Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi di Provinsi Sumatera Barat
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Ilmu Ekonomi Universitas Andalas
Oleh :
ILHAM KURNIA HADI 0810512083
PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS
PERSEMBAHAN
“
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
maka apabila telah selesai (dari suatu urusan)
kerjakanlah dengan sesungguh-sungguh (urusan) yang lain dan hanya
kepada
Tuhanlah hendaknya kamu berharap”
(Qs. Al Insyirah : 6 - 9)
“
Dan seandainya semua pohon yang ada dibumi dijadikan pena, dan lautan
dijadikan tinta, ditambah lagi tujuh lautan sesudah itu, maka belum akan
habislah kalimat-kalimat Allah yang akan dituliskan, sesungguhnya Allah
maha
Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
(QS. Lukman: 27)
“
Janganlah melihat ke masa depan dengan mata buta ! Masa yang
lampau adalah berguna sekali untuk menjadi kaca bengala dari pada
masa yang akan datang”.
”
(Ir Soekarno).
Janganlah kau bertanya apa yang telah negara berikan kepadamu,
akan tetapi bertanyalah kau apa yang telah kau berikan untuk
negaramu, jadikanlah hal ini sebagai dasar bagimu untuk membangun
negaramu, dan untuk lebih mencintai, menghormati, menjaga harkat,
martabat dan kedaulatan bangsamu selayaknya kau menjaga
kehormatan keluarga dan dirimu sendiri. kenali dan cintai negaramu
maka ia akan memberikan yang lebih lagi untukmu
Alhamdulillahirabbi
l‟
alamin
Puji syukur hamba panjatkan kepada-Mu ya Allah
Dengan keyakinan ku meniti hidup, dengan do‟a ku melangkah,dengan
berusaha ku berhasil, dengan cinta ku temukan kedamaian „‟kerja keras serta
do‟a adalah kunci keberhasilan
Dengan segenap kasih sayang dan Diiringi Do‟a yang tulus ku persembahkan
Karya tulis ini kepada Ayahanda Hasan basri dan Ibunda Asnah
tersayang yang telah dengan susah payah merawatku, mengasihiku dan
mendidikku dengan air mata doa dan cucuran keringat keletihan agar aku
dapat menjadi manusia yang sesuai dengan takdir untuk apa aku diciptakan ke
bumi ini oleh sang pencipta serta karya ini juga kupersembahkan untuk semua
kakak-kakakku yang telah mendukung dan percaya kepadaku bahwa nantinya
aku akan menjadi seseorang yang dapat bermamfaat bagi agamaku,
orang-orang disekitarku dan juga negaraku.
tidak peduli betapapun tajamnya kerikil di jalan mu
semala kau masih berdiri di atas kedua kaki mu
maka berlarilah
“Kita Adalah Generasi Emas Indonesia”
`
Kita memang bukan bagian sejarah panjang negeri ini merdeka
tetapi yang pasti kita akan menjadi pengisi lembaran baru
sejarah panjang negeri ini berikutnya
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI LEMBAR PERNYATAAN
ABSTRAK
PERSEMBAHAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vi
BAB I PENDAHULUAN ... vii
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 8
1.4 Manfaat Penelitian ... 8
1.5 Sistematika Penulisan ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Pertumbuhan Ekonomi ... 11
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi ... 11
2.1.2 Indikator Pertumbuhan Ekonomi ... 12
2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi ... 14
2.1.3.2 Teori Pertumbuhan Ekonomi Solow-Swan (Neo-Klasik) ... 15
2.3 Investasi ... 16
2.4 Tenaga kerja ... 19
2.5 Ekspor... 21
2.6 Kajian Empiris Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya ... 23
2.7 Kerangka Pemikiran... 26
2.8 Hipotesis ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 29
3.1 Jenis Penelitian ... 29
3.2 Data dan Sumber Data ... 29
3.3 Definisi Operasional Variabel ... 30
3.4 Pembentukan Model ... 31
3.5 Uji Asumsi Klasik ... 35
3.5.1 Uji Normalitas ... 36
3.5.2 Uji Moltikolinieritas ... 35
3.5.3 Uji Heteroskedastisitas ... 37
3.5.4 Uji Autokorelasi ... 37
3.6 Uji Statistik ... 39
3.6.1 Uji Parsial (Uji t) ... 39
3.6.2 Uji Best of Fit Model (Uji F) ... 40
3.6.3 Koefisien Determinasi (R2) ... 41
BAB IV GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN ... 42
4.1 Perkembangan Perekonomian Provinsi Sumatera Barat ... 41
4.3 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Barat ... 53
4.4 Perkembangan Ekspor Provinsi Sumatera Barat ... 55
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 64
5.1 Hasil Estimasi ... 64
5.2 Pengujian Model ... 65
5.2.1 Uji Asumsi Klasik ... 65
5.2.2 Uji Statistik ... 69
5.3 Pengaruh Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 71
5.4 Pengaruh Tenaga Kerja Terahadap Pertumbuhan Ekonomi ... 72
5.5 Pengaruh Ekspor Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 73
5.6 Pembahasan Hasil Estimasi ... 73
5.6 Implikasi Kebijakan ... 75
BAB VI PENUTUP ... 77
6.1 Kesimpulan ... 77
6.2 Saran ... 78
6.3 Keterbatasan Penelitian ... 79
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Perkembangan Ekspor-Impor Sumatera Barat tahun 2008-2012 ... 4
Tabel 4.1 Perkembangan PDRB Provinsi Sumatera Barat Tahun
2000-2012 ... 42
Tabel 4.2 Distribusi PDRB Menurut Lapangan Usaha Provinsi Sumatera
Barat Tahun 2000-2012 (%) ... 44
Tabel 4.3 Perkembangan Nilai dan Laju Pertumbuhan Investasi
(Pembentukan Modal Tetap Bruto) Provinsi Sumatera Barat
Tahun 2000-2012 ... 46
Tabel 4.4 Distribusi Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) menurut
lapangan usaha Provinsi Sumatera Barat Tahun 2000-2012 (%) ... 47
Tabel 4.5 Rencana Investasi PMDN dan PMA yang Telah Mendapat
Persetujuan Tetap Provinsi Sumatera Barat Tahun 2000-2012 ... 49
Tabel 4.6 Distribusi Rencana Investasi PMDN yang Telah Mendapat
Persetujuan Tetap Provinsi Sumatera Barat Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2000-2012 (%) ... 50
Tabel 4.7 Distribusi Rencana Investasi PMA yang Telah Mendapat
Persetujuan Tetap Provinsi Sumatera Barat Menurut Lapangan
Usaha Tahun 2000-2012 (%) ... 52
Tabel 4.8 Perkembangan Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Barat Tahun
2000-2012... 53
Tabel 4.9. Distribusi Tenaga Kerja Provinsi Sumatera Barat Menurut
Tabel 4.10 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera
Barat Menurut Jenis Komoditi, 2011-2012 ... 59
Tabel 4.11 Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Provinsi Sumatera
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Grafik Nilai Ekspor dan Impor Sumatera Barat ... 5
Gambar 2.1 Kerangka Pikir... 26
Gambar 5.1 Uji Normalitas ... 66
1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makro ekonomi jangka
panjang disetiap periode. Dalam setiap periode daerah regional tertentu berupaya
untuk meningkatkan perekonomian daerah demi terciptanya kesejahteraan dengan
meningkatkan apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan
perekonomian tersebut secara makro. Dengan demikian kebutuhan akan jumlah
tenaga kerja, investasi sebagai pembentukan modal, serta perdagangan
internasional yang di nyatakan dalam teori ekonomi makro sebagai input atau
faktor-faktor penunjang pertumbuhan ekonomi yang optimal di suatu daerah
regional tertentu.
Selain untuk mendapatkan pertumbuhan ekonomi yang optimal,
pembangunan juga perlu dilaksanakan secara terpadu dengan mengembangkan
perekonomian di setiap daerah regional yang ada, seperti di Indonesia. Hal
tersebut diperlukan karena Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan dengan
daerah regional dalam jumlah yang banyak, dimana setiap daerah regional
memiliki karakteristik yang berbeda. Berbagai perbedaan antar daerah regional
merupakan konsekuensi dari berbagai variasi: geofisik dasar, kondisi
perekonomian, distribusi sumber daya alam serta atribut sosial masyarakat
(Karmaji, 2007).
Dari teori klasik (Smith dan Ricardo) hingga teori Keynes dan Harrod
2
Aspek utama yang dikembangkan oleh Keynes, misalnya adalah aspek yang
menyangkut peranan investasi melalui permintaan masyarakat/aggregrat Demand.
Pertumbuhan atau pengumpulan modal dipandang sebagai salah satu
faktor dan sekaligus faktor utama dalam pembanguan ekonomi. Menurut Nurkse
(Jhingan, 2004). Lingkaran setan kemiskinan dapat digunting melalui
pembentukan modal sebagai akibat rendahnya tingkat pendapatan, produksi dan
investasi menjadi rendah atau kurang. Hal ini menyebabkan kekurangan dibidang
barang modal yang dapat di atasi melalui pembentukan modal, lewat itu
persediaan mesin, alat-alat perlengkapan meningkat. Skala produksi meluas
overhead ekonomi dan sosial tercipta. Pembentukan modal membawa kepada
pemanfaatan penuh sumber-sumber yang ada. Jadi pembentukan modal
menghasilkan kenaikan besarnya output, pendapatan dan pekerjaan dengan
demikian memecahkan masalah inflasi dan neraca pembayaran, serta membuat
perekonomian menjadi lebih baik.
Investasi atau penanaman modal adalah motor suatu perekonomian,
banyaknya investasi yang direalisasikan didalam suatu negera yang bersangkutan,
sedangkan sedikitnya Investasi akan menunjukkan lambannya laju pertumbuhan
ekonomi (Ambar Sariningrum, 2010).
Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan ekonomi tidak bisa lepas dari
modal yang dapat diwujudkan dalam bentuk investasi. Investasi tersebut dapat
menunjang pertumbuhan ekonomi dan perluasan tenaga kerja yang diperoleh dari
pemerintah, swasta dan pinjaman luar negeri. Oleh karena itu pemerintah harus
3
Demikian halnya yang seperti tahun-tahun sebelumnya pertumbuhan
ekonomi yang ada di Sumatera Barat pada tahun 2012 tidak sepenuhnya
digerakkan oleh konsumsi didalam negeri, tetapi juga oleh peningkatan investasi
atau Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, bahwa di Provinsi Sumtera Barat,
pencapaian pertumbuhan masing-masing komponen, dimana dari 6,35 persen
petumbuhan ekonomi Sumatera Barat, investasi sebesar 7,17 persen pada tahun
2012.
Menurut Rauf (2010), pengalokasian investasi perlu diarahkan kepada
lapangan usaha yang membangkitkan perekonomian daerah, memperkecil
kesenjangan distribusi pendapatan dan pengurangan kemiskinan. Untuk itu
alokasi investasi perlu diprioritaskan kepada pertumbuhan ekonomi. Dengan
meningkatnya investasi, maka akan tercipta kesempatan kerja dan sumber
pendapatan masyarakat dan akhirnya berdampak bagi pengurangan kemiskinan
dan lapangan usaha ekonomi lain yang memiliki keterkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi.
Selain investasi, tenaga kerja merupakan input atau faktor produksi yang
digunakan dalam proses peningkatan pertumbuhan ekonomi. Tenaga kerja
memegang peranan utama dalam produksi, karena barang modal yang berasal dari
investasi barulah bisa dimanfaatkan jika ada tenaga kerja.
Dengan meningkatnya jumlah tenaga kerja yang ikut terlibat dalam proses
peningkatan pertumbuhan ekonomi, dimana tenaga kerja akan memeningkatkan
jumlah barang dan jasa yang diproduksi. Namun pertumbuhan ekonomi tidak
4
pada produktivitas tenaga kerja. Produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh
beberapa faktor, baik yang berhubungan dengan tenaga kerja itu sendiri, maupun
yang berhubungan dengan lingkungan dan kebijakan pemerintah (Jhingan, 2004).
Input terhadap pertumbuhan ekonomi selain investasi dan tenaga kerja,
yaitu ekspor. Dimana ekspor merupakan arus keluar sejumlah barang dan jasa dari
suatu negara ke pasar internasional. Ekspor akan secara langsung memberi
kenaikan penerimaan dalam pendapatan suatu daerah. Terjadinya kenaikan
penerimaan pendapatan suatu daerah, akan mengakibatkan tingginya kontribusi
untuk kenaikan tingkat PBRB.
Ekspor akan menghasilkan devisa yang akan digunakan untuk membiayai
impor bahan baku dan barang modal yang diperlukan dalam proses produksi yang
akan membentuk nilai tambah. Agregasi nilai tambah yang dihasilkan oleh
seluruh unit produksi dalam perekonomian merupakan nilai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB).
Tabel 1.1.
Perkembangan Ekspor-Impor Sumatera Barat 2008-2012 (Jutaan US $ dimana 1 $ = 11.440,00 rupiah )
Uraian 2008 2009 2010 2011 2012
Ekspor 2384,57 1344,36 2214,77 3031,83 2363,58 Impor 476,47 346,25 751,38 1078,74 1242,93 Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat 2012
Pada tahun 2009 nilai ekspor Sumatera Barat menurun secara signifikan.
Ekspor Sumatera Barat di tahun tersebut tercatat sebesar 1.344,26 juta dalam US
$, bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, nilai ekspor tahun 2009 tersebut
5
Namun di tahun 2010 kinerja ekspor mengalami perbaikan yang
menggembirakan dan masih terus berlanjut sampai tahun 2011. Pada tahun 2011
kinerja ekspor Sumatera Barat sudah semakin bangkit kembali, mengalami
peningkatan yang signifikan. Ekspor tahun 2011 telah mencapai 3,03 milyar
dalam US $. Sedangkan pada tahun 2012 perkembangan kinerja ekspor kembali
mengalami sedikit penurunan, yaitu menjadi sebesar 2,36 milyar dalam US $
dimana sekarang ini Bank Indonesia mencatat kurs beli 1 US $ = 11.440,00
rupiah, untuk lebih jelasnya penurunan tingkat ekspor ini dapat kita lihat pada
grafik 1.1 berikut:
Grafik 1.1 Nilai ekpor dan Impor Sumataera Barat
Sumber : BPS Provinsi Sumatera Barat 2012
Ini di sebabkan oleh tidak menentunya kondisi perekonomian negara
tujuan ekspor sehingga permintaan akan komoditi yang merupakan produk
unggulan Sumatera Barat juga berkurang. Masalah tersebut tentu akan menjadi
perhatian oleh pemerintah pusat dan daerah, tentang bagaimana cara mengatasi
6
peranan yang sangat penting sebagai salah satu faktor pendorong pertumbuhan
perkonomian di Sumatera Barat. Ekspor akan menghasilkan devisa yang akan
digunakan untuk membiayai impor bahan baku dan barang modal yang diperlukan
dalam proses produksi yang akan membentuk nilai tambah. Agregasi nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi dalam perekonomian merupakan nilai
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB).
Permasalahan yang mendesak untuk dipikirkan oleh pemerintah yaitu
semakin tajamnya persaingan global dalam perdagangan internasional dan
semakin ketatnya standar kualitas beberapa komoditi ekspor yang ditetapkan di
beberapa negara mitra dagang. Pertumbuhan ekonomi menuju pembangunan
ekonomi yang efektif dan efisien, sehingga perlu adanya pengembangan
faktor-faktor yang mendorong atau yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi tersebut.
Berdasarkan penjabaran tersebut, maka pengaruh investasi, tenaga kerja
dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi menarik untuk diteliti, untuk
mengetahui seberapa besar pengaruh setiap variabel tersebut terhadap
pertumbuhan ekonomi. Penelitian ini akan dapat melihatkan seberapa besar
pengaruhnya setiap variabel terhadap pertumbuhan ekonomi. Rentang waktu yang
digunakan adalah dari tahun 2000-2012, karena dengan digunakan pertimbangan
pengaruh investasi, tenaga kerja, dan jumlah nilai ekspor setelah adanya gempa
7
Penelitian ini akan membahas, apa saja yang akan terpengaruh oleh adanya
investasi, tenaga kerja dan nilai ekspor, sehingga menghasilkan peningkatan atau
pertumbuhan perkonomian di Provinsi Sumatera Barat.
1.2 Rumusan Masalah
Pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat perlu ditingkatkan agar
dapat meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan perekonomian secara
kumulatif, baik pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat maupun
pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dalam meningkatkan pertumbuhan
perekonomian tersebut tidak terlepas dari peran variabel-variabel makro ekonomi
seperti: investasi, tenaga kerja dan ekspor.
Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh investasi, tenaga kerja dan
ekspor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.
Penelitian ini akan meneliti bagaimana pengaruh dari investasi, tenaga kerja dan
ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat pada tahun
200-2012. Beberapa permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini antara
lain:
1. Bagaimana pengaruh investasi (I) terhadap pertumbuhan industri
pengolahan di Provinsi Sumatera Barat?
2. Bagaimana pengaruh tenaga kerja (L) terhadap pertumbuhan ekonomi
di Provinsi Sumatera Barat?
3. Bagaimana pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di
8
4. Bagaimana pengaruh investasi (I), tenaga kerja (L) dan ekspor secara
bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera
Barat?
1.3 Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh investasi,
tenaga kerja dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera
Barat. Secara lebih rinci, penelitian ini bertujuan:
1. Untuk menganalisis pengaruh investasi (I) terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.
2. Untuk menganalisis pengaruh tenaga kerja (L) terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.
3. Untuk menganalisis pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.
4. Untuk menganalisis pengaruh investasi (I), tenaga kerja (L) dan
ekspor secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi di
Provinsi Sumatera Barat.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah:
1. Penulis
Bagi penulis, penilitian ini merupakan tambahan wawasan
bidang ekonomi, sehingga penulis dapat mengembangkan ilmu yang
9
2. Masyarakat Akademis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi
dan gambaran mengenai pengaruh investasi dan ekspor terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat.
3. Pemerintah Terkait (Stakeholder)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan
bagi kebijakan pembangunan pemerintah yang terutama terkait
dengan investasi, tenaga kerja dan ekspor di Sumatera Barat.
1.5 Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Bab ini menjelaskan latar belakang mengenai pengaruh investasi, tenaga
kerja dan ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Bab
ini juga menjelaskan, tujuan dan manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi landasan-landasan teori yang menjadi dasar dan digunakan oleh
peneliti untuk penelitian ini yaitu teori-teori yang relevan dan mendukung bagi
tercapainya hasil penelitian yang ilmiah. Dalam bab ini juga dicantumkan
penelitian terdahulu yang merupakan penelitian yang menjadi dasar
pengembangan bagi penulisan penelitian ini. Pada bab ini juga dikemukakan
10
Bab III : Metode Penelitian
Bab ini berisikan dekripsi tentang bagaimana penelitian akan dilaksanakan secara
operasional yang menguraikan variabel penelitian dan definisi operasional. Pada
studi ini data yang digunakan adalah data sekunder. Data diperloeh dari Badan
Pusat Statistik (BPS), dan metode analisis dalam penelitian ini menggunakan
model analisis regresi sederhana.
Bab IV: Gambaran Umum Penelitian
Pada bab ini akan digambarkan secara singkat tentang dinamika investasi, tenaga
kerja dan ekspor di Sumatera Barat. Serta pertumbuhan ekonomi di Provinsi
Sumatera Barat sepanjang periode pengamatan.
Bab V : Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini membahas proses hasil dan analisis dari variabel-variabel yang
diteliti.
Bab VI : Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi kesimpulan berdasakan hasil analisis
data dan pembahasan. Dalam bab ini juga berisi saran-saran yang
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan Ekonomi
2.1.1 Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Menurut Sukirno (2004), Pertumbuhan ekonomi (economic growth) adalah
perkembangan kegiatan ekonomi dari waktu ke waktu dan menyebabkan
pendapatan nasional riil berubah. Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan
persentase kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu
dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya.
Menurut Jhingan (2004), Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan jangka
panjang dalam kemampuan suatu negara untuk menyediakan semakin banyak
jenis barang-barang ekonomi kepada penduduknya. Kemampuan ini tumbuh
sesuai dengan kemajuan teknologi, dan penyesuaian kelembagaan dan idiologis
yang diperlukannya.
Berdasarkan pemaparan tersebut pertumbuhan ekonomi memiliki tiga
komponen. Pertama, pertumbuhan ekonomi suatu bangsa terlihat dari
meningkatnya secara terus-menerus persediaan barang. Kedua, teknologi maju
merupakan faktor dalam pertumbuhan ekonomi yang menentukan derajat
pertumbuhan kemampuan dalam penyediaan aneka macam barang kepada
penduduk. Ketiga, penggunaan teknologi secara luas dan efisien memerlukan
adanya penyesuaian di bidang kelembagaan dan ideologi sehingga inovasi yang
12
2.1.2. Indikator Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi suatu negara dapat dilihat dari pendapatan
nasionalnya. Pendapatan nasional ini mengarah ke Produk Domestik Bruto
(PDB), yaitu nilai barang atau jasa yang dihasilkan dalam suatru negara dalam
suatu tahun tertentu dengan menggunakan faktor-faktor produksi milik warga
negaranya dan milik penduduk di negara-negara lain. Biasanya dinilai menurut
harga pasar dan dapat didasarkan kepada harga yang berlaku dan harga tetap.
Untuk mengukur pertumbuhan suatu perekonomian dari pertambahan yang
sebenarnya dalam barang dan jasa yang diproduksi haruslah dihitung berdasarkan
harga tetap, yaitu harga yang berlaku pada suatu tahun tertentu yang seterusnya
digunakan untuk menilai barang dan jasa yang dihasilkan pada tahun-tahun yang
lain. Konsep perhitungan ini biasanya dinamakan sebagai PDB menurut harga
tetap (Sukirno, 2004).
Selanjutnya menurut BPS Provinsi Sumatera Barat (2013), pengukuran
pertumbuhan ekonomi untuk tingkat regional/daerah biasanya dengan menghitung
peningkatan persentase dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB
merupakan total nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah atau regional
tertentu dan dalam kurun waktu tertentu biasanya satu tahun.
Cara perhitungan PDRB dapat dilakukan dengan menggunakan tiga
pendekatan, yaitu:
1. Pendekatan produksi, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di suatu wilayah dalam
jangka waktu tertentu (satu tahun). Unit-unit produksi tersebut
dikelompokkan menjadi sembilan lapangan usaha, yaitu:
13
b. Pertambangan dan Penggalian
c. Industri Pengolahan
d. Listrik, Gas dan Air Bersih
e. Konstruksi
f. Perdagangan, Hotel dan Restoran
g. Pengangkutan dan Komunikasi
h. Jasa Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan
i. Jasa-jasa.
2. Pendekatan pengeluaran, PDRB adalah penjumlahan semua
komponen permintaan akhir, yaitu Pengeluaran konsumsi rumah
tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari untung, Konsumsi
pemerintah, Pembentukan modal tetap domestik bruto, Perubahan
stok, Ekspor netto, dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Ekspor
netto adalah ekspor dikurangi impor.
3. Pendekatan pendapatan, PDRB merupakan jumlah balas jasa yang
diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi
dalam suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu (satu tahun). Balas
jasa faktor produksi yang dimaksud adalah upah dan gaji, sewa rumah,
bunga modal dan keuntungan. Semua hitungan tersebut sebelum
dipotong pajak penghasilan dan pajak lainnya.
Berdasarkan pemaparan di atas, output perekonomian suatu negara dapat
diketahui dari nilai PDB, yaitu nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksi
oleh faktor-faktor produksi dalam negeri dalam satu periode waktu tertentu.
Sedangkan output perekonomian tingkat regional/daerah, dapat diketahui dari
14
2.1.3 Teori Pertumbuhan Ekonomi
2.1.3.1Teori Pertumbuhan Ekonomi Klasik
Menurut tokoh ekonomi klasik dalam Sukirno (2004), pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh empat faktor utama dalam sistem produksi suatu
negara, yaitu:
a. Sumber daya alam yang tersedia merupakan wadah paling
mendasar dari kegiatan produksi suatu masyarakat dimana jumlah
sumber daya alam yang tersedia mempunyai batas maksimum bagi
pertumbuhan suatu perekonomian.
b. Sumber daya insani (jumlah penduduk) merupakan peran pasif
dalam proses pertumbuhan output, maksudnya jumlah penduduk
akan menyesuaikan dengan kebutuhan akan tenaga kerja.
c. Luas tanah yang dapat dipergunakan dalam proses produksi.
d. Stok modal merupakan unsur produksi yang sangat menentukan
tingkat pertumbuhan output.
Menurut pandangan ahli-ahli ekonomi klasik, hukum hasil tambahan yang
semakin berkurang juga akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi. Ini berarti
pertumbuhan ekonomi tidak akan terus menerus berlangsung. Pada permulaannya,
apabila penduduk sedikit dan kekayaan alam relatif berlebihan, tingkat
pengembalian modal akan tinggi. Kemudian, dengan bertambahnya penduduk dan
tingginya stok modal yang ada, akan menurunkan produktivitas. Ekonomi akan
mencapai tingkat perkembangan yang sangat rendah. Apabila keadaan ini dicapai,
15
2.1.3.2Teori Pertumbuhan Solow-Swan (Neo – Klasik)
Menurut Mankiw (2003), salah satu model pengukuran teori pertumbuhan
ekonomi yang sering digunakan adalah pengukuran berdasarkan pendekatan teori
pertumbuhan ekonomi Solow-Swan, yaitu suatu persamaan yang melibatkan
hubungan antara tingkat output dengan tingkat input (capital and labour).
Model teori pertumbuhan ekonomi Solow-Swan dapat dituliskan
dengan cara berikut:
...(2.1)
Keterangan :
Y : Tingkat output perekonomian
K : Modal (capital)
L : Tenaga kerja (labour)
Berdasarkan hal tersebut, maka tingkat output perekonomian secara
langsung dipengaruhi oleh nilai modal dan jumlah tenaga kerja. Dengan
meningkatkan nilai modal dan jumlah tenaga kerja, maka tingkat output yang
dihasilkan akan ikut meningkat. Dimana nilai modal dan jumlah tenaga kerja yang
digunakan dalam menghasilkan output perekonomian dapat saling bersubstitusi.
Dengan kata lain, untuk menciptakan sejumlah output tertentu, dapat
digunakan berbagai kombinasi antara pemakai modal dan tenaga kerja. Apabila
modal yang digunakan lebih besar, maka lebih kecil tenaga kerja yang diperlukan.
Sebaliknya, apabila modal yang digunakan lebih terbatas maka lebih banyak
16
2.3 Investasi
Teori ekonomi mengartikan atau mendefinisikan investasi sebagai
pengeluaran-pengeluaran untuk membeli barang-barang modal dan peralatan-
peralatan produksi dengan tujuan untuk mengganti dan terutama menambah
barang-barang modal dalam perekonomian yang akan digunakan untuk
memproduksikan barang dan jasa di masa depan” . Menurut Boediono (2005).
Investasi adalah pengeluaran oleh sektor produsen (swasta) untuk
pembelian barang dan jasa untuk menambah stok yang digunakan atau untuk
perluasan pabrik. Dornbusch & Fischer berpendapat bahwa investasi adalah
permintaan barang dan jasa untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi
atau pendapatan di masa mendatang. Persyaratan umum pembangunan ekonomi
suatu negara menurut Todaro (2004) adalah:
a. Akumulasi modal, termasuk akumulasi baru dalam bentuk tanah,
peralatan fisik dan sumber daya manusia.
b. Perkembangan penduduk yang dibarengi dengan pertumbuhan
tenaga kerja dan keahliannya.
c. Kemajuan teknologi.
Akumulasi modal akan berhasil apabila beberapa bagian atau proporsi
pendapatan yang ada ditabung dan diinvestasikan untuk memperbesar produk
(output) dan pendapatan di kemudian hari. Untuk membangun itu seyogyanya.
Teori Harrod-Domar mengemukakan bahwa model pertumbuhan ekonomi
yang merupakan pengembangan dari teori Keynes. Teori tersebut menitikberatkan
pada peranan tabungan dan industri sangat menentukan dalam pertumbuhan
17
Beberapa asumsi yang digunakan dalam teori ini adalah bahwa:
a.
Perekonomian dalam keadaan pengerjaan penuh (full employment) danbarang-barang modal yang ada di masyarakat digunakan secara penuh.
b.
Dalam perekonomian dua sektor (Rumah Tangga dan Perusahaan) berartisektor pemerintah dan perdagangan tidak ada.
c.
Besarnya tabungan masyarakat adalah proporsional dengan besarnyapendapatan nasional, berarti fungsi tabungan dimulai dari titik original
(nol)
d.
Kecenderungan untuk menabung (Marginal Propensity to Save = MPS)besarnya tetap, demikian juga ratio antar modal dan output (Capital
Output Ratio= COR) dan rasio penambahan modal-output (Incremental
Capital Output Ratio).
Menurut Kawengian (2002), investasi adalah mobilisasi sumber daya
untuk menciptakan atau menambah kapasitas produksi atau pendapatan di masa
yang akan datang. Tujuan utama investasi ada dua, yaitu mengganti bagian dari
penyediaan modal yang rusak dan tambahan penyediaan modal yang ada.
Investasi merupakan salah satu faktor yang menentukan laju pertumbuhan
ekonomi, karena selain akan mendorong kenaikan output secara signifikan,
investasi juga akan meningkatkan permintaan input yang salah satunya adalah
tenaga kerja, sehingga akan mempengaruhi pada penyediaan kesempatan kerja
dan penyerapan tenaga kerja pun tinggi, akhirnya kesejahteraan masyarakat
tercapai sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan yang diterima masyarakat.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Sunarno (2007), dalam
18
Bruto (PMTB). PMTB menggambarkan adanya proses penambahan dan
pengurangan barang modal pada tahun tertentu. PMTB disebut sebagai “bruto”
karena di dalamnya masih terkandung unsur penyusutan, atau nilai barang modal
sebelum diperhitungkan nilai penyusutannya. PMTB adalah semua pengadaan
barang modal untuk digunakan/dipakai sebagai alat yang tetap (fixed assets).
PMTB meliputi pengadaan, pembuatan dan pembelian barang-barang modal baru,
baik dari dalam negeri maupun luar negeri termasuk barang modal bekas,
mencakup juga perbaikan berat yang dilakukan terhadap barang-barang modal.
Belanja yang dapat dikatakan sebagai barang modal mempunyai ciri-ciri
sebagai berikut:
a. Mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun.
b. Nilai barang modal relatif besar dibandingkan dengan output yang
dihasilkannya secara rutin selama periode tertentu.
c. Dapat digunakan berulangkali dalam proses produksi.
Secara lebih rinci, jenis barang modal meliputi:
a. Barang modal dalam bentuk bangunan, jalan raya, jembatan, instalasi
listrik, jaringan komunikasi, bendungan irigasi, pelabuhan, dan lainnya.
b. Barang modal dalam bentuk mesin dan peralatan, baik untuk keperluan
pabrik, kantor, maupun untuk usaha rumah tangga.
c. Alat-alat transportasi
d. Biaya yang dikeluarkan untuk perubahan dan perbaikan barang modal
yang dapat meningkatkan produkrivitas atau memperpanjang umur
19
e. Pengeluaran untuk pengembangan dan pembukaan lahan baru,
perluasan hutan, penghutanan kembali, serta penanaman dan
peremajaan pohon perkebunan.
f. Pembelian ternak produktif untuk keperluan perbaikan, pemerahan
susu, pengangkutan, dan sebagainya (tidak termasuk ternak konsumsi).
Berdasarkan penjabaran tersebut, suatu pengeluaran dapat dikatakan
sebagai pengeluaran investasi (PMTB) jika merupakan pengeluaran tersebut
digunakan untuk pengadaan barang modal sebagai modal tetap. Pengeluaran
untuk bahan baku atau pengeluaran lain yang digunakan untuk keperluan
sebagaimana yang telah dijelaskan pada pemaparan di atas, tidak dapat dikatakan
sebagai pengeluaran investasi (PMTB).
2.4 Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah setiap orang laki-laki atau wanita yang sedang dalam
atau akan melakukan pekerjaan, baik di dalam maupun di luar hubungan kerja
guna menghasilkan barang atau jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.
Tenaga kerja ini ada yang termasuk ke dalam angkatan kerja dan bukan angkatan
kerja.
Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (berumur 15 tahun atau lebih)
yang selama seminggu sebelum pencacahan bekerja atau punya pekerjaan tetapi
sementara tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan sedangkan yang
termasuk bukan angkatan kerja, diantaranya adalah mereka yang selama seminggu
20
mereka yang tidak melakukan kegiatan yang dapat dikategorikan sebagai pekerja,
sementara tidak bekerja atau mencari pekerjaan (Disnakertrans, 2010).
Banyak sedikitnya jumlah angkatan kerja tergantung komposisi jumlah
penduduknya. Kenaikan jumlah penduduk terutama yang termasuk golongan usia
kerja akan menghasilkan angkatan kerja yang banyak pula. Angkatan kerja yang
banyak tersebut diharapkan akan mampu memacu peningkatan kegiatan ekonomi
yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahtraan masyarakat. Akan tetapi,
pada kenyataannya jumlah penduduk yang banyak tidak selalu memberikan
dampak yang positif terhadap kesejahtraan.
Pada Negara yang sedang berkembang umumnya masalah pengangguran
merupakan problema yang sulit dipecahkan hingga kini. Karena masalah
pengangguran menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran
masyarakat tidak mencapai potensi yang maksimal. Seperti halnya di negara
Indonesia, pemerintah mengupayakan berbagai jalan keluar untuk dapat mengatasi
pengangguran secara lambat laun baik diperkotaan dan di pedesaaan (Dumairy,
2002).
Untuk itu, diperlukan tenaga kerja dengan keahlian dan keterampilan yang
sesuai kebutuhan perekonomian agar dapat membantu meningkatkan kegiatan
perekonomian. Kegiatan perekonomian juga harus disesuaikan dengan tenaga
kerja yang ada, agar masalah penggangguran dapat teratasi. Dengan adanya
hubungan positif antara tenaga kerja dan kegiatan perekonomian tersebut, akan
21
2.5 Ekspor
Sejarah ekonomi dunia menunjukkan bahwa proses transformasi ekonomi
suatu negara biasanya dibarengi dengan perubahan komposisi ekspor negara
tersebut, dari ekspor yang didominasi oleh komoditi-komoditi primer ke ekspor
produk-produk manufaktur. Di dalam kelompok produk-produk manufaktur itu
sendiri telah mengalami pergeseran dari kategori barang-barang konsumsi dengan
kandungan teknologi sederhana ke barang berteknologi menengah dan tinggi
untuk keperluan konsumsi dan industri (Mahyuni, 2013).
Ekspor adalah benda-benda (termasuk jasa) yang dijual kepada penduduk
Negara lain ditambah dengan jasa-jasa yang diselenggarakan penduduk Negara
tersebut, berupa pengangkutan dengan kapal, permodalan dan hal-hal lain yang
membantu ekpor tersebut (Michael P. Todaro, 2009).
Sedangkan menurut Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor meliputi transaksi
barang dan jasa antara masyaratkat region lain (termasuk dengan negara lain).
Transaksi tersebut meliputi ekspor barang dan jasa seperti, pengangkutan,
komonikasi, jasa-jasa asuransi dan berbagai jenis jasa lainnya, seperti jasa
perdagangan yang diterima oleh pedagang region tersebut yang kegiatannya
mengadakan transaksi dari berbagai jenis barang dan jasa tertentu, misalnya
barang dan jasa yang langsung di beli dipasar domestik oleh bukan penduduk
region tersebut. Ekspor barang dinyatakan dalam harga Free On Board (FOB
yaitu harga barang sampai di atas kapal negara/wilayah pengekspor, sedangkan
impor barang dinyatakan dalam harga Cos Insurance Freight (CIF) yaitu harga
22
Ekspor berasal dari produksi dalam negeri dijual/dipakai oleh penduduk
luar negeri, maka ekspor merupakan injeksi ke dalam aliran pendapatan seperti
halnya investasi. Sedangkan impor merupakan kebocoran dari pendapatan, karena
menimbulkan aliran modal ke luar negeri. Ekspor bersih yakni ekspor dikurangi
impor (X-M) adalah jembatan yang menghubungkan antara pendapatan nasional
dengan transaksi internasional (Nopirin, 2000).
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah
negara memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada
gilirannya menaikkan jumlah output dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan
tingkat output yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan
pembangunan ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 2000). Kemajuan
pembangunan suatu negara juga sangat ditentukan oleh aktivitas perdagangan
internasional, dimana secara umum teori perdagangan internasional dapat di
golongkan ke dalam dua kelompok, yakni teori Klasik dan teori Modern.
Teori klasik yang umum dikenal adalah teori keunggulan absolut dari
Adam Smith, teori Keunggulan Komparatif atau Keunggulan Komparatif J.S. Mill
dan teori biaya relatif dari David Ricardo. Sedangkan teori Faktor Proporsi dari
Hecksher dan Ohlin disebut teori modern.
Teori Keunggulan Absolut (absolut advantage) dari Adam Smith sering
disebut sebagai teori murni perdagangan internasional. Dalam teori ini, nilai suatu
barang diukur dengan banyaknya tenaga kerja yang dipergunakan untuk membuat
barang tersebut. Dengan kata lain, teori ini menggunakan teori nilai tenaga kerja
(labor theory of value), bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan
23
Di dalam teori keunggulan komparatif (comparative advantage) dari J.S.
Mill menyatakan bahwa, suatu negara akan menghasilkan (berspesialisasi) dan
kemudian mengekspor suatu barang yang memiliki keunggulan komparatif
terbesar serta mengimpor barang yang memiliki kerugian komparatif
(comparative disadvantage), yaitu suatu barang yang dapat dihasilkan dengan
ongkos produksi lebih rendah, dan mengimpor barang yang kalau dibuat sendiri
memerlukan ongkos yang besar.
Dalam kajian teori keunggulan komperatif tersebut, dijelaskan bahwa
kegiatan ekspor dalam suatu wilayah regional ataupun nasional (antar negara)
dapat meningkatkan pendapatan devisa bagi yang melakukan kegiatan ekspor
tersebut, dimana komoditi atau barang dan jasa yang di ekspor harus memiliki
keunggulan komperatif dimana barang yang di produksi disuatu daerah memiliki
keunggulan dari pada produk yang dihasilkan di daerah yang lain , baik wilayah
regional, nasional, dan juga internasional.
2.5 Kajian Empiris Hasil-Hasil Penelitian Sebelumnya
Beberapa penelitian terdahulu akan diuraikan secara ringkas, meskipun
terdapat kemiripan dalam ruang lingkup penelitian tetapi terdapat perbedaan
dengan penelitian ini, baik dalam obyek atau periode waktu yang digunakan.
Sehingga penelitian terdahulu tersebut dapat dijadikan sebagai referensi untuk
saling melengkapi. Beberapa Penelitian terdahulu tersebut akan dijelaskan sebagai
berikut:
1. Ambar Sariningrum (2010) melakukan penelitian yang berjudul
24
dan Ekspor Terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di Indonesia Tahun
1990-2007”. Variabel yang diteliti adalah PDRB, Investasi (Pembentukan
Modal Tetap Bruto), tenaga kerja, dan nilai ekspor di Indonesia mencakup
tahun 1990-2007. Metode analisis data yang digunakan adalah metode
OLS (Ordinary Least Square). Dari penelitian yang dilakukan
membuktikan bahwa investasi, tenaga kerja, dan ekspor berpengaruh
positif dan signifikan terhadap PDB di Indonesia.
2. Mahyuni (2013) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh
Pengeluaran Pemeritah, Investasi, dan Ekspor Terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Sulawesi Selatan periode 2000-2010”. Variabel yang diteliti
adalah Pengeluaran pemerintah, Pembentukan Modal Tetap Domestik
Daerah Bruto (PMTDB), dan ekspor tahun 2000-2010. Metode analisis
data yang digunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa Pengeluaran Pemerintah, PMTDB dan
Ekspor secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDB di
Indonesia.
3. Adrian Sutawijaya (2007) melakukan penelitian yang berjudul “Analisis
Pengaruh Ekspor dan Investasi Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Indonesia Tahun tahun 1980-2006”. Variabel yang diteliti adalah Ekspor
(Migas dan Non Migas) serta Investasi (PMA dan PMDN) mencakup
tahun 2000-2006. Metode analisis data yang digunakan adalah metode
OLS (Ordinary Least Square). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa
25
secara parsial maupun secara simultan berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB Indonesia.
4. Novita Linda Sitompul (2007) melakukan penelitian yang berjudul
“Analisis Pengaruh Investasi dan Tenaga Kerja terhadap PDRB Sumatera
Utara”. Variabel yang diteliti adalah investasi, tenaga kerja dan PDRB
Provinsi Sumatera Utara mencakup tahun 1984-2005. Metode analisis data
yang digunakan adalah metode OLS (Ordinary Least Square). Hasil
penelitiannya membuktikan bahwa investasi dan tenaga kerja berpengaruh
positif dan signifikan terhadap PDRB Provinsi Sumatera Utara.
5. Akhirman, (2012) melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh PDB,
Jumlah Penduduk, Nilai Ekspor, Investasi, Laju Inflasi, dan Tenaga Kerja
Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Kepulauan Riau Tahun
2005-2010”. Variabel yang diteliti adalah PDB, jumlah penduduk, nilai ekspor,
investasi, laju inflasi, dan tenaga kerja di Kepulauan Riau tahun
2005-2010. Metode analisis data yang digunakan adalah metode OLS (Ordinary
Least Square). Hasil penelitiannya membuktikan bahwa PDB, jumlah
penduduk, nilai ekspor, investasi, laju inflasi, dan tenaga kerja
berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kepulauan Riau.
Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah penelitian
ini menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, dan Ekspor terhadap
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat yang dicerminkan dengan PDRB
di Provinsi Sumatera Barat pada tahun 2000-2012. Selain itu, variabel investasi,
26
Modal Tetap Bruto), jumlah tenaga kerja, dan nilai ekspor di Provinsi Sumatera
Barat.
2.6 Kerangka Pemikiran
Adapun kerangka konsepsionalnya dapat digambarkan pada skema
berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Saat ini bangsa Indonesia sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan
di berbagai sektor guna meningkatkan percepatan pertumbuhan ekonomi,dalam
hal ini dikaitkan dengan pembangunan ekonomi nasional. Pertumbuhan ekonomi
bagi suatu negara merupakan suatu upaya penting dalam meningkatkan
kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pendapatan perkapita dalam jangka
panjang. Oleh karena itu, untuk melihat keberhasilan pembangunan ekonomi
suatu negara, maka hal yang harus kita perhatikan adalah kestabilan
perekonomian dan pemerataan pendapatan.
Teori Neo Klasik (Teori Konvergensi), konsep teori konvergensi
merupakan implikasi dari teori pertumbuhan yang dikembangkan pada dekade
Investasi
Pertumbuhan Ekonomi Tenaga
Kerja
27
1950 an, pada beberapa artikel seperti Abramowitz (1956), Solow dan Swan
(1956) diungkapkan bahwa selain akumulasi kapital dan tenaga kerja terdapat
faktor ketiga yang menjadi determinan pertumbuhan ekonomi yaitu perubahan
teknologi, yang menjadi faktor eksogen diluar kedua faktor produksi diatas, hal ini
berdasarkan dari teori fungsi produksi neoklasik yang memiliki karakteristik
diminishing marginal return dan constant return to scale. Teori ini memiliki
asumsi pertama bahwa faktor perubahan teknologi bersifat eksogen, dan yang
kedua neoklasik mengasumsikan bahwa setiap negara memiliki peluang
perkembangan teknologi yang sama, kedua asumsi neoklasik inilah yang dalam
dunia nyata tidak sepenuhnya terjadi di semua Negara-negara berkembang
(kecuali jepang dalam Asian Miracle) mampu mengikuti perkembangan teknologi
negara maju.
Teori dari Musgrave dan Dumairy yaitu, banyak pertimbangan yang
mendasari pengambilan keputusan pemerintah dalam mengatur pengeluarannya
pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap kebijaksanaan
pengeluarannya.
Teori Morris mengemukakan investasi dan ekspor dalam berbagai
bentuknya akan memberikan banyak pengaruh kepada perekonomian suatu negara
ataupun dalam cakupan yang lebih kecil yakni daerah. Karena dengan terciptanya
investasi akan membawa suatu negara pada kegiatan ekonomi tertentu, investasi
yang akan berlanjut dengan suatu proses produksi akan menciptakan lapang kerja,
menciptakan barang- barang dan peningkatan distribusi pendapatan, adanya
interaksi antara produsen dalam hal ini investor, dan konsumen dalam
28
menciptakan kemajuan perekonomian dan peningkatan distribusi pendapatan
dalam suatu negara.
2.7 Hipotesis
Berdasarkan permasalahan, tujuan dan alur kerangka pemikiran di atas
maka hipotesis dari penelitian ini adalah:
1. Diduga Investasi (I) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
PDRB di Provinsi Sumatera Barat.
2. Diduga Tenaga kerja (L) berpengaruh positif dan signifikan terhadap
PDRB di Provinsi Sumatera Barat.
3. Diduga Ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di
Provinsi Sumatera Barat.
4. Diduga bahwa investasi (I), tenaga kerja (L), dan ekspor secara
bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di
29
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode analisis induktif.
Metode analisis induktif merupakan metode analisis terhadap variabel penelitian
yang mengambil sampel dari variabel tertentu dari sebuah populasi yang
jumlahnya banyak, dan dianalisis menggunakan cara matematis atau
menggunakan teknik statistik. Variabel yang dianalisis berupa data kuantitatif atau
data numerik (angka). Dari hasil analisis terhadap variabel tersebut
digeneralisasikan terhadap populasi (Santoso, 2009).
Berdasarkan pemaparan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan
menganalisis data berupa data numerik (angka) dengan menggunakan cara
matematis atau menggunakan teknik statistik. Analisis data dilakukan untuk
mengetahui hubungan-hubungan dari variabel yang diteliti. Kemudian hubungan
tersebut digeneralisasikan terhadap populasi.
3.2 Data dan Sumber Data
Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data sekunder berupa data
nilai PDRB, nilai investasi, jumlah tenaga kerja dan nilai ekspor Provinsi
Sumatera Barat. Data diperoleh dari BPS Indonesia, BPS Provinsi Sumatera Barat
dan instansi terkait lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Data yang
akan digunakan mencakup kurun waktu 13 tahun (2000-2012). Selain itu,
penelitian ini juga menggunanan referensi studi kepustakaan yang dilakukan
dengan melakukan kajian terhadap jurnal, artikel, bahan-bahan lain dari
30
3.3 Definisi Operasional Variabel
Dalam perumusan model analisis pengaruh investasi, tenaga kerja, dan
ekspor terhadap perumbuhan ekonomi pada periode tahun 2000-2012
menggunakan beberapa variabel. Definisi operasional dari variabel-variabel
tarsebut adalah sebagai berikut:
a. Pertumbuhan Ekonomi
Variabel pertumbuhan ekonomi merupakan variabel terikat dalam
penelitian ini. Untuk mengetahui nilai dari variabel ini digunakan nilai
PDRB (Pendapatan Domestik Regional Bruto) yang merupakan indikator
pertumbuhan ekonomi. Data nilai PDRB Sumatera Barat yang digunakan
adalah data nilai PDRB berdasarkan harga konstan tahun 2000 di Provinsi
Sumatera Barat dalam satuan rupiah (Rp). Data diperoleh dari publikasi
BPS Provinsi Sumatera Barat selama periode tahun 2000-2012.
b. Investasi
Investasi merupakan variabel bebas dalam penelitian ini. Variabel
ini digunakan untuk mengetahui pengaruh investasi terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan adalah data
nilai investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto) berdasarkan harga
konstan tahun 2000 di Provinsi Sumatera Barat dalam satuan rupiah (Rp).
Data diperoleh dari publikasi BPS Provinsi Sumatera Barat pada periode
31
c. Tenaga kerja
Tenaga kerja merupakan variabel bebas kedua dalam penelitian ini.
Variabel ini digunakan untuk mengetahui pengaruh tenaga kerja terhadap
pertumbuhan ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan
adalah jumlah orang tenaga kerja di Provinsi Sumatera Barat yang
diperoleh dari BPS Provinsi Sumatera Barat pada periode tahun
2000-2012.
d. Ekspor
Ekspor merupakan variabel bebas kedua dalam penelitian ini.
Variabel ini digunakan untuk mengetahui ekspor terhadap pertumbuhan
ekonomi di Provinsi Sumatera Barat. Data yang digunakan adalah jumlah
ekspor di Provinsi Sumatera Barat yang diperoleh dari BPS Provinsi
Sumatera Barat pada periode tahun 2000-2012 dalam satuan US $.
3.4 Pembentukan Model
Pembentukan model penelitian dalam penelitian ini mengacu pada teori
pertumbuhan ekonomi Solow-Swan. Menurut Mankiw (2003), teori pertumbuhan
ekonomi Solow-Swan memusatkan perhatiannya pada bagaimana pertumbuhan
penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan output saling berinteraksi
dalam proses pertumbuhan ekonomi. Secara umum berbentuk fungsi produksi,
yang bisa menampung berbagai kemungkinan substitusi antar modal (K) dan
tenaga kerja (L). Model pertumbuhan ekonomi standar yang dipakai :
Y = f (K,L) ...(3.1)
32
Y : Tingkat output perekonomian
K : Kapital
L : Tenaga kerja
Kemudian untuk menganalisis variabel yang diteliti dalam penelitian ini
digunakan teknik analisis data yang mengacu pada studi terdahulu, yaitu
penelitian yang dilakukan oleh Ambar Sariningrum, (2010), meneliti tentang
“Pengaruh Investasi (Pembentukan Modal Tetap Bruto), Tenaga Kerja, dan
Ekspor Terhadap Produk Domestik Bruto(PDB) Indonesia”. Dalam penelitian
tersebut, model penelitian yang digunakan dalam penelitian ini dianalisa dengan
menggunakan model regresi berganda, yang merupakan metode analisis OLS
(Ordinary Least Square).
Adapun model regresi berganda adalah sebagai berikut :
+ ε ...(3.2)
Dimana :
Y = Pertumbuhan ekonomi (PDB)
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien regresi Investasi (PMTB)
X1 = Investasi (PMTB)
β2 = Koefisien regresi tenaga kerja
X2 = Tenaga kerja
β3 =Koefisien regresi Ekspor
X3 = Ekspor
33
Dari model di atas penulis bermaksud menyesuaikan variabel yang
digunakan dengan mengganti variabel pertumbuhan ekonomi (PDB) dengan
pertumbuhan industri pengolahan Provinsi Sumatera Barat, FDI dan GI dengan
investasi industri pengolahan Provinsi Sumatera Barat, tenaga kerja, dan ekspor
Provinsi Sumatera Barat. Dengan demikian, untuk menentukan hubungan antara
pertumbuhan ekonomi Provinsi Sumatera Barat dapat diamati dengan
menganalisis variabel-variabel tersebut menggunakan metode analisis regresi
linear berganda. Disini yang menjadi variabel dependen adalah pertumbuhan
ekonomi (Y), dan yang menjadi variable independen adalah investasi (X1), jumlah
tenaga kerja (X2), dan nilai ekspor (X3).
Berdasarkan pemaparan di atas, maka model yang akan digunakan pada
penelitian ini dispesifikasikan dalam fungsi matematis, sebagai berikut:
Y = f (X1,X2, X3) ...(3.3)
Dimana :
Y = Pertumbuhan ekonomi (PDRB)
X1 = Investasi (PMTB)
X2 = Tenaga kerja
X3 = Nilai Ekspor
Dari fungsi matematis tersebut, kemudian dispesifikasikan ke dalam
model regresi berganda sebagai berikut:
+ ε ...(3.4)
Dimana :
34
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien regresi investasi
X1 = Investasi
β2 = Koefisien regresi tenaga kerja
X2 = Tenaga kerja
β3 = Koefisien regresi nilai ekspor
X3 = Ekspor
ε = Error term
Adanya perbedaan dalam satuan dan besaran variabel dalam persamaan
menyebabkan persamaan regresi harus dibuat dengan model logaritma natural.
Menurut Gujarati (2004), alasan pemilihan model logaritma natural adalah
sebagai berikut:
a) Menghindari adanya heteroskedastisitas
b) Mengetahui koefisien yang menunjukkan elastisitas
c) Mendekatkan skala data
Dalam model penelitian ini logaritma yang digunakan adalah dalam
bentuk log - linear (log). Sehingga persamaan menjadi sebagai berikut:
Log Y = β0 + β1 log X1 + β2 log X2 + β3 log X3 + ε ...(3.5)
Dimana :
Log = Log-linear
Y = Pertumbuhan ekonomi
β0 = Konstanta
β1 = Koefisien regresi investasi
X1 = Investasi
35
X2 = Tenaga kerja
β3 = Koefisien regresi ekspor
X3 = Ekspor
ε = Error term
3.5 Uji Asumsi Klasik
Analisis regresi pada dasarnya adalah studi atas ketergantungan suatu
variabel yaitu variabel yang tergantung pada variabel yang lain yang disebut
dengan variabel bebas dengan tujuan untuk mengestimasi dengan meramalkan
nilai populasi berdasarkan nilai tertentu dari variabel yang diketahui (Gujarati,
2004).
Metode analisis regresi berganda akan menghasilkan estimator yang
mempunyai sifat tidak bias, linier dan mempunyai varian yang minimum atau
BLUE, yaitu:
a. Best adalah yang terbaik.
b. Linier adalah kombinasi linier dari data sampel. Jika ukuran sampel
ditambah maka hasil nilai estimasi akan mendekati parameter
populasi yang sebenarnya.
c. Unbiased adalah rata-rata atau nilai harapan atau estimasi sesuai
dengan nilai yang sebenarnya.
d. Efficient estimator adalah memiliki varians yang minimum diantara
pemerkira lain yang tidak bias.
Untuk melakukan uji asumsi klasik atas data sekunder ini, maka peneliti
melakukan uji normalitas, multikolinieritas, uji heteroskedasitsitas, dan uji
36
3.5.1 Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah residual variabel
dependen dan independen berdistribusi normal atau tidak. Pengujian dapat
dilakukan melalui P-Plot. Normalitas data dalam penelitian dilihat dengan cara
memperhatikan penyebaran data (titik) pada Normal P-Plot of Regression
Standardized Residual dari variabel terikat. Persyaratan dari uji normalitas data
adalah jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data menyebar
jauh dari garis diagonal dan/atau tidak mengikuti garis diagonal, maka model
regresi tidak memenuhi asumsi normalitas (Gujarati, 2004).
3.5.2 Uji Multikolinieritas
Multikolinieritas adalah hubungan antara variabel independen dan
dependennya. Salah satu asumsi model regresi klasik adalah tidak terdapat
multikolinearitas diantara variabel independen dalam model regresi.
Multikolinearitas berarti adanya hubungan sempurna atau pasti antara beberapa
variabel independen dalam model regresi.
Penelitian ini akan menggunakan auxilliary regressions untuk mendeteksi
adanya multikolinearitas. Caranya adalah dengan melakukan regresi antara
variabel independennya untuk mengetahui t-statistik dari hasil auxilliary
regressions. Jika t-statistik signifikan, maka terdapat masalah multikolinieritas
37
3.5.3 Uji Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas adalah variansi data yang digunakan untuk membuat
model menjadi tidak konstan. Asumsi penting model regresi linear klasik (CLRM)
adalah bahwa gangguan yang tercakup dalam fungsi regresi populasi (PRF)
bersifat homoskedastis, artinya semua memiliki varians yang sama, σ2. Jika tidak
demikian, dimana ui adalah σi2 yang menunjukan bervariasi dari observasi ke
observasi berarti kita menganggap situasi heteroskedastisitas atau variantak sama.
Banyak cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas dalam model, salah satunya
adalah dengan menggunakangambar Scatterplot
Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada output Regressioni pada
gambar Scatterplot. Dapat diketahui bahwa titik-titik menyebar dengan pola yang
tidak jelas di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, jadi dapat disimpulkan
bahwa tidak terjadi masalah heterokedastisitas pada model regresi (Gujarati,
2004).
3.5.4 Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi dilakukan untuk mengetahui apakah dalam model regresi
linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan
pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Uji autokorelasi bertujuan untuk
menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara kesalahan
penganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya),
dimana jika terjadi korelasi, maka ada indikasi masalah autokorelasi. Autokorelasi
muncul karena observasi yang beruntun sepanjang waktu berkaitan satu sama lain.
38
observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada jenis datatimes series. Penelitian
ini akan menggunakan uni Durbin Watson untuk melihat gejala autokorelasi.
Langkah-langkah pengujian autokorelasi dengan Durbin-Watson adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan hipotesis nol dan hipotesis alternatif dengan ketentuan:
Ho : Tidak ada autokorelasi (positif / negatif)
H1 : Ada autokorelasi (positif / negatif)
b. Mengestimasi model dan melihat nilai Durbin – Watson hitung dari hasil
estimasi model.
c. Menghitung Durbin – Watson kritis yang terdiri dari nilai kritis dari batas
atas (du) dan batas bawah (dl) dengan menggunakan jumlah data (n),
jumlah variabel independen / bebas (k), serta tingkat signifikansi tertentu
(α).
d. Nilai DW hitung dibandingkan dengan DW kritis dengan kriteria
penerimaan dan penolakan hipotesis sebagai berikut
Tabel 3.1
autokorelasi positif Tidak ada keputusan dl < d < du Ada autokorelasi
negatif Tolak 4-dl < d < 4
Tidak ada
autokorelasi negatif Tidak ada keputusan 4-du < d < 4-dl Tidak ada
39
3.6. Uji Statistik
Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara
individu dan bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen.
Uji statistik ini meliputi uji t, uji F dan koefisien determinasi (R2)
3.6.1 Uji Parsial (Uji t)
Uji ini digunakan untuk melihat signifikansi dari pengaruh variabel
independen secara individu terhadap variabel dependen dengan variabel yang lain
konstan. Untuk menguji pengaruh setiap variabel independen tersebut, maka nilai
t-hitung harus di bandingkan dengan nilai t-tabel.
Untuk nilai t-tabel dapat diperoleh dengan melihat tabel distribusi untuk α
= 0,05 dan derajat n-k. Maka dalam pengujian ini dilakukan hipotesis sebagai
berikut:
H0 : β1 = 0 (variabel independen tidak berpengaruh terhadap variabel
dependen)
H1 : β1≠ 0 (variabel independen berpengaruh terhadap variabel
dependen)
Selain dengan menngunakan cara diatas, uji-t juga dapat dilakukan dengan
cara Quick Look, yaitu: melihat nilai probability dan derajat kepercayaan yang
ditentukan dalam penelitian atau melihat nilai t-tabel dengan t-hitungnya. Jika
nilai probability < 0,05 atau α=5 persen dan jika nilai t-hitung lebih tinggi dari
t-tabel yang berarti menolak H0 dan menerima H1 dan sebaliknya. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel independen secara individual mempengaruhi
40
3.6.2 Uji Best of Fit Model (Uji F)
Uji F diperlukan untuk mengetahui pengaruh semua variabel independen
dalam model secara bersama-sama terhadap variabel dependennya. Pengujian
koefisien regresi serentak (Uji F) merupakan alat uji statistik secara
bersama-sama atau keseluruhan dari koefisien regresi variabel independen terhadap
variabel dependen. Dari uji F dapat diketahui apakah semua variabel
independen yang dimasukkan dalam model memiliki pengaruh secara
bersama-sama atau tidak terhadap variabel dependen. Uji ini dapat dilakukan dengan
membandingkan antara nilai F-hitung dengan F-tabel, dimana F-hitung dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
k : jumlah variabel penjelas termasuk konstanta Hipotesis yang diajukan yaitu:
H0 : β1 = β2 = β3 = β4 = β5 = β6 = β7 = 0
H1 : Tidak semua koefesien slope bersimultan nol
Kriteria dalam uji F yaitu bila nilai F-hitung lebih besar dibandingkan
dengan nilai F-tabel (F>Fα, df), maka H0 ditolak, dan H1 diterima. Atau apabila
F-hitung lebih besar dari F-tabel, maka variabel independen berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen secara bersama-sama. Sebaliknya, apabila
F-hitung lebih kecil dari F-tabel, maka variabel independen tidak berpengaruh
41
F-tabel diperoleh dengan derajat kebebasan variasi regresi k (banyaknya
variabel), dan derajat kebebasan variasi residual n-k-1 (banyaknya
observasi-banyaknya variabel-1) (Gujarati, 2004).
3.6.3 Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa besar kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependennya. Nilai koefisien determinasi
adalah antara nol dan satu, nilai R2 yang kecil berarti kemampuan
variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel-variabel dependen sangat terbatas
dan nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan
hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel
dependennya.
Nilai R2 disebut juga koefisien determinasi. Koefisien determinasi (R2)
menunjukkan seberapa besar persentase variasi variabel independen dapat
menjelaskan variasi variabel dependennya (goodness of fit test). Nilai R2 dapat
diperoleh dengan formula sebagai berikut:
∑ ∑ ∑ ... (3.7)
Nilai berkisar antara nol dan satu (0< <1). Nilai yang kecil atau
mendekati nol berarti kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi
variabel dependen amat terbatas. Sebaliknya, jika nilai mendekati satu berarti
variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk