• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran m Pembelajaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran m Pembelajaran "

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN SASTRA

Sabjan Badio1

A. Pengantar

Implementasi Kurikulum 2013 yang syarat dengan karakter dan kompetensi, hendaknya disertai dengan penilaian secara utuh, terus-menerus, dan berkesinambungan. Hal tersebut bertujuan agar dapat mengungkap berbagai aspek yang diperlukan dalam mengambil keputusan (Mulyasa, 2014:135).

Penilaian atau evaluasi merupakan proses menyimpulkan dan

menafsirkan fakta-fakta dan memuat pertimbangan dasar profesional untuk mengambil kebijakan pada sekumpulan informasi tentang peserta didik. Penilaian yang tepat bagi peserta didik tidak hanya menunjukkan perilaku peserta didik yang lengkap, tetapi juga peserta didik yang hidup dan nyata sesuai dengan harapan (Surapranata dan Hatta, 2007). Definisi tersebut sejalan dengan definisi penilaian atau assessment yang disampaikan oleh Airasian dan Gronlund, yaitu proses pengumpulan, analisis, dan penafsiran informasi untuk menentukan seberapa jauh seorang peserta didik dapat mencapai tujuan pendidikan (Nurgiyantoro, 2011:22).

Untuk dapat melakukan penilaian, tentu saja diperlukan alat. Alat tersebut dibedakan menjadi tes dan nontes. Tes terdiri atas beberapa jenis, bergantung kriteria pembedaannya. Berdasarkan bentuknya, tes terdiri atas tes objektif, tes uraian, tes uraian objektif, serta tes lisan dan kinerja.

Sementara itu, alat penilaian nontes terdiri atas kuesioner, pengamatan, wawancara, penugasan, dan portofolio. Alat tes dan nontes tersebut memiliki karakteristik dan metode tersendiri dalam menjalankan fungsinya pada proses penilaian.

Alat nontes pertama adalah kuesioner atau angket. Kuesioner atau angkat berbentuk daftar pertanyaan tertulis yang ditujukan kepada peserta didik mengenai masalah-masalah tertentu. Alat yang kedua adalah

pengamatan atau oberservasi. Pengamatan atau observasi merupakan cara untuk mendapatkan infomasi dengan mengamati atau melakukan observasi secara cermat dan terencana. Alat yang ketiga adalah wawancara atau interview. Wawancara atau interview merupakan proses pengumpulan informasi dengan cara tanya jawab sepihak. Alat keempat adalah penugasan. Penugasan merupakan proses pengumpulan informasi dengan cara memberi tugas atau pekerjaan secara sistematis dan berkelanjutan kepada peserta didik. Sementara itu, alat kelima adalah portofolio. Portofolio berkenaan dengan dokumen yang dimiliki dan atau dihasilkan peserta didik.

1

(2)

2

Portofolio bukanlah istilah asing bagi masyarakat Indonesia. Ketika melamar pekerjaan, khususnya bidang industri kreatif, pelamar sering ditanya tentang portofolio. Portofolio di sini dimaksudkan sebagai kumpulan karya terbaik si pemalar untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam seleksi. Pada dunia akademis, portofolio secara sederhana diartikan sebagai kupulan karya peserta didik. Istilah portofolio semakin populer ketika pemerintah menggulirkan program sertifikasi guru dan dosen di mana di antara jalur yang dapat ditempuh pada sertifikasi tersebut adalah jalur portofolio.

Menurut Nurgiyantoro (2013:100), portofolio mulai dikenal luas sejalan dengan kemunculan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada tahun 2004 dan dilanjutkan dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP, pengembangan dari KBK) pada tahun 2006. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa di antara kekhasan KBK dan KTSP adalah penilaian portofolio. Penilaian portofolio ini tetap dianggap penting pada Kurikulum 2013. Bahkan, penilaian portofolio dalam Kurikulum 2013 harus dilaksanakan secara utuh, berkesinambungan, serta mencakup seluruh kompetensi inti yang dikembangkan (Mulyasa, 2014:148).

B. Hakikat Portofolio

Seperti dinyatakan pada bagian pengantar, portofolio berkenaan dengan dokumen yang dimiliki dan atau dihasilkan peserta didik. Dokmen tersebut secara spesifik mengacu kepada kerja produktif siswa. Dengan kata lain, portofolio merupakan kumpulan bukti tentang apa yang dapat dilakukan oleh siswa, bukan apa yang tidak dapat dilakukan siswa (Depdiknas, 2002: 3). Nurgiyantoro (2013: 101) menegaskan, portofolio merupakan sekumpulan karya peserta didik yang disusun secara sistematis selama jangka waktu pembelajaran tertentu. Di Indonesia, jangka waktu yang lazim digunakan adalah tiga bulan (triwulan), empat bulan (caturwulan), enam bulan (semester), dan satu tahun pelajaran.

Ada beberapa catatan penting atas definisi portofolio. Pertama,

(3)

3

Uraian tersebut menegaskan bahwa portofolio berkenaan dengan unjuk kinerja peserta didik yang menggambarkan kondisi nyata kemampuan peserta didik. Sebagai unjuk kerja, portofolio tidak sekadar mencerminkan kemampuan peserta didik, melainkan juga menggambarkan perkembangan atau kemajuan belajar peserta didik. Dengan begitu, pendidik akan dapat memantau dan memahami perkembangan belajar peserta didiknya. Dengan karakteristik tersebut, para ahli menggolongkan portofolio ke dalam

penilaian otentik (authentic assessment).

Pada dasarnya, peserta didik tidaklah mungkin berangkat dari kemampuan yang sama persis pada awal pembelajaran. Oleh karena itu, capaian-capaian pembelajaran antara peserta didik satu dengan peserta didik lain dapatlah berbeda. Dengan prinsip ini, siswa yang berkemampuan sama pada akhir pembelajaran, bisa jadi tidak menunjukkan perkembangan yang sama jika kita melihat kemampuan dasar yang dimiliki ketika memulai pembelajaran atau sebaliknya, bisa jadi siswa yang berkemampuan berbeda memiliki kemampuan yang hampir sama pada akhir pembelajaran.

Lebih jauh lagi, ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan berkenaan dengan penilaian portofolio (Surapranata dan Hatta, 2007:80). Prinsip-prinsip tersebut adalah (1) saling percaya, peserta didik dengan guru maupun dengan peserta didik lain harus saling percaya, (2) kerahasiaan, objek portofolio (evidence) merupakan rahasia sampai waktu eksibisi (pameran), (3) milik bersama, peserta didik dan pendidik perlu memahami bahwa evidence merupakan milik bersama antara peserta didik dengan pendidik, (4) kepuasan bersama, kepuasan semua pihak terletak pada tercapai tidaknya standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator, (5) penciptaan budaya mengajar, (6) refleksi bersama, dan (7) proses dan hasil.

Senada dengan pendapat tersebut, Mulyasa (2014:148)

mengemukakan, terdapat tujuh hal yang hendaknya diperhatikan dalam melakukan penilaian portofolio. Ketujuh hal tersebut meliputi (1) karya yang dikumpulkan haruslah karya asli yang bersangkutan, (2) pendidik hendaknya menentukan contoh pekerjaan yang harus dikerjakan peserta didik, (3) pendidik, peserta didik secara mandiri atau bekerja sama mengumpulkan karya, (4) pendidik menentukan kriteria penilaian portofolio, (5) pendidik meminta peserta didik menilai secara terus-menerus hasil portofolionya, (6) merencanakan pertemuan dengan peserta didik untuk membicarakan hasil protofolio, dan (7) melibatkan orang tua dan masyarakat untuk

(4)

4

Jika dijalankan secara maksimal, penilaian portofolio akan mengaktifkan peserta didik (Depdiknas, 2012: 4). Bagaimana tidak, jika sepanjang hari siswa menyadari bahwa aktivitas belajarnya senantiasa didokumentasikan untuk kepentingan penilaian, peserta didik tentu akan termotivasi untuk melakukan kegiatan belajar-mengajar (KBM) secara maksimal. Lain halnya jika guru hanya melakukan penilaian berupa ulangan harian, tengah semester, dan akhir semester, bisa jadi para siswa

beranggapan bahwa unjuk kemampuan maksimal hanya diperlukan ketika ujian tersebut berlangsung. Padahal, proses pengembangan pengetahuan dan keterampilan siswa sesungguhnya terjadi pada KBM secara keseluruhan, bukan hanya pada saat ulangan harian, ulangan tengah semester, dan

ulangan akhir semester.

Untuk lebih jelasnya, perlu dibedakan antara penilaian portofolio dengan tes. Popham dan Surapranata & Hatta dalam Nurgiyantoro (2013:104) membedakan antara portofolio dengan tes sebagai berikut.

