• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan - Pengaruh Lama Pembersihan dengan Energi Microwave terhadap Penyerapan Air dan Perubahan Dimensi Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Basis Gigitiruan - Pengaruh Lama Pembersihan dengan Energi Microwave terhadap Penyerapan Air dan Perubahan Dimensi Basis Gigitiruan Resin Akrilik Polimerisasi Panas"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Basis Gigitiruan

Berbagai bahan telah digunakan dalam pembuatan basis gigitiruan seperti

kayu, tulang, gading, keramik, logam, dan berbagai polimer.26 Perkembangan yang pesat dalam bahan basis gigitiruan menyebabkan terjadinya peralihan dari

penggunaan bahan alami menjadi penggunaan resin sintetis dalam pembuatan basis

gigitiruan.27

Basis gigitiruan adalah bagian dari suatu gigitiruan yang bersandar pada

mukosa rongga mulut, terutama pada bagian yang mengalami kehilangan gigi dan

bagian dimana gigitiruan dilekatkan. Basis gigitiruan memperoleh dukungan dari

mukosa rongga mulut pada daerah yang tidak bergigi. Basis gigitiruan berfungsi

untuk tempat melekatnya anasir gigitiruan yang akan mengembalikan fungsi

pengunyahan.27,28

2.1.1 Persyaratan Basis Gigitiruan

Persyaratan basis gigitiruan yang ideal antara lain:27,28 a. Biokompatibel : Tidak toksik dan tidak mengiritasi

b. Karakteristik permukaan : permukaan halus, keras dan kilat

c. Warna : translusen dan warna merata

d. Stabilitas warna : baik

e. Bebas dari porositas

f. Kekuatan lentur : tidak kurang dari 60-65 MPa

g. Modulus elastisitas : paling sedikit 2000 MPa untuk polimer yang

dipolimerisasi dengan panas dan paling sedikit 1500 MPa untuk polimer

swapolimerisasi

(2)

i. Tidak menyerap cairan

j. Ketahanan terhadap abrasi dan kekerasan yang baik

k. Tidak mengalami perubahan dimensi

l. Tidak larut

m. Mudah dimanipulasi dan direparasi

n. Mudah dibersihkan

Sampai saat ini belum ada satu pun basis gigitiruan yang memenuhi semua

persyaratan di atas.27,28

2.1.2 Klasifikasi Basis Gigitiruan

Klasifikasi basis gigitiruan dibagi menjadi dua kelompok yaitu logam dan non

logam.29

2.1.2.1Logam

Beberapa jenis logam yang dapat digunakan sebagai basis gigitiruan, antara

lain kobalt kromium, aloi emas, alumunium, dan stainless steel.29 Keunggulan logam sebagai basis gigitiruan, antara lain:27,28

1. Basis logam merupakan penghantar termis yang baik. Setiap perubahan

suhu yang terjadi akan dihantarkan ke jaringan sehingga akan memberikan

rangsangan dan mempertahankan kesehatan jaringan rongga mulut.

2. Basis logam memiliki kekuatan yang tinggi sehingga basis gigitiruan dapat

dibuat lebih tipis. Hal ini memungkinkan ruang gerak lidah relatif lebih luas.

Di samping beberapa keunggulan, basis logam juga mempunyai beberapa

kelemahan, antara lain:24,25

1. Basis logam tidak mungkin dilapis atau direparasi kembali.

2. Warna logam tidak sesuai dengan warna jaringan sekitarnya sehingga

kurang estetis.

3. Relatif lebih berat.

(3)

2.1.2.2Non Logam

Basis non logam memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Keuntungan

dari basis non logam antara lain:

1. Memiliki estetis yang baik karena warnanya mirip dengan jaringan lunak

mulut, teknik pembuatan dan pemolesannya mudah

2. Harga murah, dan dapat dengan mudah direparasi atau reline apabila basis patah atau longgar.30,31

Kekurangan basis gigitiruan non logam antara lain:

1. Memiliki stabilitas dimensi yang rendah, kekuatan basis lebih rendah

daripada logam

2. Memiliki lebih banyak poreus sehingga kebersihan berkurang, dan memiliki konduktivitas termal yang rendah.31

Bahan basis yang sering digunakan adalah basis gigitiruan yang terbuat dari

bahan non logam terutama polimer. Bahan basis polimer yang paling umum

digunakan untuk membuat basis gigitiruan adalah resin akrilik.

2.2 Resin Akrilik 2.2.1 Pengertian

Resin akrilik mulai digunakan pada tahun 1937 sebagai bahan basis

gigitiruan. Dewasa ini, resin akrilik dipakai oleh hampir seluruh negara di dunia

sebagai bahan basis gigitiruan karena memiliki estetis yang baik, murah serta

pembuatannya yang relatif mudah. Resin akrilik merupakan rantai polimer panjang

terdiri dari unit metil metakrilat yang berulang disebut juga polimetilmetakrilat.4,32

2.2.2 Jenis

Berdasarkan proses polimerisasi, resin akrilik diklasifikasikan menjadi tiga,

yaitu resin akrilik polimerisasi sinar, resin akrilik swapolimerisasi, dan resin akrilik

polimerisasi panas.5-7

1. Resin akrilik polimerisasi sinar adalah resin akrilik yang diaktifkan

(4)

uretan dimetakrilat, microfine silica, dan camphorquinone yang berperan sebagai inisiator. Proses polimerisasinya menggunakan sinar tampak sebagai aktivator.

Polimerisasi terjadi di dalam suatu unit kuring khusus yang menggunakan lampu

halogen dengan panjang cahaya 400-500 nm selama kira-kira 10 menit.5-7

2. Resin akrilik swapolimerisasi merupakan resin akrilik yang mengalami

polimerisasi pada suhu kamar. Resin akrilik swapolimerisasi mengandung aktivator

kimia yang berfungsi untuk mengaktifkan benzoil peroksida yang terdapat di dalam

polimer sehingga dapat terjadi proses polimerisasi. Aktivator kimia yang biasanya

digunakan adalah amina tersier, contohnya adalah dimetil paratoluidin. Kekuatan

resin akrilik swapolimerisasi cukup rendah, stabilitas warna yang kurang baik, dan

jumlah monomer sisa yang dihasilkan lebih banyak daripada monomer sisa yang

dihasilkan oleh resin akrilik polimerisasi panas.5-7

3. Resin akrilik polimerisasi panas adalah resin akrilik yang memerlukan

energi panas untuk polimerisasi bahan-bahan tersebut dengan menggunakan

perendaman air di dalam water bath.5 Resin akrilik polimerisasi panas terdiri dari bubuk dan cairan dimana setelah mengalami proses pencampuran dan pemanasan

akan membentuk suatu bahan yang kaku.32

2.3 Resin Akrilik Polimerisasi Panas

Resin akrilik polimerisasi panas merupakan bahan basis gigitiruan yang paling

sering digunakan sebagai basis gigitiruan dalam kedokteran gigi. Bahan ini terbuat

dari bahan polimetil metaklirat yang memerlukan energi termal atau energi panas

dalam proses polimerisasinya. Energi termal yang dibutuhkan untuk proses

polimerisasinya dapat diperoleh dari perendaman dalam air yang dipanaskan

(waterbath).

2.3.1 Komposisi

(5)

- Polimer : butiran atau granul polimetil

metakrilat

- Inisiator : berupa 0,2 – 0,5 % benzoil peroksida

- Pigmen /pewarna : garam cadmium atau besi, atau pewarna organik

- Opacifier : Titanium oksida

- Plasticizer : Dibutil phthalate

2. Cairan

- Monomer : metil metakrilat

- Inhibitor : Hidroquinone

- Cross-linking agent : etilen glikol dimetakrilat

2.3.2 Manipulasi

Resin akrilik polimerisasi panas dimanipulasi sehingga menghasilkan bentuk

yang keras dan kaku dengan menggunakan teknik compression moulding (tekanan). Proses manipulasi resin akrilik polimerisasi panas dengan teknik

molding-tekanan antara lain:20

a. Perbandingan monomer dan polimer

Pencampuran bubuk polimer dan cairan monomer dilakukan dengan

perbandingan volume 3:1 atau perbandingan berat 2,5:1.3,20 b. Proses Pencampuran polimer dan monomer

Bubuk dan cairan dengan rasio yang tepat dicampurkan didalam wadah yang

bersih, kering dan tertutup lalu di campurkan hingga homogen. Selama proses

pencampuran, ada beberapa tahapan yang terjadi, yaitu:3,12,20

1. Sandy stage adalah tahap terbentuknya campuran yang menyerupai pasir basah. Pada tahap ini polimer secara bertahap bercampur dengan monomer.

2. Sticky stage adalah tahap ketika bubuk mulai larut dalam cairan sehingga akan terlihat seperti berserabut saat ditarik. Pada tahap ini monomer sudah

(6)

3. Dough stage adalah tahap saat monomer sudah berpenetrasi seluruhnya ke dalam polimer yang ditandai dengan konsistensi adonan mudah diangkat dan tidak

lengket lagi. Tahap ini merupakan waktu yang tepat memasukkan adonan ke dalam

mould.

4. Rubbery (elastic) stage adalah tahap saat monomer sudah tidak dapat bercampur dengan polimer lagi. Pada tahap ini, akrilik akan berwujud seperti karet

dan tidak bisa lagi dimasukkan dalam mold.

5. Stiff stage adalah tahap sewaktu akrilik sudah kaku dan tidak dapat dibentuk lagi.

c. Proses Pengisian dalam mold

Pengisian dalam mold dilakukan pada fase dough stageyaitu setelah pengisian dilakukan pres hidrolik sebanyak 2 fase. Fase pertama yaitu dengan tekanan 1000 psi

supaya mold terisi secara padat dan kelebihannya dibuang dengan lekron. Fase kedua

dilakukan pengepresan dengan tekanan sebesar 2200 psi dan dibiarkan pada suhu

kamar selama 30-60 menit.

d. Proses Kuring

Proses kuring dilakukan sebanyak 2 fase. Fase pertama dilakukan pada

waterbath pada suhu 700 C selama 90 menit dan dilanjutkan dengan fase kedua yang dilakukan pada suhu 1000C selama 30 menit sesuai dengan JIS (Japan Industrial Standard).

e. Proses Pendinginan dan Penyelesaian

Setelah proses kuring selesai, kuvet dikeluarkan dari waterbath dan dibiarkan hingga mencapai suhu kamar, lalu resin akrilik dikeluarkan dari mould kemudian dirapikan dengan menggunakan bur dan dipoles.

2.3.3 Sifat-Sifat

Sifat-sifat bahan resin akrilik terbagi atas sifat fisis, sifat mekanis, serta sifat

kemis dan biologis.27,28

(7)

Sifat mekanis adalah respons yang terukur, baik elastis maupun plastis, dari

bahan bila terkena gaya atau distribusi tekanan.Sifat mekanis bahan basis gigitiruan

terdiri atas kekuatan tensil, kekuatan impak, fatique, crazing dan kekerasan.6,27,28

a. Kekuatan Tensil

Kekuatan tensil resin akrilik polimerisasi panas adalah 55 MPa. Kekuatan

tensil resin akrilik yang rendah ini merupakan salah satu kekurangan utama resin

akrilik.6,27

b. Kekuatan Impak

Kekuatan impak resin akrilik polimerisasi panas adalah 1 cm kg/cm. Resin

akrilik memiliki kekuatan impak yang relatif rendah dan apabila gigitiruan akrilik

jatuh ke atas permukaan yang keras kemungkinan besar akan terjadi fraktur.28 c. Fatique

Resin akrilik memiliki ketahanan yang relatif buruk terhadap fraktur akibat

fatique. Fatique merupakan akibat dari pemakaian gigitiruan yang tidak didesain dengan baik sehingga basis gigitiruan melengkung setiap menerima tekanan

pengunyahan. Kekuatan fatique basis resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,5 juta

lengkungan sebelum patah dengan beban 2500 lb/in2 pada stress maksimum 17 MPa.27,28

d. Crazing

Crazing kadang-kadang muncul berupa kumpulan retakan pada permukaan

gigitiruan resin akrilik yang dapat melemahkan basis gigitiruan. Retakan-retakan ini

dapat timbul akibat salah satu dari tiga mekanisme. Pertama, apabila pasien memiliki

kebiasaan sering mengeluarkan gigitiruannya dan membiarkannya kering, siklus

penyerapan air yang konstan diikuti pengeringan sehingga dapat menimbulkan stress

tensil pada permukaan dan mengakibatkan terjadinya crazing. Kedua, penggunaan anasir gigitiruan porselen juga dapat menyebabkan crazing pada basis di daerah sekitar leher anasir gigitiruan yang diakibatkan perbedaan koefisien ekspansi termal

(8)

mengeras dari potongan yang sedang diperbaiki. Tingkat crazing ini dapat dikurangi oleh cross-linking agent yang berfungsi mengikat rantai-rantai polimer.7,27

e. Kekerasan

Nilai kekerasan resin akrilik polimerisasi panas adalah 20 VHN atau 15

kg/mm2. Nilai kekerasan tersebut menunjukkan bahwa resin akrilik relatif lunak dibandingkan dengan logam dan mengakibatkan basis resin akrilik cenderung

menipis. Penipisan tersebut disebabkan makanan yang abrasif dan terutama pasta gigi

pembersih yang abrasif, namun penipisan basis resin akrilik ini bukan suatu masalah

besar.27,28

2.3.3.2Sifat Fisis

Sifat fisis merupakan sifat suatu bahan yang diukur tanpa diberikan tekanan

atau gaya dan tidak mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Sifat fisis terdiri dari

massa jenis, ekspansi termal, porositas dan kekasaran permukaan.28 a. Massa Jenis

Resin akrilik memiliki massa jenis yang relatif rendah yaitu sekitar 1,2 g/cm3. Hal ini disebabkan resin akrilik terdiri dari kumpulan atom-atom ringan, seperti

karbon, oksigen dan hidrogen.5,27,28,33 b. Ekspansi Termal

Koefisien ekspansi termal resin akrilik polimerisasi panas adalah sekitar 80

ppm/oC. Nilai ini merupakan angka yang cukup tinggi dari kelompok resin.6 c. Porositas

Adanya gelembung / porositas di permukaan dan di bawah permukaan dapat

mempengaruhi sifat fisis, estetik dan kebersihan basis gigitiruan. Porositas cenderung

terjadi pada bagian basis gigitiruan yang lebih tebal. Porositas disebabkan oleh

penguapan monomer yang tidak bereaksi dan berat molekul polimer yang rendah,

(9)

tersebut. Porositas juga dapat berasal dari pengadukan komponen bubuk dan cairan

yang tidak tepat. Timbulnya porositas juga dapat diminimalkan dengan pengadukan

adonan resin akrilik hingga homogen, penggunaan perbandingan polimer dan

monomer yang tepat, prosedur pengadukan yang terkontrol dengan baik, serta waktu

pengisian bahan ke dalam mold yang tepat.5-7,27,28,33 d. Kekasaran Permukaan

Beberapa peneliti menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi panas

memiliki permukaan yang halus dan mampu mempertahankan pemolesan yang baik

selama jangka waktu pemakaian yang panjang. Kekasaran permukaan terjadi dalam

beberapa bulan setelah pemakaian gigitiruan yang merupakan awal dari perlekatan

sisa makanan. Gigitiruan dengan permukaan yang kasar dapat menyebabkan

perlekatan plak bakteri.27,28 e. Stabilitas dimensi

Stabilitas dimensi atau akurasi adalah suatu hal yang memegang peranan

penting dalam memperoleh adaptasi yang baik antara gigitiruan dengan jaringan

pendukung rongga mulut. Stabilitas dimensi resin akrilik polimerisasi panas

dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah ekspansi mold sewaktu

pengisian resin akrilik, ekspansi termal dari adonan akrilik, pengerutan yang terjadi

sewaktu polimerisasi, pengerutan termal yang terjadi sewaktu pendinginan dan

penyerapan air yang terjadi pada saat pembersihan resin akrilik polimerisasi panas.

Terjadinya perubahan dimensi dapat mempengaruhi retensi dan stabilisasi gigitiruan

di rongga mulut. Metode flasking yang digunakan, suhu, perbandingan polimer dan monomer, tipe resin akrilik, proses kuring dan penyimpanan juga mempengaruhi

terjadinya perubahan dimensi selama processing. Kestabilan dimensi resin akrilik polimerisasi panas berhubungan dengan absorpsi air yang dapat menyebabkan

ekspansi resin akrilik dan merubah dimensi resin akrilik. Hal ini berpengaruh

terhadap dimensi dan stabilitas gigitiruan, oleh karena itu absorpsi air sebaiknya

sekecil mungkin yaitu tidak boleh lebih dari 0.8 mg/cm2.3,29,34

(10)

Sifat biologis merupakan syarat utama dari seluruh material yang digunakan

dalam bidang kedokteran gigi. Idealnya, suatu material yang layak dimasukan ke

dalam rongga mulut haruslah tidak toksik, tidak mengiritasi, tidak bersifat

karsinogenik ataupun dapat menimbulkan reaksi alergi.30 a. Pembentukan Koloni Bakteri

Kemampuan organisme tertentu untuk berkembang pada permukaan

gigitiruan resin akrilik berkaitan dengan penyerapan air, energi bebas permukaan,

kekerasan permukaan, dan kekasaran permukaan.Berbagai penelitian menunjukkan

bahwa resin akrilik polimerisasi panas memiliki penyerapan air yang rendah,

permukaan yang halus, kekerasan permukaan yang lebih tinggi dibandingkan nilon

dan sudut kontak permukaan dengan air yang cukup besar sehingga apabila diproses

dengan baik dan sering dibersihkan maka perlekatan bakteri tidak akan mudah

terjadi.5,7

b. Biokompatibilitas

Secara umum, resin akrilik polimerisasi panas sangat biokompatibel.

Walaupun demikian, beberapa pasien mungkin menunjukkan reaksi alergi yang

disebabkan monomer sisa metil metakrilat atau benzoic acid pada basis gigitiruan. Pasien yang tidak alergi juga dapat mengalami iritasi apabila terdapat jumlah

monomer yang tinggi pada basis gigitiruan yang tidak dikuring dengan baik. Batas

maksimal konsentrasi monomer sisa untuk resin akrilik polimerisasi panas menurut

standar ISO adalah 2,2 %.1,2,5,7,20

2.3.3.4Sifat Kemis

Sifat kemis adalah sifat suatu bahan yang dapat mengubah sifat dasar bahan

tersebut, seperti penyerapan air dan stabilitas warna.

a. Stabilitas Warna

Yu-lin Lai dkk. (2003) mempelajari stabilitas warna dan ketahanan terhadap

stain dari nilon, silikon serta dua jenis resin akrilik dan menemukan bahwa resin

(11)

larutan kopi. Beberapa penulis juga menyatakan bahwa resin akrilik polimerisasi

panas memiliki stabilitas warna yang baik.10,29

b. Penyerapan Air

Resin akrilik menyerap air secara perlahan, biasanya melalui difusi, dan

mencapai titik keseimbangan sekitar 2% setelah periode beberapa hari atau minggu

tergantung pada ketebalan gigitiruan. Difusi adalah berpindahnya suatu substansi

melalui rongga yang menyebabkan ekspansi pada resin atau melalui substansi yang

dapat mempengaruhi kekuatan rantai polimer. Dari hasil klinikal menunjukkan bahwa

penyerapan air yang berlebihan bisa menyebabkan diskolorasi.29,34

2.4 Penyerapan Air

Polimetil metakrilat menyerap air secara perlahan untuk waktu tertentu.

Proses penyerapan air terjadi akibat dari sifat polar molekul resin dan mengikuti

hukum difusi. Koefisien difusi suatu resin akrilik polimerisasi panas adalah 1,08 x 10

-12 m2/detik pada suhu 37º C dan berkurang separuh pada suhu 23º C. Dilihat dari

koefisien difusi yang rendah, maka jumlah air yang terlibat adalah sangat kecil

walaupun gigitiruan telah jenuh dengan air. Proses difusi air terjadi di antara

makromolekul, menyebabkan makromolekul resin dipaksa menepi, akibatnya,

molekul-molekul resin menjadi lebih bebas dan kemungkinan gigitiruan berubah

bentuk. Molekul air dapat berdifusi di antara makromolekul resin karena diameter

molekul air kurang dari 0,28 nm, yang lebih kecil daripada jarak antara satu

makromolekul dengan makromolekul yang lain.12,36

Suatu metode untuk menghitung absorpsi air adalah dengan menentukan

peningkatan berat dari resin per unit pada permukaan yang terkena air. Metode

tersebut dispesifikasi oleh American Dental Association (ADA). Berdasarkan spesifikasi tersebut peningkatan berat resin selama perendaman ini tidak boleh lebih

dari 0.8 mg/cm2.36

Hasil pengukuran penyerapan air didapat dengan cara menghitung berat massa

(12)

satu cara untuk meminimalisasi dampak dari penyerapan air pada resin akrilik

polimerisasi panas adalah dengan cara penjenuhan. Cara untuk melakukan

penjenuhan resin akrilik polimerisasi panas adalah merendam resin akrilik didalam

air selama 1 hari dengan suhu 37ºC. Beberapa penelitian menyatakan bahwa setelah

lebih dari 24 jam resin akrilik mulai mengalami penurunan dalam penyerapan air.

Szabo dkk. (1985) menyatakan bahwa sampel resin akrilik dengan ketebalan ± 1 mm

dapat mencapai penjenuhan dalam waktu 24 jam.14

Pengukuran penyerapan air dapat diukur menggunakan analitical balance

dengan cara :19

WSP

=

M1 = berat sebelum direndam (mg)

M2 = berat setelah direndam (mg)

S = luas daerah (cm2)

WSP = water sorption (mg/cm2)

2.5Perubahan Dimensi

Perubahan dimensi pada resin akrilik polimerisasi panas terutama dipengaruhi

oleh pengerutan polimerisasi dan absorpsi air. Pengerutan linear pada resin akrilik

dilaporkan kurang dari 1 % namun dari beberapa penelitian nilai ini berkisar antara

0,2 % -0,5 %. Pengerutan yang berkisar antara 0,1% - 0,4 % tidak terlalu berpengaruh

terhadap adaptasi gigitiruan di rongga mulut sehingga masih bisa ditoleransi oleh

kompresibilitas mukosa, namun kompresibilitas mukosa ini tidak dapat

mengkompensasi bila ketidaksesuaian yang terjadi melebihi 1 mm terutama jika

(13)

Hal ini dapat mengurangi stabilisasi gigitiruan karena kestabilan gigitiruan salah

satunya dipengaruhi oleh adaptasi yang rapat antara basis gigitiruan dan jaringan

pendukung rongga mulut. Adaptasi yang rapat juga mempengaruhi retensi gigitiruan

yang berhubungan dengan lapisan saliva yang mempengaruhi adhesi antara gigitiruan

dan jaringan lunak rongga mulut. Basis gigitiruan yang mengalami absorpsi air

sebanyak 1% akan mengakibatkan terjadinya ekspansi linear yang nilainya berkisar

antara 0 % - 0,32 % dari ukuran awal basis gigitiruan. Ekspansi yang dihasilkan

mampu mengimbangi pengerutan akibat panas yang terjadi selama polimerisasi.

Perubahan dimensi akan menyertai proses absorpsi dan mungkin memerlukan

penyesuaian terhadap tepi gigitiruan dan oklusinya. Jika gigitiruan dibiarkan dalam

keadaan kering, maka akan terjadi kehilangan air dan pengerutan gigitiruan, dengan

demikian, pasien harus menjaga agar gigitiruan tetap berada di dalam air selama tidak

digunakan.4,32,37

Perubahan dimensi dapat diukur dengan metode vektor untuk mendapatkan

nilai perubahan dimensi secara keseluruhan dari suatu sampel. Penggunaan metode

ini biasanya digunakan untuk mengukur perubahan dimensi secara linear. Pengukuran

perubahan dimensi dilakukan dengan terlebih dahulumenentukan titik acuan pada

sampel dan model induk. Nilai vektor diperoleh dengan menghitung akar dari jumlah

jarak titik-titik acuan yang dikuadratkan pada masing-masing sampel dan model

induk. Perubahan dimensi diperoleh dari selisih antara vektor model induk dan vektor

sampel.19,28

Perubahan dimensi = || v1-v0 ||

Keterangan : v1 = vektor sampel (mm)

v0 = vektor model induk (mm)

Alat ukurnya berupa travelling microscope atau disebut juga optical

comparator. Perubahan dimensi selalu dikaitkan dengan 2 hal yaitu pengerutan dan ekspansi.28

(14)

Beberapa cara pembersihan diantaranya dengan cara mekanis, kemis, ataupun

gabungan antara kemis dan mekanis.34,38 Penggunaan secara kemis yaitu dengan natrium hipoklorit, asam, effervescent, klorheksidin, dan energi microwave, mekanis yaitu penyikatan dengan sikat gigi biasa atau sikat gigi khusus, dan ultrasonik, serta

kombinasi kemis dan mekanis.39 Cara pembersihan gigitiruan yang baru adalah dengan merendam gigitiruan dalam suatu gelas berisi airdan dimasukkan ke dalam

microwave selama beberapa menit. Metode pembersihan dengan energi microwave

merupakan cara yang baik karena dapat membunuh mikroorganisme, tidak mengubah

bau dan warna, dan tidak menimbulkan reaksi alergi.15,38

2.6.1 Metode Mekanis

Pembersihan secara mekanis dilakukan dengan menyikat gigitiruan dengan

sikat dan sabun atau pasta pembersih gigitiruan, serta menggunakan pembersih

ultrasonik. Metode pembersihan ini memiliki keuntungan yaitu mudah, murah dan

cepat, namun pembersihan seperti ini juga dapat mengikis basis gigitiruan dan

menyebabkan kekasaran pada gigitiruan akibat terlalu kasarnya bulu sikat atau pasta

pembersih yang digunakan bersifat abrasif. Sikat gigi biasa tidak desain untuk

membersihkan area-area sempit pada permukaan gigitiruan. Pasien disarankan untuk

menyikat gigitiruan dengan air dan sikat kecil yang lembut secara perlahan, teratur,

dan hati-hati agar dapat menjangkau semua basis gigitiruan.4,29

2.6.2 Metode Kemis

Selain menyikat gigitiruan, penggunaan secara rutin dari bahan pembersih

kemis juga disarankan. Bahan pembersih kemis dapat membersihkan plak yang

berada di samping permukaan gigitiruan yang areanya tidak terjangkau dengan

penyikatan. Bahan pembersih kemis juga bisa digunakan sebagai alternatif

pembersihan gigitiruan pada pasien geriatrik atau pasien yang cacat. Bahan

pembersih kemis dapat dibagi menjadi lima kelompok tergantung pada pemilihan dan

(15)

klorheksidin, dan enzim. Cara pembersihan gigitiruan secara kemis yang lain adalah

dengan menggunakan energi microwave.4,15,16,30,39 1. Effervesen Peroksida

2. Alkalin hipoklorit

3. Asam

4. Klorheksidin

5. Enzim

6. Energi Microwave

Energi microwave adalah gelombang elektromagnetik yang sangat pendek dan bergerak dengan kecepatan cahaya (186.282 mil/detik).Penggunaan energi microwave

lebih dipertimbangkan untuk pembersihan gigitiruan karena energi microwave dapat membunuh beberapa mikroorganisme, waktu pembersihan yang lebih singkat, dapat

mencegah denture stomatitis, tidak mengubah warna atau bau, tidak menimbulkan rekasi elergi, dan tidak menyebabkan resistensi pada Candida albicans. Energi

microwave hanya menyebabkan molekul-molekul bergetar, hal ini menyebabkan

pergesekan antar molekul sehingga menimbulkan panas.5,12,26

2.6.3 Metode Kombinasi

Penggunaan pembersih secara mekanis berupa alat ultrasonik dengan

ditambahkan bahan pembersih kemis merupakan salah satu contoh pembersihan

gabungan kemis dan mekanis. Ultrasonik merupakan suatu alat pembersih gigitiruan

berbentuk wadah yang dapat bergetar dimana gigitiruan dimasukkan ke dalam

bersama dengan air sehingga plak pada gigitiruan dapat terlepas. Penggunaan alat

ultrasonik ini lebih dianjurkan bila ditambahkan dengan bubuk / tablet pembersih

pada air yang digunakan, untuk meningkatkan efektifitas pembersihan.12,16,39

2.7 Energi Microwave

Microwave oven atau yang dikenal sebagai microwave adalah suatu alat yang menggunakan iradiasi gelombang mikro (frekuensi 2450 Mhz) untuk memanaskan

(16)

elektromagnetik mikro dengan batas frekuensi antara 1.000 MHz hingga 300.000

MHz dan batas panjang gelombang diantara infra merah dan gelombang radio (1mm

– 30cm). Energi microwave merupakan suatu gelombang elektromagnetik seperti gelombang cahaya, energi gelombang ini tidak dapat dilihat mata kita karena panjang

gelombangnya (walaupun sangat kecil dibanding gelombang radio) jauh lebih besar

dari panjang gelombang cahaya (di luar spektrum sinar tampak). Keduanya

sama-sama terdapat dalam spektrum gelombang elektromagnetik. Panjang gelombang

cahaya berkisar antara 400-700 nm (1 nm = 10-9 m); sedangkan kisaran panjang gelombang mikro sekitar 1-30 cm (1 cm = 10-2 m). Energi ini juga digunakan dalam komunikasi, radar dan microwave oven. Energi microwave diserap oleh air dan makanan, tetapi logam memantulkan energi microwave, karena bahan logam akan melakukan reiradiasi energi microwave. Metal merupakan konduktor panas yang baik, tetapi pecahan energi microwave akan diabsorpsi dan dengan cepat dipantulkan kembali karena molekul bahan logam yang tersusun sangat rapat sehingga tidak bisa

ditembus oleh energi microwave. Di dalam setiap microwave terdapat beberapa komponen utama, salah satunya adalah magnetron. Energi microwave diemisikan oleh magnetron untuk menggerakkan molekul sehingga meningkatkan panas dari zat tersebut. Magnetron adalah sejenis tabung hampa penghasil gelombang mikro.

Fungsi magnetron adalah memancarkan gelombang mikro ke dalam ruang pemanas

microwave. Sebagai gelombang elektromagnetik, gelombang mikro yang menjalar

membawa energi yang cukup untuk memanaskan cairan pada makanan. Gelombang

mikro yang dipancarkan magnetron ke dalam ruang microwave akan terperangkap di dalamnya karena terlindung oleh dinding microwave yang terbuat dari logam, selanjutnya apabila gelombang mikro mengenai cairan, maka energi gelombang

mikro ini akan diserap oleh cairan tersebut. Sebagai gelombang elektomagnetik,

gelombang mikro membawa medan listrik dan medan magnet. Molekul-molekul air

memiliki dua buah muatan di kedua ujungnya, yaitu positif dan negatif. Gaya listrik

yang diakibatkan medan listrik gelombang mikro akan memutar molekul-molekul air

hingga molekul-molekul air tersebut dapat bergerak. Bergeraknya molekul-molekul

(17)

molekul-molekul air saling bertubrukan. Tubrukan-tubrukan inilah yang akan

meningkatkan suhu molekul air,yang kemudian meningkatkan suhu makanan secara

keseluruhan. Ruangan di dalam microwave walaupun mengandung uap air akibat penguapan cairan tidak menjadi panas, karena uap air memiliki kerapatan yang jauh

lebih rendah di banding air, sehingga tidak terjadi tubrukan antara molekul air.12 Beberapa tahun belakangan ini, metode pembersihan kemis dengan

microwave semakin dikembangkan sebagai salah satu alternatif pembersihan gigitiruan. Energi microwave dikategorikan sebagai metode pembersihan gigitiruan secara kemis karena reaksi kimia yang terjadi pada molekul polar yang terdapat pada

mikroorganisme yang berkolonisasi pada gigitiruan, akibat iradiasi microwave.

Energi microwave digunakan sebagai alternatif lain untuk membersihkan gigitiruan selain direndam dalam bahan pembersih gigitiruan dan disikat, karena energi

microwave ini tidak mengubah bau dan warna gigitiruan, dan tidak menimbulkan reaksi alergi pada pemakai gigitiruan. Selain itu, energi microwave juga dapat membunuh beberapa mikroorganisme, seperti Candida albicans.

Microwave terdiri dari sebuah tabung magnetron yang menghasilkan energi

microwave. Energi microwave yang dihasilkan akan dipantulkan oleh lapisan logam dalam microwave dan diserap oleh bahan-bahan yang mengandung air dan lemak,

sehingga molekul-molekul bahan tersebut bergetar dan menghasilkan gesekan yang

menimbulkan panas. Pemanasan selektif oleh energi microwave tergantung pada komposisi kemis sel mikroba dan volume serta komposisi cairan medium di

sekitarnya. Microwave akan menimbulkan panas pada bahan yang mengandung cairan dengan cara menggetarkan molekul yang ada di dalam bahan tersebut. Sel-sel

mengandung struktur molekul air, sehingga sel-sel tersebut rentan terhadap energi

microwave. Selain itu, keberadaan medium cairan juga merupakan faktor penting bagi keberhasilan sterilisasi dengan menggunakan energi microwave. Molekul air yang ada di dalam sel maupun sebagai medium menjadi diploid dan berinteraksi

dengan gelombang elektromagnetik yang dihasilkan oleh microwave sehingga terjadi tubrukan intermolekuler dan getaran ini menghasilkan panas yang akan

(18)

Beberapa penelitian juga membuktikan bahwa mikroorganisme dapat dibunuh

pada suhu termal yang lebih rendah karena disebabkan interaksi elektromagnetik

dengan molekul sel dan medium cairan di sekitarnya akan menghasilkan efek yang

tidak dipengaruhi oleh termal. Penelitian lain mengungkapkan bahwa pemaparan

suspensi bakteri oleh energi microwave dapat mengakibatkan peningkatan kerusakan DNA dan protein sel sehingga mengganggu metabolisme sel dan terjadi kematian

sel.6,12

Pembersihan basis gigitiruan dengan menggunakan microwave memerlukan medium cairan, sebab cairan merupakan salah satu faktor penting dari keberhasilan

pembersihan. Salah satu medium cairan adalah air. Panas yang terjadi dari gesekan

antar molekul yang dihasilkan oleh energi microwave akan membunuh mikroorganisme, tetapi di sisi lain terjadi juga difusi air pada basis gigitiruan resin

akrilik. Proses difusi air terjadi di antara makromolekul, menyebabkan makromolekul

resin dipaksa menepi, akibatnya, molekul-molekul resin menjadi lebih bebas dan

dapat menyebabkan ekspansi resin akrilik.6

Microwave menyebabkan molekul air bergetar dua sampai 3 juta kali per

detik, sehingga menghasilkan gesekan yang menimbulkan panas. Suhu air yang tinggi

dan pergerakan molekul-molekul yang lebih cepat dan kuat mendorong proses difusi

air ke dalam resin akrilik bertambah banyak dan akhirnya terjadi ekspansi.19 Resin akrilik polimerisasi panas bersifat hidrofilik. Resin akrilik mempunyai kemampuan

menyerap air yang dapat mengakibatkan perubahan dimensi, penyerapan disebabkan

karena sifat polar dari resin itu sendiri. Semakin tinggi temperatur air dapat

menyebabkan difusi yang memperbanyak masuknya molekul monomer sisa kedalam

rantai aktif polimer.20 Penyerapan air yang meningkat juga dapat mencegah terikatnya rantai polimer, menyebabkan molekul air menjadi semakin mobile, sehingga pelepasan tekanan semakin mudah terjadi yang berdampak pada perubahan dimensi.21

Declerck dkk. (1987) menyatakan bahwa penggunaan microwave tanpa adanya substansi yang menyerap energi microwave akan menyebabkan kerusakan magnetron pada microwave, dan merekomendasikan sterilisasi dengan microwave

(19)

perubahan dimensi gigitiruan terjadi pada pemaparan energi microwave selama 10 menit dengan daya tinggi, namun hanya 6 menit pada daya yang lebih rendah sudah

cukup untuk menghasilkan efek desinfeksi dan mempertahankan dimensi. Pemaparan

dengan energi microwave pada penelitian yang dilakukan oleh Thomas dkk. menggunakan microwave dengan daya 650 watt selama 3 menit. Daya microwave

650 watt dianggap sebagai potensi rendah, tetapi tidak menimbulkan perubahan pada

basis gigitiruan.22 Fleck dkk. (2007) menyatakan bahwa desinfeksi berulang dengan

microwave pada daya 690 watt selama 6 menit menyebabkan perubahan adaptasi

(20)

Pemasangan gigitiruan

Polimerisasi panas Swapolimerisasi

Pembentukan Kemis dan Mekanis Mekanis

Kemis 2. 8 Kerangka Teori

(21)

Basis Gigitiruan Resin Akrilik

Energi Microwave

Stabilitas Dimensi

Perubahan dimensi Penyerapan air

Difusi air ke dalam RAPP Sifat Fisis

Sifat Kemis

CaraPembersihan

Tabung Magnetron

Molekul bergetar sehingga menghasilkan panas Terjadi tubrukan

Menghasilkan Gelombang Elektromagnetik

Berekasi dengan molekul air

(22)

2.10 Hipotesis Penelitian

1. Ada pengaruh lama pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dan 4 menit terhadap penyerapan air basis gigitiruan resin akrilik

polimerisasi panas.

2. Ada pengaruh lama pembersihan dengan energi microwave berdaya 800 Watt dalam 3 menit dan 4 menit terhadap perubahan dimensi basis gigitiruan resin

akrilik polimerisasi panas.

3. Ada korelasi antara penyerapan air dan perubahan dimensi basis gigitiruan

resin akrilik polimerisasi panas terhadap lama pembersihan dengan energi microwave

Referensi

Dokumen terkait

Dari penerapan metode FAHP diperoleh bahwa bobot variabel aliran bahan memiliki nilai tertinggi yaitu 0,4051, variabel peralatan sebesar 0,3173, dan variabel operator

Selain hal itu UPPK juga membutuhkan suatu sistem yang mampu menganalisa kebutuhan peralatan/barang berdasar permintaan customer serta analisa kinerja yang telah dilakukan..

Penambahan jadwal kegiatan dilakukan dengan mengklik button tambah pada Gambar 13. Setelah button diklik akan tampil form tabel pegawai seperti yang ditunjukkan

Ø Proses yang dilakukan dari image yang akan dites sampai dengan menghasilkan nilai feature extraction sama seperti proses yang dilakukan pada database, akan tetapi pada

Adapun peranan yang dilakukan oleh Aparatur untuk meningkatkan kesadaran masyarakat Kelurahan Jati Mekar kecamatan Kendari Kota Kendari untuk membayar Pajak Bumi dan Bangunan,

Tujuan penelitian ini adalah mampu melaksanakan Asuhan Keperawatan pada Klien yang mengalami Diare dengan masalah Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan

konflik antar agama adalah konflik yang sesungguhnya bukan terjadi karena agama.. melainkan lebih mengarah kepada masalah polik, ekonomi, maupun

Berdasarkan pengamatan yang dilakukan oleh peneliti di SMA Negeri 1 Kalirejo Kabupaten Lampung Tengah menunjukkan bahwa pelaksanaan proses pembelajaran goegrafi,