujudan karakter yang sangat tinggi nilai-nilai yang dikandung didalamnya. Diantaranya yakni nilai keteladana, kesetiaan, tanggung jawab, dan yang paling menonjol dari jenis karakter ini adalah sikap konsistensi yang sangat tinggi terhadap apa yang menjadi patokan hidup. Di mana seseorang yang memiliki integritas yang tinggi akan memberikan contoh positif orang disekelilingnya. Karena secara internal karakter integritas dapat membangun dan mempertahankan
305
identitas diri. Sedangkan secara eksternal karakter integritas dapat mempengaruhi seseorang dalam menciptakan keputusan dan tindakan yang baik.
Namun pada dasarnya kelima nilai karakter tersebut saling berkesinambungan, berkembang secara dinamis dan membentuk keutuhan pribadi. Karakter integritas memiliki figur di mana dikatakan memiliki integritas apabila seseorang memiliki perilaku yang dapat dipertanggung jawabkan baik dari perkataan maupun perbuatannya. Dan memiliki etika moral (integritas moral tentunya). Sub nilainya mulai dari nilai jujur, bertanggung jawab, cinta akan kebenaran, serta dapat mengapresiasi dan menghargai orang lain (terutama penyandang disabilitas).
Kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim merupakan salah satu karya Hadrataussyaikh KH Hasyim Asyari membahas tentang bagaimana cara mengaplikasikan akhlak yang benar. Kitab ini merupakan bentuk sumbangsih pemikiran KH Hasyim Asyari dalam melaksanakan aktivitas pendidikan agar tercapainya tujuan pendidikan dalam pengembangan akhlak. Maka kitab ini juga sangat berperan dalam menggali nilai-nilai karakter. Karena dalam kitab ini banyak membahas tentang bagaimana adab seorang siswa secara pribadi, dalam belajar, maupun adab kepada gurunya. Begitu pun sebaliknya, dalam kitab ini dijelaskan pula adab seorang guru sebagaimana mestinya sekaligus kepada siswa dan kegiatan mengajar belajar.
Karena nilai karakter yang begitu besar dituangkan dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim ini, penulis tertarik dalam menganalisis kaitan pendidikan karakter integritas yang terkandung dalam kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim. Karena menurut penulis jika membaca penelitian-penelitian terdahulu, belum ada yang spesifik membahas karakter integritas yang menganalisis kitab ini. Selain menganalisis kitab ini, diharapkan pula penulis maupun para Thalibul Ilmi bisa lebih terdorong belajarnya serta mengharapkan barokah dan warisan ilmu dari sang pengarang kitab yaitu Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari.
METHOD
Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif di mana dengan pertimbangan diantaranya yakni dengan menggunakan metode pendekatan kualitatif menekankan pencarian makna, gejala, konsep, pengertian, karakteristik, simbol, maupun
306
deskripsi tentang suatu fenomena. Bersifat alami dan holistic serta mengutamakan kualitas, menggunakan beberapa cara serta disajikan secara naratif.
Adapun pendapat menurut Cresswell menyatakan : “qualitative research is an
inquiry process of understanding based on distinct methodological traditions of inquiry that explore a sosial or human problem. The researcher builds a complex, holistic picture, analyzes words, reports detailed views of informants, and conducts the study in a nataural setting”.(Muri, 2019, p. 329) Penelitian kualitatif merupakan sebuah rangkaian di mana
pemahaman itu berdasarkan penyelidikan yang menggunakan tradisi metodologi penyelidikan yang berbeda-beda dalam mengeksplorasi masalah sosial maupun manusia. Dalam penelitian kualitatif peneliti membuat gambaran holistik yang kompleks, menganalisa kata-kata, membuat laporan yang secara rinci berdasarkan informasi dari informan, dan melakukan melakukan penelitian dalam suasana alami.
Hasil dari penelitian kualitatif berupa deskripsi analisis tentang kejadian-kejadian yang secara murni sifatnya memberikan informasi baik bagi peneliti, pembaca, maupun partisipan. Sifatnya penelitian kualitatif ini studi kasus, dengan tidak mengarah untuk membuat sebuah generalisasi, melainkan memperluas sebuah penemuan yang mengarahkan peneliti aau pembaca yang lain agar memahami konsep dalam kondisi atau situasi yang sama.(Sukmadinata, 2006, p. 107)
Dalam penelitian yang menggunakan pendekatan kualitatif, pada dasarnya ingin menerangkan, menggambarkan, bahkan mendeskripsikap secara rinci tentang suatu fenomena maupun kejadian untuk mendapatkan sebuah makna (meaning) didalam sebuah konteks yang sebenarnya. Dengan begitu, penelitian kualitatif sifatnya deskriptif, dengan data berupa soft data. Lain halnya dengan penelitian kuantitatif yang menggunakan hard
data yang setelahnya diolah dalam bentuk statistic. Pengumpulan data di penelitian
kualitatif memiliki dua jenis yakni berupa penelitian lapangan (field research) dan penelitian kepustakaan (library research).
Dalam penulisan penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian pustaka atau yang disebut library research. Dengan tujuan penulis dapat mengumpulkan data dan informasi. Dengan menggunakan penelitian kepustakaan maka penelitian dilakukan dengan banyak membaca buku-buku dan sumber data apapun yang berada dalam perpustakaan. Penelitian ini juga mendapatkan data yang bersumber dari berbagai literatur, baik bersumber dari perpustakaan maupun di tempat lain. Adapun literatur yang
307
didapat tidak hanya terbatas oleh buku-buku, melainkan dapat juga berasal dari bahan-bahan dokumentasi, majalah, Koran, dan lain-lain. Dari sumber data yang diperoleh, maka penelitian ini bisa dikatakan penelitian dokumentasi (documentary research) atau survei buku (book survey/research).(Mahmud, 2011, p. 21)
RESULTS AND DISCUSSION
Biografi Penulis Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim (Hadratussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari)
KH M. Hasyim Asy’ari lahir di Gedang Kabupaten Jombang Provinsi Jawa Timur pada selasa kliwon tepatnya di bulan Dzulhijah tahun 1287 H. Untuk masehinya bertepatan tanggal 14 Februari 1871. Nama lengkap KH M. Hasyim Asy’ari ialah Muhammad Hasyim bin Asy’ari bin Abdul Wahid bin Abdul Halim ( Pangeran Benowo) bin Abdurrohman bin Abdullah bin Abdul Aziz bin Abdul Fattah bin Maulana Ishaq bin Ainul Yaqin (Sunan Giri). Beliau anak dari pasangan kyai Asy’ari dan bu nyai Halimah.(SUWENDI, 2005, p. 13)
Konsep Pendidikan Karakter Integritas Dalam Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim Karya Hadrataussyaikh KH M. Hasyim Asy’ari
Adapun yang diperoleh penulis mengenai konsep karakter integritas dapat dilihat dari nilai-nilai diantaranya dari segi murid dan guru sebagaimana berikut :
1. Murid
Adapun nilai karakteristik tentang karakter integritas yang dimiliki murid ada 3 nilai yaitu : 1) teguh pendirian, 2) tanggung jawab, dan 3) keteladanan. Sedangkan penjelasan secara terperincinya sebagai berikut:
a. Teguh Pendirian 1) Qonaah
تاقرفتم نم بلقلا لمش عمجو ملعلا ةعس لاني شيعلا ىندا ىلع ربصااف ,رسيت امب سابللاو توقلا نم عنقي نا ني هيف رجفتيؤ لاملآا
. مكحلا عيبا
Qonaah disini bermaksud bahwa seorang murid harus menerima apa adanya baik dari segi sandang-pangan maupun papannya. Karena dengan memiliki nilai tersebut akan membuahkan hikmah dengan bertambahnya ilmu yang luas, dan memfokuskan hati dari keinginan-keinginan yang beraneka ragam, serta berbagai hikmah yang bisa didapatkan dari nilai tersebut.
308 2) Wara’
عرولاب هسفن ذخاؤي نا Wara’ disini memiliki makdsud yakni seorang murid harus bisa berhati-hati dalam segala hal. Wara’ merupakan tindakan menjauhi segala sesuatu yang belum jelas bersifat halal maupun haram. Apabila seorang siswa menerapkan wara dalam kesehariannya semisal dalam memilih makanan, minuman, tempat tinggal, pakaian, dan segala bentuk kebutuhan maka murid tersebut akan lebih mudah dalam ilmu yang dipelajari dan tentunya mendapatkan kebermanfaatan dari sikap nilai yang diterapkan.
3) Menjaga pergaulan
تلقو هبعل رثك نإ اصوصخ سنجلا ريغل اميسلاو ملعلا بلاطل ىغبني ام مهأ نم اهكرت نإف ةرشعلا كرتي نا هتركف Maksud dari menjaga pergaulan ialah meninggalkan pergaulan yang membuat murid itu melupakan belajarnya dan lebih mementinkan bermain dengan teman. Meskipun manusia memanglah makhluk sosial yang tidak lepas dari hidup sendiri namun perlu menjadi garis besar ialah tidak boleh pergaulan itu menjadi lebih banyak bermain-mainnya sehingga memunculkan sifat tidak mendewasakan pikiran. Dalam bergaul sebaiknya memilih bergaul dengan orang yang ahli ilmu, sehingga ketika seseorang berada dalam lingkungan yang baik maka akan tertular kebaikan atas dirinya. Memberikan manfaat dan menjauhi kemudhorotan. Pergaulan yang baik juga dapat dilihat dari menjaga pergaulan dari lawan jenis. Bergaul yang baik itu hendaknya memilih dengan teman yang bertaqwa, wara’, kuat agamanya, pandai menjaga diri, dan tentunya ketika teman salah maka akan saling menginggatkan. 4) Patuh terhadap guru
هريبدتؤ هيأر نع جرخيلاو هرومأ يف هخيشل داقني نأ Patauh terhadap guru sudah seharusnya karakter yang harus dimiliki setiap murid. Dalam islam seorang murid harus menghormati,patauh, dan ta’dhim kepada guru. Guru merupakan sosok yang sangat besar jasanya dalam mengajar dan mendidik murid. Mengajar tak hanya ilmu pengetahuan semuata melainkan juga membina mental sehingga murid tak hanya jadi orang yang berilmu melainkan juga berbudi pekerti luhur atau berkarakter. Maka dari itu, seorang murid harus sering-sering meminta petunjuk dan ridho guru agar mendapatkan keberkahan dan
309
keberanfaatan ilmu. Rasa tunduk terhadap seorang guru merupakan kemuliaan, patauh terhadap guru merupakan sebuah kebanggan, dan merendahkan diri di hadapan guru merupakan keluhuran.
5) Bersabar
هقلخ ءوس وأ خيشلا نم ردصت ةوفج ىلع ربصتي نأ Maksud dari sabar disini, ialah seorang murid harus bersabar atas perlakuan guru terhadapnya. Apabila seorang guru memperlakukan kasar pada murid, maka murid harus mengartikan bahwa sikapnya menunjukkan bahwa murid sedang bersalah dan selayaknya murid untuk meminta maaf kepada guru. Sabar merupakan maqom tertinggi dalam sebuah agama. Sifat sabar merupakan sebaik-baik karakter yang dimiliki oleh orang yang beriman. Dan sabar juga menjadi kedudukan yang sangat mulia dalam kedudukan orang-orang sholeh. Sabar merupakan cabang yang paling luas diantara cabang-cabang iman. Dan merupakan ikatan paling kuat dalam Islam. Sabar seorang murid juga tak terpacu pada guru, melainkan dalam proses belajar pun juga sangat diperlukan rasa sabar. Karena seseorang yang sudah berada dijalan mencari ilmu pasti akan menemukan cobaan dalam memperolehnya, maka seorang murid harus bersabar dalam segala cobaan.
b. Tanggung jawab
1) Memanfaatkan waktu dengan baik
هرمع نم يقب ام منتغيو هراهنو هليل تاقوأ مسقي نأ Maksud dari memanfaatkan waktu ini ialah membagi waktu dan memanfaatkannya dengan baik. Bagi seorang murid maka memanfaatkan waktu yang tepat ialah digunakan untuk menuntut ilmu. Di mana sudah seharusnya murid bisa mengataur jam belajarnya dengan sebaik mungkin. Waktu yang baik dalam menghafal ialah ketika waktu sahur, ketika ingin mendalami pelajarann, ketika pagi buta, sedangkan untuk menulis ketika tengah hari, dan waktu yang tepat untuk belajar dan mengulang pelajarann ialah ketika waktu malam.
هرمع تاقوأو هبابش ملعلا ليصحتب ردابي نأ Memanfattkan waktu sebaik mungkin juga bisa ditafsirkan yakni dengan memanfaatkan waktu muda dan umur itu dengan mencari ilmu. Karena umur merupakan sesuatu yang tak diketahui kapan berakhirnya. Sehingga memanfaat waktu masih ketika masih muda sangatlah penting. Mungkin sebuah ilmu merupakan
310
bentuk yang luas dan umur itu tak bisa digantikan. Maka sebisa mungkin murid harus menjadi pribadi yang tidak suka menunda-nunda dan serius serta sungguh-sungguh dalam mencari ilmu.
c. Keteladanan
1) Hendaknya memotivasi teman-teman untuk mendapatkan ilmu
ليصحتلا يف ةباطلا بغري نأ Bentuk integritas tinggi seseorang tak hanya bisa dilihat dari segi individunya, melainkan apabila seorang murid itu dapat berlaku manfaat bagi orang lain. Salah satunya yakni memotivasi teman-temannya agar sama-sama mencari ilmu. Memotivasi tak hanya lewat semangat, melainkan juga mengajak agar tidak melalbaikannya, mengarahkan pada kebaikan, membantu dalam urusan masalah yang dihadapi, menyampbaikan segala bentuk pengetahuan tentang kaidah-kaidah tentang ilmu maupun masalah-masalah.
Murid tidak boleh menyombongkan diri terhadap teman-temannya tentang kepandaiannya, melainkan murid tersebut mengucapkan alhamdulillah. Dengan mempunyaiii pemahaman yng lebih bukan berati seorang murid bisa sombong. Dengan rasa bersyukur kepada Allah akan menambah keberkahan kepada ilmunya. 2. Guru
Adapun nilai karakteristik tentang karakter integritas yang dimiliki guru ada 3 nilai yaitu : 1) teguh pendirian, 2) tanggung jawab, dan 3) keteladanan. Sedangkan penjelasan secara terperincinya sebagai berikut:
a. Teguh Pendirian 1) Bertaqwa dan beriman
ةينلاعلاو رسلا يف ىلاعت الله ةبقارم ميدي نأ Bentuk rasa bertaqwa dan beriman kepada Allah SWT seorang guru dapat dilihat dari sikapnya yang merasa selalu diawasi oleh Allah baik disaat sendiri maupun bersama orang lain. Guru merasa Allah selalu menjadi penjaga yang setiap waktu dapat mengawasinya. Mengetahui segala perbuatannya baik saat baik maupun buruknya. Jadi semisal guru ketika mengajar dan dia merasa bahwa setiap tindakan yang dia lakukan selalu diawasi oleh Allah maka niat nya dalam mengajar yaitu ikhlas menyalurkan ilmunya bukan niat untuk pamer atau menyombongkan diri.
311
Bentuk lain selain merasa diawasi oleh Allah ialah senantiasa merasa takut kepada Allah dalam segala bentuk tindakan, ucapan maupun perbuatan. Karena ilmu, hikmah maupun rasa takut merupakan bentuk amanah yang Allah berikan agar selalu dijaga dan apabila tidak dijaga maka dia termasuk berkhianat kepada Allah SWT. 2) Wara’
عرولا مزلاي نأ Sebagai seorang guru, tentu penerapan nilai ini sangatlah penting. Di mana guru selalu menjaga dirinya dari perbuatan atau perkara yang belum jelas halal haramnya. Seorang guru harus bisa menjadi uswataun hasanah bagi murid-muridnya. Maka dari itu dimulai dari sikap wara’ seorang guru sehingga timbulah contoh yang bisa ditiru oleh murid.
Sikap ini menunjukkan karakter guru yang memiliki konsistensi yang tinggi yang sangat menggambarkan karakter integritas dari seorang guru. Sikap wara’ harus didasari oleh niat yang kuat. Namun manfaat dari bersikap wara’ juga sangat besar. Karena dikatakan bahwa orang yang memiliki sikap wara’ maka dia termasuk sebaik-baiknya ahli ibadah
b. Tanggung jawab
1) Menghindari sikap tidak mau mengajar murid yang tidak tulus niatnya
هتين صولخ مدعل بلاطلا ميلعت نع عنتميلا نأ Makssud nya ialah seorang guru tidak boleh menyerah apabila mendaptkan murid yang belum memiliki niat yang tulus dalam belajar. Justru seorang guru bertanggung jawab agar murid mau belajar dengan cara terus membimbing murid terus sampai murid menemukan ketulusan niatnya. Ketulusan niat bisa muncul seiring dengan keberkahan ilmu itu sendiri. Guru harus selalu mengarahkan agar langkah niat itu lurus yakni mencari ilmu itu semuata-mata karena Allah dan Allah akan memberkahi ilmu tersebut.
Bentuk pengarahan guru tak hanya melalui perkataan semuata melainkan juga murid diberikan contoh melalui perbuatan. Dan menceritakan bahwa dengan ilmu kita bisa mendapat derajat yang tinggi, hati yang bersih, tingkah yang baik, dan kemampuan pengenalan yang baik.
Guru selalu memotivasi dan selalu memberikan dorongan positif terhadap murid dengan pemberian contoh perkara yang mudah, mengajarkan bahwa tidak boleh
312
menggantungkan diri pada hal keduniawian. Karena apabila hati sering di isi dengan pemikiran menjauhi perkara duniawi maka akan memunculkan konsentrasi terhadap ati, ketenangan dalam beragama, menjauhkan diri dari banyaknya penghasut sehingga nantinya akan cocok untuk orang yang ingin menghafal ilmu namun juga bisa mengembangkannya.
2) Mendekatkan murid dengan sesuatu yang menurut guru terpuji
بحي ام هبلاطل بحي نأ هسفنل
Maksudnya ialah sebagaimana yang kita yakini bahwa mengarahkan murid kepada hal yang terpuji tidak jauh dari anjuran al-quran maupun hadist, serta apa saja yang dianggap guru tercela. Guru memiliki tanggung jawab atas ini kepada muridnya. Anjuran nya ialah guru selalu memperlakukan muridnya dengan penuh kasih sayang, bersabar dalam mendidik, berlaku baik dengan niatan agar murid dapat berlaku baik, semuakin baik akhlaknya, dan berkarakter luhur.
Sebagaimana guru tak hanya memberikan ilmu semuata melainkan juga memberikan pelajarann moral bagi muridnya, karena dengan moral murid bisa mempertimbangkan hal yang akan mengajak dirinya dari sesuatu yang tercela.
Penyampaiannnya pun dari murid satu dengan yang lain berbeda. Kadang mereka perlu penyampaian dengan bahasan yang lembut atau dengan bahasa yang lugas. Namun sebagai guru harus tetap menggunakan etika yang baik meski penerapan antar murid berbeda yang intinya hanya ingin mengarahkan murid pada hal yang diridhoi dan hal kebajikan serta tidak keluar dalam syariat islam.
3) Mempermudah murid dengan penyampaian bahasa yang mudah dimengerti ketika mengajar
هميهفت يف ظفلتلا نسحو هميلعت يف ءاقللإا ةلوهسب هل حمسي نأ Maksudnya guru bertanggung jawab memahamkan murid, maka dari itu guru perlu menggunakan bahasa yang baik dan memilih diksi yang tepat agar mempermudah pemahaman murid. Dengan guru menggunakan bahasa yang mudah dipahami maka berdampak pada pembelajaran yang menyenangkan dan murid cepat faham. Dan guru jangan sampai menyampbaikan ilmu yang sebenarnya belum dia kuasai, karena itu akan membingungkan pemahaman murid. Dan apabila murid bertanya dan guru merasa belum siap menjawab atau belum menguasainya lebih baik
313
untuk tidak menjawabnya karena apabila ada kesalahan dalam penyampaian akan menimbulkan pemahaman yang salah pada murid.
4) Bersemangat dalam mengajar
هميهفتو هميلعت ىلع صرحي نأ Maksudnya ialah guru mencurahkan segala kemampuannya dalam mengajar. Selalu semangat dalam memahamkan murid. Berusaha semuampunya untuk bisa merangkum penjelasan agar tak terlalu panjang dan menimbulkan murid susah menangkap penjelasan dan menghafalnya. Guru selalu semangat menjelaskan baik itu kepada murid yang tingkat pemahamannya tinggi maupun murid yang susah faham. Untuk memudahkan murid agar cepat faham, maka guru perlu memberikan contoh sekaligus teorinya.
5) Memberikan murid waktu untuk mengulang hafalan maupun menghafal hafalannya تاظوفحملا ةداعإ تاقولأا ضعب يف ةباطلا نم بلطي نأ Maksudnya guru memberikan waktu untuk murid menghafal maupun memahami penjelasan yang telah diberikan guru. Bisaanya diberikan untuk pelajarann yang memang rumit dan perlu pemahaman lebih lama. Setelah memberikan waktu, guru bisa mengetes pemahaman murid dengan berbagai masalah yang berpokok pada satu fokus hukum yang telah ditetapkan atau sudah bersandar pada dalil.
Memberikan teguran tegas dan mengarahkan murid dengan keras kepada murid yang pemalas suatu cara jika guru takut kalau murid lari. Memotivasi murid sanglah penting, terutama ketika memiliki murid yang sifatnya semuakin dikerasi maka dia akan semuakit semangat dan semuakin bertenaga jika diapresiasi. Pemahaman murid akan lebih kuat jika guru mau mengulang penjelasan yang diberikan. Karena tidak semua murid memiliki kemampuan cepat faham dalam pelajaran.
c. Keteladanan
1) Melestarikan sunnah, membasmi bid’ah, dan memberikan perhatian terhadap masalah agama
نيملسملا خلاصم هيف امو نيدلا رومأبو عدبلا ةتامإو ننسلا راهظإب موقي نأ Maksudnya guru merupakan sosok yang alim dan sosok panutan yang berpengaruh. Maka bentuk karakter integritas bisa ditumbuhkan dengan dimulai bagaimana guru bisa menjadi bermanfaat untuk orang lain yakni dengan memperhatikan terhadap masalah umat dan ikut meyelasbaikannya. Karena dengan mengamalkan ilmunya
314
maka orang lain semuakin dekat untuk mengambil tauladan darinya. Dalam penyelesaian masalah pun, seorang guru harus menyesubaikan jalan mana yang diambil selama tidak menyalahi atauran syariat, adat, dan tabiat.
2) Menghiasi perbuatan dan pekerjaan dengan kesunnahan
ةيلعفلاؤ ةيلوقلا ةيعرشلا تابدنملا يلع ظفاحي نأ Bentuk dari menghiasi perbuatan dengan kesunnahan bisa di terapkan dengan banyak cara, adapun sunnah yang dicontohkan oleh Rosulullah saw banyak sekali. Diantara membaca al-quran, berdzikir, puasa sunnah, bersholawat, mengerjakan sholat sunnah, dan masih banyak lagi lainnya.
3) Memperlakukan orang lain dengan budi pekerti yang baik
قلاخلآا مراكمب سانلا لماعي نأ Bentuk keteladanan dari memperlakukan orang lain dengan budi pekerti yang baik banyak sekali bentuknya. Misalnya mendahulukan kepentingan orang lain diatas kepentingan pribadi, menebarkan salam, mengontrol emosi, menjaga orang lain dari hal yang menyakiti, menuntut keadilan orang lain, mengasihani orang fakir, tetangga, kerabat, dan memberi kasih sayang kepada murid.
4) Merendahkan hati terhadap murid maupun siapapun perihal bertanya tetang pribadinya.
هل ضفحيو هقوقحو ىلاعت الله قوقح نم هيلع بجي امب ماق اذإ لئاس دشرتسم لاكو بلاطلا عم عضاوتي نأ يو هحانج هبناج هل نيل
Maksudnya guru merendahkan hati itu dia tidak menyombongkan siapa dirinya. Maka dari itu perlu adanya guru yang memiliki rasa rendah hati. Karena dengan guru memiliki rasa rendah hati maka dia bisa dijadikan teladan bagi muridnya. Hikmah dari merendahan hati ialah dia akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT.
CONCLUSIONS
Dari pemaparan tentang “Konsep Pendidikan Karakter Integritas Analisis Kitab Adabul ‘Alim Wal Muta’alim Karya Hadrataussyaikh KH M. Hasyim Asyari” maka dapat diringkas sebagai berikut :
1. Pemikiran KH M. Hasyim Asyari mengenai pendidikan karakter merupakan suatu bentuk usaha untuk memperlihatkan sebuah konsep pendidikan di mana dengan karakter peserta didik maupun guru dapat menuntut dan mengamalkan ilmu
315
dengan baik. Bentuk pemikiran KH M. Hasyim Asyari dalam upaya pembentukan karakter telah dipaparkan dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim secara rinci, bagaimana seharusnya karakter seorang murid maupun karakter seorang guru dalam proses belajar mengajar. Adapun dijelaskan dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim yang menerangkan tentang :
a. Karakter pribadi seorang murid b. Karakter murid kepada guru c. Karakter murid dalam belajar d. Karakter pribadi seorang guru e. Karakter guru dalam mengajar f. Karakter guru dalam murid
g. Karakter kepada buku sebagai sarana ilmu
2. Mengenai kaitan tentang konsep karakter integritas yang terdapat dalam kitab Adabul ‘Alim wal Muta’alim, dapat dilihat melalui nilai-nilai karakteristik yang terkandung dalam kitab. Adapun yang terkandung didalamnya bisa diklasifikasikap menjadi 2 yakni dari segi murid dan guru. Adapun nilai karakteristik yang terkandung adalah:
a. Teguh pendirian b. Tanggung jawab c. Keteladanan
REFERENCES
Asy’ari, Hasyim .Adabul ‘Alim wa al Muta’allim, (Jombang: Maktabah Turats al Islami, 1413H).
Fatah, Y. (2008). Dimensi-Dimensi Pendidikan Islam (UIN-Malang).
Fitria, N. (2006). Konsep Pendidikan Karakter Menurut Thomas Lickona dan Yusuf Qardhawi (Studi Komparatif tentang Metode, Strategi dan Konten). In Tesis (Vol. 34).
Ismail. (2009). aktualisasi akhlak dalam mencapai humanisme-pluralisme. Jurnal
Pendidikan Islam, 4.
Kemendikbud. (2019). 4 Desember.
Https://Www.Kemdikbud.Go.Id/Main/Blog/2017/07/Penguatan-Pendidikan-316
Karakter-Jadi-Pintu-Masuk-Pembenahan-Pendidikan-Nasional.
Mahmud. (2011). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia.
Muri, Y. (2019). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, & Penelitian Gabungan. Jakarta: PRENADAMEDIA GRUP.
Rahmat. (2016). MODULAR SYSTEM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNTUK MENGEMBANGKAN PENDIDIKAN KARAKTER PESERTA DIDIK DI SEKOLAH. Jurnal Tribakti, 27(2), 348–364. Retrieved from https://www.ejournal.iai-tribakti.ac.id/index.php/tribakti/article/view/273
Rahmat. (2019). Model Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Berlandaskan
Multikultural (Telaah Implikasi Model Cooperative Learning di. 1(2), 68–85.
Rahmat Rahmat. (2016). LIBERALISME DALAM PENDIDIKAN ISLAM (Implikasinya Terhadap Sistem Pembelajaran Agama Islam Di Sekolah). Nidhomul
Haq, 1(2), 70–88. Retrieved from
http://e-journal.ikhac.ac.id/index.php/nidhomulhaq/article/view/10
Rahmat Rahmat. (2019). Pendidikan Agama Islam Berwawasan Interdisipliner sebagai Corak dan Solusi Pendidikan Agama Islam Era 4.0 Rahmat 1 1. Tribakti: Jurnal
Pemikiran Keislaman, 30(2), 349–361.
https://doi.org/https://doi.org/10.33367/tribakti.v30i2.821
Sukmadinata, nana syaodih. (2006). Metode Penelitian Pendidikan. bandung: PT Remajarosda Karya.
SUWENDI. (2005). Konsep Pendidikan KH. Hasyim Asy’ari. Jakarta: LekDis.
Syaputra, Y. D., Hidayah, N., Ramli, M., & Alfaiz. (2019). Metaanalisis karakter integritas siswa berbasis nilai Bundo Kanduang di Era Revolusi Industri 4 . 0.
Counsellia: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 9(2), 165–179.
https://doi.org/10.25273/counsellia.v9i2.5266
Sholichah, Aas Siti. 2018. “Teori-Teori Pendidikan Dalam Al-Quran”. Edukasi Islam. Jurnal Pendidikan Islam. ISSN 2252-8970. Vol. 07. Issue 01.
Musrifah, 2016, “Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam”, Edukasi Islamika, Jurnal Edukasi Islamika, ISSN : 2548-5822, Vol. 1
(Fitria, 2006)
317
Pusat Pembinaan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1994),
Septi Ana Dewi, “Peran Guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan dalam Penguatan Karakter Mandiri dan Integritas”, Skripsi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta,2019.