Tabel 1. Perbedaan Penilaian Portofolio dengan Tes

Portofolio Tes

 Memungkinkan dikaitkanya tugas atau penilaian membaca dan menulis

 Tugas/penilaian membaca dan menulis terpisah, tidak saling berkaitan.

 Menilai peserta didik berdasarkan keseluruhan tugas dan hasil karya yang terkait dengan kinerja yang dinilai

 Menilai peserta didik berdasarkan sejumlah tugas yang terbatas.

 Memungkinkan terhubungkannya kegiatan pembelajaran dan penilaian.

 Kegiatan pembelajaran dan penilaian merupakan kerja terpisah.

 Menilai peserta didik berdasarkan capaian masing-masing dengan memperhatikan faktor perbedaan individual.

 Menilai semua peserta didik dengan

mempergunakan satu kriteria.

 Yang mendapat perhatian penilaian meliputi usaha, kemajuan, dan capaian prestasi.

 Yang mendapat perhatian penilaian hanya capaian prestasi.

 Peserta didik dapat menilai karya sendiri dan dimungkinkan adanya penilaian secara kolaboratif (guru, peserta didik, dan orang tua)

 Peserta didik tidak mungkin menilai diri sendiri dan tidak ada kolaborasi penilaian.

C. Dokumen Portofolio dalam Pembelajaran Sastra

(5)

5

dan Hatta (2007: 25—26) mengungkapkan, terdapat empat objek penilaian atau evidence portofolio. Keempat jenis tersebut meliputi (1) artifacts, yaitu hasil kerja peserta didik yang dihasilkan di kelas, (2) reproduction, yaitu hasil kerja peserta didik yang dikerjakan di luar kelas, (3) attestations, yaitu pernyataan dan hasil pengamatan yang dilakukan oleh guru atau pihak lain tentang peserta didik, dan (4) productions, yaitu hasil kerja peserta didik yang dipersiapkan khusus untuk penilaian portofolio. Melalui evidence inilah peserta didik unjuk diri tentang pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Jika diurai, terdapat cukup banyak materi yang dapat dimasukkan menjadi dokumen portofolio. Secara umum, materi-materi tersebut adalah sebagai berikut (Depdiknas, 2007:3-4).

(1) Deskripsi tertulis tentang hasil penyelidikan atau praktik siswa yang bersangkutan.

(2) Gambar atau laporan hasil pengamatan siswa dalam rangka melaksanakan proyek mata pelajaran yang bersangkutan. (3) Analisis situasi yang berkaitan dengan mata pelajaran yang

bersangkutan.

(4) Deskripsi dan diagram pemecahan suatu masalah dalam mata pelajaran yang bersangkutan.

(5) Laporan hasil penyelidikan secara kuantitatif.

(6) Laporan penyelidikan tentang hubungan antara konsep-konsep dalam mata pelajaran atau antarmata pelajaran.

(7) Penyelesaian soal-soal terbuka.

(8) Hasil tugas pekerjaan rumah yang khas, misalnya dengan cara yang berbeda dengan cara yang diajarkan di sekolah atau dengan cara yang berbeda dari cara pilihan teman-teman sekelasnya.

(9) Laporan kerja kelompok.

(10) Hasil kerja siswa yang dihasilkan dengan menggunakan alat rekam video, alat rekam audio, dan komputer.

(11) Fotokopi surat piagam atau tanda penghargaan yang pernah diterima oleh siswa bersangkutan.

(12) Hasil karya dalam mata pelajaran yang bersangkutan yang tidak ditugaskan oleh guru.

(13) Cerita tentang kesenangan atau ketidaksenangan terhadap mata pelajaran bersangkutan.

(14) Cerita tentang usaha siswa sendiri dalam mengatasi hambatan psikologis atau usaha peningkatan diri dalam mempelajari mata pelajaran yang bersangkutan.

(15) Laporan tentang sikap siswa terhadap pelajaran.

Sementara itu, Surapranata dan Hatta (2007: 36) menguraikan secara khusus dokumen portofolio dalam pembelajaran bahasa Indonesia.

(6)

6

(1) Nilai ulangan harian dan ulangan umum.

(2) Catatan observasi harian guru atas aktivitas belajar siswa.

(3) Tanggapan tertulis siswa terhadap cerita/dongeng yang dibacakan guru.

(4) Data buku yang telah dibaca siswa yang disertai komentar singkat siswa atas buku yang dibacanya itu.

(5) Sinopsis/ringkasan bacaan siswa.

(6) Surat kepada kawan, orang tua, dan lain-lain. (7) Naskah pidato sederhana.

(8) Karangan bebas peserta didik. (9) Laporan studi lapangan.

(10) Tulisan peserta didik tentang petunjuk melakukan sesuatu.

(11) Tulisan untuk majalah dinding (dimasukkan portofolio setelah dipajang di majalah dinding).

(12) Pantun atau puisi karangan peserta didik.

(13) Karangan peserta didik yang berdasarkan pengalaman.

Untuk kepentingan pembelajaran sastra, dokumen yang dapat

disertakan dalam penilaian portofolio lebih spesifik lagi. Dokumen-dokumen yang dapat dipergunakan untuk kepentingan tersebut adalah sebagai berikut.

(1) Nilai ulangan harian dan ulangan umum siswa.

(2) Catatan observasi harian guru atas aktivitas belajar siswa, baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

(3) Data buku atau karya sastra yang telah dibaca siswa yang disertai komentar singkat siswa atas buku yang dibacanya tersebut. (4) Tanggapan tertulis siswa terhadap cerpen, dongeng, puisi, atau

penggalan novel yang dibacakan guru atau teman sekelasnya. (5) Hasil analisis siswa atas sebuah karya sastra, mulai hasil analisis

struktural sampai resensi buku.

(6) Karya reproduksi siswa, misalnya saduran, sinopis, parafrasa, atau bentuk lain.

(7) Karya kreatif atau karangan bebas siswa, misalnya puisi, cerpen, pantun, atau bentuk lain.

(8) Publikasi siswa di media massa, baik berupa tanggapan, analisis, maupun karya kreatif. Media massa yang dapat digunakan di antaranya majalah dinding, buletin sekolah, koran, majalah, dan antologi.

(7)

7

mengikuti pelatihan penulisan karya sastra. Laporan dapat disertai rekaman audio-visual.

Pada praktiknya, dokumen yang dapat dikumpulkan selama KBM dapat lebih banyak dan/atau rinci lagi. Keaktifan peserta didik dalam mengikuti KBM akan terlihat dari dokumen yang dibuat oleh pendidik dan dokumen yang dikumpulkan peserta didik. Oleh karena itu, mungkin saja dokumen yang terkumpul dalam periode tertentu, misalnya satu semester, akan sangat banyak. Untuk itu, dokumen-dokumen tersebut hendaknya diklasifikasikan untuk kemudian dikelompokkan sesuai jenisnya. Bisa jadi, tidak semua dokumen yang ada dapat dijadikan dokumen portofolio.

Pengelompokan dapat dilakukan dengan cara memberi pembatas antarkelompok dokumen satu dengan kelompok dokumen lain. Jika dipandang terlalu banyak, dokumen dapat dijadikan bundel-bundel sesuai klasifikasi yang telah dilakukan. Untuk kepentingan ini, pendidik memerlukan ruang yang cukup banyak. Peran penentu kebijakan di sekolah sangat

diperlukan di sini. Guru tidak mungkin mengumpulkan semua dokumen hanya di meja kerjanya apalagi jika periode pengumpulan dokumen ditetapkan selama satu tahun. Jika pun tidak sepanjang itu, misalnya triwulan, dokumen akan tetap diperlukan paling tidak hingga siswa naik kelas.

D. Tahapan Penilaian Portofolio dalam Pembelajaran Sastra

Pada penilaian portofolio, terdapat beberapa tahap yang harus dilalui. Tahap-tahap tersebut menurut Surapranata dan Hatta (2007:99--211)

meliputi (1) menentukan tujuan, (2) menentukan isi (3) membuat kriteria dan rubrik penilaian, (4) koleksi dan seleksi, (5) pengamatan/penilaian, dan (6) refleksi.

1. Menentukan Tujuan

Tujuan sangat penting dalam penilaian portofolio—bahkan merupakan hal mutlak dalam berbagai aktivitas pembelajaran. Tujuan akan membuat sebuah kegiatan terarah. Dalam kaitannya dengan penilaian portofolio, tujuan berhubungan dengan hal-hal berikut.

a. Pendidik harus menegaskan apakah akan memantau proses pembelajaran (process oriented) atau mengevaluasi hasil akhir (product oriented).

b. Pendidik hendaknya menetapkan apakah penggunaan portofolio sebagai alat pembelajaran atau proses penilaian.

c. Harus ditentukan, apakah portofolio dimaksudkan sebagai penilaian atau sekadar untuk mengoleksi evidence peserta didik.

d. Pendidik hendaknya menentukan siapa yang akan menjadi audience

(8)

8

kepada orang tua, penilaian akhir tahun pembelajaran, di akhir jenjang pendidikan, atau untuk memantau sistem pendidikan. e. Pendidik harus menentukan relevansi antara evidence perserta didik

dengan tujuan yang akan dinilai.

f. Pendidik haruslah menentukan seberapa banyak dokumen yang akan dinilai, keseluruhan atau sebagian saja.

2. Menentukan Isi

Isi portofolio tidaklah dapat lepas dari tujuan dilakukannya

penilaian portofolio. Isi portofolio hendaknya mencerminkan kemampuan bersastra peserta didik sesuai yang ditegaskan pada standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator pencapaian hasil belajar yang terdapat dalam kurikulum. Akurat tidaknya portotolio dalam menunjukkan perkembangan dan kemampuan bersastra peserta didik dalam KBM, bergantung banyak dengan ketepatan isi portofolio dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, dan indikator penilaian. Untuk itu, dalam penentuan isi, harus memperhatikan hal-hal berikut.

a. Pendidik harus menentukan isi portofolio yang akan dilaksanakan. b. Pendidik hendaknya menunjukkan hubungan antara pencapaian

hasil belajar peserta didik dengan kompetensi dasar dan indikator pencapaian hasil belajar yang telah ditetapkan dalam kurikulum. c. Pendidik harus memastikan banyaknya portofolio yang akan

digunakan dalam penilaian.

d. Pendidik harus mencermati relevansi antara evidence peserta didik dengan dengan tujuan yang akan dinilai.

e. Pendidik harus menentukan bagaimana sebuah pekerjaan

dikerjakana oleh peserta didik, apakah mandiri atau berkelompok.

3. Membuat Kriteria dan Rubrik Penilaian

Kriteria, termasuk di dalamnya format penialian, biasanya telah dirumuskan sebelum pembelajaran dilaksanakan. Nurgiyantoro (2011: 32) mengungkapkan, pembuatan kriteria haruslah mengacu pada ketentuan yang telah dinyatakan baik. Kriteria baik di sini adalah efektif untuk keperluan penilaian hasil belajar. Perumusan kriteria yang jelas dan operasional akan mempermudah pendidik dalam melaksanakan kegiatan penilaian. Sementara itu, rubrik berkenaan dengan skala penyekoran untuk menilai kinerja subjek didik untuk tiap kriteia terhadap tugas-tugas tertentu (Mueller dalam Nurgiyantoro, 2011: 33).

Setelah penentuan kriteria dan rubrik penilaian, pendidik harus menyusun format yang digunakan dalam proses penilaian portofolio. Kriteria dan rubrik penilaian tersebut diintegrasikan dalam sebuah format penilaian. Dalam penentuan kriteria, rubrik, dan format penilaian,

(9)

9

a. Pendidik harus membuat penilaian portofolio sesesuai mungkin dengan standar kompetensi, kompetensi dasar, maupun indikator yang telah ditentukan dalam kurikulum.

b. Jika dipandang perlu, guru harus membuat kriteria yang

membedakan antara panilaian portofolio untuk kelompok maupun untuk peserta didik secara individu.

c. Pendidik hendaknya membuat kriteria yang sesuai dengan potensi dasar maupun indikator pencapaian hasil belajar.

d. Pendidik hendaknya membuat kriteria yang mencakup rentang kemampuan yang jelas mulai dari kemampuan yang kurang sampai kemampuan yang baik dan mudah dikomunikasikan kepada peserta didik, orang tua, ataupun pihak lain sehingga mereka dapat dengan mudah memahami kriteria tersebut.

e. Kriteria, rubrik, dan format penilaian haruslah terbebas dari perbedaan jenis kelamin peserta didik.

f. Kriteria penilaian harus dapat digunakan oleh siapa saja (guru lain) dan dapat menghasilkan pengertian sama untuk evidence sama.

Tabel 2. Penilaian Tugas Menceritakan Kembali Sandiwara Radio secara Lisan

No. Aspek yang Dinilai Tingkat Keberhasilan

1 2 3 4 5

1. Pemahaman cerita

2. Ketepatan logika urutan cerita 3. Ketepatan diksi

4. Ketepatan struktur kalimat 5. Kelancaran bercerita Jumlah Skor

Nilai

: : Sumber: Nurgiyantoro, 2011:92.

4. Koleksi dan Seleksi

Jika semua evidence telah dikerjakan oleh peserta didik, proses selanjutnya adalah koleksi dan seleksi. Dalam mengoleksi evidence, pendidik dapat melakukannya satu per satu sesuai perkembangan KBM atau dapat pula meminta peserta didik mengumpulkan sendiri untuk kemudian disertakan secara kolektif kepada pendidik pada akhir kegiatan.

(10)

10

guru untuk sekaligus melakukan seleksi apakah dokumen yang telah diserahkan oleh siswa telah layak atau belum.

5. Pengamatan/Penilaian

Setelah tujuan dokumen terkumpul, langkah selanjutnya adalah melakukan pengamatan atau penilaian. Catatan penting dalam proses pengamatan dalam penilaian portofolio adalah proses pengamatan harus patuh pada kriteria, rubrik, dan format yang telah ditentukan terlebih dahulu. Jika kriteria, rubrik, dan format penilaian jelas dan menjadi acuan, proses pengamatan dapat saja melibatkan pihak lain, terutama peserta didik dan rekan sejawat (lihat Tabel 2.).

Selain dilakukan penilaian per dokumen, perlu dibuat pula rekapitulasi nilai untuk tiap-tiap dokumen. Rekapitulasi ini akan memudahkan guru dalam menentukan nilai akhir siswa.

6. Refleksi

Refleksi merupakan porses penting dalam penilaian portofolio. Tahapan ini membedakan dengan jelas antara portofolio dengan sekadar koleksi. Refleksi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu lisan dan tertulis. Secara lisan, refleksi dapat dilakukan dengan memanggil peserta didik satu per satu atau secara bersama-sama di depan kelas. Sementara itu, refleksi tertulis dapat langsung dilakukan pada dokumen portofolio milik peserta didik. Oleh karena itu, pada rubrik penilaian dan tabel rekapitulasi penilaian dokumen-dokumen portofolio perlu disediakan ruang untuk komnetar guru. Agar terjadi komunikasi antara guru, siswa, bahkan dengan orang tua, perlu disediakan pula ruang tanggapan dari peserta didik dan orang tua.

E. Kelebihan dan Kekurangan Portofolio

Cukup banyak kelebihan penggunaan portofolio dalam penilaian. Berdasarkan publikasi Depdiknas (2007: 7) dan Surapranata & Hatta (2007: 81), kelebihan atau keunggulan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Portofolio menyajikan atau memberikan bukti yang lebih jelas atau lebih lengkap tentang kinerja siswa daripada hasil tes di kelas.

2. Portofolio merupakan catatan penilaian yang sesuai dengan program pembelajaran.

3. Portofolio dapat mencakup kompetensi yang sangat luas sesuai dengan tuntutan kurikulum; kemampuan menulis dan berbicara dapat dinilai melalui portofolio.

4. Protofolio merupakan catatan jangka panjang tentang kemajuan siswa dan menunjukkan usaha mengembangkan kemampuan peserta didik dari waktu ke waktu dengan memberi kesempatan peserta didik untuk

(11)

11

5. Portofolio memberikan gambar tentang kemampuan siswa. 6. Penggunaan portofolio untuk penilaian memberikan kesempatan

kepada siswa untuk bekerja seoptimal mungkin dan menunjukkan keunggulan dirinya, dengan waktu dan sumber belajar yang cukup, bukan kekurangannya atau kesalahanya dalam mengerjakan soal atau tugas.

7. Penggunaan portofolio dalam penilaian mencerminkan pengakuan atas bervariasinya gaya belajar siswa.

8. Portofolio memberi kesempatan kepada peserta didik untuk berperan aktif dalan penilaian hasil belajar.

9. Portofolio membantu pendidik dalam menilai kemajuan siswa. 10.Portofolio membantu pendidik dalam mengambil keputusan tentang

pembelajaran atau perbaikan pembelajaran.

11.Portofolio merupakan bahan yang relatif lengkap untuk didiskusikan dengan orang tua peserta didik, tentang perkembangan siswa bersangkutan.

12.Portofolio membantu pihak luar untuk menilai program pembelajaran yang bersangkutan.

13.Portofolio merupakan penilaian yang dilaksanakan dengan

pertanggungjawaban kepada peserta didik. Proses seleksi evidence, hasil kerja, ataupun dokumen yang telah dikerjakan peserta didik senantiasa melibatkan peserta didik dalam penilaian.

Walaupun begitu, bukan berarti portofolio tidak memiliki kekurangan. Di antara kekurangan penilaian portofolio adalah sebagai berikut.

1. Penilaian portofolio menuntut waktu ekstra dibandingkan penilaian lain yang biasa dilakukan.

2. Penilaian portofolio dianggap kurang reliabel dan kurang fair

dibandingkan dengan penilaian lain yang menggunakan angka. 3. Pendidik memiliki kecenderungan untuk memperhatikan hasil akhir.

Jika menggunakan konsep ini, penilaian portofolio tidak akan berjalan dengan wajar.

4. Pendidik dan peserta didik dapat terjebak dalam hubungan top-down, dimana guru berposisi sebagai pihak yang serba tahu sementara peserta didik selalu dianggap sebagai objek yang harus dididik dan diberi tahu.

5. Skeptisme orang tua dan masyarakat. Orang tua dan masyarakat pada umumnya lebih banyak berpatokan kepada keberhasilan anaknya pada angka-angka hasil tes akhir, peringkat, dan hal-hal yang bersifat

kuantitatif.

(12)

12

7. Kelemahan utama penilaian portofolio adalah tidak tersedianya kriteria penilaian, rubrik, dan format penilaian yang baku. Guru biasanya harus menentukan sendiri kriteria, rubrik, dan format yang akan dijadikan pedoman.

8. Penilaian portofolio sulit diterapkan di sekolah-sekolah yang lebih mengenal perbandingan peserta didik melalui skor tes, peringkat, dan yang lebih sering menggunakan tes yang sudah baku seperti ulangan umum bersama atau ujian akhir nasional.

9. Penilaian portofolio memerlukan tempat penyimpanan evidence yang memadai.

F. Penutup

Penilaian portofolio penting untuk diterapkan. Melalui penilaian ini, siswa dapat berunjuk kinerja secara kontekstual sesuai dengan tuntutan kurikulum dan guru dapat melakukan penilaian secara otentik. Tidak hanya itu, penerapan penilaian portofolio diharapkan akan menjadikan kegiatan belajar-mengajar lebih hidup, kontekstual, dan bermakna.

Pemangku kebijakan, pada level makro dan mikro perlu membuat kebijakan secara masif agar penilaian jenis ini benar-benar diterapkan oleh guru dalam kegiatan belajar-mengajar. Pentingnya peran pemangku kebijakan ini juga berkaitan dengan kebijakan dalam meningkatkan komptennsi pendidik dan meningkatkan dukungan teknis. Permasalahan waktu, biaya, ruang penyimpanan adalah di antara rintangan yang perlu turut diperhatikan oleh pemangku kebijakan, khususnya kepala sekolah beserta penanggung jawab kurikulum di sekolah.

DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama (SMP). Jakarta: Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama Depdiknas.

Mulyasa, H. E.. 2014. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurgiyantoro, Burhan. 2011 Penilaian Otentik dalam Pembelajaran Bahasa. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

___________. 2013 (ed. ke-3). Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM.

Surapranata, Sumarna dan Muhamad Hatta. 2007. Penilaian Portofolio

Gambar

Tabel 1. Perbedaan Penilaian Portofolio dengan Tes

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Guru sosiologi tidak menerapkan 1 komponen yang tidak dieterapkan yaitu memotivasi siswa.Dari semua komponen keterampilan menutup pelajaran yang terdiri dari 3 komponen

Sedangkan jumlah pasien yang tidak mengalami Obstructive Sleep Apnea (OSA) tapi hipertensi adalah 8 orang (32%),lebih sedikit dari pada jumlah pasien yang tidak mengalami

[r]

Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan sarana dan prasarana kepada saya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas ini dengan baik..

pilih tidak terdaftar dalam pemilu terdaftar dalam daftar pemilih

Saat ini di Indonesia, pemda terlalu banyak membuat aturan perda begitu juga dengan kementerian yang menerbitkan berbagai Peraturan Menteri (Permen).. Komite Pemantauan

Dari hasil pengamatan diketahui bahwa semua sampel minyak dalam keadaan cair pada suhu ruang (±27ºC) namun ketika pada suhu rendah (±5ºC) terjadi perubahan fase pada beberapa