• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Investasi Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Investasi Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN INVESTASI PROVINSI

SUMATERA UTARA

TESIS

Oleh

RO SINTONG JEITA. SM

097003011/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

M E D A N

S

E K O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PERKEMBANGAN INVESTASI DI PROVINSI

SUMATERA UTARA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

RO SINTONG JEITA SM

097003011/PWD

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INVESTASI PROVINSI SUMATERA UTARA

Nama Mahasiswa : Ro Sintong Jeita SM Nomor Pokok : 097003011

Program Studi : Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan (PWD)

Menyetujui,

Komisi Pembimbing

(Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak) (Dr. Drs. Rujiman, MA)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 26 Januari 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Erlina, SE, M.Si, Ph.D,Ak

Anggota : 1. Dr. Drs. Rujiman, MA

2. Prof. Dr. lic.rer.reg. Sirojuzilam, SE

(5)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INVESTASI PROVINSI

SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis klasifikasi pertumbuhan ekonomi kecamatan, ketimpangan antara kecamatan dan ketimpangan sektoral kecamatan di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara adalah data sekunder dengan jenis data time series selama kurun waktu 25 tahun yaitu dari 1985 – 2009.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa. secara simultan PDRB, pengeluaran pemerintah, nilai ekspor dan suku bunga Bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial PDRB, pengeluaran pemerintah dan nilai ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara, sedangkan suku bunga Bank tidak berpengaruh signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara.

(6)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE INVESTMENT DEVELOPMENT IN SUMATERA UTARA PROVINCE

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the classification of subdistrict-level economic growth, inter-subdistrict disparity and sectoral disparity of subdistricts in the City of Medan.

The data used to analyze the factors influencing the investment development in Sumatera Utara province in this study were secondary data with time series of 25 years from 1985 – 2009. The obtained were analyzed through multiple linear regression analysis.

The result of this study showed that simultaneously PDRB (Gross Regional Product), government’s expenditure, export rate and bank interest rate had positive and significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province. Partially, PDRB (Gross Regional Product), government’s expenditure, export rate had positive and significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province, while bank interest rate did not have any significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province.

Keywords: Investment, Gross Regional Product, Government’s Expenditure, Export Rate, Interest rate

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis dengan judul:

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Investasi Provinsi

Sumatera Utara. Tesis ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan Program Studi Perencanaan Pembangunan Wilayah dan

Pedesaan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

Dalam penyusunan tesis ini, penulis telah banyak mendapat bantuan, masukan

dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima

kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya, kepada yang terhormat Ibu Prof.

Erlina, SE.M.Si. Ph.D.Ak. selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Drs.

Rujiman, MA, selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak memberikan

arahan, bimbingan dan saran dalam proses penelitian dan penulisan untuk menyusun

tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan.

2. Bapak Prof. Dr. lic.rer.reg.Sirojuzilam, SE, selaku Ketua Program Studi

Perencanaan Pembangunan Wilayah dan Pedesaan Sekolah Pascasarjana USU

Medan dan sekaligus Dosen Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan

kritik untuk perbaikan hingga selesainya tesis ini.

3. Bapak Ir. Supriadi, MS dan Drs. Rahmad Sumandjaya, M.Si selaku Dosen

Pembanding yang telah banyak memberikan saran dan kritik untuk perbaikan

hingga selesainya tesis ini.

4. Seluruh dosen pengajar beserta staf administrasi yang telah banyak memberikan

(8)

5. Sembah sujud Ananda kepada Ayahnda M. Sagala. dan Ibunda D. br. Tarigan

yang telah mengasuh, membesarkan, mendidik dan mendo’akan dan selalu

memberi motivasi kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

6. Special thanx to my beloved Vidya Asana Muhain, yang telah memberikan

bantuan dan dorongan sehingga penulis dapat menyelesaikan studi ini..

7. Kepada saudara-sauadraku tercinta Adinda Endang Sagala dan Putra Sopar

Sagala, i always love u and miss u alls.

Akhirnya atas segala kekurangannya, kepada semua pihak dalam kaitan dengan

proses penyusunan tesis ini serta selama dalam proses pendidikan saya menyampaikan

permohonan maaf yang sebesar-besarnya dan penulis berharap semoga tesis ini dapat

bermanfaat bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Amiin.

Medan, Januari 2012

Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Ro Sintong Jeita SM lahir di Medan, 16 Januari 1986, dari pasangan M.

Sagala dengan D. br. Tarigan, dan merupakan anak pertama dari tiga bersaudara.

Penulis menyelesaikan pendidikan Dasar tahun 1998 di SD ASISI Medan.

Pada tahun 20031menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama pada

SMP ASISI Medan dan tahun 2004 menyelesaikan pendidikan Sekolah Lanjutan

Tingkat Atas di SMA Budi Murni 2 Medan. Kemudian pada tahun 2009

menyelesaikan pendidikan di Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN).

Sejak tahun 2009 sampai sekarang aktif bekerja sebagai PNS di Pemerintah

Kabupaten Serdang Bedagai. Tahun 2009 mengikuti pendidikan Sekolah Pascasarjana

(S-2) Universitas Sumatera Utara dalam bidang studi Perencanaan Pembangunan

(10)

DAFTAR ISI

2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah ... 8

2.2. Pengertian Investasi ... 14

2.3. Pengaruh Investasi Bagi Suatu Perekonomian ... 20

(11)

3.4. Analisis Data ... 38

3.5. Definisi Variabel Operasional Penelitian ... 42

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Hasil Penelitian ... 44

4.2. Pengujian Asumsi Klasih ... 49

4.3. Uji Hipotesis ... 53

4.4. Pembahasan ... 60

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 67

5.1. Kesimpulan ... 67

5.2. Keterbatan Penelitian ... 67

5.2. Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69

(12)

DAFTAR TABEL

Definisi dan Batasan Operasional Variabel ………...

Data Nilai dan Pertumbuhan Investasi, PDRB, Pengeluaran Pemerintah Nilai Ekspor, dan Suku Bunga Tahun 1985-2009 …..

Deskriptif Statistik Data Nilai Investasi, PDRB, Pengeluaran Pemerintah (Milyar Rupiah) Nilai Ekspor (000 US$) dan Suku Bunga Bank (%) ………...

Hasil Uji Multikolinieritas ……….

Hasil Uji Koefisien Determinasi ………

Hasil Uji Simultan ……….

Hasil Analisis Koefisien Regresi ………

(13)

Daftar Gambar

Nomor Judul Halaman

2.1.

4.1.

4.2.

4.3

Kerangka Pemikiran Penelitian ………..

HIstogram ...…...

Normal P-Plot of Regression Standarized Residual…………...

Grafik Scatterplots ……….

38

51

52

(14)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN INVESTASI PROVINSI

SUMATERA UTARA

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis klasifikasi pertumbuhan ekonomi kecamatan, ketimpangan antara kecamatan dan ketimpangan sektoral kecamatan di Kota Medan.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier berganda. Data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara adalah data sekunder dengan jenis data time series selama kurun waktu 25 tahun yaitu dari 1985 – 2009.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa. secara simultan PDRB, pengeluaran pemerintah, nilai ekspor dan suku bunga Bank berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara. Secara parsial PDRB, pengeluaran pemerintah dan nilai ekspor berpengaruh positif dan signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara, sedangkan suku bunga Bank tidak berpengaruh signifikan terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara.

(15)

THE ANALYSIS OF THE FACTORS INFLUENCING THE INVESTMENT DEVELOPMENT IN SUMATERA UTARA PROVINCE

ABSTRACT

The purpose of this study was to analyze the classification of subdistrict-level economic growth, inter-subdistrict disparity and sectoral disparity of subdistricts in the City of Medan.

The data used to analyze the factors influencing the investment development in Sumatera Utara province in this study were secondary data with time series of 25 years from 1985 – 2009. The obtained were analyzed through multiple linear regression analysis.

The result of this study showed that simultaneously PDRB (Gross Regional Product), government’s expenditure, export rate and bank interest rate had positive and significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province. Partially, PDRB (Gross Regional Product), government’s expenditure, export rate had positive and significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province, while bank interest rate did not have any significant influence on the investment development in Sumatera Utara Province.

(16)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pertumbuhan ekonomi merupakan laju pertumbuhan yang dibentuk dari

berbagai macam sektor ekonomi yang secara tidak langsung menggambarkan tingkat

pertumbuhan ekonomi yang terjadi. Bagi daerah, indikator ini penting untuk

mengetahui keberhasilan pembangunan di masa yang akan datang. Pembangunan

merupakan suatu proses perubahan yang berlangsung secara sadar, terencana dan

berkelanjutan dengan sasaran utamanya adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

hidup manusia atau masyarakat suatu bangsa.

Pertumbuhan ekonomi mencerminkan kegiatan ekonomi. Pertumbuhan

ekonomi dapat bernilai positif dan dapat pula bernilai negatif. Jika pada suatu periode

perekonomian mengalami pertumbuhan positif, berarti kegiatan ekonomi pada periode

tersebut mengalami peningkatan. Sedangkan jika pada suatu periode perekonomian

mengalami pertumbuhan negatif, berarti kegiatan ekonomi pada periode tersebut

mengalami penurunan.

Dalam mempercepat pembangunan nasional di segala bidang agar

terlaksananya tujuan dan cita-cita bangsa Indonesia, pemerintah memerlukan modal

untuk keperluan mempercepat pembangunan terbatas. Oleh karena itu, sebagai salah

satu aspek dalam kebijakan pemerintah perlu melakukan usaha-usaha agar

(17)

Adanya mekanisme penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan

produksi suatu negara. Begitu juga halnya dengan investasi yang merupakan langkah

awal kegiatan pembangunan ekonomi. Dalam upaya menumbuhkan perekonomian,

setiap negara senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat menggairahkan

investasi. Sasaran yang dituju bukan hanya masyarakat atau kalangan swasta dalam

negeri, tapi juga investasi asing.

Penerimaan investasi dalam negeri maupun investasi asing merupakan salah

satu pos penerimaan Negara yang memberikan kontribusi cukup potensial dalam hal

pembiayaan anggaran dan belanja negara. Laju pertumbuhan perekonomian yang

didasarkan pada alur investasi positif menggambarkan gerak pacu positif dengan

dukungan beberapa faktor penunjang lainnya. Pertumbuhan ekonomi dan

hubungannya dengan keberlanjutan pembangunan diketahui bahwa peningkatan output

sektor-sektor ekonomi riil dapat dibentuk melalui mekanisme pertambahan kapasitas

produksi.

Dalam suatu pembangunan sudah pasti diharapkan terjadinya pertumbuhan.

Untuk mencapai sasaran tersebut, diperlukan sarana dan prasarana, terutama dukungan

dana yang memadai. Disinilah peran serta investasi mempunyai cakupan yang cukup

penting karena sesuai dengan fungsinya sebagai penyokong pembangunan dan

pertumbuhan nasional melalui pos penerimaan negara sedangkan tujuannya adalah

untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan

pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional ke arah peningkatan

(18)

Investasi merupakan salah satu motor penggerak pertumbuhan ekonomi. Pada

perekonomian tertutup, sumber dana investasi semata-mata berasal dari tabungan

domestik. Sedangkan pada perekonomian terbuka sumber dana dapat diperoleh melalui

dana dari luar wilayah. Pertumbuhan produksi pada dasarnya dipengaruhi oleh

perkembangan faktor-faktor produksinya. Salah satu faktor produksi tersebut adalah

modal (investasi). Banyak studi menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi suatu

daerah erat kaitannya dengan tingkat produktivitas penggunaan modal (investasi).

Usaha pengerahan modal untuk maksud tersebut dapat dibedakan dalam

pengerahan modal dalam negeri dan pengerahan modal dari luar negeri. Dalam rangka

pemanfaatan modal dalam negeri yakni bagian dari kekayaan masyarakat Indonesia,

termasuk hak-hak dan benda-benda baik yang dimiliki oleh negara maupun swasta

nasional atau swasta asing yang berdomisili di Indonesia untuk diabadikan kepada

pembangunan ekonomi nasional telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 6

Tahun 1968 (UU No.6/1968) tentang penanaman modal dalam negeri (PMDN).

Sedangkan dalam rangka pemanfaatan modal luar negeri untuk diabadikan pada

pembangunan ekonomi nasional telah ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 1

Tahun 1967 (UU No.1/1967) tentang penanaman modal asing (PMA).

Penanaman modal merupakan langkah awal kegiatan produksi. Dengan posisi

semacam itu, investasi pada hakekatnya juga merupakan langkah awal kegiatan

petumbuhan ekonomi. Dinamika penanaman modal mempengaruhi tinggi rendahnya

(19)

karena itu, pembangunan nasional senantiasa berusaha menciptakan iklim yang dapat

menggairahkan investasi.

Semenjak diberlakukannya UU No.1 tahun 1967 Jo No.11 tahun 1970 tentang

penanaman modal asing (PMA) dan UU No.6 tahun 1968 Jo No.12 tahun 1970 tentang

penanaman modal dalam negeri (PMDN), investasi cenderung terus meningkat dari

tahun ke tahun. Walaupun demikian pada tahun-tahun tertentu sempat juga terjadi

penurunan. Kecendrungan peningkatan bukan hanya berlangsung pada investasi oleh

kalangan masyarakat atau sektor swasta baik PMDN atau PMA, namun juga

penanaman modal oleh pemerintah.

Pengeluaran pemerintah merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk

membiayai program-program pembangunan sehingga anggarannya selalu disesuaikan

dengan dana yang berhasil dimobilisasi. Dana ini kemudian dialokasikan pada

berbagai sektor sesuai dengan prioritas yang direncanakan dalam program

pembangunan daerah.

Sementara itu prioritas penanaman modal yang berasal dari luar negeri

diberikan pada pembiayaan yang berbentuk investasi asing langsung atau PMA.

Penanaman modal asing (PMA) lebih didorong untuk kegiatan ekspor dan kegiatan

pembangunan yang dilakukan oleh modal dan kemampuan teknologi dalam negeri.

Pada dasarnya dalam melaksanakan pembangunan ekonomi, akumulasi uang

luar negeri merupakan suatu gejala yang wajar. Hal ini dikarenakan kondisi tabungan

dalam negeri yang masih rendah sehingga tidak memungkinkan untuk dilakukannya

(20)

cukup untuk membiayai pembangunan tersebut, pada umumnya menutup kesenjangan

tersebut dengan mencari sumber dari luar negeri. Sehingga tidak mengherankan

apabila begitu besarnya arus modal dari negara maju mengalir ke negara sedang

berkembang termasuk di antaranya Indonesia. Untuk itu pemerintah harus berusaha

untuk menarik dana pinjaman dari para donator yang berasal dari luar negeri.

Provinsi Sumatera Utara sebagai bagian integral dari negara kesatuan Republik

Indonesia juga melaksanakan pembangunan daerah seperti Provinsi lainnya di

Indonesia. Untuk pembangunan daerah di Provinsi Sumatera Utara tentunya

memerlukannya dana pembangunan yang tidak sedikit. Untuk itu pemerintah Provinsi

Sumatera Utara dalam menyediakan modal untuk keperluan mempercepat proses

pembangunan membuka diri bagi pihak swasta, baik swasta nasional maupun swasta

asing untuk menanamkan modalnya di Provinsi Sumatera Utara.

Ditinjau dari sumber daya alam yang dimiliki daerah Provinsi Sumatera

mempunyai peluang yang sangat besar untuk aktivitas penanaman modal baik

penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman dalam negeri (PMDN), hal ini

dikarenakan tersedianya berbagai bahan mentah dari hasil pertanian, perkebunan,

perikanan dan peternakan yang kesemuanya dapat dipergunakan untuk pengembangan

sektor industri. Di samping itu terdapat pula potensi yang besar dari sektor-sektor

lainnya seperti sektor pariwisata, sektor perindustrian dan lain sebagainya.

Adanya penanaman modal yang dilakukan pihak swasta baik yang datang dari

luar negeri maupun dalam negeri, diharapkan dapat memacu pertumbuhan ekonomi

(21)

kegiatan-kegiatan ekonomi lainnya dan pada akhirnya akan memperluas kesempatan

kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Melihat pentingnya peranan

penanaman modal baik yang dilakukan pihak swasta maupun asing, maka penulis

tertarik untuk mengkaji dan menganalisis dalam tesis ini yang berjudul “ Analisis

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Investasi Provinsi Sumatera

Utara”.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan yang akan dianalisis dalam

penelitian ini adalah: Apakah PDRB, pengeluaran pemerintah, nilai ekspor, dan suku

bunga berpengaruh terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh PDRB,

pengeluaran pemerintah, nilai ekspor, dan suku bunga terhadap perkembangan

investasi Provinsi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain:

1. Sebagai penambahan wawasan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara dan

(22)

2. Sebagai bahan pertimbangan dan masukan bagi pemerintah Provinsi Sumatera

Utara untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi

sehingga dapat mengambil kebijakan yang tepat dalam menarik investor.

3. Sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya terutama yang berminat untuk

meneliti tentang perkembangan investasi dalam ruang lingkup dan kajian yang

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pembangunan Ekonomi Daerah

Pengertian pembangunan ekonomi (economic development) dan pertumbuhan

ekonomi (economic growth) adalah sebagai kenaikan dalam produk domestik bruto

(PDB) yang dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan pendapatan

per kapita penduduk suatu masyarakat meningkat dalam jangka panjang (Sukirno,

2000).

Chenery (dalam Arsyad, 1999) mengartikan pembangunan ekonomi sebagai

perangkat yang saling berkaitan dalam struktur perekonomian yang diperlukan bagi

terciptanya pertumbuhan yang terus menerus. Pembangunan ekonomi sebagai suatu

proses perubahan struktur yang ditandai dengan peningkatan sumbangan sektor

industri, manufaktur dan jasa-jasa dalam pembentukan PDB di suatu pihak dan

menurunnya pangsa (share) sektor pertanian dalam pembentukan PDB di pihak lain.

Sedangkan Todaro (2000) menyebutkan bahwa pembangunan bukan hanya

fenomena semata, namun pada akhirnya pembangunan tersebut harus melampaui sisi

materi dan keuangan dari kehidupan manusia. Dengan demikian pembangunan

idealnya dipahami sebagai suatu proses yang berdimensi jamak, yang melibatkan

masalah pengorganisasian dan peninjauan kembali keseluruhan sistem ekonomi dan

sosial. Sedangkan berdimensi jamak dalam hal ini artinya membahas

(24)

Pembangunan ekonomi merupakan proses multidimensional yang melibatkan

perobahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa dan

lembaga nasional termasuk pula percepatan (akselerasi) pertumbuhan ekonomi,

pengurangan, ketimpangan dan pemberantasan kemiskinan absolut (Todaro, 2000).

Menurut Arsyad (1999) pembngunan ekonomi adalah suatu proses yang

menyebabkan pendapatan per kapita penduduk suatu negara meningkat dalam jangka

panjang. Definisi ini menyimpulkan bahwa pembangunan ekonomi mempunyai tiga

sifat penting, yaitu: a) Suatu proses yang berarti perubahan yang terjadi terus menerus,

b) Usaha untuk menaikkan pendapatan per kapita, dan c) Kenaikan pendapatan per

kapita itu harus terus berlangsung dalam jangka panjang.

Djoyohadikusumo (1994) pembangunan ekonomi adalah suatu usaha

memperbesar pendapatan perkapita dan menekan produktivitas perkapita dengan jalan

menambah peralatan modal dan menambah skill, atau pembangunan ekonomi adalah

menambah skill agar satu sama lainnya membawa pendapatan perkapita yang lebih

tinggi.

Menurut Badan Pusat Statistik Kota Medan (2010) pembangunan ekonomi

merupakan serangkaian usaha dan kebijaksanaan yang bertujuan untuk meningkatkan

taraf hidup masyarakat, memperluas lapangan kerja, pemerataan pembagian

pendapatan, meningkatkan hubungan ekonomi regional dan mengusahakan pergesaran

kegiatan ekonomi dari sektor pertanian ke sektor sekunder dan tersier. Dengan kata

lain arah dari pembangunan ekonomi adalah mengusahakan agar pendapatan

(25)

dengan yang digariskan dalam UUD 1945 yaitu mencapai masyarakat adil dan

makmur.

Sebagai suatu proses, pembangunan ekonomi berhubungan dengan perubahan

dalam komposisi dari input dan output dari ekonomi. Perubahan-perubahan ini akan

menyebabkan perubahan dalam segala perbaikan pada kondisi masyarakat. Tujuan

utama dari pembangunan adalah inkorporasi dalam produksi dan memuaskan segala

aktifitas dari masyarakat yang berpartisipasi. Kegiatan produktif ini memiliki

bermacam fungsi seperti kegiatan menghasilkan pendapatan, merubah bahan mentah

menjadi barang dan jasa yang siap untuk dikonsumsi.

Krisnamurthi (1995) pembangunan ekonomi yang berhasil harus memiliki

empat dimensi pokok, yaitu pertumbuhan ekonomi, pengurangan kemiskinan,

perubahan atau transformasi struktur ekonomi dan kesinambungan pembangunan itu

sendiri. Sedangkan menurut Jhingan (2010) pembangunan ekonomi tidak dapat dicapai

semata-mata dengan menyingkirkan hambatan yang menghalangi kemajuan ekonomi.

Syarat utama bagi pembangunan ekonomi ialah proses pertumbuhannya harus

bertumpu pada kemampuan perekonomian di dalam negeri.

Analisis pembangunan ekonomi perlu dipandang sebagai suatu proses yang

saling berkaitan dan berhubungan serta saling mempengaruhi antara faktor-faktor yang

menghasilkan pertumbuhan ekonomi (Sukirno, 2000).

Sasaran utama dari pembangunan nasional adalah meningkatkan pertumbuhan

ekonomi serta pemerataan hasil-hasilnya demikian juga ditujukan bagi pemantapan

(26)

kedaerahan. Dengan demikian para perencana pembangunan nasional harus

mempertimbangkan aktifitas pembangunan dalam konteks kedaerahan tersebut sebab

masyarakat secara keseluruhan adalah bisnis dan bahkan merupakan faktor yang

sangat menentukan bagi keberhasilan pembangunan nasional.

Sehubungan dengan keterangan di atas maka perlu diuraikan pengertian

pembangunan daerah seperti dikemukakan oleh Sukirno (2000) yaitu:

1. Sebagai pembangunan negara ditinjau dari sudut ruang atau wilayahnya dan dalam

konteks ini istilah yang paling tepat digunakan adalah pembangunan wilayah.

2. Strategi pembangunan daerah dimaksudkan sebagai suatu langkah untuk

melengkapi strategi makro dan sektoral dari pembangunan nasional.

Dengan dilaksanakannya pembangunan wilayah bukanlah semata-mata

terdorong oleh rendahnya tingkat hidup masyarakat melainkan merupakan keharusan

dalam meletakkan dasar-dasar pertumbuhan ekonomi nasional yang sehat, untuk masa

yang akan datang. Dengan dilaksanakannya pembangunan daerah diharapkan dapat

menaikkan taraf hidup masyarakat sekaligus merupakan landasan pembangunan

nasional akan berhasil apabila pembangunan masyarakat berhasil dengan baik.

Pembangunan daerah merupakan pembangunan yang segala sesuatunya

dipersiapkan dan dilaksanakan oleh daerah, mulai dari perencanaan, pembiayaan,

pelaksanaan sampai dengan pertanggungjawabannya. Dalam kaitan ini daerah

memiliki hak otonom. Sedangkan pembangunan wilayah merupakan kegiatan

(27)

oleh pusat, sedangkan pelaksanaannya bisa melibatkan daerah di mana tempat kegiatan

tersebut berlangsung (Munir, 2002).

Perbedaan kondisi daerah membawa implikasi bahwa corak pembangunan

yang diterapkan di setiap daerah akan berbeda pula. Peniruan mentah-mentah terhadap

pola kebijaksanaan yang pernah diterapkan dan berhasil pada suatu daerah, belum

tentu memberi manfaat yang sama bagi daerah yang lain (Munir, 2002).

Pada dasarnya pembangunan daerah dilakukan dengan usaha-usaha sendiri dan

bantuan teknis serta bantuan lain-lain dari pemerintah. Dalam arti ekonomi

pembangunan daerah adalah memajukan produksi pertanian dan usaha-usaha pertanian

serta industri dan lain-lain yang sesuai dengan daerah tersebut dan berarti pula

merupakan sumber penghasilan dan lapangan kerja bagi penduduk.

Dalam strategi pembangunan wilayah aspek-aspek pokok yang peting

dipecahkan adalah: di daerah-daerah mana serangkaian pembangunan selayaknya

dijalankan. Untuk beberapa proyek letak daerahnya sudah khusus dan tidak dapat lagi

dipindahkan, seperti proyek bendungan untuk tenaga listrik dan irigasi, proyek

pertambangan dan sebagainya.

Dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruhnya

masayarakat Indonesia, pembangunan daerah perlu dipacu secara bertahap. Untuk

menjamin agar pembangunan daerah dapat memberikan sumbangan yang maksimal

dalam keseluruhan usaha pembangunan nasional haruslah dilakukan kordinasi yang

baik antara keduanya. Hal ini berarti bahwa pemerintah daerah harus

(28)

Sebelum suatu daerah menyusun berbagai langkah-langkah dalam

pembangunan daerahnya dengan demikian suatu daerah mempunyai kekuasaan yang

lebih terbatas dalam usaha mencapai tujuan pembangunannya sebab program

pembangunan daerah yang akan dilaksanakan suatu daerah tidak dapat bertentangan

dengan program pembangunan yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.

