HALAMAN PENGESAHAN
JURNAL SKRIPSI
ANALISIS PENYEBAB WANITA MASUK KE DALAM DUNIA SUPORTER SEPAK BOLA, BONEK
MUHAMMAD HADI SAPUTRA NRP: 5090068
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Analisis Penyebab Wanita Masuk Ke Dalam Dunia Suporter Sepak Bola, Bonek
Muhammad Hadi Saputra (5090068)
Fakultas Psikologi Hadisaputra14@ymail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui alasan-alasan para wanita yang bergabung dalam suporter bonek. Dengan menjawab pertanyaan penelitian ini, dapat meraih suatu insight tentang topik-topik atau tema-tema psikologis seperti, pengaruh sosial dan penilaian sosial. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan paradigma postpositivisme untuk mendeskripsikan sebab-sebab wanita menjadi suporter bola, bonek. sebab-sebab terebut merupakan data-data yang telah dikumpulkan dan dijelaskan menggunakan theory of planned behaviour. Dan menggunakan studi kasus instrumental. Penelitian ini menggunakan teknik pengambilan data dengan cara observasi dan interviu. Peneliti menggunakan tiga metode validitas untuk penelitian ini. Yakni, validitas kumulatif yang bisa dicapai dengan menyesuaikan data yang diperoleh dengan teori acuan. Kemudian, validitas komunikatif yang dapat dicapai dengan mengkonfirmasikan pada dosen pembimbing mengenai analisis yang dilakukan peneliti. Dan terakhir, validitas argumentatif yang menggunakan pemikirian secara logis terkait data mentah yang diperoleh dari observasi dan interviu. Hasil dari penelitian ini, wanita dapat menjadi suporter bola dikarenakan memiliki sikap positif terhadap suporter tersebut. Wanita juga memiliki orang-orang terdekat yang mendukung dirinya menjadi suporter dan mendapatkan fasilitas yang lebih banyak memudahkan dirinya menjadi suporter. Dengan demikian, niat untuk menjadi suporter menjadi kuat dan berperilaku menjadi suporter bonek.
Kata Kunci : Suporter bola, bonek, bonek wanita, theory of planned behaviour.
Abstract
have a positive attitude towards the fans. Women also have loved ones who support him become fans and get more amenities ease himself into supporters. Thus, the intention to be a strong and well-behaved fans into becoming supporters bonek.
Keywords : Football supporter, bonek, woman’s bonek, theory of planned behaviour.
PENDAHULUAN
Suporter merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah pertandingan sepak bola. Suporter sendiri dapat didefnisikan sebagai individu / kelompok yang memberi dukungan dalam suatu pertandingan sepak bola (Suryanto, 2008). Berbeda halnya dengan penonton, suporter lebih menunjukkan bentuk dukungannya dengan berperilaku. Misalnya, dengan cara bernyanyi atau sekedar memainkan alat musik seperti drum dan memberikan semangat kepada bertanding. Sedangkan, penonton sendiri merupakan individu yang ada dalam suatu pertandingan, namun
perilaku yang ditunjukkannya hanya melihat dan menikmati pertandingan. Oleh karena itu, menurut Suryanto (2008) mengatakan, bahwa dalam suatu pertandingan sepak bola, semua individu yang menyaksikan pertandingan adalah penonton namun tidak semua penonton adalah
suporter. Sehingga, dapat dikatakan bahwa suporter dan penonton memiliki perbedaan yaitu suporter lebih ke arah perilaku sedangkan penonton hanya menyaksikan tanpa menunjukkan perilaku.
Salah satu suporter sepak bola yang cukup terkenal di Indonesia khususnya Surabaya bernama bonek. Suporter dengan julukan bonek merupakan suporter dari klub sepakbola yang bernama Persebaya Surabaya dan mengenakan atribut dan pakaian berwarna hijau. Serta, suporter yang pertama kali mengenalkan istilah tret.. tretet.. tet.. sebagai istilah untuk perjalanan suporter menuju kandang lawan
dimana Persebaya bertanding. (Pribadi, sitat dalam Junaedi 2012). Pada awalnya, persebaya sendiri telah terbentuk sejak tahun 1927 (Firmansyah, 2012).
wanita sebagai anggota. Dalam suporter khususnya bonek terdapat beberapa bonek wanita. Para supoter bonek seringkali menyebut para bonek wanita dengan sebutan bonita. Sebab, lebih mudah dalam penyebutannya. Saat Persebaya bertanding, para bonita ini sering datang bersama dengan teman
prianya. Mereka datang dengan menggunakan motor, kebanyakan berboncengan dengan teman prianya. Tidak jarang pula bonita
berboncengan dan diapit oleh dua teman prianya. Satu berada di depan, satunya berada di belakang bonita. Adapula yang berboncengan sesama bonita.
Sesampainya di stadion, para bonita tidak langsung masuk ke dalam tetapi masih menunggu rekan-rekannya dan masuk bersama-sama. Saat masuk ke dalam stadion, bonita yang datang bersama dengan rekan-rekan prianya seringkali dilindungi agar tidak dilecehkan oleh oknum bonek yang tidak bertanggung jawab. Maksudnya adalah oknum bonek yang kerapkali melakukan tindakan
asusila ataupun oknum bonek yang melakukan tindak kriminal. Ketika
masuk ke dalam stadion, para pendukung persebaya diharuskan untuk mengantri satu baris oleh petugas keamanan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kericuhan saat masuk ke dalam stadion. Untuk para bonita yang datang bersama dengan teman-teman prianya berbaris didepan temannya. Ada juga teman
prianya yang berada di depan barisan bonita untuk melindungi dari depan.
Di dalam kelompok bonek, bonita adalah kelompok minoritas.
Perbandingannya adalah 10:4. Sebagai kaum minoritas mereka kerapkali mengalami diskriminasi gender. Diskirminasi gender tersebut mengakibatkan muncul stereotipe gender. Stereotipe gender inilah yang mengakibatkan adanya perbedaan antara pria dan wanita. Hal tersebut tergambarkan dalam budaya patriarki, dimana peran pria lebih besar daripada peran wanita. Indonesia, khususnya Surabaya juga masih menganut budaya patriarki. Para bonek yang mayoritas pria menjadikan bonek wanita atau wanita di luar bonek sebagai media
peneliti, banyak diantara bonek yang menggoda-goda para bonek wanita seperti menarik jaket yang dikenakan dan memanggil bonita tersebut dengan cara bersiul.
Bentuk-bentuk lain dari diskriminasi gender yang dialami bonita adalah ketika berjalan di area stadion, beberapa kali para bonek
menyoraki ”huuuuu” , ”ayune rek”, ”tak bayar piro?”. Sorakan tersebut
adalah yang seringkali peneliti dengar ketika berada di dalam
stadion. Selain itu, peneliti juga pernah menemui bentuk dikriminasi lainnya yakni pelecehan seksual. Bentuk pelecehan ini berupa meraba anggota tubuh bonita. Anggota tubuh yang dimaksud adalah bagian pantat dan payudara bonita.
Perilaku ini dilakukan secara cepat oleh oknum bonek. Mereka yang melakukan berasal dari kaum pria. Hal ini terjadi manakala pertandingan telah usai dan para penonton turun ke bawah untuk menuju pintu keluar stadion. Jalan menuju pintu stadion tersebut terdapat lorong. Di tempat itulah
kerapkali pelecehan dilakukan. Para oknum pelaku pelecehan seksual
biasanya akan mendesak beberapa penonton untuk membuat kepadatan. Ketika sudah terjadi kepadatan di jalan menuju pintu keluar, mereka akan melakukan pelecehan dengan meraba-raba payudara apabila sedang berdekatan dengan bonita. Pelecehan tersebut berlangsung cepat agar bonita tersebut tidak mengetahui
siapa yang melakukannya. Mereka melakukan pada bonita yang bersama dengan teman prianya. Tanda yang biasa digunakan para oknum bonek
sebelum melakukan aksi pelecehan adalah dengan berteriak ”awas tangan’e, awas wedok’ane” yang
berarti ”awas tangannya, awas pacar/teman wanitanya”.
Sebagai bagian dari pendukung Persebaya atau yang biasa disebut bonek, saya bertanya-tanya bagaimana faktor-faktor yang mendasari para wanita ikut bergabung dengan bonek.
Kajian Pustaka
Theory of Planned Behaviour
Wanita tidak serta merta dapat menjadi bonek wanita atau
terencana. Oleh karena itu, peneliti menggunakan theory of planned behaviour sabagai landasan teori
untuk menganalisis faktor psikologis pada wanita yang menyebabkan masuk ke dalam supoter bonek.
Theory planned behavior
adalah sebuah teori yang menjelaskan bagaimana individu
berpikir untuk berperilaku dan menciptakan niat untuk bertindak (sitat dalam Taylor, peplau, & Sears, 2006). Menurut teori TPB, seseorang
memutuskan untuk berperilaku atas dasar pemikiran rasional mereka (Baron, Byrne, & Branscombe, 2006). Menurut MacFarlane dan Woolfson, (2012); Scannell, Calantone, & Melnyk, (2011), teori TPB merupakan sebuah kerangka teoritis yang menghubungkan antara sikap dan perilaku dan memberikan suatu proses pengambilan keputusan yang kompleks Dapat dikatakan bahwa TPB merupakan suatu kerangka teoritis yang dapat menjelaskan bagaimana individu menggunakan pemikirannya dalam proses pengambilan keputusan untuk
berperilaku.
Intention adalah niat individu
untuk berperilaku serta mengindikasikan seberapa kuat kemauan dan antusiasme untuk berperilaku (sitat dalam Ajzen, 1991). Niat merupakan bagian terpenting dalam berperilaku. Sebab, semakin kuat niat individu semakin besar peluang untuk melakukan
perilaku tersebut. Agar dapat tercapai perilaku yang diinginkan, perlu adanya kontrol terhadap perilaku. Hal ini dikarenakan perilaku akan
muncul apabila ada kesempatan untuk memunculkannya.
Untuk menjadi seorang bonek, dalam TPB individu harus dapat menyikapi perilaku bonek secara positif. Sikap merupakan evaluasi dari hasil pengalaman dalam dunia sosial (sitat dalam Baron, Byrne, & Branscombe, 2006). Pengalaman tersebut dapat berupa hasil pembelajaran sosial, perbandingan sosial, serta dari faktor genetik.Hasil dari pengalaman tersebut menciptakan sebuah penilaian bagi individu untuk mempertimbangkan hasil dari suatu
Byrne, & Branscombe, 2006). Oleh karena itu, dapat dikatakan attitude toward behaviour merupakan suatu keyakinan individu dari konsekuensi yang akan diterima bila melakukan perilaku tersebut.
Seseorang pasti memiliki aturan (norma) dalam dirinya sehingga ia menggunakan aturan
tersebut untuk melakukan suatu perilaku. Aturan tersebut bisa bersifat melarang atau memperbolehkan. Apabila ada
seseorang yang ingin menjadi bonek maka ia harus menggunakan norma yang memperbolehkan ia menjadi seorang bonek. Dalam TPB, norma ini disebut sebagai subjective norm.
Untuk dapat mewujudkan suatu perilaku, seseorang dapat mengontrol apakah perilaku itu akan diwujudkan atau tidak. Misalnya, bila terdapat seseorang yang ingin berperilaku menjadi bonek maka, ia akan mengontrol perilakunya untuk benar-benar diwujudkan atau tidak. Kontrol terhadap perilaku ini disebut dengan perceived behaviour control. Jadi, dapat disimpulkan bahwa
perceived behaviour control
merupakan bentuk keyakinan tentang
ada atau tidaknya faktor yang dapat memfasilitasi dan menghalangi terbentuknya perilaku.
Pola Asuh
Pola asuh menurut Aisyah (2010) merupakan suatu bentuk hubungan interaksi antara orang tua dan anak dalam proses pengasuhan.
Mengasuh dalam artian adalah untuk mengajari seorang anak, menanamkan nilai-nilai atau norma yang berlaku dalam masyarakat dan
membimbing hingga memasuki masa dewasa. Menurut Baumrind (sitat dalam Santrock, 2002) teerdapat beberapa jenis pola asuh, yakni, Otoritatif, Otoriter, dan Permisif.
Pola asuh otoritatif adalah pola asuh yang selalu memberikan kesempatan pada anak untuk berekspresi, berpendapat, serta memberikan dorongan anak untuk mandiri namun masih memiliki batasan-batasan atas tindakan anak. Sedangkan, pola asuh otoriter adalah pola asuh yang mengarahkan anak untuk patuh terhadap aturan yang diterapkan oleh orang tua.
pemalu, minat pada prestasi menjadi kurang, serta kurang memiliki sifat bersaing (Baumrind sitat dalam Santrock, 2002).
Pada pola asuh permisif terbagi menjadi dua (Maccoby & Martin sitat dalam Santrock, 2002) yaitu, pola asuh permissive-indifferent dimana pada pola asuh ini interaksi
orang tua dan anak tidak ada, sehingga anak menjadi terabaikan. Dan pola asuh permissive-indulgent yakni, orang tua dalam hal ini sangat
terlibat dalam kehidupan anak, namun tidak memberikan batasan kepada anak. Contohnya adalah orang tua yang sibuk bekerja, sehingga hanya memberikan kebutuhan finansial secarap berlebih. Pola asuh ini dapat menyebabkan anak menjadi manja.
Kohesivitas Kelompok
Kelompok bonek identik dengan kekompakan. Dalam teori psikologi sosial, kekompakan adalah kohesivitas. Menurut Johnson dan Johnson (2000) mendefinisikan kohesivitas sebagai daya ikat yaitu
kekuatan yang dilakukan oleh seluruh anggota kelompok agar dapat
menjaga keutuhan kelompoknya dan menyelesaikan masalah atau rintangan secara bersama-sama. Suporter bonek selalu menjaga keutuhan kelompoknya dengan datang secara bersama-sama ke stadion. Selain itu, mereka juga bernyanyi sebagai bentuk dukungan terhadap Persebaya.
Kolektivitas Kelompok
Massa seakan-akan memiliki jiwa tersendiri yang berlainan
sifatnya dari sifat jiwa para individu yang tergabung dalam massa tersebut. (Gustave Le Bon dalam Ardianto, 2007). Dalam suporter bonek, mereka yang berasal dari berbagai tempat dan daerah akan merasa menjadi satu dalam suporter bonek. Tidak peduli siapapun mereka, jabatan, atau umur mereka berapa apabila masuk dalam bonek maka akan berperilaku sama dengan bonek yang lain. Hal ini juga dapat disebut dengan deindividuasi.
Peran Gender
Perilaku agresif merupakan salah
berkembang secara terus menerus. Fagot & Leinbach (sitat dalam ardianto, 2007) menjabarkan peran gender masulin dan feminism dibentuk pada individu di usia yang masih muda. Jadi, dapat dikatakan bahwa dunia suporter memang lebih diperuntukan sembagai dunia maskulin karena mengandung unsur
maskulin.
Metode Penelitian
Paradigma postpositivisme
merupakan suatu pandangan yang dikombinasikan berdasarkan data yang telah dikumpulkan serta pemikiran logis dan bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat (sitat dalam Creswell, 2007). Peneliti
menggunakan paradigma
postpositivisme untuk
mendeskripsikan sebab-sebab wanita menjadi suporter bola, bonek. sebab-sebab terebut merupakan data-data yang telah dikumpulkan dan dijelaskan menggunakan theory of planned behaviour. Kemudian, dikombinasikan sehingga dapat mengetahui alasan bergabung dalam
sudut pandang subjek.
Peneliti memilih menggunakan studi kasus instrumental. Sebab, peneliti ingin menggunakan kasus penyebab wanita masuk dalam dunia suporter sebagai sarana untuk menemukan alasan subjek bergabung secara mendalam. Alasan ini pada nanti menjadi ciri khas dalam penelitian ini. Penelitian ini
menggunakan teknik pengambilan data dengan cara observasi dan interviu.
Pada penelitian kualitatif
pengambilan subjek penelitian tidak dapat ditentukan sejak awal dan dapat berubah sesuai dengan konteks penelitian (Poerwandari, 2001). Menurut Patton (sitat dalam Poerwandari, 2001) terdapat beberapa metode pemilihan subjek. Yakni, Pengambilan sampel ekstrim atau menyimpang, pengambilan sampel berfokus pada intensitas, pengambilan sampel dengan variasi maksimum, pengambilan sampel homogen, pengambilan sampel kasus tipikal, pengambilan sampel purposif, penganbilan sampek krtikal, pengambilan sampel bola
kriteria tertentu, dan pengambilan sampel berdasarkan teori.
Penelitian ini menggunakan metode pengambilan sampel kasus tipikal dengan dua seubjek. Sebab, dua subjek tersebut dapat mewakiili fenomena yang diteliti yakni wanita yang menjadi bonek. Alasan peneliti memilih dua subjek tersebut adalah
subjek pertama yakni seorang bonita yang telah lama berkecimpung dalam dunia bonek. Ia juga pernah menjadi bendahara dalam salah satu
organisasi bonek terbesar di Surabaya. Serta ia seringkali berada di komunitas bonek dan menjalankan bisnis pakaian dan aksesoris bonek. Subjek kedua adalah salah satu pendiri sekaligus pemimpin kelompok bonita. Ia tinggal di daerah Gresik namun memiliki loyalitas tinggi terhadap Persebaya. Ia juga sering melakukan tur ke luar kota apabila Persebaya sedang bertanding di luar kota. Diantara kedua bonita tersebut tetapi jarak usia antara subjek pertama dan kedua terpaut 11 tahun. Umur subjek yang pertama yakni 30 tahun sedangkan umur
subjek yang kedua adalah 18 tahun.
Peneliti menggunakan tiga metode validitas untuk penelitian ini. Yakni, validitas kumulatif yang bisa dicapai dengan menyesuaikan data yang diperoleh dengan teori acuan. Kemudian, validitas komunikatif yang dapat dicapai dengan mengkonfirmasikan pada subjek mengenai data dan analisis yang
dilakukan peneliti. Dan terakhir, validitas argumentatif yang menggunakan pemikirian secara logis terkait data mentah yang
diperoleh dari observasi dan interviu (sitat dalam Poerwandari, 2001). Dalam mencapai validitas tersebut, peneliti menggunakan konsep triangulasi.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan dari hasil penelitian ini, maka dapat dikatakan bahwa Bonek adalah salah satu kelompok suporter bola terbesar di Indonesia. Mereka kerapkali mendapatkan sorotan publik karena perilaku-perilaku yang merugikan orang lain seperti melakukan kerusuhan. Namun, bonek juga
karena mereka kerap mendukung Persebaya dengan nyanyian.
Di dalam suporter bonek, terdapat perilaku-perilaku maskulin seperti agresi. Oleh sebab itu, suporter bonek mayoritas terdiri dari
pria. Namun, dalam
perkembangannya, bonek tidak lagi identik dengan pria. Seperti Raisya
dan Ardina. Mereka merupakan suporter bonek wanita.
Menjadi bonek terutama bagi wanita merupakan suatu bentuk dari
berkembangnya jaman mengingat selama ini bonek selalu di dominasi oleh pria. Untuk mengungkap berbagai macam penyebab masuknya Raisya dan Ardina dalam dunia suporter, bonek. Salah satu teori yang dapat mengungkapkannya adalah menggunakan theory of planned behaviour atau TPB. Pada TPB terdapat tiga determinan yang mempengaruhi untuk membentuk perilaku. Yakni, attitude toward behaviour, subjective norm, dan
perceived behaviour control.
Attitude toward behaviour atau
sikap dari Raisya positif untuk
menjadi bonek. Sebab, Raisya merasa mendapat pertemanan dan
dapat lebih dekat dengan pacar. Sedangkan, sikap Ardina juga positif. Sebab, Ardina akan mendapatkan kesenangan dan kekompakan serta, mendapat kasih sayang dari ketua BLC sebagai pengganti Ayah.
Subjective norm pada Raisya
adanya dorongan dari Ibunya untuk menjadi bonek. Sebab, Raisya lebih
dekat dengan Ibu. Dorongan untuk berperilaku menjadi bonek juga terdapat pada pacar Raisya. Sebab, pacar Raisya yang mengajak Raisya
untuk ikut begabung dengan bonek. Ardina memiliki dorongan berperilaku menjadi bonek dari orang tua, Om, sepupu, dan ketua BLC.
Perceived behaviour control
dalam diri Raisya adalah adanya pacar. Raisya dengan mudah dapat menjadi bendahara organisasi berkat pacar dan Raisya juga bisa mendirikan tempat usaha di lingkungan bonek bersama pacar. Sedangkan, kemudahan yang didapat Ardina berasal dari Om, Ayah dan ketua BLC. Dimana, kemudahan yang didapat dari Om bisa masuk ke stadion secara gratis dan dapat
diberikan Ayah Ardina adalah memberikan fasilitas kepada Ardina untuk mendukung Persebaya di luar kota.
Ketiga determinan TPB, attitude toward behaviour, subjective
norm, perceived behaviour control,
menciptakan intention atau niatan untuk dapat berperilaku. Pada
Raisya, niat Raisya untuk menjadi bonek kuat. Sebab, Raisya meyakini bahwa bergabung dengan bonek berdampak positif bagi dirinya,
kemudian perilaku menjadi bonek mendapat dukungan dari Ibu dan pacar. Dan Raisya mendapatkan banyak kemudahan untuk menjadi bonek.
Pada Ardina, niat menjadi bonek juga kuat. Sebab, Ardina yakin bila bergabung dengan bonek akan berdampak positif. Hal ini diperkuat oleh dorongan dari orang tua, Om, sepupu, dan Ketua BLC untuk menjadi bonek. Mereka menjadi faktor yang mempermudah Ardina untuk menjadi bonek. ditambah, Ardina banyak mendapatkan kemudahan untuk
menjadi bonek. Sehingga, Ardina menjadi bonek.
Berdasarkan kesimpulan diatas, wanita dapat menjadi suporter bola dikarenakan memiliki sikap positif terhadap suporter tersebut. Sikap ini terbentuk melalui pengalaman hidupnya. Ia juga memiliki orang-orang terdekat yang mendukung dirinya menjadi suporter, seperti ibu, ayah, om, sepupu dan pacar ataupun
orang-orang yang berpengaruh dalam hidupnya. Mereka yang berpengaruh dalam kehidupan wanita tersebut yang membuatnya kemudian masuk
menjadi suporter bola. Hal lain adalah Ia mendapatkan fasilitas yang lebih banyak memudahkan dirinya menjadi suporter, seperti masuk ke dalam stadion secara gratis, mendirikan tempat usaha di lingkungan suporter, menjadi anggota organisasi suporter.
Kesimpulan dan Saran Kesimpulan
Berdasarkan kesimpulan diatas, wanita dapat menjadi suporter bola dikarenakan memiliki sikap positif terhadap suporter tersebut. Sikap ini terbentuk melalui
mendukung dirinya menjadi suporter, seperti ibu, ayah, om, sepupu dan pacar ataupun orang-orang yang berpengaruh dalam hidupnya. Mereka yang berpengaruh dalam kehidupan wanita tersebut yang membuatnya kemudian masuk menjadi suporter bola. Hal lain adalah Ia mendapatkan fasilitas yang
lebih banyak memudahkan dirinya menjadi suporter, seperti masuk ke dalam stadion secara gratis, mendirikan tempat usaha di
lingkungan suporter, menjadi anggota organisasi suporter.
Saran
Diharapkan dalam penelitian selanjutnya bisa lebih mendalami kasus lebih lanjut. Sebab, masih banyak faktor psikologis yang belum terungkap dengan menggunakan teori lain. Selain itu, dibutuhkan kemampuan diri untuk dapat memahami data-data yang telah diperoleh. Sehingga, dapat menganalisis data dengan baik.
Daftar Pustaka
Adrianto, R. N. (2007). Bonek dan Perilaku Anarkisnya. Skripsi, tidak diterbitkan, Universitas Surabaya, Surabaya.
Aisyah, St. (2010). “Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap Tingkat Agresivitas Anak”. Jurnal Mediatek. 2 (1).
Ali, M., & Asrori, M. (2004). Psikologi remaja: perkembangan peserta didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Amarullah, A. (2010). Aksi Bonek Rugikan PT KA Sebesar Rp105 Juta . Diunduh Maret 27, 2012, dari vivanews.com: http://nasional.vivanews.com/
news/read/124135-aksi_bonek_rugikan_pt_ka_s ebesar_rp105_juta
Baron, R. A., & Byrne, D. (2004). Psikologi sosial edisi 10th volume 2. Jakarta: Erlangga.
Baron, R. A., Byrne, D., & Branscombe, N. R. (2006). Social Psychology 12th edition. Boston: Allyn and Bacon.
Beka, I., & Tampubolon, M. (2010). Gara-gara Bonek, Persib Terancam Sanksi. Diunduh Maret 27, 2012, dari Vivanews.com:
http://nasional.vivanews.com/
Creswell, J. W. (2007). Qualitative inquiry & research design choosing among five approach. Lincoln: University of Nebreska
Feist, J., & Feist, G. J. (2006). Theories of personality edisi keenam. Ygoyakarta: Pustaka Pelajar.
Firmansyah, A. (2012). Sejarah Persebaya. Diunduh Oktober 23, 2012, dari anggy-“Adult Romantic Attachment: Theoritical Developments, Emerging Controversies, and Unanswered Questions”. Review of General suporter pertama dan terbesar di Indonesia. Yogyakarta: Mata Padi Presindo.
Poerwandari, E. K. (2001). Pendekatan kualitatif untuk penelitian perilaku manusia. Jakarta: LPSP3.
Rabbani, S. (2012). Dollard & Miller - psikologi kepribadian. Retrieved Oktober 02, 2013, Analisis Faktor Pembentuk Perilaku Agresi pada Suporter Bonek. Skripsi, tidak diterbitkan, Universitas Surabaya, Surabaya.
Santrock, J. W. (2002). Life-span development perkembangan masa hidup. Jakarta: Erlangga.
Solso, R. L. (2005). Cognitive psychology. Boston: Allyn and Bacon.
Suryanto. (2008). Perbedaan antara istilah penonton dan suporter. Retrieved Oktober
Psychology. Upper Saddle River: Pearson Education.
Walgito, B. (2003). Psikologi sosial : suatu pengantar. Ygoyakarta: Andi.
Yılmaz, Ç. C. (2012). Female
hooligan fuels question on ‘ban’ of women supporters. Diunduh November 9, 2012, dari hurriyetdailynews.com: http://www.hurriyetdailynews .com/female-hooligan-fuels- question--on-ban-of-women-supporters.aspx?pageID=238 &nID=12745&NewsCatID=4 44