JUAL BELI DUNIA MAYA
Makalah ini disusun guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah : Fiqih Mu’a alah
Dosen Pengampu : Imam Mustofa, S.H.I., M.SI.
Disusun Oleh :
ANNISA KUMALA SARI (1502100011)
Kelas C
PROGRAM STUDI S1 PERBANKAN SYARIAH JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
2
PENDAHULUAN
Jual beli menurut bahasa artinya pertukaran atau saling menukar. Sedangkan menurut pengertian fikih, jual beli adalah menukar suatu barang dengan barang yang lain dengan rukun dan syarat tertentu. Jual beli juga dapat diartikan menukar uang dengan barang yang diinginkan sesuai dengan rukun dan syarat tertentu. Setelah jual beli dilakukan secara sah, barang yang dijual menjadi milik pembeli sedangkan uang yang dibayarkan pembeli sebagai pengganti harga barang, menjadi milik penjual.
Secara umum dikatakan online adalah bila ia terkoneksi/terhubung dalam suatu jaringan ataupun sistem yang lebih besar. Dengan Internet kita dapat menerima dan mengakses informasi dalam berbagai format dari seluruh penjuru dunia. Kehadiran internet juga dapat memberikan kemudahan dalam dunia pendidikan, hal ini terlihat dengan begitu banyaknya situs web yang menyediakan media pembelajaran yang semakin interaktif serta mudah untuk dipelajari.
3
JUAL BELI DI DUNIA MAYA (E-COMMERCE)
A. PENGERTIAN JUAL BELI DI DUNIA MAYA ( ONLINE )
Jual beli merupakan kegiatan tukar menukar harta dengan harta dengan cara –
cara tertentu yang bertujuan untuk memindahkan kepemilikannya.1
Transaksi jual beli di dunia maya atau e-commerce merupakan salah satu produk
dari internet yang merupakan sebuah jaringan komputer yang saling terhubung antara satu
dengan yang lain melalui media komunikasi seoerti kabel telephon, serat optik, satelit,
atau gelombang frekuensi. 2
E – Commerce atau transaksi elektronik merupakan transaksi yang di lakukan menggunakan sistem informasi. Electronic commerce ( e – commerce ) adalah kegiatan – kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen ( consumers ), manufaktur (manufactures),
service providers, dan pedagang penata ( intermediaries ) dengan mnenggunakan jaringan – jaringan komputer ( computer network ) yaitu internet. 3
Adanya hubungan secara langsung antara satu jaringan komputer dengan jaringan
lainnya maka sangat memungkinkan untuk melakukan satu transaksi langsung melalui
jaringan komputer. Transaksi langsung inilah yang kemudian di sebut dengan transaksi
online. Menurut Arsyad Sanusi dalam transaksi online setidaknya ada tiga tipe, yaitu :
1. Kontrak melalui chatting atau video conference
2. Kontrak melalui e – mail
3. Kontrak melalui situs atau web4
Transaksi secara online merupakan transaksi pesanan dalam model bisnis era
global yang non face, dengan hanya melakukan transfer data lewat dunia maya ( data
interchange ) via internet, yang mana kedua belah pihak antara originator dan adresse (
penjual dan pembeli ). Perkembangan teknologi inilah yang bisa memudahkan transaksi
jarak jauh, di mana manusia bisa dapat berinteraksi secara singkat walaupun tanpa face to
1
Enang Hidayat, M. Ag., Fiqih Jual Beli, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), h. 12.
2 Agus rahadjo dalam Shabhi Mahmashani,
Keabsahan Transaksi Jual Beli Online, Makalah tahun 2007 ( tidak di publikasikan ), h. 3. Sebagaimana dikutip oleh Imam Mustofa, S.H.I., M.SI., Fiqih Mualamat Komtemporer, ( Jakarta: PT RajaGrafindo.co.id, 2016 ), h. 30.
3
Imam Mustofa, S.H.I., M.SI., Fiqih Mualamat Komtemporer, ( Jakarta: PT RajaGrafindo.co.id, 2016 ), h. 31.
4
4 face, akan tetapi di dalam bisnis adalah yang terpenting memberikan informasi dan
mencari keuntungan.
Model transaksi jual beli di dunia maya saat ini berkembang sangat pesat. Sarana
transaksi juga menggunakan berbagai sarana yang ada dalam dunia maya.
Transaksi di dunia maya umumnya menggunakan media sosial, seperti twitter,
facebook, blackberry messenger dan media sosial lainnya.
B. PARA PIHAK DALAM JUAL BELI ONLINE
Perjanjian E – Commerce dikenal dua pelaku yaitu merchant/pelaku usaha yang
melakukan penjualan dan buyer / customer/ konsumen yang berperan sebagai pembeli.
Selain pelaku usaha dan konsumen, dalam transaksi jual beli melalui media internet juga
melibatkan provider sebagai penyediaan jasa layanan internet dan bank sebagai sarana
pembayaran.5
C. JENIS – JENIS TRANSAKSI DALAM E – COMMERCE
Transaksi E – commerce meliputi banyak hal, maka untuk membedakan perlu dibagi dalam jenis – jenis E – commerce.
Jenis – jenis transaksi dari suatu kegiata E – commerce adalah antara lain6 : 1. Business to Bussinessa ( B2B )
Transaksi yang terjadi antara perusahaan dalam hal ini baik pembeli
maupun penjual adalah sebuah perusahaan dan bukan perorangan.
Biasanya transaksi ini dilakukan karena mereka telah saling mengetahui
satu sama lain dan transaksi jual beli tersebut dilakukan untuk menjalin
kerja sama antara perusahaan itu.
2. Business to Consumer ( B2C )
Transaksi antara perusahaan dengan konsumen /individu. Pada jenis
transaksi di sebarkan secara umum, dan konsumen yang berinisiatif
melakukan transaksi. Produsen harus siap menerima respon dari
5
Ahmad Assakandary, Makalah Fiqih Muamalah – jual Beli Online, (Palembang: 2014), h. 6.
6
5 konsumen tersebut. Biasanya sistem yang digunakan adalah sistem web,
karena sistem ini yang susdah umum di pakai di kalangan masyarakat.
3. Consumer to Consumer ( C2C )
Transaksi jual beli yang terjadi antar individu dengan individu yang akan
saling menjual barang.
4. Consumer to Business ( C2B )
Transaksi yang memungkinkan individu menjual barang pada
perusahaan.
D. AKAD JUAL BELI ONLINE
Hukum dasar bisnis online sama seperti akad jual-beli dan akad as Salam, hal ini
diperbolehkan dalam Islam. Bisnis Online dinyatakan haram apabila:
1.Sistemnya haram, seperti money gambling Sebab judi itu haram baik di darat
maupun di udara (online)
2.Barang/jasa yang menjadi objek transaksi adalah barang yang diharamkan.
3.Karena melanggar perjanjian atau mengandung unsur penipuan.
4.Dan hal lainnya yang tidak membawa kemanfaatan tapi justru mengakibatkan
kemudharatan.
Transaksi as-salam merupakan bentuk transaksi dengan sistem pembayaran
secara tunaiatau disegerakan tetapi penyerahan barang ditangguhkan.Menurut para
Ulama,Salam dapat didefinisikan sebagai transaksi atau akad jual beli dimana barang
yang diperjualbelikan belum ada ketika transaksi dilakukan, dan pembeli melakukan
pembayaran dimuka sedangkan penyerahan barang baru dilakukan di kemudian hari.7 Jual beli secara online ini sejenis dengan jual beli salam ( pesana ). Kata salam ataupun salaf memiliki makna satu, yaitu “pesanan”. Adapun secara terminologi ialah menjual suatu barang yang telah di tetapkan dengan sifat dalam suatu tanggungan.
Akad yang terjadi dalam jual beli online ialah akad salam ( pesanan ). Akad
salam itu pada hakikatnya adalah jual – beli dengan hutang. Tapi bedanya, yang di hutang
bukan uang pembayarannya, melainkan barangnya. Sedangkan uang pembayarannya
justru di serahkan tunai. Jadi akad salam ini kebalikan dari kredit. Kalau jual – beli kredit,
barangnya diserahkan terlebih dahulu dan uang pembayarannya jadi hutang. Sedangkan
7
6 akad salam, uangnya di serahkan terlebih dahulu sedangkan barangnya belum di serahkan
dan menjadi hutang.
Apabila sistem salam yang dilaksanakan dalam jual beli via media elektronik ( E – Commerce ) , maka rukun dan syaratnya juga harus sesuai dengan transaksi salam. 8 Rukun salam yaitu :
1. Muslim ( Pembeli atau pemesan )
2. Muslam ilaih ( penjual atau penerima pesenan )
3. Muslam fih ( barang yang di pesan ) tunai untuk waktu yang di tentukan, hendaknya kamu menuliskannya.
Adapun dalil As – Sunnah, dalil dengan salam ini di sebutkan dalam hadist
riwayat Ibnu Abbas RA : Ibnu Abbas RA berkata bahwa ketika Nabi SAW baru tiba di
Madinah, orang – orang madinah biasa meminjamkan buah kurma satu tahun dan dua tahun. Maka Nabi SAW bersabda : “Siapa yang meminjamkan buah kurma maka harus meminjamkan dengan timbangan yang tertentu dan sampai pada masa yang tertentu”. (
HR. Bukhari dan Muslim )
Sedangkan dari ijma‟, Ibnu Al – Munzir menyebutkan bahwa semua orang yang kami kenal sebagai ahli ilmu telah bersepakat bahwa akad salam itu merupakan akad
yang di perbolehkan.9
Jual beli disyariatkan di dalam Al – Quran, Sunnah, Ijma dan dalil akal. 10
Allah SWT berfirman, dalam Surah Al – Baqarah ayat 275 yang artinya : “....Dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan Riba...” (Al – Quran, 2:275)
8
Imam Mustofa, S.H.I., M.SI., Fiqih Mualamat...,h. 45.
9
Ibnu Qudamah, Al Mughni, (Beirut: Dar Al-Fikr, Juz IV, h. 304 sebagaimana dikutip oleh Ahmad Assakandary, dalam Makalah Fiqih Muamalah... h. 8-9.
10
7 Transaksi jual beli via media elektonik di anggap sebagai ittihad al – majlis ,
seingga akad jual beli tersebut sah, karena masing – masing muta‟aqqidain saling
mengetahui dan mengetahui objeknya ( al – madi ) sehingga tidak terjadi garar ( ketidak
jelasan ). Dengan demikian maka akan terealisasi ijab dan qabul yang di dasari suka sama
suka.
E. TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP JUAL BELI SECARA
ONLINE
Dalam hukum islam, kalau dilihat secara sepintas mungkin mengarah pada
ketidak dibolehkannya.
Ungkapan Abdullah bin Mas‟ud : bahwa apa yang telah dipandang baik oleh muslim maka baiklah dihadapan Allah, begitu sebaliknya. Yang paling terpenting adalah
kejujuranm keadilan, dan kejelasan dengan memberikan data secara lengkap, dan tidak
ada niatan untuk menipu atau merugikan orang lain, sebagaimana firman Allah dalam
surah Al – Baqarah ayat 282 di atas.
F. LANGKAH – LANGKAH JUAL BELI SECARA ONLINE
Langkah – langkah yang di dapat kita tempuh agar jual beli secara online ini di perbolehkan, halal, dan sah menurut syari‟at Islam di antaranya :
1. Produk yang di jual maupun yang di beli halal.
Kewajiban menjaga hukum halal – haram dalam objek perniagaan tetap
berlaku, termasuk dalam perniagaan secara online, mengingat islam
mengharamkan hasil perniagaan barang atau layanan jasa yang haram,
sebagaimna di tegaskan dalam hadist : “sesungguhnya bila allah telah
mengharamkan atas suatu kaum untuk memakan sesuatu, pasti ia mengharamkan pula hasil penjualannya. “ ( HR Ahmad, dan lainnya).
Boleh jadi ketika berniaga secara online, rasa sungkan atau segan kepada orang lain sirna atau berkurang. Namun kita pasti menyadari bahwa Allah „Azza wa Jalla tetap mencatac halal atau haram perniagaan kita.
2. Kejelasan Status
Di antara poin terpenting yang harus kita perhatikan dalam setiap
perniagaan adalah kejelasan status. Apakah sebagai pemilik atau paling kurang
8 Ataukah kita hanya menawarkan jasa pengadaan barang dan atas jasa ini kita
mensyaratkan imbalan tertentu.
3. Kesesuaian harga dengan kualitas barang
Sebelum melakukan jual beli online biasanya kita melihat katalog
terlebih dahulu. Salah satu cara promosi dalam perniagaan, setiap penjual
mempunyai cara tersendiri untuk membuat produknya dikenal oleh semua orang.
Di perlukan pertimbangan yang harus di lakukan sebelum penjual akan
memasarkan produknya dalam suatu media, karena media yang akan digunakan
juga harus tepat dengan target membertikan manfaat yang efektif bagi penjual
dalam mempromosikan produknya. Untuk memudahkan konsumen, maka di buat
lah katalog dalam media promosi.
Katalog adalah sebuah alat publikasi yang di gunakan penjual sebagai
cara untuk mempromosikan produk dan layanan penjual tersebut yang
menyajikan secara rinci informasi produk dan jasa yang di perjual belikan secara
langsung kepada calon konsumen maupun konsumen yang sudah ada untuk
mendorong penjualan tersebut. 11
Dalam jual beli online, kerap kali jumpai banyak pembeli merasa kecewa
setelah melihat pakaian atau barang yang telah dibeli secara online. Entah itu
karna kualitas barangnya ataukah ukuran yang ternyata tidak sesuai dengan yang
kita inginkan. Sebelum hal ini terjadi kembali pada kita, patutnya kita
mempertimbangan apakah harga yang di tawarkan telah sesuai dengan kualitas
barang yang akan dibeli.Sebaiknya kita juga meminta foto real dari keadaan
barang yang akan di jual.
4. Kejujuran dalam jual beli online
Berniaga secara online, walaupun memiliki banyak keunggullan dan kemudahan,
namun bukan berarti ntanpa masalah. Berbagai masalah dapat saja muncul pada
perniagaan secara online. Terutama masalah yang berkaitan dengan tingkat
manah kedua belah pihak.
Bisa jadi ada orang yang melakukan pembelian atau pemesanan. Namun setelah
barang kita kirim kepadanya, ia tidak melakukan pembayaran atau tidak melunasi
sisa pembayarannya. Bila kita sebagai pembeli, bisa jadi setelah melakukan
11Rach at Syafe’i,
Fiqih Muamalah, h. 88. Sebagaimana dikutip oleh Khoirya fatmawaty dalam
9 pembayaran atau paling kurang mengirim uang muka, ternyata penjual
pengkhianat dan tidak mengirimkan barang. Bisa jadi barang yang dikirim
ternyata tidak sesuai dengan apa yang ia gambarkan di situsnya atau tidak
sesuaidengan yang kita inginkan.
Kita bayangkan betapa susah dan repotnya bila mengalami kejadian seperti itu.
Karena itu, walaupun kejujuran di tekankan dalam setiap perniagaan, pada
perniagaan secara online tentu lebih di tekankan lagi.
G. RESIKO JUAL BELI ONLINE
Resiko Penjual :
1. Pembatalan pesanan ketika barang sudah di produksi
2. Jaringan trauble ( akses terputus
3. Pengembalian barang yang tidak sesuai keinginan
4. Penipuan. Ketika barang sudah di kirim, uang belum di transfer
5. Foto – foto di duplikasi oleh penjual lain
Resiko pembeli :
1. Barang datang terlambat, tidak sesuai kesepakatan
2. Barang tidak sesuai dengan yang di inginkan ( tidak sesuai spesifikasi dalam
iklan )
3. Kualitas dan harga tidak sebanding
4. Penipuan. Uang sudah ditransfer, barang tak kunjung datang
5. Kurangnya transparasi produk yang di jual
H. PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN TRANSAKSI ONLINE DI INDONESIA
Kegiatan jual beli secara online merupakan cara baru yang cukup berkembang saat ini, sebab dapat memudahkan konsumen dalam memenuhi kebutuhan berbelanja.
Tranksasi online menjadi pilihan karena memiliki keunggulan antara lain lebih praktis serta mudah dan dapat dilakukan kapanpun selama memiliki koneksi internet, namun di sisi lain memiliki dampak negatif yaitu timbulnya
10 konsumen.Kemungkinan terjadinya kasus penipuan juga begitu besar, disebabkan oleh kurangnya informasiyang seringkali diterima oleh konsumen.12
Walaupun secara keabsahan proses transaksi sudah dijelaskan pada Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPer)pada pasal 1458 yang menyebutkan :“Jual Beli dianggap telah terjadi antara kedua belah pihak, seketika setelahnya orang-orang ini mencapai sepakat tentang kebendaan tersebut dan harganya, maupun harganya belum dibayar.”
Jelas ini menjadi pekerjaan tambahan untuk memberi rasa nyaman untuk kedua belah pihak baik penjual maupun konsumen. Oleh karena itu, maka keperluan adanaya perlindungan hukum bagi konsumen yang melakukan transaksi online sangat diperlukan 4terutama karena konsumen memiliki hak secara universal harus dilindungi yakni hakatas keamanan dan keselamatan serta hakatas informasi yang benar.Di Indonesia saat ini belum ada undang-undang khusus yang mengatur mengenai transaksi online. Begitu pula dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik yang belum dapat digunakan sebagai dasar menanganai kasus penipuan dalam transaksi online di Indonesia.
Undang-undang di Indonesia saat ini yang dapat digunakan sebagai pedoman dalam hal ini adalah Undang-undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen (UUPK) karena bertujuan untuk menciptakan sistem perlindungan konsumen yang mengandung unsur kepastian hukum dan keterbukaan informasi serta akses untuk mendapatkan informasi, meskipun di dalamnya tidak secara khusus mengatur transaksi online. Beberapa pasal yang dapat dijadikan pedoman dalam menyelesaikan kasus penipuan pada transaksi online adalah sebagai berikut13 :
1. Pasal 8 ayat (1) huruf d, e, dan f yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dilarang memproduksi dan/atau memperdagangkan barangdan/atau jasa yang tidak sesuai dengan mutu, kondisi maupun janji sebagaimana dinyatakan dalam label, keterangan,iklan maupun promosi penjualan barang dan/atau jasa tersebut.
12
Husni syawal dan Neni Sri Maniyani, Aspek Hukum Transaksi Online, (Bandung: CV. Mandar Maju), h. 41. Dalam Jurnal Kertha Semaya Vol.03,No.01,Januari 2015, h. 3.
13
11 2. Pasal 16 huruf a dan b yang menyebutkan bahwa pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa melalui pesanan dilarang untuk tidak menepati pesanan dan/atau
kesepakatan waktu penyelesaian sesuai dengan yang dijanjikan serta dilarang untuk tidak menepati janji atas suatu pelayananan dan/atau prestasi.
Berdasarkan akan apa yang sudah diuraikan di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa perlu adanya kepastian hukum terhadap perlindungan bagi konsumen yang melakukan transaksi online. Selain dikarenakan konsumen memiliki hak-hak yang penting untuk ditegakkan, tetapi juga demi menumbuhkan kesadaran pelaku usaha agar tidak melakukan penipuan terhadap konsumen. Dengan menumbuhkan kesadaran pelaku usaha mengenai pentingnya perlindungan konsumen sehingga tumbuh sikap yang jujur dan
bertanggung jawab dalam berusaha.
12 KESIMPULAN
Jual beli dunia maya atau online diperbolehkan asal tidak mengandung unsur gharar atau penipuan. Jual beli juga dilakukan atas dasar suka sama suka dan tidak merugikan salah satu pihak oleh karena itu si penjual dan si pembeli harus paham atau mengetahui terlebih dahulu resiko apa yang akan terjadi bila melakukan transaksi jual beli secara online.
13 DAFTAR PUSTAKA
Enang Hidayat, M. Ag., Fiqih Jual Beli, Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015.
Imam Mustofa, S.H.I., M.SI., Fiqih Mu‟amalah Kontemporer, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,2016.
Nizaruddin, S. Ag, MH., Fiqih Muamalah, Yogyakarta: Idea Press, 2013.
Agus rahadjo dalam Shabhi Mahmashani, Makalah Keabsahan Transaksi Jual
Beli Online, 2007.
Ahmad Assakandary, Makalah Fiqih Muamalah – jual Beli Online, Palembang:
2014.
Kertha Semaya Dalam Jurnal Vol.03,No.01,Januari 2015.
Khoirya fatmawaty dalam Skripsi Jual Beli menggunakan Katalog Ditinjau dari
Etika Bisnis Islam, 2014.
Arsyad Sanusi, E-commerce Hukum dan Solusinya, Jakarta: PT Mizan Grafika
Sarana, 2001.
Daniel Alfredo Sitorus dalam Skripsi Perjanjian Jual Beli Melalui Internet
( E-commerce) Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata, 2015.
Munir Fuady, S.H., M.L.L.M, Pengantar Hukum Bisnis, Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2002.
Husni syawal dan Neni Sri Maniyani, Aspek Hukum Transaksi Online, Bandung: