TEORI
DALAM PENELITIAN KUALITATIF
• Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori.
• Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.
• Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai. • Semua penelitian bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori.
• Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori di sini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi untuk menyusun instrumen penelitian.
• Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian
kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai.• Dalam penelitian kualitatif, karena
permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan penyusunan proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan
lapangan atau kontek sosial.
• Dalam kaitannya dengan teori, kalau dalam penelitian kuantitatif itu menguji hipotesis atau teori, sedangkan dalam penelitian kualitatif bersifat menemukan teori.
• Dalam penelitian kualitatif, karena
permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan penyusunan proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan
berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau kontek sosial.
• Dalam kaitannya dengan teori, kalau dalam penelitian kuantitatif itu menguji hipotesis atau teori, sedangkan dalam penelitian kualitatif
bersifat menemukan teori.• Dalam penelitian kuantitatif jumlah teori yang digunakan
sesuai dengan jumlah variabel yang diteliti
• Sedangkan dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki oleh peneliti kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan.
• Sedangkan dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang harus dimiliki oleh peneliti kualitatif jauh lebih banyak karena harus disesuaikan dengan fenomena yang berkembang di lapangan.
• Peneliti kualitatif akan lebih profesional kalau menguasai semua teori sehingga wawasannya akan menjadi lebih
luas dan dapat menjadi instrumen penelitian yang baik.• Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi
sebagai bekal untuk bisa memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam.
• Namun dalam melaksanakan penelitian kualitatif, peneliti kualitatif harus mampu melepaskan teori dimiliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan untuk menyusun instrumen dan sebagai
panduan untuk wawancara, dan observasi.
• Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami
konteks sosial secara lebih luas dan mendalam.
panduan untuk wawancara, dan
observasi.• Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan,
dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. • Peneliti kualitatif harus bersifat ''perspektif emic" artinya memperoleh data bukan ”sebagaimana seharusnya", bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti
• Tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan yang dialami, dirasakan, dan difikirkan oleh partisipanssumber data.
• Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. • Peneliti kualitatif harus bersifat ''perspektif emic" artinya memperoleh data bukan ”sebagaimana seharusnya", bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti
• Tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan yang dialami, dirasakan, dan
difikirkan oleh partisipanssumber data.• Oleh karena itu penelitian kualitatif jauh lebih
sulit dari penelitian kuantitatif, karena peneliti kualitatif harus berbekal teori yang luas
sehingga mampu menjadi "human instrumen" yang baik.
bahwa “Penelitian kualitatif lebih sulit bila dibandingkan dengan penelitian kualtitatif, karena data yang terkumpul bersifat subyektif dan instrumen sebagai alat pengumpul data adalah peneliti itu sendiri.
• Oleh karena itu penelitian kualitatif jauh lebih sulit dari penelitian kuantitatif, karena peneliti kualitatif harus berbekal teori yang luas
sehingga mampu menjadi "human instrumen" yang baik.
• Dalam hal ini Borg and Gall (1988) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif lebih sulit bila
dibandingkan dengan penelitian kualtitatif, karena data yang terkumpul bersifat subyektif dan instrumen sebagai alat pengumpul data
adalah peneliti itu sendiri.• Untuk dapat menjadi instrumen penelitian yang baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki
wawasan yang luas, baik wawasan teoritis maupun wawasan yang terkait dengan konteks sosial yang diteliti yang berupa nilai, budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada konteks sosial tersebut.
• Jika tidak, maka peneliti akan sulit membuka pertanyaan kepada sumber data, sulit
data yang diperoleh.
• Untuk dapat menjadi instrumen penelitian yang baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, baik wawasan teoritis maupun wawasan yang terkait dengan konteks sosial yang diteliti yang berupa nilai, budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada konteks sosial tersebut.
• Jika tidak, maka peneliti akan sulit membuka pertanyaan kepada sumber data, sulit
memahami apa yang terjadi, tidak akan dapat melakukan analisis secara induktif terhadap
data yang diperoleh.• Peneliti kualitatif dituntut mampu mengorganisasikan semua teori yang dibaca.
• Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh
peneliti memiliki teori dan memahami permasalahan yang diteliti walaupun permasalahan tersebut masih bersifat sementara
• Oleh karena itu landasan teori yang dikemukakan tidak merupakan harga mati, tetapi bersifat sementara.
• Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh
peneliti memiliki teori dan memahami permasalahan yang diteliti walaupun permasalahan tersebut masih bersifat sementara
• Oleh karena itu landasan teori yang dikemukakan tidak merupakan harga mati, tetapi bersifat sementara.
• Peneliti kualitatif justru dituntut untuk melakukan grounded research, yaitu menemukan teori berdasarkan
data yang diperoleh di lapangan atau situasi sosial.• Penelitian kualitatif mengutamakan perspektif
emicArtinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya.
• Peneliti tidak mendesakkan pandangannya sendiri.
Peneliti memasuki lapangan tanpa generalisasi, seakanakan tidak mengetahui sedikit pun, sehingga dapat
menaruh perhatian penuh kepada konsep-konsep yang dianut partisipan.
• Pandangan peneliti disebut perspektif etic
• Peneliti tidak boleh menonjolkan pandangan 'etic' ini. • Penelitian kualitatif mengutamakan perspektif
emicArtinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya.
Peneliti memasuki lapangan tanpa generalisasi, seakanakan tidak mengetahui sedikit pun, sehingga dapat
menaruh perhatian penuh kepada konsep-konsep yang dianut partisipan.
• Pandangan peneliti disebut perspektif etic
• Peneliti tidak boleh menonjolkan pandangan 'etic' ini.Perbedaan Penelitian Kualitatif & kuantitatif
Unsur Penelitian
Kuantitatif Kualitatif • Masalah dan tujuan
• Kondisi penelitian (setting)
• Pendekatan • Pengukuran dan analisis
• Prosedur penelitian
• Alatsinstrumen • Kesimpulan
•Menguji hipotesis atau memecahkan masalah atas dasar deduksi teori •Buatan dan manipulasi •Hasilsproduk
•Dirancang sebelumnya •Obyektif dan baku •Generalisasi prediksi •Menghasilkan data yang mungkin bisa digunakan untuk menyusun hipotesis
•Keadaan alami •Proses
•Judgemnt dari dalam dan dari luar
•Dirancang dan dilaksanakan di lapangan
•Subyek peneliti dan indepths mendalam
•Deskripsi, analisis dalam konteks ruang waktu dan situasi
• Masalah dan tujuan
• Kondisi penelitian (setting)
• Pendekatan • Pengukuran dan analisis
• Alatsinstrumen • Kesimpulan
•Menguji hipotesis atau memecahkan masalah atas dasar deduksi teori •Buatan dan manipulasi •Hasilsproduk
•Kuantitatif, statistik •Dirancang sebelumnya •Obyektif dan baku •Generalisasi prediksi •Menghasilkan data yang mungkin bisa digunakan untuk menyusun hipotesis
•Keadaan alami •Proses
•Judgemnt dari dalam dan dari luar
•Dirancang dan dilaksanakan di lapangan
•Subyek peneliti dan indepths mendalam
•Deskripsi, analisis dalam konteks ruang waktu dan situasiGeneralisasi
disebut dengan transferability keteralihan. • Maksudnya adalah bahwa, hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitan
• Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut dengan transferability keteralihan. • Maksudnya adalah bahwa, hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat
penelitan• Dalam institusi tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami kesulitan administrasi. Oleh karena itu
institusi yang menangani penelitian kualitatif, harus mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik
masalah kualitatif ini.
• Sugiyono, (2006:232) Peneliti kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah
• Dalam institusi tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami kesulitan administrasi. Oleh karena itu
institusi yang menangani penelitian kualitatif, harus mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik
masalah kualitatif ini.
• Sugiyono, (2006:232) Peneliti kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah
memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai, merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena ia dipandang mampu melepaskan apa yang telah difikirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti.Nilai Transfer Penelitian Kualitatif
• Berkenaan dengan pertanyaan “hingga manakah hasil penelitian dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi lain” • Dalam penelitian kuantitatif generalisasi menunjukkan “hingga manakah hasil penelitian itu berlaku bagi populasi tertentu yang
didasarkan atas random sampling”
menunjukkan “hingga manakah hasil penelitian itu berlaku bagi populasi tertentu yang
didasarkan atas random sampling”
Generalisasi menunjukkan validitas eksternal• Validitas eksternal berkenaan dengan tingkat
generalisasistingkat aplikasi “apakah hasil penelitian itu juga berlaku bagi situasi-situasi lain (applicability)”
atau “apakah terdapat kecocokkan atau kesesuaian (fittingness) atau dapat diterapkan, diserahkan kepada pembaca dan pemakai (transferability) pada situasi lain” • Jika pemakai melihat adanya keserasian hasil penelitian terhadap situasi yang dihadapinya, maka disini tampak adanya transfer, sekalipun tidak ada dua situasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing dalam kondisi yang demikian maka hasil penelitian tsb memiliki validitas eksternal
• Validitas eksternal berkenaan dengan tingkat
generalisasistingkat aplikasi “apakah hasil penelitian itu juga berlaku bagi situasi-situasi lain (applicability)”
keadaan masing-masing dalam kondisi yang demikian maka hasil penelitian tsb memiliki validitas eksternalWASSALAM
&
TERIMA KASIH TERIMA KASIH
1
METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF
Oleh
Prof. Dr. I Wayan Koyan Dosen Program Pascasarjana UNDIKSHA Singaraja2
KONSEP DASAR
PENELITIAN KUALITATIF Beberapa istilah:
1. Penelitian Naturalistik (alamiah) 2. Etnografis
5. Fenomenologis
Definisi: metodologi kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulisslisan dari orang-orang atau perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu secara holistik3
KARAKTERISTIK PENELITIAN KUALITATIF
1. Latar Alamiah
2. Manusia sebagai instrumen 3. Menggunakan metode kualitatif 4. Analisis Data Secara Induktif 5. Teori Dasar (Grounded theory) 6. Deskriptif
7. Lebih mementngkan proses daripada hasil 8. Adanya ‘batas’ yg ditentukan oleh ‘fokus’ 9. Kriteria khusus untuk keabsahan data 10. Desain yang bersifat sementara4 DASAR TEORI PENELITIAN KUALITATIF
1. Pendekatan Fenomenologis (memahami arti peristiwa dan kaitannya thd orang dalam situasi tertentu)
2. Interaksi simbolik (pengalaman manusia ditengahi oleh penafsiran)
etnografis)
4. Etnometodologi (studi tentang cara individu menciptakan dan memahami kehidupannya sehari-hari)5
PERBEDAAN ANTARA PENELITIAN KUANTITATIF DAN KUALITATIF
1. PARADIGMA ILMIAH 1. ALAMIAH 2. KRITERIA “RIGOR”; validitas, reliabilitas, objektivitas
2. KRITERIA RELEVANSI, signifikansi dari pribadi thd lingkungan; kepastian-keaslian 3. Teori Apriorihipotesis deduktif dan logis
3. Dari-dasar (groundied)
4. Reduksionis; dlm fokus relatif kecil
4. Ekspansionis; perspektif keseluruhan
5. Kualitas: dapatkah X menyebabkan Y?
5. Apakah X menyebabkan Y dlm latar alamiah?
6. Proposional; yang dinyatakan dlm bentuk Bahasa
bersama; intuisi (perasaan) 7. Bertujuan untk verifkasi hipotesis
7. Usaha menemukan pengethn yg belum ada dlm teori6
8. Instrumen: pensil-paper 8. Peneliti sendiri 9. Pengumpulan data dan
analisis ditetapkan sebelumnya
9. Selama dan sesudah pengumpulan data
10. deain: pasti 10. Muncul - berubah 11. Gaya: intervensi 11. Seleksi 12. Latar: laboratorium 12. Alam 13. Perlakuan: stabil 13. Bervariasi 14. Satuan kajian: Variabel 14. Pola-pola 15. Unsur kontekstual:
kontrol
15. Turut campur atas undangan7
PARADIGMA PENELITIAN Kuantitatif - Kualitatif
ParadigmaPositivisme:
kenyataan adalah tunggal, nyata, fragmentaris;
bebas waktu, bebas
konteks; terdapat penyebab sebenarnya secara
temporer atau simultan terhadap akibatnya; inkuirinya bebas nilai
Paradigma Alamiah:
kenyataan adalah ganda, dibentuk, merupakan
keutuhan; hanya waktu dan konteks yang mengikat hipotesis kerja (pernyataan idiografis); setiap keutuhan berada dalam keadaan mempengaruhi secara bersama-sama, sukar
membedakan antara sebab dan akibat8
PERUMUSAN MASALAH
Merumuskan pembatasan studi secara artifisial dengan
fokus. Fokus= rumusan masalah, bersifat tentatif
Model perumusan masalah: berupa pertanyaan: bagaimana
mengapa, apakah, sejauh mana Prinsip-prinsip perumusan masalah:
3. Prinsip hubungan faktor 4. Fokus untuk membatasi studi
5. Berkaitan dengan kriteria Inklusi-eksklusi
6. Berkaitan dengan bentuk dan cara perumusan masalah 7. Berkaitan dengan hasil kajian pustaka
8. Berkaitan dengan penggunaan bahasa 9. Berkaitan dengan latar belakang masalah9 TAHAP-TAHAP PENELITIAN
A. Tahap Pra-lapangan
1. Menyusun rancangan penelitian 2. Memilih lapangan penelitian 3. Mengurus ijin penelitian 4. Menilai keadaan lapangan
5. Memilih dan memanfaatkan informan 6. Menyiapkan perlengkapan penelitian 7. Persoalan etika penelitian10
B. Tahap Pekerjaan Lapangan
1. Memahami latar penelitian 2. Memasuki lapangan
3. Berperanserta sambil mengumpulkan data C. Tahap Analisis Data
1. Konsep dasar analisis data
2. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis 3. Menganalisis berdasarkan hipotesis11
TAHAP PRA LAPANGAN
a. Latar belakang masalah dan alasan b. Kajian Kepustakaan:
(1) kesesuaian paradigma dengan fokus (2) rumusanspokok masalah penelitian) (3) hipotesis kerja
(4) kesesuaian paradigma dengan teori substantif
c. Pemilihan lapangan penelitian d. Penentuan jadwal penelitian e. Pemilihan alat penelitian f. Rancangan pengumpulan data g. Rancangan analisis data
h. Rancangan peralatan yang diperlukan i. Rancangan keabsahan data12
Teori substantif = teori yg dikembangkan utk
keperluan substantifsempris (Sosiologi, Psikologi, antropologi) diperoleh melalui perbandingan antara kelompok
Teori formal = teori utk keperluan formal atau yg disusun secara konseptual
(sosiologiperilaku agresif, organisasi formal, sosialisasi, otoritas, kekuasaan, mobilisasi sosial)-> diperoleh melalui perbandingan berbagai kasus substantif (riilssesungguhnys)13
TEORI SUBSTANTIF TEORI FORMAL Kategori: kerugian masyarakat karena kematian pasien
Kawasan kategori: Menghitung kerugian masyarakat atas dasar ciri pasien jg jelas dan dipelajari
Hipotesis: Makin tinggi kerugian masyarakat dari pasien yg meninggal,
(1) makin baik perawatannya, (2) makin banyak perawat yang mengembangkan alasan
kematian untuk menjelaskan kematian
Nilai sosial seseorang
Menghitung nilai sosial seseorang atas dasar ciri jg jelas dan
dipelajari
Makin tinggi nilai sosial seseorang, makin kurang penundaan
pelayanan yang diterimanya dari para ahli14
2. Memilih lapangan penelitian
3. Mengurus ijin penelitian - siapa yang berwewenang - persyaratan ijin
- syarat pribadi: terbuka, jujur,simpatik, empatik, objektif, adil, sikap positif lainnya
4. Menjajaki dan menilai keadaan lapangan:
pemahaman atas cara hidup msy, penyesuaian diri,
5. Memilih informan: orang yang dapat memberi informasi tentang situasi dan kondisi latar, dapat memberi
pandangan tentang nilai-nilai, sikap, kebudayaan, harus jujur, patuh pada peraturan, suka berbicara, sebagai internal sampling
6. Menyiapkan perlengkapan penelitian: atk, alat perekam, camera, jadwal terinci, rencana biaya, kalkulatorskomputer, kartu untuk kategorisasi, map, folder, dll.15
7. Etika Penelitian: taati peraturan, norma-norma, nilai-nilai sosial, adat istiadat, kebiasaan, tabu. -beritahukan secara jujur maksud kedatangan peneliti
-hargailah orang-oang yang diteliti
-argai, hormati, dan patuhi semua peraturan, norma, nilai-nilai, kepercayaan, adat istiadat, kebiasaan, kebudayaan, tabu
-jaga kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subjek
jujur, benar, jangan ditambah16 TAHAP PEKERJAAN LAPANGAN
1. Memahami latar penelitian dan persiapan diri a. Pembatasan latar dan peneliti. Ada latar terbuka(tempat pertemuan umum) dan tertutup (hubungan antar pribadi)
b. Penampilan peneliti sesuaikan diri dengan adat istiadat setempat
c. Hubungan peneliti: berpartisipasi secara aktif, kumpulkan informasi sebanyak-banyaknya.
d. perhatikan waktu penelitian (adakan pembagian waktu yang ketat)
2. Memasuki lapangan:
a. Keakraban hubungan antara peneliti – subjek b. Mempelajari bahasa
c. Peranan peneliti gunakan strategi senyum, jangan menduga17
3. Berperanserta sambil mengumpulkan data a. pengarahan batas studi
b. mencatat data
c. cara mengingat data: -buat atatan secepatnya
-jangan bicara dengan orang lain
-usahakan tdk ada gangguan pada saat menulis data -gambarkan dengan diagram
-sisakan waktu sesudah pengamatan -mencatat secara teliti
-segera catat kembali hal-hal yg terlupakan d. Kejenuhan, keletihan, dan istirahat
e. Meneliti latar yang ada pertentangan: peneliti harus tetap netral, pegang teguh etika penelitian
f. Analisis di lapangan untuk melengkapi hipotesis kerja18 TAHAP ANALISIS DATA
1. Konsep Dasar Analisis Data:
mengatur urutan data, mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema-tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja, yang akhirnya diangkat menjadi teori substantif, teori baru yang berasal dari data atau verifikasi teori yang telah ada.
2. Menemukan tema dan merumuskan hipotesis kerja Untuk itu: (a) bacalah dengan teliti catatan lapangan, (b) berilah kode pada beberapa judul pembicaraan tertentu, (c)susunlah menurut tipologi, (d) bacalah kepustakaan yang ada kaitannya dengan masalah dan latar penelitian 3. Menganalisis berdasarkan hipotesis
a. apakah data menunjang hipotesis b. apakah data yang dikumplkan, benar c. apakah ada pengaruh peneliti thd latar d. adakah orang lain yang hadir
TEKNIK PENELITIAN
A. SUMBER DAN JENIS DATA 1. Kata-kata dan Tindakan 2. Sumber tertulis
3. Foto
4. Data Statistik
B. PERANAN MANUSIA SEBAGAI INSTRUMEN PENELITIAN DAN PENGAMATAN
BERPERANSERTA
1. Pengamatan berperanserta
2. Manusia sebagai instrumen penelitian20 CIRI UMUM MANUSIA SEBAGAI INSTRUMEN 1. Responsif
2. Dapat menyesuaikan diri 3. Menekankan keutuhan
4. Mendasarkandiri atas perluasan pengetahuan 5. Memproses data secepatnya
6. Memanfaatkan kesempatan untuk mengklarifikasikan dan mengikhtisarkan 7. Memanfaatkan kesempatan untuk mencari respons yang lebih dalam (probing)21
C. PENGAMATAN
1. Alasan pemanfaatan pengamatan
2. Macam-macam pengamatan dan derajat peranan pengamat
4. Pengamatan dan pencatatan data 5. Pengamat yang diamati
6. Beberapa kelemahan pengamatan D. AWANCARA
1. Macam-macam wawancara 2. Bentuk pertanaan
3. Urutan pertanyaan 4. Perencanaan wawancara
5. Pelaksanaan dan kegiatan sesudah wawancara22 E. CATATAN LAPANGAN
1. Pengerian dan kegunaan 2. Bentuk dan model
3. Isi
4 Proses penulisan dan pemaketan catatan lapangan
F. PENGGUNAAN DOKUMEN 1. Pengertian dan kegunaan 2. Dokumen pribadi
3. Dokumen resmi 4. Kajian isi
G. UNIT ANALISIS (Sampling dan satuan kajian)23 KRITERIA DAN TEKNIK PEMERIKSAAN
KEABSAHAN DATA A. ALASAN DAN ACUAN
B. KRITERIA KEABSAHAN DATA
1.Perpanjangan keikutsertaan 2. Ketekunan pengamatan 3. Trianggulasi
4. Pemeriksaan sejawat 9diskusi) 5. Analisis kasus negatif
6. Kecukupan referensi 7. pengecekan anggota 8. Uraian rinci
9. Auditing24
ANALISIS DAN PENAFSIRAN DATA A. PEMEROSESAN SATUAN
1. Tipologi satuan 2. Penyusunan satuan B. KATEGORISASI
1. Fungsi dan Prinsip Kategorisasi 2. Langkah-langkah kategorisasi C. PENAFSIRAN DATA
1. Tujuan penafsiran data
2. Proses umum penafsiran data
3. Peranan hubungan kunci dalam penafsiran data 4. Peranan interogasi thd data
5. Langkah-langkah penafsiran data25 PENULISAN LAPORAN HASIL PENELITIAN A. FUNGSI, JENIS, DAN BENTUK LAPORAN B. KERANGKA DAN ISI LAPORAN
1. Langkah-langkah penulisan laporan 2. Teknik penulisan laporan
3. Petunjuk penulisan laporan
D. PENELAHAN HASIL PENELITIAN26 KERANGKA LAPORAN PENELITIAN I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah B. Perumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian II. KAJIAN KEPUSTAKAAN III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Deskripsi latar, Entri, dan Kehadiran peneliti B. Deskripsi peneliti sebagai alat pengumpul data danmetode penelitian yang digunakan
C. Tahap-tahap penelitian dan sampling D. Proses pencatatan dan analisis data27 IV. PENYAJIAN DATA
A. Deskripsi Penemuan
B. Deskripsi Hasil Analisis Data C. Penafsiran dan Penjelasan
V. TEKNIK PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA A. Perpanjangan Kehadiran Pengamat B. Diskusi Rekan Sejawat
E. Triangulasi
F. Pengecekan anggota G. Auditing28
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
A. Penemuan Penting Penelitian dan Implikasinya B. Rekomendasi-rekomendasi29
RANCANGAN (DESAIN) PENELITIAN I. LATAR BELAKANG DAN ALASAN PENELITIAN
A. Latar Belakang Penelitian B. Alasan Penelitian
II. PERUMUSAN MASALAH DAN TUJUAN A. Pertanyaan penelitian
B. Pembatasan Penelitian C. Kepustakaan yang berkaitan
D. Kesesuaian dengan Paradigma dan Teori Substantif
E. Tujuan Penelitian30
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Deskripsi latar, Sumber data, Satuan Kajian, dan Entri
B. Tahap-tahap penelitian C. Teknik Penelitian
D. Pengumpulan dan Pencatatan Data E. Analisis dan Penafsiran Data
A. Secara Keseluruhan
B. Sebelum terjun ke lapangan C. Sewaktu berada di lapangan D. Sesudah kegiatan lapangan
E. Mengakhiri dan Menutup Kegiatan31 V. PEMERIKSAAN KEABSAHAN DATA A. Perpanjangan Keikutsertaan B. Ketekunan Pengamatan C. Triangulasi
D. Pemeriksaan sejawat E. Kecukupan Inferensi F. Pengecekan anggota G. Uraian Tebal
h. Auditing
VI. PENULISAN LAPORAN A. Teknik penulisan B. Jadwal penulisan C. Kerangka laporan
LANDASAN PENELITIAN KUALITATIF DAN
PERTEMUAN 22 Landasan penelitian Kualitatif dan Kuantitatif
Karakteritik Aliran
Penelitian Kualititatif Dasar teoritis
penelitian kualitatif
Karakteristik penelitian
kuantitatif
Dasar teoritis
penelitian kuantitatif Perbedaan penelitian
Pengetahuan Aliran
Penelitian Kualititatif
Pemahaman teori penelitian
kualitatif
Pemahaman karakteristik
penelitian kuantitatif
Pemahaman dasar teoritis
penelitian kuantitatif
penelitian Kualitatif dan Penelitian kuantitatif
Mampu menyebutkan dengan
benar aliran-aliran penelitian kualitatif
Mampu menjelakan dengan
benar dasar teoritis penelitian kualitatif
Mampu menyebutkan dengan
benar karakteristik penelitian kuantitatif
Mampu menjelaskan dengan
benar dasar teoritis penelitian kuantitatif
Mampu menjelaskan dengan
benar perbedaan penelitian Kualitatif dan Penelitian kuantitatif
5Karakteritik Aliran Penelitian Kualititatif
Latar alamiah
Manusia sebagai alat
Metode kualitatif
Analisis data secara induktif
Teori dari dasar
Lebih mementingkan proses daripada hasil
Adanya batas yang ditentukan oleh fokus
Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data
Desain yang bersifat sementara
Hasil penelitian dirundingkan dan disepakati bersamaDasar teoritis penelitian
kualitatif
Orientasi teoritis
Teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis
yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji kembali secara empirik. (Moleong)
Tidak mengacu pada positivisme Augusto Comte yang
memberi tekanan pada fakta dan penyebab perilaku. fenomenologis FENOMENOLOGIS
Tidak berasumsi bahwa peneliti mengetahui arti sesuatu bagi
orang-orang yang sedang diteliti. Inkuiri fenomenologis memulai dengan diam. Diam merupakan tindakan untuk
menangkap pengertian sesuatu yang sedang ditelitiINTERAKSI SIMBOLIK Berasumsi bahwa pengalaman manusia ditengahi oleh
penafsiran.
Obyek, orang, situasi dan peristiwa tidak memiliki
pengertiannya sendiri, sebaliknya pengertian itu diberikan untuk mereka.KEBUDAYAANsETNOGRAFI
Kebudayaan sebagai kerangka teoritis dalam menjelaskan
Kebudayaan sebagai pengetahuan yang diperoleh manusia
dan digunakan untuk menafsirkan pengalaman dan menimbulkan perilaku.
Sebaiknya etnografi mempertimbangkan perilaku manusia
dengan jalan menguraikan apa yang diketahui mereka yang membolehkan mereka berperilaku secara baik sesuai
dengan common sense dalam masyarakatnyaETNOMETODOLOGI Studi tentang bagaimana individu menciptakan dan
memahami kehidupannya sehari-hari-metodenya untuk
mencapai kehidupan sehari hari.Axioms About Positivism Paradigm Naturalist Paradigm
The nature of reality
Reality is single, tangible, and fragmentable
Realities are multiple, constructed, and holistic The relationship of knower to the known
Knower and known are independent, a dualism Knower and known are interactive, inseparable The possibility of
generalization
generalizations (nomothetic statements) are possible Only time-and context bound working hypotheses (ideo-raphic statements) are possible
The possibility of casual linkages
There are real causes, temporally precedent to or simultaneous with their efect All entities are in a state of mutual simultaneous shaping, so that it is impossible to distinguish causes from efects
The role of values Inquiry is value-free Inquiry is value-bound
Sumber : Lincoln dan Guba, 1985Perbedaan penelitian Kualitatif dan Penelitian kuantitatif
PARADIGMA ILMIAH ALAMIAH
Teknik Kuantitatif Kualitatif Kriteria kualitas Rigor Relevansi Sumber teori A priori Grounded Kausalitas Dapatkah X
Apakah X
menyebabkan Y dalam latar alamiah
Tipe pengetahuan Proposisional Proposisional yang diketahui bersama
Pendirian Reduksionis Ekspansionis
maksud verifikasi EkspansionisKARAKTERISITIK METODOLOGIS Instrumen Kertas pensil atau
alat fisik lainnya Orang sebagai peneliti
Waktu penetapan pengumpulan data dan analisis
Sebelum penelitian Selama dan sesuadah
pengumpulan data
Desain Pasti Muncul berubah Gaya Intervensi Seleksi Latar Laboratorium Alam Perlakuan Stabil Bervariasi Satuan kajian Variabel Pola pola
1. Teknologi Pembelajaran Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta 2011
LANDASAN TEORI PENELITIAN
2.
DEFINISI TEORI Menurut Kerlinger Menurut Neumen Menurut William Wiersma
Menurut Cooper and Schindler Menurut Sitirahayu Haditono Menurut Mark
3.
Menurut Kerlinger (1978) Seperangkat konstruk (konsep), definisi, dan proposisi yang
berfungsi untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi
hubungan antar variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan
fenomena
4.
Menurut Neumen (2003) Para peneliti menggunakan teori secara berbeda pada
berbagai jenis penelitian, namun beberapa jenis teori banyak dipakai dalam penelitian
sosial
5.
Menurut William Wiersma (1986) Generalisasi atau kumpulan generalisasi yang dapat
digunakan untuk menjelaskan berbagai fenomena secara sistematik
7.
Menurut Sitirahayu Haditono (1999) Teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih
banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada
8.
Menurut Mark (1963) Membedakan teori menjadi tiga macam teori : Teori deduktif
Teori Induktif Teori Fungsional
9.
TEORI DEDUKTIF memberikan keterangan yang dimulai dari suatu perkiraan atau
pikiran spekulatif tertentu ke arah data yang akan diterangkan
10.
TEORI INDUKTIF cara menerangkan adalah dari data ke arah teori. Dalam bentuk
ekstrim titik pandang yang positivistik ini dijumpai pada kaum behaviorist.
11.
TEORI FUNGSIONAL disini nampak suatu interaksi pengaruh antara data dan
perkiraan teoristis, yaitu data mempengaruhi pembentukkan teori dan pembentukan teori
kembali mempengaruhi data
12.
Numan (2003) mengemukakan 3 tingkatan teori (levels of theory). Micro-Level
Meso-Level Macro-level
13.
Teori tingkat mikro memberikan penjelasan hanya terbatas pada peristiwa yang
berskala kecil, baik Dari sisi waktu, ruang, maupun jumlah orang.
14.
Teori tingkat meso menghubungkan tingkat mikro dan makro. Misalnya, teori
organisasi, gerakan sosial, atau komunitas.Teori Collin tentang kontrol organisasi
merupakan contoh teori tingkat meso.
15.
Teori tingkat makro menjelaskan objek yang lebih luas, seperti lembaga sosial, sistem
budaya, dan masyarakat secara keseluruhan.
16.
Fokus Teori
Teori Subtantive dikembangkan untuk wilayah tertentu dari kepedulian
sosial, seperti pemogokan, perceraian, atau hubungan ras
Teori formal dikembangkan
untuk area konseptual yang luas dalam teori umum, seperti penyimpangan, sosialisasi,
atau kekuasaan. Midle berbagai teori yang slighly lebih abstrak dibandingkan generalisasi
empiris atau hipotesis tertentu.
teori Midle range dapat berupa teori formal atau
subtantive. Di bidang sosiologi Teori Midle range terutama digunakan untuk memandu
pemeriksaan empiris.
