• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Pemeriksaan Dan Penetapan Kadar Kalsium Dalam Sawi Pahit (Brassica juncea), Sawi Manis (Brassica rapa chinensis) Bili Melinjo (Gnetum Gnemon) Dan Daun Kemangi (Ocimum basilicum)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Studi Pemeriksaan Dan Penetapan Kadar Kalsium Dalam Sawi Pahit (Brassica juncea), Sawi Manis (Brassica rapa chinensis) Bili Melinjo (Gnetum Gnemon) Dan Daun Kemangi (Ocimum basilicum)"

Copied!
60
0
0

Teks penuh

(1)

STUDI PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN KADAR KALSIUM DALAM SAWI PAHIT(Brassica juncea), SAWI MANIS(Brassica rapa chinensis), BIJI MELINJO(Gnetum Gnemon) DAN DAUN KEMANGI(Ocimum basilicum)

SKRIPSI

Oleh : LENA 040804041

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

STUDI PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN KADAR KALSIUM DALAM SAWI PAHIT(Brassica juncea), SAWI MANIS(Brassica rapa chinensis), BIJI MELINJO(Gnetum Gnemon) DAN DAUN KEMANGI(Ocimum basilicum)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Farmasi

Pada Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

OLEH : LENA 040804041

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGESAHAN SKRIPSI

STUDI PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN KADAR KALSIUM DALAM SAWI PAHIT(Brassica juncea), SAWI MANIS(Brassica rapa chinensis), BIJI MELINJO(Gnetum Gnemon) DAN DAUN KEMANGI(Ocimum basilicum)

Oleh: LENA 040804041

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Pada Tanggal : Agustus 2008

Disetujui Oleh:

Pembimbing I, Panitia Penguji,

(Dra. Salbiah, M.Si., Apt.) (Drs. Muchlisyam, M.Si., Apt. NIP. 131 653 994

)

NIP: 130 809 700

Pembimbing II, (Dra. Masfria, M.S., Apt NIP: 131 569 406

.)

(Dra. Sudarmi, M.Si.,Apt.) (Drs. Immanuel S. Meliala, Msi., Apt. NIP: 131 283 719 NIP: 131 283 718

)

Dekan,

NIP: 131 283 71

(Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt.)

(4)

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesikan skripsi ini

sebagai salah satu syarat dalam memperoleh gelar sarjana farmasi pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Mama tercinta atas doa, kasih sayang dan

kerja kerasnya dalam menghantarkan penulis meraih cita-cita. Doa yang tulus penulis

panjatkan untuk Papa tercinta Alm. Ahmad Effendi Rambe yang telah banyak memberikan

penulis inspirasi. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada saudara, sepupu dan

keponakan dari keluarga besar Zainoen Oemar atas doa dan dukungannya kepada penulis.

Terima kasih penulis sampaikan kepada Ibu Dra. Masfria, MS., Apt dan Ibu Dra.

Sudarmi, M.Si.,Apt. atas waktu dan kesabarannya membimbing penulis selama penelitian

hingga penulisan skripsi ini.

` Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada Bapak Dekan Fakultas Farmasi Prof.

Dr. Sumadio Hadisahputra.Apt., Bapak/Ibu staf pengajar Fakultas Farmasi USU yang telah

mendidik penulis selama perkuliahan serta penasehat akademik penulis Ibu Prof. Dr. Siti

Morin Sinaga, Msc, Apt. yang telah memberikan bimbingan kepada penulis selama ini.

Selanjutnya ucapan terimaksih penulis sampaikan kepada Ibu Kepala Laboratorium

BAPEDALDA Sumatera Utara serta staf yang telah membantu penulis dalam penelitian.

Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada sahabat-sahabat penulis

Imagipho bersaudara Ocha, Yeni, Memel, Indah, Vini, Riri yang telah menghiasi kehidupan

penulis dan Mimin yang telah banyak membangkitkan semangat penulis.

Terakhir penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Asisten

(5)

senior, junior Fakultas Farmasi Seluruh pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak membantu penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi ilmu pengetahuan pada

umumnya dan ilmu farmasi khususnya. Penulis menyadari penulisan ini belum sempurna

oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Atas kekurangan dan kelemahan ini penulis

mohon maaf.

Medan, Agustus 2008

Penulis

RIMA ELFITRA RAMBE

ABSTRAK

Masyarakat saat ini semakin menyadari perlunya konsumsi makanan sehari-hari

seperti sayur-sayuran yang tidak hanya memenuhi kebutuhan serat tetapi juga mengandung

(6)

cukup penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan manusia terutama untuk

pembentukan tulang.

Maka dilakukan pemeriksaan serta penetapan kadar kalsium yang terdapat dalam

sayur-sayuran yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat diantaranya sayur sawi pahit,

sawi manis, biji melinjo serta daun kemangi.

Penetapan kadar kalsium yang terdapat dalam sayur-sayuran tersebut dilakukan

dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom, yaitu diukur pada panjang

gelombang 422,45 nm.

Dari hasil analisis diperoleh kadar kalsium pada masing-masing sampel yaitu sawi

pahit sebesar 1,16 ± 0,06 mg/100 g, sawi manis sebesar 14,08 ± 0,27 mg/100 g, biji melinjo

sebesar 0,25 ± 0,03 mg/100 g, dan daun kemangi sebesar 37,18 ±2,89 mg/100 g.

ABSTRACT

Nowadays, the community has realized the needs to consume daily food like

(7)

needs less of them, but calcium has the important function to support the growth and

development for the body especially for bone development.

So there is need to do research for the exactly value inside vegetables that always

consume daily by community, for example mustard cabbage, Chinese white cabbage, melinjo

and basil.

Calcium determination had been done by Atomic Absorbtion Spectrophotometry

method where the determination of the calcium was measuring with 422.45 nm wavelengths.

The analysis result of calcium for samples were 1,16 ± 0,06 mg/100 g in mustard

cabbage; 14,08 ± 0,27 mg/100 g in Chinese white cabbage; 0,25 ± 0,03 mg/100 g in melinjo,

and 37,18 ±2,89 mg/100 g.

DAFTAR ISI

(8)

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Hipotesis ... 4

1.4 Tujuan ... 4

BAB II METODOLOGI PENELITIAN ... 5

2.1 Alat-Alat ... 5

2.2 Bahan-Bahan ... 5

2.3 Sampel ... 5

2.3.1 Pengambilan Sampel ... 5

2.3.2 Penyiapan Sampel ... 5

2.4 Lokasi Penelitian ... 6

2.5 Pembuatan Pereaksi HNO3 2.6 Proses Dekstruksi ... 6

5N ... 6

2.7 Pembuatan Larutan Sampel ... 6

2.8 Analisa Kuantitatif ... 7

2.8.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium ... 7

(9)

2.8.1 Analisa Kalsium dalam Sawi Pahit ... 7

2.8.2 Analisa Kalsium dalam Sawi Manis ... 7

2.8.3 Analisa Kalsium dalam Biji Melinjo ... 8

2.8.3 Analisa Kalsium dalam Daun Kemangi ... 8

2.9 Uji Perolehan Kembali ... 8

2.10 Analisa Data secara Statistik ... 9

BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN ... 11

3.1 Kurva Kalibrasi ... 11

3.1.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Ca ... 11

3.1.2 Kurva Kalibrasi Logam Ca ... 12

3.2 Analisa Kalsium dalam Sampel ... 12

3.3 Uji Perolehan Kembali (% Recovery) ... 13

3.4 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi ... 14

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 15

4.1 Kesimpulan ... 15

4.2 Saran ... 15

DAFTAR PUSTAKA ... 16

(10)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tabel Nilai Qkritis

sisi ... 9 pada taraf kepercayaan 95% (P=0,05) pada uji dua

(11)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Kurva penetapan panjang gelombang maksimum logam Ca...11

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar Ca ... 16

Lampiran 2. Data hasil pengukuran Ca dalam sawi manis, sawi pahit,

biji melinjo dan daun kemangi... 17

Lampiran 3. Perhitungan Persamaan Regresi untuk logam Ca ... 18

Lampiran 4. Contoh Perhitungan Kadar Kalsium pada Sampel ... 20

Lampiran 5 Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar logam Ca pada Sawi Pahit... 21

Lampiran 6. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar logam Ca pada Sawi Manis... 22

Lampiran 7. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar logam Ca pada Biji Melinjo... 24

Lampiran 8. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar logam Ca pada Daun Kemangi... 25

Lampiran 9. Perhitungan (%) Perolehan Kembali Sampel ... 26

Lampiran 10. Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

logam Ca…... 27

Lampiran 11. Gambar Sawi Pahit dan Sawi Manis ... 28

Lampiran 12. GambarBiji Melinjo dan Daun Kemangi ... 29

(13)

senior, junior Fakultas Farmasi Seluruh pegawai Fakultas Farmasi Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak membantu penulis.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini berguna bagi ilmu pengetahuan pada

umumnya dan ilmu farmasi khususnya. Penulis menyadari penulisan ini belum sempurna

oleh karena keterbatasan kemampuan penulis. Atas kekurangan dan kelemahan ini penulis

mohon maaf.

Medan, Agustus 2008

Penulis

RIMA ELFITRA RAMBE

ABSTRAK

Masyarakat saat ini semakin menyadari perlunya konsumsi makanan sehari-hari

seperti sayur-sayuran yang tidak hanya memenuhi kebutuhan serat tetapi juga mengandung

(14)

cukup penting dalam menunjang pertumbuhan dan perkembangan manusia terutama untuk

pembentukan tulang.

Maka dilakukan pemeriksaan serta penetapan kadar kalsium yang terdapat dalam

sayur-sayuran yang dikonsumsi sehari-hari oleh masyarakat diantaranya sayur sawi pahit,

sawi manis, biji melinjo serta daun kemangi.

Penetapan kadar kalsium yang terdapat dalam sayur-sayuran tersebut dilakukan

dengan menggunakan metode Spektrofotometri Serapan Atom, yaitu diukur pada panjang

gelombang 422,45 nm.

Dari hasil analisis diperoleh kadar kalsium pada masing-masing sampel yaitu sawi

pahit sebesar 1,16 ± 0,06 mg/100 g, sawi manis sebesar 14,08 ± 0,27 mg/100 g, biji melinjo

sebesar 0,25 ± 0,03 mg/100 g, dan daun kemangi sebesar 37,18 ±2,89 mg/100 g.

ABSTRACT

Nowadays, the community has realized the needs to consume daily food like

(15)

needs less of them, but calcium has the important function to support the growth and

development for the body especially for bone development.

So there is need to do research for the exactly value inside vegetables that always

consume daily by community, for example mustard cabbage, Chinese white cabbage, melinjo

and basil.

Calcium determination had been done by Atomic Absorbtion Spectrophotometry

method where the determination of the calcium was measuring with 422.45 nm wavelengths.

The analysis result of calcium for samples were 1,16 ± 0,06 mg/100 g in mustard

cabbage; 14,08 ± 0,27 mg/100 g in Chinese white cabbage; 0,25 ± 0,03 mg/100 g in melinjo,

and 37,18 ±2,89 mg/100 g.

DAFTAR ISI

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Mineral terdapat di dalam tubuh dan memegang peranan penting dalam

pemeliharaan fungsi tubuh, baik tingkat sel, jaringan, organ maupun fungsi tubuh

secara keseluruhan. Keseimbangan mineral di dalam tubuh diperlukan untuk

pengaturan kerja enzim, pemeliharaan keseimbangan asam basa, pemeliharaan

kepekaan otot dan saraf terhadap rangsangan (Almatsier, 2002).

Kalsium berperan dalam pembentukan tulang dan gigi. Bersama-sama

dengan fosfor, kalsium menyusun kristal hidroksiapatit yang merupakan bagian

dari tulang dan gigi. Karena itu keduanya harus berada dalam jumlah yang cukup.

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh, yaitu

1,5-2% dari berat badan (Almatsier, 2002).

Jumlah yang dianjurkan per hari untuk anak-anak dengan usia 0-8 tahun

sebesar 600 mg, 9-14 tahun sebesar 700 mg, 15-17 tahun sebesar 600 mg, dewasa

sebesar 500 mg dan wanita hamil dan menyusui sebesar 1200 mg (Gaman,1992).

Mineral yang dipilih untuk diperiksa adalah kalsium. Alasan pemilihan

kalsium karena kalsium merupakan mineral yang terdapat paling banyak di dalam

tubuh serta dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar. Mineral tersebut dapat

diperoleh dari daging, sayuran, buah-buahan, susu, dan keju (Sivakali, 2007).

Membangun kesehatan masyarakat adalah upaya untuk meningkatkan

kesehatan masyarakat agar lebih baik daripada sebelumnya. Setiap orang

(17)

kesehatan perorangan, keluarga, masyarakat serta lingkungan. Kiat membangun

kesehatan masyarakat tidak terlepas dari pemanfaatan aneka tanaman sebagai

bahan obat dan sayur-mayur (Pitojo, 1996).

Sawi merupakan tanaman semusim. Sawi berdaun lonjong, halus, tidak

berbulu, dan tidak berkrop. Pada umunya pola pertumbuhan daunnya berserak

(roset) sehingga sukar membentuk krop. Tanaman ini mempunyai akar tunggang

dengan akar samping yang banyak, tetapi dangkal. Hampir setiap orang gemar

sawi karena rasanya segar (enak) dan banyak mengandung vitamin A, vitamin B,

dan sedikit vitamin C. Namun, daun sawi rasanya agak pahit (Rubatzky, 1998)

Melinjo merupakan tumbuhan tahunan berbentuk pohon yang b

dioecious, ada indivi

dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan

ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilka

termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah

Tumbuhan kemangi mengandung minyka atsiri seperti egenol, sineol,

methyl chavicol, protein, kalsium, fosfor, besi, belerang, vitamin A, dan vitamin

C. Menurut catatan Departemen Kesehatan Republik Indonesia, kemangi

mengandung gizi yang bermanfaat bagi kesehatan tubuh (Pitojo, 1996)

Kalsium dalam tumbuhan diambil sebagai kation divalen (Ca2+) dari dalam

tanah dan jarang kekurangan dalam kondisi normal. Kalsium penting untuk

pembelahan sel. Ia berperan dalam spindel mitosis selama pembelahan sel dan

(18)

pembelahan sel, gejala kekurangan kalsium terlihat pada daerah meristematik

(Hopkins, 1995).

Sampel tersebut yang dipilih karena sampel merupakan sayur-sayuran

dengan kandungan kalsium yang cukup tinggi berdasarkan Daftar Komposisi

Bahan Makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat Gizi Departemen Kesehatan

Republik Indonesia. Selain itu sampel tersebut mudah diperoleh di pasar-pasar

tradisional.

Terdapat berbagai metode penetapan kadar kalsium di dalam literatur

antara lain kompleksometri (Rivai,1994) dan spektrofotometri serapan atom

(Helrich, 1990). Dalam hal ini, penulis memilih menggunakan spektofotometri

serapan atom karena metode ini cepat, bahan yang digunakan sedikit, dapat

mengukur kadar logam dalam jumlah kecil dan spesifik untuk setiap logam tanpa

dilakukan pemisahan.

Berdasarkan hal di atas, penulis ingin mengetahui ada tidaknya serta

besarnya kandungan kalsium dalam sawi pahit (Brassica juncea), sawi manis

biji melinjo (Gnetum gnemon), dan daun kemangi (Ocimum

basilicum) melalui penetapan kadar secara spektrofotometri serapan atom.

1.2 Perumusan Masalah

a. Apakah terdapat kalsium dalam sawi pahit (Brassica juncea), sawi

manis (Brassica chinensis), biji melinjo (Gnetum gnemon) dan

(19)

b. Berapakah kadar kalsium yang terdapat dalam sawi pahit (Brassica

juncea), sawi manis (Brassica chinensis), biji melinjo (Gnetum

gnemon) dan daun kemangi (Ocimum basilicum)

c.

1.3 Hipotesis

a. Sawi pahit (Brassica juncea), sawi manis (Brassica chinensis), biji

melinjo (Gnetum gnemon) dan daun kemangi (Ocimum Basilicum)

mengandung kalsium

b. Sawi pahit (Brassica juncea), sawi manis (Brassica chinensis), biji

melinjo (Gnetum gnemon) dan daun kemangi (Ocimum Basilicum)

mempunyai kadar yang cukup untuk memenuhi kebutuhan kalsium

manusia

1.4 Tujuan

Untuk mengetahui besarnya kandungan kalsium yang terdapat dalam sawi

pahit (Brassica juncea), sawi manis (Brassica chinensis), biji melinjo (Gnetum

gnemon) dan daun kemangi (Ocimum basilicum) sehingga dapat digunakan

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Tanaman 2.1.1 Sawi Pahit

Taksonomi tumbuhan sawi pahit :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Brassicales

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica juncea

Sawi pahit merupakan tanaman semusim. Bentuknya hampir menyerupai

caisim. Sawi berdaun lonjong, halus, dan tidak berbulu. Tanaman sawi

mempunyai batang pendek dan lebih langsing daripada petsai. Hampir setiap

orang gemar sawi karena rasanya segar (enak) dan banyak mengandung vitamin

A, vitamin B, dan sedikit vitamin C. Namun, daun sawi rasanya agak pahit

(Sunarjono, 2007).

2.1.2 Sawi Manis

Taksonomi tumbuhan sawi manis :

(21)

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Brassicales

Famili : Brassicaceae

Genus : Brassica

Spesies : Brassica chinensis

Tanaman ini masih terus merupakan salah satu sayuran penting Asia,

khususnya di Cina. Daunnya bertangkai, berbentuk agak oval, berwarna hijau tua,

dan mengkilap, tidak membentuk kepala, tumbuh agak tegak atau setengah

mendatar, tersusun dalam spiral yang rapat, melekat pada batang yang tertekan.

Daun berwarna hijau tua cerah atau ungu, dan perbungaannya dipanen pada waktu

atau beberapa hari setelah berbunga (Rubatzky, 1998)

2.1.3 Melinjo

Taksonomi tumbuhan melinjo :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Gnetophyta

Kelas : Gnetopsida

Ordo : Gnetales

Famili : Gnetaceae

Genus : Gnetum

(22)

Melinjo (Gnetum gnemon L.) atau dalam bahasa Sunda disebut Tangkil

adalah suatu spesies tanaman berbiji terbuka (Gymnospermae) berbentuk pohon

yang berasal dari Asia tropik dan Pasifik Barat. Melinjo dikenal pula dengan

nama belinjo, mlinjo (bahasa Jawa), tangkil (bahasa Sunda) atau bago (bahasa

Melayu dan bahasa Tagalog). Melinjo banyak ditanam di pekarangan sebagai

peneduh atau pembatas pekarangan dan terutama dimanfaatkan "buah" dan

daunnya.Berbeda dengan anggota Gnetum lainnya yang biasanya merupakan

liana, melinjo berbentuk pohon (Anonim a, 2008)

2.1.4 Kemangi

Taksonomi tumbuhan kemangi :

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae

Genus : Ocimum

Spesies : Ocimum basilicum

Kemangi merupakan suatu terna, tinggi 60–70cm; batang halus dengan

daun pada setiap ruas; daun berwarna hijau muda, bentuk oval. 3-4cm panjang,

berambut halus di permukaan bagian bawah; bunganya berwarna putih, kurang

(23)

daun lebih sedikit dan tanaman cenderung cepat menua dan mati. Aroma daunnya

khas, kuat namun lembut dengan sentuhan aroma

2.2 Kalsium

2.2.1 Peranan Kalsium dalam Tubuh

Mineral berperan dalam berbagai tahap metabolisme. Keseimbangan

ion-ion mineral dalam cairan tubuh diperlukan untuk pengaturan kerja enzim-enzim,

pemeliharaan keseimbangan asam-basa, membantu transfer ikatan-ikatan penting

melalui membran sel dan pemeliharaan kepekaan otot dan syaraf terhadap

rangsangan (Almatsier, 2004 ).

Mineral yang terdapat dalam tubuh dan makanan terutama terdapat dalam

bentuk ion-ion. Mineral yang terdapat sebagai ion positif seperti Na+, K+, Ca++ dan

terdapat sebagai ion negatif seperti Cl

-Mineral kalsium dibutuhkan untuk perkembangan tulang. Kalsium sangat

penting terutama untuk anak-anak, wanita hamil, dan wanita menyusui. Jumlah , fosfat. Ion-ion ini terdapat dalam cairan

tubuh. Pada tulang dan gigi mineral berada dalam bentuk garam terutama sebagai

garam kalsium dan fosfat (Poedjiadi, 1994).

Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat di dalam tubuh,

yaitu 1,5-2% dari berat badan. Kira-kira 99% kalsium dalam tubuh terdapat pada

tulang dan gigi, terutama dalam bentuk hidroksiapatit. Absorpsi kalsium terjadi di

dalam usus halus. Peningkatan kebutuhan akan kalsium pada masa pertumbuhan,

(24)

yang dianjurkan per hari untuk anak-anak dengan usia 0-8 tahun sebesar 600 mg,

9-14 tahun sebesar 700 mg, 15-17 tahun sebesar 600 mg, dewasa sebesar 500 mg

dan wanita hamil dan menyusui sebesar 1200 mg (Gaman,1992).

2.2.2 Kalsium dalam Tumbuhan

Kalsium dalam tumbuhan diambil sebagai kation divalen (Ca2+

Dalam analisis spektrofotometri digunakan suatu sumber radiasi yang

menjorok ke dalam daerah ultraviolet spektrum itu. Dari spektrum ini dipilih ) dari dalam

tanah dan jarang kekurangan dalam kondisi normal. Kalsium penting untuk

pembelahan sel. Ia berperan dalam spindel mitosis selama pembelahan sel dan

membentuk kalsium pektat dalam lamela tengah. Karena perannya dalam

pembelahan sel, gejala kekurangan kalsium terlihat pada daerah meristematik

(Hopkins, 1995).

Kalsium mempunyai peranan penting di dalam metabolisme tumbuhan.

Secara khusus terlibat dalam pembelahan sel, karena kalsium dalam bentuk

kalsium pektat merupakan komponen integral dari lamela tengah. Pektin

merupakan polimer asam galakturonik yang membentuk garam dengan kalsium.

Sebagai tambahan, kalsium ditemukan dalam vakuola. Kalsium tidak dapat

dipindahkan setelah diambil dari tanah, sehingga simptom kekurangan terjadi

pada jaringan muda (Ting, 1982)

(25)

panjang-panjang gelombang tertentu dengan lebar pita kurang dari 1 nm. Proses

ini memerlukan penggunaan instrumen yang lebih rumit dan karenanya lebih

mahal. Instrumen yang digunakan untuk maksud ini adalah spektrofotometer, dan

seperti tersirat dalam nama ini, instrumen ini sebenarnya terdiri dari dua

instrumen dalam satu kotak , sebuah spektrometer dan fotometer (Basset, 1994).

Spektrometer adalah alat yang menghasilkan sinar dari spektrum dan

panjang gelombang tertentu, dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya

yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi. Jadi spektrofotometer digunakan untuk

mengukur energi secara relatif jika energi tersebut ditransmisikan, direfleksikan,

atau diemisikan sebagai fungsi dari panjang gelombang (Khopkar, 2002).

2.5 Spektrofotometri Serapan Atom

Peristiwa serapan atom pertama kali diamati oleh Fraunhofer, ketika

mengamati garis-garis hitam pada spektrum matahari. Spektroskopi serapan atom

pertama kali digunakan pada tahun 1955 oleh Walsh. Sesudah itu, tidak kurang

dari 65 unsur diteliti dan dapat dianalisis dengan cara tersebut. Spektroskopi

serapan atom digunakan untuk analisis kuantitatif unsur-unsur logam dalam

jumlah sekelumit (trace) dan sangat kelumit (ultratrace). Cara analisis ini

memberikan kadar total unsur logam dalam suatu sampel dan tidak tergantung

pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut.

Spektrofotometri serapan atom adalah suatu metode yang merupakan

bentuk dari spektrofotometri serapan yang digunakan untuk mendeteksi

(26)

logam dalam larutan sampel menjadi atom-atom logam berbentuk gas yang

digunakan untuk analisa kuantitatif dari logam dalam sampel. Metode

Spektrofotometri Serapan Atom mempunyai banyak kesamaan dengan

spektrofotometri serapan lainnya dalam hal alat yang terdiri dari sumber sinar,

monokromator dan detektor (Bender, 1987).

Karena garis-garis spektrum serapan atom sangat sempit dan juga

energi-energi transisi atom itu khas (untuk masing-masing unsur) maka metode analisis

yang berdasarkan pengukuran serapan (absorbansi) atom juga mempunyai sifat

spesifik yang tinggi. Kecilnya lebar garis spektrum serapan atom menimbulkan

masalah pada pengukuran absorbannya. Sebagaimana diketahui, lebar rata-rata

garis puncak serapan atom antara 0,002-0,005 nm sehingga diperlukan suatu

monokromator yang dapat memberikan sinar dengan lebar pita panjang

gelombang yang lebih sempit daripada 0,002-0,005 nm, dan hal ini sulit untuk

dilaksanakan.

Untunglah pada tahun 1955, Walsh berhasil mengatasi hal ini dengan

memakai suatu sumber sinar khusus yang memancarkan spektrum garis yang

mana salah satu garis spektrumnya mempunyai panjang gelombang yang sama

dengan panjang gelombang yang akan digunakan pada analisis dengan metode

spekroskopi serapan atom (Rohman, 2007).

Atom memiliki dua bentuk keadaan, yaitu keadaan dasar dan keadaan

tereksitasi. Keadaan dasar menunjukkan elektron pada atom berada pada tingkat

energi terendah yang mungkin ditempatinya (secara alami atom berada dalam

(27)

elektron tersebut dan menghasilkan keadaan tereksitasi. Energi dapat diberikan

pada atom dengan berbagai cara. Energi tersebut dapat dalam bentuk cahaya,

muatan listrik atau panas (Volland, 2005). Teknik ini digunakan untuk

menetapkan kadar suatu logam tertentu dengan cara mengukur intensitas emisi

atau serapan radiasi pada panjang gelombang tertentu dengan mengalirkan larutan

zat ke dalam api (Ditjen POM, 1995).

Bila suatu larutan yang mengandung logam yang dianalisa masuk ke

dalam nyala, maka akan terjadi peristiwa berikut:

a. Penguapan pelarut yang meninggalkan residu padat

b. Penguapan zat padat menjadi atom-atom penyusunnya yang mula-mula

berada dalam keadaan dasarnya.

c. Beberapa atom dapat tereksitasi oleh energi termal nyala ke tingkatan

energi yang lebih tinggi.

Jumlah atom-atom yang berada dalam keadaan tak tereksitasi jauh lebih

besar dibandingkan atom-atom tereksitasi. Atom-atom yang berada dalam

keadaan dasar ini mampu menyerap energi cahaya pada panjang gelombang

tertentu. Jauhnya penyerapan berbanding lurus dengan banyaknya atom keadaan

dasar yang berada dalam nyala (Vogel, 1989).

Ada beberapa kendala yang masih ditemui dalam penggunaan

Spektrofotometri Serapan Atom. Kendala-kendala ini antara lain gangguan kimia,

efek ionisasi dan efek viskositas pada kecepatan nebulisasi (Bender, 1987).

Berbagai faktor dapat mempengaruhi pancaran nyala suatu unsur tertentu

(28)

dapat dikelompokkan sebagai gangguan spektrum dan gangguan kimia

(Vogel,1989).

Terbentuknya atom-atom gas dalam keadaan status dasar yang merupakan

dasar Spektroskopi Nyala dapat dihalangi oleh dua bentuk utama gangguan kimia,

yaitu:

a. Pembentukan senyawa stabil

Pembentukan senyawa stabil menyebabkan tidak sempurnanya disosiasi zat yang

akan dianalisis atau pembentukan itu mungkin timbul dari pembentukan

senyawa-senyawa refraktori di dalam nyala yang tak dapat berdisosiasi menjadi atom-atom

penyusunnya. Sebagai contoh penetapan kalsium dengan adanya sulfat atau fosfat,

dan pembentukan oksida yang bersifat refraktori dari titanium, vanadium,

alumunium (Vogel, 1989).

Pembentukan senyawa stabil dapat diatasi dengan cara berikut:

1. Meningkatkan temperatur nyala dapat membentuk atom-atom gas bebas.

2. Menambahkan unsur penyangga yang berlebihan ke dalam larutan sampel

yang dianalisa.

M-X + R ↔ R-X + M

Reaksi di atas menunjukkan penambahan unsur penyangga (R) yang

berlebih akan menyebabkan bertambahnya konsentrasi atom logam gas

(M), karena unsur penyangga tersebut akan mengikat unsur pengganggu

(X). Hal ini akan terjadi jika hasil reaksi R-X merupakan senyawa yang

(29)

3. Mengekstraksi unsur pengganggu dengan pelarut organik yang tidak

bercampur dengan larutan sampel yang diperiksa (Vogel, 1989).

b. Ionisasi atom gas keadaan status dasar dalam nyala

Ionisasi akan mengurangi serapan dalam Spektrofotometri Serapan Atom. Cara

mengatasinya adalah menggunakan nyala yang bekerja pada temperatur serendah

mungkin yang masih memberikan hasil analisa unsur yang akan ditetapkan.

Ionisasi atom yang akan ditetapkan dapat juga dikurangi dengan menambahkan

penekan ionisasi, biasanya suatu larutan yang mengandung kation yang

mempunyai potensial ionisasi lebih rendah dari potensial ionisasi atom logam

yang dianalisis (Vogel, 1989).

(30)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Alat-alat

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari spektrofotometer

serapan atom (Shimadzu AA-6300), Lampu Ca 10 mA, tanur

(Gallenkamp-Muffle furnace), neraca analitik (Shimadzu), hot plate (Schott), oven (Fisher

Scientific/Isotemp® ), pisau stainless, lemari asam dan alat-alat gelas.

3.2 Bahan-bahan

HNO3 (E. Merck), larutan standar kalsium 1000 mcg/ml (E. Merck), dan

air suling (Lab. Kimia Farmasi kuantitatif Fakultas Farmasi USU).

3.3 Sampel

3.3.1 Pengambilan sampel

Sampel yang digunakan adalah sampel segar dan matang dari sawi pahit,

sawi manis, biji melinjo, dan daun kemangi yang diambil secara purposif di pasar

pagi Petisah kecamatan Medan Baru. Sampel tersebut ditanam di Brastagi.

Bagian tanaman yang diambil sebagai sampel adalah batang dan daun untuk sawi

pahit dan sawi manis, bagian daun untuk kemangi serta lapisan pertama dan

ketiga untuk biji melinjo. Sampel yang diambil adalah sampel yang matang.

Metode pengambilan sampel purposif ini ditentukan atas dasar pertimbangan

bahwa sampel yang tidak terambil mempunyai karakteristik yang sama dengan

(31)

3.3.2 Penyiapan sampel

Sawi manis, sawi pahit dan daun kemangi segar yang akan dijadikan

sampel terlebih dahulu dipisahkan perhelai. Helaian sampel dan biji melinjo

kemudian dicuci dengan air suling hingga bersih, ditiriskan, dianginkan, dirajang,

dan dikeringkan dalam oven dengan suhu 35-40ºC sampai kering (Haswell, 1991).

3.4 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di dua lokasi yaitu dekstruksi dilakukan di Lembaga

Penelitian Fakultas MIPA Universitas Sumatera Utara dan pengukuran kadar

dengan Spektrofotometer Serapan Atom dilakukan di Lembaga Pengkajian

Pangan, Obat dan Kosmetik MUI kota Medan.

3.5 Pembuatan Pereaksi Larutan HNO3 5N

Larutan HNO3

Sampel sawi pahit (Brassica juncea), sawi manis

65% b/v sebanyak 340 ml diencerkan dengan air suling

sebanyak 1000 ml (Helrich, 1990).

3.6 Proses Dekstruksi

biji

melinjo (Gnetum gnemon), dan daun kemangi (Ocimum basilicum) yang

masing-masing ditimbang seksama yaitu sebanyak 60 g untuk sawi pahit, 40 g untuk sawi

manis, 30 g untuk biji melinjo dan 10 g untuk daun kemangi yang telah kering

dimasukkan ke dalam krusibel porselen, lalu diabukan dalam tanur dengan suhu

560oC selama 2 jam dan dibiarkan hingga dingin. Abu dibasahi dengan 10 tetes

aquadest dan ditambahkan 3-4 ml HNO3 5N secara hati-hati. Kemudian kelebihan

(32)

porselen dimasukkan kembali ke dalam tanur dan diabukan selama 6 jam dengan

suhu 560oC, kemudian didinginkan (Helrich, 1990).

3.7 Pembuatan Larutan Sampel

Abu yang telah dingin dilarutkan dengan 5 ml HNO3 5 N, lalu dikeringkan

di atas penangas air dalam lemari asam. Residu dilarutkan dalam 5 ml HNO3 5 N

dan dimasukkan ke dalam labu tentukur 50 ml. Residu dibilas dengan air suling

sebanyak 3 kali. Hasil pembilasan dimasukkan ke dalam labu tentukur. Kemudian

larutan dicukupkan volumenya dengan air suling hingga 50 ml, dan disaring ke

dalam erlenmeyer. Filtrat ini digunakan sebagai larutan sampel.

3.8 Analisa Kuantitatif

3.8.1 Pembuatan Kurva Kalibrasi Larutan Baku Kalsium

Larutan baku kalsium (1000 mcg/ml) dipipet sebanyak 10 ml dan

dimasukkan dalam labu tentukur 100 ml. Ditambahkan 10 ml HNO3 5N dan

diencerkan dengan air suling hingga garis tanda (LIB I, konsentrasi larutan baku

100 mcg/ml). Dari LIB I dipipet sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam labu

tentukur 100 ml, diencerkan dengan air suling hingga garis tanda (LIB II,

konsentrasi larutan baku 10 mcg/ml). Dari LIB II masing-masing dipipet 2; 6; 15;

20; 25; dan 30 ml, dimasukkan ke dalam labu tentukur 100 ml, diencerkan dengan

air suling hingga garis tanda sehingga diperoleh larutan dengan konsentrasi 0,2;

0,6; 1,5; 2; 2,5; dan 3 mcg/ml lalu diukur absorbansinya pada panjang gelombang

422,45 nm. Dibuat kurva kalibrasi untuk larutan baku kalsium. Data dapat dilihat

(33)

3.8.2 Analisa Kalsium dalam sampel

Masing-masing larutan sampel diencerkan. Untuk sampel sawi pahit

dipipet 10 ml larutan sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml

dan diencerkan dengan air suling hingga garis tanda, homogenkan, diperoleh

larutan pengukuran untuk sampel sawi pahit. Untuk sampel sawi manis dan daun

kemangi dipipet 10 ml larutan sampel kemudian dimasukkan ke dalam labu takar

50 ml dan diencerkan dengan air suling hingga garis tanda, homogenkan. Dari

larutan pengenceran pertama dipipet 5 ml lalu dimasukkan ke dalam labu tentukur

50 ml dan diencerkan dengan air suling hingga garis tanda, homogenkan,

diperoleh larutan pengukuran untuk sampel sawi manis dan daun kemangi. Untuk

sampel biji melinjo digunakan larutan sampel sebagai larutan pengukuran.

Masing-masing larutan pengukuran sampel diukur absorbansinya dengan

spektrofotometri serapan atom pada panjang gelombang 422,45 nm. Nilai

absorbansi yang diperoleh berada dalam nilai absorbansi kurva kalibrasi larutan

baku sehingga konsentrasi kalsium dapat dihitung dengan menggunakan

persamaan regresinya.

3.9 Analisa Data secara Statistik

Untuk mengetahui diterima atau tidaknya data penelitian maka data yang

diperoleh dianalisis secara statisik dengan Qtest

Q

yang dirumuskan sebagai berikut :

│Nilai yang dicurigai – Nilai yang terdekat │

hitung

Selanjutnya nilai Q

= ( Nilai tertinggi - Nilai Terendah)

hitung dibandingkan dengan nilai Qkritis, jika nilai Qhitung lebih

(34)

dicurigai dengan nilai-nilai yang lain), begitu juga sebaliknya jika nilai Qhitung

lebih besar dari Qkritis maka hipotesis nul ditolak (ada perbedaan antara nilai yang

dicurigai dengan nilai-nilai yang lain).

Tabel1. Tabel Nilai Qkritis

Banyaknya data

pada taraf kepercayaan 95% (P=0,05) pada uji dua sisi

Q-tabel (nilai Q-kritis)

4 0,831

5 0,717

6 0,621

7 0,570

8 0,524

Jika hipotesis nul ditolak. Maka dilakukan Q test kembali tanpa mengikutsertakan

data yang dicurigai. Perhitungan ini dilakukan terus-menerus hingga diperoleh

hipotesis yang diterima.

Kadar logam yang diperoleh dapat dihitung dengan rumus

Kadar logam (µ) = X ± t × SD/ n

3.10 Uji Perolehan Kembali

Uji perolehan kembali dilakukan dengan menambahkan larutan baku

logam Ca yang jumlahnya diketahui ke dalam sampel kemudian dianalisis dengan

(35)

Perhitungan perolehan kembali dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

% Perolehan kembali =

A A F

C C C

*

x 100

Keterangan :

CF = konsentrasi total sampel

CA = konsentrasi sampel sebenarnya (awal)

(36)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Penentuan Panjang Gelombang Maksimum

Panjang gelombang maksimum kalsium diperoleh dengan menggunakan

lampu Ca pada alat Spektrofotometer Serapan Atom.

Gambar 1. Kurva penetapan panjang gelombang maksimum kalsium

Berdasarkan grafik penetapan panjang gelombang maksimum kalsium dengan

menggunakan Spektrofotometri Serapan Atom diperoleh panjang gelombang

422,45 nm. Pengukuran sampel pada panjang gelombang ini menunjukkan bahwa

(37)

4.2 Penentuan Kurva Kalibrasi

Kurva kalibrasi kalsium diperoleh dengan cara mengukur absorbansi

dari larutan standar kalsium dengan berbagai konsentrasi pada panjang gelombang

422,45 nm (Data kalibrasi kalsium dapat dilihat pada Lampiran 1 halaman 17). Dari data kalibrasi kalsium diperoleh kurva kalibrasi yang dapat dilihat pada

gambar di bawah.

Gambar 2. Kurva Kalibrasi Ca pada panjang gelombang 422,45 nm

Berdasarkan data kalibrasi pada gambar 2 diperoleh hubungan linier antara absorbansi dan konsentrasi dengan persamaan garis regresi yaitu : Y =

0,021348X - 0,000086 dan nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,9993 (perhitungan

(38)

3.3 Analisa Kalsium dalam Sampel

Dari hasil pengukuran absorbansi larutan sampel maka dapat dihitung

kadar sampel yang diperoleh (tabel data dapat dilihat pada Lampiran 4 halaman 21). Dari data tersebut diperoleh kadar rata-rata kalsium yang dapat dilihat pada

tabel di bawah ini :

Tabel 2. Kadar rata-rata logam Ca dalam Sampel

Sampel Kadar rata-rata kalsium(mg/100g bahan) Sawi Pahit

Sawi Manis

Biji Melinjo

Daun Kemangi

1,15736 ± 0,05812

14,07754 ± 0,26640

0,24663 ± 0,03195

37,18431 ± 2,89217

Menurut Daftar Komposisi Bahan Makanan yang dikeluarkan oleh Direktorat

Gizi Departemen Kesehatan Republik Indonesia diketahui bahwa kadar kalsium

untuk 100 g bahan makanan yaitu 220 mg dalam sawi, 160 mg dalam melinjo dan

35 mg dalam daun kemangi.

Dalam penelitian diperoleh kadar rata-rata kalsium sebesar 1,16 ± 0,06

mg/100 g untuk sawi pahit; 14,08 ± 0,27 mg/100 g untuk sawi manis dan 0,25 ±

0,03 mg/100 g untuk biji melinjo. Kadar sawi pahit, sawi manis dan biji melinjo

yang diperoleh lebih kecil dari kadar kalsium dalam Daftar Komposisi Bahan

Makanan DepKes RI. Perbedaan ini mungkin dikarenakan tidak disebutkannya

bagian yang digunakan dari masing-masing sampel serta perbedaan topograpi dari

tempat penanaman sampel. Selain itu, untuk sampel sawi tidak ditetapkan jenis

(39)

Untuk daun kemangi diperoleh kadar rata-rata kalsium sebesar 37,18 ± 2,89

mg/100 g dimana kadar ini mendekati nilai dari kadar kalsium dalam Daftar

Komposisi Bahan Makanan DepKes RI.

3. 4 Uji Perolehan Kembali (% Recovery)

Uji perolehan kembali dilakukan terhadap sampel biji melinjo dengan

perulangan sebanyak 6 kali sesuai dengan prosedur pengujian sampel.

Berdasarkan statistik, hasil uji perolehan kembali (%) kalsium pada sampel Biji

Melinjo adalah sebesar 84,76%. Hasil uji perolehan kembali ini memenuhi

batas-batas yang ditentukan yaitu 80% - 110% (Harmita,2004). Dari hasil yang

diperoleh tersebut maka dapat disimpulkan bahwa metode ini memberikan

ketepatan yang memuaskan. Data dapat dilihat pada lampiran 9 halaman 29.

3.5 Batas Deteksi dan Batas Kuantitasi

Pada analisa kalsium diperoleh batas deteksi sebesar 0,0576 dan batas

kuantitasi 0,1921 (data kurva kalibrasi dapat dilihat pada lampiran 1 halaman 17) sehingga pengukuran sampel dapat memenuhi kriteria cermat dan seksama

(40)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Pengukuran larutan sampel dengan menggunakan Spektrofotometri

Serapan Atom menunjukkan bahwa sampel sawi pahit, sawi manis, biji melinjo

dan daun kemangi mengandung kalsium. Hal ini dapat dilihat dengan pengukuran

yang dilakukan dengan menggunakan lampu Ca pada panjang gelombang 422,45

nm.

Hasil penetapan kadar kalsium menunjukkan bahwa kadar kalsium pada

masing-masing sampel yaitu sawi pahit sebesar 1,16 ± 0,06 mg/100 g bahan, sawi

manis sebesar 14,08 ± 0,27 mg/100 g bahan, biji melinjo sebesar 0,25 ± 0,03

mg/100 g bahan, dan daun kemangi sebesar 37,18 ± 2,89 mg/100 g bahan.

4.2 Saran

Disarankan kepada peneliti selanjutnya agar dapat meneliti kandungan

mineral yang lain seperti besi dan magnesium yang terdapat dalam sampel

sayuran di atas sehingga dapat digunakan sebagai sumber mineral. Selain itu,

kepada masyarakat agar mengkonsumsi sayur-sayuran yang beragam karena

(41)

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, S. (2002). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Cetakan II. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Hal 228, 235-236, 238, 242-246, 249-252, 255-257

Anonim a. (2008). Sawi Putih. Tanggal akses 21 Agustus 2008

Anonim b. (2008). Melinjo. Tanggal akses 21 Agustus 2008 http://id.wikipedia.org/wiki/Melinjo

Basset, J. Et al. (1991). Vogel’s Textbook of Quantitative Inorganic Analysis Including Elementary Instrumental Analysis. Longman Group Limited. London. Diterjemhkan oleh Hadyana, A.(1994). Buku Ajar Vogel Kimia Analisis Kunatitatif Anorganik. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. Hal 942-943, 955-957

Gaman, P.M. (1982). Ilmu Pangan. Penerjemah: Gardjito, M., dkk. Edisi ke-2. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal 135, 137

Hariana, A. (2006). Tumbuhan Obat dan Khasiatnya . Seri 2. Jakarta: Penabur Swadaya. Hal 26-27, 117

Harmita, 2004. Petunjuk Pelaksanaan Validasi Metode dan Cara Perhitungannya. ”Majalah Ilmu Kefarmasian”. Volume I. No. 3. Hal 117-135

Haswell, S.J. (1991). Atomic Absorption Spectrometry. Amsterdam: Elsevier. p.200.

Helrich,K. (1990). Official Methode of Analysis of the Association of Official Analytical Chemists. Fifteenth Edition. USA: Association of Official Analytical Chemists Inc. P.27, 28, 42

Hopkins, W.G., (1995). Introduction to Plant Physiolog. USA: John Wiley & Sons, Inc. P.74

Pitojo, S. (1999). dya dan Selasih. Cetakan II. Ungaran: Trubus Agriwidya. Hal 3, 4

Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Cetakan I. Jakarta: UI-Press. Hal 249. Ditjen POM. (1979). Farmakope Indonesia. Edisi ke-III. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. Hal 651, 716

(42)

Sivakali, N. (2007). Terapi Jus Buah-buahan dan Sayur-sayuran. Cetakan pertama. Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher. hal 116.

(43)

Lampiran 1. Data hasil pengukuran absorbansi larutan standar Ca

No Konsentrasi (ppm) Absorbansi

1. 2. 3. 4. 5. 6.

0,2000 0,6000 1,5000 2,0000 2,5000 3,0000

(44)

Lampiran 2. Perhitungan Persamaan Regresi untuk logam Ca

No. Konsentrasi (mcg/ml Absorbansi

Y

Persamaan garis regresi dengan rumus : Y = aX + b Keterangan : a = slope

2,80014 – 2,04526

131,4 – 96,04

0,75488

(45)

b =

=

=

=

= -0,000086

Koefisien korelasi dapat ditentukan sebagai berikut :

r =

=

=

=

= 0,9993

Jadi persamaan garis regresi adalah :

Y = 0,021348416X - 0,000086312

dengan r = 0,9993

(21,9) (0,2087) – (9,8) (0,46669)

6(21,9) – (9,8)2

4,57053 – 4,573562

131,4 – 96,04

-0,003052

35,36

(∑x2) (∑y) – (∑x) (∑xy) n (∑x2) – (∑x)2

n (∑xy) – (∑x) (∑y)

[

n (∑x2) – (∑x)2

] [

n (∑y2) – (∑y)2

]

6 (0,46669) – (9,8) (0,2087)

[

6 (21,9) – (9,8)2

] [

6 (0,00994587) – (0,2087)2

]

2,80014 – 2,04526

[

131,4 – 96,04

] [

0,05967522 – 0,04355569

]

0,75488

(46)

Lampiran 3. Contoh Perhitungan Kadar Kalsium pada Sampel Misalnya untuk kalsium pada sawi pahit

Dengan menggunakan persamaan garis regresi untuk kalsium

Y = 0,021348X - 0,000086

Keterangan : Y = Absorbansi

X = Konsentrasi (mcg/ml)

0,0546=0,021348X - 0,000086

X = 2,5616 mcg/ml

Dengan menggunakan rumus :

C x V x Fp Kadar (mcg/g) =

BS

Keterangan : C = Konsentrasi (mcg/ml)

V = Volume larutan sampel (ml)

Fp = Faktor pengenceran

BS = Berat sampel (g)

Maka kadarnya adalah :

2,5616 mcg/ml x 50 ml x 5 Kadar (mcg/g) =

60,005g

= 10,6724 mcg/g = 1,06724 mg/100 g

Fp sawi pahit = 5

Fp sawi manis = 50

Fp biji melinjo = 1

(47)

Lampiran 4. Data hasil pengukuran Ca dalam sawi manis, sawi pahit, biji melinjo dan daun kemangi

1. Sayur sawi pahit

No 2. Sayur Sawi Manis

(48)

Lampiran 5. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar logam Ca pada

Dilakukan uji penolakan hasil analisis dengan Q-test. Data ke-2 adalah data yang

paling menyimpang

10,6725 – 11,2974

Qhitung = = 0,3813

12,3112 – 10,6725

Nilai Qkritis pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,621

(49)

Rata-rata kadar kalsium dengan selang kepercayaan 95% pada sawi pahit

μ = X ± t ½ α s/√n

μ = 11,5736 ± 2,57. 0,5568/√6

(50)

Lampiran 6. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar logam Ca pada

Dilakukan uji penolakan hasil analisis dengan Q-test. Data ke-6 adalah data yang

paling menyimpang

128,7365 – 141,3250

Qhitung = = 0,6830

147,1676 – 128,7365

Nilai Qkritis pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,621

Qhitung > Qkritis

No

; maka tidak semua data diterima sehingga dilakukan uji statistik

dengan tidak mengikutsertakan data ke-6

(51)

Dilakukan uji penolakan hasil analisis dengan Q-test. Data ke-1 adalah data yang

paling menyimpang

147,1676 – 143,3558

Qhitung = = 0,6524

147,1676 – 141,3250

Nilai Qkritis

s = ∑(X – X)

pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,717

n-1

2

22,0388913 s =

5-1

s = 2,3473

Rata-rata kadar kalsium dengan selang kepercayaan 95% pada sawi pahit

μ = X ± t ½ α s/√n

μ = 140,7754 ± 2,78. 2,3473/√6

(52)

Lampiran 7. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar logam Ca pada

Dilakukan uji penolakan hasil analisis dengan Q-test. Data ke-6 adalah data yang

paling menyimpang

1,9734 – 2,3402

Qhitung = = 0,4149

2,8552 – 1,9734

Nilai Qkritis pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,621

Karena Qhitung < Qkritis ; maka semua data diterima

(53)

Lampiran 8. Analisa Data Statistik untuk Menghitung Kadar logam Ca pada Dilakukan uji penolakan hasil analisis dengan Q-test. Data ke-6 adalah data yang

paling menyimpang

320,5784 – 366,2676

Qhitung = = 0,5660

401,3082 – 320,5784

Nilai Qkritis pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,621

Karena Qhitung < Qkritis ;

SD =

maka semua data diterima

(54)

Lampiran 9. Perhitungan (%) Perolehan Kembali Sampel

Larutan baku kalsium yang ditambahkan pada masing-masing perlakuan recovery

adalah sebesar 0,45 ml dimana konsentrasi larutan baku tersebut adalah 100

mcg/ml, sehingga konsentrasi larutan baku yang ditambahkan dapat dihitung

sebagai berikut

C*A

Massabasah Volume×konsentras

=

Contoh perhitungan larutan baku yang ditambahkan

(55)

Konsentrasi larutan baku yang ditambahkan diperoleh dari

Keterangan : CF = konsentrasi sampel yang diperoleh setelah penambahan

larutan baku

= konsentrasi larutan baku yang ditambahkan

Contoh perhitungan % Perolehan kembali pada kalsium Biji Melinjo :

% Perolehan kembali

= 86,19% Dilakukan uji penolakan hasil analisis dengan Q-test. Data ke-6 adalah data yang

paling menyimpang

82,19 – 83,41

Qhitung = = 0,2455

87,16 – 82,19

Nilai Qkritis pada taraf kepercayaan 95% adalah 0,621

(56)

Lampiran 10. Perhitungan Batas Deteksi (LOD) dan Batas Kuantitasi (LOQ)

2,765236410 x 10-10

496,1221664 x 10-10

185,8096134 x 10-10

3474,866704 x 10-10

463,4203398 x 10-10

2106,222521 x 10-10

n=7 ∑(Y-Yi)2 =

6729,206581 x 10-10

Simpangan Baku (SB)

(57)

Lampiran 11. Gambar Sawi Pahit dan Sawi Manis

Gambar 1. Gambar Sawi Pahit

(58)

Lampiran 12. Gambar Biji Melinjo dan Daun Kemangi

Gambar 3. Gambar Biji Melinjo

Gambar 4. Gambar Daun Kemangi

(59)

Gambar 5. Gambar Alat Tanur

(60)

Gambar

Tabel 1. Tabel Nilai Qkritis pada taraf kepercayaan 95% (P=0,05) pada uji dua sisi
Gambar 1. Kurva penetapan panjang gelombang maksimum kalsium
gambar di bawah.
Tabel 2. Kadar rata-rata logam Ca dalam Sampel
+4

Referensi

Dokumen terkait

Activity Diagram Melihat Informasi Penyakit Berdasarkan Kategori Umur, Melihat Gejala dan Solusi Penyakit .... Rancangan Menu

[r]

Jadi dalam ayat tersebut dapat dipahami bahwa metode mujadalah atau diskusi dapat menjadi sebuah metode pendidikan yang tepat untuk mendapatkan kebenaran

Pada gambar diatas menunjukkan dosis terbesar dalam menurunkan kadar kolesterol total yaitu pada perlakuan 5 yang diberi ekstrak etanol bawang putih dengan dosis 18mg/200gr

selektif Buat distribusi intensif Buat lebih banyak distribusi intensif Selektif lepas toko yang tidak mengun- tungkan Promosi penjualan Gunakan banyak promosi penjualan

Dalam pelaksanaan pendidikan multikultural di MTs Al Hamid Banjarmasin peran serta wakil kepala sekolah bidang kesiswaan mempunyai kontribusi yang sangat besar untuk

Plagiat.. Bebas dari kerusakan atau cacat. Pemenuhan kebutuhan pelanggan semenjak awal dan setiap saat. M elakukan sesuatu secara benar semenjak awal. Sesuatu yang bisa membahagiakan

Hasil analisa sensori overall tertinggi dengan nilai 3,7 yang berarti disukai oleh panelis yaitu kombinasi perlakuan mangga matang yang diberi perendaman sodium metabisulfit