HUKUM JUAL BELI ONLINE (E-COMMERCE)
Makalah ini dibuat guna untuk memenuhi tugas mata kuliah
Fiqih Kontemporer
DosenPengampu :Imam Mustofa, SHI, MSI
Kelompok 4 Orang Ke 2
WAHYU EDI SAPUTRA
14125089
Hukum ekonomi syariah (HESy)
Semester VI (B)
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO
JURUSAN SYARIAH DAN EKONOMI ISLAM
Sistem Jual Beli Online (E-Commerce)
E-commerce atau transaksi elektronik merupakan transaksi yang dilakukan menggunakan sistem informasi. Elektronik commerce (E-commerce) adalah kegiatan-kegiatan bisnis yang menyangkut konsumen (consumers), manufaktur
(manufactures), service providers, dan pedagang penata (intermediaries) dengan menggunakan jaringan-jaringan komputer (computer network) yaitu internet.1
Menurut Ridwan Sanjaya dan Wisnu Sanjaya dalam bukunya Membangun Kerajaan Bisnis Online yang di kutip oleh Imam Mustofa (E-commerce
merupakan salah satu implementasi dari bisnis online. Berbicara mengenai bisnis online tidak terlepas dari transaksi seperti jual beli via internet. Transaksi inilah yang kemudian dikenal dengan electronic commerce yang lebih populer dengan istilah e-commerce. E-commerce merupakan aktifitas pembelian, penjualan, pemasaran dan pelayanan atas produk dan jasa yang ditawarkan melalui jaringan komputer. Dunia industri teknologi informasi melihatnya sebuah aplikasi bisnis secara elektronik yang mengacu pada transaksi-transaksi komersial.2
Adanya hubungan secara langsung antara satu jaringan komputer dengan jaringan yang lainnya maka sangat memungkinkan untuk melakukan satu transaksi langsung melalui jaringan komputer. Transaksi langsung inilah yang kemudian disebut dengan transaksi on line. Menurut Arsyat Samuni dalam transaksi on line setidaknya ada tiga tipe yaitu:
1. Kontrak melalui chatting atau video conference; 2. Kontrak melalui E-mail;
3. Kontrak melalui situs atau web.3
1 Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik (E-Commerce) Dalam Perspektif Fikih”, Jurnal
Hukum Islam, ( Pekalongan: Stain Pekalongan, Volume 10, No. 2, Desember 2012), H. 150.
2
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara,
2015), H.28.
3 Arsyat Samsuni, E-Commerce Hukum Dan Solusinya, (Jakarta: Pt Mizan Grafika
Penjelasan dari ilustrasi diatas adalah:
1. Pembeli menentukan spesifikasi barang yang akan dibeli (biasanya gambar barang atau cntoh barang dipampang disuatu situs);
2. Pembeli melakukan pemesanan barang dengan tertentu sesuai harga yang tertera;
3. Pembeli membayar harga sesuai dengan kesepakatan, biasanya dengan cara transfer yang melibatkan pihak bank atau melalui internet atau sms banking.4
Ilustrasi lain dari proses transaksi elektronik adalah sebagai berikut:
Penjelasan dari ilustrasi diatas adalah sebagai berikut:
1. Konsumen meletakkan barang belanjaanya dengan memilih item dari sebuah situs dan memasukkanya dalam troli belanja, ketika pembeli melakukan request, maka situs akan me-replay berdasarkan ttal barang yang dipesan, harga jumlah, total harga dan sampai nomor urut transaksi; 2. Pembeli mengirimkan pemesanan barang, termasuk didalamnya
melengkapi data pembayaran. Informasi pembayaran ini akan terenkripsi menggunakan pipeline software socket layer (SSL) yang terpasang antara browser web pembeli dan sertifikat wab SSL penjual;
3. Selanjutnya situs e-commerce akan me-request otorisasi pembayaran dari
payment gateway. payment gateway meneruskan memintanya ke bank dan pengolah pembayaran. Pada bagian ini, otorisasi dilakukan dengan
me-request harga kepemegang kartu dan harus disetel untuk disesuaikan dengan mengurangi saldo rekening pemegang kartu (card bolder). Proses ini dilakukan untuk memastikan bahwa pembayaran disetujui oleh perusahaan yang mengeluarkan kartu ktidit bagi pembeli (isuuer) dan memastikan bahwa penjual mendapatkan pembayaran;
5. Selanjutnya penjual me-request pembayaran, mengirimkan kepada request tersebut ke payment gateway yang menangani proses pembayaran menggunakan processor.
6. Transaksi disetel atau diteruskan oleh pihak bank untuk segera mendeposit saldo rekening penjual di bank. 5
Model transaksi jual beli di dunia maya saat ini berkembang sangat pesat. Sara transaksi juga menggunakan sarana yang ada dalam dunia maya. Transaksi di dunia maya umumnya menggunakan media sosial, seperti twiiter, facebook, black bary massanger dan media sosial lainnya. Dalam transaksi di dunia maya, antara pihak yang bertransaksi tidak bertemu langsung, akan tetapi dapat berkomunikasi langsung, baik secara audio maupun audio visual. Selain itu, komunikasi antara keduanya dapat melalui tulisan, seperti inbox via facebook, via Short Message Service/SMS, via e-mail dan media tulis lainya yang disediakan di dunia maya.6
Kegiatan dalam E-commerce antara lain meliputi transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem nanagemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis. E-commerce sendiri merupakan aplikasi dari e-binis
yang berkaitan dengan transaksi bisnis yang berkaitan dengan transaksi komersial, seperti: transfer dana secara elektronik, SCM (supply chain management), e-marketing/online marketing, pemtosesan transaksi online, pertukaran data elektronik, dan lain-lain. E-commerce akan mengubah semua kegiatan marketing dan juga sekaligus memangkas biaya-biaya operasional untuk kepentingan trading (perdagangan). Proses yang ada dalam E-commerce adalah sebagai berikut:
1. Presentasi electronis (pembuatan web site) untuk produk dan layanan. 2. Pemesanan secara langsung dan tersedianya tagihan.
3. Otomasi account pelanggan secara aman (baik nomor rekening maupun nomor kartu kredit).
5
Ridwan Sanjaya dan Wisnu Sanjaya, Membangun Kerajaan Bisnis Online (Tuntunan
Praktis Menjadi Pebisnis Online), Jakarta: Kompas Gramedia, 2009), Hal. 69-70.
4. Pembayaran yang dilakukan secara langsung (online) dan penanganan transaksi.7
Dalam transaksi jual beli secara elektronik, pihah-pihak yang terkait antara lain:
1. Penjual atau marchant atau pengusaha yang menawarkan sebuah produk melalui internet sebagai pelaku usaha;
2. Pembeli atau konsumen yaitu setiap norang yang tidak dilarang oleh undang-undang, melakukan transaksi jual beli produk yang di tawarkan oleh penjual/pelaku usaha/merchant;
3. Bank sebagai pelaku penyalur dana dari pembeli atau konsumen kepada penjual/pelaku usaha/merchant;
4. Provider sebagai penyedia jasa layanan akses internet.8
Pada dasarnya pihak-pihak dalam jual beli secara elektronik tersebut diatas, masing-masing memiliki hak dan kewajiban. Penjual/pelaku usaha/merchant merupakan pihak yang menawarkan produk melalui internet, oleh karena itu, seorang penjual wajib memberikan informasi secara benar dan jujur atas produk yang ditawarkanya kepada pembeli atau konsumen. Disamping itu, penjual juga harus menawarkan produk yang di perkenankan oleh undang-undang, mahsudnya produk yang ditawarkan tersebut bukan barang yang bertentangan dengan perundan-undangan, tidak rusak ataupun mempunyai cacat tersembunyi, sehingga barang yang di tawarkan adalah barang yang layak untuk di perjual belikan. Dengan demikian transaksi jual beli termaksud tidak menimbulkan kerugian bagi siapapun yang menjadi pembelinya. Di sisi lain, penjual ataupun pelaku usaha memiliki hak untuk mendapatkan pembayaran dari pembeli/konsumen atas harga barang yang dijualnya, juga berhak mendapatkan
7 Dewi Shanti Nugrahani, “E-Commerce Untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil Dan
Menengah”, Jurnal Manajemen Dan Bisnis, (Purworejo: STIE Rajawali Purworejo, No.1, Januari 2011), h.12.
8 Makarim Edmon, Kompilasi Hukum Telematika, ( Jakarta:PT. Gravindo Persada, 2000),
perlindungan atas tindakan pembeli/konsumen yang beritikad tidak baik dalam melaksanakan transaksi jual beli secara elektronik ini.9
Seorang pembeli/konsumen memiliki kewajiban untuk membayar harga barang yang telah di belinya dari penjual sesuai jenis barang dan harga yang telah di sepakati antara penjual dan pembeli tersebut. Selain itu, pembeli juga wajib mengisi data identites diri yang sebenar-benarnya dalam formulir penerimaan. Di ssi lain, pembeli/atau konsumen berhak mendapatkan informasi secara lengkap atas barang yang akan di belinya dari seorang penjual, sehingga pembeli tidak dirugikan atas produk yang telah dibelinya itu. Pembeli juga berhak mendapatkan perlindungan hukum atas perbuatan penjual/pelaku usaha yang beritikat tidak baik.10
Bank sebagai perantara dalam transaksi jual beli secara elektronik, berfungsi sebagai penyalur dana atas pembayaran suatu produk dari pembeli kepada penjual produk itu, karenamungkin saja pembeli/konsumen yang berkeinginan membeli produk dari penjual melalui internet berada di lokasi yang letaknya saling berjauhan sehingga pembeli termaksud harus menggunakan fasilitas bank untuk mrlakukan pembayaran atas harga produk yang telah dibelinya atas penjual, misalnya dengan proses pentrasferan dari rekenng pembeli kepada rekening penjual (acount to acount). Provider merupakan pihak lain dalam transaksi jual beli secara elektronok, dalam hal ini provider memiliki kewajiban untuk memberikan layanan akses 24 jam kepada calon pembeli untuk melakukan transaksi jual beli secara elektronik melalui media internet dengan penjual yang menawarkan produk lewat internet tersebut, dalam hal ini terdapat kerjasama antara penjual/pelaku usaha dengan provider dalam menjalankan usaha melalui internet ini.11
Jual beli yang dilakukan via teknologi modern sebagaimana disebutkan keabsahannya tergantung pada terpenuhi atau tidaknya rukun dan syarat yang
9
Ibid. H. 66.
10
Azhar Muttaqin, “Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Jual Beli Islam”,
Jurnal, (Fakultas Agama Islam UMM, Volume VI, Tahun IV, Januari-Juni 2010), H.461
berlaku dalam jual beli.12Akad dalam transaksi elektronik di dunia maya berbeda dengan akad secara langsung. Transaksi elektronik biasanya menggunakan akad secara tertulis, (E-mail, Short Massage Service/SMS, via e-mail, Black Bary Massanger/BBM dan sejenisnya) atau menggunakan lisan (via telepon) atau video seperti teleconverence. Dimana suatu barang dipajang di laman internet dengan dilebeli harga tertentu. Kemudian bagi konsumen atau pembeli yang menghendaki maka mentransfer uang sesuai dengan harga yang tertera dan ditambah ongkos kirim. 13Waktu yang digunakan untuk pengiriman tergantung jarak, lama tempuh atau kebijakan pihak ketiga sebagai pengirim. Apabila terjadi kerusakan barang pada saat pengiriman, biasanya menjadi tanggung jawab pengirim atau penjual.14
Mengenai sistem pembayaran atau penyerahan uang pengganti barang, maka umumnya adalah dilakukan dengan cara transfer. Bila sistem yang berlaku seperti ini, maka pada dasarnya jual beli ini adalah jual beli salam. Pembeli memilih barang dengan spesifikasi tertentu kemudian membayarnya, setelah itu barang akan diserahkan atau dikirim kepada pembeli. Hanya saja dalam transaksi salam, uang yang dibayarkan dimuka seperti halnya transaksi salam.15
Salam ialah menjual sesuatu yang tidak dilihat zatnya, hanya ditentukan dengan sifat; barang itu ada didalam pengakuan (tanggungan) si penjual.16 Apabila sistem salam dilakukan dalam jual beli via media elektronik ( e-commerce), maka rukun dan syaratnya juga harus sesuai dengan transaksi salam. Rukun salam yaitu:
a. Muslim (pembeli atau pemesan);
b. Muslam ilaih (penjual atau penerima pesanan); c. Muslam fih (barang yang dipesan);
d. Ra’sul mal (harga pesanan atau modal yang dibayarkan);
12 Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik..., H .171.
13 Ibid. H. 171.
14
Azhar Muttaqin, “Transaksi E-Commerce..., H. 465.
15
Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik..., H .175.
16 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam (Hukum Fiqh Islam), (Bandung: PT. Sinar Baru
e. Shighat ijab-qobul (ucapan serah terima).17
Adapun mengenai syarat salam, secara umum sama dengan akad jual beli. Beberapa ulama menentukan syarat transaksi jual beli yang dilakukan dengan perantara:
a. Kesinambungan antara ijab dan qabul. Menurut Jumhur, selain
Syafi’iyah qabul tidak harus langsung,
b. Qabul dilakukan ditempat sampainya ijab; c. Kesesuaian antara ijab dan qabul;
d. Tidak adanya pengingkaran dari salah satu pihak yang bertransaksi. 18
17
Anonim, Al-Mausu’ah Fiqhiyah, ( Digital Library, Maktabah Syamilah
Al-Isdar Al-Saini, 2005), II/8855.
18 Ahad al-Taubah al-‘Ilm, Buhuts Li Ba’di Nawazil al
-Fiqhiyyah al-Mu’asirah, (Digital
DAFTAR PUSTAKA
Ahad al-Taubah al-‘Ilm, Buhuts Li Ba’di Nawazil al-Fiqhiyyah al-Mu’asirah, (Digital Library, al-Maktabah al-Syamilah al-Isdar al-Sani, 2005).
Anonim, al-Mausu’ah al-Fiqhiyah, ( digital library, Maktabah Syamilah al-Isdar al-Saini, 2005), II/8855.
Arsyat Samsuni, E-Commerce Hukum Dan Solusinya, (Jakarta: Pt Mizan Grafika Sarana, 2001).
Azhar Muttaqin, “Transaksi E-Commerce Dalam Tinjauan Hukum Jual Beli
Islam”, Jurnal, (Fakultas Agama Islam UMM, Volume VI, Tahun IV, Januari-Juni2010).
Dewi Shanti Nugrahani, “E-Commerce Untuk Pemasaran Produk Usaha Kecil
Dan Menengah”, Jurnal Manajemen Dan Bisnis, (Purworejo: STIE
Rajawali Purworejo, No.1, Januari 2011).
Imam Mustofa, “Transaksi Elektronik (E-Commerce) Dalam Perspektif Fikih”, Jurnal Hukum Islam, ( Pekalongan: STAIN Pekalongan, Volume 10, No. 2, Desember 2012).
Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Yogyakarta: Kaukaba Dipantara, 2015).
Makarim Edmon, Kompilasi Hukum Telematika, ( Jakarta:PT. Gravindo Persada, 2000 ).
Novianto Languyu, Kedudukan Hukum Penjual Dan Pembeli Dalam Bisnis Jual Beli Online, Jurnal, (Lex Et Societatis, Volume III, No. 9, Oktober 2015). Ridwan Sanjaya dan Wisnu Sanjaya, Membangun Kerajaan Bisnis Online
(Tuntunan Praktis Menjadi Pebisnis Online), Jakarta: Kompas Gramedia, 2009).