Nasionalisme dalam Kebijakan Pembatasan Produk
Hortikultura
Paper
Diajukan guna mengikuti seleksi delegasi dalam Pertemuan Nasional Mahasiswa
Hubungan Internasional Indonesia (PNMHII) XXV
Oleh
Christine Arieska W 110910101018
JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
Awal tahun 2013 adalah masa panen raya bagi para petani hortikultura,
sehingga kebutuhan dalam negeri akan produk-produk ini dapat tercukupi.
Namun, petani terancam merugi karena Indonesia masih memberlakukan
kebijakan impor beberapa produk hortikultura. Dilatarbelakangi hal itulah
kemudian kementerian pertanian dan kementerian perdagangan memutuskan
untuk menghentikan sementara keran impor produk hortikultura yang pada saat
itu sedang panen raya agar para petani Indonesia tidak merugi. Terdapat 13
produk hortikultura yang pada saat itu mengalami pembatasan sementara, yaitu
kentang, kubis, wortel, cabai, nanas, melon, pisang, mangga, pepaya, durian,
bunga krisan, bunga anggrek, dan bunga heliconia.1 Dalam penerapannya kemeterian perdagangan kemudian membuat Peraturan Kementerian Perdagangan
(Permendag) untuk mengatur teknis pelaksanaan kebijakan tersebut. Kebijakan ini
tidak mudah dilaksanakan karena mendapat tentangan dari beberapa negara
pengimpor produk hortikultura yang tergabung dalam WTO (World Trade Organisation). Ada beberapa negara berpendapat bahwa apa yang dilakukan Indonesia tidak sesuai dengan komitmen Indonesia ketika bergabung dalam WTO,
namun Indonesia tidak bergeming dan tetap melanjutkan pembatasan impor
tersebut. Penghentian sementara impor produk hortikultura mendorong produk
domestik untuk dapat memenuhi pasar, sehingga dapat memberi keuntungan bagi
para petani kita. Kebijakan ini mendorong dibuatnya kebijakan pembatasan impor
produk hortikultura lebih banyak lagi, sampai saat ini menurut kemendag, ada
sekitar 20 produk hortikultura yang mengalami pembatasan impor. Kebijakan
pembatasan keran impor produk hortikultura oleh kedua kementerian tersebut
menunjukkan kepedulian pemerintah terhadap nasib petani negeri ini. Dapat
dikatakan bahwa kebijakan tersebut sangat nasionalis karena semangat
kebangsaan yang dimiliki rakyat Indonesia dapat diwujudkan demi kesejahteraan
rakyat sendiri.
1
Lihat,
Rasa cinta tanah air atau nasionalisme yang sesungguhnya, harus
dinyatakan dengan suatu hal konkret agar dapat diukur dan dilihat secara nyata
bukti dari kecintaan terhadap tanah air tersebut. Secara individu, seorang warga
negara dapat membuat suatu karya yang dapat memperkenalkan dan membawa
nama Indonesia agar lebih dikenal di dunia. Sebut saja Tex Saverio, Anggun C.
Sasmi, dan Agnes Monica yang nama mereka dikenal karena kemampuan dan
karya mereka, hal itu yang kemudian mampu mengangkat nama Indonesia di
ranah global. Dalam lingkup pemerintahan, tentunya juga ada tolak ukur sebuah
nasionalisme yang dapat kita lihat dan rasakan. Nasionalisme yang ditunjukkan
oleh para elite pemerintahan dapat dilihat dari produk-produk yang terimplementasikan dalam kebijakan-kebijakan, baik kebijakan dalam negeri
maupun luar negeri yang dibuat oleh pemerintah, apakah kebijakan tersebut
mensejahterakan rakyat atau justru malah menyengsarakan. Harus diakui saat ini
masih sangat sedikit kebijakan yang benar-benar baik bagi masyarakat. Jikalaupun
ada, maka tidak jarang dalam penerapannya ada penyimpangan-penyimpangan
yang justru malah merugikan warga negara, contohnya korupsi, kurang tegasnya
aparat dalam menegakkan hukum, dan beberapa penyimpangan lainnya. Namun,
ada juga kebijakan yang mampu mengimplementasikan nasionalisme para
pembuat kebijakan yaitu kebijakan pembatasan impor produk hortikultura. Di sisi
lain, apa yang dilakukan oleh kementerian pertanian dan kementerian
perdagangan dapat dikatakan sebagai sikap cinta tanah air atau nasionalisme
karena pembuatan kebijakan tersebut dilandasi semangat untuk memajukan
produk negeri sendiri. Dari latar belakang tersebut dapat kta pertanyakan,
mengapa kebijakan pembatasan impor holtikultura dapat dikatakan sebagai
implementasi nasionalisme pemerintah terhadap negara?
Nasionalisme, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan paham
(ajaran) untuk mencintai bangsa dan negara sendiri atau sifat kenasionalan.2 Jadi, definisi nasionalisme menurut KBBI adalah kesadaran keanggotaan di suatu
2
Lihat,
bangsa yang secara potensial atau aktual bersama-sama mencapai,
mempertahankan, dan mengabadikan identitas, integritas, kemakmuran, dan
kekuatan bangsa itu.3 Dapat dikatakan bahwa kesadaran akan nasionalisme diimplementasikan atau diwujudkan dalam sikap dan perbuatan kita untuk
memberikan yang terbaik bagi negara. Di ranah pemerintahan, aktualisasi
semangat kebangsaan dapat diwujudkan dalam bentuk usaha para pemangku
kekuasaan untuk membuat kebijakan yang mampu mewujudkan kepentingan
nasional Indonesia yang tentunya untuk mensejahterakan masyarakat dan
membawa masyarakat Indonesia pada perkembangan yang lebih baik lagi.
Perwujudan kepentingan nasional dapat dilihat dari kebijakan dalam negeri
maupun luar negeri yang dibuat oleh pemerintah. Kebijakan dalam negeri yang
dibuat, tentunya akan menyelesaikan permasalahan-permasalahan dalam negeri
Indonesia, seperti kemiskinan, korupsi, lemahnya penegakan hukum, dan
permasalahan lainnya. Sedangkan perwujudan nasionalisme dalam kebijakan luar
negeri dapat dilihat dari bisa-tidaknya kebijakan luar negeri yang dibuat
mewujudkan kepentingan nasional negara ini. Kebijakan-kebijakan yang mampu
mewujudkan kepentingan nasional antara lain, kerjasama di segala bidang, baik
pendidikan, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan, serta
bidang-bidang lainnya.
Kepentingan nasional sendiri merupakan tujuan dan ambisi negara, baik
dalam hal ekonomi, militer, ataupun kebudayaan.4 Untuk mencapai kepentingan nasional, maka suatu negara membuat kebijakan luar negeri agar tujuan negara
dalam hal mensejahterakan rakyat dapat tercapai. Definisi kebijakan luar negeri
merupakan strategi atau rencana tindakan yang dibuat oleh para pembuat
keputusan negara dalam menghadapi negara lain atau unit politik internasional
lainnya, dan dikendalikan untuk mencapai tujuan nasional spesifik yang
dituangkan dalam terminologi kepentingan nasional.5 Keduanya, baik kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri saling berhubungan karena kebijakan luar
negeri merupakan alat dalam mencapai kepentingan nasional suatu negara.
3ibid
4
Lihat, http://en.wikipedia.org/wiki/National_interest diakses pada tanggal 24 Agustus 2013
Keterkaitan antara nasionalisme, kepentingan nasional, dan kebijakan luar negeri
yang dalam hal ini mengenai kebijakan pembatasan impor produk hortikultura
dapat dilihat dari peraturan-perturan yang dibuat sehingga dapat lebih
memberikan keuntungan bagi petani negeri ini.
Selain itu, dalam mencapai kepentingan nasional juga dibutuhkan alat lain
yang dinamakan politik luar negeri. Politik luar negeri merupakan sistem
tindakan-tindakan dari suatu pemerintah terhadap pemerintahan lainnya.6 Politik luar negeri adalah sekumpulan kebijakan yang berperan dan berpengaruh, dalam
hubungan suatu negara (pemerintah) dengan negara (pemerintah) lainnya, dengan
mempertimbangkan juga tanggapan (respon terhadap kejadian dan masalah di
lingkungan dunia internasional).7 Politik luar negeri Indonesia dalam kebijakan pembatasan impor produk hortikultura dilakukan terhadap negara-negara
pengimpor produk-produk tersebut yang antara lain, Amerika Serikat, Kanada,
Selandia Baru, dan Australia. Keempat negara tersebut merupakan negara-negara
yang hasil hortikulturanya banyak diimpor ke Indonesia. Baik Amerika Serikat,
Kanada, Australia, maupun Selandia Baru memiliki CRA (Country Recognition Agreement) yang merupakan free pass area bagi negara pemasok untuk memasukkan produknya.8 Dengan CRA berarti produk yang diimpor oleh suatu negara telah memenuhi ketentuan dan bebas dari penyakit-penyakit tertentu.
Dalam kasus pembatasan impor yang dilakukan Indonesia, walaupun keempat
negara tersebut telah memiliki CRA, pemerintah kita tetap memberlakukan
pembatasan dengan alasan pengamanan produk lokal kita, sehingga dapat
memajukan kualitas produk dalam negeri.
Kegiatan impor produk hortikultura diatur dalam Permendag No 30
Tahun 2012 yang telah diubah beberapa kali terakhir dengan Permendag No 60
6
Lihat,
http://dir.unikom.ac.id/s1-final-project/fakultas-sospol/hubungan-internasional/2011/jbptunikompp-gdl-susipestar-24701/9-12.unik-a.pdf/index15.html diakses pada tanggal 27 Agustus 2013
7ibid 8
Tahun 2012 tentang Ketentuan Impor Produk Hortikultura.9 Kebijakan pembatasan impor produk hortikultura yang mulai diberlakukan beberapa bulan
ini telah dapat memberikan dampak positif terhadap para petani karena harga buah
lokal dapat terangkat, salah satu contohnya di daerah Bali. Berdasarkan data
Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali pada April 2013 Nilai Tukar Petani
(NTP) subsektor hortikultura mengalami kenaikan sebesar 0,60 persen.10 NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli
petani di pedesaan.11 Selain itu menunjukkan daya tukar (term of trade) dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang lainnya.12Peningkatan NTP pada
subsektor itu disebabkan oleh naiknya indeks yang diterima petani sebesar 0,72
persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani yaitu
sebesar 0,12 persen.13 Kenaikan indeks yang diterima petani dikarenakan naiknya indeks harga kelompok buah-buahan sebesar 0,96 persen.14 Hal ini menunjukkan
bahwa dengan terangkatnya harga buah lokal, maka petani dapat memperoleh
keuntungan lebih dari produk-produk yang dijual oleh mereka, sehingga dapat
meningkatkan kesejahteraan petani lokal. Kebijakan tersebut mampu memberikan
dampak baik bagi produk lokal Indonesia. Pembatasan impor dari negara-negara
pengekspor buah, seperti Amerika dan Australia telah memberikan dampak yang
cukup signifikan terhadap kegiatan jual-beli produk hortikultura dalam negeri.
Wujud nyata nasionalisme yang dilakukan pada tingkat pemerintahan menjadikan
petani dapat meningkatkan kesejahteraan mereka karena harga buah lokal
mengalami peningkatan harga.
Di sisi lain, pembatasan impor produk ini juga telah mendorong
meningkatnya pengembangan produk pertanian yang telah dilakukan oleh
kementerian pertanian. Dalam rangka meningkatkan hasil pertanian, maka
kementerian melakukan beberapa langkah yang antara lain, untuk kedelai
pemerintah melakukan intensifikasi melalui benih unggul, pemupukan, serta
perluasan lahan kedelai yang ideal, ada tambahan 500.000 hektar lahan kedelai.15 Kedua adalah beras, pemerintah mulai bergerak untuk mendorong petani
menanam beras khusus yang punya spesifikasi khusus terutama beras Jepang
misalnya untuk restoran Jepang dan kelas tinggi, serta beras yang dipakai untuk
industri makanan dan minuman yaitu beras menir atau broken rice.16 Untuk jagung, perlu dilakukan pembenahan dalam sistem secara keseluruhan, baik
penanaman maupun distribusinya, dan yang harus diperbaiki adalah sistem
distribusi karena letak sentra penanaman jagung dan lokasi konsumen jagung
cukup jauh satu sama lain.17 Untuk gula pasir kementerian pedagangan berani mengatakan bahwa program kementerian seperti Bongkar Ratun, yaitu gerakan
untuk membongkar tanaman tebu lama dengan varietas yang lebih baik mulai
menunjukkan hasil positif sehingga dapat lebih menguntungkan petani.18 Dalam hal inipun, terdapat sisi nasionalitas karena usaha-usaha yang dilakukan pihak
kementerian pertanian telah dapat meningkatkan kualitas produk domestik
Indonesia. Pembatasan produk-produk pertanian, seperti beras, jagung, dan
kedelai dari Amerika, Australia, Thailand, dan negara lainnya telah dapat
mendorong pemerintah melakukan evaluasi terhadap pertanian dalam negeri,
sehingga dapat dibenahi dan dapat meningkatkan produksi dalam negeri.
Pemerintah tidak serta merta melakukan penghentian impor seluruh produk
hortikultura karena ingin secara bertahap melatih petani negeri ini untuk dapat
perlahan-lahan memperbaiki kualitas produk domestik.
Nasionalisme dalam kebijakan pembatasan impor produk hortikultura
Indonesia ditunjukkan melalui kebijakan luar negeri Indonesia terhadap
negara-negara pengimpor produk, seperti Amerika, Selandia Baru, Kanada, Australia,
Thailand dan negara-negara lainnya. Kementerian pertanian dan perdagangan
15
Lihat, http://m.detik.com/finance/read/2013/03/13/102153/2192489/459/ diakses pada tanggal 24 Agustus 2013
16
ibid
melakukan pembatasan impor guna meningkatkan produksi dalam negeri,
sehingga petani lokal dapat menerima keuntungan yang lebih baik dari sejak
sebelum pembatasan diberlakukan. Apa yang dilakukan oleh kedua kementerian
tersebut dapat dikatakan sebagai suatu bukti nasionalisme warga bangsa ini pada
negara karena apa yang dilakukan adalah untuk kepentingan nasional. Hal tersebut
dibuktikan dengan peningkatan kesejahteraan petani di Bali contohnya. Akibat
pembatasan impor yang dilakukan pemerintah, harga buah lokal mengalami
peningkatan harga dan hal tersebut berdampak pula pada peningkatan pendapatan
petani. Di sisi lain, kebijakan pembatasan impor juga mampu memperbaiki
kualitas produk dalam negeri karena pemerintah kemudian berbenah dalam bidang
pertanian untuk meningkatkan produksi hortikultura lokal. Ada beberapa
kebijakan yang dibuat kementerian pertanian yang mampu meningkatkan kualitas
produk dalam negeri agar tidak kalah bersaing dengan produk impor yang
membanjiri Indonesia, antara lain intensifikasi melalui benih unggul, pemupukan,
serta perluasan lahan kedelai yang ideal, ada tambahan 500.000 hektar lahan