ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN INVESTASI PROVINSI
SUMATERA UTARA
TESIS
Oleh
RO SINTONG JEITA. SM
097003011/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
M E D A N
SE K O L
A
H
P A
S C
A S A R JA N
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
PERKEMBANGAN INVESTASI DI PROVINSI
SUMATERA UTARA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan
pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Oleh
RO SINTONG JEITA SM
097003011/PWD
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INVESTASI PROVINSI SUMATERA UTARA
Nama Mahasiswa : Ro Sintong Jeita SM Nomor Pokok : 097003011
Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
(Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak) (Dr. Drs. Rujiman, MA)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi, Direktur,
Telah diuji pada
Tanggal : 26 Januari 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak
Anggota : 1. Dr. Drs. Rujiman, MA
2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INVESTASI PROVINSI
SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis klasifikasi pertumbuhan ekonomi kecamatan, ketimpangan antara kecamatan dan ketimpangan sektoral kecamatan di Kota Medan.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara adalah data sekunder dengan jenis data time series selama kurun waktu 25 tahun yaitu dari 1985 – 2009.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa. secara simultan PDRB, pengeluaran pemerintah, nilai ekspor dan suku bunga Bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial PDRB, pengeluaran pemerintah dan nilai ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara, sedangkan suku bunga Bank tidak berpengaruh signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara.
THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE INVESTMENT DEVELOPMENT IN SUMATERA UTARA PROVINCE
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the classification of subdistrict-level economic growth, inter-subdistrict disparity and sectoral disparity of subdistricts in the City of Medan.
The data used to analyze the factors influencing the investment development in Sumatera Utara province in this study were secondary data with time series of 25 years from 1985 – 2009. The obtained were analyzed through multiple linear regression analysis.
The result of this study showed that simultaneously PDRB (Gross Regional Product), government’s expenditure, export rate and bank interest rate had positive and significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province. Partially, PDRB (Gross Regional Product), government’s expenditure, export rate had positive and significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province, while bank interest rate did not have any significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province.
Keywords: Investment, Gross Regional Product, Government’s Expenditure, Export Rate, Interest rate
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul:
“Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Investasi Provinsi
Sumatera Utara”. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan
Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, masukan
dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima
kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada yang terhormat Ibu Prof.
Erlina, SE.M.Si. Ph.D.Ak. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Drs.
Rujiman, MA, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan
arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun
tesis ini.
Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Program Studi
Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana USU
Medan dan sekaligus Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan
kritik untuk perbaikan hingga selesainya tesis ini.
3. Bapak Ir. Supriadi, MS dan Drs. Rahmad Sumandjaya, M.Si selaku Dosen
Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan
hingga selesainya tesis ini.
4. Seluruh dosen pengajar beserta staf administrasi yang telah banyak memberikan
5. Sembah sujud Ananda kepada Ayahnda M. Sagala. dan Ibunda D. br. Tarigan
yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik dan mendo’akan dan selalu
memberi motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.
6. Special thanx to my beloved Vidya Asana Muhain, yang telah memberikan
bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini..
7. Kepada saudara-sauadraku tercinta Adinda Endang Sagala dan Putra Sopar
Sagala, i always love u and miss u alls.
Akhirnya atas segala kekurangannya, kepada semua pihak dalam kaitan dengan
proses penyusunan tesis ini serta selama dalam proses pendidikan saya menyampaikan
permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan penulis berharap semoga tesis ini dapat
bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Amiin.
Medan, Januari 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Ro Sintong Jeita SM lahir di Medan, 16 Januari 1986, dari pasangan M.
Sagala dengan D. br. Tarigan, dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1998 di SD ASISI Medan.
Pada tahun 20031menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada
SMP ASISI Medan dan tahun 2004 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan
Tingkat Atas di SMA Budi Murni 2 Medan. Kemudian pada tahun 2009
menyelesaikan pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).
Sejak tahun 2009 sampai sekarang aktif bekerja sebagai PNS di Pemerintah
Kabupaten Serdang Bedagai. Tahun 2009 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana
(S-2) Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan
DAFTAR ISI
2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 8
2.2. Pengertian Investasi ... 14
2.3. Pengaruh Investasi Bagi Suatu Perekonomian ... 20
3.4. Analisis Data ... 38
3.5. Definisi Variabel Operasional Penelitian ... 42
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44
4.1. Hasil Penelitian ... 44
4.2. Pengujian Asumsi Klasih ... 49
4.3. Uji Hipotesis ... 53
4.4. Pembahasan ... 60
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67
5.1. Kesimpulan ... 67
5.2. Keterbatan Penelitian ... 67
5.2. Saran ... 68
DAFTAR PUSTAKA ... 69
DAFTAR TABEL
Definisi dan Batasan Operasional Variabel ………...
Data Nilai dan Pertumbuhan Investasi, PDRB, Pengeluaran Pemerintah Nilai Ekspor, dan Suku Bunga Tahun 1985-2009 …..
Deskriptif Statistik Data Nilai Investasi, PDRB, Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rupiah) Nilai Ekspor (000 US$) dan Suku Bunga Bank (%) ………...
Hasil Uji Multikolinieritas ……….
Hasil Uji Koefisien Determinasi ………
Hasil Uji Simultan ……….
Hasil Analisis Koefisien Regresi ………
Daftar Gambar
Nomor Judul Halaman
2.1.
4.1.
4.2.
4.3
Kerangka Pemikiran Penelitian ………..
HIstogram ...…...
Normal P-Plot of Regression Standarized Residual…………...
Grafik Scatterplots ……….
