• Tidak ada hasil yang ditemukan

KEPENTINGAN EKONOMI DAN POLITIK CHINA DALAM ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KEPENTINGAN EKONOMI DAN POLITIK CHINA DALAM ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA)"

Copied!
39
0
0

Teks penuh

(1)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Sejak abad ke 21 China mengalami pertumbuhan yang pesat dan

signifikan khususnya dalam bidang ekonomi dan menjadi negara perdagangan

yang kuat. Kemajuan ekonomi China tidak terlepas dari perubahan arah kebijakan

ekonominya yang menjadi kebijakan Socialist Market Economy yang tercemin

dalam berbagai strategi pembangunannya. China mengawali perkembangannya

dalam dunia internasional dengan mengeluarkan kebijakan Open Door Policy

yang membuat China mulai terbuka terhadap dunia internasional.1 Kesuksesan modernisasi dan industrialisasi mampu merubah China menjadi wajah baru dari

negara agraris menjadi negara dengan kekuatan yang nyata. Para pemimpinnya

selalu mencita-citakan China menjadi negara yang kaya dan kuat, dan menyatakan

bahwa dengan China yang kuat dan kaya akan memberikan kontribusi terhadap

kemakmuran dan stabilitas baik kawasan maupun internasional. Keinginan ini

dibuktikan dengan salah satu politik luar negari China yaitu memelihara

perdamaian dunia dan meningkatkan pembangunan bersama.

Sejak kepemimpinan Deng Xiaoping (1979-1989) yang menjadi fokus

utama politik luar negeri China adalah peningkatan pertumbuhan ekonomi

1

(2)

domestik.2 Dimana China mulai menjalin hubungan baik dengan dunia internasional, terutama dengan negara-negara di Asia Tenggara untuk menjamin

terciptanya lingkungan yang kondusif bagi pertumbuhan ekonomi China. Dengan

pertumbuhan ekonomi yang pesat, China dianggap mampu menjadi motor

pendorong bagi pertumbuhan dimana-mana termasuk negara-negara ASEAN.

Sehingga China mengusulkan ASEAN-China Free Trade Agreement

(ACFTA), ini menjadi hal yang menarik juga untuk dibahas dalam hubungan

China dengan Asia Tenggara. Dimana dorongan China untuk membentuk suatu

Free Trade Area (FTA) yang merangkul semua negara-negara Asia Tenggara ini

dimulai pada KTT ASEAN+3 november 2000. Hingga pada KTT ASEAN-China

November 2001, secara formal China mengajukan proposal untuk pembentukan

ACFTA dalam waktu sepuluh tahun. Pemimpin negara-negara anggota ASEAN

dalam pertemuan KTT tersebut menerima usulan China. Kemudian kerangka

perjanjian awal kerjasama ekonomi ASEAN-China ditandatangani dalam KTT

ASEAN-China pada November 2002 di Phnom Penh Kamboja. ACFTA ini

direncanakan untuk terwujud pada tahun 2010 bagi 6 anggota ASEAN yaitu

Indonesia, Singapura, Malaysia, Brunei, Filipina, dan Thailand sebagai anggota

2

Erika, Strategi Politik Luar Negeri China dan Perkembangannya Analisa Mengenai Transformasi Politik Luar Negeri China dan Penerapan Politik Luar Negeri China dalam ASEAN+3, dalam

(3)

lama ASEAN dan 2015 untuk anggota baru ASEAN (Laos, Myanmar, Kamboja,

dan Vietnam).3

Dalam sejarah hubungan China-ASEAN, China aktif dalam menjalin

hubungan dengan ASEAN, hal ini terlihat dari intensifnya upaya China dalam

mendirikan hubungan diplomatik secara resmi dengan semua negara anggota

ASEAN yang terjadi pada akhir tahun 1980-an. Pada November 1988, perdana

menteri China Li Peng mengumumkan untuk memulihkan dan mengembangkan

hubungan dengan semua negara anggota ASEAN. Setelah membangun hubungan

diplomatik dengan Singapura pada 3 Oktober 1990 mendorong terjalinnya

hubungan resmi dengan negara-negara ASEAN. Selanjutnya hubungan

ASEAN-China mulai terbuka pada 1991. 1997 presiden Jiang Zemin memulai KTT

informal dengan ASEAN yang membahas tentang membangun hubungan baik

antar tetangga dan orientasi saling percaya dalam menghadapi abad 21. Hubungan

China-ASEAN berkembang pesat dengan beberapa perjanjian yang diikuti oleh

China dengan negara-negara ASEAN, seperti ditandatanganinya perjanjian antara

China dengan Filipina dan Vietnam tentang perselisihan di laut China selatan

pada 2000. China-ASEAN juga bekerjasama dalam isu ancaman keamanan

transnasional non-tradisional seperti drug-trafficking, meningkatkan hubungan

militer secara individual dengan anggota negara ASEAN dan beberapa kerjasama

lain yang mengacu pada perdamaian dan kesejahteraan bersama.4

3

Saw Swee-Hock, Lijun. Sheng, Chin Kin Wah. 2005. ASEAN-China Relation : Realities and Prospect, Institute of Southeast Asian Studies Singapore. hal. 3-4.

4

ASEAN-China Free TradeAgreement: A Primer. dalam

(4)

Asia Tenggara menjadi penting bagi China karena berada pada kawasan

yang strategis baik ditinjau dari aspek politik, ekonomi dan sosial budaya. Posisi

Asia Tenggara berada tepat dipersimpangan antara konsentrasi industri, teknologi

serta militer di Asia Timur laut ke utara, sub kontinental dan sumber-sumber

minyak di Timur Tengah ke Timur, dan Australia ke selatan. Ditinjau dari aspek

ekonomi Asia Tenggara merupakan bagian perdagangan dengan volume yang

tinggi dari negara Jepang, Korea, dan Australia, termasuk impor minyak , transit

Sea Lanes of Communications (SLOCs) dimana perairan Asia Tenggara/ selat

malaka dilayari kapal-kapal dagang dan tanker yang bernilai hingga milyaran

dollar dalam tiap tahunnya.5 Sembilan puluh persen minyak China juga melalui perairan Asia Tenggara. Selain itu, Asia Tenggara yang berpenduduk sekitar 580

juta jiwa merupakan pasar yang sangat potensial bagi China.6 Hal tersebut menyebabkan kawasan Asia Tenggara mempunyai letak ekonomis yang

menguntungkan dan selalu menempati posisi penting bagi China.

Perkembangan ekonomi China yang pesat dan menjadi pusat perhatian

banyak kalangn terutama Amerika Serikat yang merasa khawatir dengan

perkemabngan China, begitu juga dengan Asia Tenggara sebagai wilayah penting

bagi kepentingan China. Seiring dengan pertumbuhan ekominya China juga perlu

menyesuakan kebijakan politiknya guna mengamankan kepentingan ekonominya

agar terus berlanjut dan dapat terus tumbuh dengan aman. Dengan demikian dapat

5

http://www.rimanews.com/read/20101108/5278/analisis-di-balik-kunjungan-presiden-obama-ke-indonesia, diakses pada 9 Oktober 2010.

6

(5)

dilihat bahwa China juga memiliki kepentingan politik dalam kerjasama dengan

ASEAN yang terbentuk dalam ACFTA.

Dari kerjasama ekonomi antara China dengan ACFTA berimplikasi pada

aspek politik China, atara lain terkait dengan letak strategis Asia Tenggara. Asia

Tenggara berada pada jalur dimana minyak-minyak China dikirim dari Timur

Tengah. Oleh karena itu, penting bagi China unutk mengamankan jalur yang

menjadi sumber memperoleh minyak dari Timur Tengah ini. terkait dengan

pesatnya pertumbuhan ekonomi China, rupanya berpengaruh pada keamanan

berlangsungnya proses keberlangsungan ekonominya tersebut. Sehingga beberapa

pihak merasa terancam oleh pertumbuhan yang terjadi pada China. Dengan

demikian China perlu merubah asumsi beberapa pihak tersebut bahwa

pertumbuhan China bukanlah sebuah ancaman, melainkan pertumbuhan untuk

perdamaian dunia dengan aktif melakukan berbagai kerjasama khususnya

kerjasama ekonomi. Selain itu, dalam rangka cita-cita China yang ingin turut

berkontribusi dalam menciptakan perdamaian dunia, maka China melihat bahwa

ASEAN akan memungkinkan China untuk membangun kekuatan geopolitik di

Asia Tenggara untuk mengimbangi pengaruh kekuatan Jepang dan AS yang telah

lama mendominasi.

Aktivitas pertumbuhan ekonomi yang tinggi tentu memiliki berbagai

konsekuensi bagi China seperti memperluas pasar bagi produk-produk

industrialisasi China, memperoleh akses sumber daya energi dan bahan baku,

mempertahankan lingkungan politik yang stabil, khususnya di kawasan sekitar

(6)

Asia Tengara. Dimana konsekuensi ini yang menjadi motivasi bagi China untuk

memainkan peranan ekonomi politik yang lebih jauh dikawasan Asia.

Dalam penelitian ini penulis akan mebahas tentang bagaimana China

sebagai negara yang besar dengan pertumbuhan ekonominya yang pesat hingga

sekarang dan bahkan diprediksi akan mampu melampaui negara-negara barat

menggagas dan mendorong terjalinnya kerjasama dengan Asia Tenggara sebagai

Negara berkembang, dimana China mengakui bahwa dalam pandangannya Asia

Tenggara merupakan suatu kawasan yang sangat potensial sehingga upaya

peningkatan kerjasama dengan seluruh negara anggota menjadi sangat penting

dan mendesak untuk dilakukan. Diperkirakan juga bahwa Asia Tenggara akan

menjadi mitra dagang terbesar ketiga menggantikan Jepang bagi China setelah

Uni Eropa dan Amerika Serikat. China bahkan merubah pendekatan terhadap Asia

Tenggara dalam upayanya untuk menjalin kerjasama dengan ASEAN, yaitu

menjadi lebih bersahabat terutama sejak krisis keuangan tahun 1997 terlihat dari

kontribusi China dalam menghadirkan keamanan dan kesejahteraan regional.

Dalam penelitian ini tidak hanya akan membahas apa yang menjadi

kepentingan ekonomi China, tetapi juga akan membahas kepentingan China dari

aspek politik yang melatar belakangi hubungan ASEAN-China melalui kerjasama

ekonomi yang terbentuk dalam ASEAN-China Free Trade Agreement. Oleh

karena itu, maka penelitian ini perlu untuk membahas dan mengetahui mengapa

China begitu aktif dalam mendorong terbentuknya ACFTA( ASEAN-China Free

(7)

yang tinggi dengan judul “Kepentingan Ekonomi-Politik China Dalam ASEAN-China Free TradeAgreement(ACFTA)”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas yang menggambarkan agresifitas

China dalam ASEAN-China Free TradeArea (ACFTA), maka permasalahan yang

akan dianalisis dalam penelitian ini adalah, “Mengapa China mengusulkan terbentuknya ASEAN-China Free TradeAgreement(ACFTA)? ”

1.3 Tujuan Penelitian

Merujuk pada rumusan masalah yang diajukan diatas , adapun tujuan yang

ingin dicapai dari penelitian ini adalah:

a. Untuk mengetahui alasan China menggagas ASEAN-China Free

TradeAgreement (ACFTA).

b. Untuk mengetahui apa yang akan China peroleh dari ACFTA terkait

dengan kepentingan nasionalnya dalam bidang ekonomi maupun

politik.

1.4 Tinjauan Pustaka

1.4.1 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini penulis akan terlebih dahulu mempelajari hasil

tulisan dari pengamat hubungan internasional yang telah ada guna

menentukan batasan masalah yang akan dibahas oleh penulis. Selain itu,

dimaksudkan untuk menghindari kesamaan dalam penulisan dan cara

(8)

Pertama, dalam buku yang berjudul “China And The Developing World : Beijing’s Strategy For The Twenty-First Century”7 yang ditulis oleh Mao Yufeng.8 Dalam sub-bab buku ini membahas tentang kepentingan China di Timur Tengah dan negara-negara Arab. Pertama adalah kebutuhan energi

China, dimana ketergantungan China terhadap minyak terus meningkat

seiring dengan perkembangan industrinya. Timur Tengah dan dunia arab

memegang dua per tiga cadangan minyak dunia. Hingga 2010 impor minyak

China mencapai 50% dari Timur Tengah. Ketergantungan China terhadap

minyak dari wilayah ini sangat luas. Kedua adalah pasar, selain menjadi

sumber penting energi China, Timur Tengah dan dunia Arab merupakan

pasar penting bagi produk-produk dan jasa China. Dimana ekspor China

membuat kemajuan yang signifikan di beberapa negara diwilayah ini. Pasar

Arab memiliki potensi besar untuk pertumbuhan dan China akan mendapat

keuntungan yang lebih tinggi. Ketiga adalah kepentingan politik, China

mempunyai kepentingan agar Timur Tengah terus memberi dukungan pada

prinsip China dalam kaitanya dengan Taiwan, selain itu hubungan politik

yang positif dengan Timur Tengah membantu menguntungkan China dalam

organisasi-organisasi internasional seperti PBB. Dimana China mempunyai

masalah hak asasi manusia, sehingga diharapkan Timur Tengah mampu

mendukung dan melindungi China dari celaan yang mengkritik rezim China.

7

Joshua Eisenman. Eric Heginbotham. and Derek Mitchell,2007, China and The Developing World: Beijing’s Strategy for Twenty-First Century, M.E. Sharpe Inc, New York, hal.113-128 8

(9)

Kedua, artikel yang ditulis oleh Tony Saich9yang berjudul “China as Member of the WTO :Some political and Social Questions”. 10 Dalam penelitian ini dijelaskan tentang tujuan dari masuknya China menjadi anggota

WTO (World Trade Organisation). Tony menjelaskan ada lima prinsip

mengapa China bergabung dengan WTO. Pertama, China akan mendapat

perlindungan yang kuat dari WTO paling tidak dalam jangka waktu yang

pendek terkait dengan ekonominya dan tidak menutup kemungkinan bahwa

China juga akan mendapat manfaat yang signifikan dalam keanggotaannya.

Pertimbangan bahwa China akan menjadi mangsa bagi pihak lain tidak hanya

dalam ekonomi tetapi juga perilaku politiknya. Kedua, keinginan China untuk

berperan penting dalam dunia internasional maka China harus masuk dalam

organisasi internasional untuk dapat mempengaruhi pembuatan kebijakan.

China tidak akan dapat mempengaruhi dalam pembuatan kebijakan jika

China hanya berada diluar organisasi tersebut. Ha yang paling penting adalah

jika China tidak segera menjadi anggota WTO maka beberapa kebijakan yang

akan berpengaruh pada kepentingan vital China tanpa masukan apapun dari

China sendiri. Ketiga, sejumlah tokoh senior China menyimpulkan bahwa

tanpa mendisiplinkan beberapa mekanisme eksternal yang kuat, reformasi

9

Tony saich adalah seorang professor dalam urusan internasional di Kennedy School of Government Univesitas Harvard Amerika Serikat, ia juga seorang kepala kantor China di Ford Foundation di Beijing.

10

(10)

ekonomi dapat merusak dan menghentikan kepentingan nasional China

selanjutnya. Dimana, pada dasarnya tidak ada dalam perjanjian WTO yang

tidak mendukung kepentingan China untuk bergerak ke arah ekonomi pasar.

Keempat, keanggotaan China membawa sejumlah manfaat ekonomi, seperti

meningkatnya akses pasar untuk barang-barang China terutama ke pasar

Eropa, Jepang, dan Amerika Serikat khusunya dalam bidang tekstil dan

peralatan telekomunikasi. Selain itu juga untuk mempertahankan dan

menigkatkan pertubuhan FDI (Foreign Direct Investment). Kelima, China

telah melihat beberapa keuntungan dalam keanggotaannya di WTO tidak

hanya dalam ekonomi tetapi juga politik yang semakin kuat terkait dengan

hubungannya dengan Taiwan. Keanggotaannya dalam WTO akan

menigkatkan perdagangan dan investasi dan bahkan menjadi pendorong

untuk mulai membahas tentang masa depan integrasi politik. WTO akan

memberikan mekanisme penyelesaian sengketa pada isu-isu ekonomi antara

Beijing dan Taiwan.

Jika dalam buku China And The Developing World : Beijing’s

Strategy For The Twenty-First Century menjelaskan tentang

kepentingan-kepentingan dan kebijakan-kebijakan yang diterapkan oleh China adalah

untuk mencapai kepentingan China dalam pemenuhan energi dan perluasan

pasar China di Timur Tengah. Sedangkan dalam penelitian yang berjudul

China as Member of the WTO :Some political and Social Questions

menjelaskan tentang kepentingan China dalam ruang lingkup yang lebih

(11)

keamanan ekonominya di dunia internasional. Maka penulis berusaha untuk

lebih luas menjelaskan tentang kepentingan China di kawasan regional Asia

Tenggara dengan melihat pada aspek ekonomi dan politiknya melalui

ASEAN-China Free TradeAgreement (ACFTA) yang diusulkan oleh China.

1.4.2 Konsep dan Teori

Dalam menganalisa suatu permasalahan yang kita hadapi dalam studi Hubungan internasional diperlukan teori yang relevan atau teori yang

berhubungan dengan suatu permasalahan tersebut. Dalam penelitian ini,

penulis akan menggunakan teori politik luar negeri dan konsep kepentinngan

nasional dan free trade.

1.4.2.1 Politik Luar Negeri

Politik luar negeri adalah arah kebijakan suatu negara untuk mengatur hubungan dengan negara lain. Dimana politik luar negeri

merupakan bagian dari kebijakan nasional suatu negara yang

bertujuan untuk kepentingan nasional negara tersebut dalam lingkup

eksternalnya yaitu dunia internasional yang meliputi empat komponen

yaitu orientasi, peranan, tujuan dan tindakan.11

Orientasi politik luar negeri didefinisikan sebagai suatu

sikap dan komitmen yang bersifat umum terhadap lingkungan

eksternalnya, strategi yang fundamental bagi pencapaian tujuan

11

(12)

domestik dan eksternal, serta aspirasi untuk mengatasi ancaman yang

ada. Orientasi politik luar negeri suatu negara kemudian

diekspresikan oleh tingkat keterlibatan negara itu dalam berbagai isu

internasional, yang selalu dinyatakan dalam serangkaian keputusan.12 Komponen peran diasosiasikan dengan keterlibatan aktor

negara dalam pergaulan internasional baik dalam skala global maupun

regional, dimana keterlibatan suatu negara dalam forum tersebut akan

mempengaruhi keputusan agar sesuai dengan komitmen dan aturan

yang cocok dengan negaranya.13

Negara sebagai suatu unit politik memiliki kebutuhan dan

tujuan yang dapat dicapai dengan mempengaruhi perilaku negara lain.

Tujuan dalam politik luar negeri dipahami sebagai serangkaian

kepentingan dan nilai-nilai kolektif yang berkaitan dengan perilaku

negara lain.14

Sedangkan komponen tindakan politik luar negeri

didefinisikan sebagai segala sesuatu yang dilakukan pemerintah yang

berkuasa kepada aktor hubungan internasional lainnya untuk

mempengaruhi orientasi tertentu, memenuhi peranan nasional, dan

atau mencapai serta mempertahankan tujuan politik luar negerinya.15

12

Ibid, hal. 109 13

Ibid, hal 130 14

Ibid, hal 138-139 15

(13)

Politik luar negeri suatu negara berbeda dengan negara lain.

Setiap negara mempunyai kebijakan politik luar negeri sendiri. Politik

luar negeri tergantung pada tujuan nasional suatu negara. Kebijakan

politik luar negeri dipengaruhi oleh faktor dalam negeri dan faktor

luar negeri. Secara umum faktor-faktor internal tersebut antara lain

adalah faktor historis, geografis, demografis, sistem politik, cara

pandang aktor-aktor politik terhadap sistem internasional, serta

kepentingan dan peran yang diinginkan oleh negara tersebut.

Faktor-faktor eksternal yang mempengaruhi kebijakan luar negeri suatu

negara antara lain ialah lingkungan regional dan internasional,

termasuk dalam hal ini perkembangan konstelasi politik, ekonomi dan

keamanan internasional, serta kebijakan negera atau sekelompok

negara lain terhadap negara tersebut.16

China modern yang bermula pada kepemipinan Mao

Zedong memiliki kepentingan ekonomi sebagai poros utama dalam

politik luar negerinya, sehingga China mengalihkan sumber ideologis

dan orientasinya dari komunisme militan menjadi nasionalisme

pragmatik. Pada masa ini politik luar negeri China sepenuhnya

diarahkan pada pengembalian kekuatan China melalui pendekatan

hubungan China dengan nagara-negara sosialis untuk melawan AS

16

Ikrar Nusa Bakti, Faktor-Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Australia, dalam

(14)

waktu itu. Pada masa Deng Xiaoping politik luar negeri China

mengadopsi kebijakan yang pragmatis dengan menjadikan ekonomi

domestik sebagai fokus utama dengan Open Door Policy nya untuk

politik luar negerinya yang independen dan China mulai menjalin

hubungan baik dengan dunia internasional. Pada masa jiang zemin

PLN China masih fokus pada pertumbuhan ekonomi domestik, pada

masa ini terjadi penafsiran sosialisme menjadi sesuatu yang lebih

liberal yang diarahkan pada penciptaan tatanan internasional yang

multipolar. Sedangkan pada masa Hu Jianto hingga sekarang China

ingin menciptakan situasi internasional yang kondusif bagi

pertumbuhan ekonominya degan cara menghindari konfrontasi yang

ada.17

1.4.2.2 Kepentingan Nasional

Konsep kepentingan nasional oleh Morgenthau dikatakan

sebagai berikut :“The concept of national interest, then contains two

elements, one that is logically required and in that sense necessary,

and one that is variable and determined by circumstances”.18

Dalam hal ini Morgenthau menjelaskan bahwa dalam

pemenuhan kebutuhan sendiri dapat diperoleh dengan cara

melindungi kelangsungan hidup bangsa dalam mempertahankan

kedaulatan integritas wilayahnya, sistem politik, dan identitas budaya

17

Erika, Op. Cit 18

(15)

dari ancaman bangsa lain. Sedangkan dalam hal mempertimbangkan

kondisi lingkungan strategis sekitarnya adalah dengan menjalankan

kebijakan politik luar negerinya melalui upaya diplomasi demi

terciptanya perdamaian.“The state should promote the internal

welfare of its citizens, provide for defense against external

aggression, and preserve the state’s values and way of life. No

country can long afford to pursue its own welfare in ways that reduce

the security and welfare of its competitor”.19

Kepentingan nasional dari sebuah Negara hendaknya tidak

hanya didasarkan pada upaya meningkatkan kesejahteraan internal

bagi setiap warga negaranya, tetapi juga menyediakan pertahanan

terhadap agresi dari luar,dan melindungi nilai-nilai negaranya. Lebih

jauh dinyatakan pula bahwa tidak mungkin sebuah negara dapat

mencapai kepentingan nasionalnya dengan mengurangi keamanan dan

kesejahteraannya terhadap negara kompetitornya. Untuk mencapai

tujuan nasional seperti yang diharapkan maka setiap negara harus

mengkaitkan kepentingan nasionalnya melalui upaya kerja sama

dengan banyak bangsa dalam rangka menciptakan kesejahteraan dan

keamanan. 20 19

Charles J. Kegley and Eugene R. Wittkopf, 2001. World Trend and Transformation Politics, 8th ed. Bedford/St. Martin’s, Boston. p.653-654

20

(16)

Kepentingan nasional secara umum dibedakan menjadi dua,

yaitu kepentingan dalam negeri dan kepentingan luar negeri . Guna

mewujudkan kepentigan tersebut sarana yang dilakukan adalah

dengan melalui kebijakan politik setiap negara. Kebijakan dalam

negeri suatu negara terkait dengan hubungan pemerintah dengan

rakyatnya, sedangkan kebijakan luar negeri terkait dengan

kepentingan internasional. Gagasan China untuk menjalin kerjasama

dengan ASEAN adalah salah satu bentuk kebijakan luar negeri yang

didasarkan pada kepentingan nasional China. 21

Menurut Daniel S. Papp kepentingan nasional dapat

diidentifikasi berdasarkan kriteria-kriteria tertentu yang lazim dan

mudah dipahami dalam kehidupan hubungan internasional, yaitu

kepentingan nasional politik, keamanan dan ekonomi. Dimana

masing-masing kriteria menghasilkan pemahaman konsep

kepentingan nasional yang lebih sempit dan mudah dipahami.

1. Kepentingan politik ialah kebijakan nasional suatu negara dalam

pengertian power, yang dimaksud dalam hal ini adalah

memperjuangkan dan mempertahankan kontrol atas negara lain.

Fenomena ini sangat dominan dalam hubungan internasional pada

era Perang Dingin.

2. Kepentingan keamanan adalah kebijakan luar negeri suatu negara

yang menonjolkan segi-segi keamanan dan militer. Dimana

21

(17)

fenomena ini juga marak pada era Perang Dingin, misalnya

kebijakan ASEAN di bidang keamanan yang dikenal dengan

kebijakan ZOPFAN (Zone of peace, Freedom and Neutrality )

yang mencerminkan penolakan ASEAN terhadap kemungkinan

Asia Tenggara menjadi medan konflik antara Amerika Serikat dan

Uni Soviet.

3. Kepentingan ekonomi adalah kebijakan suatu negara dalam

mendorong posisi ekonominya. Hal ini antara lain meningkatkan

neraca perdagangan, memperkuat industrialisasi, menjamin suplai

minyak dan gas alam. Segi-segi yang menjadi penekanan dari

negara yang bersangkutan terhadap negara lain adalah segi-segi

komersial dan bisnis. Kriteria tersebut sangat relevan pada era

pasca Perang Dingin, karena pada era ini hubungan internasional

lebih mengarah pada hubungan-hubungan ekonomi yang ditandai

oleh maraknya kerjasama ekonomi regional seperti AFTA, APEC,

NAFTA, dan EU.22

Berkaitan dengan tujuan kepentingan nasional, setiap Negara

selalu berusaha untuk memperoleh kesejahteraan bagi negaranya,

China dalam setiap keputusan melakukan politik luar negeri pada

kenyataannya berlandaskan pada kepentingan nasional. Dari konsep

yang telah dipaparkan diatas terkait dengan kepentingan nasional

22

Siswanto, Kepentingan Indonesia dalam ASEM, dalam

(18)

China dan kerjasama yang dijalin oleh China dengan ASEAN pada

dasarnya tidak lepas dari kesejahteraan ekonomi dan kepentingan

politik China.

1.4.2.3 Perdagangan Bebas (Free Trade)

Konsep perdagangan bebas dikembangkan oleh kaum Neo

liberal yang tidak lagi bertaraf nasional tetapi taraf global.

Perdagangan bebas adalah konsep ekonomi yang mengacu pada

penjualan produk antar negara tanpa pajak ekspor impor atau tanpa

hambatan perdagangan lainnya. Bentuk-bentuk hambatan

perdagangan yang ditolak kaum neoliberalisme (dalam perdagangan

bebas) adalah bea cukai, kuota, subsidi yang dihasilkan dari pajak

sebagai bantuan pemerintah untuk produsen lokal, peraturan

administrasi dan peraturan anti dumping. Pasar global yang terbuka,

dimana barang-barang dan jasa dapat lewat dengan bebas melintasi

batas-batas nasional23

Menurut David Richardo perdagangan bebas adalah aktivitas

komersial yang dijalankan secara bebas dari perbatasan nasional yang

akan membawa keuntungan bagi semua partisipan, sebab

perdaganagn bebas menjadikan spesialisasi, dan spesialisasi

23

(19)

meningkatkan efisiensi. Sehingga dengan demikian dapat

meningkatkan produktivitas.24

Menurut Adam Smith perdagangan bebas akan

menguntugkan setiap negara yang terlibat didalamnya, karena

perusahaan didalam negara tidak hanya menjual barang mereka

didalam negeri tetapi juga arena internasional. Produktivitas dalam

negeri akan meningkat sendirinya ketika produk tidak menumpuk

dalam negeri, tetapi dipasarkan secara luas. Dengan demikian

ekonomi suatu negara akan mengalami keuntungan, karena ia dapat

menjual barang dengan jumlah yang lebih banyak, membangun

spesialisasi kerja yang terfokus, dan memproduksi banyak barang

dengan tenaga kerja yang sama. Dalam hal ini Smith menganjurkan

pergangan bebas dengan kontrol yang dapat dilakukan pemerintah

untuk keseimbangan pasar.25

ASEAN-China Free TradeA greement (ACFTA) merupakan

kesepakatan perdagangan bebas antara China dengan ASEAN,

dimana barang-barang antar negara-negara di China dan ASEAN

akan saling bebas masuk dengan pembebasan tarif hingga nol persen.

China mengusulkan perdagangan bebas ini agar barang-barang hasil

produksi China tidak menumpuk didalam dan dapat menjual barang

24

Robert Jackson and George Sorensen, 2009, Introduction to International Relation, Oxford University Press Inc, New York. P.234

25

(20)

dalm jumlah yang lebih banyak keluar negaranya sehingga China

dapat memperoleh keuntungan yang lebih banyak.

1.4.2.4. Soft Power

Soft power merupakan konsep yang dibawa oleh Joseph S

Nye, dimana soft power ini mengacu pada kekuatan non-militer

negara seperti perekonomian, budaya, dan hal-hal yang dianggap oleh

kaum realis sebagai low politics. Dibanding dengan hard power

seperti masalah pertahanan dan militer, soft power juga memiliki

peranan yang krusial bagi negara. Menurut Joseph S Nye, “Soft power is more difficult, because many of it’s crucial resources are outside

the control of governments, and and their effects depend heavily on

acceptance by thereceiving audiences. Moreover, soft power

resources often work indirectly by shaping the environment for policy,

and sometimes take years to produce the desired outcomes”.26

Dalam sistem internasional dewasa ini negara-negara tidak

lagi hanya berinteraksi dalam bentuk perang dan damai, tetapi juga

dalam bentuk persaingan dan kerjasama ekonomi, penerapan ideologi,

dan pengenalan budaya yang disebut oleh Joseph S Nye sebagai

soft power . Menurut Joseph Nye, soft power diartikan sebagai

kemampuan suatu negara untuk menjadikan negara-negara lain memiliki

keinginan sesuai dengan keinginan-keinginan negara tersebut melalui

26

(21)

kebudayaan dan idiologi yang di milikinya. Jika kebudayaan dan

idiologi suatu negara menarik, negara-negara lain akan mengikuti

pola kepemimpinannya.27

Soft power tidak bersifat memaksa tetapi lebih kepada

kemampuan untuk membujuk melalui daya tarik yang ditawarkan

oleh satu pihak kepada pihak lainnya. Soft power juga bukan

propaganda semata karena daya tarik hanya akan berhasil tergantung

pada kredibilitas negara pelaku dan rasa sensitif terhadap kepentingan

pihak lain dalam merumuskan kebijakan luar negeri.28 Untuk mencapai tujuan dari kepentingan nasional, China tidak menggunakan

cara kekerasan atau kekuatan militer melainkan dengan daya tariknya

yang besar yaitu kekuatan ekonomi yang dimiliki. Hal inilah yang

digunakan China dalam melakukan pendekatan dan berdiplomasi

dengan negara-negara ASEAN, yang kemudian direalisasikan dengan

kerjasama ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA).

27

Dian Eka Novita, Soft Power, dalam http://www.scribd.com/doc/51878645/TUGAS-SOFT-POWER-25-MARET-2011, diakses pada 7 Februari 2012.

28

(22)

1.5. Metode Penelitian

1.5.1. Tipe Penelitian

Dalam penulisan ini, tipe penelitian yang dipakai adalah tipe penelitian eksplanatif yang dikaji secara kualitatif. Menurut Dr. Ulber

Silalahi, metode eksplanasi merupakan jenis metodologi yang bertujuan

untuk menjelaskan hubungan antara dua atau lebih gejala atau variable.

Dalam penelitian ini hanya menggunakan dua variabel yaitu veriabel

dependen dan independen. Dengan demikian dapat diketahui bagaimana

korelasi antara dua variable atau lebih baik pola, arah, sifat, bentuk, maupun

kekuatan hubungannya.29

1.5.2.Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini

adalah pengumpulan data secara sekunder yang berupa hasil analisa melalui

studi kepustakaan, dimana penulis hanya membaca, mengkaji dan

mempelajari data-data dan literatur yang terkait denngan kepentingan

ekonomi dan pilitik China dan permasalahan yang terkait. Studi pustaka ini

digunakan untuk memperoleh data sekunder berupa informasi-informasi

terkait dengan permasalahan yang akan dianalisis.

1.5.3. Peringkat Analisis Penelitian

Menurut Mohtar Mas’oed tingkat analisa terbagi dalam 3 kelompok: 1)yang unit ekspalanasinya pada tingkat yang lebih rendah (analisa

reduksionis”);2)yang unit eksplanasi dan unit analisanya pada tingkat yang

29

(23)

sama (analisa “korelasionis”);3)yang unit eksplanasinya pada tingkat yang

lebih tinggi (analisa “induksionis”).30 Dalam penelitian ini penulis menggunakan unit analisa Induksionis,31 karena unit eksplanasinya lebih tinggi tingkatnya dibandingkan unit analisanya. Unit analisa dalam

penelitian ini adalah kepentingan ekonomi dan politik China sebagai negara

bangsa, sedangkan unit eksplanasinya adalah ASEAN-China Free

Tradeagreement (ACFTA) sebagai sistem regional.

1.5.4. Ruang Lingkup Penelitian 1.5.4.1. Batasan Materi

Untuk membatasi penelitian agar tidak keluar dari tujuan

penulisan yang ingin dicapai, maka peneliti memberi ruang lingkup

penelitian yaitu: hanya memberikan gambaran tentang ASEAN

-China Free Trade Agreement (ACFTA), perkembangan kebutuhan

ekonomi dan politik China dan kepentingan China dalam kerjasama

perdagangan bebas dengan ASEAN.

30Mohtar Mas’oed, 1990,

Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi, Pustaka LP3ES Indonesia, Jakarta hal 39

31

(24)

1.6. Hipotesa

China mempunyai kepentingan ekonomi (perluasan pasar, investasi

dan sumber daya alam) dan kepentingan politik (menjaga jalur perbatasan

yang terkait dengan keberlangsungan proses ekonominya, merubah persepsi

China Threat dan membangun kekuatan geopolitik) dalam usahanya

menggagas ASEAN-China Free TradeAgreement (ACFTA) karena terlihat

dari kebijakan-kebijakan politik luar negeri China yang berupaya menjalin

kerjasama Free Tradedengan ASEAN.

1.7. Struktur Penulisan

Untuk mempermudah dalam memahami penulisan ini, maka penulis

(25)
[image:25.595.108.517.134.755.2]

Tabel 1.1 Struktur Penulisan

JUDUL PEMBAHASAN

BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar belakang 1.2. Rumusan masalah 1.3. Tujuan penelitian 1.4. Tinjauan pustaka

1.4.1. Studi terdahulu 1.4.2. Konsep dan Teori 1.5. Metode penelitian

1.5.1. Tipe penelitian

1.5.2. Teknik pengumpulan data 1.5.3. Peringkat analisis penelitian 1.5.4. Ruang lingkup penelitian

1.5.3.1. Batasan materi 1.5.3.2. Batasan waktu 1.6. Hipotesa

1.7. Struktur penulisan

BAB II

Dinamika ekonomi dan politik China

2.1.Ekonomi dan politik China era Mao Zedong (sistem komunis)

2.2.Ekonomi dan politik China era Deng Xiaoping (sistem pasar)

BAB III

Upaya China berintegasi dengan organisasi regional ASEAN

3.1.Partisipasi China dalam ASEAN Regional Forum (ARF)

3.2.Partisipasi China dalam ASEAN+3(China, Jepang dan Korea)

3.3.Tinjauan tentang ASEAN-China Free

(26)

BAB IV

Manfaat ASEAN-China Free Trade Agreement

(ACFTA) bagi kepentingan ekonomi China

4.1. Kepentingan ekonomi China (perluasan pasar, sumber daya, dan investasi)

4.2. Kepentingan politik China

BAB V Penutup

(27)

ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA)

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat

memperoleh gelar sarjana ilmu politik (S.Ip) strata-1

Jurusan Ilmu Hubungan Internasional

Oleh:

Dewi Fitri

06260113

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(28)

NIM : 06260113

Jurusan : Hubungan Internasional

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi :KEPENTINGAN EKONOMI DAN POLITIK CHINA DALAM ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA)

Telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Sabtu Tanggal : 28 Januari 2012

Tempat : Ruang Laboratorium Ilmu Hubungan Internasional

Mengesahkan, Dekan FISIP – UMM

Dr. Wahyudi M,Si

Dewan Penguji :

1. Tonny Dian Effendi, S.Sos., M.Si Penguji 1 ( )

2. Ayusia Sabhita Kusuma, M.Soc.Sc Penguji 2 ( )

3. Dyah Estu Kurniawati, S.Sos., M.Si Penguji 3 ( )

(29)

serta Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Kepentingan Ekonomi Dan Politik China Dalam ASEAN-China Free Trade

Agreement”. Kalimat shalawat selalu teriring kepada Nabi Muhammad SAW atas

bimbingan yang diberikan kepada para pengikutnya.

Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mencapai gelar kesarjanaan pada Jurusan Ilmu Hubungan Internasional Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan berkat bantuan, dukungan, bimbingan serta arahan dari banyak pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr.Wahyudi, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Muhammadiyah Malang.

2. Bapak Tonny Dian Effendi, S.Sos, M.Si selaku ketua Jurusan Hubungan

Internasional.

3. Ibu Dyah Estu Kurniawati, S.Sos, M.Si selaku pembimbing I yang telah

bersedia dengan tulus ikhlas meluangkan waktunya untuk memberikan

bimbingan, arahan demi terselesaikannya skripsi ini.

4. Bapak Syaprin Zahidi S.IP selaku pembimbing II yang telah banyak

(30)

pamanku (M. Shudur) serta seluruh keluarga besarku yang telah berjuang

dengan tetesan keringat, tetesan air mata, kucuran do’a sepanjang jalan,

memberi dukungan moriil dan materiil sehingga aku dapat melewati

masa-masa sulit selama ini.

7. Orang-orang terkasih dan sahabat-sahabatku (Anom, Nindy, Mela, Ryan,

Tora, Ucup, Vivin, Pakde) yang telah banyak memberi motivasi serta do’a.

8. Teman-teman dan semua pihak yang tidak bias penulis sebutkan satu

persatu terimakasih atas dukungan serta bantuannya selama ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Segala kritik dan saran yang bersifat membangun akan penulis terima dengan senang hati. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat baik bagi penulis sendiri maupun orang lain yang memerlukan.

Malang, Februari 2012

(31)

Lembar Persetujuan Skripsi ... ii

Lembar Pengesahan ... iii

Pernyataan Orisinalitas ... iv

Berita Acara Bimbingan Skripsi ... v

Intisari ... vi

Abstract ... vii

Kata Pengantar ... viii

Daftar Isi ... x

Daftar Tabel ... xii

Daftar Grafik ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Tinjauan Pustaka ... 7

1.4.1 Penelitian Terdahulu ... 7

1.4.2 Konsep dan Teori ... 11

1.4.2.1 Politik Luar Negeri ... 11

1.4.2.2 Kepentingan Nasional ... 14

1.4.2.3 Perdagangan Bebas (Free Trade) ... 18

1.4.2.4 Soft Power ... 20

1.5 Metode Penelitian ... 22

1.5.1 Tipe Penelitian ... 22

1.5.2 Teknik Pengumpulan Data ... 22

1.5.3 Peringkat Analisis Penelitian ... 22

1.5.4 Ruang Lingkup Penelitian ... 23

1.5.4.1 Batasan Materi ... 23

1.6 Hipotesa ... 24

1.7 Struktur Penulisan ... 24

BAB II DINAMIKA EKONOMI DAN POLITIK CHINA 2.1 Ekonomi dan politik China era Mao Zedong (sistem komunis) ... 27

(32)

3.2 China dalam ASEAN Plus Three (China, Jepang dan Korea) ... 48

3.3 Tinjauan tentang ASEAN-China Free Trade Agreement (ACFTA) ... 57

BAB IV MANFAAT ASEAN-CHINA FREE TRADE AGREEMENT (ACFTA) BAGI KEPENTINGAN CHINA 4.1 Kepentingan Ekonomi China ... 63

4.1.1 Perluasan Pasar ... 63

4.1.2 Kebutuhan Sumber Daya Alam (resources) ... 68

4.1.3 Peningkatan Investasi ... 72

4.2. Kepentingan Politik China ... 79

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 87

LAMPIRAN Trade in Goods ... 89

Framework Agreement ... 96

(33)

Tabel 3.1 Perdagangan ASEAN dengan beberapa mitra dagang (1997-2000)... 55

Tabel 3.2 Indeks perdagangan antara Asia Timur dengan Asia Tenggara ... 56

Tabel 4.1 FDI inflows into ASEAN members Country (1995-2001) ... 75

DAFTAR GRAFIK

Grafik 3.1 Trends in ASEAN-China Trade ... 60

Grafik 3.2 Trends of FDI inflows to ASEAN from China ... 60

Grafik 4.1 ASEAN-China Trade (1991-2000) ... 66

(34)

ST.Martin’s Press Inc. United State of America.

Dua, Mikhael. 2008. Filsafat Ekonomi: Upaya Mencari Kesejahteraan Bersama. Kanisius. Yogyakarta.

Eisenman, Joshua. Heginbotham, Eric. Mitchell, Derek. 2007. China and The Developing World: Beijing’s Strategy for Twenty-First Century. M.E. Sharpe Inc. New York

Holsti, KJ. International Politics: Framework for Analysis. Prentice Hall. New Delhi

Jackson, Robert. Sorensen, George. 2009. Introduction to International Relation. Oxford University Press Inc. New York.

Kegley, Charles J. Eugene R, Wittkopf. 2001. World Trend and Transformation Politics. 8th ed. Bedford/St. Martin’s. Boston.

Kustia Sukarnarawira, Aa. 2009. China Peluang atau Ancaman. Restu Agung. Jakarta

Mas’oed, Mohtar. 1990. Ilmu Hubungan Internasional: Disiplin dan Metodologi. Pustaka LP3ES Indonesia. Jakarta.

Morgenthau, Hans J. 1966. Another Great Debate : The National Interest of The United State, in Classic of International Relation. 3rd ed. Prentice Hall. New Jersey.

Nye, Joseph S. 2004. Soft Power: The Means to Succes in World Politics. Public Affairs, New York.

Silalahi. Ulber, 2009. Metode Penelitian Sosial. PT. Refika Aditama, Bandung.

Swee-Hock, Saw. Lijun, Sheng. Kin Wah. Chin. 2005. ASEAN-China Relation : Realities and Prospect. Institute of Southeast Asian Studies Singapore.

Widyahartono, Bob. 2004. Bangkitnya Naga Besar Asia: Peta Politik, Ekonomi, dan Sosial China Menuju China Baru. Penerbit Andi. Yogyakarta.

(35)

---. ASEAN-China Free TradeAgreement: A Primer. dalam http://www.philexport.ph/policy/ASEANChinaprimer.pdf. diakses pada 10 November 2010

---. ASEAN Plus Three Cooperation, www.ASEANsec.org/16581.htm dalam Yasmin Sungkar, Evolusi dan Signifikansi ASEAN+3:” Dinamika

Internal dan Eksternal, dalam

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDataby Id/6664/6665.pdf. diakses pada 7 Juni 2011.

---. Biografi Mao Zedong, dalam

http://biografi.gudangmateri.com/2010/09/biografi-mao-zedong.html, diakses pada 7 Februari 2011.

---. Deng Xiaoping Pelopori Reformasi China, dalam

http://dunia.vivanews.com/news/read/125242-deng_xiaoping_pelopori_reformasi_China, diakses pada 2 Maret 2011.

---. Memahami Reformasi RRC, dalam

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=1322&coid=3&caid=22 &gid=3, diakses pada 13 Maret 2011.

---. Perkembangan Investasi China di Luar Negeri, dalam

http://www.lontar.ui.ac.id/file?file=digital/127456-RB06J421p-Perkembangan%20investasi-Analisis.pdf, diakses pada 20 Desember 2011.

---. Strategi Politik PT. Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk dalam

Meningkatkan Ekspor Batubara di Pasar Asia, dalam

http://publikasi.umy.ac.id/index.php/hi/article/viewFile/1577/1317, diakses pada 10 Desember 2011.

---. Transformasi Sosial-Ekonomi China, dalam

http://news.okezone.com/read/2010/09/22/58/374624/58/transformasi-sosial-ekonomi-China, diakses pada 25 Februari 2011.

---. The ASEAN Secretariat Jakarta, ASEAN Statistical Yearbook 2008,

dalam http://www.ASEANsec.org/publications/ASEANstats08.pdf,

(36)

Minyak Bumi, dalam

http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/13208309329%20h%20323-326%20blank.pdf, diakses pada 25 Desember 2011.

Amich Alhumami, Modernisasi Ekonomi Politik China, dalam

http://www.unisosdem.org/article_detail.php?aid=11216&coid=4&caid=33 &gid=2, diakses pada 25 mei 2011

Anne Ahira, Perkembangan Ideologi dan Sistem Politik Cina, dalam http://www.anneahira.com/sistem-politik-cina.htm, diakses pada 6 Februari 2011.

ASEAN-China Expert Group on Economic Cooperation, 2001, Forging Closer ASEAN-China Economic relations in The Twenty-First Century, dalam http://www.ASEANsec.org/newdata/ASEAN_chi.pdf , diakses pada 12 Desember 2011.

David Lumban Tobing, Kunci Keberhasilan Reformasi Ekonomi China Pada

Masa Pemerintahan Deng Xiaoping, dalam

http://i-lib.ugm.ac.id/jurnal/download.php?dataId=5935 diakses pada 2 Maret 2011

David Zweig and Bi Jianhai, 2005, China’s Global Hunt for Energi, dalam

http://www.foreignaffairs.com/articles/61017/david-zweig-and-bi-jianhai/Chinas-global-hunt-for-energi, diakses pada 10 Desember 2011.

Dewi Fortuna Anwar. Implikasi Politik Keamanan ASEAN-China Free Trade

Area. dalam

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/byId/7886, diakses pada 6 Januari 2011.

Dewi Triwahyuni, Asia Tenggara dalam Kepentingan Amerika Serikat, dalam http://elib.unikom.ac.id/files/disk1/373/jbptunikompp-gdl-dewitriwah-18612-14-(pertemu-t.pdf, diakses pada 6 Juni 2011.

Direktorat Kerjasama Regional, ASEAN-China Free TradeArea, dalam

(37)

Penerapan-Politik-Luar-Negeri-China-Dalam-ASEAN-3, diakses pada 15 februari 2011

Hamid Awaludin tentang. Nasib Demokrasi di Myanmar. dalam :

http://www.ahmadheryawan.com/opini-media/internasional/6681-nasib-demokrasi-di-myanmar.pdf, diakses pada 9 Desember 2010.

Harry Azhar Azis, Peluang Hubungan Dagang Indonesia-China, dalam

http://www.hharryazharazis.com/pdf/72/peluang-hubungan-dagang-indonesia-China.cnet, diakses pada 5 November 2010.

Hilman Halim, Potensi Strategis Hubungan China-ASEAN, dalam

http://indonesianvoices.com/index.php/components/com_fireboard/templat

e/index.php?option=com_content&view=article&id=159:potensi-hubungan-China-ASEAN&catid=43:isu-ASEAN&Itemid=62, diakses pada 14 November 2010.

Ikrar Nusa Bakti, Faktor-Faktor Internal dan Eksternal yang Mempengaruhi Kebijakan Luar Negeri dan Pertahanan Australia, dalam http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDataby Id/1673/1674.pdf, diakses pada 6 Maret 2011

John Wong and Sarah Chan, China’s rapidly changing export structure, dalam http://www.apacassociates.com/seminars/ennews/dispArticle.Asp?ID=55, diakses pada 20 Desember 2011.

Jusmaliani, Kebijaksanaan Industri dan Pertumbuhan Ekonomi Cina, dalam http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDataby Id/8617/8617.pdf, diakses pada 22 Februari 2011.

Martinus Siswanto, Tafung Ditkersin Ditjen Strahan Dephan, Kepentingan Nasional: Sebuah Teori Universal dan Penerapannya oleh Amerika

Serikat di Indonesia, dalam

http://strahan.dephan.go.id/ditkersin/Kepentingan%20Nasional.pdf, diakses pada 5 Januari 2011.

(38)

http://staff.ui.ac.id/internal/0906050086/publikasi/SyamsulHadiIndonesia ASEANdanAsiaTimur.pdf, diakses pada 13 Juni 2011.

Siswanto, Kepentingan Indonesia dalam ASEM, dalam

http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDataby Id/1694/1695.pdf, diakses pada 6 januari 2011

Sri Harmini dan Nusyirwan, Konsep Revolusi Kebudayaan Menurut Mao Zedong, dalam http://jurnal.filsafat.ugm.ac.id/index.php/jf/article/viewFile/40/36, diakses pada 22 Januari 2011.

Tony Saich, China As A Member Of The WTO: Some Political And Social

Questions, dalam

http://www.hks.harvard.edu/fs/asaich/China%20and%20the%20WTO.pdf diakses pada 1 Februari 2011

Udayana Sucitra, Konflik China-Taiwan, dalam

http://luar-negeri.kompAsiana.com/2011/01/15/konflik-China-taiwan/, diakses pada 3 Februari 2011.

Yanti Kurniati; Andi Prasmuko; Yanfitri, 2007, Determinan FDI (Faktor-faktor

yang Menentukan Investasi Asing Langsung), dalam

http://www.bi.go.id/NR/rdonlyres/3B101DCB-5196-4D7E-8648-F8BE1C2D7BA3/20772/WP200706.pdf, diakses pada 12 Desember 2011.

Yasmin Sungkar, ASEAN-China FTA: Komitmen dan Implikasi Ekonomi, dalam http://elib.pdii.lipi.go.id/katalog/index.php/searchkatalog/downloadDataby Id/7884/7884.pdf, diakses pada 28 Desember 2011.

http://www.deplu.go.id/Pages/ASEAN.aspx?IDP=2&l=id, diakses pada 27 Januari 2011.

http://www.tempointeraktif.com/hg/bisnis/2010/12/10/brk,20101210-298154,id.html, diakses pada 21 November 2010.

http://organisasi.org/macam_jenis_serta_pengertian_ekspansi_bisnis_merger_akui sisi_hostile_take_over_dan_leverage_buyout, diakses pada 22 Desember 2011.

(39)

http://www.scribd.com/doc/25213642/Asean-China-Fta, diakses pada 21 November 2010.

Gambar

Tabel 1.1 Struktur Penulisan

Referensi

Dokumen terkait

MS 004 /POKJA/BULUSPESANTREN/2017 YULIANTI P CILACAP, 07 JULI 1981 DS SETROJENAR RT 01/V

Symbolic Precognitive Dream ditandai dengan informasi prekognitif yang abstrak yang pada umumnya tidak disadari hingga kejadian yang sebenarnya terjadi.Hal ini sulit

Hasil analisa menunjukkan bahwa pemberian pupuk kompos limbah domestik memberikan pengaruh nyata terhadap pertumbuhan vegetatif tanaman tebu (tinggi tanaman, jumlah

Pada saat seseorang menghidupkan mobil saat sistem keamanan aktif, maka mikrokontroler akan menerima sinyal dari driver kunci kontak dan memerintahkan handphone penerima untuk

 Alamat : lamat : Jl.. engan demi*ian, item +o%mula%ium adala) a%ana penting dalam memati*an mutu penggunaan oat dan pengendalian )a%gana.. P%a*ti

Perjanjian pembiayaan konsumen merupakan perjanjian yang berada di luar Kitab Undang-undang Hukum Perdata, perjanjian yang timbul, tumbuh, hidup dan berkembang dalam

Soerjono Soekanto , Pengantar Penelitian Hukum , UI Press, Jakarta, 2010, hlm.. Selain itu dalam penelitian ini juga menggunakan metode pendekatan yuridis normatif. Menurut

The characteristic of flash flood by initially defining it as a rapid flooding of low-lying areas, rivers and streams that are caused by the intense rainfall also occur when