Jadi pada hakekatnya perencanaan pembangunan yang dilaksanakan oleh

sesuatu daerah merupakan pelengkap perencanaan pembangunan yang dilaksanakan

oleh pemerintah pusat yaitu membuat suatu program untuk menyebarkan

proyek-proyek ke berbagai daerah dengan tujuan agar penyebaran tersebut akan memberikan

sumbangan yang optimal kepada usaha pemerintah untuk membangun.

Namun dalam prakteknya tujuan tersebut tidak selalau tercapai karena

perencanaan yang jauh dari sempurna oleh sesuatu daerah, organisasi tidak efisien,

kurangnya informasi mengenai potensi daerah dan berbagai faktor lain. Sebagai akibat

banyaknya kekurangan dalam merumuskan dan melaksanakan penyebaran

proyek-proyek ke berbagai daerah, pemerintah daerah dengan bantuan badan perencana daerah

yang bersangkutan haruslah secara aktif membantu perumusan rencana pembangunan

yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat.

Dalam mewujudkan sasaran jangka panjang pembangunan, yakni menuju

masyarakat yang adil dan makmur telah dilakukan berbagai upaya yang mengarah

pada tercapainya cita-cita tersebut. Pembangunan daerah yang merupakan rangkaian

yang utuh dari pembangunan nasional pada beberapa tahun terakhir telah mulai

(29)

2.2. Pengertian Investasi

Investasi merupakan salah satu faktor penting dalam menentukan tingkat

pendapatan nasional. Kegiatan investasi memungkinkan suatu masyarakat terus

menerus meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesempatan kerja, meningkatkan

pendapatan nasional dan taraf kemakmuran (Sukirno, 2000). Adanya

investasi-investasi baru memungkinkan terciptanya barang modal baru sehingga akan menyerap

faktor produksi baru yaitu menciptakan lapangan pekerjaan baru atau kesempatan kerja

yang akan menyerap tenaga kerja yang pada gilirannya akan mengurangi

pengangguran.

Dengan demikian akan menambah output dan pendapatan baru pada faktor

produksi akan menambah output nasional sehingga akan terjadi pertumbuhan

ekonomi. Melihat kondisi Indonesia yang sedimikian rupa maka peningkatan modal

sangat berperan penting untuk meningkatkan perekonomian, oleh karena itu

pemerintah dan swasta berupaya meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui

penghimpunan dana yang diarahkan pada kegiatan ekonomi produktif yaitu dengan

menggenjot investasi, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal

dalam negeri serta penimgkatan volume perdagangan luar negeri melalui ekspor guna

menambah cadangan devisa.

Penanaman modal atau lebih sering disebut investasi mempunyai banyak

pengertian yang berbeda di antara para pakar ekonomi. Deliarnov (1995) dalam

(30)

mesin dan peralatan pabrik serta semua peralatan modal lain yang diperlukan dalam

proses produksi. Pengeluaran untuk keperluan bangunan kantor, pabrik tempat tinggal

karyawan dan bangunan konstruksi lainnya. Perubahan nilai stok atau barang cadangan

sebagai akibat dari perubahan jumlah dan harga.

Untuk membangun daya saing, suatu bangsa harus menerapkan kebijakan yang

jelas dan terpadu bagi investasi asing langsung, industri dan perdagangan. Tidaklah

mengherankan bahwa beberapa negara berkembang yang sebelumnya tidak menerima

perusahaan asing sekarang mulai bersaing untuk investasi mereka yang bertujuan

untuk penciptaan kesempatan kerja, alih tehnologi dan lain-lain (Kotler, dkk. 1998).

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau perbelanjaan penanaman

modal yang digunakan untuk membeli barang-barang dan jasa dengan harapan dapat

memberikan keuntungan pada masa yang akan datang (Bappeda Kota Medan, 2000).

Menurut Sukirno (2000) investasi merupakan pengeluaran atau pengeluaran

penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal

atau perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan memproduksi

barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian. Pertambahan jumlah

barang modal ini memungkinkan perekonomian tersebut menghasilkan lebih banyak

barang dan jasa dimasa yang akan datang.

Dornbusch and Fischer (1994) dalam Bappeda kota Medan (2000) mencatat

bahwa investasi dalam perhitungan pendapatan nasional dan statistik, diartikan sebagai

(31)

pembelanjaan untuk mendirikan industri dan pertambahan dalam stock barang

perusahaan (bahan mentah, bahan dalam proses produksi dan barang jadi).

Faktor-faktor utama yang menentukan tingkat investasi adalah:

1. Tingkat keuntungan yang diramalkan akan diperoleh.

2. Suku bunga.

3. Ramalan mengenai keadaan ekonomi di masa yang akan datang.

4. Kemajuan teknologi.

5. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya.

6. Keuntungan yang diperoleh perusahaan-perusahaan.

Ada tiga tipe pengeluaran investasi. Pertama, investasi dalam barang tetap

(business fixed investment) yang melingkupi peralatan dan struktur di mana dunia

usaha membelinya untuk dipergunakan dalam produksi. Kedua, investasi perumahan

(residential investment) melingkupi perumahan baru di mana orang membeliya untuk

ditempati atau pemilik modal membeli untuk disewakan. Ketiga, investasi inventori

(inventory investment) meliputi bahan baku dan bahan penolong, barang setengah jadi

dan barang jadi (Herlambang, 2001).

Peranan investasi terhadap kapasitas produksi nasional memang sangat besar,

karena investasi merupakan penggerak perekonomian, baik untuk penabahan faktor

produksi maupun berupa peningkatan kualitas faktor produksi, investasi ini nantinya

akan memperbesar pengeluaran masyarakat melalui peningkatan pendapatan

masyarakat dengan bekerja multilier effect. Faktor produksi akan mengalami

(32)

tersebut. Supaya tidak terjadi penurunan produktivitas (kapasitas) nasional harus

diimbangi dengan investasi baru yang lebih besar dari penyusutan faktor-faktor

produksi. Akhirnya perekonomian masyarakat (nasional) akan berkembang secara

dinamis dengan naiknya investasi yang lebih besar dari penyusutan faktor produksi

tersebut. Bila penambahan investasi lebih kecil dari penyusutan faktor-faktor produksi,

maka terjadi stagnasi perekonomian untuk dapat berkembang (Nasution,1996).

Todaro (2000), menyatakan bahwa sumber daya yang akan digunakan untuk

meningkatkan pendapatan dan konsumsi di masa yang akan datang disebut sebagai

investasi. Dengan demikian investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau

perbelanjaan penanam-penanam modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang

modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk menambah kemampuan

memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian sehingga

investasi disebut juga dengan penanaman modal atau pembentukan modal.

Menurut Nurkse (Jhingan, 2010) pembentukan modal diartikan bahwa

masyarakat tidak mempergunakan seluruh aktifitas produktifnya saat ini untuk

kebutuhan dan keinginan konsumsi, tetapi menggunakan sebagian saja untuk

pembuatan barang modal. Definisi Nurkse ini kemudian dilengkapi oleh Kuznets

(Jhingan, 2010) yang mana pembentukan modal juga mencakup pembiayaan untuk

pendidikan, rekreasi dan barang mewah yang memberikan kesejahteraan dan

produktivitas lebih pada individu dan semua pengeluaran masyarakat yang berfungsi

(33)

Investasi merupakan unsur PDB yang paling sering berubah. Ketika

pengeluaran atas barang dan jasa turun selama resesi, sebagian besar dari penurunan

itu berkaitan dengan penurunan pengeluaran investasi (Mankiw, 2000). Investasi

sebagai suatu kegiatan penggunaan uang untuk penyediaan barang-barang modal yang

dipergunakan dalam suatu kegiatan ekonomi untuk menghasilkan laba di masa yang

akan datang (Sukirno, 2000).

Investasi tidak berarti pembelian saham, obligasi, atau asset keuangan lainnya.

Investasi terdiri dari belanja untuk:

a. Pabrik dan peralatan baru

b. Rumah baru

c. Kenaikan persediaan netto

Investasi usaha mencakup pembelian barang kapital saat ini atas ekspektasi

adanya penerimaan di masa mendatang (McEachern, 2000). Ada 3 (tiga) bentuk

pengeluaran investasi, yakni:

a. Investasi tetap bisnis (business fixed investment) mencakup peralatan dan struktur

yang perusahaan beli untuk proses produksi.

b. Investasi residensial (residential investment) mencakup perumahan baru yang

orang beli untuk ditinggali dan yang dibeli tuan tanah untuk disewakan.

c. Investasi persediaan (inventory investment) mencakup barang-barang yang

perusahaan tempatkan di gudang termasuk bahan-bahan dan perlengkapan, barang

(34)

Pertumbuhan ekonomi suatu Negara erat kaitannya dengan tingkat

produktivitas penggunaan modal. Dalam perencanaan makro, ICOR dapat digunakan

untuk menaksir besarnya kebutuhan modal yang diperlukan untuk menghasilkan

tingkat pertumbuhan ekonomi tertentu (Susanti, 1995).

