• Tidak ada hasil yang ditemukan

MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP CULEX SP.docx (1)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP CULEX SP.docx (1)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

JUDUL RINGKASAN : MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP CULEX SP.

NAMA : NADEA AULIA RAHMI

MAHASISWA : DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK

NIM : AK816050

SEMESTER : IV

KELAS : B

MATA KULIAH : PARASITOLOGI

(2)

1.1. Definisi

Culex sp adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vector penyakit yang penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japaneseenchepalitis, St Louis encephalitis. Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci). Dan dalam morfologinya nyamuk memiliki tiga bagian tubuh umum: kepala, dada, dan perut. Nyamuk Culex yang banyak di temukan di Indonesia yaitu jenis Culex quinquefasciatus (Supartha, 2008)

Klasifikasi Culex menurut (Hiswani, 2004) adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia Phylum : Arthropoda Class : Insecta Ordo : Diptera Subordo : Nematocera Family : Culicidae Subfamilia : Culianeae Genus : Culex

(3)

1.2. MORFOLOGI

Nyamuk Culex sp mempunyai ukuran kecil sekitar 4-13 mm dan tubuhnya rapuh. Pada kepala terdapat probosis yang halus dan panjangnya melebihi panjang kepala. Probosis pada nyamuk betina digunakan sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan digunakan untuk menghisap zat-zat seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan dan juga keringat. Terdapat palpus yang mempunyai 5 ruas dan sepasang antena dengan jumlah ruas 15 yang terletak di kanan dan kiri probosis. Pada nyamuk jantan terdapat rambut yang lebat

(plumose) pada antenanya, sedangkan pada nyamuk betina jarang terdapat rambut (pilose) (Sutanto, 2011).

Sebagian besar thoraks yang terlihat (mesonotum) dilingkupi bulu-bulu halus. Bagian belakang dari mesonotum ada skutelum yang terdiri dari tiga lengkungan (trilobus). Sayap nyamuk berbentuk panjang akan tetapi ramping, pada

permukaannya mempunyai vena yang dilengkapi sisik-sisik sayap (wing scales) yang letaknya menyesuaikan vena (Sitohang, 2013). Terdapat barisan rambut atau yang biasa disebut fringe terletak pada pinggir sayap. Abdomen memiliki 10 ruas dan bentuknya menyerupai tabung dimana dua ruas terakhir mengalami

perubahan fungsi sebagai alat kelamin. Kaki nyamuk berjumlah 3 pasang, letaknya menempel pada toraks, setiap kaki terdiri atas 5 ruas tarsus 1 ruas femur dan 1 ruas tibia (Hoedojo, 2008).

(4)

7 : Kaki tengah 8 : Abdomen

9 : Sayap 10 : Antena

1.3. SIKLUS HIDUP

Nyamuk Culex sp memiliki siklus hidup sempurna mulai dari telur, larva, pupa, dan imago (dewasa) antara lain sebagai berikut :

1. Telur

Seekor nyamuk betina dapat menempatkan 100-400 butir telur pada tempat peindukan. Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat bertahan selama 6 bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari. Masing-masing spesies nyamuk memiliki perilaku dan kebiasaan yang berbeda satu sama lain. Di atas permukaan air, nyamuk Culex sp menempatkan telurnya secara menggerombol dan berkelompok untuk membentuk rakit. Oleh karena itu mereka dapat mengapung di atas permukaan air (Borror, 1992).

(5)

Gambar 3. A. Ovarium parous (a) trakeolar menggulung, B. ovarium nuliparous (b) trakeolar terurai (perbesaran 40x10)

2. Larva

Telur akan mengalami penetasan dalam jangka waktu 2-3 hari sesudah terjadi kontak dengan air. Faktor temperatur, tempat perkembangbiakan, dan keberadaan hewan pemangsa mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan larva. Lama waktu yang diperlukan pada keadaan optimum untuk tumbuh dan berkembang mulai dari penetasan sampai menjadi dewasa kurang lebih 7-14 hari (Sogijanto, 2006).

Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon. Siphon dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan permukaan air. Nyamuk Culex mempunyai 4 tingkatan atau instar sesuai dengan pertumbuhan larva tersebut, yaitu :

1. Larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari setelah menetas. Duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong pernafasan pada siphon belum jelas.

2. Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur menetas. Duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam. 3. Larva instar III, berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur

menetas. Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat kehitaman.

4. Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 –6 mm atau 4 – 6 hari setelah telur menetas, dengan warna kepala (Astuti, 2011).

(6)

Gambar 5. Larva Nyamuk Culex (perbesaran 40x10) (Matsumura, 1985).

ket : a : Kepala b : Toraks c : A bdomen d : Antena e : Mulut

f : Bulu-bulu sikat g : Rambut

h : Piringan ventral i : Siphon

j : Anus

(7)

3. Pupa

Stadium paling akhir dari metamorphosis nyamuk yang bertempat di dalam air adalah pupa. Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Sebagian kecil tubuh pupa kotak dengan permukaan air, berbentuk terompet panjang dan ramping, setelah 1-2 hari akan menjadi nyamuk Culex (Astuti, 2011)

Pada stadium ini tidak membutuhkan nutrisi dan beralngsung proses pembentukan sayap sampai mampu terbang. Stadium kepompong terjadi dalam jangka waktu mulai satu sampai dua hari. Pada saat pupa menjalani fase ini pupa tidak melakukan aktifitas konsumsi sama sekali dan

kemudian akan keluar dari larva dan menjadi nyamuk yang sudah bisa terbang dan meninggalkan air. Nyamuk memerlukan waktu 2-5 hari untuk menjalani fase ini sampai menjadi nyamuk dewasa (Wibowo, 2010).

Gambar 6. Pupa nyamuk Culex (perbesaran 40x10) (Matsumura, 1985).

(8)

Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang putih, kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian thorak terdapat 2 garis putih berbentuk kurva (Astuti, 2011).

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Astuti, M.A.W., 2011. Daya Bunuh Ekstrak Bunga Kecombrang (Nicolia speciosa (Blume) Horan) Terhadap Larva Nyamuk Culex quenquefasciatus. Skripsi Fakultas Teknobiologi Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Borror, 1992. Pengenalan Pelajaran Serangga, edisi VI. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Hiswani. 2004. Gambaran Penyakit dan Vektor Malaria Di Indonesia. Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Hoedojo, 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran, edisi IV. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Matsumura, 1985. Toxicology of Insecticide, 3rd ed. New York: Plenum Press.

Sitohang, Ayu S., Bagus Hidayat, Bintang Ibrani Sibarani, Sondang Lucia Anggreini Sinurat, Sri Meita br Ginting, 2013. Pengendalian Vektor dan Binatang Pengganggu. Jurusan Kesehatan Lingkungan Politeknik Kesehatan Medan.

Soegijanto, S., 2006. Demam Berdarah Dengue. Edisi 2. Malang: Airlangga University Press.

Supartha, Wayan I., 2008. Pengendalian Terpadu Vektor Virus demam Berdarah Dengue, Aedes aegypti (Linn) dan Aedes albopictus (Skuse) (Diptera: Culicidae). Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Dies Natalis Universitas Udayana. Denpasar. Sutanto, Inge, Is Suhariah Ismid, 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

Gambar

Gambar 1. Nyamuk Culex dewasa (Matsumura, 1985).
Gambar 2. Telur Nyamuk Culex
Gambar 4.  Larva nyamuk Culex yang ditemukan di DesaCisayong
Gambar 5. Larva Nyamuk Culex (perbesaran 40x10) (Matsumura,
+2

Referensi

Dokumen terkait

perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user86.Sawi Monumen Sawi monumen tubuhnya amat tegak dan berdaun kompak. Penampilan sawi jenis ini sekilas mirip dengan petsai. Tangkai daun berwarna putih berukuran agak lebar dengan tulang daun yang juga berwarna putih. Daunnya sendiri berwarna hijau segar. Jenis sawi ini tegolong terbesar dan terberat di antara jenis sawi lainnya. D.Syarat Tumbuh Tanaman Sawi Syarat tumbuh tanaman sawi dalam budidaya tanaman sawi adalah sebagai berikut : 1.Iklim Tanaman sawi tidak cocok dengan hawa panas, yang dikehendaki ialah hawa yang dingin dengan suhu antara 150 C - 200 C. Pada suhu di bawah 150 C cepat berbunga, sedangkan pada suhu di atas 200 C tidak akan berbunga. 2.Ketinggian Tempat Di daerah pegunungan yang tingginya lebih dari 1000 m dpl tanaman sawi bisa bertelur, tetapi di daerah rendah tak bisa bertelur. 3.Tanah Tanaman sawi tumbuh dengan baik pada tanah lempung yang subur dan cukup menahan air. (AAK, 1992). Syarat-syarat penting untuk bertanam sawi ialah tanahnya gembur, banyak mengandung humus (subur), dan keadaan pembuangan airnya (drainase) baik. Derajat keasaman tanah (pH) antara 6–7 (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user9E.Teknik Budidaya Tanaman Sawi 1.Pengadaan benih Benih merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan usaha tani. Kebutuhan benih sawi untuk setiap hektar lahan tanam sebesar 750 gram. Benih sawi berbentuk bulat, kecil-kecil. Permukaannya licin mengkilap dan agak keras. Warna kulit benih coklat kehitaman. Benih yang akan kita gunakan harus mempunyai kualitas yang baik, seandainya beli harus kita perhatikan lama penyimpanan, varietas, kadar air, suhu dan tempat menyimpannya. Selain itu juga harus memperhatikan kemasan benih harus utuh. kemasan yang baik adalah dengan alumunium foil. Apabila benih yang kita gunakan dari hasil pananaman kita harus memperhatikan kualitas benih itu, misalnya tanaman yang akan diambil sebagai benih harus berumur lebih dari 70 hari. Penanaman sawi memperhatikan proses yang akan dilakukan misalnya dengan dianginkan, disimpan di tempat penyimpanan dan diharapkan lama penyimpanan benih tidak lebih dari 3 tahun.( Eko Margiyanto, 2007) Pengadaan benih dapat dilakukan dengan cara membuat sendiri atau membeli benih yang telah siap tanam. Pengadaan benih dengan cara membeli akan lebih praktis, petani tinggal menggunakan tanpa jerih payah. Sedangkan pengadaan benih dengan cara membuat sendiri cukup rumit. Di samping itu, mutunya belum tentu terjamin baik (Cahyono, 2003). Sawi diperbanyak dengan benih. Benih yang akan diusahakan harus dipilih yang berdaya tumbuh baik. Benih sawi sudah banyak dijual di toko-toko pertanian. Sebelum ditanam di lapang, sebaiknya benih sawi disemaikan terlebih dahulu. Persemaian dapat dilakukan di bedengan atau di kotak persemaian (Anonim, 2007). 2.Pengolahan tanah Sebelum menanam sawi hendaknya tanah digarap lebih dahulu, supaya tanah-tanah yang padat bisa menjadi longgar, sehingga pertukaran perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user10udara di dalam tanah menjadi baik, gas-gas oksigen dapat masuk ke dalam tanah, gas-gas yang meracuni akar tanaman dapat teroksidasi, dan asam-asam dapat keluar dari tanah. Selain itu, dengan longgarnya tanah maka akar tanaman dapat bergerak dengan bebas meyerap zat-zat makanan di dalamnya (AAK, 1992). Untuk tanaman sayuran dibutuhkan tanah yang mempunyai syarat-syarat di bawah ini : a.Tanah harus gembur sampai cukup dalam. b.Di dalam tanah tidak boleh banyak batu. c.Air dalam tanah mudah meresap ke bawah. Ini berarti tanah tersebut tidak boleh mudah menjadi padat. d.Dalam musim hujan, air harus mudah meresap ke dalam tanah. Ini berarti pembuangan air harus cukup baik. Tujuan pembuatan bedengan dalam budidaya tanaman sayuran adalah : a.Memudahkan pembuangan air hujan, melalui selokan. b.Memudahkan meresapnya air hujan maupun air penyiraman ke dalam tanah. c.Memudahkan pemeliharaan, karena kita dapat berjalan antar bedengan dengan bedengan. d.Menghindarkan terinjak-injaknya tanah antara tanaman hingga menjadi padat. ( Rismunandar, 1983 ). 3.Penanaman Pada penanaman yang benihnya langsung disebarkan di tempat penanaman, yang perlu dijalankan adalah : a.Supaya keadaan tanah tetap lembab dan untuk mempercepat berkecambahnya benih, sehari sebelum tanam, tanah harus diairi terlebih dahulu. perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user11b.Tanah diaduk (dihaluskan), rumput-rumput dihilangkan, kemudian benih disebarkan menurut deretan secara merata. c.Setelah disebarkan, benih tersebut ditutup dengan tanah, pasir, atau pupuk kandang yang halus. d.Kemudian disiram sampai merata, dan waktu yang baik dalam meyebarkan benih adalah pagi atau sore hari. (AAK, 1992). Penanaman dapat dilakukan setelah tanaman sawi berumur 3 - 4 Minggu sejak benih disemaikan. Jarak tanam yang digunakan umumnya 20 x 20 cm. Kegiatan penanaman ini sebaiknya dilakukan pada sore hari agar air siraman tidak menguap dan tanah menjadi lembab (Anonim, 2007). Waktu bertanam yang baik adalah pada akhir musim hujan (Maret). Walaupun demikian dapat pula ditanam pada musim kemarau, asalkan diberi air secukupnya (Sunaryono dan Rismunandar, 1984). 4.Pemeliharaan tanaman Pemeliharaan dalam budidaya tanaman sawi meliputi tahapan penjarangan tanaman, penyiangan dan pembumbunan, serta pemupukan susulan. a.Penjarangan tanaman Penanaman sawi tanpa melalui tahap pembibitan biasanya tumbuh kurang teratur. Di sana-sini sering terlihat tanaman-tanaman yang terlalu pendek/dekat. Jika hal ini dibiarkan akan menyebabkan pertumbuhan tanaman tersebut kurang begitu baik. Jarak yang terlalu rapat menyebabkan adanya persaingan dalam menyerap unsur-unsur hara di dalam tanah. Dalam hal ini penjarangan dilakukan untuk mendapatkan kualitas hasil yang baik. Penjarangan umumnya dilakukan 2 minggu setelah penanaman. Caranya dengan mencabut tanaman yang tumbuh terlalu rapat. Sisakan tanaman yang tumbuh baik dengan jarak antar tanaman yang teratur (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user12b.Penyiangan dan pembumbunan Biasanya setelah turun hujan, tanah di sekitar tanaman menjadi padat sehingga perlu digemburkan. Sambil menggemburkan tanah, kita juga dapat melakukan pencabutan rumput-rumput liar yang tumbuh. Penggemburan tanah ini jangan sampai merusak perakaran tanaman. Kegiatan ini biasanya dilakukan 2 minggu sekali (Anonim, 2007). Untuk membersihkan tanaman liar berupa rerumputan seperti alang-alang hampir sama dengan tanaman perdu, mula-mula rumput dicabut kemudian tanah dikorek dengan gancu. Akar-akar yang terangkat diambil, dikumpulkan, lalu dikeringkan di bawah sinar matahari, setelah kering, rumput kemudian dibakar (Duljapar dan Khoirudin, 2000). Ketika tanaman berumur satu bulan perlu dilakukan penyiangan dan pembumbunan. Tujuannya agar tanaman tidak terganggu oleh gulma dan menjaga agar akar tanaman tidak terkena sinar matahari secara langsung (Tim Penulis PS, 1995 ). c.Pemupukan Setelah tanaman tumbuh baik, kira-kira 10 hari setelah tanam, pemupukan perlu dilakukan. Oleh karena yang akan dikonsumsi adalah daunnya yang tentunya diinginkan penampilan daun yang baik, maka pupuk yang diberikan sebaiknya mengandung Nitrogen (Anonim, 2007). Pemberian Urea sebagai pupuk tambahan bisa dilakukan dengan cara penaburan dalam larikan yang lantas ditutupi tanah kembali. Dapat juga dengan melarutkan dalam air, lalu disiramkan pada bedeng penanaman. Satu sendok urea, sekitar 25 g, dilarutkan dalam 25 l air dapat disiramkan untuk 5 m bedengan. Pada saat penyiraman, tanah dalam bedengan sebaiknya tidak dalam keadaan kering. Waktu penyiraman pupuk tambahan dapat dilakukan pagi atau sore hari (Haryanto et al., 1995). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user13Jenis-jenis unsur yag diperlukan tanaman sudah kita ketahui bersama. Kini kita beralih membicarakan pupuk atau rabuk, yang merupakan kunci dari kesuburan tanah kita. Karena pupuk tak lain dari zat yang berisisi satu unsur atau lebih yang dimaksudkan untuk menggantikan unsur yang habis diserap tanaman dari tanah. Jadi kalau kita memupuk berarti menambah unsur hara bagi tanah (pupuk akar) dan tanaman (pupuk daun). Sama dengan unsur hara tanah yang mengenal unsur hara makro dan mikro, pupuk juga demikian. Jadi meskipun jumlah pupuk belakangan cenderung makin beragam dengan merek yang bermacam-macam, kita tidak akan terkecoh. Sebab pupuk apapun namanya, entah itu buatan manca negara, dari segi unsur yang dikandungnya ia tak lain dari pupuk makro atau pupuk mikro. Jadi patokan kita dalam membeli pupuk adalah unsur yang dikandungnya (Lingga, 1997). Pemupukan membantu tanaman memperoleh hara yang dibutuhkanya. Unsur hara yang pokok dibutuhkan tanaman adalah unsur Nitrogen (N), Fosfor (P), dan Kalium (K). Itulah sebabnya ketiga unsur ini (NPK) merupakan pupuk utama yang dibutuhkan oleh tanaman. Pupuk organik juga dibutuhkan oleh tanaman, memang kandungan haranya jauh dibawah pupuk kimia, tetapi pupuk organik memiliki kelebihan membantu menggemburkan tanah dan menyatu secara alami menambah unsur hara dan memperbaiki struktur tanah (Nazarudin, 1998). 5.Pengendalian hama dan penyakit Hama yang sering menyerang tanaman sawi adalah ulat daun. Apabila tanaman telah diserangnya, maka tanaman perlu disemprot dengan insektisida. Yang perlu diperhatikan adalah waktu penyemprotannya. Untuk tanaman sayur-sayuran, penyemprotan dilakukan minimal 20 hari sebelum dipanen agar keracunan pada konsumen dapat terhindar (Anonim, 2007). perpustakaan.uns.ac.iddigilib.uns.ac.idcommit to user14OPT yang menyerang pada tanaman sawi yaitu kumbang daun (Phyllotreta vitata), ulat daun (Plutella xylostella), ulat titik tumbuh (Crocidolomia binotalis), dan lalat pengerek daun (Lyriomiza sp.). Berdasarkan tingkat populasi dan kerusakan tanaman yang ditimbulkan, maka peringkat OPT yang menyerang tanaman sawi berturut-turut adalah P. vitata, Lyriomiza sp., P. xylostella, dan C. binotalis. Hama P. vitatamerupakan hama utama, dan hama P. xylostella serta Lyriomiza sp. merupakan hama potensial pada tanaman sawi, sedangkan hamaC. binotalis perlu diwaspadai keberadaanya (Mukasan et al., 2005). Beberapa jenis penyakit yang diketahui menyerang tanaman sawi antara lain: penyakit akar pekuk/akar gada, bercak daun altermaria, busuk basah, embun tepung, rebah semai, busuk daun, busuk Rhizoctonia, bercak daun, dan virus mosaik (Haryanto et al., 1995). 6.Pemanenan Tanaman sawi dapat dipetik hasilnya setelah berumur 2 bulan. Banyak cara yang dilakukan untuk memanen sawi, yaitu: ada yang mencabut seluruh tanaman, ada yang memotong bagian batangnya tepat di atas permukaan tanah, dan ada juga yang memetik daunnya satu per satu. Cara yang terakhir ini dimaksudkan agar tanaman bisa tahan lama (Edy margiyanto,