• Tidak ada hasil yang ditemukan

1B KEL 1 MANUSIA,NILAI MORAL DAN HUKUM MAKALAH (2)

N/A
N/A
AYU AZHARY BAHAR

Academic year: 2024

Membagikan "1B KEL 1 MANUSIA,NILAI MORAL DAN HUKUM MAKALAH (2)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR MANUSIANILAI MORAL DAN HUKUM

Di Susun Oleh:

Nama Kelompok : Al Viola Devita (P07234020053) Fidia Novilasari (P07234020068) Herlin Victoria (P07234020072) Lala (P07234020076)

Retri Yaumil Sulistiawati (P07234020086) Skolastika Agustina Setia (P07234020093) Sulpinah Damayanti (P07234020094) Uswatun Hasanah Asri (P07234020097) Weni Indry Yanti (P07234020100)

Kelas : 1B

POLTEKKES KEMENKES KALTIM

PROGRAM STUDI D-III TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK 2020/2021

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Konsep-Konsep Dasar Manusia Sebagai Mahkluk Budaya” .

Kami menyadari bahwa didalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan dan tuntunan Tuhan Yang Maha Esa.Tidak lupa juga dalam kesempatan ini kami ucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing dan teman-teman serta bantuan dari berbagai pihak yang membantu dalam pembuatan makalah ini sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya untuk diri kita sendiri, umumnya kepada para pembaca makalah ini.Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari bentuk penyusunan maupun materinya.Kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan makalah selanjutnya.

Rabu, 27 Januari 2021

Penyusun Kelompok 1

(3)

DAFTAR ISI JUDUL

KATA PENGANTAR...i

DAFTAR ISI... ii

BAB I PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang...1

B. Rumusan Masalah...2

C. Tujuan... 2

BAB II PEMBAHASAN...3

A. Hakikat Nilai Dalam Kehidupan Manusia... 3

B. Peran Hukum Dalam Masyarakat... 4

C. Peran Nilai dan Moral Dalam Masyarakat... 9

D. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara 11 BAB III PENUTUP...15

A. Kesimpulan... 15

B. Saran ...15

DAFTAR PUSTAKA...16

(4)

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

Hakikatnya manusia adalah makhluk moral. Untuk menjadi makhluk sosial yang memiiki kepribadian baik serta bermoral tidak secara otomatis, perlu suatu usaha yang disebut pendidikan. Menurut pandangan humanisme manusia memiliki kemampuan untuk mengarahkan dirinya ketujuan yang positif dan rasional. Manusia dapat mengarahkan, mengatur,dan mengontrol dirinya. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan ialah upaya untuk memajukan perkembangan budi pekerti (kekuatan batin), pikiran (intelek),dan jasmani (Slamet Sutrisno,1983, 26). Perkembangan kepribadian seseorang tidak lepas dari pengaruh lingkungan sosial budaya tempat tumbuh dan berkembangnya seseorang (cultural backround of personality). Setiap orang pasti akan selalu berusaha agar segala kebutuhan hidupnya dapat terpenuhi dengan baik sehingga dapat mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Kebutuhan hidup manusia selain ada kesamaan juga terdapat banyak perbedaan bahkan bertentangan antara satu dengan yang lain. Agar dalam usaha atau perjuangan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tidak terjadi tabrakan antara yang satu dengan yang lain dalam masyarakat, maka diperlukan adanya suatu aturan, norma atau kaidah yang harus dipatuhi oleh segenap warga masyarakat.

Oleh sebab itu di negara Indonesia, kehidupan manusia dalam bermasyarakat diatur oleh hukum juga diatur oleh norma- norma agama, kesusilaan, dan kesopanan, serta kaidah- kaidah lainnya. Kaidah-kaidah sosial itu mengikat dalam arti dipatuhi oleh anggota masyarakat di mana kaidah itu berlaku. Hubungan antara hukum dan kaidah- kaidah sosial lainnya itu saling mengisi.Penegakan hukum selalu menjadi suatu kewajiban yang mutlak harus diadakan dalam negara hukum yang berdasarkan Pancasila. Kewajiban tersebut bukan hanya dibebankan pada petugas resmi yang telah ditunjuk dan diangkat oleh Pemerintah akan tetapi adalah juga merupakan kewajiban dari pada seluruh warga masyarakat. Bukan merupakan rahasia umum lagi bahwa kadang-kadang terdapat noda hitam dalam praktek penegakan hukum yang perlu untuk dibersihkan sehingga hukum dan keadilan benar-benar dapat ditegakkan.

(5)

B. RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana hakikat nilai dalam kehidupan manusia?

2. Bagaimana peran hukum dalam masyarakat ?

3. Bagaiamana peran nilai dan moral dalam masyarakat ?

4. Bagaimana Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara?

C. TUJUAN MASALAH

1. Mengetahui hakikat nilai dalam kehidupan manusia 2. Mengetahui peran hukum dalam masyarakat

3. Mengetahui peran nilai dan moral dalam masyarakat

4. Mengetahui perwujudan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan Negara

(6)

BAB II PEMBAHASAN A. Hakikat Nilai Dalam Kehidupan Manusia

Hakikat niai dalam kehidupan manusia berarti memberi pertimbangan untuk menentukan apakah sesuatu itu bermanfaat/ berguna atau tidak, baik atau buruk , benar atau salah. Manusia selalu menghendaki nilai kemanfaatan /kegunaan dari pada kerugian, nilai kebaikan dari pada keburukan dan nilai kebenaran daripada kesalahan. Alasannya adalah nilai kerugian, keburukan dan kesalahan itu nol atau kosong, tidak berarti apa-apa, bahkandapat menjadi sumber kehancuran, kemiskinan dan kebodohan dalam masyarakat.

Apabila ada manusia ynag memilih niali kerugian, keburukan, atau kesalahan, dia dianggap telah melakukan penyimpangan karena salah arah serta salah jalan, perlu di sadarkan dan di selamatkan agar manusia tersebut kembali ke jalan yang benar,baik dan bermanfaaat / berguna bagi dirinya sendiri dan bgai masyarakat.

Persoalan nilai, etika dan estetika semakin diperluas dan semakin kompleks sebab menyentuh hal-hal yang berhubungan dengan ekstensi manusia, yaitu berupa jasmani, rohani, fisik, mental, pikiran bahkan perasaan. Seolah-olah nilai berhubungan dengan pribadi manusia semata. Apabila nilaisudah masuk pada kawasan pribadi, muncul perosoalan apakah pihak lain atau orang lain dapat mencampuri urusan pribadi orang tersebut. Misalnya saja : saya menyukai sebuah lukisan, karena saya menganggap lukisan tersebut indah apakah orang lain berhak menyangkal keindahan lukisan tersebut serta melarang saya menyukainya karena dia memiliki sudut pandang dan rasa yang berlainan persoalan ini jauh lebih rumit tatkala menyentuh persoalan selera, mungkin dalam kawasan etika lebih mudah mencari standar ukurannya, karena banyak standar nilai etis yang disepakati secara universal seperti; keadilan, kejujuran, keihklasan dan sebagainya, akan tetapi apabila masuk pada kawasan estetika, “mungkin “ setiap orang mempunyai selera yang berbeda, baik persoalan warna ,bentuk maupun gayanya.

(7)

B. PERAN HUKUM DALAM MASYARAKAT a. Pengertian Hukum

Hukum merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat Hukum memiliki pengertian yang bermacam-macam tergantung dari tempat dan waktu dimana hukum tersebut berlaku. Oleh karena itu pengertian hukum sangat beragam. Beberapa ahli mengemukakan pendapatnya tentang hukum, sebagai berikut (Sunarso, 2006: 93-94)

a. Prof. Dr. Muchtar Kusumaatmadja, dan Dr. B. Arief Sidharta, SH.menyatakan bahwa hukum adalah perangkat kaidah-kaidah dan asas-asas yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat.

b. Dr. E. Utrecht, SH,menyatakan bahwa hukum adalah kumpulan peraturanperaturan (perintah dan larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus ditaati oleh masyarakat.

c. Menurut Simorangkir, SH, Hukum adalah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaran terhadap peraturan-peraturan tadi berakibat diambilnya tindakan.

d. Menurut Mudjiono, SH, Hukum adalah keseluruhan aturan tingkah laku manusia dalam pergaulan hidup berbangsa dan bernegara, baik tertulis dan tidak tertulis yang berfungsi memberikan rasa tentram dan akan berakibat diberikannya sanksi bagi yang melanggarnya.

Pengertian hukum dapat pula dikaji dari berbagai pendapat. Sebagaimana yang dikemukakan Soerjono Soekanto sebagai berikut:

 Hukum sebagai ilmu, ilmu hukum adalah cabang dari ilmu sosial dan humaniora.

 Hukum sebagai disiplin, pelanggaran terhadap disiplin akan diberi sanksi.

 Hukum sebagai kaedah, yaitu pedoman untuk bertindak.

(8)

 Hukum sebagai tata hukum, yaitu kaedah-kaedah yang berlaku pada suatu waktu dan tempat tertentu serta berbentuk tertulis.

 Hukum sebagai petugas, menunjuk kepada orang yang diberi tugas menegakkan hukum.

 Hukum sebagai jalinan nilai-nilai, yaitu tenteng apa yang dianggap baik dan buruk. Hukum ialah peraturan-peraturan yang bersifat memaksa, yang menentukan tingkah laku manusia dalam lingkungan masyarakat, yang dibuat oleh badan-badan resmi yang berwajib, pelanggaranpelanggaran yang dikenai tindakantindakan hukum tertentu.

Berdasarkan definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur dalam hukum meliputi:

a) peraturan dibuat oleh yang berwenang;

b) tujuannya mengatur tata;

c) tertib kehidupan masyarakat;

d) mempunyai ciri memerintah dan melarang;

e) bersifat memaksa dan ditaati

b. Fungsi dan Tujuan Hukum Hukum yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat pada dasarnya memiliki fungsi dan tujuan.

Adapun fungsi hukum adalah :

a. Dua fungsi hukum yang pokok adalah sebagai kontrol sosial dan sebagai sarana untuk melakukan perubahan masyarakat. Sebagai sarana kontrol sosial, maka hukum bertugas menjaga agar masyarakat tetap berada didalam pola-pola tingkah laku yang diterapkan olehnya. Hukum hanya mempertahankan apa yang telah diterapkan dan diterima di dalam masyarakat.

b. Sedangkan fungsi hukum sebagi sarana untuk melakukan perubahan masyarakat, maka hukum bertugas untuk mengerakkan tingkah laku masyarakat kearah timbulnya suatu keadaan tertentu yang dikehendaki atau di rencanakan.

Sedangkan tujuan hukum adalah untuk menciptakan ketertiban.

c. Jenis-Jenis Hukum

(9)

Penerapan hukum dalam kehidupan masyarakat dapat dikaji dari jenis-jenis hukumnya, secara garis besarnya jenis hukum dapat dibedakan berdasarkan :

DASAR DESKRIPSI

WAKTU 1) Ius Constitutum, yaitu hukum yang dibentuk dan berlaku didalam masyarakat Negara pada suatu saat. Ius Constitutum disebut pula hukum positif yaitu hukum yang berlaku saat ini.

2) Ius Constituendum, yaitu hukum yang dicita-citakan dalam pergaulan hidup Negara, tetapi belum dibentuk menjadi undang-undang dan ketentuan lain.

BENTUK 1) Hukum tertulis, yaitu hukum yang bibuat dalam bentuk tertulis yang telah dikondisifkan (disusun secara sistematis dan teratur dalam subuah kitab undang- undang) maupun tidak dikondisifkan (yang masih tersebar sebagai peraturan yang berdiri sendiri). Hukum tertulis ini contohnya adalah Undangundang.

2) Hukum tidak tertulis, merupakan persamaan dari hukum kebiasaan, atau hukum adat. Hukum tidak tertulis ini merupakan bentuk hukum yang tertua.

LUAS

BERLAKUNYA

1) Hukum umum, yaitu aturan hukum yang berlaku pada umumnya. Contohnya: aturan mengenai sewa- menyewa,hukum pidana. Hukum umum sering dinamakan ius generale.

2) Hukum khusus, yaitu aturan hukum yang berlaku untuk aturan khusus. Kehususannya dapat menunjuk pada tempat maupun hal-hal tertentu dari kehidupan masyarakat. Contohnya: aturan mengenai sewa- menyewa rumah, hukum pidana militer. Hukum khusus

(10)

dinamakan juga ius speciale.

ISI 1) Hukum public, yaitu aturan hukum yang mengatur kepentingan public atau kepentingan umum. Mengatur hubungan hukum antara Negara dan perseorangan atau alat perlengkapan Negara. Contohnya: hukum pidana, hukum tata Negara.

2) Hukum privat, yaitu aturan hukumyang mengatur kepentingan perseorangan. Mengatur hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain.

Contohnya : hukum perdata.

FUNGSI 1) Hukum materiil, yaitu aturan hukum yang berwujud perinnnntah-perintah atauapun larangan-larangan.

Contohnya: hukum pidana, hukum perdata, hukum tata usaha Negara dan sebagainya.

2) Hukum formal, yaitu aturan hukum yang mengatur bagaimana cara melaksanakan hukum materiil.

Contohnya: hukum acara pidana, hukum acara perdata, hukum acara tata usaha Negara.

SIFAT 1) Hukum pemaksa (dwingendrecht),yaitu aturan hukum yang dalam diadakan konkrit tidak dapat dikesampingkan dengan aturan yang diadakan oleh pihak penyelenggara. Hukum pemaksa ini mempunyai sifat keharusan untuk ditaati. Contohnya: pasal 6 ayat (1) undsng-undsng Nomor 1 Tahun 1974 (Undang- undang Perkawinan), menyatakan bahwa perkawinan harus diadakan atas kedua persetujuan calon mempelai.

2) Hukum pelengkap (aanvullendrecht), yaitu aturan yang dalam keadaan konkrit dapat dilesampingkan oleh para pihak yang mengadakan hubungan hukum. Hukum pelengkap ini dapat digunakan bila para pihak memerlukan dan apabila tidak, dapat menggunakan

(11)

aturan yanag dibuat sendiri. Contohnya: Buku III Kitab Undang-undang Hukum Perdata, tentang Pertkatan, semua aturan perikatan ini dapat digunakan apabila para pihak yang mengadakan perikatan tidak membuat aturan sendiri tentang perikatan yang dibuatnya.

SUMBER 1) Undang-undang, yaitu setiap aturan yang dibentuk oleh alat perlengkapan Negara yang diberi kekuasaan membentuk undang-undang, serta berlaku bagi semua orang dalam wilayah Negara.

2) Yurisprudensi, yaitu keputusan hakim atau keputusan pengadilan yang digunakan berulang-ulang sebagai bahan pertimbangan dalam menjatuhkan putusan terhadap perkara yang serupa.

3) Traktat atau perjanjian internasional, yaitu persetujuan antara Negara yang satu dengan Negara yang lain dimana Negaranegara tersebut telah mengikatkan dirinya untuk menerima hakhak dan kewajiban- kewajiban yang timbul dari perjanjian itu.

4) Kebiasaan, yaitu pola tindak yang berulang-ulang mengenai suatu hal yang sama yan terjadi dalam masyarakat dalam bidangtertentu.

5) Pendapat para sarjana terkemuka atau doktrin, yaitu pendapat yang dikemukakan para sarjana terkemuka mengenai suatu yang membantu setiap orang termasuk hakim dalam mengambil keputusan sebagai sumber tambahan.

C. Peran Nilai dan Moral Dalam Masyarakat 1. Kedudukan Nilai dalam Masyarakat

(12)

a. Konsep dan Hakekat Nilai

Perilaku manusia terkait dengan nilai. Bahkan nilai menjadi aspek penting yang dibutuhkan oleh manusia. Menurut Robert M.Z. Lawang, nilai adalah gambaran mengenai apa yang diinginkan, yang pantas, yang berharga, yang mempengaruhi perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu perilaku sosial dari orang yang memiliki nilai itu. Sedangkan menurut Pepper, sebagaimana dikutip oleh Munandar, menyatakan bahwa batasan nilai dapat mengacu pada berbagai hal seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, keengganan dan hal-hal yang berhubungan dengan perasaan dan orientasi seleksinya (Irene, 1993:21).

Nilai mempunyai berbagai makna, sehingga sulit untuk menyimpulkan secara komprehensif makna nilai yang mewakili dari berbagai kepentingan dan berbagai sudut pandang, tetapi ada kesepakatan yang sama dari berbagai pengertian tentang nilai yakni berhubungan dengan manusia, dan selanjutnya nilai itu penting. Untuk melihat sejauhmana variasi pengertian nilai tersebut, terutama yang terkait dengan pendidikan, di bawah ini ada beberapa definisi yang diharapkan berbagai sudut pandang (dalam Elly,2007:120)

1. Menurut Cheng (1955): Nilai merupakan sesuatu yang potensial, dalam arti terdapatnya hubungan yang harmonis dan kreatif, sehingga berfungsi untuk menyempurnakan manusia, sedangkan kualitas merupakan atribut atau sifat yang seharusnya dimiliki .

2. Menurut Frakena, nilai dalam filsafat dipakai untuk menunjuk kata benada abstrak yang artinya “keberhargaan” (worth) atau “kebaikan” (goodness) dan kata kerja yang artinya suatu tindakan kejiwaan tertentu dalam menilai atau melakukan penilaian.

3. Menurut Lasyo, nilai bagi manusia merupakan landasan atau motivasi dalam segala tingkah laku atau perbuatannya.

4. Menurut Arthur w.Comb, nilai adalah kepercayaan-kepercayaan yang digeneralisir yang berfungsi sebagai garis pembimbing untuk menyeleksi tujuan serta perilaku yang akan dipilih untuk dicapai.

5. Menurut John Dewey , value is object of social interest

(13)

6. Sosiologi tidak berbicara tentang nilai itu sendiri, tetapi lebih menekankan sejauh mana suatu nilai akan mempengaruhi perilaku seseorang dan hubungannya dengan orang lain (Irene, 1993:21). Menurut Prof. Dr.

Notonegoro, membagi nilai menjadi 3 yakni:

a. Nilai material, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi unsur manusia.

b. Nilai vital, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk mengadakan kegiatan dan aktivitas.

c. Nilai kerohanian, yaitu segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia.

Nilai kerohanian ini dapat dibedakan atas 4 macam yakni:

a. Nilai kebenaran yang bersumer pada unsur akal.

b. Nilai keindahan yang bersumber pada unsur rasa indah.

c. Nilai kebaikan atau nilai moral, yang bersumber pada unsur kodrat manusia.

d. Nilai religius, yang merupakan nilai ketuhanan, kerohanian yang tertinggi dan mutlak.

b. Hierakhi Kualitas Nilai

Nilai tidak mudah dipahami jika lepas dari konteksnya. Oleh karena itu, pemahaman tentang nilai bersifat silmultan saja, tetapi harus dipahami secara holistik dan kontinue , sehingga problem yan akan diatasi atau dikaji memapaparkan persoalan nilai dalam berbagai dimensinya, sebagaimana dijelaskan oleh Frondizi memberikan yang melakukan pemilahan terhadap kualitas sesuatu, yaitu:

1. Kualitas primer: Suatu hal utama yang membuat kenyataan sesuatu dan sifatnya harus (misalnya: bentuk, wujud, panjang, berat, tinggi [bisa diindera/material], akal [tidak bisa diindera/immaterial])

2. Kualitas sekunder: Sesuatu yang menyertai kenyataan sesuatu (misalnya:

warna, rasa, dan bau)

3. Kualitas tersier: Sesuatu yang tidak dapat ditangkap oleh indera (misalnya:

(14)

kharisma, rasa takut, bingung, keanggunan)

Ketiga kualitas ini bersatu menjadi sesuatu yang disebut sebagai Kualitas Gestalt.

D. Perwujudan Nilai, Moral dan Hukum dalam Masyarakat dan Negara.

Perwujudan nilai, moral dan hukum dalam masyarakat dan negara dapat diartikan dengan makna kesadaran hukum dalam masyarakat. Pada umumnya kesadaran hukum dikaitkan dengan ketaatan hukum atau efektivitas hukum. Dengan kata lain, kesadaran hukum manusia menyangkut masalah apakah ketentuan hukum tertentu benar-benar berfungsi atau tidak dalam masyarakat.

Untuk menggambarkan keterkaitan antara kesadaran hukum dengan ketaatan hukum terdapat suatu hipotesis yang dikemukakan oleh Berl Kutchinsky, yaitu “ a ‘strong legal consciousness’ is sometimes considered the cause of adherence to law (sometimes it is just another word for that) while a ‘weak legal consciousness’ is considered the cause of crime and evil”. Kuatnya kesadaran tentang undang-undang (hukum) kadang-kadang dipertimbangkan menjadi penyebab kesetiaan atau ketaatan hukum (meskipun kadang-kadang hanya sebatas pada kata-kata saja), sedangkan lemahnya kesadaran tentang undang-undang (hukum) dipertimbangkan menjadi penyebab terjadinya kejahatan dan malapetaka.

Kesadaran hukum memiliki perbedaan dengan perasaan hukum. Perasaan hukum diartikan sebagai penilaian hukum yang timbul secara serta merta dari masyarakat dalam kaitannya dengan masalah keadilan.

Tentang faktor-faktor yang menyebabkan masyarakat mematuhi hukum, antara lain adalah : 1. Compliance.

Diartikan sebagai suatu kepatuhan yang didasarkan pada harapan akan suatu imbalan dan usaha untuk menghindarkan diri dari hukuman atau sanksi yang mungkin dikenakan apabila seseorang melanggar ketentuan hukum, baik hukum formal/ positif ataupun hukum berdasarkan normas-norma masyarakat (sanksi sosial).

2. Identification.

Terjadi bila kepatuhan terhadap kaidah- kaidah hukum ada bukan karena nilai instrinsiknya, akan tetapi agar keanggotaan kelompok tetap terjaga serta da hubungan

(15)

baik dengan mereka yang diberi wewenang untuk menerapkan kaidah-kaidah hukum tersebut

3. Internalization.

Pada tahap ini seseorang mematuhi kaidah- kaidah hukum dikarenakan secara intrinsik kepatuhan tadi mempunyai imbalan.

4. Society Interest.

Maksudnya ialah kepentingan-kepentingan para warga masyarakat terjamin oleh wadah hukum yang ada.

Kesadaran hukum berkaiatan dengan nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam suatu masyarakat. Dalam hal ini telah terjadi internalisasi hukum hukum dalam masyarakat yang diartikan bahwa, kaidah- kaidah hukum tersebut telah meresap dalam diri masyarakat.

Terdapat 4 (empat) indikator kesadaaran hukum, yang masing-masing merupakan suatu tahapan bagi tahapan berikutnya , yaitu :

1. Pengetahuan Hukum.

Pengetahuan Hukum adalah pengetahuan seseorang mengenai beberapa perilaku tertentu yang sudah diatur oleh hukum. Sudah tentu bahwa hukum yang dimaksud di sini adalah hukum tertulis (hukum formal) dan hukum tidak tertulis (norma-norma atau aturan-aturan dalam masyarakat) misal seseorang mengetahui bahwa membunuh, mencuri, merampok dan lain-lainnya itu dilarang oleh hukum.

2. Pemahaman Hukum.

Pemahaman Hukum dalam arti di sini adalah sejumlah informasi yang dimiliki seseorang mengenai isi peraturan dari suatu hukum tertentu. Dengan kata lain pemahaman hukum adalah suatu pengertian terhadap isi dan tujuan daari suatu peraturan dalam suatu hukum tertentu, tertulis maupun tidak tertulis, serta manfaatnya bagi pihak-pihak yang kehidupannya diatur oleh peraturan tersebut.

Persepsi ini biasanya diwujudkan melalui sikap mereka terhadap tingkah laku sehari- hari.

3. Sikap Hukum

Sikap Hukum adalah suatu kecenderungan untuk menerima hukum karena

(16)

adanya penghargaan terhadap hukum sebagi sesuatu yang bermanfaat atau menguntungkan jika hukum itu ditaati. Sebagaimana terlihat disini bahwa kesadaran hukum berkaitan dengan nilai-nilai yang terdapat di masyarakat.

4. Pola Perilaku Hukum.

Pola Perilaku Hukum merupakan hal yang utama dalam kesadaran hukum, karena di sini dapat dilihat apakah suatu peraturan berlaku atau tidak dalam masyarakat. Dengan demikian sampai seberapa jauh kesadaran hukum dalam masyarkat dapat dilihat dari pola perilaku hukum suatu masyarakat.

Bila dianggap bahwa hukum merupakan konkritisasi dari sistem nilai-nilai yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, maka dengan demikian suatu keadaan yang dicita-citakan adalah adanya keselarasan dan keseimbangan antara hukum dengan sistem nilai-nilai tersebut.

(17)
(18)

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan

Hakikat niai dalam kehidupan manusia berarti memberi pertimbangan untuk menentukan apakah sesuatu itu bermanfaat/ berguna atau tidak, baik atau buruk , benar atau salah.

Manusia selalu menghendaki nilai kemanfaatan /kegunaan dari pada kerugian, nilai kebaikan dari pada keburukan dan nilai kebenaran daripada kesalahan. Alasannya adalah nilai kerugian, keburukan dan kesalahan itu nol atau kosong, tidak berarti apa-apa, bahkandapat menjadi sumber kehancuran, kemiskinan dan kebodohan dalam masyarakat.

Hukum merupakan aspek penting dalam kehidupan masyarakat. hukum yang pokok adalah sebagai kontrol sosial dan sebagai sarana untuk melakukan perubahan masyarakat.

Sebagai sarana kontrol sosial, maka hukum bertugas menjaga agar masyarakat tetap berada didalam pola-pola tingkah laku yang diterapkan olehnya. Hukum hanya mempertahankan apa yang telah diterapkan dan diterima di dalam masyarakat. Fungsi hukum sebagi sarana untuk melakukan perubahan masyarakat, maka hukum bertugas untuk mengerakkan tingkah laku masyarakat kearah timbulnya suatu keadaan tertentu yang dikehendaki atau di rencanakan. Sedangkan tujuan hukum adalah untuk menciptakan ketertiban. Perilaku manusia terkait dengan nilai. Bahkan nilai menjadi aspek penting yang dibutuhkan oleh manusia.

B. Saran

Dalam mengerjakan tugas pembuatan makalah tentang manusia,nilai moral dan hukum, kelompok kami menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu kami perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan dalam pembahasan materi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan sebagai bahan evaluasi untuk kedepannya.

Dan semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan kita dan bermanfaat

(19)

DAFTAR PUSTAKA

 Sihotang, Amri. 2008. Ilmu Sosial Budaya dan Dasar (ISBD). Semarang : Semarang University Press.

 Sunarso, dkk. 2006. Buku Pendidikan Kewarganegaraan. UNY Press, hal 93-04.

 Sutarni, Universitas Islam Sumatera Utara, Indonesia, Vol 18, No 1 (2018): Edisi September 2018 - Articles

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa praktik hukum waris yang berkembang dan tumbuh di masyarakat Desa Petok dapat ditolerir oleh hukum Islam dalam praktik

Nilai adalah milik semua obyek dan tidak memilki eksistensi yang riil karena nilai merupakan sifat dan kualitas, sebelum termanifestasikan nilai hanyalah kemungkinan

berkembang pesat dan telah banyak mempengaruhi kehidupan masyarakat. Penmuan-penemuan dalam bidang ilmu pengetahuan alam dan teknologi dapat memberikan kemudahan dan

Nilai vital yaitu segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan.. kegiatan

Apabila dikaitkan dengan karakteristik budaya hukum, yaitu tidak tertulis, hidup, tumbuh dan berkembang dalam masyarakat 40 kemudian merupakan ide, nilai dan sikap yang diyakini oleh

Syarat-syarat Benda Tegar Dan Gravitasi Syarat pertama keseimbangan benda tegar Hukum II Newton menyatakan bahwa jika resultan gaya yang bekerja pada sebuah benda benda dianggap

Kesimpulan Hukum adat ketatanegaraan merupakan suatu hukum yang ada di masyarakat Indonesia telah berkembang dengan masanya dalam arti hukum adat ini membahas bagaimana literature

2.3.PENGERTIAN NILAI DALAM ILMU ANTROPOLOGI HUKUM Nilai sosial adalah nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap baik dan apa yang dianggap buruk oleh