• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI IBU NIFAS DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI RUANG GAYATRI RSUD WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO Eky Retno Wulandari 11002011 Subject : Motivasi, ASi eksklusif, Bayi usia 0-6 bulan dan ibu Nifas DESCRIPTION

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MOTIVASI IBU NIFAS DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI RUANG GAYATRI RSUD WAHIDIN SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO Eky Retno Wulandari 11002011 Subject : Motivasi, ASi eksklusif, Bayi usia 0-6 bulan dan ibu Nifas DESCRIPTION"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI IBU NIFAS DALAM MEMBERIKAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI USIA 0-6 BULAN DI RUANG GAYATRI RSUD WAHIDIN

SUDIROHUSODO KOTA MOJOKERTO Eky Retno Wulandari

11002011

Subject : Motivasi, ASi eksklusif, Bayi usia 0-6 bulan dan ibu Nifas DESCRIPTION

Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal enam bulan. Perubahan sosial dimana ibu bekerja dan kesibukan lainnya, merasa ketinggalan zaman, dan tidak menarik lagi merupakan alasan ibu untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi ibu nifas dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan Di Ruang Gayatri RSUD dr Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto.

Metode penelitian ini menggunakan rancang bangun deskriptif survey. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu nifas Di Ruang Gayatri RSUD dr Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto pada tanggal 10-25 Mei 2014 yang berjumlah 37 orang. Sampel penelitian ini berjumlah 30 orang yang diambil dengan teknik accidental sampling.

Hasil penelitian ini adalah motiviasi ibu nifas dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan Di Ruang Gayatri RSUD Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto sebagian besar memiliki motivasi sedang yaitu sebanyak 70%.

Motivasi dipengaruhi oleh faktor interna yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman, serta faktor eksterna yang meliputi faktor lingkungan dan informasi. Motivasi sedang dalam memberikan ASI eksklusif ini disebabkan mereka mendapatkan informasi yang tepat dari tenaga kesehatan tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif untuk bayi, sehingga timbul dorongan untuk memberikan ASI eksklusif pada bayinya. Kepada instansi terkait untuk melakukan pelayanan kesehatan yang sesuai dan melakukan peningkatan edukasi tentang ASI eksklusif.

ABSTRACT

Exclusive breastfeeding is recommended for a minimum period of six months. Social change where the mother works and other busyness, feel outdated, and no longer attractive is the reason for the mother not to breastfeed their babies. This study aims to determine the motivation of puerperal women in exclusive breastfeeding in infants aged 0-6 months in Gayatri room of dr Wahidin Sudirohusodo Mojokerto Public Hospital.

(2)

The results of this study are motiviasi postpartum mothers in exclusive breastfeeding in infants aged 0-6 months at Gayatri room Hospital Wahidin Sudirohusodo Mojokerto was largely motivated as many as 70%.

Motivation is influenced by internal factors which include age, education, occupation, and experience, as well as external factors that include environmental factors and information. Motivation is in exclusive breastfeeding is because they get the right information from health professionals about the importance of exclusive breastfeeding for infants, causing the urge to give exclusive breastfeeding her baby. Relevant institutions to undertake appropriate health services and make improvements to education on exclusive breastfeeding.

Keywords: Motivation, Exclusively Breastfeed, Baby 0-6 months Contributor : 1. Rifa’atul Laila. M, M. Farm-Klin

2. Widji Utami, S.ST Date : 4 Juni 2014

Type Material : Laporan Penelitian Identifier :

Right :

Summary :

A. Latar Belakang

ASI merupakan makanan yang ideal untuk bayi terutama pada bulan-bulan pertama. Pemberian ASI eksklusif dianjurkan untuk jangka waktu minimal enam bulan. ASI eksklusif atau lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja pada usia 0-4 atau 6 bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit, bubur nasi, dan nasi tim (Danuatmadja, 2008).

Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, terlihat adanya tendensi penurunan pemberian ASI yang dikhawatirkan akan meluas ke pedesaan. Penurunan pemberian atau penggunaan ASI di negara berkembang atau di pedesaan terjadi karena adanya kecenderungan dari masyarakat untuk meniru sesuatu yang dianggapnya modern yang datang dari negara yang telah maju atau yang datang dari kota besar (Suraatmaja, 2010). Selain itu, perubahan sosial dimana ibu bekerja dan kesibukan lainnya, merasa ketinggalan zaman, dan tidak menarik lagi merupakan alasan ibu untuk tidak memberikan ASI kepada bayinya (Soetjiningsih, 2010).

(3)

Studi pendahuluan yang dilakukan Di Ruang Gayatri RSUD Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto pada tanggal 25 dan 26 Maret 2014 didapatkan sebanyak 8 ibu nifas. Dengan melakukan wawancara pada ibu nifas didapatkan hasil bahwa 5 ibu nifas (62,5%) ingin menyusui anaknya sendiri, sedangkan 3 ibu nifas (37,5%) mengatakan anaknya sudah diberi susu formula oleh rumah sakit karena ASI belum keluar, akan tetapi ibu juga berkeinginan untuk memberikan ASI meskipun tidak bisa sepenuhnya karena setelah masa cuti habis, ibu harus kembali bekerja.

Masih banyak tenaga kesehatan ditingkat layanan yang belum peduli atau belum berpihak pada pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI eksklusif, yaitu masih mendorong untuk memberi susu formula pada bayi 0-6 bulan (Kemenkes RI, 2013). Pemberian ASI ekslusif merupakan cara terbaik dalam pemberian makanan bayi pada 6 bulan pertama. Ibu memerlukan dorongan secara aktif dan dukungan emosional dan praktisi pelayanan kesehatan dan anggota keluarga agar dapat berhasil memberikan ASI kepada bayinya (Gibney dkk, 2009). Bayi yang mendapat ASI secara penuh jarang terjangkit oleh penyakit diare yang menular atau necrotizing enterocolitis. Infeksi pernafasan dan telinga juga lebih jarang terjadi pada bayi yang disusui sendiri oleh ibunya (Gibney dkk, 2009).

Resiko bayi yang tidak mendapat ASI antara lain diare, infeksi telinga, infeksi bakterial, kanker, sindrom kematian bayi mendadak, penyakit Crohn dan kolitis ulseratif, fungsi penglihatan yang lebih buruk, pneumonia, infeksi saluran kemih, necrotizing enterocolitis, diabetes, penyakit coliac, karies dentis, perkembangan kognitif yang lebih rendah. Sedangkan resiko tidak menyusui pada ibu antara lain kanker payudara, meningkatkan resiko kehamilan kedua, kanker rahim dan osteoporosis (Gibney dkk, 2009).

Keberhasilan pemberian ASI eksklusif 6 bulan dapat diwujudkan dengan motivasi yang kuat, pengetahuan dasar tentang menyusui, usaha yang terus menerus, dan dukungan fasilitas persalinan “Sayang Bayi”. Pengetahuan dan keterampilan petugas yang terkait dalam keberhasilan manajemen menyusui harus selalu ditingkatkan agar mereka dapat berperan aktif dalam mengatasi kendala yang mungkin timbul selama proses menysusui (Partiwi & Purnawati, 2013). Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang motivasi ibu nifas dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan.

B. Metode Penelitian

(4)

C. Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar dari responden memiliki motivasi sedang dalam memberikan ASI eksklusif yaitu sebanyak 21 orang (70%).

Motivasi berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berprilaku (Notoatmodjo, 2007). Motivasi dikatakan tinggi apabila dalam diri seseorang memiliki keinginan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi dan memiliki keyakinan yang tinggi bahwa dirinya akan berhasil dalam mencapai tujuan dan keinginan. Motivasi dikatakan sedang apabila dalam diri seseorang memiliki keinginan yang positif, mempunyai harapan yang tinggi namun memiliki keyakinan yang rendah bahwa dirinya akan berhasil dalam mencapai tujuan dan keinginan. Motivasi dikatakan rendah apabila dalam diri seseorang memiliki keinginan yang positif, namun mempunyai harapan dan keyakinan yang rendah bahwa dirinya akan berhasil dalam mencapai tujuan dan keinginan (Nursalam, 2008). Motivasi dipengaruhi oleh faktor interna yang meliputi usia, pendidikan, pekerjaan, dan pengalaman, serta faktor eksterna yang meliputi faktor lingkungan dan informasi (Notoatmodjo, 2007; Nursalam & Pariani, 2008; Purwanto, 2007).

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hampir seluruh repsonden mempunyai motivasi sedang dalam pemberian ASI eksklusif, yaitu bahwa mereka mempunyai dorongan untuk memberikan ASI secara eksklusif akan tetapi keyakinan akan keberhasilannya memberikan ASI eksklusif masih kurang. Kemungkinan hal ini disebabkan faktor pekerjaan, pengalaman, atau kurangnya pengetahuan tentang ASI eksklusif. Responden yang mempunyai motivasi sedang dikarenakan merasa bahwa ASI sama halnya dengan memberikan makanan pada bayinya, sehingga kapan saja boleh memberikan makanan pada bayinya dengan tetap.

Responden yang mempunyai motivasi tinggi kemungkinan disebabkan karena didasari kebutuhan untuk menyehatkan anaknya, atau responden telah mengerti manfaat pentingnya ASI eksklusif sehingga mereka terdorong untuk memberikannya pada bayinya.

Diketahui bahwa hampir seluruh responden berumur 20-35 tahun yaitu sebanyak 80%. Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. Hal ini sebagai akibat pengalaman dan kematangan jiwanya (Nursalam & Pariani, 2008).

Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa hampir seluruh responden berada pada usia matang dan optimal, khususnya dalam hal resproduksi dan memiliki anak. Hampir semua responden mempunyai motivasi sedang, sehingga harapan dan keinginannya besar untuk dapat memberikan ASI eksklusif pada bayinya, akan tetapi keyakinannya dapat berhasil dalam memberikan ASI eksklusif masih kurang. Sedangkan responden yang memiliki motivasi tinggi ini dikarenakan mereka menyadari dan mengatahui pentingnya memberikan ASI eksklusif pada bayinya sehingga mereka terdorong untuk melakukannya.

(5)

bekerja bertujuan untuk mencapai suatu keadaan yang lebih baik daripada keadaan sebelumya. Dengan bekerja seseorang dapat berbuat yang bernilai dan bermanfaat serta memperoleh berbagai pengalaman (Nursalam & Pariani, 2008).

Sebagian besar responden bekerja, seharusnya mereka lebih luas untuk saling bertukar pengalaman dan informasi dengan rekan seprofesi tentang ASI eksklusif, terutama mengenai manfatnya, sehingga bisa mendorong responden untuk dapat memberikan ASI eksklusif. Akan tetapi, ibu yang bekerja mempunyai hambatan dalam memberikan ASI eksklusif karena pekerjaannya lebih banyak menyita waktu yang seharusnya dapat diapakai bersama bayinya, sehingga kebanyakan mempunyai motivasi sedang, mereka mempunyai harapan dan keinginan besar untuk memberikan ASI eksklusif, tapi karena pekerjaannya maka ibu kurang yakin dapat memberikannya secara penuh.

Sebagian besar responden berpendidikan menengah (SMA/sederajat) yaitu sebanyak 73,3%. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut menerima informasi, sehingga makin banyak pengetahuan yang dimilikinya. Sebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam & Pariani, 2008).

Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa sebagian besar responden berpendidikan mengengah, dimana seseorang dengan tingkat pendidikan menengah ke atas akan lebih mudah memahami tentang masalah kesehatan, khususnya tentang pemberian ASI eksklusif. Namun, pengetahuan tentang ASI eksklusif ini tidak didapat dari pendidikan formal, sehingga akan mempengaruhi motivasinya dalam memberikan ASI eksklusif. Responden yang mempunyai pendidikan tinggi mempunyai motivasi yang tinggi karena mereka telah mengetahui pentingnya memberikan ASI secara eksklusif karena manfaatnya tidak hanya untuk bayinya, tapi juga untuk diri ibu sendiri.

Hampir seluruh responden mendapatkan informasi mengenai ASI eksklusif dari tenaga kesehatan yaitu sebanyak 76,7%. Informasi akan memberi pengaruh pada seseorang. Meskipun seseorang mempunyai pendidikan yang rendah tetapi jika ia mendapat informasi yang baik dari berbagai media, misalnya : TV, radio, atau surat kabar, maka hal ini akan dapat meningkatkan pengetahuan seseorang, sehingga ia termotivasi untuk melakukannya (Notoatmodjo, 2007).

(6)

E. Kesimpulan

Motiviasi ibu nifas dalam memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan Di Ruang Gayatri RSUD Wahidin Sudirohusodo Kota Mojokerto sebagian besar adalah sedang yaitu sebanyak 70%.

F. Rekomendasi

1. Diharapkan untuk melakukan pengembangan penelitian sehubungan dengan ASI eksklusif yang semakin menurun prakteknya seiring dengan maraknya promosi susu formula untuk bayi.

2. Diharapkan untuk meningkatkan kerjasama dengan instansi kesehatan dalam hal memberikan penyuluhan tentang ASI eksklusif.

3. Diharapkan untuk mempromosikan kembali program pemberian ASI eksklusif sehingga dapat dijadikan motivasi untuk mempraktekkan secara langsung pemberian ASI eksklusif.

4. Peningkatan edukasi tentang ASI eksklusif pada institusi pelayanan kesehatan sangat diperlukan karena praktek pemberian ASI eksklusif semakin menurun ditambah dengan dukungan dari instansi pelayanan kesehatan yang menyediakan susu formula untuk diberikan pada bayi baru lahir.

Alamat Corespondensi

Email : Ekyretno@yahoo.com Telepon : 08563444416

Referensi

Dokumen terkait

- Secara simultan dan parsial pengetahuan dewan tentang anggaran, partisipasi masyarakat, dan transparansi kebijakan publik ber- pengaruh signifikan terhadap kinerja DPRD dalam

Ragam pendapatan (IDI) rumah tangga yang didasarkan pada tipologi lahan pertanian (dominan sawah, dominan kebun dan campuran) memiliki perbedaan tingkat

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pemerolehan acqusition bahasa adalah suatu teori siasat yang dimiliki dan dibutuhkan oleh anak-anak untuk

Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi kematangan buah mentimun berbasis citra digital menggunakan algoritma jaringan syaraf tiruan backpropagation berdasarkan tekstur

Sebaliknya pelaksanaan pidana penjara, terpidana menjalani hidup dalam lembaga penjara bersama dengan 'masyarakat' sesamapelanggar hukum pidana(narapidana). Sampai sejauh ini

Jumlah fasilitas pelayanan sosial ekonomi yang berbeda disetiap kecamatan akan menyebabkan terjadinya ranking atau tingkatan jumlah dari fasilitas sosial ekonomi yang ada di

Kecambah Kacang Hijau.. Tumbuhan tumbuh dari kecil menjadi besar dan berkembang dari satu sel zigot menjadi embrio kemudian berkembang menjadi satu individu yang

Ibu membantu ketika saya menghadapi ke- sulitan dengan perubahan yang sedang saya