38
51
52
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INVESTASI PROVINSI
SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis klasifikasi pertumbuhan ekonomi kecamatan, ketimpangan antara kecamatan dan ketimpangan sektoral kecamatan di Kota Medan.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara adalah data sekunder dengan jenis data time series selama kurun waktu 25 tahun yaitu dari 1985 – 2009.
Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa. secara simultan PDRB, pengeluaran pemerintah, nilai ekspor dan suku bunga Bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial PDRB, pengeluaran pemerintah dan nilai ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara, sedangkan suku bunga Bank tidak berpengaruh signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara.
THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE INVESTMENT DEVELOPMENT IN SUMATERA UTARA PROVINCE
ABSTRACT
The purpose of this study was to analyze the classification of subdistrict-level economic growth, inter-subdistrict disparity and sectoral disparity of subdistricts in the City of Medan.
The data used to analyze the factors influencing the investment development in Sumatera Utara province in this study were secondary data with time series of 25 years from 1985 – 2009. The obtained were analyzed through multiple linear regression analysis.
The result of this study showed that simultaneously PDRB (Gross Regional Product), government’s expenditure, export rate and bank interest rate had positive and significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province. Partially, PDRB (Gross Regional Product), government’s expenditure, export rate had positive and significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province, while bank interest rate did not have any significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari
berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat
pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk
mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang. Pembangunan
merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan
berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa.
Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan
ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu periode
perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan ekonomi pada periode
tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada suatu periode perekonomian
mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut
mengalami penurunan.
Dalam mempercepat pembangunan nasional di segala bidang agar
terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, pemerintah memerlukan modal
untuk keperluan mempercepat pembangunan terbatas. Oleh karena itu, sebagai salah
satu aspek dalam kebijakan pemerintah perlu melakukan usaha-usaha agar
Adanya mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan
produksi suatu negara. Begitu juga halnya dengan investasi yang merupakan langkah
awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian,
setiap negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan
investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam
negeri, tapi juga investasi asing.
Penerimaan investasi dalam negeri maupun investasi asing merupakan salah
satu pos penerimaan Negara yang memberikan kontribusi cukup potensial dalam hal
pembiayaan anggaran dan belanja negara. Laju pertumbuhan perekonomian yang
didasarkan pada alur investasi positif menggambarkan gerak pacu positif dengan
dukungan beberapa faktor penunjang lainnya. Pertumbuhan ekonomi dan
hubungannya dengan keberlanjutan pembangunan diketahui bahwa peningkatan output
sektor-sektor ekonomi riil dapat dibentuk melalui mekanisme pertambahan kapasitas
produksi.
Dalam suatu pembangunan sudah pasti diharapkan terjadinya pertumbuhan.
Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan sarana dan prasarana, terutama dukungan
dana yang memadai. Disinilah peran serta investasi mempunyai cakupan yang cukup
penting karena sesuai dengan fungsinya sebagai penyokong pembangunan dan
pertumbuhan nasional melalui pos penerimaan negara sedangkan tujuannya adalah
untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan
pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan
Investasi merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Pada
perekonomian tertutup, sumber dana investasi semata-mata berasal dari tabungan
domestik. Sedangkan pada perekonomian terbuka sumber dana dapat diperoleh melalui
dana dari luar wilayah. Pertumbuhan produksi pada dasarnya dipengaruhi oleh
perkembangan faktor-faktor produksinya. Salah satu faktor produksi tersebut adalah
modal (investasi). Banyak studi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu
daerah erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan modal (investasi).
Usaha pengerahan modal untuk maksud tersebut dapat dibedakan dalam
pengerahan modal dalam negeri dan pengerahan modal dari luar negeri. Dalam rangka
pemanfaatan modal dalam negeri yakni bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia,
termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta
nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia untuk diabadikan kepada
pembangunan ekonomi nasional telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1968 (UU No.6/1968) tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN).
Sedangkan dalam rangka pemanfaatan modal luar negeri untuk diabadikan pada
pembangunan ekonomi nasional telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 1
Tahun 1967 (UU No.1/1967) tentang penanaman modal asing (PMA).
Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi
semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan
petumbuhan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya
karena itu, pembangunan nasional senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat
menggairahkan investasi.
Semenjak diberlakukannya UU No.1 tahun 1967 Jo No.11 tahun 1970 tentang
penanaman modal asing (PMA) dan UU No.6 tahun 1968 Jo No.12 tahun 1970 tentang
penanaman modal dalam negeri (PMDN), investasi cenderung terus meningkat dari
tahun ke tahun. Walaupun demikian pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi
penurunan. Kecendrungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh
kalangan masyarakat atau sektor swasta baik PMDN atau PMA, namun juga
penanaman modal oleh pemerintah.
Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk
membiayai program-program pembangunan sehingga anggarannya selalu disesuaikan
dengan dana yang berhasil dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada
berbagai sektor sesuai dengan prioritas yang direncanakan dalam program
pembangunan daerah.
Sementara itu prioritas penanaman modal yang berasal dari luar negeri
diberikan pada pembiayaan yang berbentuk investasi asing langsung atau PMA.
Penanaman modal asing (PMA) lebih didorong untuk kegiatan ekspor dan kegiatan
pembangunan yang dilakukan oleh modal dan kemampuan teknologi dalam negeri.
Pada dasarnya dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, akumulasi uang
luar negeri merupakan suatu gejala yang wajar. Hal ini dikarenakan kondisi tabungan
dalam negeri yang masih rendah sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya
cukup untuk membiayai pembangunan tersebut, pada umumnya menutup kesenjangan
tersebut dengan mencari sumber dari luar negeri. Sehingga tidak mengherankan
apabila begitu besarnya arus modal dari negara maju mengalir ke negara sedang
berkembang termasuk di antaranya Indonesia. Untuk itu pemerintah harus berusaha
untuk menarik dana pinjaman dari para donator yang berasal dari luar negeri.
Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari negara kesatuan Republik
Indonesia juga melaksanakan pembangunan daerah seperti Provinsi lainnya di
Indonesia. Untuk pembangunan daerah di Provinsi Sumatera Utara tentunya
memerlukannya dana pembangunan yang tidak sedikit. Untuk itu pemerintah Provinsi
Sumatera Utara dalam menyediakan modal untuk keperluan mempercepat proses
pembangunan membuka diri bagi pihak swasta, baik swasta nasional maupun swasta
asing untuk menanamkan modalnya di Provinsi Sumatera Utara.
Ditinjau dari sumber daya alam yang dimiliki daerah Provinsi Sumatera
mempunyai peluang yang sangat besar untuk aktivitas penanaman modal baik
penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman dalam negeri (PMDN), hal ini
dikarenakan tersedianya berbagai bahan mentah dari hasil pertanian, perkebunan,
perikanan dan peternakan yang kesemuanya dapat dipergunakan untuk pengembangan
sektor industri. Di samping itu terdapat pula potensi yang besar dari sektor-sektor
lainnya seperti sektor pariwisata, sektor perindustrian dan lain sebagainya.
Adanya penanaman modal yang dilakukan pihak swasta baik yang datang dari
luar negeri maupun dalam negeri, diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi
kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan memperluas kesempatan
kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Melihat pentingnya peranan
penanaman modal baik yang dilakukan pihak swasta maupun asing, maka penulis
tertarik untuk mengkaji dan menganalisis dalam tesis ini yang berjudul “ Analisis
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Investasi Provinsi Sumatera
Utara”.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam
penelitian ini adalah: Apakah PDRB, pengeluaran pemerintah, nilai ekspor, dan suku
bunga berpengaruh terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara.
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh PDRB,
pengeluaran pemerintah, nilai ekspor, dan suku bunga terhadap perkembangan
investasi Provinsi Sumatera Utara.
1.4. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:
1. Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara dan
2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah Provinsi Sumatera
Utara untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi
sehingga dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam menarik investor.
3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat untuk
meneliti tentang perkembangan investasi dalam ruang lingkup dan kajian yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah
Pengertian pembangunan ekonomi (economic development) dan pertumbuhan
ekonomi (economic growth) adalah sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto
(PDB) yang dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan
per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,
2000).
Chenery (dalam Arsyad, 1999) mengartikan pembangunan ekonomi sebagai
perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi
terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan ekonomi sebagai suatu
proses perubahan struktur yang ditandai dengan peningkatan sumbangan sektor
industri, manufaktur dan jasa-jasa dalam pembentukan PDB di suatu pihak dan
menurunnya pangsa (share) sektor pertanian dalam pembentukan PDB di pihak lain.
Sedangkan Todaro (2000) menyebutkan bahwa pembangunan bukan hanya
fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi
materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan
idealnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan
masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan
sosial. Sedangkan berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas
Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan
perobahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan
lembaga nasional termasuk pula percepatan (akselerasi) pertumbuhan ekonomi,
pengurangan, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut (Todaro, 2000).
Menurut Arsyad (1999) pembngunan ekonomi adalah suatu proses yang
menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka
panjang. Definisi ini menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga
sifat penting, yaitu: a) Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus,
b) Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan c) Kenaikan pendapatan per
kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.
Djoyohadikusumo (1994) pembangunan ekonomi adalah suatu usaha
memperbesar pendapatan perkapita dan menekan produktivitas perkapita dengan jalan
menambah peralatan modal dan menambah skill, atau pembangunan ekonomi adalah
menambah skill agar satu sama lainnya membawa pendapatan perkapita yang lebih
tinggi.
Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan (2010) pembangunan ekonomi
merupakan serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan
taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian
pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergesaran
kegiatan ekonomi dari sektor pertanian ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata
lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan
dengan yang digariskan dalam UUD 1945 yaitu mencapai masyarakat adil dan
makmur.
Sebagai suatu proses, pembangunan ekonomi berhubungan dengan perubahan
dalam komposisi dari input dan output dari ekonomi. Perubahan-perubahan ini akan
menyebabkan perubahan dalam segala perbaikan pada kondisi masyarakat. Tujuan
utama dari pembangunan adalah inkorporasi dalam produksi dan memuaskan segala
aktifitas dari masyarakat yang berpartisipasi. Kegiatan produktif ini memiliki
bermacam fungsi seperti kegiatan menghasilkan pendapatan, merubah bahan mentah
menjadi barang dan jasa yang siap untuk dikonsumsi.
Krisnamurthi (1995) pembangunan ekonomi yang berhasil harus memiliki
empat dimensi pokok, yaitu pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan,
perubahan atau transformasi struktur ekonomi dan kesinambungan pembangunan itu
sendiri. Sedangkan menurut Jhingan (2010) pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai
semata-mata dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi kemajuan ekonomi.
Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah proses pertumbuhannya harus
bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri.
Analisis pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses yang
saling berkaitan dan berhubungan serta saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang
menghasilkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2000).
Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan
ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan
kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus
mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab
masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang
sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.
Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian
pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu:
1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan dalam
konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan wilayah.
2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk
melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.
Dengan dilaksanakannya pembangunan wilayah bukanlah semata-mata
terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan
dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk masa
yang akan datang. Dengan dilaksanakannya pembangunan daerah diharapkan dapat
menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan pembangunan
nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil dengan baik.
Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang segala sesuatunya
dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,
pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah
memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan
oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah di mana tempat kegiatan
tersebut berlangsung (Munir, 2002).
Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan
yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap
pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum
tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).
Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan
bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi
pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian
serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula
merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.
Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang peting
dipecahkan adalah: di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya
dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi
dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek
pertambangan dan sebagainya.
Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruhnya
masayarakat Indonesia, pembangunan daerah perlu dipacu secara bertahap. Untuk
menjamin agar pembangunan daerah dapat memberikan sumbangan yang maksimal
dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional haruslah dilakukan kordinasi yang
baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus
Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam
pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang
lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program
pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan
dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh
sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan
oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan
proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan
sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.
Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena
perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,
kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai akibat
banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran
proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan perencana daerah
yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan rencana pembangunan
yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.
Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju
masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah
pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian
yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai
2.2. Pengertian Investasi
Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat
pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus
menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan
pendapatan nasional dan taraf kemakmuran (Sukirno, 2000). Adanya
investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap
faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan pekerjaan baru atau kesempatan kerja
yang akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan mengurangi
pengangguran.
Dengan demikian akan menambah output dan pendapatan baru pada faktor
produksi akan menambah output nasional sehingga akan terjadi pertumbuhan
ekonomi. Melihat kondisi Indonesia yang sedimikian rupa maka peningkatan modal
sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian, oleh karena itu
pemerintah dan swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui
penghimpunan dana yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan
menggenjot investasi, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal
dalam negeri serta penimgkatan volume perdagangan luar negeri melalui ekspor guna
menambah cadangan devisa.
Penanaman modal atau lebih sering disebut investasi mempunyai banyak
pengertian yang berbeda di antara para pakar ekonomi. Deliarnov (1995) dalam
mesin dan peralatan pabrik serta semua peralatan modal lain yang diperlukan dalam
proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat tinggal
karyawan dan bangunan konstruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangan
sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga.
Untuk membangun daya saing, suatu bangsa harus menerapkan kebijakan yang
jelas dan terpadu bagi investasi asing langsung, industri dan perdagangan. Tidaklah
mengherankan bahwa beberapa negara berkembang yang sebelumnya tidak menerima
perusahaan asing sekarang mulai bersaing untuk investasi mereka yang bertujuan
untuk penciptaan kesempatan kerja, alih tehnologi dan lain-lain (Kotler, dkk. 1998).
Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman
modal yang digunakan untuk membeli barang-barang dan jasa dengan harapan dapat
memberikan keuntungan pada masa yang akan datang (Bappeda Kota Medan, 2000).
Menurut Sukirno (2000) investasi merupakan pengeluaran atau pengeluaran
penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal
atau perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi
barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah
barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak
barang dan jasa dimasa yang akan datang.
Dornbusch and Fischer (1994) dalam Bappeda kota Medan (2000) mencatat
bahwa investasi dalam perhitungan pendapatan nasional dan statistik, diartikan sebagai
pembelanjaan untuk mendirikan industri dan pertambahan dalam stock barang
perusahaan (bahan mentah, bahan dalam proses produksi dan barang jadi).
Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:
1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.
2. Suku bunga.
3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa yang akan datang.
4. Kemajuan teknologi.
5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.
6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.
Ada tiga tipe pengeluaran investasi. Pertama, investasi dalam barang tetap
(business fixed investment) yang melingkupi peralatan dan struktur di mana dunia
usaha membelinya untuk dipergunakan dalam produksi. Kedua, investasi perumahan
(residential investment) melingkupi perumahan baru di mana orang membeliya untuk
ditempati atau pemilik modal membeli untuk disewakan. Ketiga, investasi inventori
(inventory investment) meliputi bahan baku dan bahan penolong, barang setengah jadi
dan barang jadi (Herlambang, 2001).
Peranan investasi terhadap kapasitas produksi nasional memang sangat besar,
karena investasi merupakan penggerak perekonomian, baik untuk penabahan faktor
produksi maupun berupa peningkatan kualitas faktor produksi, investasi ini nantinya
akan memperbesar pengeluaran masyarakat melalui peningkatan pendapatan
masyarakat dengan bekerja multilier effect. Faktor produksi akan mengalami
tersebut. Supaya tidak terjadi penurunan produktivitas (kapasitas) nasional harus
diimbangi dengan investasi baru yang lebih besar dari penyusutan faktor-faktor
produksi. Akhirnya perekonomian masyarakat (nasional) akan berkembang secara
dinamis dengan naiknya investasi yang lebih besar dari penyusutan faktor produksi
tersebut. Bila penambahan investasi lebih kecil dari penyusutan faktor-faktor produksi,
maka terjadi stagnasi perekonomian untuk dapat berkembang (Nasution,1996).
Todaro (2000), menyatakan bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk
meningkatkan pendapatan dan konsumsi di masa yang akan datang disebut sebagai
investasi. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau
perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang
modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan
memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian sehingga
investasi disebut juga dengan penanaman modal atau pembentukan modal.