Cara menghitung besarnya ICOR adalah:

I/PDB x 100 % ICOR = ——————— ΔPDB (%)

Di mana:

ICOR = Menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi relatif akibat adanya

investasi.

I/PDB x 100 % = Persentase investasi terhadap PDB

ΔPDB (%) = Laju pertumbuhan ekonomi (PDB)

Angka ICOR yang dianggap memiliki tingkat produktivitas investasi yang baik

berada antara 3 – 4. Semakin tinggi ICOR memberikan indikasi kemungkinan terjadi

inefisiensi dalam penggunaan investasi (Widodo, 1990).

Dari berbagai pendapat tentang definisi mengenai investasi, dapat disimpulkan

bahwa investasi merupakan suatu pengeluaran sejumlah dana dari investor atau

pengusaha guna membiayai kegiatan produksi untuk mendapatkan profit di masa yang

(35)

2.3. Pengaruh Investasi Bagi Suatu Perekonomian

Investasi dalam berbagai bentuknya akan memberikan banyak pengaruh kepada

perekonomian suatu negara ataupun dalam cakupan yang lebih kecil, daerah. Karena

dengan terciptanya investasi akan membawa suatu negara/daerah pada kegiatan

ekonomi tertentu. Investasi yang akan berlanjut dengan suatu proses produksi akan

menciptakan lapangan kerja, menciptakan barang-barang dan jasa untuk dipasarkan

kepada konsumen dan interaksi antara produsen, dalam hal ini investor dan konsumen

dalam menawarkan dan mengkonsumsikan barang-barang atau jasa pada gilirannya

akan menciptakan kemajuan perekonomian dalam suatu negara/daerah.

Pengeluaran investasi merupakan hal yang sering dibahas dalam ekonomi

makro karena pengeluaran investasi menentukan tingkat pertambahan stok capital

dalam perekonomian, di mana stok kapital ini sangatlah menentukan tingkat

pertumbuhan suatu negara dalam jangka panjang (Kelana,1996).

Investasi yang ditanamkan di dalam suatu perekonomian salah satunya

ditentukan oleh adanya permintaan (demand) dari masyarakat, yaitu berupa konsumsi

atas barang-barang konsumsi dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan sehingga

merangsang tumbuhnya investasi-investasi baru. Seperti yang kita ketahui bahwa

pendapatan yang diperoleh masyarakat akan digunakan untuk konsumsi dan mungkin

sebagian lagi akan digunakan untuk ditabung. Sehingga apabila penggunaan

pendapatan untuk konsumsi dilambangkan dengan C dan penggunaan pendapatan

(36)

Khusus untuk kondisi di negara sedang berkembang, di mana pendapatan

(income) masyarakat relatif rendah, hal ini disebabkan karena kemampuan dalam

pemupukan modal juga relatif rendah yang disebabkan oleh lemahnya kemampuan

menabung dari masyarakat yang tentu saja akan menciptakan kondisi yang diskondusif

bagi terciptanya lembaga-lembaga keuangan. Padahal faktor-faktor tersebut sangat

diperlukan di dalam proses pembangunan guna memacu pertumbuhan ekonomi.

Pembentukan modal merupakan faktor yang paling penting dan strategis di

dalam proses pembangunan ekonomi. Pembentukan modal ini dapat juga disebut

sebagai kunci utama menuju pembangunan ekonomi. Dalam proses pembentukan

modal ini, ada tiga tingkatan proses yang dilewati, yaitu pertama, kenaikan tabungan

nyata yang bergantung pada kemauan dan kemampuan untuk menabung dari

masyarakat. Kedua, keberadaan lembaga kredit dan keuangan untuk menggalakkan

dan menyalurkan tabungan agar dapat menjadi dana yang dapat diinvestasikan. Ketiga,

penggunaan tabungan untuk tujuan investasi pada barang-barang modal di perusahaan.

Pembentukan modal juga berarti pembentukan keahlian, karena keahlian kerap

kali berkembang sebagai akibat pembentukan modal. Pembentukan keahlian jelas

merupakan salah satu dampak dari adanya perkembangan investasi di mana investasi

yang terus berkembang akan menuntut perkembangan teknologi yang ada (Jhingan,

1994).

Dalam konteks yang lain, penciptaan investasi juga membawa pengaruh

kepada perkembangan suatu daerah. Dampak tersebut disebut dengan spread effect

(37)

perkembangan baik/positif bagi daerah lainnya, seperti tumbuhnya industri-industri

pelengkap atau penunjang bagi industri utama di daerah pusat investasi.

2.4. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Produk Domestik Regional Bruto dapat diartikan sebagai estimasi total produk

barang dan jasa yang diterima oleh masyarakat suatu daerah sebagai balas jasa dari

penggunaan faktor-faktor produksi yang dimilikinya. Dalam hal ini maka pendapatan

yang dihasilkan atas penggunaan faktor-faktor tetapi berada di luar wilayah tersebut

tidaklah diperhitungkan.

Mankiw (2006) dalam konsep dasar ekonomi makro indikator yang digunakan

dalam mengukur pertumbuhan ekonomi, adalah produk domestik bruto (PDB). Produk

Domestik Bruto (PDB) adalah nilai pasar semua barang dan jasa akhir yang diproduksi

dalam perekonomian selama kurun waktu tertentu. Sedangkan menurut (Saggaf, 1999)

dalam konsep regional Produk Domestik Bruto dikenal sebagai Produk Domestik

Regional Bruto (PDRB). PDRB merupakan indikator ekonomi makro suatu daerah,

yang menggambarkan ada atau tidaknya perkembangan perekonomian daerah. Dengan

menghitung PDRB secara teliti dan akurat baik atas dasar harga berlaku maupun atas

dasar harga konstan dapat diambil beberapa kesimpulan mengenai keberhasilan

pembangunan di suatu daerah, yang memperlihatkan laju pertumbuhan ekonomi yang

mewakili peningkatan produksi di berbagai sektor lapangan usaha yang ada

Berdasarkan rumusan pengertian di atas, maka dalam konsep regional, pertumbuhan

(38)

Bagi suatu daerah provinsi, kabupaten/kota gambaran PDRB yang mencerminkan

adanya laju pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dalam data sektor-sektor ekonomi

yang meliputi pertanian, pertambangan dan penggalian, industri pengolahan, listrik gas

dan air bersih, bangunan, perdagangan hotel dan restoran, pengangkutan dan

komunikasi, keuangan persewaan dan jasa perusahaan dan jasa-jasa lainnya.

Pertumbuhan ekonomi dapat dilihat dari data konsumsi rumah tangga, konsumsi

pemerintah, pembentukan modal bruto, perubahan persediaan, ekspor dan impor.

Sedangkan pertumbuhan ekonomi daearah dirumuskan sebagai berikut:

PDRBt - PDRBt-1

PED = x 100 %

PDRBt-1

Di mana: PED = Pertumbuhan Ekonomi Daerah

PDRBt = Produk Domestik Regional Bruto Periode Tertentu

PDRBt-1 = Produk Domestik Regional Bruto Periode Sebelumnya

Menurut Kusmadi dalam (Prihatin, 1999) produk domestik regional bruto

(PDRB) merupakan satu indikator ekonomi untuk mengukur kemajuan pembangunan

di suatu wilayah. Sebagai nilai dari semua barang dan jasa yang dihasilkan oleh

sektor-sektor ekonomi, PDRB bermanfaat untuk mengetahui tingkat produk netto atau nilai

tambah yang dihasilkan seluruh faktor produksi, besarnya laju pertumbuhan ekonomi,

dan pola/struktur perekonomian pada satu tahun atau periode di suatu negara atau

wilayah tertentu.

Berdasarkan lapangan usaha, PDRB dibagi dalam sembilan sektor, sedangkan

(39)

primer, sekunder dan tersier. Sektor primer apabila outputnya masih merupakan proses

tingkat dasar dan sangat bergantung kepada alam, yang termasuk dalam sektor ini

adalah sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian. Untuk sektor

ekonomi yang outputnya berasal dari sektor primer dikelompokkan ke dalam sektor

sekunder, yang meliputi sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air minum

serta sektor bangunan. Sedangkan sektor-sektor lainnya, yakni sektor perdagangan,

hotel dan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor bank dan lembaga

keuangan lainnya serta sektor jasa-jasa dikelompokkan ke dalam sektor tersier

(Sitorus, dkk., dalam Prihatin, 1999).

Dalam perhitungan pendapatan nasional, terdapat 2 (dua) metode antara lain:

1. Metode langsung, yaitu perhitungan nilai tambah dari suatu lapangan usaha/sektor

atau sub sektor suatu region dengan cara mengalokasikan angka pendapatan

nasional.

2. Metode tidak langsung, yaitu metode alokasi pendapatan nasional dengan

memperhitungkan nilai tambah sektor/sub sektor suatu region dengan cara

mengalokasikan angka pendapatan nasional dan sebagai dasar alokasi adalah

jumlah produksi fisik, nilai produksi fisik, nilai produksi bruto/netto dan tenaga

kerja, serta alokator tidak langsung.

Metode umum yang digunakan dalam kedua metode di atas adalah dengan

metode langsung, seperti di Indonesia bahkan juga di Pemerintah Kota Medan (BPS

(40)

Metode dimaksud dilaksanakan dengan beberapa pendekatan antara lain :

1. Pendekatan Produksi (Production Approach), yaitu menghitung nilai tambah dari

barang dan jasa yang diproduksi oleh seluruh kegiatan ekonomi dengan cara

mengurangkan biaya tiap-tiap sektor/sub sektor.

2. Pendekatan Pendapatan (Income Approach), yaitu menghitung nilai tambah setiap

sektor kegiatan ekonomi dengan menjumlahkan semua balas jasa faktor-faktor

produksi yaitu upah/gaji, surplus usaha, penyusutan dan pajak tidak langsung netto.

3. Pendekatan Pengeluaran (Expenditure Approach), yaitu menghitung nilai tambah

suatu kegiatan ekonomi yang bertitik tolak pada penggunaan akhir dari barang dan

jasa yang diproduksi.

Pendekatan yang umum digunakan Negara Republik Indonesia adalah dari segi

Pendekatan Produksi. Perlu diperhatikan bahwa dalam menjumlahkan hasil produksi

barang dan jasa, haruslah dicegah perhitungan ganda (Double Countung/Multiple

Counting). Hal tersebut penting sebab sering terjadi bahan mentah suatu sektor

dihasilkan oleh sektor lain, sehingga nilai bahan mentah tersebut telah dihitung pada

sektor yang menghasilkannya.

Produk Domestik Regional Bruto secara keseluruhan maupun sektoral

umumnya disajikan dalam dua bentuk yaitu penyajian atas dasar harga berlaku dan

atas dasar harga konstan dengan suatu tahun dasar .

Penyajian atas dasar harga berlaku menunjukkan besaran nilai tambah bruto

(41)

ini penilaian terhadap produksi, biaya antara ataupun nilai tambahnya dilakukan

dengan menggunakan harga berlaku pada masing-masing tahun.

Penyajian atas dasar harga konstan merupakan penyajian harga yang berlaku

secara berkala, perkembangan pendapatan regional dapat diartikan sebagai

perkembangan karena mengingkatnya produksi juga diikuti oleh meningkatnya

harga-harga. Oleh kartena itu penyajian seperti ini masih dipengaruhi oleh adanya faktor

perubahan harga (inflasi/deflasi).

Penyajian atas dasar harga konstan diperoleh dengan menggunakan harga tetap

suatu tahun dasar. Dalam hal ini semua barang dan jasa yang dihasilkan, biaya antara

yang digunakan ataupun nilai tambah masing-masing sektor dinilai berdasarkan

harga-harga pada tahun dasar. Penyajian seperti ini akan memperlihatkan perkembangan

produktivitas secara riil karena pengaruh perubahan harga (inflasi/deflasi) sudah

dikeluarkan.

Angka PDRB secara absolut memberikan gambaran besarnya tingkat produksi

suatu wilayah. Angka PDRB yang dinilai dengan harga konstan memperlihatkan laju

pertumbuhan ekonomi wilayah tersebut yang diwakili oleh peningkatan produksi

berbagai sektor.

Dari uraian-uraian tersebut akan diperlihatkan adanya kenaikan PDRB maupun

pendapatan regional perkapita, perubahan dan pergeseran strukur ekonomi menurut

sektor-sektor primer, sekunder maupun tertier. Pergeseran struktur pada

masing-masing sektor yang bersangkutan seperti sektor pertanian, industri, perdagangan,

(42)

2.5. Pengeluaran Pemerintah

Dalam melaksanakan semua kegiatan, pemerintah membutuhkan sejumlah

pembiayaan. Dalam hal ini didukung oleh penerimaan pemerintah baik yang berasal

dari penerimaan daerah maupun penerimaan pembangunan. Kegiatan pemerintah yang

berupa pengeluaran pemerintah dibagi dua yaitu: pengeluaran rutin dan pengeluaran

pembangunan. Pengeluaran rutin adalah bagian yang biasanya dibelanjakan setiap

tahun anggarannya secara teratur. Pengeluaran pembangunan adalah bagian dari

pengeluaran yang khusus digunakan untuk pengeluaran pembangunan daerah.

Dalam teori ekonomi makro, pengeluaran pemerintah terdiri dari tiga pos

utama yang dapat digolongkan sebagai berikut:

1. Pengeluaran pemerintah untuk pembelian barang dan jasa.

2. Pengeluaran pemerintah untuk gaji pegawai, perubahan gaji pegawai yang

mempunyai proses makroekonomi di mana perubahan gaji pegawai akan

mempengaruhi tingkat permintaan secara tidak langsung.

3. Pengeluaran pemerintah untuk transfer payment. Transfer payment adalah bukan

pembelian barang/jasa oleh pemerintah di pasar barang, akan tetapi pos ini

mencatat pembayaran atau pemberian pemerintah langsung kepada warganya,

misalnya: pembayaran subsidi atau bantuan langsung tunai kepada berbagai

golongan masyarakat. Pembayaran pensiun, pemabayaran pinjaman pemerintah

kepada masyarakat. Secara ekonomis transfer payment mempunyai pengaruh yang

sama dengan pos gaji pegawai meskipun secara administratif keduanya berbeda

(43)

Pengeluaran pemerintah dalam arti riil dapat dipakai sebagai indikator besarnya

kegiatan pemerintah yang dibiayai oleh pengeluaran pemrintah itu, semakin besar dan

banyak kegiatan pemerintah semakin besar pula pengeluaran pemerintah yang

bersangkutan.

Menurut Suparmoko (1996) sifat-sifat pengeluaran pemerintah:

1. Pengeluran yang self liquidating sebagian atau seluruhnya yaitu pengeluaran

pemerintah yang berupa pemberian jasa kepada masyarakat yang pada akhirnya

adanya pembayaran kembali dari masyarakat yang menerima jasa-jasa tersebut.

2. Pengeluaran pemerintah yang bersifat reproduktif, artinya mewujudkan

keuntungan-keuntungan ekonomi bagi masyarakat, dengan naiknya tingkatan

penghasilan dan sasaran pajak yang lain yang akhirnya menaikkan penerimaan

pemerintah.

3. Pengeluaran yang tidak self liquidating maupun yang tidak reproduktif yaitu

pengeluaran yang langsung menambah kesejahteraan masyarakat.

4. Pengeluran yang secara langsung tidak produktif dan merupakan pemborosan.

Misalnya: untuk pembiayaan pertahanan dan perang.

5. Pengeluaran yang merupakan penghematan di masa yang akan datang

Keberhasilan pelaksanaan pembangunan daerah pada hakekatnya ditentukan

oleh potensi sumber daya alam yang ada, prasarana dan sarana yang dibangun, modal

yang tersedia serta kemampuan sumber daya manusia di masing-masing daerah.

Keempat sumber daya tersebut harus cukup tersedia untuk menunjang pembangunan

(44)

diinginkan diperlukan mekanisme pembangunan yang lebih sistematis. Yang dimaksud

dengan mekanisme pembangunan adalah gerak ke depan dari suatu sistem yang

berdimensi pada produksi, pendapatan, tingkat hidup, sikap, kelembagaan serta

kebijakan. Mekanisme pembangunan ini ditopang oleh sumber-sumber berupa modal

fisik, modal manusia dan modal kelembagaan. Dalam usaha untuk meningkatkan

pembangunan, ketiga-tiganya harus ditingkatkan kuantitasnya, diperbaiki kualitasnya

dan dimanfaatkan secara lebih efisien. Jumlah penyediaan modal fisik ini dapat diukur

dengan uang. Modal fisik dalam hal ini diasumsikan mewakili modal keseluruhan,

sedangkan pendapatan nasional dianalogkan dengan produksi nasional, sehingga

walaupun kurang tepat, suatu kenaikan pendapatan nasional dapat dipergunakan

sebagai ukuran kemajuan ekonomi (Kunarjo, 1996).

Walaupun pengeluaran pemerintah secara keseluruhan sangat penting dalam

sumbangannya terhadap pendapatan nasional, tetapi yang lebih penting lagi adalah

penentuan komposisi dari pengeluaran pemerintah. Komposisi dari pengeluaran

pemerintah merupakan strategi untuk mencapai sasaran dari pembangunan nasional.

Dengan komposisi pengeluaran akan terjawab pertanyaan pengeluaran mana kiranya

yang lebih diprioritaskan. Misalnya apakah pengeluaran rutin harus lebih besar dari

biaya pembangunan ataukah sektor pertahanan diperbesar lebih dari anggaran untuk

sektor-sektor lainnya (Kunarjo, 1996).

Anggaran belanja yang seimbang pada umumnya dititik beratkan pada

perbaikan dan rehabilitasi prasarana. Di samping itu, anggaran belanja juga memegang

(45)

melalui sistem perbankan. Dalam menyalurkan dana-dana kredit ke bidang-bidang

produksi yang diprioritaskan, pemerintah mempergunakan suku bunga pinjaman yang

berlainan tergantung sektor apa yang menjadi prioritas pembangunan, akan mendapata

bunga pinjaman yang diprioritaskan.

2.6. Ekspor

Kegiatan ekspor adalah sistem perdagangan dengan cara mengeluarkan

barang-barang dari dalam negeri keluar negeri dengan memenuhi ketentuan yang berlaku.

Ekspor merupakan total barang dan jasa yang dijual oleh sebuah negara ke negara lain,

termasuk diantara barang-barang, asuransi, dan jasa-jasa pada suatu tahun tertentu

(Triyoso, 1984 dalam Jawas, 2008).

Fungsi penting komponen ekspor dari perdagangan luar negeri adalah negara

memperoleh keuntungan dan pendapatan nasional naik, yang pada gilirannya

menaikkan jumlah out put dan laju pertumbuhan ekonomi. Dengan tingkat out put

yang lebih tinggi lingkaran setan kemiskinan dapat dipatahkan dan pembangunan

ekonomi dapat ditingkatkan (Jhingan, 1975 dalam Jawas, 2008)).

Ekspor maupun impor merupakan faktor penting dalam merangsang

pertumbuhan ekonomi suatu negara. Ekspor impor akan memperbesar kapasitas

konsumsi suatu negara meningkatkan output dunia, serta menyajikan akses ke

sumber-sumber daya yang langka dan pasar-pasar internasional yang potensial untuk berbagai

produk ekspor yang mana tanpa produk-produk tersebut, maka negara-negara miskin

(46)

usaha pembangunan mereka melalui promosi serta penguatan sektor-sektor ekonomi

yang mengandung keunggulan komparatif, baik itu berupa ketersediaan faktor-faktor

produksi tertentu dalam jumlah yang melimpah, atau keunggulan efisiensi alias

produktifitas tenaga kerja. Ekspor juga dapat membantu semua negara dalam

menganbil keuntungan dari skala ekonomi yang mereka miliki (Todaro dan Smith,

2004).

Untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan pada umumnya,

setiap negara perlu merumuskan dan menerapkan kebijakan-kebijakan internasional

yang berorientasi ke luar. Dalam semua kasus, kemandirian yang didasarkan pada

isolasi, baik yang penuh maupun yang hanya sebagian, tetap saja secara ekonomi akan

lebih rendah nilainya daripada partisispasi ke dalam perdagangan dunia yang

benar-benar bebas tanpa batasan atau hambatan apapun (Todaro dan Smith, 2004).

2.7. Tingkat Suku Bunga SBI (BI rate)

Sertifikat Bank Indonesia adalah surat berharga sebagai pengakuan utang

berjangka waktu pendek dalam mata uang rupiah yang diterbitkan oleh Bank Indonesia

dengan system diskonto. SBI diterbitkan tanpa warkat (scripless), dan seluruh

kepemilikan maupun transaksinya dicatat dalam sarana Bank Indonesia BI.

Pihak-pihak yang dapat memiliki SBI adalah bank umum dan masyarakat. Bank dapat

membeli SBI di pasar perdana sementara masyarakat hanya diperbolehkan membeli di

pasar sekunder. (Wtjaksono, 2010)

Penerbitan SBI di pasar perdana dilakukan dengan mekanisme lelang pada

(47)

SBI diterbitkan dengan jangka waktu (tenor) 1 bulan sampai dengan 12 bulan dengan

satuan unit terkecil sebesar Rp1 juta. Saat ini Bank Indonesia menerbitkan SBI dengan

tenor 1 bulan dan 3 bulan. Penerbitan SBI tenor 1 bulan dilakukan secara mingguan

sedangkan SBI tenor 3 bulan dilakukan secara triwulanan. Peserta lelang SBI terdiri

dari bank umum dan pialang pasar uang Rupiah dan Valas(www.bi.go.id).

Metode lelang penerbitan SBI dilakukan dengan menggunakan 2 (dua) cara yaitu

melalui Variable Rate Tender (peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan

tingkat diskonto yang ditetapkan oleh Bank Indonesia) dan dengan Fixed Rate Tender

(peserta lelang mengajukan penawaran kuantitas dengan tingkat diskonto yang

ditetapkan oleh Bank Indonesia).

Sejak awal Juli 2005, Bank Indonesia menggunakan mekanisme BI rate (suku

bunga BI), yaitu BI mengumumkan target suku bunga SBI yang diinginkan oleh Bank

Indonesia untuk pelelangan pada masa periode tertentu. BI rate ini kemudian yang

digunakan sebagai acuan para pelaku pasar dalam mengikuti pelelangan. Definisi BI

rate sendiri menurut Bank Indonesia adalah suku bunga instrument sinyaling Bank

Indonesia yang ditetapkan pada Rapat Dewan Gubernur triwulanan untuk berlaku

selama triwulan berjalan, kecuali ditetapkan berbeda oleh Rapat Dewan Gubernur

bulanan dalam triwulan yang sama (www.bi.go.id).

BI rate digunakan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasi pengendalian

moneter untuk mengarahkan agar rata-rata tertimbang suku bunga SBI 1 bulan hasil

lelang operasi pasar terbuka berada di sekitar BI rate. Selanjutnya suku bunga SBI 1

(48)

jangka yang lebih panjang. Perubahan BI rate (SBI tenor 1 bulan) ditetapkan secara

konsisten dan bertahap dalam kelipatan 25 basis poin (bps).

BI rate ditetapkan oleh dewan gubernur dengan mempertimbangkan hal-hal

sebagai berikut:

1) Rekomendasi BI rate yang dihasilkan oleh fungsi reaksi kebijakan dalam model

ekonomi untuk pencapaian sasaran inflasi

2) Berbagai informasi lainnya seperti indikator makro ekonomi, survey, pendapat ahli,

hasil-hasil riset ekonomi, dll.

Saat ini Bank Indonesia menggunakan tingkat suku bunga SBI sebagai salah

satu instrumen untuk mengedalikan inflasi. Apabila inflasi dirasakan cukup tinggi

maka Bank Indonesia akan menaikkan tingkat suku bunga SBI untuk meredam

kenaikan inflasi. Perubahan tingkat suku bunga SBI akan memberikan pengaruh bagi

pasar modal dan pasar keuangan.

Apabila tingkat suku bunga naik maka secara langsung akan meningkatkan

beban bunga. Perusahaan yang mempunyai leverage yang tinggi akan mendapatkan

dampak yang sangat berat terhadap kenaikan tingkat bunga. Kenaikan tingkat bunga

ini dapat mengurangi profitabilitas perusahaan sehingga dapat memberikan pengaruh

terhadap harga saham perusahaan yang bersangkutan.

Selain kenaikan beban bunga, tingkat suku bunga SBI yang tinggi dapat

menyebabkan investor tertarik untuk memindahkan dananya ke deposito. Hal ini

terjadi karena kenaikan tingkat suku bunga SBI akan diikuti oleh bank-bank komersial

(49)

lebih tinggi dari tingkat pengembalian yang diharapkan oleh investor, tentu investor

akan mengalihkan dananya ke deposito. Terlebih lagi investasi di deposito sendiri

merupakan salah satu jenis investasi yang bebas resiko. Pengalihan dana oleh investor

dari pasar modal ke deposito tentu akan mengakibatkan penjualan saham besar-besaran

sehingga akan menyebabkan penurunan indeks harga saham.

Bagi masyarakat sendiri, tingkat suku bunga yang tinggi berarti tingkat inflasi

di negara tersebut cukup tinggi. Dengan adanya inflasi yang tinggi akan menyebabkan

berkurangnya tingkat konsumsi riil masyarakat sebab nilai uang yang dipegang

masyarakat berkurang. Ini akan menyebabkan konsumsi masyarakat atas barang yang

dihasilkan perusahaan akan menurun pula. Hal ini tentu akan mengurangi tingkat

pendapatan perusahaan sehingga akan mempengaruhi tingkat keuntungan perusahaan,

yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap harga saham perusahaan tersebut

(Sunariyah dalam Witjaksono, 2010).

2.8. Penelitian Sebelumnya

Adapun penelitian sebelumnya mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi

(50)

Tabel 2.1. Reviw Penelitian Sebelumnya

No Peneliti Variabel Hasil Penelitian

1 Prawatyo (1994) PDB, penegeluaran

pemerintah, suku bunga luar negeri, impor barang modal dan bahan baku sebagai faktor-faktor yang

mempengaruh investasi (PMA dan PMDN).

Produk domestik bruto (PDB), pengeluaran pemerintah dan suku bunga luar negeri memiliki pengaruh yang positif dan signifikan kecuali impor barang modal dan bahan baku yang tidak signifikan secara statistik terhadap investasi (PMA dan PMDN) di Indonesia. 2 Kerr and Peter

(2001)

Tingkat upah, nilai tukar, tingkat suku bunga, pajak yang dikenakan dan tingkat keterbukaan ekonominya (ekspor-impor) sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan FDI di China periode 1980-1998.

Hampir semua variabel yang diteliti memiliki pengaruh yang signifikan kecuali tingkat suku bunga.

3 Setiawan (2002) Pertumbuhan ekonomi (GDP), tingkat tabungan domestik (DSR), utang luar negeri (RFD), inflasi (INF) dan investasi asing langsung tahun sebelumnya (RFDI(-1)) sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung (FDI) di Indonesia.

Faktor yang mempengaruhi investasi asing langsung (FDI) di Indonesia adalah pertumbuhan ekonomi (GDP), tingkat tabungan domestik (DSR), utang luar negeri (RFD), inflasi (INF) dan investasi asing langsung tahun sebelumnya (RFDI(-1)) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan kecuali investasi asing langsung tahun sebelumnya tidak signifikan.

4 Sarwedi (2002) Variabel ekonomi (GDP, Growth,Wage dan Ekspor), variabel non ekonomi ( stabilitas politik (SP)) sebagai faktor yang mempengaruhinya investasi asing langsung di Indonesia (FDI).

Variabel ekonomi (GDP, Growth,Wage dan Ekspor) mempunyai hubungan positif dengan FDI, sedangkan variabel non ekonomi yaitu stabilitas politik (SP) mempunyai hubungan negatif.

5 Erdal and Tatoglu (2002)

Besarnya pangsa pasar, keterbukaan ekonomi untuk barang-barang dari luar negeri, infrastruktur yang memadai dan pasar dalam negeri yang menarik, nilai tukar yang tidak stabil, dampak dari tidak stabilnya ekonomi selama kurun waktu yang diteliti yakni 1980 – 1998 sebagai

faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan

FDI di Turkey.

(51)

2.9. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian

2.10. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan dari beberapa kajian empiris yang telah

dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya, maka hipotesis penelitian ini adalah

sebagai berikut: Ada pengaruh yang positif PDRB, pengeluaran pemerintah, nilai

ekspor dan suku bunga terhadap perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara.

PDRB

Pengeluaran pemerintah

Nilai Ekspor

Investasi Provinsi Sumatera Utara

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini difokuskan pada faktor-faktor yang diperkirakan

dapat mempengaruhi perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara. Faktor-faktor

tersebut antara lain: PDRB, pengeluaran pemerintah, nilai ekspor dan suku bunga di

Provinsi Sumatera Utara.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Provinsi Sumatera Utara.

3.3. Jenis dan Sumber Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian untuk menganalisis faktor-faktor yang

mempengaruhi perkembangan investasi Provinsi Sumatera Utara adalah data sekunder

dengan jenis data time series selama kurun waktu 25 tahun yaitu dari 1985 - 2009.

Data yang digunakan bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sumatera

Utara, Badan Investasi dan Promosi Provinsi Sumatera Utara, dan sumber-sumber

lainnya, yaitu jurnal-jurnal dan hasil penelitian yang terkait dalam penelitian ini.

Adapun data yang diperlukan antara lain total investasi baik PMA dan PMDN di

Provinsi Sumatera Utara dalam satuan milyar rupiah, PDRB dalam satuan milyar

rupiah, pengeluaran pemerintah dalam satuan milyar rupiah, nilai ekspor dalam satuan

(53)

3.4. Analisis Data

Untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan investasi

Provinsi Sumatera Utara selama kurun waktu 1985 – 2009 dilakukan analisis dengan

menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Sebagai variabel terikat

(dependent variable) dalam penelitian ini adalah total investasi (PMA dan PMDN)

Provinsi Sumatera Utara dan sebagai variabel bebas (independent variable) adalah

pendapatan regional, pengeluaran pemerintah, nilai ekspor dan suku bunga. Untuk itu

fungsi persamaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

INV = f(PR, PP, NE, SB) ……….………(1)

Dari fungsi tersebut di atas, kemudian dispesifikasikan ke dalam model

ekonometrika sebagai berikut (Sarwoko, 2005):

INV = b0 + b1PR+ b2PP+ b3NE+ b4

dimana :

SB µ

INV = Total Investasi (PMA dan PMDN) Provinsi Sumatera Utara (milyar

rupiah)

PR = PDRB (milyar rupiah)

PP = Pengeluaran pemerintah (milyar rupiah)

NE = Nilai ekspor (jutaan dollar)

(54)

3.4.1. Uji Kesesuaian

Suatu masalah yang erat hubungannya dengan penaksiran koefisien regresi

adalah kesesuaian (goodness of fit) regresi sampel secara keseluruhan. Kebaikan sesuai

diukur dengan koefisien determinasi R2, yang mengatakan proporsi variasi variabel

tidak bebas yang dijelaskan oleh variabel yang menjelaskan. R2

Pengujian satistik dilakukan dengan menggunakan uji-t (t-test) dan uji-F

(F-test) serta perhitungan nilai koefisien determinasi R

ini mempunyai

jangkauan antara 0 dan 1, semakin dekat ke 1 maka semakin baik kesesuiannya.

2

. Uji-t dimaksud untuk

mengetahui signifikansi statistik koefisien regresi secara parsial. Sedangkan uji-F

dimaksudkan untuk mengetahui signikasi statistik koefisien regresi secara bersama.

Koefisien determinasi R2

3.4.2. Uji Penyimpangan Asumsi Klasik

bertujuan untuk melihat kekuatan variabel bebas

menjelaskan variabel tidak bebas.

Ada beberapa permasalahan yang bisa terjadi dalam model regresi linier, yang

secara statistik permasalahan tersebut dapat mengganggu model yang telah ditentukan,

bahkan dapat menyesatkan kesimpulan yang diambil dari persamaan yang terbentuk.

Untuk itu perlu dilakukan uji penyimpangan asumsi klasik yang terdiri dari:

1. Uji Normalitas Data

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah dalam model regresi

variable penggangu atau residual memiliki distribusi normal (Erlina, 2008). Data

yang baik dan layak digunakan dalam penelitian adalah data yang memiliki

Gambar

Tabel 2.1. Reviw Penelitian Sebelumnya
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual Penelitian
Tabel 3.1. Definisi Operasional Variabel
Tabel 4.2. Deskriptif Statistik Data Nilai Investasi, PDRB, Pengeluaran
+4

Referensi

Dokumen terkait

Formulasi pengukuran: Jumlah SKPD yang menerapkan SPIP secara memadai tahun n dibagi jumlah seluruh SKPD yang dievaluasi kali seratus persen Tipe penghitungan:e. Non Kumulatif

Dengan berlakunya Peraturan ini ketentuan pada diktum Pertama angka 1,2,3,4,8, dan 10 Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 324/U/1997 tentang Pemberian

Bakteri coliform merupakan flora normal didalam usus manusia dan akan menimbulkan penyakit bila masuk kedalam organ atau jaringan lain. Bakteri ini mudah menyebar dengan

SKRIPSI IDENTIFIKASI HAZARD DADA MAKANAN JAJANAN DI.. MAS HAYA

neoliberal sebagai akibat dari keterlibatan pemerintah yang terlalu besar dalam. menentukan kebutuhan

Disarankan kepada manajemen RSUD Perdagangan Kabupaten Simalungun untuk: memberikan reward bagi perawat pelaksana yang telah melakukan kinerja dalam asuhan keperawatan dengan

Pembentukan badan perencanaan pembangunan daerah tingkat II/Pemerintahan Daerah Kabupatean Deli Serdang, berdasarkan keputusan Presiden nomor 27 tahun 1980 dan dilanjutkan

M enyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Komunikasi Antarpribadi Melalui Layanan Penguasaan Konten dengan Metode Kegiatan Kelompok dan Diskusi