• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI mana

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "EVALUASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI mana "

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI

PERTANAHAN DI BADAN PERTANAHAN NASIONAL

*†

Fahmi Charish Mustofa 1,2

1. Mahasiswa Program S-3 Ilmu Teknik Geomatika Departemen Teknik Geodesi UGM Yogyakarta 2. Analis Survei Pemetaan Tematik

Badan Pertanahan Nasional

Email: fahmicmdw@gmail.com

Abstract

The land database records land data in the form of physical data (spatial data) and juridical data (attribute / textual data). The two types of data have different characters and are stored and managed with the identity keys of the land rights number and/or land parcel identification number. According to the National Land Agency (BPN) data, until 2013 there are approximately 44.5 million parcels registered in BPN from about 100 million plots of land in the territory of Indonesia. The remaining 55.5 million parcels of land have not been registered. The 44.5 million registered land parcels are known from database at the Center of Data and Information BPN (Pusdatin), while the total number of parcels (± 100 million) is derived from estimation methods. The condition of land data can be known accurately thanks to the implementation of the Information and Communication Technology (ICT). Information and Communication Technology offers data handling solutions (spatial data and attribute data) more efficiently and effectively. The National Land Agency initiated the centralized ICT application since 1997 with the LOC (land office computerization) project.The evolution of land service applications, starting with the LOC, SAS and KKP, is necessary to be recorded in a documentation. This paper is a documentation work to capture the history of application development of land service from time to time along with analysis from the Enterprise GIS (Geographic Information System.

Keywords: land information system, land office computerization, the enterprise GIS, system information development

1.

Latar Belakang

Basisdata pertanahan merekam data pertanahan yang berupa data fisik (data spasial) dan data yuridis (data atribut/tekstual). Dua jenis data tersebut memiliki karakter yang berbeda dan disimpan serta dikelola dengan kunci identitas nomor hak atas tanah dan atau nomor identifikasi bidang tanah.

Menurut data Badan Pertanahan Nasional (BPN), sampai dengan tahun 2013

Paper ini dipresentasikan dalam forum internal Program S-3 Ilmu Teknik Geomatika Departemen Teknik Geodesi UGM Yogyakarta, pada tanggal 25 Februari dan revisinya diunggah pada tanggal 1 Maret 2015.

(2)

jumlah total bidang tanah (±100 juta) di seluruh wilayah Republik Indonesia didapat angkanya dari berbagai metode estimasi.

Kondisi data pertanahan tersebut dapat diketahui jumlah dan kualitasnya dengan akurat berkat implementasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK). Teknologi Informasi dan Komunikasi menawarkan solusi penanganan data pertanahan (data spasial dan data atribut) dengan lebih efisien dan efektif. Badan Pertanahan Nasional memulai penerapan TIK secara terpusat sejak tahun 1997 dengan proyek LOC (land office computerization / komputerisasi kantor pertanahan).

Evolusi aplikasi layanan pertanahan, dimulai dari LOC, SAS dan KKP, perlu untuk dicatat dalam sebuah dokumentasi. Paper ini merupakan wujud usaha pendokumentasian sejarah pengembangan aplikasi layanan pertanahan dari waktu ke waktu disertai analisis dari kacamata teknologi Enterprise GIS.

2.

Sejarah Pengembangan Aplikasi Pelayanan Pertanahan

Berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi di BPN

2.1 Land Office Computerization (LOC) dan Standing Alone System (SAS)

Komputerisasi layanan pertanahan di lingkungan BPN dimulai tahun 1997. Implementasi dilakukan secara bertahap, dari 12 Kantor Pertanahan (Kantah) pada tahun 1997, hingga saat ini tahun 2015 telah diimplementasikan di 430 Kantah di Indonesia [1].

Land Office Computerization dikembangkan bersama antara BPN dengan CIMSA

(perusahaan IT dari Spanyol), menyerap dana sejumlah 700 milyar rupiah yang terdiri dari 3 fase: Fase 1, Fase 2A dan Fase 2B [2]. Masing-masing fase menandai kelompok Kantah yang mulai mengimplementasikan LOC dan perbaikan-perbaikan perangkat lunak LOC.

Perangkat lunak yang digunakan dalam LOC adalah pengelola basisdata spasial Smallworld. Smallworld merupakan aplikasi buatan General Electric yang memiliki karakteristik: mampu mengelola basisdata spasial, berorientasi obyek, dapat terintegrasi dengan aplikasi lain yang memerlukan data spasial, berteknologi Java dengan memanfaatkan DBMS (database management system) Oracle Spatial [3]. Saat itu, tahun 1997-an, teknologi pengolahan dan pengelolaan data spasial Smallworld adalah yang terbaik. Pada akhir masa kontrak CIMSA di tahun 2009, LOC telah diimplementasikan 325 Kantah yang tersebar di seluruh Republik Indonesia di tiga tingkat: 1 Kantor Pusat , 27 Kantor Wilayah (Provinsi) dan 297 Kantah Kabupaten/Kota (CIMSA, 2015).

Aplikasi SAS dibangun sebagai bentuk sederhana dari LOC ditujukan untuk Kantah-kantah yang memiliki volume pekerjaan tidak begitu besar (Mustofa & Aditya, 2009). Aplikasi SAS bisa dijalankan dengan 1 komputer sebagai server

(3)

Gambar 1. Pemanfaatan basisdata SAS dalam layanan pertanahan berbasis web-services untuk PPAT (Mustofa & Aditya, 2009)

2.2 Komputerisasi Kegiatan Pertanahan (KKP)

Segera setelah masa kontrak dengan CIMSA berakhir di tahun 2009, dimulai perombakan atas sistem, aplikasi dan basisdata. Mengadopsi Land Administration

Domain Model (LADM, ISO-19152) sebagai struktur inti basisdata, penggunaan

arsitektur aplikasi N-Tier, antarmuka pengguna berbasis web, basisdata terpusat di Kantor Pusat BPN RI, perawatan dan pemeliharaan aplikasi dilakukan secara mandiri dan satu basisdata untuk data tekstual dan spasial [1]. Sampai dengan Agustus 2013 telah tersedia basisdata 32 juta bidang tanah (71%) dari total 44,5 juta bidang tanah tardaftar/bersertipikat yang tersebar di 430 Kabupaten/Kota dan 33 Propinsi [1].

Implementasi KKP secara perlahan menuju model enterprise GIS ditandai dengan metamorfosa terakhir dalam bentuk aplikasi berbasis web. Proses pendewasaan KKP dilalui dalam etape implementasi awal (KKP Desktop), penambahan fitur geo-referensi (Geo-KKP) dan terakhir aplikasi berbasis web (KKP-Web).

2.2.1 KKP-Desktop

Pelaksanaan KKP menandai transformasi layanan publik bidang pertanahan di Kantah. Tidak ada lagi pelayanan permohonan sertipikat hak atas tanah secara manual. Proses permohonan sertipikat hak atas tanah dapat dimonitoring melalui komputer. Proses permohonan sertipikat hak atas tanah dapat dilakukan secara tertib dan berurutan. Terbangunnya basisdata pertanahan yang aktual dan dapat digunakan dalam kegiatan pelayanan informasi pertanahan kepada masyarakat.

(4)

SERVER BPN Pusat Data & Informasi

Server Kantor Pertanahan

PC Workstation LAN

Server Kantor Pertanahan

PC Workstation LAN

Server Kantor Pertanahan

PC Workstation LAN

VPN

VPN

VPN

Gambar 2. Skema Arsitektur Aplikasi KKP awal implementasi

2.2.2 Geo-KKP

Program lanjutan dari KKP Desktop bertajuk Geo-KKP yang bertujuan menyediakan informasi spasial bersama dengan informasi yuridis atau tekstual dalam satu sistem referensi koordinat. Aplikasi ini dari arsitektur sistem tidak mengalami perubahan dari KKP-Desktop. Aplikasi Geo-KKP mengharuskan setiap gambar bidang tanah memiliki referensi dalam suatu sistem koordinat yang seragam. Penggambaran bidang tanah dilakukan di atas peta dasar yang sama. Peta dasar yang digunakan dalam aplikasi Geo-KKP adalah: citra Google Earth, Google Map, Open Street Map, dan Bing Map. Aplikasi Geo-KKP mengotomatisasi konversi sistem koordinat TM-3⁰ menjadi sistem koordinat Geografis (lintang, bujur) yang digunakan oleh peta dasarnya.

(5)

Gambar 3. Tampilan menu monitoring kualitas data pertanahan

Dari uraian pada paragraf di atas dapat ditulis di sini bawa data pertanahan yang baik, yang masuk dalam KW1 atau KW2 atau KW3 adalah sejumlah 19 juta bidang tanah. Sedangkan 25,5 juta bidang tanah merupakan data pertanahan yang kurang baik yang masuk dalam kualifikasi KW4 atau KW5 atau KW6. Data pertanahan dianggap baik atau kurang baik ditentukan oleh ada tidaknya data spasial bidang tanah dari buku tanah digital yang tercatat. Dalam gambar 3 disajikan tampilan monitoring kualitas data pertanahan pada suatu Kantah.

2.2.3 KKP berbasis web (KKP-Web)

(6)

Server Aplikasi

Gambar 4. Skema arsitektur KKP-Web

KKP-Web (Gambar 4) merubah secara fundamental aplikasi layanan pertanahan yang sebelumnya berbasis desktop dimana sinkronisasi data dilakukan secara periodik menjadi berbasis web dimana sinkronisasi terjadi secara real-time. KKP-Web dibangun dengan pemrograman berbasis web memanfaatkan teknologi

web-services.

3.

Skema Arsitektur Aplikasi KKP

Dokumentasi proses pembangunan aplikasi KKP dari sejak implementasi awal sampai kondisi saat ini sangatlah terbatas aksesnya, sehingga cukup sulit merujuknya dari sumber-sumber tertulis. Akan tetapi teknologi yang digunakan telah diketahui bersama yakni menggunakan teknologi web services.

Web services didefinisikan sebagai sebuah framework yang sistematis dan mudah

dikembangkan yang menangani komunikasi antar aplikasi [8], yang memiliki karakateristik aplikasi yang modular, self-contained, self-describing, dapat dipublikasi-diletakkan-digunakan melalui web.

Web services harus memiliki komponen-komponen berikut (Gambar 5): (1)

service provider (penyedia layanan) yang menyediakan service pada service

broker, (2) service requester (peminta layanan) yang meminta layanan pada

service broker dimana harus mencari service provider yang sesuai dan mengikat

web services langsung dari service provider, dan (3) service broker (perantara

layanan) merupakan komponen yang mengatur permintaan dan penyediaan

(7)

Gambar 5. Komponen web services (W3C, 2004)

Layanan pertanahan berbasis web disediakan dalam service-service yang termuat di lapisan server aplikasi. Penyediaan service di lapisan server aplikasi memberi keuntungan keamanan lapisan basisdata inti terhadap gangguan-gangguan eksternal. Basisdata inti hanya dapat berhubungan dengan service yang telah dibuat.

Server Aplikasi Server

Basisdata

Server Server

Basis data

Basis data

LAN

Services:

CariNoBerkas

InputSubyek

InputBerkas

Dll...

INTERNET

PC Pengguna Laptop Pengguna

Gambar 6. Skema Arsitektur Aplikasi KKP-Web

(8)

tersebut yang menjadi media perantara komunikasi antar komputer pengguna dengan server basisdata (Gambar 6).

4.

Aplikasi KP dari sudut pandang Enterprise GIS

Arsitektur enterprise digunakan dalam pengembangan GIS (Geographic

Information System) dewasa ini dengan tujuan memberikan pengembangan GIS

sesuai karakter enterprise. Karakterisitik teknologi enterprise antara lain: (1) kuncinya pencapaian tujuan, (2) skalabilitas, ekstensibilitas, reliabilitas dan keamanan, (3) terbuka, interoperabel dan berbasis standar, (4) bisa secara efektif diintegrasikan dalam perusahaan, (5) kompleksitas dalam implementasi sehingga membutuhkan perencanaan dan dukungan yang baik, dan (6) memberikan kembalian investasi secara cepat [10].

Gambar 7. Skema arsitektur enterprise GIS (modifikasi Busser & Wrazien, 2008)

Arsitektur enterprise disediakan dalam service-service. Definisi service adalah: (a) bentuk logik dari aktivitas bisnis yang berulang yang menghasilkan keluaran yang spesifik, (b) bisa terdiri dari kumpulan service lain dan (c) merupakan kotak hitam bagi pengguna terhadap layanan itu sendiri [11].

Aplikasi KKP disediakan dalam bentuk service-service sebagaimana dijelaskan dalam bagian terdahulu. Gambar di atas menjelaskan bahwa Aplikasi KKP saat ini sudah sesuai dengan layer-layer dalam skema arsitektur enterprise. Berikut disajikan tabel kesesuaian aplikasi KKP dengan karaktersitik teknologi enterprise (Tabel 1).

Sub-sistem client

Sub-sistem Penghubung

Sub-sistem Server (server basisdata)

(9)

Tabel 1. Aplikasi KKP vs Teknologi Enterprise

No Karakteristik Teknologi Enterprise Kesesuaian Aplikasi KKP

1. Pencapaian tujuan Mendukung terlaksananya tugas pokok dan fungsi BPN menyediakan layanan di bidang pertanahan.

2. Skalabilitas, ekstensibilitas, reliabilitas dan keamanan

Skalabilitas: dikembangkan untuk dapat diimplementasikan di seluruh kantor pertanahan di Indonesia.

Ekstensibilitas: service yang disediakan bisa ditambah sesuai kebutuhan.

Reliabilitas: masih menjadi kendala karena tergantung sub-sistem penghubung (jaringan internet)

Keamanan: dibangun dengan metode pemisahan layer data dan layer aplikasi sehingga menjamin basisdata tidak terganggu.

3. Terbuka, interoperabel dan berbasis standar

Dikembangkan dengan teknologi web-services yang memiliki karakter unggul dalam

interoperabilitas, standar internasional.

4. Dapat secara efektif diintegrasikan dalam perusahaan

Dikembangkan dengan penyediaan service-service yang menyesuaikan kebutuhan kantor.

5. Kompleksitas dalam implementasi sehingga membutuhkan perencanaan dan dukungan yang baik

Impelementasi awal sangat mahal (LOC saja menghasbiskan dana 700 milyar rupiah) dan perlu pendampingan konsultan profesional.

6. Memberikan kembalian investasi secara cepat

Dengan ketersediaan data belum 100% maka kembalian investasi sulit untuk ditentukan.

Aplikasi KKP memiliki sebagian besar karakteristik teknologi enterprise. Ketidaksesuian terdapat dalam hal reliabilitas (2) dan kembalian investasi (6). Kurangnya reliabilitas lebih disebabkan sistem aplikasi KKP sangat tergantung pada kualitas jaringan internet sebagai sub-sistem penghubung. Proyeksi kembalian investasi dianggap masih cukup sulit ditentukan mengingat data pertanahan yang terkumpul saat ini belum mencapai 100%.

5.

Evaluasi Aplikasi KKP-Web

5.1 Evaluasi sistem yang digunakan

(10)

Subsistem Penghubung

Gambar 8. Skema Alur komunikasi antar sub-sistem

Sub-sistem pusat terdiri dari server basisdata sebagai tempat penyimpanan data dan server aplikasi yang berlaku sebagai aplikasi penghubung (middleware) antara sub-sistem pusat dengan sub-sistem klien. Server basisdata dikelola oleh perangkat lunak DBMS Oracle versi 11g. Server aplikasi dikelola berbasis web dengan menggunakan teknologi web-service yang memiliki keunggulan dalam hal interoperabilitas. Pengembangan layanan data dan informasi BPN via internet di masa depan banyak terletak dalam inovasi pengelolaan dan penyediaan service-service di lapisan server aplikasi ini.

Sub-sistem client merupakan ujung tombak layanan dimana terjadi aktivitas pemasukan, representasi dan pengeluaran data. Interaksi komputer client dengan server pusat dibantu oleh perangkat lunak penjelajah Internet (Mozilla Firefox, Internet Explorer, dan sejenisnya)

Sub-sistem penghubung adalah media transportasi data yang memungkinkan komunikasi antar dua sub-sistem di atas mungkin terjadi. Sub-sistem penghubung berupa jaringan kabel komunikasi yang disediakan oleh pihak ketiga (Telkom, BizNet, atau yang lainnya).

5.2 Evaluasi mekanisme penggunaan dan operasional

Keunggulan aplikasi berbasis web adalah kemudahan dalam implementasi di level pengguna. Pengguna cukup berbekal komputer dengan perangkat lunak penjelajah internet (Firefox, Internet Explorer, dll) dan sambungan internet maka sudah dapat menjalankan aplikasi KKP.

Sejak KKP Desktop sampai dengan KKP-Web tidak begitu banyak berubah alur aplikasinya. Demikian pula perankat lunak pengolah data spasial juga masih menggunakan AutoCAD Map. Sehingga dari sisi penerimaan pengguna dapat dibilang tidak menjadi masalah berarti.

(11)

Gambar 9. Menu login pada aplikasi KKP-Web

5.3 Kelebihan dan kekurangan Aplikasi KKP

Dari uraian pada bagian sebelumnya bisa dirangkum kelebihan dan kekurangan aplikasi KKP berikut ini.

5.3.1 Kelebihan Aplikasi KKP

1. Implementasi lebih mudah karena pengguna hanya cukup memasang penjelajah internet untuk menjalankan aplikasi KKP.

2. Kontrol dan error-handling lebih mudah.

3. SOP (prosedur baku) bisa dijalankan dengan lebih konsisten.

5.3.2 Kekurangan Aplikasi KKP

1. Implementasi awal (sisi server) sangat mahal.

2. Kelancaran operasional layanan di Kantah sangat tergantung pada ketersediaaan listrik dan kualitas jaringan internet.

3. Kustomisasi aplikasi tidak dimungkinkan (ini bisa dikatakan kelebihan sekaligus kekurangan), beberapa kasus di wilayah memiliki karakteristik yang unik sehingga ketiadaan fitur kustomisasi ini cukup menyulitkan. 4. Pengguna kurang perhatian dalam menjaga password yang berpotensi

menempatkan aplikasi dan basisdata dalam bahaya penyusup.

6.

Kesimpulan: Hambatan, tantangan dan peluang

Hambatan bisa disebutkan antara lain: (1) kehandalan / reliabilitas sistem yang tergantung pada baik tidaknya kualitas jaringan internet, dan (2) ketersediaan listrik yang stabil pada beberapa Kantah adalah sangat kurang.

(12)

penyusup, (2) perlunya antisipasi resiko bencana terhadap basisdata dengan membangun basisdata cadangan di lokasi yang berbeda.

Meski masih perlu dikembangkan lebih baik lagi merespon hambatan dan tantangan di atas, Aplikasi KKP menyimpan potensi yang luar biasa untuk masa depan layanan pertanahan dan pengelolaan basisdata pertanahan.

Sebagai akhir, teknologi enterprise GIS yang diimplementasikan dalam pembangunan aplikasi KKP memberikan indikasi kuat bahwa keputusan migrasi dari aplikasi berbasis desktop ke aplikasi berbasis web adalah tepat.

---

Daftar Pustaka

[1] Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN, “Komputerisasi Layanan Pertanahan,”

Website Kementerian Agraria dan Tata Ruang / Badan Pertanahan Nasional,

2015. [Online]. Available: http://www.bpn.go.id/Publikasi/Inovasi/Komputerisasi-Layanan-Pertanahan. [Accessed: 01-Feb-2015].

[2] CIMSA Ig AIE, “Komputerisasi Badan Pertanahan Nasional (LOC) - Indonesia,” 2015. [Online]. Available: http://www.cimsaig.com. [Accessed: 12-May-2015].

[3] General Electric, “Smallworld Core,” 2014. [Online]. Available:

http://www.gedigitalenergy.com/Geospatial/catalog/smallworld_core.htm. [Accessed: 28-Feb-2015].

[4] CIMSA, “Komputerisasi Badan Pertanahan (LOC),” 2015. .

[5] F. C. Mustofa and T. Aditya, “Perancangan Aplikasi Layanan Informasi Pertanahan untuk PPAT Berbasis Web Services,”BHUMI - Jurnal Ilmiah

Pertanahan STPN Yogyakarta, vol. 1, pp. 57–70, 2009.

[6] P. G. Satriya, B. Sudarsono, and B. Sasmito, “Kajian Efektivitas Pemanfaatan Sistem GeoKKP untuk Penerbitan Sertipikat di Kantor Pertanahan Kabupaten Kendal Provinsi Jawa Tengah,”Jurnal Geodesi Undip, vol. 3, no. 2, pp. 54–66, 2014.

[7] K. De Zeeuw and M. Salzmann, “Cadastral Innovation Driven by Society: Evolution or Revolution?,” in FIG Working Week 2011: Bridging the Gap

between Cultures, 2011, May 2011.

[8] H. Wang, J. Zhexue, Y. Qu, and J. Xie, “Web services: problems and future directions,”Web Semantics: Science, Services and Agents, vol. 1, pp. 309–320, 2004.

[9] D. Booth et al., Eds., Web Services Architecture, February. W3C, 2004.

[10] D. Busser and D. Wrazien, “Enterprise GIS: Principles, Architectures, and Strategies,”ESRI Technical Workshops. 2008.

[11] The-Open-Group, “Service Oriented Architecture: What Is SOA?,”The Open

Group, 2013.

(13)

Gambar

Gambar 1. Pemanfaatan basisdata SAS dalam layanan pertanahan  berbasis web-services untuk PPAT (Mustofa & Aditya, 2009)
Gambar 2. Skema Arsitektur Aplikasi KKP awal implementasi
Gambar 3. Tampilan menu monitoring kualitas data pertanahan
Gambar 4. Skema arsitektur KKP-Web
+6

Referensi

Dokumen terkait

Simulation means simulate a real life activity.The objectives of this research are to describe a) how the implementation of simulation in teaching speaking skill and b)

Apa saja kebutuhan user dalam pembuatan rancangan konsep aplikasi mobile game yang persuasif untuk memotivasi mahasiswa untuk berolahraga. Bagaimana pembuatan

Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Minahasa Tenggara Nomor 4 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Susunan dan Tata Kerja

bahwa berat labur adalah banyaknya perekat yang diberikan pada permukaan kayu, berat labur yang terlalu tinggi selain dapat menaikkan biaya produksi juga akan mengurangi

Pengolahan ikan asap di daerah ini dilengkapi dengan sumber air, dan perlengkapan pengolahan ikan asap. Air yang digunakan berasal dari air sumur atau air danau

Hasil penelitian di kabupaten Pemalang menunjukkan (1) perkembangan penerimaan retribusi pasar daerah di Kabupaten Pemalang sudah efektif, mencapai efisiensi dan mengalami

Dari hasil penelitian tersebut dapat dilihat bahwa ANFIS Optimal dapat menurunkan nilai error secara signifikan dibandingkan metode lainnya sehingga dapat

Sekolah Dasar Swasta Harapan 3 yang berlokasi di Jalan Karya Wisata Ujung no 31, adalah sekolah umum dalam naungan dinas pendidikan namun tetap mengutamakan