Menurut Nurkse (Jhingan, 2010) pembentukan modal diartikan bahwa
masyarakat tidak mempergunakan seluruh aktifitas produktifnya saat ini untuk
kebutuhan dan keinginan konsumsi, tetapi menggunakan sebagian saja untuk
pembuatan barang modal. Definisi Nurkse ini kemudian dilengkapi oleh Kuznets
(Jhingan, 2010) yang mana pembentukan modal juga mencakup pembiayaan untuk
pendidikan, rekreasi dan barang mewah yang memberikan kesejahteraan dan
produktivitas lebih pada individu dan semua pengeluaran masyarakat yang berfungsi
Investasi merupakan unsur PDB yang paling sering berubah. Ketika
pengeluaran atas barang dan jasa turun selama resesi, sebagian besar dari penurunan
itu berkaitan dengan penurunan pengeluaran investasi (Mankiw, 2000). Investasi
sebagai suatu kegiatan penggunaan uang untuk penyediaan barang-barang modal yang
dipergunakan dalam suatu kegiatan ekonomi untuk menghasilkan laba di masa yang
akan datang (Sukirno, 2000).
Investasi tidak berarti pembelian saham, obligasi, atau asset keuangan lainnya.
Investasi terdiri dari belanja untuk:
a. Pabrik dan peralatan baru
b. Rumah baru
c. Kenaikan persediaan netto
Investasi usaha mencakup pembelian barang kapital saat ini atas ekspektasi
adanya penerimaan di masa mendatang (McEachern, 2000). Ada 3 (tiga) bentuk
pengeluaran investasi, yakni:
a. Investasi tetap bisnis (business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur
yang perusahaan beli untuk proses produksi.
b. Investasi residensial (residential investment) mencakup perumahan baru yang
orang beli untuk ditinggali dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan.
c. Investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang-barang yang
perusahaan tempatkan di gudang termasuk bahan-bahan dan perlengkapan, barang
Pertumbuhan ekonomi suatu Negara erat kaitannya dengan tingkat
produktivitas penggunaan modal. Dalam perencanaan makro, ICOR dapat digunakan
untuk menaksir besarnya kebutuhan modal yang diperlukan untuk menghasilkan
tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu (Susanti, 1995).
Cara menghitung besarnya ICOR adalah:
I/PDB x 100 % ICOR = ——————— ΔPDB (%)
Di mana:
ICOR = Menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi relatif akibat adanya
investasi.
I/PDB x 100 % = Persentase investasi terhadap PDB
ΔPDB (%) = Laju pertumbuhan ekonomi (PDB)
Angka ICOR yang dianggap memiliki tingkat produktivitas investasi yang baik
berada antara 3 – 4. Semakin tinggi ICOR memberikan indikasi kemungkinan terjadi
inefisiensi dalam penggunaan investasi (Widodo, 1990).
Dari berbagai pendapat tentang definisi mengenai investasi, dapat disimpulkan
bahwa investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau
pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang
2.3. Pengaruh Investasi Bagi Suatu Perekonomian
Investasi dalam berbagai bentuknya akan memberikan banyak pengaruh kepada
perekonomian suatu negara ataupun dalam cakupan yang lebih kecil, daerah. Karena
dengan terciptanya investasi akan membawa suatu negara/daerah pada kegiatan
ekonomi tertentu. Investasi yang akan berlanjut dengan suatu proses produksi akan
menciptakan lapangan kerja, menciptakan barang-barang dan jasa untuk dipasarkan
kepada konsumen dan interaksi antara produsen, dalam hal ini investor dan konsumen
dalam menawarkan dan mengkonsumsikan barang-barang atau jasa pada gilirannya
akan menciptakan kemajuan perekonomian dalam suatu negara/daerah.
Pengeluaran investasi merupakan hal yang sering dibahas dalam ekonomi
makro karena pengeluaran investasi menentukan tingkat pertambahan stok capital
dalam perekonomian, di mana stok kapital ini sangatlah menentukan tingkat
pertumbuhan suatu negara dalam jangka panjang (Kelana,1996).
Investasi yang ditanamkan di dalam suatu perekonomian salah satunya
ditentukan oleh adanya permintaan (demand) dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi
atas barang-barang konsumsi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga
merangsang tumbuhnya investasi-investasi baru. Seperti yang kita ketahui bahwa
pendapatan yang diperoleh masyarakat akan digunakan untuk konsumsi dan mungkin
sebagian lagi akan digunakan untuk ditabung. Sehingga apabila penggunaan
pendapatan untuk konsumsi dilambangkan dengan C dan penggunaan pendapatan
Khusus untuk kondisi di negara sedang berkembang, di mana pendapatan
(income) masyarakat relatif rendah, hal ini disebabkan karena kemampuan dalam
pemupukan modal juga relatif rendah yang disebabkan oleh lemahnya kemampuan
menabung dari masyarakat yang tentu saja akan menciptakan kondisi yang diskondusif
bagi terciptanya lembaga-lembaga keuangan. Padahal faktor-faktor tersebut sangat
diperlukan di dalam proses pembangunan guna memacu pertumbuhan ekonomi.
Pembentukan modal merupakan faktor yang paling penting dan strategis di
dalam proses pembangunan ekonomi. Pembentukan modal ini dapat juga disebut
sebagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Dalam proses pembentukan
modal ini, ada tiga tingkatan proses yang dilewati, yaitu pertama, kenaikan tabungan
nyata yang bergantung pada kemauan dan kemampuan untuk menabung dari
masyarakat. Kedua, keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan
dan menyalurkan tabungan agar dapat menjadi dana yang dapat diinvestasikan. Ketiga,
penggunaan tabungan untuk tujuan investasi pada barang-barang modal di perusahaan.
Pembentukan modal juga berarti pembentukan keahlian, karena keahlian kerap
kali berkembang sebagai akibat pembentukan modal. Pembentukan keahlian jelas
merupakan salah satu dampak dari adanya perkembangan investasi di mana investasi
yang terus berkembang akan menuntut perkembangan teknologi yang ada (Jhingan,
1994).