17.
kategori konseptual dan kawasan konseptual. Konsep adalah definisi yang
dipergunakan untuk menggambarkan “secara abstrak suatu fenomena sosial”. Ada dua
jenis konsep: ◦ Pertama, konsep-konsep yang jelas hubungannya dengan fakta/realitas
yang mewakili; ◦ Kedua, konsep-konsep yang lebih abstrak atau lebih kabur
hubungannya dengan fakta atau realitas. ◦ Peranan konsep, pada dasarnya untuk
menghubungkan antara dunia teori dengan dunia observasi, antara abstraksi dan realitas.
18.
hipotesis kerja atau hubungan generalisasi diantara kategori dan kawasannya.
Integrasi.
19.
TEORI DALAM KUANTITATIF Cresswell menggunakan perumpamaan pelangi
untuk menjelaskan pengertian Kerlinger (1979) dan Labovitz dan Hagedon ( 1971)
tentang sebuah teori. Pelangi menjembatani variabel (susunan) bebas dan variabel terikat
dalam sebuah penelitian. Lalu pelangi ini menyatukan variabel-variabel tersebut dan
memberikan penjelasan gamblang bagaimana dan mengapa kita mengharap variabel
bebas untuk menjelaskan atau meramalkan variabel terikat.
mengapa kita mengharap variabel bebas untuk mempengaruhi atau mengakibatkan
variabel terikat.
21.
TEORI DALAM KUALITATIF Dalam penelitian kualitatif penggunaan teori tidak
sejelas dalam penelitian kuantitatif. Istilah yang digunakan untuk ”teori” beragam
menurut jenis desain.
22.
Kegunaan Teori dalam Penelitian • Teori membatasi cakupan fakta [yang] harus kita
pelajari • Teori menyarankan pendekatan penelitian yang mungkin untuk menghasilkan
maksud/arti yang terbesar • Theory suggest a system for the research to impose on data in
order to classify them in the most meaningful way
23.
Kegunaan Teori dalam Penelitian (lanjutan) • Theory summarizes what is known
about object of study and states the uniformalities that lie beyond immediate observation
• Theory can be used to predict further fact that sould be found.
24.
Deskripsi Teori teori yang dideskripsikan harus memenuhi unsur-unsur berikut: 1.
Memberi kerangka pemikiran bagi pelaksanaan penelitian; 2. Membantu peneliti dalam
mengkonstruksi hipotesis penelitian;
25.
Deskripsi Teori (lanjutan) 3. Dapat dipergunakan sebagai dasar atau landasan dalam
menjelaskan dan memaknai data atau fakta yang telah dikumpulkan; 4. Dalam
hubungannya dengan perumusan masalah penelitian, teori akan membantu mendudukkan
permasalahan penelitian secara nalar dan runtut;
26.
Deskripsi Teori (lanjutan) 5. Membantu mengkonstruksi ide-ide yang diperoleh dari
hasil penelitian, sehingga konsep dan wawasannya menjadi lebih mendalam dan
bermakna; 6. Dalam hubungannya dengan proses penyusunan desain penelitian, teori
memberikan acuan dan menunjukkan jalan berdasarkan pengalaman- pengalaman yang
telah dilakukan para ahli melalui teori yang telah digeneralisasikan secara baik;
27.
Deskripsi Teori (lanjutan) 7. Dalam hubungannya dengan penyusunan instrumen
penelitian, terutama yang menggunakan validitas konstruct (construct validity) dan
validitas isi (content validity), teori akan memberikan dasar- dasar konseptual dalam
menyusun definisi operasional
28.
Metode Penyusunan Landasan Teori Menurut Borg and Gall terdapat 4 metode
menyusun landasan teori, yaitu : Mencari Sumber awal Mencari sumber Sekunder
Membaca Sumber utama Membuat sintesis
29.
Mencari Sumber awal pertama yang harus dilakukan adalah Anda harus menemukan
buku, artikels, dan publikasi lainnya yang relevan dengan pernyataan masalah. Anda
dapat menemukan semua buku di perpustakaan yang berhubungan dengan topik ini.
30.
Mencari Sumber Sekunder peneliti lain sudah menulis Ulasan tentang pustaka yang
relevan dengan pernyataan masalah Anda. Tinjauan tersebut adalah contoh dari sumber-
sumber sekunder. sumber sekunder adalah dokumen tertulis oleh seseorang yang tidak
benar-benar melakukan penelitian, mengembangkan teori-teori, atau mengungkapkan
pendapat bahwa mereka telah buatan ke kajian literatur
31.
Membaca Sumber primerBerupa laporan asli yang permasalahan atau paling tidak
memiliki tujuan penelitian yang sama seperti penelitian anda. laporan-laporan asli ini
disebut sumber primer. sumber primer adalah suatu dokumen (misalnya jurnal artikel
atau disertasi) yang ditulis oleh orang-orang yang benar-benar melakukan penelitian atau
yang dirumuskan teori atau pendapat yang dijelaskan dalam dokumen
apa yang sudah diketahui, dan apa yang belum diketahui, tentang masalah atau
pertanyaan yang Anda berencana untuk meneliti.
MACAM-MACAM PENGERTIAN
TENTANG TEORI
TEORI adalah serangkaian bagian atau variabel, defnisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan TEORI sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka defnisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan. Oleh (John W Creswell, Research Design: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage, 1993) hal 120)
“ A theory is a set of interrelated constructs (concepts), defnitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with the purpose of explaning and predicting the phenomena.” Di dalam definisi ini terkandung tiga konsep penting. Pertama, suatu teori adalah satu set proposisi yang terdiri atas konsep-konsep yang berhubungan. Kedua, teori memperlihatkan hubungan antarvariabel atau antar konsep yang menyajikan suatu pandangan yang sistematik tentang fenomena. Ketiga, teori haruslah menjelaskan variabelnya dan bagaimana variabel itu berhubungan. (Kerlinger (1973:9))
Ismaun (2001:32) mengemukakan bahwa teori adalah pernyataan yang berisi kesimpulan tentang adanya keteraturan subtantif.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia sosial. Oleh (W.L Neuman, Social Research Methods: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage, 2003) hal. 42)
http://arrosyadi.wordpress.com/2010/04/20/pengertian-teori/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/07/hakikat-teori/
*****
Teori social menurut Neuman adalah sebagai sebuah system dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia social.
Oleh karena itu Neuman menjelaskan bahwa Teori terdiri atas beberapa elemen:
1. Konsep >> symbol dan defnisi
2. Scope(lingkup)
3. Relationship
Teori adalah serangkaian bagian atau variabel, definisi, dan dalil yang saling berhubungan yang menghadirkan sebuah pandangan sistematis mengenai fenomena dengan menentukan hubungan antar variabel, dengan maksud menjelaskan fenomena alamiah. Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.[1].
Kata teori memiliki arti yang berbeda-beda pada bidang-bidang pengetahuan yang berbeda pula tergantung pada metodologi dan konteks diskusi. Secara umum, teori merupakan analisis hubungan antara fakta yang satu dengan fakta yang lain pada sekumpulan fakta-fakta .[2] Selain itu, berbeda dengan teorema, pernyataan teori
umumnya hanya diterima secara "sementara" dan bukan merupakan pernyataan akhir yang konklusif. Hal ini mengindikasikan bahwa teori berasal dari penarikan kesimpulan yang memiliki potensi kesalahan, berbeda dengan penarikan kesimpulan pada pembuktian matematika.
Sedangkan secara lebih spesifik di dalam ilmu sosial, terdapat pula teori sosial. Neuman mendefiniskan teori sosial adalah sebagai sebuah sistem dari keterkaitan abstraksi atau ide-ide yang meringkas dan mengorganisasikan pengetahuan tentang dunia sosial.[3]. Perlu diketahui bahwa teori berbeda dengan idiologi,
Aleniasi manusia adalah sebuah teori yang diungkapakan oleh Karl Marx, tetapi Marxis atau Komunisme secara keseluruhan adalah sebuah ideologi.
Dalam ilmu pengetahuan, teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu. Teori dirumuskan, dikembangkan, dan dievaluasi menurut metode ilmiah. Teori juga merupakan suatu hipotesis yang telah terbukti kebenarannya. Manusia membangun teori untuk menjelaskan, meramalkan, dan menguasai fenomena tertentu (misalnya, benda-benda mati, kejadian-kejadian di alam, atau tingkah laku hewan). Sering kali, teori dipandang sebagai suatu model atas kenyataan (misalnya : apabila kucing mengeong berarti minta makan). Sebuah teori membentuk generalisasi atas banyak observasi dan terdiri atas kumpulan ide yang koheren dan saling berkaitan. Istilah teoritis dapat digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang diramalkan oleh suatu teori namun belum pernah terobservasi. Sebagai contoh, sampai dengan akhir-akhir ini, lubang hitam dikategorikan sebagai teoritis karena diramalkan menurut teori relativitas umum tetapi belum pernah teramati di alam. Terdapat miskonsepsi yang menyatakan apabila sebuah teori ilmiah telah mendapatkan cukup bukti dan telah teruji oleh para peneliti lain tingkatannya akan menjadi hukum ilmiah. Hal ini tidaklah benar karena definisi hukum ilmiah dan teori ilmiah itu berbeda. Teori akan tetap menjadi teori, dan hukum akan tetap menjadi hukum.[4]
ELEMEN TEORI
Di dalam sebuah teori terdapat beberapa elemen yang mengikutinya. Elemen ini berfungsi untuk mempersatukan variabel-variabel yang terdapat di dalam teori tersebut. Elemen pertama yaitu konsep. Konsep adalah sebuah ide yang diekspresikan dengan symbol atau kata.[5]. Konsep dibagi dua yaitu, simbol dan
definisi.Dalam ilmu alam konsep dapat diekspresikan dengan simbol-simbol seperti, ”∞” = tak terhingga, ”m”= Massa, dan lainya. Akan tetapi, kebanyakan di dalam ilmu sosial konsep ini lebih diekspresikan dengan kata-kata tidak melalui simbol-simbol. Menurut Neuman kata-kata juga merupakan simbol karena bahasa itu sendiri adalah simbol. Karena mempelajari konsep dan teori seperti mempelajari bahasa. Konsep selalu ada di mana pun dan selalu kita gunakan.[6].
Misalnya kita membicarakan tentang pendidikan. Pendidikan merupakan suatu konsep, ia merupakan ide abstrak yang hanya didalam pikiran kita saja.
Elemen kedua yaitu Scope [7]. Dalam teori seperti yang dijelaskan di atas memiliki
konsep. Konsep ini ada yang bersifat abstrak dan ada juga yang bersifat kongkret. Teori dengan konsep-konsep yang abstrak dapat diaplikasikan terhadap fenomena sosial yang lebih luas, dibanding dengan teori yang memiliki konsep-konsep yang kongkret. Contohnya, teori yang diungkapkan oleh Lord Acton ”kekuasaan cenderung dikorupsikan”. Dalam hal ini kekuasaan dan korupsi ada pada lingkup yang abstrak. Kemudian kekuasaan ini dalam lingkup kongkret seperti presiden, raja, jabatan ketua RT,dll. Dan korupsi dalam lingkup kongkret seperti korupsi uang. .[8].
atau proposisi. Proposisi adalah sebuah pernyataan teoritis yang memperincikan hubungan antara dua atau lebih variable, memberitahu kita bagaimana variasi dalam satu konsep dipertangggung jawabkan oleh variasi dalam konsep yang lain. Ketika seorang peneliti melakukan tes empiris atau mengevaluasi sebuah hubungan itu, maka hal ini disebut sebuah hipotesa. Sebuah teori sosial juga terdiri dari sebuah mekanisme sebab akibat, atau alasan dari sebuah hubungan, sedangkan mekanisme sebab akibat adalah sebuah pernyataan bagaimana sesuatu bekerja. [9]
Referensi :
1. John W Creswell, Research Design: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage, 1993) hal 120
2. Merriam-Webster.com Merriam-Webster Dictionary
3. W.L Neuman , Social Research Methods: Qualitative & Quantitative Approach, (London: Sage, 2003) hal. 42
4. http://www.evolution.mbdojo.com/theory.html 5. W.L Neuman, Ibid., hal 44
6. W.L Neuman, Ibid.,hal 45 7. W.L Neuman, Ibid.,hal 47 8. John W Creswell, Ibid., hal. 122 9. W.L Neuman, Ibid., hal 50
Sumber Bacaan: http://id.wikipedia.org/wiki/Teori
Teori merupakan salah satu konsep dasar penelitian sosial. Teori adalah seperangkat konsep/konstruk, defenisi dan proposisi yang berusaha menjelaskan hubungan sistimatis suatu fenomena, dengan cara memerinci hubungan sebab-akibat yang terjadi.
Nah kalo ambil dari bukunya Pak Erwan dan Dyah (2007) teori menurut definisinya adalah serangkaian konsep yang memiliki hubungan sistematis untuk menjelaskan suatu fenomena sosial tertentu. Lebih lanjut beliau mengatakan bahwa teori merupakan salah satu hal yang paling fundamental yang harus dipahami seorang peneliti ketika ia melakukan penelitian karena dari teori-teori yang ada peneliti dapat menemukan dan merumuskan permasalahan sosial yang diamatinya secara sistematis untuk selanjutnya dikembangkan dalam bentuk hipotesis-hipotesis penelitian.
Sumber:
http://arrosyadi.wordpress.com/2010/04/20/pengertian-teori/
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/07/hakikat-teori/
Secara umum teori diartikan sebagai pendapat. Sedangkan dalam pengertian khusus, teori hanya digunakan dalam lingkungan ilmu atau biasa disebut teori ilmiah. Dalam pengertian khusus ini, Kerlinger (1973:9) menyatakan bahwa :
“ A theory is a set of interrelated constructs (concepts), defnitions, and propositions that present a systematic view of phenomena by specifying relations among variables, with the purpose of explaning and predicting the phenomena.”
Di dalam definisi ini terkandung tiga konsep penting. Pertama, suatu teori adalah satu set proposisi yang terdiri atas konsep-konsep yang berhubungan. Kedua, teori memperlihatkan hubungan antarvariabel atau antar konsep yang menyajikan suatu pandangan yang sistematik tentang fenomena. Ketiga, teori haruslah menjelaskan variabelnya dan bagaimana variabel itu berhubungan.
Dengan demikian, teori dianggap sebagai sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti dan juga merupakan alat dari ilmu (tool of science). Di lain pihak, teori juga merupakan alat penolong teori. Sebagai alat dari ilmu, teori mempunyai peranan sebagai : (a) teori sebagai orientasi utama dari ilmu, (b) teori sebagai konseptualisasi dan klasifikasi, (c) teori meringkas fakta, (d) teori memprediksi fakta-fakta, dan (e) teori memperjelas celah kosong. Teori mempunyai hubungan yang erat dengan penelitian dan juga dapat meningkatkan arti dari penemuan penelitian. Tanpa teori, penemuan tersebut akan merupakan keterangan-keterangan empiris yang berpencar. Makin banyak penelitian yang dituntun oleh teori, maka makin banyak pula kontribusi penelitian yang secara langsung dapat mengembangkan ilmu pengetahuan (disarikan dari Moh. Nazir, 1983:22-25)
Secara ringkas, Ismaun (2001:32) mengemukakan bahwa teori adalah pernyataan yang berisi kesimpulan tentang adanya keteraturan subtantif. Menemukan keteraturan itulah tugas ilmuwan, dan dengan kemampuan kreatif rekayasanya, ilmuwan dapat membangun keteraturan rekayasa. Keteraturan rekayasa ini dapat dibedakan dalam tiga keteraturan, yaitu : (1) keteraturan alam, (2) keteraturan kehidupan sosial manusia dan (3) keteraturan rekayasa teknologi.
Dari sini timbul pertanyaan bagaimana implikasi dan implementasi teori terhadap ketiga hukum keteraturan tersebut ? Alam semesta ini memiliki keteraturan yang determinate. Ilmu-ilmu kealaman biasa disebut hard science, karena segala proses alam yang berupa anorganik sampai organik dan hubungan satu dengan lainnya dapat dieksplanasikan dan diprediksikan relatif tepat.
pemanasan global dan rusaknya lapisan ozon merupakan cerminan dari ketidakarifan manusia dengan ilmu dan teori yang dimilikinya dalam memperlakukan alam.
Dengan demikian, kiranya dibutuhkan kesadaran moral dan kearifan yang tinggi manakala manusia hendak mengembangkan dan memanfaatkan teori-teori tentang kealaman. Sehingga pada akhirnya segala teori yang ditemukan benar-benar dapat menjadikan berkah bagi kehidupan manusia dan tidak sebaliknya.
Hidup manusia memiliki keragaman yang sangat luas. Faktor dan variabel yang berperan dalam kehidupan manusia pun sangat banyak dan kita tidak selalu dapat memprediksikannya selalu linier. Oleh karena itu, ilmu tentang kehidupan manusia ini termasuk soft science yang bersifat indeterminate. Meski kemajuannya tidak sehebat ilmu dan teori dalam bidang keteraturan alam (hard science), ternyata ilmu tentang kehidupan manusia pun atau soft science mengalami perkembangan yang signifikan. Perubahan dan kemajuan ilmu tentang kehidupan manusia atau soft science ini sebetulnya tidak bisa dilepaskan dari akibat kemajuan kedua hukum keteraturan lainnya.
Sebagai contoh, ketika manusia mampu menciptakan teknologi komputer atau transportasi, maka secara langsung atau tidak langsung akan berpengaruh terhadap pola hidup manusia itu sendiri, baik dalam hal ekonomi, sosial, politik, atau pun dalam perilaku sehari-hari. Pada gilirannya hal ini mendorong pula untuk berkembangnya ilmu dan teori tentang kehidupan manusia, seperti teori ekonomi, pendidikan, sosial dan sebagainya.
Yang menjadi persoalan ketika perkembangan ilmu dan teori tentang kehidupan manusia atau soft science ini tidak disertai dengan etik dan moral, maka yang terjadi justru kemunduran dan proses dehumanisasi yang menghilangkan fitrah kemanusiaan. Contoh kasus seperti terjadi di Indonesia, bahwa sejalan dengan perkembangan teori moneter yang berorientasi global seperti sekarang ini, di mana uang pun dapat dijadikan sebagai komoditi. Maka yang terjadi, banyak orang beramai-ramai untuk menjadi spekulan mata-uang, dengan cara memborong Dollar. Akibatnya mata-uang rupiah menjadi tidak stabil dan sistem perekonomian pun menjadi gonjang-ganjing.
Keteraturan alam yang determinate, dapat dibedakan menjadi dua; yakni keteraturan substantif dan keteraturan esensial. Pohon mangga Arumanis akan berbuah mangga Arumanis. Ketika ilmuwan berupaya menemukan esensi pohon mangga yang tahan hama penyakit, ilmuwan berupaya membuat rekayasa agar dapat diciptakan pohon mangga baru manalagi yang enak buahnya, banyak buahnya, dan pohonnya tahan hama penyakit, di sini nampak bahwa ilmuwan mencoba menemukan keteraturan esensial pada benda organik. Produk teknologi merupakan produk kombinasi antara pemahaman ilmuwan tentang keteraturan esensial yang determinate dengan upaya rekayasa kreatif manusia mengikuti hukum keteraturan alam.
Bagaimana kalau diujicobakan pada pada manusia ? Seandainya ini terjadi, maka penduduk dunia ini akan di isi dengan manusia-manusia yang sejenis dan banyak kemiripan, akan didapatkan ribuan duplikat Einstein yang sangat genius atau bahkan ribuan duplikat Fira’un yang sangat zalim. Jelas, semua ini mengingkari fitrah manusia dan tidak boleh terjadi dan seharusnya rekayasa teknologi tidak dimaksudkan ke arah itu.
Daftar Pustaka
Achmad Sanusi,.(1998), Filsafah Ilmu, Teori Keilmuan, dan Metode Penelitian : Memungut dan Meramu Mutiara-Mutiara yang Tercecer, Makalah, Bandung PS-IKIP Bandung.
Achmad Sanusi, (1999), Titik Balik Paradigma Wacana Ilmu : Implikasinya Bagi Pendidikan, Makalah, Jakarta : MajelisPendidikan Tinggi Muhammadiyah.
Agraha Suhandi, Drs., SHm.,(1992), Filsafat Sebagai Seni untuk Bertanya, (Diktat Kuliah), Bandung : Fakultas Sastra Unpad Bandung.
Filsafat_ Ilmu, http://members.tripod.com/aljawad/artikel/filsafat_ilmu.htm.
Ismaun, (2001), Filsafat Ilmu, (Diktat Kuliah), Bandung : UPI Bandung.
Jujun S. Suriasumantri, (1982), Filsafah Ilmu : Sebuah Pengantar Populer, Jakarta : Sinar Harapan.
Mantiq, http://media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm.
Moh. Nazir, (1983), Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia
Muhammad Imaduddin Abdulrahim, (1988), Kuliah Tawhid, Bandung : Yayasan Pembina Sari Insani (Yaasin)
****
Abstraksi
merupakan
sebuah proses yang ditempuh pikiran untuk
sampai pada konsep yang bersifat universal
. proses ini berangkat dari
pengetahuan mengenai obyek individual yang bersifat spasiotemporal
(ruang dan waktu). Pikiran melepaskan sifat individual dari obyek dan
membentuk konsep universal. Beberapa Pengertian Khusus:
2. Hasil akhir dari proses abstraksi. Dengan proses itu kualitas, atau relasi
atau ciri dari suatu keseluruhan dipisahkan sebagai ide dari keseluruhan
itu.
3. Dalam logika tradisional: proses menghasilkan konsep universal dari
obyek partikular. Misalnya konsep "manusia" diangkat dari pria dan wanit^
yang merupakan obyek partikular.
4. Aspek atau benruk kognisi yang secara mental menyendirikan ciri-ciri
obyek itu dari yang lain. Baik proses maupun hasil dari penyendirian
tersebut disebut abstraksi.
Arranged By Muhammad Joe Sekigawa on 21 Ramadhan 1431 H / August, 31st 2010
http://bocahbancar.wordpress.com/
3-C Class of Department of Social Rehabilitation 2008 Bandung College of Social Welfare
Ir. H. Juanda Street No.367 Bandung, West Java
Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami
konteks sosial secara lebih luas dan mendalam.
• Namun dalam melaksanakan penelitian kualitatif, peneliti kualitatif harus mampu melepaskan teori dimiliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan untuk menyusun instrumen dan sebagai
observasi.
• Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk bisa memahami
konteks sosial secara lebih luas dan mendalam.
• Namun dalam melaksanakan penelitian kualitatif, peneliti kualitatif harus mampu melepaskan teori dimiliki tersebut dan tidak digunakan sebagai panduan untuk menyusun instrumen dan sebagai
panduan untuk wawancara, dan
observasi.• Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan,
dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. • Peneliti kualitatif harus bersifat ''perspektif emic" artinya memperoleh data bukan ”sebagaimana
seharusnya", bukan berdasarkan apa yang difkirkan oleh peneliti
• Tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan yang dialami, dirasakan, dan difkirkan oleh partisipan/sumber data.
seharusnya", bukan berdasarkan apa yang difkirkan oleh peneliti
• Tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan yang dialami, dirasakan, dan
difkirkan oleh partisipan/sumber data.• Oleh karena itu penelitian kualitatif jauh lebih
sulit dari penelitian kuantitatif, karena peneliti kualitatif harus berbekal teori yang luas
sehingga mampu menjadi "human instrumen" yang baik.
• Dalam hal ini Borg and Gall (1988) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif lebih sulit bila
dibandingkan dengan penelitian kualtitatif, karena data yang terkumpul bersifat subyektif dan instrumen sebagai alat pengumpul data adalah peneliti itu sendiri.
• Oleh karena itu penelitian kualitatif jauh lebih sulit dari penelitian kuantitatif, karena peneliti kualitatif harus berbekal teori yang luas
sehingga mampu menjadi "human instrumen" yang baik.
• Dalam hal ini Borg and Gall (1988) menyatakan bahwa “Penelitian kualitatif lebih sulit bila
adalah peneliti itu sendiri.• Untuk dapat menjadi instrumen penelitian yang
baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, baik wawasan teoritis
maupun wawasan yang terkait dengan konteks sosial yang diteliti yang berupa nilai, budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada konteks sosial tersebut.
• Jika tidak, maka peneliti akan sulit membuka pertanyaan kepada sumber data, sulit
memahami apa yang terjadi, tidak akan dapat melakukan analisis secara induktif terhadap data yang diperoleh.
• Untuk dapat menjadi instrumen penelitian yang baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, baik wawasan teoritis
maupun wawasan yang terkait dengan konteks sosial yang diteliti yang berupa nilai, budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada konteks sosial tersebut.
• Jika tidak, maka peneliti akan sulit membuka pertanyaan kepada sumber data, sulit
memahami apa yang terjadi, tidak akan dapat melakukan analisis secara induktif terhadap
data yang diperoleh.• Peneliti kualitatif dituntut mampu mengorganisasikan
• Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh
peneliti memiliki teori dan memahami permasalahan yang diteliti walaupun permasalahan tersebut masih bersifat sementara
• Oleh karena itu landasan teori yang dikemukakan tidak merupakan harga mati, tetapi bersifat sementara.
• Peneliti kualitatif justru dituntut untuk melakukan grounded research, yaitu menemukan teori berdasarkan data yang diperoleh di lapangan atau situasi sosial. • Peneliti kualitatif dituntut mampu mengorganisasikan semua teori yang dibaca.
• Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh
peneliti memiliki teori dan memahami permasalahan yang diteliti walaupun permasalahan tersebut masih bersifat sementara
• Oleh karena itu landasan teori yang dikemukakan tidak merupakan harga mati, tetapi bersifat sementara.
• Peneliti kualitatif justru dituntut untuk melakukan grounded research, yaitu menemukan teori berdasarkan
data yang diperoleh di lapangan atau situasi sosial.• Penelitian kualitatif mengutamakan perspektif
emicArtinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya.
Peneliti memasuki lapangan tanpa generalisasi, seakanakan tidak mengetahui sedikit pun, sehingga dapat
menaruh perhatian penuh kepada konsep-konsep yang dianut partisipan.
• Pandangan peneliti disebut perspektif etic
• Peneliti tidak boleh menonjolkan pandangan 'etic' ini. • Penelitian kualitatif mengutamakan perspektif
emicArtinya mementingkan pandangan responden, yakni bagaimana ia memandang dan menafsirkan dunia dari segi pendiriannya.
• Peneliti tidak mendesakkan pandangannya sendiri.
Peneliti memasuki lapangan tanpa generalisasi, seakanakan tidak mengetahui sedikit pun, sehingga dapat
menaruh perhatian penuh kepada konsep-konsep yang dianut partisipan.
• Pandangan peneliti disebut perspektif etic
• Peneliti tidak boleh menonjolkan pandangan 'etic' ini.Perbedaan Penelitian Kualitatif & kuantitatif
Unsur Penelitian
Kuantitatif Kualitatif • Masalah dan
tujuan
• Kondisi penelitian (setting)
analisis • Prosedur penelitian
• Alat/instrumen • Kesimpulan
•Menguji hipotesis atau memecahkan masalah atas dasar deduksi teori •Buatan dan manipulasi •Hasil/produk
•Kuantitatif, statistik •Dirancang sebelumnya •Obyektif dan baku •Generalisasi prediksi •Menghasilkan data yang
mungkin bisa digunakan untuk menyusun hipotesis
•Keadaan alami •Proses
•Judgemnt dari dalam dan dari luar
•Dirancang dan dilaksanakan di lapangan
•Subyek peneliti dan indepth/ mendalam
konteks ruang waktu dan situasi
• Masalah dan tujuan
• Kondisi penelitian (setting)
• Pendekatan • Pengukuran dan analisis
• Prosedur penelitian
• Alat/instrumen • Kesimpulan
•Menguji hipotesis atau memecahkan masalah atas dasar deduksi teori •Buatan dan manipulasi •Hasil/produk
•Kuantitatif, statistik •Dirancang sebelumnya •Obyektif dan baku •Generalisasi prediksi •Menghasilkan data yang
mungkin bisa digunakan untuk menyusun hipotesis
•Proses
•Judgemnt dari dalam dan dari luar
•Dirancang dan dilaksanakan di lapangan
•Subyek peneliti dan indepth/ mendalam
•Deskripsi, analisis dalam konteks ruang waktu dan situasiGeneralisasi
• Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut dengan transferability keteralihan. • Maksudnya adalah bahwa, hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat penelitan
• Generalisasi dalam penelitian kualitatif disebut dengan transferability keteralihan. • Maksudnya adalah bahwa, hasil penelitian kualitatif dapat ditransferkan atau diterapkan di tempat lain, manakala kondisi tempat lain tersebut tidak jauh berbeda dengan tempat
penelitan• Dalam institusi tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami kesulitan administrasi. Oleh karena itu
dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik masalah kualitatif ini.
• Sugiyono, (2006:232) Peneliti kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah
memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai, merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena ia dipandang mampu melepaskan apa yang telah difkirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti.
• Dalam institusi tertentu, judul yang diganti ini sering mengalami kesulitan administrasi. Oleh karena itu
institusi yang menangani penelitian kualitatif, harus mau dan mampu menyesuaikan dengan karakteristik
masalah kualitatif ini.
• Sugiyono, (2006:232) Peneliti kualitatif yang merubah masalah atau ganti judul penelitiannya setelah
memasuki lapangan penelitian atau setelah selesai, merupakan peneliti kualitatif yang lebih baik, karena ia dipandang mampu melepaskan apa yang telah difkirkan sebelumnya, dan selanjutnya mampu melihat fenomena secara lebih luas dan mendalam sesuai dengan apa yang terjadi dan berkembang pada situasi sosial yang diteliti.Nilai Transfer Penelitian Kualitatif
manakah hasil penelitian dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi lain” • Dalam penelitian kuantitatif generalisasi menunjukkan “hingga manakah hasil penelitian itu berlaku bagi populasi tertentu yang
didasarkan atas random sampling”
Generalisasi menunjukkan validitas eksternal • Berkenaan dengan pertanyaan “hingga manakah hasil penelitian dapat diaplikasikan atau digunakan dalam situasi-situasi lain” • Dalam penelitian kuantitatif generalisasi menunjukkan “hingga manakah hasil penelitian itu berlaku bagi populasi tertentu yang
didasarkan atas random sampling”
Generalisasi menunjukkan validitas eksternal• Validitas eksternal berkenaan dengan tingkat
generalisasi/tingkat aplikasi “apakah hasil penelitian itu juga berlaku bagi situasi-situasi lain (applicability)” atau “apakah terdapat kecocokkan atau kesesuaian (fttingness) atau dapat diterapkan, diserahkan kepada pembaca dan pemakai (transferability) pada situasi lain” • Jika pemakai melihat adanya keserasian hasil penelitian terhadap situasi yang dihadapinya, maka disini tampak adanya transfer, sekalipun tidak ada dua situasi yang sama sehingga masih perlu penyesuaian menurut keadaan masing-masing dalam kondisi yang