• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI NILAI NASIONALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI NILAI NASIONALI"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN PEMAHAMAN NILAI-NILAI NASIONALISME DAN KESADARAN DALAM BER-BHINNEKA TUGGAL IKA DENGAN PERILAKU MEWUJUDKAN

PERSATUAN DAN KESATUAN PADA SISWA KELAS X IPS SEKOLAH MENENGAH ATAS SWASTA

KECAMATAN GUNUNGSINDUR TAHUN 2017/2018

S U S I 155710005

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN STKIP ARRAHMANIYAH DEPOK

PROGRAM STUDI MAGISTER PPKn

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data empiris mengenai Hubungan Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Dalam Be-Bhinneka Tunggal Ika Dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan Pada Siswa di Kecamatan Gunung Sindur.

Penelitian ini dilaksanakan selama 8 bulan tepatnya yaitu bulan Februari 2017 sampai bulan September 2017.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif kuantitatif dengan studi korelasional. Jumlah sampel sebanyak 60 orang yang didapat secara acak. Instrumen yang digunakan adalah butir test untuk variabel X1 (Pemahaman niai-nilai nasionailsme), untuk X2 (Kesadaran Ber-Bhinneka Tungga Ika) menggunakan angket skala sikap, sedangkan untuk variabel Y ( Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan) menggunakan angket dengan jenis skala perilaku dari Likert. Keseluruhan instrumen telah diuji coba tingkat validitas dan reliabilitasnya pada taraf signifikansi 0,95 atau 0,05%.

Untuk melengkapi syarat hipotesis, dilakukan uji pra-syarat analisis data yaitu uji normalitas, linieritas dan homogenitas. Untuk normalitas pada masing-masing variabel, variabel X1 mendapatkan hasil sebesar 0,03955 dan X2 mendapatkan hasil sebesar 0,06461 yang apabila dibandingkan dengan Ltabelsebesar 0,11439 ternyata keduanya lebih kecil dari Ltabel, sehingga keduanya dapat dinyatakan berdistribusi normal.

Untuk uji linieritas antara kedua variabel menghasilkan persamaan regresi Ῡ=33,115+-0,264X1 + 0,562X2 sehingga diketahui jika Pemahaman Niai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika bersama-sama naik 1 satuan akan dapat meningkatkan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan sebesar 0,614 satuan yaitu (-0,264+0,562).

(2)

Hasil perhitungan r2y12=0,379 sedangkan koefisien determinasinya sebesar r2y12=0,143, hal ini berarti kontribusi antara variabel X1 dan X2 secara bersama-sama terhadap variabel Y sebesar 14%.

Kata kunci : Nilai-Nilai Nasionalisme, Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika, Persatuan dan Kesatuan.

ABSTRACT

This study aims to obtain empirical data on the Relationship of Understanding Nationalism Values and Awareness in Be Unity in Diversity With Behavior Realizing Unity and Unity in Students in the District of Mount Sindur.

This research was conducted for 8 months precisely in February 2017 until September 2017.

The research method used is quantitative descriptive method with correlational study. The number of samples is 60 randomly obtained. The instrument used is the test item for the variable X1 (Understanding nations of national values), for X2 (Awareness of Bhinneka Tungga Ika) using attitude scale questionnaire, whereas for variable Y (Behavior of Unity and Unity) use questionnaire with behavioral scale type from Likert. All instruments have been tested for validity and reliability at significance level of 0.95 or 0.05%.

To complete the hypothesis requirement, a pre-requisite test of data analysis is tested normality, linearity and homogeneity. For the normality of each variable, the X1 variable obtains a result of 0.03955 and X2 obtains a result of 0.06461 which when compared to Ltabelsebesar 0.11439 turns out that both are smaller than Ltabel, so both can be declared to be normally distributed.

To test the linearity between the two variables yield regression equation Ῡ = 33,115 + -0,264X1 + 0,562X2 so it is known if Understanding Niai-Values Nationalism and Unity Diversity Awareness together up 1 unit will be able to increase Behavior of Unity and Unity of 0.614 ie units (-0.264 + 0.562).

Hypothesis testing is done by Product Moment correlation. From the calculation results obtained correlation coefficient ryx1 -0.052 while the coefficient of determination r2y1 = 0.003. This means that the contribution of variable X1 to Y is only 0.3%. The result of ry2 calculation is 0,361 and its coefficient of determination r2xy2 = 0,130, which means that contribution of variable X2 to variable Y is 13%.

Result of calculation r2y12 = 0,379 whereas coefficient of determination equal to r2y12 = 0,143, this mean contribution between variable X1 and X2 together to variable Y equal to 14%.

Keywords: Values of Nationalism, Unity of Unity in Diversity, Unity and Unity.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Nasionalisme merupakan suatu konsep penting yang harus tetap dipertahankan untuk menjaga agar suatu bangsa tetap berdiri dengan kokoh dalam kerangka sejarah pendahulunya.

(3)

oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia. Berkeyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi negara dan kerelaan untuk berkorban guna meniadakan setiap ancaman baik dari luar maupun dalam negeri yang membahayakan keutuhan NKRI.

Prinsip nasionalisme bangsa Indonesia dilandasi nilai-nilai Pancasila yang

diarahkan agar bangsa Indonesia senantiasa :

1. Menempatkan persatuan-kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara diatas kepentingan pribadi atau kepentingan golongan.

2. Menunjukkan sikap rela berkorban demi kepentingan Bangsa dan Negara

3. Bangga sebagai bangsa Indonesia dan bertanah air Indonesia tidak rendah diri

4. Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan kewajiban antara sesama manusia dan sesama bangsa

5. Menumbuhkan sikap saling mencintai sesama manusia

6. Mengembangkan sikap tenggang rasa

7. Tidak semena-mena terhadap orang lain

8. Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan

9. Senantiasa menjunjung tinggi nilai kemanusiaan

10.Berani membela kebenaran dan keadilan

11.Merasa bahwa bangsa Indonesia merupakan bagian dari seluruh umat

manusia.

12.Menganggap pentingnya sikap saling menghormati dan bekerja sama dengan bangsa lain.1 Pembangunan jiwa nasionalisme dan kesadaran ber-Bhinneka Tunggal Ika tidak secepat belajar bahasa Inggris, perlu ditanamkan sejak usia dini. Dimulai dari hal kecil, menggunakan bahasa Indonesia, menyanyikan lagu kebangsaan mengibarkan bendera merah putih dan yang lainnya. Saat ini bangsa Indonesia sedang menghadapi tantangan, bangsa Indonesia menyadari bahwa betapa kondisi dan konstelasi geografi yang menjadi ruang hidupnya, serta segala isinya berdampak erat pada berbagai perbedaan ciri dan karakter budaya penduduknya. “Berbagai ragam perbedaan Indonesia memiliki ke-Bhinekaan dalam suku yang berjumlah 1.128 suku bangsa dan lebih dari 700 bahasa daerah”.2

Bhinneka Tunggal Ika, adalah semboyan pada lambang negara Republik Indonesia yang keberadaannya berdasarkan PP No. 66 Tahun 1951, yang mengandung arti “Berbeda tetapi satu”. Semboyan tersebut menurur Prof. Soepomo, menggambarkan gagasan dasar, yakni menghubungkan daerah-daerah dan suku-suku bangsa di seluruh nusantara menjadi Kesatuan Raya. Rendahnya rasa nasionalisme menimbulkan berbagai masalah yang dihadapi oleh Bangsa Indonesia mulai dari masalah kemiskinan, pengangguran, terorisme dan lain sebagainya. Hal itu tidak bisa dipungkiri, karena masyarakat lebih memilih untuk kelangsungan hidupnya dari pada memikirkan untuk negara. Tinggi atau rendahnya rasa nasionalisme juga dapat dipengaruhi dari budaya-budaya barat yang dengan

1

Febra Anjar Kusuma, Pembinaan Semangat Nasioonaisme Siswa Melalui Kegiatan Intrakurikuler Dan Ekstrakurikuler. Tesis. Hal.40. 2016

2

(4)

sangat mudahnya masuk dan mempengaruhi budaya Indonesia yang jati dirinya adalah budaya timur. Semangat persatuan dan kesatuan harus dipelihara dalam semua aspek kehidupan, di sekolah rasa persatuan dan kesatuan harus dimiliki semua warga sekolah.

Sekolah mempunyai kontribusi yang penting untuk memfasilitasi perkembangan anak dalam hal penyikapan, kecakapan, nilai-nilai dan pengetahuan interkultural. Pendidikan interkultural seharusnya dijadikan sebagai cara untuk mengajak anak untuk berpartisipasi dalam perbedaan-perbedaan yang ada di masyarakat. Bisa dikatakan, pendidikan yang hanya didasarkan pada satu kultur, akan sulit mengembangkan anak didik kedepannya. Nasionalisme yang telah diatur dalam Undang Undang antara lain menyangkut bahasa, bendera lambang negara dan lagu Nasional Indonesia. Tepatnya tahun 2009 lalu, Indonesia memiliki undang-undang yang menyangkut hal hal Nasionalisme yaitu UU No. 24 Tahun 2009”.

“UU No 24 Tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negara serta Lagu Kebangsaan ini disahkan pada 9 Juli 2009. UU 24/2009 ini secara umum memiliki 9 Bab dan 74 pasal yang pada pokoknya mengatur tentang praktik penetapan dan tata cara penggunaan bendera, bahasa dan lambang negara, serta lagu kebangsaan berikut ketentuan – ketentuan pidananya. Setidaknya ada tiga hal tujuan dari dibentuknya UU No 24 Tahun 2009 ini adalah untuk (a) memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; (b) menjaga kehormatan yang menunjukkan kedaulatan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia; dan (c) menciptakan ketertiban, kepastian, dan standarisasi

penggunaan bendera, bahasa, dan lambang negara, serta lagu kebangsaan.”3

Pemahaman nilai-nilai nasionalisme memang sangat penting agar tercipta persatuan dan kesatuan, namun ternyata pemahaman nilai-nilai nasionalisme jika tidak dibarengi dengan kesadaran ber-Bhinneka Tunggal Ika yang tinggi maka yang terjadi adalah perpecahan.

Melihat fenomena lunturnya rasa nasionalisme yang mulai mengancam bangsa Indonesia sangat perlu adanya tindak lanjut dari berbagai pihak, Jika kita tidak memperbaiki perilaku generasi muda, lambat laun perilaku nasionalisme dan kesadaran ber-Bhineka Tunggal Ika hanya tinggal nama dan sejarah maka persatuan dan kesatuan bangsa ini akan terancam dan terpecah belah. Melalui Pembelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan diharapkan dapat membentuk warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945. Pendidikan kewarganegaraan juga harus dapat menumbuhkan jiwa patriotik, mempertebal rasa cinta tanah air (nasionalisme), dan meningkatkan wawasan kebangsaan siswa. Dengan pemahaman nilai-nilai nasionalime yang diiringi dengan kesadaran ber-Bhinneka Tunggal Ika yang tinggi maka perilaku siswa akan bisa menjaga pesatuan dan kesatuan

Di SMA Al Ghozali Kecamatan Gunungsindur ternyata terlihat berbagai pelanggaran yang bisa mengancam retaknya persatuan dan kesatuan diantaranya siwa mengejek dan menghina siswa lain, melakukan perbuatan kurang menyenangkan terhadap siswa lain yaitu memanggil dengan sebutan nama suku,

3

(5)

berkelahi dengan teman sekelas karena bercanda berlebihan yaitu memanggil teman dengan mengganti namanya dengan nama orang tua, jahil terhadap teman, adanya geng dikelas, bahkan ada juga penindasan (bulyiing) “penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain”.4

Idealnya siswa SMA sudah memiliki pemahaman mengenai nilai-nilai nasionalisme, karena pemahaman tehadap nilai-nlai nasionalisme sangat penting agar tercapai persatuan dan kesatuan. Namun ternyata pemahaman mengenai nilai-nilai nasionalisme apabila tidak dibarengi dengan kesadaran dalam ber-Bhinneka Tunggal Ika yang tinggi maka yang terjadi adalah perpecahan seperti yang telah diuraikan diatas. Kesadaran ber-Bhinneka Tunggal Ika tersebut hendaknya adalah kesadaran dari dalam hati siswa tanpa paksaan.

Berdasarkan fakta-fakta yang dikemukakan diatas maka peneliti ingin mengetahui korelasi antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Dalam Ber-Bhinneka Tuggal Ika Dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan Dan Kesatuan maka peneliti mengajukan sebuah kajian dalam tesis dengan judul “Hubungan Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Dalam Ber-Bhinneka Tuggal Ika Dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan Dan Kesatuan Pada Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Swasta Kecamatan Gunung Sindur”

B. Tujuan Penelitian

Bedasakan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini dapat dirumuskan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus.

1. Tujuan Umum

Secara umum tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan

4

https://id.wikipedia.org/wiki/Penindasan

antara pemahaman nilai-nilai nasionalisme dan kesadaran dalam ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan di SMA Swasta Kecamatan Gunungsindur Tahun 2017.

2. Tujuan Khusus

Gambaran yang spesifik dari tujuan penelitian ini dapat dirumuskan dalam bentuk khusus yaitu :

a. Memperoleh informasi kajian hubungan antara pemahaman siswa tentang nilai-nilai nasionalisme dengan perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan.

b. Memperoleh informasi kajian hubungan antara kesadaran dalam ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan dengan perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan.

c. Memperoleh informasi kajian hubungan secara kausalitas antara pengetahuan siswa tentang nilai-nilai nasionalisme dan kesadaran ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan di SMA Swasta Kecamatan Gunungsindur tahun 2017/2018.

LANDASAN TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Hakikat Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan

a. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah kesiapan merespon yang bersifat positif atau negatif terhadap objek atau situasi secara konsisten”.5

5

(6)

Para ahli juga banyak menyumbangkan pengertian perilaku. Berikut ini pengertian perilaku dari beberapa ahli: 1. Notoatmodjo S., : Perilaku adalah

reaksi atau respons yang masih tertutup dan seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.6

2. Bimo Walgito, : Perilaku adalah organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada orang tersebut untuk membuat respons atau berpenilaku dalam cara tertentu yang dipilihnya. 7

Perilaku dapat dibedakan menjadi 2 (dua) Notoatmodjo, yaitu :

1. Perilaku tertutup (convert behavior) Perilaku tertutup adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (convert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan, kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

2. Perilaku terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice), yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain.8

Berdasarkan pengertian-pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa perilaku adalah segala tindakan manusia yang

6

http://www.pengertianahli.com/2014/03/pengertian-perilaku-apa-itu-perilaku.html

7

Ibid. 8

http://deslanikn.blogspot.co.id/2011/07/teori-perilaku-psikologi.html

dilakukan sebagai respon terhadap stimulus dari luar maupun dari dalam yang meliputi aktifitas motorik, kognitif, dan emosional.

b. Persatuan dan Kesatuan

Perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan adalah suatu tindakan yang dimiliki individu untuk menjaga kerukunan guna menciptakan suasana yang tertib, aman dan nyaman. dengan indikator Saling menghargai, menggunakan bahasa Indonesia secara baik dan benar dalam bergaul, menghindari perselisihan maupun pertengkaran, Dapat menghormati hak-hak orang lain, tidak membeda-bedakan suku, ras, agama dan antar golongan, bergotong royong.

2. Hakikat Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme

a. Pengertian Pemahaman

Pemahaman ini berasal dari kata “Faham” yang memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. 9 Pengertian tentang pemahaman yaitu : kemampuan memahami arti suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas atau merangkum suatu pengertian kemampuan macam ini lebih tinggi daripada pengetahuan.10

b. Pengertian Nilai

Manusia sebagai pendukung nilai-nilai dengan penuh kesadarannya memberikan penilaian secara langsung terhadap suatu perbuatan yang dikatakan baik maupun buruk. Untuk itu agar dapat menilai suatu perbuatan itu dikatakan suatu hal yang baik maupun hal yang buruk manusia perlu mengetahui perbuatan baik dan buruk terlebih dahulu.

9

Plus A. Partanto M. Dahlan AL- Bary, Kamus lmiah Populer, (Surabaya: Akolo.1994. Ha 279)

10

(7)

c. Pengetian Nasionalisme

“Berikut ini adalah definisi nasionalisme menurut beberapa ahli :

1. Adolf Heuken

Nasionalisme sebagai pandangan yang berpusat pada bangsanya. 2. Lyman Tower Saragent

Nasionalisme adalah suatu ungkapan perasaan yang kuat dan merupakan usaha pembelaan daerah atau bangsa melawan penguasa luar”.11

3. Webster mendefinisikan sebagai berikut : “Nationalisme : The votion to ones nation ; patriotism, “ “ Nasionalisme ; ialah kecintaan dan pengabdian kepada bangsa ; patriotisme.” 12

c. Unsur-unsur nasionalisme Bangsa Indonesia :

Semangat kebangsaan

(nasionalisme) yang ada pada diri seseorang tidak datang dengan sendiri, tetapi dipengaruhi oleh unsur-unsur sebagai berikut :

1. Perasaan nasional 2. Watak nasional

3. Batas nasional ( yang memberikan pengaruh emosional dan ekonomis pada diri individu)

4. Bahasa nasional 5. Peralatan nasional 6. Agama 13

d. Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Nasionalisme

1. Menempatkan kepentingan bangsa dan Negara diatas kepentingan pribadi dan golongan;

2. Sanggup/rela berkorban untuk bangsa dan Negara;

11

Jazim Hamidi, Mustafa Lutfi. Op Cit. H.168-169. 12

Mohammad Noor Syam, Op. Cit. H. 206

13

https://regifauzi.wordpress.com/2011/04/13/nasionali sme-dan-kebangsaan/

3. Mencintai tanah air dan bangsa; 4. Bangga berbangsa dan bernegara

Indonesia;

5. Menjunjung tinggi persatuaan dan kesatuan berdasarkan prinsip Bhinneka Tunggal Ika; 6. Memajukan pergaulan untuk

meningkatkan persatuan bangsa dan Negara.14

3. Hakikat Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika

a. Hakikat Kesadaran

Kesadaran merupakan sikap mengetahui atau mengerti dan taat pada aturan serta ketentuan perundang-undangan yang ada selain itu juga kesadaran dapat diartikan sebagai sikap hidup/perilaku mengetahui atau mengerti dan taat pada adat isiadat serta kebiasaan hidup bermasyarakat.

b. Pengertian Bhinneka Tunggal Ika

Bhinneka Tunggal Ika merupakan pernyataan jiwa dan semangat bangsa Indonesia yang mengakui realitas bangsa yang majemuk, namun tetap menjunjung tinggi kesatuan. Bhinneka Tunggal Ika merumuskan dengan tegas adanya harmoni antara kebhinnekaan dan ketunggalikaan, antara keanekaan dan keekaan, antara kepelbagaian dan kesatuan, antara hal banyak dan hal satu, atau antara pluralisme dan monisme. Bhinneka Tunggal Ika adalah cerminan keseimbangan antara unsur perbedaan yang menjadi ciri keanekaan dengan unsur kesamaan yang menjadi ciri kesatuan. Mensinergikan perbedaan dalam ke-Bhinnekaan perlu dilakukan untuk mengantisipasi terjadinya bahaya disintegrasi, sekaligus untuk mewujudkan cita-cita integrasi. Kuncinya, harus ada kesadaran,

14

(8)

kemauan, dan kemampuan untuk melihat kesamaan pada sesuatu yang berbeda. Perbedaan dalam masyarakat majemuk seperti Indonesia merupakan suatu kenyataan. Karena itu janganlah membeda-bedakan kenyataan yang memang sudah berbeda. Membeda-bedakan sesuatu yang berbeda hanya akan menimbulkan bahaya disintegrasi. Perbedaan dalam kebhinnekaan perlu disinergikan atau dikelola dengan cara mendayagunakan aneka perbedaan menjadi modal sosial untuk membangun kebersamaan. Untuk itu diperlukan adanya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk melihat kesamaan pada sesuatu yang berbeda.

c. Fungsi Bhinneka Tunggal Ika Semboyan Bhinneka Tunggal Ika mempunyai fungsi yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, fungsi-fungsinya yaitu :

a. Mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari bermacam-macam suku, ras dan agama.

b. Menghambat semua konflik yang didasari atas kepentingan pribadi atau kelompok

c. Mempertahankan kesatuan bangsa Indonesia

d. Membantu mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia

e. Mewujudkan Masyarakat madani f. Mewujudkan Perdamaian Indonesia

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian

Lokasi yang dijadikan tempat penelitian ini adalah SMA Swasta di Kecamatan Gunungsindur.

2. Waktu Penelitian

Pelaksanaan Penelitian ini direncanakan pada bulan

Februari 2017 sampai dengan september 2017.

B. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini dilakukan menggunakan metode deskriptif korelasional. Menurut Moh. Nazir dalam Tesis Sarilan mengatakan bahwa “Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti sekelompok manusia, suatu obyek, suatu set kondisi, suatu sistim perubahan ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang”15

. Tujuan dari penelitian deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.

Metode korelasional sebenarnya adalah kelanjutan dari metode deskriptif. Pada metode korelasional, hubungan antara variabel diteliti dan dijelaskan. Hubungan yang dicari disebut sebagai korelasi. Menurut M. Iqbal Hasan dalam Tesis Sarilan, “Metode korelasional mencari hubungan diantara variabel-variabel yang diteliti”. 16

Selanjutnya, korelasional dalam peneltian ini adalah korelasi positif, yaitu korelasi dari dua variabel atau lebih dimana jika Variabelnya yang satu meningkat, maka vriabel lainnya cenderng meningkat pula, atau sebaliknya jika variabel yang satu turun,maka variabel lainnya juga akan turun.

15

Sarilan, Hubungan Pemahaman Sejarah Kebangktan Nasional Indonesia dan Motivasi Belajar sejarah Dengan Wawasan Kebangsaan, Unuversitas Sebelas Maret : Surakarta, 2010. Hal. 75.

16

(9)

Metode korelasi ini, bertujuan untuk meneliti sejauh mana variabel pada suatu faktor berkaitan dengan variasi pada faktor lainnya. Jika pada metode ini hanya dua variabel yang dihubugkan maka disebut korelasi sederhana (simple corelation) dan jika leih dari dua variabel dihubungkan disebut korelasi berganda (multiple corelation). Dalam penelitian ini menghubungkan tiga variabel. Selanjutnya meode ini digunakan untuk (1) mengukur hubungan diantara berbagai variabel. (2) meramalkan variabel tak bebas dari pengetahuan kita tentang variabel bebas. (3) meratakan jalan untuk membuat rancangan penelitian eksperimental. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari :

1. Variabel bebas ( X1 dan X2 ) 2. Variabe terikat ( Y )

C. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut : 1. Hipotesis pertama

H0 : �y = 0

H : �y1 > 0 Keterangan : �y = Koofesien korelasi antara X1

dan Y

2. Hipotesis Kedua

H0 ∶ �y = 0

H : �y > Keterangan : �y

= Koofesien korelasi antara X2

dan Y

3. Hipotesis Ketiga H0 ∶ �y =

H ∶ �y > Keterangan :

�y = Koofesien korelasi antara X1,X2 dan Y

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pembahasan Hasil Penelitian 1. Hubungan antara Pemahaman

Nilai-Nilai Nasionalisme (X1) dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan (Y)

Sebagaimana yang telah dipaparkan dalam deskripsi teori pada BAB II, bahwa perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan adalah suatu tindakan yang dimiliki individu untuk menjaga kerukunan guna menciptakan suasana yang tertib, aman dan nyaman, dimana untuk bisa berprilaku mewujukan persatuan larangan tersebut sehausnya memahami terlebih dahulu mengenai nilai-nilai nasionalisme. Perilaku mewujukan persatuan dan kesatuan semestinya selalu diimplementasikan dalam kehidupan berbangsa maupun bernegara, maka hal tersebut tentunya diperlukan pemahaman yang baik terhadap nilai-nilai nasionlisme tersebut. Peneliti sebelumnya menduga adanya keterkaitan atau hubungan positif antara Pemahamn Nilai-Niai Nasionaisme dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan. Namun ternyata setelah dilakukan penelitian terhadap siswa di SMA Swasta Islam Al- Gohzali dan SMA Nurul Fallah Kecamatan Gunung Sindur Bogor berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme (X1) dengan Perilaku Mewujudkan

Persatuan dan Kesatuan (Y) disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan, karena diperoleh besarnya nilai koefisien korelasi ry1

hanya sebesar -0,052. Namun jikal dilihat dari nilai Fhitung = -38,4861 <

(10)

0,05, persamaan regresi Ŷ = 72,855 + 0,119 X1 tersebut dapat digunakan

untuk memprediksi nilai Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan (Y) melalui nilai Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme (X1).

Kontribusi Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme (X1) dalam

menerangkan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan (Y) melalui nilai koefisien determinasi r2y1sebesar

0,003, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kontribusi Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme terhadap Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan hanya sebesar 0,03% saja. Jadi Hasil uji hipotesis, koefisien korelasi, dan koefisien determinasi antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan menunjukkan tidak terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme, dan memberikan arti bahwa Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme saja tidak dapat meningkatkan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan. Peningkatan Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme tidak akan diikuti oleh peningkatan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan karena masih membutuhkan faktor penunjang lain.

2. Hubungan antara Kesadaran Ber-Bhinneka Tungga Ika (X2) dengan Perilau Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan (Y)

Mewujudkan persatuan dan kesatuan merupakan bentuk perilaku tanggung jawab seseorang terhadap keberlangsungan kehidupan bermasyarakat, bernegara, dan berbangsa sebagai manifestasi kesadaran individu yang merupakan proses belajar dari lingkungan sosialnya. Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika yang tinggi mengakibatkan para peseta didik sebagai warga

masyarakat dapat menjaga persatan dan kesatuan, sebaliknya apabila Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika sangat rendah, maka akan mudah sekali terpicu keributan yang mengancam keamanan dan kedamaian.

Bedasarkan kajian teoritis yang telah dipaparkan pada BAB II maka peneliti menduga bahwa ada hubungan positif antara Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan perilaku Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan. Dugaan tersebut diperkuat dengan responden yang diteliti adalah peserta didik yang memiliki intelektual yang cukup tinggi atau terpelajar sehingga peneliti menduga bahwa para responden tersebut memiliki Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika yang cukup tinggi sehingga faktor Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika yang tinggi secara otomatis akan meningkatkan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan.

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi antara Keasadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika (X2) dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan (Y) disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara kompetensi Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan, karena diperoleh besarnya nilai koefisien korelasi ry2 sebesar

0,361. Namun jika dilihat dari nilai Fhitung= -2,046 < Ftabel = 1,853 pada taraf

signifikan 0,05, persamaan regresi Ŷ = 30,750 + 0,534 X2 tersebut dapat

digunakan untuk memprediksi nilai Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan (Y) melalui nilai Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika (X2).

Kontribusi Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika (X2) dalam

(11)

0,130, dengan demikian dapat dikatakan bahwa kontribusi Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika terhadap Disiplin dalam Membawa taribut berkendara sebesar 13%.

Hasil uji hipotesis, koefisien korelasi, dan koefisien determinasi antara Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan menunjukkan terdapat hubungan positif yang signifikan antara Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan, dan memberikan arti bahwa Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika saja tidak dapat meningkatkan Disiplin dalam membawa atibut berkendara. Peningkatan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika saja akan diikuti oleh peningkatan Perilaku Meujudkan Persatuan dan Kesatuan. Peningkatan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan masih diperlukan faktor lain selain Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika.

3. Hubungan antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan.

Pemahaman Nilai-Nilai Nasionaisme adalah kemampuan siswa untuk menafsirkan, menerapkan, juga mengekspresikannya bedasarkan pengetahuan yang dimiliki terhadap segala bentuk nilai-nilai nasionalisme dengan indikator memiliki pemahaman tehadap unsur-unsur nasionalisme, nilai-niai yang tekandung dalam nasionalisme, bentuk-bentuk nasionalisme, dan memiliki rasa cinta atau bangga terhadap bangsa dan negara dengan tetap menghormati bangsa lain di dunia.

Kesadaran ber-Bhinneka Tunggal Ika adalah keadaan dimana siswa dapat memahami dan memiliki sikap hidup

bahwa walaupun di Indonesia terdapat banyak suku, agama, ras, kesenian, adat, bahasa, dan lain sebagainya namun tetap menjaga kerukunan sebangsa dan setanah air, dengan indikatornya yaitu dengan indikatornya yaitu mempunyai sikap saling menghormati perbedaan yang ada, menjauhi sikap diskriminatif, menghindari segala bentuk adu domba, rela berkorban untuk kepentingan bangsa, mengutamakan persatuan kesatuan, kepentingan serta keselamatan bangsa/negara diatas kepentingan pribadi dan golongan.

Perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan adalah suatu tindakan yang dimiliki individu untuk menjaga kerukunan guna menciptakan suasana yang tertib, aman dan nyaman.

Berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme (X1) dan

Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika (X2) dengan Perilaku Mewujudkan

Persatuan dan Kesatuan (Y) disimpulkan bahwa terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika secara bersama-sama dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan, karena diperoleh besarnya nilai koefisien korelasi ry12 sebesar

0,362. Hal ini terlihat dari nilai Fhitung=

219,863 yang apabila dirujuk pada nilai F table dengan DK pembilang 2 dan DK penyebut n-2 yaitu sebesar Ftabel= 3,159

pada taraf signifikan 0,05 akan terlihat lebih besar.17

Persamaan regresi Ŷ = 33,115 + -0,264 X1 + 0,562 X2 18 tersebut dapat

digunakan untuk memprediksi nilai Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan (Y) melalui Pemahamn Nilai-Nilai Nasionalisme ( X1 ) dan

17

Tabel F dapat dilihat pada lampiran. 18

(12)

Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika ( X2 ).

Kontribusi Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme ( X1 ) dan

Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika ( X2 ) dalam menerangkan Perilaku

Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan (Y) melalui nilai koefisien determinasi r2y12sebesar 0,1433. Dengan demikian

dapat dikatakan bahwa kontribusi Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme ( X1 ) dan Kesadaran Ber-Bhinneka

Tunggal Ika ( X2 ) terhadap Perilaku

Meujukan Persatuan dan Kesatuan (Y) sebesar 14%.

Hasil uji hipotesis, koefisien korelasi, dan koefisien determinasi antara menunjukkan terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika dengan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan, dan memberikan arti bahwa Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika secara bersama sama dapat meningkatkan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan. Peningkatan Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika akan diikuti oleh peningkatan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan. Sehingga dapat dikatakan bahwa untuk meningkkatkan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan tidak dapat hanya satu fator saja berupa Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme saja melainkan harus diiringi dengan faktor Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika.

B. Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini telah diupayakan untuk mendapatkan hasil yang akurat dan terjaga keilmiahannya, namun demikian disadari bahwa dalam

pelaksanaannya terdapat banyak kekurangan yang disebabkan oleh berbagai faktor teknis maupun non teknis selama melakukan penelitian di lapangan . Hal ini dimungkinkan akan mempengaruhi objektivitas hasil penelitian. Namun untuk menghasilkan generalisasi, dilakukan upaya dengan menekan sekecil mungkin berbagai faktor yang dapat mengurangi makna dari hasil penelitian yang telah dicapai. Keterbatasan penelitian antara lain : 1. Penelitian yang hanya mengambil

populasi siswa SMAI Al-Ghozali dan siswa SMA Nurul Falaah tentu sangat membatasi peneliti dalam mengambil kesimpulan untuk wilayah Kecamatan Gunung Sindur. Generalisasi hasil penelitian hanya berlaku untuk Kecamatan Gunungsindur saja. Jadi, seandainya populasi lebih luas dan dengan jumlah yang lebih besar, maka generalisasi hasil penelitian akan menjangkau wilayah yang lebih luas pula.

2. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan dalam penelitian ini hanya membatasi pada hubungannya dengan Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dan Kesadaran Ber-Bhinneka Tunggal Ika saja sehingga generalisasi tentang temuan Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan hanya dapat disimpulkan melalui variabel yang sudah dibatasi tersebut. Oleh karena itu diperlukan penelitian variabel-variabel yang lebih komprehensif untuk mendapatkan gambaran mengenai Perilaku Mewujudkan Persatuan dan Kesatuan.

(13)

4. Instrumen penelitian ini disusun sendiri berdasarkan indikator dari masing- masing variabel penelitian. Pemilihan kata dan kalimat yang tepat dalam butir pernyataan dan pertanyaan menjadi kendala dalam pembuatan instrumen penelitian, bila terjadi kekurang tepatan dalam pemilihan kata dan kalimat dapat berakibat kekurangakuratan jawaban responden.

5. Teori dan konsep yang digunakan dalam penelitian ini masih terbatas, sehingga untuk mempertajam penelitian masih perlu mengkolaborasi teori dan konsep tambahan sebagai pendukung penelitian.

6. Keterbatasan peneliti dalam menarik kesimpulan dari teori-teori yang ada sebagai definisi konseptual dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian.

KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan perolehan hasil pengukuran data, analisis, dan pengujian hipotesis, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variable

Pemahaman Nilai-Nilai

Nasionalisme(X1) dengan variable

Kesadaran dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika (Y) dibuktikan oleh koefisienkorelasi ry1 = -0,052,

Sementara koefisien determinasi r²y1

= 0,003, hal ini berarti bahwa kontribusi variabel X1 terhadap

variabel Y hanya sebesar 0,3%. 2. Terdapat hubungan yang positif dan

signifikan antara variable Kesadaran dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika (X2) dengan variable Perilaku

mewujudkan persatuan dan kesatuan

(Y) dibuktikan oleh koefisien korelasi ry2 = 0,361. Sedangkan

Koefisien determinasi r²y2 = 0,130,

yang berarti bahwa kontribusi variabel X2 terhadap variabel Y

sebesar 13%

3. Terdapat hubungan yang positif dan sangat signifikan antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme(X1) dan

Kesadaran dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika (X2) bersama-sama

dengan perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan (Y) dibuktikan oleh koefisien korelasi ry12 = 0,379. Sedangkan koefisien

determinasi r²y12 = 0,143, hal ini

berarti kontribusi variable

Pemahaman Nilai-Nilai

Nasionalisme(X1) dan variable

Kesadaran dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika (X2) secara

bersama-sama terhadap variable Perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan (Y) sebesar 14%.

B. Implikasi

Berdasarkan paparan di atas telah dibuktikan bahwa dari tiga hipotesis penelitian yang diajukan ternyata hanya terdapat dua hipotesis yang diterima. Namun demikian tetap perlu dilakukan berbagai upaya untuk meningkatkan perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan.

Berdasarkan hasil penelitian pemahaman nilai-nilai nasionalisme dan kesadaran dalam ber-Bhinneka Tunggal Ika secara bersama-sama memiliki kontribusi terhadap perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan.

(14)

Ini berarti bahwa Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme tanpa dibarengi Kesadaran dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika belum tentu meningkatkan perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan secara optimal, sebaliknya Kesadaran dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika tanpa ditunjang oleh pemahaman nilai-nilai nasionalisme juga belum tentu meningkatkan perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan. Dengan demikian, secara psikologis perpaduan secara terus menerus antara Pemahaman Nilai-Nilai Nasionalisme dengan kesadaran dalam ber-Bhinneka Tunggal Ika akan efektif meningkatkan perilaku mewujudkan persatuan dan kesatuan.

C. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan hasil penelitian, kesimpulan dan implikasi sebagaimana telah di paparkan di atas, berikut ini disampaikan saran-saran antara lain:

1. Bagi pemerintah setempat

Pemerintah hendaknya lebih giat dalam memberikan simulasi-simulasi ataupun program-program yang terkait dengan sosialisasi mengenai nilai-nilai nasionaisme guna meningkatkan Kesadaran dalam Ber-Bhinneka Tunggal Ika dan diharapkan dapat juga

meningkatkan perilaku

mewujudkan persatuan dan kesatuan siswa.

2. BagiPeneliti

Bagi diri sendiri agar dapat mengambil manfaat dari penelitian ini sehingga memotivasi diri untuk terus mensosialisaikan nilai-nilai nasinalisme bagi siswa. Bagi peneliti lain agar penelitian ini menjadi referensi untuk penelitian lanjutan.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Kahar Yoes. A, Pengaruh Pendidikan dan Pelatihan Calon Kepala Sekolah Terhadap KinerjaKepala Sekolah (Studi Korelasinal Pada SMAN di Propinsi DKI Jakarta) Disertasi Juusan Manajeen Pendidikan Program Studi Ilmu pendidikan, Program Pasca Sarjana. Uninus Bandung. Bandung : 2014.

Ahmadi, Abu. Psikologi Sosial. Jakarta; Rineka Cipta. 2007

Daroeso, Bambang. 1986. Dasar dan Konsep Pendidikan Moral

Pancasila. Semarang : Aneka Ilmu.

Empat Pilar MPR RI, Sekretariat Jendral MPR RI, Jakarta : 2015

Febra Anjar Kusuma, Pembinaan Semangat Nasioonaisme Siswa Melalui Kegiatan Intrakurikuler Dan Ekstrakurikuler. Tesis. 2016

Hamadi Jazim, Mustafa Lutfi, Civic Education, Antara Realitas Politik dan Implementasi Hukumnya, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta : 2010.

Herdiawanto Heri, Jumanta Hamdayana. Cerdas, Kritis dan Aktif Berwarganegara (Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi) Jakarta : Erlangga, 2010.

Ina Sastrowardoyo, Teori Kepribadian Rollo May, Balai pustaka, Jakarta, 1991.

(15)

Rohmat Mulyana,. Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung, 2004

Muhammad Noor Syam, Filsafat pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila, Surabaya : Usaha Nasional, 1984.

Ranjabar Jacobus, S.H, M.Si., Profil Indonesia, Alfabeta : Bandung, 2014

Sarilan, Hubungan Pemahaman Sejarah Kebangkitan Nasional Indonesia dan Motivasi Belajar Sejarah Dengan Wawasan Kebangsaan Pada Siswa Kelas XI IPA Sekolah Menengah Atas Negeri Kabupaten Karanganyar, Tesis, 2010

Sih Utami Sri Hartati, Hubungan Bentuk Konformitas Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Pada Remaja Laki-Laki Usia Pertengahan. 2013.

Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, PT. Rineka Cipta : Jakarta, 2002.

Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, Andi Offset : Yogyakarta, 2000.

Yudohusodo, Siswono dkk. Nasionalisme Indonesia Dalam Era Globalisasi. Yogyakarta: Yayasan Widya Patria. 1994.

Desy Domma, contoh nilai-nilai nasionalisme dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, http://edukasi.mwb.im/contoh-nilai-nilai-nasionalisme-dalam-ke.xhtml diakses tanggal 9-1-16

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._P SIKOLOGI/195009011981032-RAHAYU_GININTASASI/KESA DARAN_Lengkapx.pdf

http://id.-

wikipedia.org/wiki/Bhinneka_Tunggal_ Ika), diakses tanggal 17-1-16

https://shog8.wordpress.com/2009/01/0 9/persatuan-dan-kesatuan/24-10-15, diakses tanggal 19-2-16

http://dokumen.tips/documents/nasional isme-yang-telah-diatur-dalam-

undang-undang-antara-lain-menyangkut-bahasa.html, diakses tanggal, 7-1-16

http://blognanchoco.blogspot.co.id/2007 /05/semangat-nasionalisme-dan- patriotisme.html, diakses tanggal 19-2-16

http://deslanikn.blogspot.co.id/2011/07/ teori-perilaku-psikologi.html

http://anggara.org/2009/08/12/mencerm ati-uu-no-24-tahun-2009-tentang-bendera bahasa-dan-lambang-negara-serta-lagu-kebangsaan/, diakses tanggal 26-2-2016

https://id.wikipedia.org/wiki/Sikap#Ko mponen_utama_sikap, diakses tanggal 26-2-2016

http://www.erepublik.com/ei/article/pen

tingnya-semboyan-bhinneka-tunggal-ika-1689090/1/20 diakses tanggal 2-3-16

https://regifauzi.wordpress.com/2011/04 /13/nasionalisme-dan-kebangsaan/ diakses tanggal 17 September 2017

Referensi

Dokumen terkait

Dari perhitungan uji koefisien determinasi (R 2 ) diperoleh hasil sebesar 0,617 menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kombinasi variabel pemahaman

Hasil uji hipotesis menunjukkan hubungan positif yang sangat signifikan antara bakat numerik dengan prestasi belajar matematika dengan nilai r= 0,513 dan p= 0,000

Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,582 dengan p = 0,000 (p&lt;0,01) sehingga ada hubungan positif yang sangat signifikan antara

Berdasarkan hasil perhitungan product moment diperoleh nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,449; p = 0,000 (p&lt;0,01), artinya ada hubungan positif yang sangat signifikan

Hasil penelitian menunjukkan nilai koefisien korelasi sebesar 0,523 dengan p = 0,000 (p &lt; 0,05) yang berarti ada hubungan positif yang sangat signifikan antara dukungan

Adapun untuk uji hipotesis minor dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment diperoleh hasil bahwa: (1) ada hubungan positif yang sangat signifikan antara sikap

Berdasarkan hasil analisis data, deskripsi, dan pembahasan, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang sangat signifikan antara variabel pemahaman nilai-nilai

Hasil Uji Hipotesis Uji Koefisien Determinasi Berikut ini adalah data hasil Uji Koefisien Determinasi adalah: Tabel 4.7 Hasil Uji Koefisien Determinasi Keterangan Nilai Adjusted