Dalam konteks yang lain, penciptaan investasi juga membawa pengaruh
kepada perkembangan suatu daerah. Dampak tersebut disebut dengan spread effect
perkembangan baik/positif bagi daerah lainnya, seperti tumbuhnya industri-industri
pelengkap atau penunjang bagi industri utama di daerah pusat investasi.
2.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan sebagai estimasi total produk
barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari
penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan
yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut
tidaklah diperhitungkan.
Mankiw (2006) dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan
dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Produk
Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi
dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut (Saggaf, 1999)
dalam konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah,
yang menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan perekonomian daerah. Dengan
menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga berlaku maupun atas
dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai keberhasilan
pembangunan di suatu daerah, yang memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang
mewakili peningkatan produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada
Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep regional, pertumbuhan
Bagi suatu daerah provinsi, kabupaten/kota gambaran PDRB yang mencerminkan
adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi
yang meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas
dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan
komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya.
Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data konsumsi rumah tangga, konsumsi
pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor.
Sedangkan pertumbuhan ekonomi daearah dirumuskan sebagai berikut:
PDRBt - PDRBt-1
PED = x 100 %
PDRBt-1
Di mana: PED = Pertumbuhan Ekonomi Daerah
PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto Periode Tertentu
PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto Periode Sebelumnya
Menurut Kusmadi dalam (Prihatin, 1999) produk domestik regional bruto
(PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan pembangunan
di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh
sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto atau nilai
tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi,
dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode di suatu negara atau
wilayah tertentu.
Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan
primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses
tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk dalam sektor ini
adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Untuk sektor
ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor
sekunder, yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum
serta sektor bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor perdagangan,
hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bank dan lembaga
keuangan lainnya serta sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier
(Sitorus, dkk., dalam Prihatin, 1999).
Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara lain:
1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari suatu lapangan usaha/sektor
atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan
nasional.
2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan
memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara
mengalokasikan angka pendapatan nasional dan sebagai dasar alokasi adalah
jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan tenaga
kerja, serta alokator tidak langsung.
Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan
metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kota Medan (BPS
Metode dimaksud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain :
1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah dari
barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara
mengurangkan biaya tiap-tiap sektor/sub sektor.
2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah setiap
sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor
produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung netto.
3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah
suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan
jasa yang diproduksi.
Pendekatan yang umum digunakan Negara Republik Indonesia adalah dari segi
Pendekatan Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil produksi
barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double Countung/Multiple
Counting). Hal tersebut penting sebab sering terjadi bahan mentah suatu sektor
dihasilkan oleh sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada
sektor yang menghasilkannya.
Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral
umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan
atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar .
Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto
ini penilaian terhadap produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan
dengan menggunakan harga berlaku pada masing-masing tahun.
Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku
secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai
perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya
harga-harga. Oleh kartena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya faktor
perubahan harga (inflasi/deflasi).
Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap
suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara
yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan
harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan
produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah
dikeluarkan.
Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi
suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju
pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi
berbagai sektor.
Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB maupun
pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi menurut
sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada
masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri, perdagangan,
2.5. Pengeluaran Pemerintah
Dalam melaksanakan semua kegiatan, pemerintah membutuhkan sejumlah
pembiayaan. Dalam hal ini didukung oleh penerimaan pemerintah baik yang berasal
dari penerimaan daerah maupun penerimaan pembangunan. Kegiatan pemerintah yang
berupa pengeluaran pemerintah dibagi dua yaitu: pengeluaran rutin dan pengeluaran
pembangunan. Pengeluaran rutin adalah bagian yang biasanya dibelanjakan setiap
tahun anggarannya secara teratur. Pengeluaran pembangunan adalah bagian dari
pengeluaran yang khusus digunakan untuk pengeluaran pembangunan daerah.
Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos
utama yang dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.
2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai, perubahan gaji pegawai yang
mempunyai proses makroekonomi di mana perubahan gaji pegawai akan
mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.
3. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment adalah bukan
pembelian barang/jasa oleh pemerintah di pasar barang, akan tetapi pos ini
mencatat pembayaran atau pemberian pemerintah langsung kepada warganya,
misalnya: pembayaran subsidi atau bantuan langsung tunai kepada berbagai
golongan masyarakat. Pembayaran pensiun, pemabayaran pinjaman pemerintah
kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai pengaruh yang
sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administratif keduanya berbeda
Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya
kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemrintah itu, semakin besar dan
banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang
bersangkutan.
Menurut Suparmoko (1996) sifat-sifat pengeluaran pemerintah:
1. Pengeluran yang self liquidating sebagian atau seluruhnya yaitu pengeluaran
pemerintah yang berupa pemberian jasa kepada masyarakat yang pada akhirnya
adanya pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasa-jasa tersebut.
2. Pengeluaran pemerintah yang bersifat reproduktif, artinya mewujudkan
keuntungan-keuntungan ekonomi bagi masyarakat, dengan naiknya tingkatan
penghasilan dan sasaran pajak yang lain yang akhirnya menaikkan penerimaan
pemerintah.
3. Pengeluaran yang tidak self liquidating maupun yang tidak reproduktif yaitu
pengeluaran yang langsung menambah kesejahteraan masyarakat.
4. Pengeluran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan.
Misalnya: untuk pembiayaan pertahanan dan perang.
5. Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah pada hakekatnya ditentukan
oleh potensi sumber daya alam yang ada, prasarana dan sarana yang dibangun, modal
yang tersedia serta kemampuan sumber daya manusia di masing-masing daerah.
Keempat sumber daya tersebut harus cukup tersedia untuk menunjang pembangunan
diinginkan diperlukan mekanisme pembangunan yang lebih sistematis. Yang dimaksud
dengan mekanisme pembangunan adalah gerak ke depan dari suatu sistem yang
berdimensi pada produksi, pendapatan, tingkat hidup, sikap, kelembagaan serta
kebijakan. Mekanisme pembangunan ini ditopang oleh sumber-sumber berupa modal
fisik, modal manusia dan modal kelembagaan. Dalam usaha untuk meningkatkan
pembangunan, ketiga-tiganya harus ditingkatkan kuantitasnya, diperbaiki kualitasnya
dan dimanfaatkan secara lebih efisien. Jumlah penyediaan modal fisik ini dapat diukur
dengan uang. Modal fisik dalam hal ini diasumsikan mewakili modal keseluruhan,
sedangkan pendapatan nasional dianalogkan dengan produksi nasional, sehingga
walaupun kurang tepat, suatu kenaikan pendapatan nasional dapat dipergunakan
sebagai ukuran kemajuan ekonomi (Kunarjo, 1996).
Walaupun pengeluaran pemerintah secara keseluruhan sangat penting dalam
sumbangannya terhadap pendapatan nasional, tetapi yang lebih penting lagi adalah
penentuan komposisi dari pengeluaran pemerintah. Komposisi dari pengeluaran
pemerintah merupakan strategi untuk mencapai sasaran dari pembangunan nasional.
Dengan komposisi pengeluaran akan terjawab pertanyaan pengeluaran mana kiranya
yang lebih diprioritaskan. Misalnya apakah pengeluaran rutin harus lebih besar dari
biaya pembangunan ataukah sektor pertahanan diperbesar lebih dari anggaran untuk
sektor-sektor lainnya (Kunarjo, 1996).
Anggaran belanja yang seimbang pada umumnya dititik beratkan pada
perbaikan dan rehabilitasi prasarana. Di samping itu, anggaran belanja juga memegang
melalui sistem perbankan. Dalam menyalurkan dana-dana kredit ke bidang-bidang
produksi yang diprioritaskan, pemerintah mempergunakan suku bunga pinjaman yang
berlainan tergantung sektor apa yang menjadi prioritas pembangunan, akan mendapata
bunga pinjaman yang diprioritaskan.
2.6. Ekspor
Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan
barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.
Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain,
termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu
(Triyoso, 1984 dalam Jawas, 2008).
Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara
memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya
menaikkan jumlah out put dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat out put
yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan
ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 1975 dalam Jawas, 2008)).
Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang
pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan memperbesar kapasitas
konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke
sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai
produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin
usaha pembangunan mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi
yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor
produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias
produktifitas tenaga kerja. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam
menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro dan Smith,
2004).
Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya,
setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional
yang berorientasi ke luar. Dalam semua kasus, kemandirian yang didasarkan pada
isolasi, baik yang penuh maupun yang hanya sebagian, tetap saja secara ekonomi akan
lebih rendah nilainya daripada partisispasi ke dalam perdagangan dunia yang
benar-benar bebas tanpa batasan atau hambatan apapun (Todaro dan Smith, 2004).
2.7. Tingkat Suku Bunga SBI (BI rate)
Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan utang
berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia
dengan system diskonto. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh
kepemilikan maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI.
Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank dapat
membeli SBI di pasar perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di
pasar sekunder. (Wtjaksono, 2010)
Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme lelang pada
SBI diterbitkan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan
satuan unit terkecil sebesar Rp1 juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan
tenor 1 bulan dan 3 bulan. Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan secara mingguan
sedangkan SBI tenor 3 bulan dilakukan secara triwulanan. Peserta lelang SBI terdiri
dari bank umum dan pialang pasar uang Rupiah dan Valas(www.bi.go.id).
Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu
melalui Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan
tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia) dan dengan Fixed Rate Tender
(peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang
ditetapkan oleh Bank Indonesia).
Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI rate (suku
bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan oleh Bank
Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang
digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Definisi BI
rate sendiri menurut Bank Indonesia adalah suku bunga instrument sinyaling Bank
Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur triwulanan untuk berlaku
selama triwulan berjalan, kecuali ditetapkan berbeda oleh Rapat Dewan Gubernur
bulanan dalam triwulan yang sama (www.bi.go.id).
BI rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian
moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI 1 bulan hasil
lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1
jangka yang lebih panjang. Perubahan BI rate (SBI tenor 1 bulan) ditetapkan secara
konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps).
BI rate ditetapkan oleh dewan gubernur dengan mempertimbangkan hal-hal
sebagai berikut:
1) Rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model
ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi
2) Berbagai informasi lainnya seperti indikator makro ekonomi, survey, pendapat ahli,
hasil-hasil riset ekonomi, dll.
Saat ini Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai salah
satu instrumen untuk mengedalikan inflasi. Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi
maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI untuk meredam
kenaikan inflasi. Perubahan tingkat suku bunga SBI akan memberikan pengaruh bagi
pasar modal dan pasar keuangan.
Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan
beban bunga. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akan mendapatkan
dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga
ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh
terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan.
Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat
menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini
terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh bank-bank komersial
lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor
akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri
merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor
dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran
sehingga akan menyebabkan penurunan indeks harga saham.
Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi
di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan
berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang
masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang
dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat
pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan,
yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut
(Sunariyah dalam Witjaksono, 2010).
2.8. Penelitian Sebelumnya
Adapun penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi
Tabel 2.1. Reviw Penelitian Sebelumnya
No Peneliti Variabel Hasil Penelitian
1 Prawatyo (1994) PDB, penegeluaran
pemerintah, suku bunga luar negeri, impor barang modal dan bahan baku sebagai faktor-faktor yang
mempengaruh investasi (PMA dan PMDN).
Produk domestik bruto (PDB), pengeluaran pemerintah dan suku bunga luar negeri memiliki pengaruh yang positif dan signifikan kecuali impor barang modal dan bahan baku yang tidak signifikan secara statistik terhadap investasi (PMA dan PMDN) di Indonesia. 2 Kerr and Peter
(2001)
Tingkat upah, nilai tukar, tingkat suku bunga, pajak yang dikenakan dan tingkat keterbukaan ekonominya (ekspor-impor) sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan FDI di China periode 1980-1998.
Hampir semua variabel yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan kecuali tingkat suku bunga.
3 Setiawan (2002) Pertumbuhan ekonomi (GDP), tingkat tabungan domestik (DSR), utang luar negeri (RFD), inflasi (INF) dan investasi asing langsung tahun sebelumnya (RFDI(-1)) sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung (FDI) di Indonesia.
Faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung (FDI) di Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi (GDP), tingkat tabungan domestik (DSR), utang luar negeri (RFD), inflasi (INF) dan investasi asing langsung tahun sebelumnya (RFDI(-1)) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan kecuali investasi asing langsung tahun sebelumnya tidak signifikan.
4 Sarwedi (2002) Variabel ekonomi (GDP, Growth,Wage dan Ekspor), variabel non ekonomi ( stabilitas politik (SP)) sebagai faktor yang mempengaruhinya investasi asing langsung di Indonesia (FDI).
Variabel ekonomi (GDP, Growth,Wage dan Ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI, sedangkan variabel non ekonomi yaitu stabilitas politik (SP) mempunyai hubungan negatif.
5 Erdal and Tatoglu (2002)
Besarnya pangsa pasar, keterbukaan ekonomi untuk barang-barang dari luar negeri, infrastruktur yang memadai dan pasar dalam negeri yang menarik, nilai tukar yang tidak stabil, dampak dari tidak stabilnya ekonomi selama kurun waktu yang diteliti yakni 1980 – 1998 sebagai
faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan
FDI di Turkey.
2.9. Kerangka Pemikiran
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian
2.10. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan dari beberapa kajian empiris yang telah
dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah
sebagai berikut: Ada pengaruh yang positif PDRB, pengeluaran pemerintah, nilai
ekspor dan suku bunga terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara.
PDRB
Pengeluaran pemerintah
Nilai Ekspor
Investasi Provinsi Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang diperkirakan
dapat mempengaruhi perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara. Faktor-faktor
tersebut antara lain: PDRB, pengeluaran pemerintah, nilai ekspor dan suku bunga di
Provinsi Sumatera Utara.
3.2. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Provinsi Sumatera Utara.
3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang
mempengaruhi perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara adalah data sekunder
dengan jenis data time series selama kurun waktu 25 tahun yaitu dari 1985 - 2009.
Data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera
Utara, Badan Investasi dan Promosi Provinsi Sumatera Utara, dan sumber-sumber
lainnya, yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian yang terkait dalam penelitian ini.
Adapun data yang diperlukan antara lain total investasi baik PMA dan PMDN di
Provinsi Sumatera Utara dalam satuan milyar rupiah, PDRB dalam satuan milyar
rupiah, pengeluaran pemerintah dalam satuan milyar rupiah, nilai ekspor dalam satuan
3.4. Analisis Data
Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi
Provinsi Sumatera Utara selama kurun waktu 1985 – 2009 dilakukan analisis dengan
menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Sebagai variabel terikat
(dependent variable) dalam penelitian ini adalah total investasi (PMA dan PMDN)
Provinsi Sumatera Utara dan sebagai variabel bebas (independent variable) adalah
pendapatan regional, pengeluaran pemerintah, nilai ekspor dan suku bunga. Untuk itu
fungsi persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
INV = f(PR, PP, NE, SB) ……….………(1)
Dari fungsi tersebut di atas, kemudian dispesifikasikan ke dalam model
ekonometrika sebagai berikut (Sarwoko, 2005):
INV = b0 + b1PR+ b2PP+ b3NE+ b4
dimana :
SB µ
INV = Total Investasi (PMA dan PMDN) Provinsi Sumatera Utara (milyar
rupiah)
PR = PDRB (milyar rupiah)
PP = Pengeluaran pemerintah (milyar rupiah)
NE = Nilai ekspor (jutaan dollar)
3.4.1. Uji Kesesuaian
Suatu masalah yang erat hubungannya dengan penaksiran koefisien regresi
adalah kesesuaian (goodness of fit) regresi sampel secara keseluruhan. Kebaikan sesuai
diukur dengan koefisien determinasi R2, yang mengatakan proporsi variasi variabel
tidak bebas yang dijelaskan oleh variabel yang menjelaskan. R2
Pengujian satistik dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-test) dan uji-F
(F-test) serta perhitungan nilai koefisien determinasi R
ini mempunyai
jangkauan antara 0 dan 1, semakin dekat ke 1 maka semakin baik kesesuiannya.
2
. Uji-t dimaksud untuk
mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Sedangkan uji-F
dimaksudkan untuk mengetahui signikasi statistik koefisien regresi secara bersama.
Koefisien determinasi R2
3.4.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik
bertujuan untuk melihat kekuatan variabel bebas
menjelaskan variabel tidak bebas.
Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang
secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah ditentukan,
bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk.
Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang terdiri dari:
1. Uji Normalitas Data
Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi
variable penggangu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina, 2008). Data
yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki